Professional Documents
Culture Documents
Alamat Redaksi:
Wawancara
Faisal H. Basri: Pemimpin jangan durhaka Jalan Bangka IIC No. 4
pada bangsanya 31 Pela Mampang, Jakarta
Selatan Telp : 021-71469596;
Wawancara Fax: 021 – 7196924,
Prof Dr. Musa Asy’arie: Kepemimpinan dan Pemiskinan
Bangsa 38 Jalan Kemang Selatan II
No. 2A, Jakarta 12730
Artikel
Tel: 021 - 7193711 (hunting)
R. Ramli dan P. Nuryadin: Kegagalan Solusi Monetaris 1
dan Neoliberal di Indonesia:Kerawanan damam Bungkus Fax: 021 – 71791358
Baru 34
Penerbit
Profil Pergerakan Indonesia dan
Pergerakan Indonesia 50 Komite Persiapan Yayasan
Indonesia Kita
Resensi
Membangun Alter-Hegemon 54
ISSN: 1978-9084
S a l a m
Jika dihitung sejak turunnya rendah daripada Philipina, Tiongkok, dalam melakukan koordinasi dan
Soeharto, maka reformasi telah berjalan bahkan mulai dikejar oleh Vietnam? ketidakberanian mengambil keputusan
selama kurang lebih 9 tahun. Namun, Bagaimana dengan pengurangan angka serta sikap juga menjadi persoalan yang
hasil yang dicapai belum seperti yang kemiskinan? Bagaimana mengatasi tidak kalah pentingnya.
diharapkan. Dalam hal ini, kita belum pengangguran? Bagaimana dengan Undang Undang Dasar ‘45, baik yang
mengetahui secara jelas menyangkut apa penegakan hukum? Puluhan pertanyaan lama maupun yang telah diamandemen,
sebenarnya yang ingin dicapai oleh masih bisa kita ajukan buat para jelas memberikan landasan konstitusional
bangsa dan negara ini. Tentu saja, bila pemimpin kita, dan tampaknya para bahwa negara ini harus dibangun
kita bertanya kepada para pemimpin, pemimpin kita tidak mempunyai jawaban berdasarkan prinsip yang menjamin hak
2 maka mereka pasti mempunyai jawaban yang konkret. sipil, hak politik, hak sosial, hak
atas pertanyaan tersebut, diantaranya Situasi semacam ini tentu ekonomi, dan hak budaya. Pasal 33 dan
adalah tercapainya masyarakat adil dan mengundang pertanyaan di masyarakat 34 UUD 45, misalnya, secara sangat jelas
makmur. Jawaban semacam ini sangatlah mengenai apa yang sebenarnya terjadi. meminta pemimpin negara ini
kabur. Kita mengharapkan jawaban yang Salah satu masalah yang diduga sangat membangun negara yang berkeadilan
jelas dan dapat diukur, tidak sekedar penting adalah tidak konsistennya para sosial dan ekonomi, bukan semata-mata
pernyataan retorik seperti itu. Sebagai pemimpin dalam melaksanakan apa yang berdasarkan pada prinsip ekonomi pasar
contoh, misalnya, apa yang ingin dicapai tertulis dengan apa yang dikerjakan. ortodoks yang bisa menciptakan
oleh bangsa dan negara ini pada tahun Persoalan lain menyangkut ketidakjelasan monopoli baru oleh segelintir orang
2010, 2015 atau bahkan 2020? filsafat dan paradigma serta konsep yang (“private sector”) yang justru bisa
Bagaimana usaha meningkatkan Gross melandasi seluruh kegiatan dan program menyebabkan jurang ekonomi sosial
National Income kita, yang kini lebih negara. Ketidakmampuan para pemimpin semakin tinggi. Dalam kaitan ini,
J u m p a
monopoli negara dan monopoli sektor Suseno dari STF Driyarkara, Arie Sudjito dimensi kehidupan manusia. Negara harus
swasta sama berbahayanya. dari FISIPOL UGM, Boni Hargens dari mengambil peranan sebagaimana amanat
Sayangnya, pemimpin negara ini tidak FISIP UI, Imam Yudotomo dari CSDS undang-undang dasar ’45 dan tidak
melaksanakan amanat UUD ‘45 secara Yogyakarta, Ivan A. Hadar dari Ide melepasnya begitu saja pada mekanisme
konsekwen dan konsisten. Sebaliknya, Indonesia, M.Azman Fajar dari Pergerakan pasar, laissez-faire. Ini hanya mungkin
kebijakan-kebijakan ekonomi lebih Indonesia, Hariyadi Wirawan dari FISIP jika elit politiknya mempunyai visi dan
banyak didominasi oleh program dan UI, dan lain sebagainya. komitmen yang kuat.
kegiatan yang didasarkan pada pemikiran Dalam diskusi tersebut, dibahas Selanjutnya, demi memperkaya
ekonomi pasar ortodoks. Kalaupun ada berbagai hal yang cukup menarik yang gagasan dan kedalaman analisis, redaksi
program sosial dan ekonomi untuk merentang dari masalah-masalah sosial- juga memuat beberapa tulisan hasil 3
masyarakat bawah, maka lebih bersifat ekonomi, sipil dan politik, serta wawancara dengan Prof. Dr. Musa As’Arie
“charity” bukannya program ekonomi, kebudayaan. Hasil diskusi tersebut dapat dan Faisal Basri. Redaksi juga memuat
sosial, politik dan budaya yang dibaca pada jurnal edisi perdana kali ini, hasil kajian Rizal Ramli dan P. Nuryadin
menyeluruh dan utuh sebagaimana dan harapannya dapat memberikan dari ECONIT Advisory Group. Mudah-
diamanatkan UUD ‘45. semacam gagasan atau sumbang saran mudahan gagasan-gagasan yang tertuang
Atas alasan inilah, edisi perdana bagi perbaikan Indonesia pada masa yang dalam jurnal edisi perdana ini
JURNAL DEMOKRASI SOSIAL mengundang akan datang. Bagaimanapun tidaklah bermanfaat. Selamat membaca!!
berbagai pihak untuk mendiskusikan mungkin membangun Indonesia tanpa
masalah tersebut. Beberapa pembicara visi, terlebih dalam era sekarang ini Redaksi
dan partisipan yang diundang dimana pasar menjadi kekuatan dominan
diantaranya adalah Prof. Dr. Franz Magnis- yang mempengaruhi hampir semua
D i s k u s i Te m a t i k :
Pengantar Redaksi
Visi seorang pemimpin akan mempunyai kontribusi yang tidak sedikit dalam mendorong
kemajuan sebuah bangsa. Namun sayangnya, dalam konteks Indonesia, sejak reformasi hingga
sekarang, belum ditemukan sosok pemimpin yang visioner yang mampu memberi arah akan
kemana negeri ini sebenarnya hendak dibawa. Tampaknya, para pemimpin belum mempunyai
konsep dan paradigma yang jelas guna menyelesaikan berbagai problem yang dihadapi Bangsa
Indonesia seperti kemiskinan dan pengangguran, demokatisasi politik, dan lain sebagainya.
Oleh karena itulah, tim redaksi mengundang berbagai tokoh dan pakar di bidang sosial-budaya,
politik, dan juga ekonomi guna mendiskusikan berbagai persoalan yang dihadapi Indonesia
tersebut, utamanya kaitannya dengan visi seorang pemimpin. Dalam kesempatan tersebut,
diundang sebagai narasumber Prof. Dr. Franz Magnis-Suzeno dari STF Driyarkara dan Boni
Hargens dari FISIP Universitas Indonesia. Selain itu, diskusi juga mengundang berbagai elemen
masyarakat yang selama ini concern terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi Indonesia,
diantaranya adalah Ari Sudjito (FISIPOL-UGM), Ivan A. Hadar (Ide Indonesia), Thamrin Ananda
(Partai Rakyat Aceh), Saiful Bahari (PPR), Hariyadi Wirawan (FISIP UI), Nur Iman Subono (Demos),
Azman Fajar (Pergerakan Indonesia), Syaiful Bahari (Partai Perserikatan Rakyat), Imam Yudotomo
(CSDS), Sukma Widyanti (Pergerakan Indonesia), Kemala Sophia (MBRC FISIP UI), Amir Effendi
Siregar (praktisi media), Friedrich-Ebert-Stiftung, dan lain sebagainya. Berikut ini adalah hasil
diskusi tersebut.
4
Moderator (Ivan A. Hadar) politik, rencananya Pak Eko Prasojo, tapi teman-teman yang punya visi, kira-kira,
Selamat malam. Sebenarnya, ada kita beruntung karena ada penggantinya, tidak melepas ekonomi menjadi laissez
beberapa pembicara yang akan kita yaitu Mas Boni Hargens, dan yang ketiga fire, lepas tangan segala-galanya. Negara
undang dalam diskusi kali ini. dari bidang sosial budaya kita sangat harusnya berperan cukup penting
Diantaranya adalah Pak Faizal Basri yang gembira karena Romo Magnis bisa hadir meskipun kita tahu bahwa negara, kalau
rencananya mau berbicara soal ekonomi, pada hari ini, dan nanti bisa ngomong- kita ambil kasus Indonesia- bukan negara
tapi sayangnya, menurut teman-teman ngomong kenapa menolak Bakrie Award. sebenarnya, tetapi pemerintah- sering
dekatnya, baru tiba dari luar kota, dan Sebenarnya, inisiatif untuk melakukan kali bermasalah. Tapi, tetap saja masih
katanya juga kurang sehat. Jadi, terpaksa diskusi seperti ini bagian dari perjalanan ada keyakinan bahwa seharusnya negara
tidak bisa hadir. Kemudian dari bidang panjang atau setengah panjang dari berperan aktif dalam, katakanlah, paling
tidak, menengahi antara yang ekstrim, Ada yang setuju dengan langkah mengenai bagaimana seharusnya peran
antara yang kaya dan miskin, dan Romo, tetapi sebagian yang menerima negara untuk mengantisipasi berbagai hal
sebagainya. Nampaknya, banyak yang hadiah mengatakan tidak. Terutama yang sebenarnya di Indonesia cukup
mengatakan bahwa sejak kemerdekaan lembaga penelitian kalau nggak salah aktual.
kita mempunyai arah, tapi makin lama, mengatakan, “Ya.. Award ini bisa jadi Saya pikir mungkin pengantar seperti
paling tidak setelah reformasi, arahnya untuk memancing masyarakat, termasuk itu, sedikit provokasi, tetapi mudah-
tidak begitu jelas. Oleh karena itu, pemerintah supaya memberikan perhatian mudahan bisa mengungkit semangat.
mungkin diskusi ini bisa menjadi bagian yang lebih kepada lembaga penelitian Silahkan.
dari rencana atau upaya sebagian teman karena di Indonesia lembaga penelitian
untuk memberikan solusi dalam masalah memang kurang diperhatikan”. Alasannya Romo Magnis
tersebut. bisa macam-macam, tapi alasan yang Menurut saya, di Indonesia, lebih
Kita mulai dari pertanyaan yang mendasar ada kaitannya dengan yang daripada sekedar penolakan hadiah. Hari-
paling aktual hari ini, yakni mengapa dikatakan Romo Magnis meskipun tidak hari ini saya terus dikerubungi media
Romo Magnis menolak (Bakrie award). Ini melihat secara langsung bahwa di yang ingin tahu dan semua tentu ingin
serius karena kaitannya dengan korporasi Lapindo ada sesuatu yang belum tuntas memancing saya untuk mengutuk Bakrie.
yang cukup besar, kaitannya dengan dilakukan oleh, katakanlah, perusahaan Namun baiklah, mungkin saya dapat
bencana- katakanlah bencana buatan tersebut. Di Indonesia, saya pikir, kalau menceritakannya meskipun sedikit. 5
manusia meskipun sebagian mengatakan dilihat dari segi sosial budaya dan Saya tidak tahu persis, mungkin pada
bencana alam, kaitannya dengan ekonomi tentu saja ini salah satu case bulan Mei pernah datang dari Freedom
lambannya pemerintah atau negara untuk yang menarik bagaimana negara, menyindir kepada saya, tetapi waktu itu
mengantisipasi dengan melakukan hal- misalnya, seharusnya berperan, saya tidak memperhatikan dan lupa, dan
hal yang sebenarnya sangat basic. bagaimana pemerintah yang mewakili sebenarnya juga tidak tahu apa yang
Bagaimana ketika rakyatnya menderita, masyarakat seharusnya berperan. diomongkan. Pada tanggal 18/17, saya
ketika ada sesuatu yang salah, itu perlu Mungkin dari sudut pandang seperti itu ke Bandung karena ada suatu urusan
dibenahi. Jadi, gaya-gaya tebar pesona tidak kaitannya dengan pribadi Romo, bisnis. Waktu itu, saya mendapat
dan sebagainya mungkin bukan waktunya tetapi lebih kepada pertimbangan pertanyaan, “Kamu akan dapat hadiah itu,
lagi. filosofis di belakang penolakan Romo, dan bagaimana apakah kamu terima atau
dan itu mungkin bisa dikembangkan tidak?” Saya bertanya, “dapat hadiah apa
bangsa yang insecure, tidak aman salah. Soeharto tidak tepat jika dituduh Persoalan lain adalah terjadinya
sehingga rasa ketidakamanan tersebut seorang individualis, dalam hal itu, proses manipulasi kesadaran atas
dianggap sebagai situasi yang sangat memang merupakan salah satu dosa instrumental demokrasi. Ini menjadi
jelek. Bangsa yang kemaruk, bangsa yang beliau. Mengenai demokrasi lantas penting. Pada tahun 2004, orang ramai-
tidak mau memberikan kesempatan alternatifnya bagaimana, apakah kita ramai dalam pilpres, parlemen, dan
kepada saudara-saudara lain untuk bisa menawarkan Pak Habibie untuk menjadi pilkada. Padahal sebelum itu, mereka
menikmati kesetaraaan dan sebagainya. diktator saja? Secara konkret, apakah menggugat, complain pada Golkar, pada
Jadi, kalau kita melihat orang desa tidak pada tahun 1998 kita memilih demokrasi PDIP, dan lain sebagainya. Tingkat
peduli pada yang lain sebenarnya dimulai liberal, tetapi setelah Pak Harto pergi kita partisipasi pemilu dan juga pilkada, yang
dari masukan nilai demokrasi yang keliru, tidak mau sistem itu lagi? terakhir DKI termasuk tinggi. Artinya,
demokrasi diimpor begitu saja. Banyak Memang, saya melihat ada masalah. masyarakat siap dari segi partisipasi
kasus terjadi bahwa bangsa yang Demokrasi ibarat sistem berjalan, rakyat politik. Tapi, setelah itu, mereka mulai
mempraktikkan demokrasi liberal membawa diri cukup baik, ada masalah menggerutu, mulai complain, dan
semacam itu, dan dilaksanakan pada mungkin warisan Soeharto atau mungkin sebagainya. Instrumen ini begitu
situasi yang tidak tepat maka akan juga warisan feodal jaman Belanda. masifnya sehingga mereka (para elit
mengalami kehancuran. Rusia mengalami Belanda juga membeli pangreh projo politik partai) mampu memanipulasi
hal itu, dan Cina belajar bahwa demokrasi untuk menjadi kaki tangannya, untuk kesadaran politik rakyat untuk kemudian
tidak bisa dipakai pada saat perut masih mengeksploitasikan rakyat. Menurut saya, mengulangi lagi 5 tahun yang akan
kosong sementara kita sudah berjingkrak- lebih complicated, dan saya tidak mau datang.
jingkrak memuji demokrasi pada saat menentang itu. Saya berpendapat pilihan Saya kira ada masalah dalam proses
derajat kita masih “keleleran”. Akibatnya, demokrasi perlu disukseskan. Memang, demokrasi kita, yakni tidak dibarengi
demokrasi hanyalah satu tempat dimana kita harus mencari cara bagaimana negara dengan proses pengorganisasian,
kita bisa mempraktikkan kemunafikan seluas Indonesia mau bersatu kalau orang pembangunan kesadaran politik baru
seluas-luasnya. Bangsa kita, mohon maaf, tidak bisa mengungkapkan diri secara rakyat sehingga tidak nyambung, dan
sangat munafik. demokratis? Bukankah Pak Harto pun hanya menjadi event-event. Ya udahlah,
akhirnya juga tidak berhasil. setiap lima tahun sekali bagi-bagi uang
Moderator lalu selesai. Tapi, tidak melahirkan satu
Tadi Romo geleng-geleng kepala Imam Yudotomo sistem yang membuat kesadaran politik
waktu dibilang, “buat apa demokrasi Sebenarnya, konsep Romo Mangun baru.
kalau perut masih kosong, mungkin yang negara federal kalau mau dipimpin Memang, ini satu pertanyaan besar
mempunyai definisi demokrasi yang dengan cara demokratis. bagi kita, saya waktu ketemu teman-
berbeda?”. teman dari Amerika Latin kalau dilihat
Azman Fajar konteks politiknya maka sebenarnya
Romo Magnis Saya cuma melanjutkan Bung Haryadi. mereka juga hancur. Dilindas habis oleh
Saya juga tidak begitu setuju Kalau kita lihat ada kekhasan negara- rejim militer walaupun tidak habis betul
pemilihan Soekarno. Menurut saya, tahun negara yang awalnya dikuasi oleh rejim seperti kita. Tapi, dalam waktu 10 tahun-
’65 Soekarno sudah membawa bangsa ini otoritarian dan beralih ke sistem 12 tahun, mereka cepat bangkit dan tidak
ke kehancuran. Kalau terjadi pembunuhan demokrasi. Dalam pandangan saya, ada hanya mampu memunculkan tokoh-tokoh
16 semacam ini, maka persatuan tidak beberapa hal yang perlu dilihat. Pertama, alternatif seperti Lula ataupun Evapo
berhasil seperti waktu itu, apalagi orang mereka justru mengharap demokrasi Morales, tetapi juga mampu
kelaparan belum sekelaparan tahun ‘61, liberal tidak hanya pada sistem politik, menumbuhkan kesadaran politik rakyat.
‘62 dimana orang dari Gunung Kidul tapi juga pada sistem ekonominya. Saya Jadi, ada satu mekanisme kerja politik
dibawa ke Yogyakarta, dan diturunkan di kira tidak hanya kasus Indonesia, tapi yang terputus. Dalam beberapa kali
jalan-jalan supaya bisa makan dari hampir semuanya, termasuk Amerika diskusi, saya menyampaikan bahwa
tempat sampah karena di Gunung Kidul Latin sebelum munculnya kekuatan sepertinya kita terjebak dalam
sudah tidak ada makanan lagi. Bagi saya, politik baru. Sebelum itu, saya kira instrumentalisme demokrasi ini.
tidak begitu gampang. Soeharto dulu mereka hampir sama dengan kita. Nah, Misalnya, mengenai keputusan MK
mulai dengan pembangunan, dan sebenarnya, masalahnya terletak pada kemarin, soal calon independen. Saya
akhirnya orang bisa makan, dan saya tidak basis sosial politik, struktur politik kita tidak yakin apakah ruang politik ini bisa
mau menyangkal bahwa ada banyak yang sudah hancur sejak krisis. dipakai dengan baik oleh kelompok-
kelompok pro-demokrasi. Menurut saya, mempunyai legitimasi, dan karenanya baru berusia 15 tahun. Dengan demikian,
ini yang perlu dicermati sehingga arah bisa berbuat apa saja. demokrasi yang kita bicarakan sebenarnya
demokrasi liberal sebenarnya memang Kedua, saya teringat buku terbarunya adalah bagaimana Indonesia memilih
mempunyai kaitan dengan kepemimpinan Huntington. Dia mengutip penelitian dimana rule private sector diperkenankan,
politik. rekannya, di Amerika. Si peneliti soal tapi tidak dilepas. State sector juga harus
Sejak tahun ’99, jamannya Habibie Amerika ini mengajukan pertanyaan ke memenuhi peranan yang cukup penting
bahkan sampai sekarang, tidak ada berbagai ragam kulit, what are you? Yang untuk menjaga keselamatan publik yang
perubahan. Rata-rata pemimpin kita, dari Meksiko bilang i’am Amerika. Lalu, dalam UUD ’45 sudah digariskan dengan
apapun itu, apakah berbicara mengenai datang yang agak sipit dari China, what jelas.
isu kerakyatan atau apapun, pada are you? Mereka bilang i’am Amerika. Selanjutnya, state harus
dasarnya, paradigmanya tetap, yang pro Datang lagi ke yang dari Philipina, dan diterjemahkan secara modern. Balancing
pasar dalam bentuk investasi, utang, dan peneliti ini mendapatkan jawaban yang tidak lagi dapat dianggap dalam
kemudian pertumbahan ekonomi. Dalam sama. Dia datang tiga kali dengan terminologi Montesque biasa, yakni
hal ini, tidak ada satu platform ekonomi pertanyaan yang sama, dan jawabannya legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
yang betul-betul meradikal yang mampu pun sama. Lantas, ia menyimpulkan Balancing harus mampu melahirkan suatu
melakukan perubahan secara mendasar bahwa nasionalitas ke-Amerika-an lebih institusi negara yang kuasi yudicial, yang
meskipun resiko politiknya tinggi. Kita kuat daripada lokalitas di Amerika, dan kuasi eksekutif. Di negara-negara Barat,
dapat melihat pengalaman land reform Indonesia sebaliknya. institusi-institusi semacam ini sudah
dan nasionalisasi yang menunjukkan dibentuk guna melakukan check and
adanya perbedaan yang jelas antara Amir Efendi Siregar balances secara lebih baik. Jadi, negara
pemimpin yang progresif, termasuk Saya hanya ingin menambahkan. tidak lagi diterjemahkan sebagai
partai-partai yang progresif dengan Demokrasi itu, dalam pikiran saya, sebuah goverment, pemerintah maksud saya.
partai-partai yang betul-betul keharusan. Persoalannya adalah Namun, termasuk di dalamnya KPI, KPU,
memanipulasi dalam segi bahasa-bahasa meletakkan posisi dominan antara private dan lain sebagainya.
politik kerakyatan. Ini menjadi persoalan sector dengan negara. Di sini, kadang-
tersendiri. Oleh karena itu, pada masa kadang orang melarikannya secara ekstrim Moderator
yang akan datang, jika kita masih berfikir pada dominasi private sector. Padahal, Dan, ini demokrasi sosial.
tentang siapa yang populer tanpa melihat dominasi private semacam ini di Amerika
satu platform yang radikal dalam sendiri sudah dilakukan koreksi besar- Amir Efendi Siregar
pengertian paradigma ekonomi, maka kita besaran. Menurut pemikiran saya, yang Sebenarnya, ada satu contoh menarik.
akan kembali seperti semula. dikatakan orang neolib dan seterusnya, Saya juga mempelajari China. Dia
Perbedaannya terletak pada pilihan- sebenarnya, adalah konsep liberal otoritarian, tapi dari segi ekonomi secara
pilihan yang kita ambil. ortodoks yang dilarikan ke negara-negara perlahan-lahan berubah, dan ini tertuang
luar. Padahal, di negaranya sendiri, dalam konstitusi. Dulu, dia sebut sebagai
Boni Hargens interaksi antara rule private sector dengan socialis economy, tapi beberapa tahun dia
Soal angka pemilih yang 70%, negara sudah dikikis habis-habisan. revisi menjadi market economy is
menurut saya, belum membanggakan Sebagai contoh, kembali ke bidang complementary to the socialis economy,
karena kita belum tahu persis berapa media. Di Amerika, media pada awalnya terus dia koreksi lagi market economy is
persen yang di-mobilize dan berapa didominasi private sector, TV, dan nature companents of socialis economy, 17
persen yang serius mau memilih. Maka, seterusnya. Banyak orang tidak puas. sekarang diubah menjadi socialis market
buat saya, harus dipisah-pisahkan antara Akhirnya, ada interaksi baru sehingga economy.
partisipasi yang pinggir dan yang public braodcasting service lahir sebagai
genuine. Itu persoalan pertama. protes terdahap dominasi private sector. Moderator
Lalu kemudian, bicara demokrasi akan Di Eropa Barat, kasusnya agak lain. Di Kalau soal ekonomi yang dibawa, saya
mempunyai dampak-dampaknya. Ada Eropa Barat ketika negara otoriter jatuh, mempuyai pengalaman di Maluku Utara.
yang bilang bahwa demokrasi sebenarnya yang dominan adalah public service Konflik yang terjadi di daerah tersebut
merupakan tirani mayoritas. Kalau broadcasting. Namun, orang tidak puas hingga saling membunuh pada waktu ada
Indonesia, bukan tirani mayoritas, tetapi hanya dengan itu maka lahir yang disebut kegiatan ekonomi bersama maka
tirani legitimasi karena pemilihan dengan private sector, dalam konteks lokalitasnya menjadi hilang. Jadi, yang
langsung membuat pemimpin politik media eletronik, terutama di Eropa Barat tadinya separate menjadi bergabung
United State, IMF sebagai ladang garapan dapat suara karena masyarakat terlalu common interest, yakni apa cita-cita
Eropa, dan ADB yang dijalankan atas permissif, dan ini terjadi karena kita, apa visi kita ke depan. Bahkan,
kepentingan Jepang. Seperti kita ketahui, pendidikan politik yang sangat lemah di mungkin perlu adanya common enemy.
World Bank dalam setiap skema tingkat masyarakat sendiri. Oleh karena Betapa sebenarnya harga diri kita sudah
peminjaman selalu mensyaratkan good itu, ketika harus memilih maka diinjak-injak oleh negara seperti Austalia.
corporate governance. Kalau tidak, maka masyarakat pun bingung apakah saya ikut Quote and quote mungkin kita tidak
kita tidak akan mendapat pinjaman, dan pendidikan politik yang membuat saya mengatakan berperang, tetapi setidaknya
karenanya akan memunculkan defisit jadi lebih berani atau saya memilih lebih kita dapat mengatakan bahwa ada negara
dalam neraca pembayaran. IMF juga baik memilih sesuatu yang lebih membuat tertentu yang mencoba mencabik-cabik
begitu. Letter of intent yang ternyata perut saya kenyang. Terjadilah bangsa kita. Lantas, terakhir, kita perlu
mensyaratkan adanya pencabutan perkelahian antara idealisme melawan merumuskan apa yang disebut dengan
subsidi-subsidi sosial seperti pencabutan pragmatisme. Dalam banyak hal, common strategy, yakni bagaimana semua
subsidi listrik, bahan bakar (BBM), pragmatisme menang. Partai mana yang pihak bersedia bekerja sama untuk
kesehatan, pendidikan, dan lain bisa memberikan kaos lebih banyak, menggolkan apa yang menjadi cita-cita
sebagainya. memberikan uang lebih banyak, dan pembukaan UUD ’45.
Apabila presiden terpilih ternyata memberikan kesempatan untuk menjadi
harus mengikuti semua skema-skema itu, caleg itulah yang akan dipilih. Mereka Imam Yudotomo
dan tidak bisa melepaskan diri maka saya tidak lagi mendasarkan diri atas ideologi Saya protes dengan pernyataan yang
agak pesimistis. Malah, optimisme saya seperti pancasila, komunisme, sosial terlalu menghina rakyat, yang dibilang
hanya berkisar pada angka20% saja. demokratik atau ideologi-ideologi lain. bahwa rakyat hanya memilih yang ngasih
Sebaliknya, apabila kita berani melawan Lantas, apakah ke depan kita akan kaos dan segala macam. Saya rasa tidak
seperti Evo Morales, yang juga ditekan melakukan hal yang akan kita rancang pantas berbicara begitu karena jika kita
oleh gerakan globalisasi dan neoliberal sendiri atau kita cukup memadukan ingin membangun kekuatan dari bawah,
maka rasa optimistis itu akan meningkat persoalan-persoalan yang kita padukan maka kita harus percaya kepada rakyat
menjadi lebih dari 60 %. dari dunia luar seperti negara-negara sebagai pijakan utama. Jika tidak percaya
Sementara jika ditinjau dari sisi lain? Amerika, misalnya, selalu sama rakyat, maka celakalah kita.
politik, ada dua persoalan yang kait- mempunyai common issue. Mereka selalu Yang kedua barangkali memang
mengait. Selama ini, kita tidak pernah mempunyai common enemy, dari situ perubahan harus dari bawah, tapi kita
mempertanyakan akuntabilitas seseorang lantas nasionalisme mereka tumbuh. juga membutuhkan pemimpin-pemimpin.
yang akan memimpin. Padahal, di Suatu contoh sederhana tentang hal Pengalaman kami di Pergerakan Sosialis,
beberapa negara, persoalan akuntabilitas tersebut diatas, ketika Tim nasional PSSI misalnya, pada saat kita sudah punya
merupakan hal yang utama. Ketika calon mampu mengalahkan Bahrain maka cabang dimana-mana, kita harus punya
pemimpin pernah membuat skandal maka mereka dipuji seperti pahlawan. Ini pemimpin nasional. Celakanya, orang-
besar kemungkinan akan gagal sebagai terjadi karena kita tidak mempunyai figur orang yang kita anggap pantas untuk
akibat skandalnya tersebut. Jika dia yang harus dipahami sebagai pahlawan. menjadi pemimpin nasional ternyata
melakukan korupsi, maka akan tenggelam Melihat SBY kalah dalam Sipadan dan tidak mau. Mereka lebih senang
karena korupsi yang pernah dilakukannya Ligitan, orang tidak lagi mengelukan dia menunggu telepon dari SBY bagaimana
tersebut. Namun, di Indonesia, meskipun sebagai seorang panutan, sebagai orang bisa jadi menteri. Ini pengalaman riil dan
20 orang pernah membunuh jutaan nyawa yang tegas. Kemudian, dalam persoalan tidak perlu menyebut nama, tapi kira-
belum tentu dihukum. Ketika dia beristri Ambalat, kita pun tidak melakukan apa- kira seperti itu.
lebih dari tiga mungkin tidak akan apa terhadap negara kecil, bernama Menurut saya, pemimpin nasional
dipersoalkan. Di negara ini, nampaknya, Malaysia, tidak ada satu hal yang perlu. Kita perlu menghadapi pemilihan
akuntabilitas tidak pernah menjadi menyatukan kita dan kita kehilangan umum tahun 2009. Kita menjadi kekuatan
masalah, dan ini berkembang karena kesempatan untuk membangun politik di tingkat lokal. Orang yang
rakyat, di sisi grass root, terlalu permissif. solidaritas nasional. punya, misalnya, anggota 30-40 ribu
Misalnya saja rakyat tetap memberi Ke depan, kita butuh yang namanya sudah mulai berfikir, “Ini orang sosial
kesempatan ketika PKPB muncul, bahkan common issues atau isu-isu bersama demokrat tidak bisa bikin partai, gua
Hartono bilang, “Saya antek-antek menyangkut apa yang bisa nggak bisa dapat apa-apa”. Kemudian,
Soeharto”, dan semua orang tetap bersifat mempersatukan kita dalam membentuk mereka bergabung dengan PDIP, ikut
permissif. PKPB tetap dipilih. Mereka nasional. Selanjutnya, kita memerlukan dengan partai ini atau itu. Dalam situasi
21
Pengantar Redaksi:
Tulisan berikut merupakan hasil rangkuman dari
diskusi bertajuk “Pemimpin tanpa visi dan arah”
yang sekaligus menjadi judul rubrik Laporan
Utama Bagian 1, pada Jurnal Edisi kali ini.
Dalam pandangan banyak orang, menjadi lebih bersifat parsial bidang media, misalnya, konstitusi
Bangsa Indonesia semakin lama dibandingkan dengan sebagai suatu dengan jelas menyatakan bahwa
sepertinya semakin tidak mempunyai kebijakan yang utuh dan menyeluruh. paradigma ekonomi dan politik bukanlah
arah. Pada masa reformasi sekarang ini, Ivan A. Hadar, selaku moderator, liberal, tetapi sosial demokrat yang
tampaknya, arah kemana Bangsa mengemukakan bahwa pada ditunjukkan pasal 33-34. Namun dalam
Indonesia hendak menuju sepertinya kenyataannya pemimpin tidak konsisten praktiknya, dibiarkan private dan betul-
menjadi semakin tidak jelas. Ini terjadi antara apa yang dikatakan dengan yang betul sangat liberal. Padahal, kalau
karena para elit politik yang memimpin dijalankan. Selain itu, mereka juga tidak pemimpinnya mempunyai vision,
negeri ini tidak mempunyai visi yang mempunyai filsafat, paradigma, dan mengerti masalah, dan sesuai dengan
jelas, yang dapat dijadikan panduan konsep yang jelas sebagai landasan konstitusi yang dibuat, diversity of voices
segenap masyarakat untuk melangkah. kegiatan sehingga ada sesuatu yang harus tetap dijaga. Amir Effendi Siregar
Sikap, tindakan, dan kebijakan-kebijakan hilang atau tidak nyambung. mencontohkan kasus yang terjadi dalam
pemerintah tidak didasari oleh filsafat Salah satu penyebab miskinnya vision industri televisi. Menurutnya, sudah ada
dan paradigma serta konsep yang jelas. ini diantaranya adalah ketiadaan cita- usaha tertulis dalam membuat diversity
Oleh karenanya, tidaklah berlebihan jika cita. Menurut Imam, pemimpin-pemimpin of voices, diversity of ownership, dan
22 Boni Hargens mengatakan bahwa Presiden kita tidak mempunyai cita-cita. Padahal, diversity of content melalui undang-
Republik Indonesia selaku kepala cita-cita menumbuhkan visi. Soekarno, undang, tetapi tidak diimplementasikan.
pemerintahan seperti layaknya sopir Syahrir, Hatta, ataupun Tan Malaka Di negara-negara Skandanavia, misalnya,
bajaj. Jika ingin belok kiri atau kanan, mempunyai cita-cita, dan karenanya negara turun tangan untuk
maka kita tidak tahu karena tidak ada mempunyai visi yang jelas. Visi ini menghidupkan diversity of voices dengan
lampu sign-nya dari pemerintah. kemudian dituangkan dalam konstitusi membantu koran-koran kecil mengingat
Kritik semacam ini muncul karena negara, yakni UUD 1945. Di era sekarang, koran-koran tersebut tidak mampu
lemahnya visi dan rendahnya kemampuan tampaknya, cita-cita hanya tertulis dalam berkompetisi dengan koran-koran
para pemimpin dalam melakukan konstitusi. Dalam praktiknya, mainstream. Oleh karena itu, menurutnya,
koordinasi dan ketidakberanian sebagaimana dikemukakan Amir Effendi harus ada limited state intervention untuk
mengambil keputusan serta sikap Siregar, tidak ada hubungan antara yang menghidupkan diversity of voices.
sehingga kebijakan-kebijakan pemerintah tertulis dengan yang dilakukan. Dalam
Pada dasarnya, sebagaimana visi para pemimpin mempunyai kontribusi dalam hal ini, kurangnya pemimpin yang
dikemukakan moderator, Ivan A. Hadar, yang tidak sedikit bagi kemajuan sebuah tidak mempunyai visi. Dalam kaitan ini,
cita-cita sebuah bangsa tidak senantiasa bangsa. Imam mengemukakan bahwa kita tidak
merefleksikan keseluruhan cita-cita dan Begitu krusialnya kejelasan visi perlu heran mengapa elit politik tidak
pandangan masyarakat. Dalam banyak seorang pemimpin, maka menjadi penting mempunyai visi yang jelas. Ini karena,
kasus, cita-cita tersebut milik untuk mendiskusikan masalah tersebut. menurutnya, pemimpin-pemimpin yang
sekelompok elit yang kemudian Ada setidaknya tiga persoalan yang ingin sekarang merupakan produk Orde Baru.
ditransformasikan ke masyarakat. Cina, dijawab. Pertama, bagaimanakah Mereka adalah alumni Orde Baru yang
misalnya, mempunyai cita-cita, yakni seharusnya visi seorang pemimpin sangat ketat dalam melaksanakan
ingin menjadi kekuatan ekonomi terbesar tersebut? Kedua, dalam konteks kebijakan depolitisasi yang mengarah
yang sebenarnya merupakan cita-cita Indonesia, faktor-faktor apa yang kepada de-ideologisasi dan de-organisasi.
sekelompok elit yang mencoba menghambat kemunculan pemimpin yang Hal senada juga dikemukakan oleh
menerapkannya dalam kebijakan visioner tersebut? Ketiga, ke depan, apa Romo Magnis. Ia mengatakan bahwa Orde
ekonomi. Vietnam ketika menang perang yang harus dilakukan sehingga Bangsa Baru tidak memberi banyak ruang agar
meskipun babak belur, melalui kelompok Indonesia mempunyai arah yang jelas pemimpin bisa berkembang. Akibatnya,
elitnya juga mempunyai cita-cita, yaitu dalam, tentu saja, mewujudkan kita mempunyai pilihan yang sangat 23
membangun Vietnam. Cita-cita inilah masyarakat adil dan makmur sebagaimana sedikit meskipun, sebenarnya, ada banyak
barangkali yang membuat kedua negara diamanahkan Undang-Undang Dasar orang yang berkualitas yang jika diberi
tersebut mampu berkembang dengan 1945. kesempatan untuk memimpin akan
pesat. Bahkan, mereka mampu menyaingi memberikan hasil yang lebih baik. Namun
GNP Indonesia yang telah lebih dahulu Orde Baru sebagai Sumber Masalah sayangnya, Sistem yang ada pada waktu
mengalami kemerdekaan dan Ada salah seorang pegamat yang itu, dan juga sekarang belum mampu
pembangunan. Cina tidak diagukan lagi. mengatakan bahwa pembicaraan apapun memberikan ruang yang cukup bagi
Ia telah mengalami pertumbuhan mengenai Indonesia tidak akan dapat kemunculan pemimpin-pemimpin
ekonomi yang mengesankan dalam satu dilepaskan dari Orde Baru karena kuatnya alternatif. Pada masa Orde Baru,
dekade belakangan. Dalam kaitan ini, pengaruh rejim ini ke dalam hampir kemunculan pemimpin alternatif akan
tidak dapat dipungkiri bahwa kejelasan semua kehidupan masyarakat. Termasuk selalu mendapatkan hambatan dari rejim
28
IVAN A. HADAR**
PENTINGNYA IDEOLOGI*
32
Faisal H Basri:
33
Bagaimana menurut Anda resources yang ada, sumberdaya yang kita bangsa kita. untuk membawa bangsa ini
kepemim-pinan yang ideal untuk miliki, untuk mencapai satu tujuan secara mendekat ke goals-nya, tanpa zig zag.
situasi Indonesia saat ini? efektif. Sumber daya manusia dan sumber daya
Berbicara mengenai kepemimpinan Seperti kita ketahui, tujuan bangsa alam. Dan kemampuan meraciknya untuk
yang ideal, mungkin kita bisa memulainya kita kan antara lain melindungi segenap mencapai tujuan yang kita harapkan itu.
dari fungsi kepemimpinan itu sendiri. bangsa Indonesia dan seluruh tumpah Dari segi itu, pemimpin juga harus punya
Menurut hemat saya, fungsi darah Indonesia, memajukan komitmen, dalam arti kemampuan
kepemimpinan adalah kemampuan kesejahteraan umum, mencerdaskan memobilisasi sumber daya yang dimiliki
seorang pemimpin memobilisasi seluruh kehidupan bangsa. Itu adalah goals bangsanya, di samping kemampuan
bosnya dari luar kekuasaan, jadi jangan Ada yang bilang gerakan reformasi Wiranto, Akbar Tandjung. Jadi menurut
dari dalam kekuasaan. Rusak dong, siapa yang ada sekarang sudah kebablasan, ada saya perlu ada mekanisme demokratisasi
yang mau kerja, ini kan namanya yang bilang sudah salah arah. Lalu ke di dalam partai politik. Jadi seperti
pembusukan. depan, gerakan apa yang efektif dan bisa terdapat dalam ketentuan KPU, walapun
memunculkan orang-orang yang memiliki katakanlah tidak ada calon independen,
Lalu bagaimana dengan soal track record bersih dan punya integritas partai harus membuka diri seluas-luasnya
birokasi? supaya bangsa kita bisa keluar dari terhadap warga negara yang hendak
Bagi saya, birokrasi fungsi utamanya kemelut multidimensi seperti saat ini? mencalonkan diri dalam pilkada. Dan itu
tidak lebih dari alat eksekutif. Birokrasi Ya, awalnya kan disebabkan gerakan harus disertai dengan berita acara,
pada dasarnya bisa dipengaruhi oleh reformasi menganggap musuh utamanya prosesnya itu dilaksanakan apa tidak. Nah
pemimpinnya. Salah satu keberhasilan adalah Soeharto, kalo saya kan disitu kadang-kadang hukum tidak
dari seorang pemimpin adalah kalau dia menganggap musuh bangsa ini rezim, ditegakkan.
berhasil memanfaatkan birokrasi. karena rezim—bukan Soeharto semata— Secara empiris, di dunia ini terbukti,
Birokrasi itu given. Jadi pemimpin harus yang merusak bangsa ini. Nah, kita bahwa negara-negara yang institusi
memiliki direction yang jelas kepada keburu puas setelah Soeharto jatuh, tapi politik dan ekonominya baik di masa lalu
birokrasi, sehingga birokrasi mau rezim engga berubah. Jadi yang sekarang adalah negara-negara yang sejahtera
mengikuti kebijakan pemimpinnya. berkuasa sebenarnya Orde Baru jilid II. sekarang. Bangsa kita engga bisa
Menteri itu bukan jabatan profesional, Siapa ketua DPD, Golkar, Ketua DPR, membangun institusi politik dan ekonomi
tapi jabatan politik. Jadi menteri-menteri Golkar, Wakil Presiden, Gokkar, BP Migas dengan cara eksperimen terus, tapi
yang berasal dari partai politik yang dikuasai Golkar, di KPU ada Golkarnya, institusi politiknya jelas, institusi
duduk di kabinet harus jelas, jika diajak dimana-mana Golkar. ekonominya jelas. Karena itulah yang
duduk dalam eksekutif atau duduk dalam Golkar berkepentingan untuk berkuasa akan menjamin adanya kesinambungan
pemerintahan, konsekuensi partai si karena dengan berkuasalah kesalahan pembaruan yang lebih pasti, bukan selera
menteri harus mendukung kebijakan masa lalu mereka bisa mereka protek. Jadi rezim. Nah, institusi politik yang bagus,
pemerintahan di parlemen. Masalahnya, salah kita sendiri. Harusnya dulu kan punya beberapa karakteristik, seperti
dalam konteks ini terjadi banyak Golkar itu partai terlarang. Sepuluh tahun memberikan kebebasan pada warga
kerancuan, partai si menteri kerapkali engga boleh ikut pemilu atau dua kali negaranya untuk turut serta dalam proses
terlihat tidak mendukung kebijakan pemilu. Harusnya kan gitu tuntutan politik dan proses ekonomi yang seluas-
pemerintah. Inilah repotnya sistem reformasi saat itu. Ada punishment yang luasnya, dan juga memberikan kekuasaan
pemerintahan kita, parlementer tidak, jelas. Tentu harus melawati proses hukum kepada seluruh individu untuk memiliki
presidensial juga engga. Karena presiden di pengadilan, yang menunjukkan betapa faktor/alat produksi, supaya dia tidak
sendiri gamang, untuk meng-exercise rezim Golkar di masa Orde Baru itu korup. sekedar mengandalkan pada tenaga saja.
kekuatan dia sebagai presiden yang Untuk itu, ke depan kita harus Jadi intinya, kesejahteraan rakyat yang
dipercaya langsung oleh rakyat, jadinya menarik garis pemisah yang jelas, antara dilandasi oleh kebebasan individu.
kebijakan presiden terkesan akomodatif kekuatan-kekuatan status quo dengan Selanjutnya, institusi yang baik juga
terus. kekuatan-kekuatan baru. Syaratnya, harus bisa menciptakan kendala,
Makanya dalam konteks kekuatan-kekuatan yang baru itu harus sehingga para elite, politisi, dan
kepemimpinan di daerah, calon bersatu. PDIP tadinya kita harapkan bisa kelompok-kelompok kekuatan tidak
38 independen bisa membuat mekanisme menjadi ujung tombak oposisi. Tapi menjarah atau merampok aset-aset,
rekrutmen kepemimpin di daerah bisa akhirnya kerjasamanya juga sama Golkar. kekayaan, atau investasi rakyat. Misalnya,
lebih baik. Jadi calon independen itu kalau monorel jadi, itu kan sebetulnya
bukan untuk menggembosi partai, dia Lalu, apa kira-kira solusi dari Anda Bukaka dan kawan-kawannya merampok
menjadi faktor pendorong untuk menuju dalam mengatasi krisis kepemimpinan aset atau kekayaan rakyat, karena nanti
perbaikan mekanisme rekrutmen yang berlangsung di Indonesia saat rakyat yang akan membayar proyek itu.
kepemimpinan yang ada di dalam partai ini? Kenapa? karena institusi yang
politik. Karena pada dasarnya calon Intinya, perlu ada mekanisme yang mengaturnya buruk. Jalan tol yang naik
independen itu susah dan lebih mahal bisa membuat sirkulasi kepemimpinan adalah ruas-ruas yang dikuasai oleh
biaya politiknya, wong dia engga punya nasional itu lebih lancar. Kan keterlaluan, penguasa. Contoh lain, Bakrie misalnya,
instrumen. kalau bangsa ini cuma mengandalkan tidak punya infrastruktur, tapi bisa dapat
pada Gus Dur, Amien Rais, Megawati,
40
Kedua, pemiskinan budaya. Pemiskinan budaya ini sesuai dengan kehendak pemimpin yang tengah
dimulai dari semakin mahalnya biaya pendidikan berkuasa.
sehingga hanya golongan yang kaya saja yang dapat Di era reformasi, pembusukan Pancasila
menikmati pendidikan. Sementara itu, dalam kehidupan mengakibatkan penggerusan ideologi. Oleh
plural seperti Indonesia, pemiskinan budaya terjadi karenanya, menurut Prof. Dr. Musa Asy’Arie, orang
ketika kita tidak mampu lagi menghargai makna mempertanyakan aspek otentik Pancasila. Adakah
pluralitas karena fanatisme kesukuan, kedaerahan, dan Pancasila sebagai ideologi NKRI menyatu dengan
bahkan keagamaan sehingga memunculkan kekerasan realitas yang secara kasat mata memperbaiki kualitas
sebagai akibat fanatisme sempit. Pluralitas tidak hidup rakyat Indonesia dalam kehidupan yang kian adil
memperkaya spiritualitas, tetapi sebaliknya mengalami dan makmur seperti tujuan NKRI?
pendangkalan sehingga memicu konflik dan kekerasan
Ideologi, sebagaimana ia ditegaskan, seharusnya
dimana-mana. Ketiga, pemiskinan politik. Menurut Prof.
mempunyai kekuatan pragmatik yang aplikatif dan
Musa Asy’Arie, pemiskinan politik telah berlangsung
secara nyata mampu mengubah kualitas hidup
sejak euforia kebebasan politik pascareformasi yang
sebagian besar masyarakat untuk menjadi semakin
menyulut berdirinya banyak partai politik, tetapi
adil, semakin makmur, dan semakin cerdas. Jika tidak,
sayangnya tidak diikuti oleh kesadaran politik.
maka ideologi apapun bahkan suatu faham
Akibatnya, etika politik bangsa mengalami
keagamaan sekalipun dengan sendirinya akan
penggerusan yang hebat oleh kecenderungan money
mengalami pembusukan. Oleh karena itu, Pancasila
politics. Politik adalah kekuasaan dan hanya untuk
dan NKRI hanya dapat dipertahankan jika kebijakan
kekuasaan.
pemerintah yang menciptakan pemiskinan ekonomi,
Berkenaan dengan Pancasila, Prof. Dr. Musa Asy’Arie budaya, dan politik yang semakin tajam segera diakhiri.
menyatakan bahwa Pancasila sudah diterima sebagai
Berdasarkan pandangan-pandangan yang ditulis
dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
dalam artikel inilah, tim redaksi kemudian melakukan
di dalamnya mengandung filosofi kehidupan
wawancara secara khusus dengan Prof. Dr. Musa
berbangsa. Pancasila merupakan konsensus politik
Asy’Arie di sekolah Pascasarjana Universitas Islam
kebangsaan yang disarikan dari berbagai pluralitas yang
Indonesia, Kalijaga, Yogyakarta. Berikut hasil
ada dalam kehidupan berbangsa di Indonesia. Namun
wawancara tersebut.
dalam praktiknya, Pancasila cenderung diintepretasikan
Dalam tulisan tersebut disebutkan merupakan negeri yang sangat kaya. di bidang pertanian yang sangat banyak.
bahwa eksistensi NKRI akan sangat Hampir tidak ada daerah-daerah yang Mereka sangat pandai, tetapi yang
42 tergantung pada sejauh mana NKRI miskin sumber daya alam kecuali, menjadi masalah mengapa beras harus
mampu meraih tujuan-tujuannya. barangkali, di Nusa Tenggara Timur (NTT). impor? Tidak hanya beras, tetapi juga
Dalam kaitan ini, apakah sebenarnya Namun, sebenarnya kandungan alamnya buah-buahan. Bukankah ini merupakan
yang menjadi tujuan NKRI tersebut? tidak begitu miskin. Jadi, menurut saya, ironi yang luar biasa. Jadi, menurut saya,
Menurut saya, eksistensi NKRI semua daerah di Indonesia mempunyai ini merupakan paradoks yang luar biasa.
ditentukan seberapa jauh keadilan dan sumber kekayaan yang melimpah. Namun, Sebuah negeri yang kaya, yang kata Koes
kemakmuran diwujudkan di negeri ini. jika dibandingkan dengan realitas yang Plus, tongkat saja bisa menjadi tanaman.
Jika tidak, maka potensi bubar sangat ada maka menjadi sangat paradoks. Namun dalam kenyataannya, sungguh
besar sekali. Sebetulnya, gejolak daerah Sebagai contoh, negeri kita ini mengenaskan. Nah, pasti ada yang salah.
yang ingin memisahkan diri kuncinya sebetulnya merupakan negeri agraris yang Salah satu faktor penyebabnya adalah
terletak pada kemakmuran dan subur. Potensi pertaniannya sangat luar manajemen politik. Pertama, menyangkut
kesejahteraan. Menurut saya, negeri ini biasa, dan kita mempunyai tenaga ahli leadership. Ini merupakan persoalan yang
46
54
1 5
Artikel ini hasil resume yang dilakukan oleh Econit Advisory Group dan Institut Bankir Penjerumusan atau Ketidaktahuan. 8 Okotober
tim redaksi atas ijin penulis dari artikel yang Indonesia. 1997. 1997, hal. 3.
9
diedarkan secara luas ke publik dengan judul: Studi Struktur dan Kebijakan Strategis Industri Lihat paper Koalisi Anti Utang: Mafia Barkeley:
“10 Tahun Krisis Ekonomi, Solusi Moneter dan Perbankan Indonesia Pasca-Tahun 2000. Kegagalan Indonesia menjadi Negara Besar di
6
Neoliberal: “Kerawanan Lama dalam Bungkus Diungkapkan dalam ECONIT Economic Asia, 6 Juni 2006.
10
Baru”. Outlook 1996: A Yea of Consolidation. Lihat dua paper TIB: (1) Ekonomi Indonesia
2
Mantan Menko Perekonomian Indonesia; November 1995, Bagian 2 hal. 28 2006: Penundaan Kebangkitan Ekonomi, 26
7
Chairman of the Board ECONIT Advisory Group Diungkapkan dalam ECONIT Economic Outlook Januari 2006, hal. 3; (2) Perlambatan
3
Senior researcher Econit Advisory Group 1996: A Yea of Consolidation. November 1995, Pemulihan Ekonomi dan Kesenjangan yang
4
Moderat relatif terhadap pertumbuhan ekonomi Bagian 3 hal. 17 Semakin Lebar, 18 Mei 2006.
8
negara Asia yang tinggi (8-10 persen). Kutipan langsung Econit Public Policy Review
(EPPR): Saran untuk Meminta Bantuan IMF:
Pergerakan Indonesia
Pergerakan Indonesia (PI) lahir “.....namun rasanya suatu keniscayaan berkurangnya atau bahkan hilangnya
sebagai bentuk dari aktualisasi dan kalau berhimpunnya kita itu makin kesempatan untuk hidup layak.
optimisme pasca pergulatan selama dua lengkap dari berbagai Elemen, dari aktivis, Sejauh ini dalam prosesnya, juga tidak
tahun setelah pembentukan Komite dari kesenian, dari kelompok kebudayaan, menunjukkan perbaikan yang
Persiapan Pergerakan Indonesia (KPPI). politisi juga, sebagai Partai yang ditujukan signifikan di dalam kehidupan
Kongres Pertama PI dilaksanakan di Bogor oleh temen-temen kita yang ada di masyarakat, bahkan kemiskinan terus
pada 26-28 Agustus 2005, tepat Kalimantan Tengah dan di tempat-tempat meningkat, secara kuantitatif dan
sembilan hari setelah lagu Indonesia Raya lainnya. Orang Partai boleh beda tapi di kualitatif. Sebut saja misalnya kondisi
dikumandangkan kembali oleh seluruh PI orang merasa lebih nyaman ketimbang petani yang kian menderita
rakyat Indonesia. di Partainya sendiri”. berhadapan dengan tingginya biaya
Sebagai organisasi progresif, salah produksi pertanian tapi rendahnya
satu tekad PI adalah tidak mengulang Prinsip Dasar harga jual, gaji buruh yang tertinggal
kesalahan dan kegagalan-kegagalan masa oleh peningkatan inflasi, sektor
lalu dalam membangun organisasi, Prinsip Dasar Pergerakan Indonesia informal semakin besar, dan berbagai
keprihatinan atas apa yang telah terjadi adalah Kebangsaan, Kerakyatan, persoalan keterbelakangan di bidang
pada masa lalu pasca reformasi telah Kemanusiaan, Keberagaman, Kesetaraan pendidikan dan kesehatan. 55
membulatkan tekad aktivis PI untuk dan Kebersamaan.
memperbaiki tatanan politik dan moral Dalam prosesnya, gejala
politik di Indonesia. Platform PI ketidakpuasan masyarakat akan
PI adalah sebuah organisasi yang penegakan keadilan dan penegakan
bersifat multikdimensi dimana anggota I. Analisis Masyarakat, Situasi hukum juga kian meningkat tajam,
anggotanya adalah elemen dari berbagai Nasional dan Internasional dan perlawanan sipil pada negara di
lapisan masyarakat baik aktivis, seniman, sana-sini tidak bisa dielakkan.
penggiat politik dan sebagainya, dalam A. Analisis Masyarakat Sementara disisi lain, telah terjadi
pidato politik pada Kongress I PI di pula konspirasi antar-elit politik baik
bogor, Ketua Umum PI Faisal Basri Secara objektif, masyarakat Indonesia di parlemen maupun di pemerintahan
mengemukakan: saat ini menghadapi masalah cukup untuk menjaga posisi masing-masing
serius, diantaranya adalah (status quo), yang makin terbuka
8. Memperjuangkan hubungan industrial 9. Memperjuangkan dan mendorong Sekretaris Jenderal : Arie Sujito
Wakil Sekjend. : Azwar Zulkarnaen
yang progresif dan adil. upaya-upaya untuk melepaskan
negara dari ketergantungan terhadap Bendahara : Albertus Sugeng
9. Memperjuangkan kesetaraan warga utang. Wk. Bendahara : Faisal Andi Mahrawa
Wk. Bendahara : Thomas Nugroho
bangsa dengan menjunjung tinggi
penegakan hak-hak azasi manusia 10. Mendorong terjadinya kerjasama Bidang Hubungan Internasional, Humas dan
Jaringan
yang berlandaskan pada ekonomi yang lebih maju diantara
Ketua : Gede Mahendra
penghormatan terhadap prinsip anti- negaranegara berkembang. Anggota :
diskriminasi. 1. Azman Muchtar 4. Santi
2. Suwendhi 5. Iman Pandjaitan
IV. Perjuangan Bidang Hukum
3. Dani P. PIN 6. Paulus M. Lubis
III. Perjuangan Bidang Ekonomi
Dititikberatkan pada pembangunan Bidang Pendidikan dan Kaderisasi
Ketua : Sukma Widyanti
1. Pembangunan ekonomi dengan Sistem Hukum Nasional, yang meliputi Anggota :
sumber daya nasional sebagai tiga komponen: struktural (pembangunan 1. Erwin Razak 3. Asep Kurniawan
kekuatan pokok. sistem hukum yang dapat menciptakan 2. Boy Syahbana 4. Thoib Soebhanto
sutruktur pemerintahan negara yang Bidang advokasi dan Pengembangan Organisasi
2. Melaksanakan politik-ekonomi dan efisien dan efektif dalam melaksanakan Ketua : Dwi Djananto
strategi ekonomi dengan membangun berbagai permasalahan birokrasi), Anggota : 57
1. SaepulTavip 5. Miranti Husein
pasar domestik yang terintegrasi, substansial (penciptaan peraturan 2. Guntur Tua 6. Tanthowi
efisien dan kuat (Domestic-market led perundang-undangan yang komprehensif, 3. Jhoni Sarinton 7. Joze Rizal
development). integral dan sistematis dengan 4. Teguh Bangun 8. Noviar
Santoso
memperhatikan aspek legalitas,
3. Persaingan usaha yang sehat pada efektivitas dan validitas) dan budaya Bidang Kesekretariatan dan Data Base
sektor private goods (barang-barang hukum (pembangunan keseluruhan nilai- Ketua : Musjaffa’ Maimun
Anggota :
privat). nilai sosial yang berhubungan dengan 1. Teddy Kroen 2. Ahmad Firdaus
hukum beserta sikap-sikap yang
Balitbang
4. Kesetaraan (equality) dalam distribusi mempengaruhi hukum), dengan
· Wahyu Handoyo
ekonomi. memperjuangkan tujuan-tujuan sebagai · Nyoman Darma
berikut:
Membangun
Alter-Hegemon
Judul buku : Beyond US Hegemony?
Penulis : Samir Amin
Penerbit : Strategic Information Research Development
Tahun : 2006
Tebal : 191 halaman
Dunia berbeda masih mungkin. Dan Lantas Amin memulai analisanya liberalisme akibat “ketundukan Eropa
Samir Amin bakal tersenyum dengan dengan melihat tiga triad kekuatan: Eropa, terhadap pemimpin Amerika Utara dan
perkembangan terbaru di Amerika Latin AS, dan Jepang. Setelah Perang Dunia kesediaannya untuk membiayai defisit AS
dan India. Sebab, dalam karyanya Beyond Kedua, AS dengan kekuatan hegemoni dengan mengorbankan kepentingannya
US Hegemony? Assessing the Prospect for militernya selalu berkeinginan sendiri” (h.15). Lalu krisis sosial sebagai
a Multipolar World, Amin memandang menundukkan segala bentuk kekuatan perlawanan terhadap konsekuensi
hegemoni AS sudah mencapai titik ekonomi dan militer yang menantang neoliberalisme. Terakhir krisis politik yang
kulminasi bahaya. Unilateralisme yang dominasinya. Ekonomi AS bak parasit terlihat melalui penolakan terhadap
menggelinding bersama globalisasi bergelayut pada rekanannya dalam sistem kehendak berperang AS. Ditambah dengan
berbungkus kapitalisme neoliberal global, tanpa cadangan nasional miliknya budaya politik bak jurang dalam antara
menyimpan imperialisme, benar-benar sendiri. “Dunia memproduksi”, ungkap Eropa dan AS, maka “landasan bagi
membahayakan dunia dan kemanusiaan. Amin, “Amerika Utara mengkonsumsi” benturan peradaban antara Amerika Serikat
Imperialisme, menurutAmin, bukanlah (h.12). Sedang kekuatan militer AS dan Eropa tersedia sudah” (h.22).
tahapan kapitalisme tetapi ciri khas menginginkan seluruh dunia di bawah Sebagai teoritisi sistem dunia, Samir
ekspansi kapitalisme global (h.3). Bentuk kuasanya. Maka dunia, terutama Eropa, Amin menganalisa seluruh bumi ini dari
kapitalisme yang berlaku kini sangat tidak harus memilih dua strategi: pertama, terus kacamata geopolitik daripada terpaku pada
menyenangkan, dan sebenarnya bisa memasok kapital membiayai konsumsi, negara tertentu. Tak heran bila ada
dihindari. investasi, dan defisit pengeluaran militer kecenderungan menggunakan wacana blok 59
Namun ini tak membuat Amin, sang AS. Kedua, memasok kapital itu untuk hegemon daripada kelas penguasa. Maka
Marxis teguh, menolak globalisasi. kepentingan ekonomi mereka sendiri penekanan teoritis lebih diarahkan pada
Malahan dia mengangankan suatu (h.13). Keadaan sekarang lebih membuat penyeimbangan antara hegemon dan
globalisasi yang bersahabat. Dalam benak Eropa memilih opsi pertama. Sedangkan subhegemon.
Amin, ada kerangka alter-globalisasi yang di bidang politik terjadi perbedaan akibat Cina, sebagai kekuatan baru di mata
memungkinkan kemunculan blok hegemoni budaya politik berbeda. Maka menurut Amin, tidak lebih sebagai “partisipan
lain. Blok alternatif ini tak mesti harus Amin, tendensi ekonomi dominan, pinggiran terdominasi yang dipaksa
memangkas tuntutan kapitalisme, pikir mendukung kesatuan triad. Sedangkan bermain dengan aturan-aturan
Amin. Tetapi blok itu jelas mampu politik mengacu pada pecahnya ikatan imperialisme triad baru” (h.47). Sedangkan
memaksa kapitalisme beradaptasi dengan triad. di bab 3, kesuksesan Rusia bisa diraih
keadaan-keadaan yang tidak mesti sesuai Akibat polah AS ini, Eropa mengalami kembali apabila Moskow bersedia berganti
dengan logika khas kapitalisme (h.6). krisis multidimensi. Krisis ekonomi dalam poros diplomatik dari kutub Washington
60