PEMBUATANALAT PERMAINAN EDUKATIF BAGI PENDIDIKAN
ANAK USIA DINI DARI PEMANFAATAN LIMBAH KAYU PEMBUATAN
MEUBEL
Oleh : Drs. Suyudi, Marzuki, Paryanto ?
ABSTRAK
‘Kondisi industri meubel diIndonesia mengalami
kemerosotan sejak tragedi WTC pada 11 September
2001, dan sejak Indonesia mendapat predikat sarang
teroris berkaitan dengan peristiwa Bom Bali,
kkepercayaan investor asing mulai (run, Hal ini pun
juga berlaku pada para perajin meubel di Desa
Gondangsari Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten,
yang seatini terus mengalami penurunen. Pelaku
industri meubel di Desa Gondangsari mulai menyadari
bahwa lama kelamaan industri meubel akan mecet,
schingga harus segera mencari alternatif solusi.Apabila
beralih ke profesi Iain seperti bertani dan berdagang,
tentu saja hal yang sukar untuk dilakukan mengingat
jiwa perajin sudeh mengaker pada benak mereka,
Schingga altematif solusi yang diyawackan harus juga
berkaitan dengan pertukangan.
Seiring dengan perkembangan pendidikan untule
anak usia dini sejak dicanangkan oleh Presiden
Mogewati Soekarnoputri pada tanggel 23 Juli 2003,
maka keberadaan lembaga PAUD dan KB semakin
menjamur. Untuk Kabupaten Kiaten saja pada tahun
2007 sudah ada 52 lembaga. Keberadaan lembaga
PAUD dan KB tersebut tidak lopas dari kebutuhan
alat permainan bagi anak didik mereka, kerena
pendidikan bagi anak usia dini identik dengan
permainan.
Selama ini elat permainan yang sebagian besar
dati kayu didatangkan dari Iuar wilayah Klaten bablcan
dati jawa Timur dan ada pula yang dari jepang dan
Cina. Sebenarnya apabila dicermati bentuk alat
permainan yang digunakan tersebut tidaklah rumit
pembuatannya. Schingga lokal Klaten pun dalam hal
ing perajin Gondangsari mampu membuat apabila mau,
Kesadaran untuk segera mencari alternatif
selain meubel dan melihat perkembangan dunia
pendidikan untuk anak usia dini yang identik dengan
bertambahnya alet permainan dari keyu memacu
semangat perajin Gondangsari untuk mengembangkan
pembuatan alat permainan edukatif (APE) tersebut.
Akan tetapi tidak sembarang produk APE yang akan
dikembangkan di Gondangsari, Meja, kursi, almari,
kkuda-kudaan, papan tulis, telah menjamur di berbagai
daerah. Hal baru yang akan dikembangkan adalah
produk APE yang mengutamakan peningkatan
Kecerdasan emosi dan kecerdasan intelegensi anak.
Yaitu alat permainan yang langsung melibatkan anak
untuk merangsang daya piir mereka, Alat permainan
tersebut adalah berbagai macam bentuk puzzel dengan,
berbagai tingkat kesulitan, alat menjahit, alat meronce,
berbagei macam balok, dan lain-lain,
Pembuatan produ APE di Desa Gondangsati
ini baru dipeloporiolch satu orang perajin, Drs. Suyudi,
‘yang nantinya apabila berkembang pesat, mayarakat
akan mengikuti. Pembuatan APB ini telah dirmulai sejake
akchir tahun 2006, narmun baru tahap vjicoba dan belum
dipaserkan secara umum, hanya mereka yang pesan
saja yang dileyani,
Produk APE ini dapat dimanfaatken untuk
meningkatkan kecerdasan analc usia dini dari segi
kecerdasan emosional, kecerdasan intelegens,
kecerdasanmotorik halus, motorik kasar dan
meningkatkan daya apresiasi dan imajinasi mereka,
Dengan toknik pembuatan yang tidak sulit tetapi
membutuhkan ketelitian tinggi, produk APE ini
dirancang aman bagi tangan anak usia dini dati segi
kehalusan tekstur kayu, kehalusan finishing dan cat,
serta ketajaman sudut.
Akhirnya, pengembangan produk APE di
Gondangsati ini benar-benar akan menjadi alternatif
‘bagi perajin meubel schingga Desa Gondangsari benar-
benar menjadi sentra kerajinan penbuatan Alat
Permainan Edukatif yang tentu saja akan meng-
harumkan Kabupaten Klaten,
Drs. Suyudi, Marzuki, Paryanto, adalah Nominator penerima penghargaan KRENOVA (Kreativitas dan Inovasi) 31
‘Masyarakat kerjasana BAPEDA dan Dewan Riset Daerah XlatenPROSPECT, Februari 2008, Tahun 4, Nomor 6
Latar Belakang
L
32
Kondisi Lingkungan
Dalam wilayah Kecamatan Juwiring
Kabupaten Klaten, Desa Gondangsari, Desa
Serenan, Desa Tlogorandu dan Desa Ketitang
sebagai satu kawasan industri meubel merupakan.
potensi yang sangat baik untuk dikembangkan.
Pada tahun 1990-an ke atas, perajin meubel di
daerah ini dapat dikatakan bethasil bahkan sangat
sukses karena keuntungan yang diperoleh sangat,
besersekali. Akan tetapi tahun 2002 perajin mula
merasakan bagaimana sulitnya menjalankan bisnis
i bidang industri meubel ini, D isamping karena
adanya tragedi WTC pada 11 September 2001
dan adanya predikat Indonesia sebagai sarang
teroris terkait dengan Bom Bali, kesulutan dalam
industri ini antara lain juga disebabkan oleh
beberapa far yaitu: (1) karena kelangkaan kaya
sebagai bahan bakn meubel; (2) tidak bisa menjadi
penentu harga, sementara harga dipatok eksportir
ataupun pembeli sangat mepet; (3) kurang pandai
‘manajemen karena rendahnya pendidikan; (4)
tidak terjaganya kualitas, karena mengejar ke-
untungan sehingga daya tawar perajin terhadap
buyer sangat kecil.
Kesulitan yang dirasakan ini membawa
dampak yang sangat besar tethadap tingkat
kesejahteraan masyarakat.
a, Potensi Daerah
Dalam bidang industri meubel,
produksi dari Serenan,Gondangsari dan
sekitamya sudah melampaui batas inter-
nasional. Schingga tidak diragukan lagi
bagaimana ketrampilan dan skill yang mereka
miliki, Dari 6.336 jiwa penduduk Desa
Gondangsari, sebanyak + 520 jiwa berprofesi
sebagai perajin kayu. Di antaranya 300 KK
merupakan perajin meubel kecil yang
mengerjakan usahanya sendirian; 120 KK
adalah perajin kecil namunmamou menyedot
‘tenaga kerja dari luar antara 2 sampai 5 orang
namun belum mampu menembus eksportir
arena masih menggantungkan order pada
perajin yang lebih besar; 75 KK adalah perajin
meubel sedang yang mampu menembus
eksportir dan 25 KK adalah pengrajin besar
2
‘yang mampumenembus buyer dan eksportir
don mampu menghasilkan produksi mulai
dati bahen mentah hingga finishing.
b. Banyaknya Limbah Kayu Terbuang
Percuma
Scbagai sentra industri meubel yang
‘cukup besar, ent saja menghasilkan limbah
kayu yang sangat banyak pula. Potongan-
potongan kayu yang sudah tidak bisa di-
‘manfaatkan lagi untuk membuat meubel
(hursi, almari, cabinet dil) rate-rata culmup
dibuang dan hanya dimanfaatkan sebagai
kayu bakar saja. Dengan sedikit pelatihan,
limbah kayu tersebut dapat dimanfuathan dan
dibuat barang-barang hiasan yang lebih
bermanfaat dan lebih taku jual. Misainya
membuat asbak, tempat tissue, pengganjal
pintu, pembatas buku, Alat Permainan
Edukatif (APE) untuk anak-anak TK dan
PAUD, tempat HP, tempat koran, souvenir,
vas bunga, vandel, dll banyaicsekali.
Pendidikan Bagi Anak Usia Dini
Perkembangan kecerdasa anak terjadi
sangat pesat pada tahun-talun awal kehidupan
anak, Sekitar 50% kapabilitas kecerdasan orang
dewasa terjadi scat dia berumur 4 tahun, 80%
telah terjadi ketike berumur 8 talun dan mencapai
titik kulminasi saat berumur 18 tahun,
Fungsi pendidikan bagi enakcusia dinitidale
hanya sckedar untuk memberiken berbagai
pengalaman belajar tetapi juga berfungsi
mengoptimalkan perkembangan kapabilitas
kecerdasannya, Pendidiken di sini berarti luas
menealcup seluruh proses stimulasi psikososial
‘yeng tidak terbatas pada proses pembelajaran di
kkelas tetapi juga pendidikan yang berlangsung
dimana saja dan kepan saja baik yang dilakaukan,
sendiri di lingkungan keluarga maupun oleh
Jembaga pendidikan di luar lingkcungan keluarga
(Dr. Fasli Jalal, 2002).
Banyak hal yang dapat dilalcukan untuk
mengoptimalkan perkembangen kecerdasan
anak. Pendidikan bagi anek yang seat ini
dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan anakc
usia dini (PAUD), tempat penitipan anak (TPA),Pembuatan Alat Permainan Edukatif Bagi Pendidikan Anak Usie Dini
Taman Kanak-Kanak (TK) tidak selalu
mengutamakan pembelajaran Klasikal. Akan
tetapi dikemas dalam berbagai bemtuk permainan
yang menyenangkan,
Sejak Presiden Megawati Soekamoputri
‘mencanangkan Pendidikan Anak Usia Dini pada
tanggal 23 Juli 2003 yang bertepatan dengan Hai
‘Anak Nasional, maka perhatian Pemerintah akan
pendidikan untuk anak usia dini semakin
meningkat. Adanya alokasi dana khusus bagi
penyelengeara pendidikan anak usia dini seperti
‘Tempat Penitipan Anak, Lembage Pendidilcan
‘Anak Usia Dini (LPAUD), Kelompok Bermain
(KB), Teman Kanak-Kanak (TK) merangsang
penyelenggara tersebut untuk mengembangkan
metode yang lebih baik. Selain itu masyarakat
mulai menyadari pentingnya pendidikan untuk
anak mereka sejak diniSchingga kebutuhanakan
KB dan PAUD meningkat, sehingga ber
munculaniah Kelompok Bermain baru, Untuk
tahun 2007 ini Kabupaten Klaten telah memiliki
62 Kelompok Bermain dengan jumlah murid rata-
rata30 anak, schingga jumlah enalc yang terlayani
pendidikan sejak dini sejumnlah 1.860 anak khusus
i Kabupaten Klaten.
Pada tahun 2001, Fasli Jalal mengung-
‘kaplan dari sekitar 26.172.763 anak usia 0-6 di
Indonesia yang telah mendapatkan layanan
pendidikan dari berbagai program baru sekitar
7.347.240 anak saja atau sekitar 28%, Sedangkan
untukanak usia prasekolah (4-6 tahun) masih
terdapat 10,2 juta atau 83,8% yang belum
mendapatican pelayanan pendiikan,
Pentingnya bermain bagi Anak usia Dini
Bagi anak, bermain adalah suatu kegiatan
yang serius, namum mengasikken, Melalui
aldifitas bermain,berbagai pekerjannnya terwujut.
Bermain adalah aktifitas yang dipilih sendiri oleh
anak, karena menyenangkan, bukan karena akan
‘memperoleh hadiah atau pujian, Bermain adalah
salah satu alat utama yang menjadi latihan untuk
pertumbuhannya, Bermain adalah medium,