Professional Documents
Culture Documents
Jenis-Jenis Motor AC
Motor AC Sinkron (Motor Sinkron)
Motor sinkron adalah motor AC, bekerja pada kecepatan tetap pada sistim frekuensi tertentu.
Motor ini memerlukan arus searah (DC) untuk pembangkitan daya dan memiliki torque awal
yang rendah, dan oleh karena itu motor sinkron cocok untuk penggunaan awal dengan beban
rendah, seperti kompresor udara, perubahan frekuensi dan generator motor. Motor sinkron
mampu untuk memperbaiki faktor daya sistim, sehingga sering digunakan pada sistim yang
Rotor, Perbedaan utama antara motor sinkron dengan motor induksi adalah bahwa rotor mesin
sinkron berjalan pada kecepatan yang sama dengan perputaran medan magnet. Hal ini
memungkinkan sebab medan magnit rotor tidak lagi terinduksi. Rotor memiliki magnet
permanen atau arus DC-excited, yang dipaksa untuk mengunci pada posisi tertentu bila
dihadapkan dengan medan magnet lainnya.
Stator, Stator menghasilkan medan magnet berputar yang sebanding dengan frekuensi yang
dipasok.
Motor ini berputar pada kecepatan sinkron, yang diberikan oleh persamaan berikut (Parekh,
2003):
Ns = 120 f / P
Dimana:
Motor induksi merupakan motor yang paling umum digunakan pada berbagai peralatan industri.
Popularitasnya karena rancangannya yang sederhana, murah dan mudah didapat, dan dapat
langsung disambungkan ke sumber daya AC.
Rotor kandang tupai terdiri dari batang penghantar tebal yang dilekatkan dalam petak-petak
slots paralel. Batang-batang tersebut diberi hubungan pendek pada kedua ujungnya dengan alat
cincin hubungan pendek.
Lingkaran rotor yang memiliki gulungan tiga fase, lapisan ganda dan terdistribusi. Dibuat
melingkar sebanyak kutub stator. Tiga fase digulungi kawat pada bagian dalamnya dan ujung
yang lainnya dihubungkan ke cincin kecil yang dipasang pada batang as dengan sikat yang
menempel padanya.
Stator, Stator dibuat dari sejumlah stampings dengan slots untuk membawa gulungan tiga fase.
Gulungan ini dilingkarkan untuk sejumlah kutub yang tertentu. Gulungan diberi spasi geometri
sebesar 120 derajat.
Motor induksi dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama (Parekh, 2003) :
Motor induksi satu fase. Motor ini hanya memiliki satu gulungan stator, beroperasi dengan
pasokan daya satu fase, memiliki sebuah rotor kandang tupai, dan memerlukan sebuah alat
untuk menghidupkan motornya. Sejauh ini motor ini merupakan jenis motor yang paling umum
digunakan dalam peralatan rumah tangga, seperti fan angin, mesin cuci dan pengering pakaian,
dan untuk penggunaan hingga 3 sampai 4 Hp.
Motor induksi tiga fase. Medan magnet yang berputar dihasilkan oleh pasokan tiga fase yang
seimbang. Motor tersebut memiliki kemampuan daya yang tinggi, dapat memiliki kandang tupai
atau gulungan rotor (walaupun 90% memiliki rotor kandang tupai); dan penyalaan sendiri.
Diperkirakan bahwa sekitar 70% motor di industri menggunakan jenis ini, sebagai contoh,
pompa, kompresor, belt conveyor, jaringan listrik , dan grinder. Tersedia dalam ukuran 1/3
hingga ratusan Hp.
Motor induksi bekerja sebagai berikut. Listrik dipasok ke stator yang akan menghasilkan medan
magnet. Medan magnet ini bergerak dengan kecepatan sinkron disekitar rotor. Arus rotor
menghasilkan medan magnet kedua, yang berusaha untuk melawan medan magnet stator, yang
menyebabkan rotor berputar.
Walaupun begitu, didalam prakteknya motor tidak pernah bekerja pada kecepatan sinkron namun
pada “kecepatan dasar” yang lebih rendah. Terjadinya perbedaan antara dua kecepatan tersebut
disebabkan adanya “slip/geseran” yang meningkat dengan meningkatnya beban. Slip hanya
terjadi pada motor induksi. Untuk menghindari slip dapat dipasang sebuah cincin geser/ slip ring,
dan motor tersebut dinamakan “motor cincin geser/ slip ring motor”.
Persamaan berikut dapat digunakan untuk menghitung persentase slip/geseran (Parekh, 2003):
Dimana:
Mulai menyala ternyata terdapat arus nyala awal yang tinggi dan torque yang rendah (“pull-up
torque”).
Mencapai 80% kecepatan penuh, torque berada pada tingkat tertinggi (“pull-out torque”) dan
arus mulai turun.
Pada kecepatan penuh, atau kecepatan sinkron, arus torque dan stator turun ke nol.
Motor Sinkron adalah mesin sinkron yang digunakan untuk mengubah energi listrik
menjadi energi mekanik. Mesin sinkron mempunyai kumparan jangkar pada stator dan kumparan
medan pada rotor. Kumparan jangkarnya berbentuk sama dengan mesin induksi, sedangkan
kumparan medan mesin sinkron dapat berbentuk kutub sepatu (salient) atau kutub dengan celah
udara sama rata (rotor silinder). Arus searah (DC) untuk menghasilkan fluks pada kumparan
medan dialirkan ke rotor melalui cincin dan sikat.
Prinsip Kerja Motor Sinkron
Gambar 2.1 memperlihatkan keadaan terjadinya torsi pada motor sinkron. Keadaan ini
dapat dijelaskan sebagai berikut: apabila kumparan jangkar (pada stator) dihubungkan dengan
sumber tegangan tiga fasa maka akan mengalir arus tiga fasa pada kumparan. Arus tiga fasa pada
kumparan jangkar ini menghasilkan medan putar homogen (BS). Berbeda dengan motor induksi,
motor sinkron mendapat eksitasi dari sumber DC eksternal yang dihubungkan ke rangkaian rotor
melalui slip ring dan sikat. Arus DC pada rotor ini menghasilkan medan magnet rotor (BR) yang
tetap. Kutub medan rotor mendapat tarikan dari kutub medan putar stator hingga turut berputar
dengan kecepatan yang sama (sinkron). Torsi yang dihasilkan motor sinkron merupakan fungsi
sudut torsi (). Semakin besar sudut antara kedua medan magnet, maka torsi yang dihasilkan
akan semakin besar seperti persamaan di bawah ini.
T = k .BR .Bnet sin
Pada beban nol, sumbu kutub medan putar berimpit dengan sumbu kumparan medan .
Setiap penambahan beban membuat medan motor “tertinggal” dari medan stator, berbentuk
sudut kopel (); untuk kemudian berputar dengan kecepatan yang sama lagi. Beban maksimum
tercapai ketika = . Penambahan beban lebih lanjut mengakibatkan hilangnya kekuatan torsi dan
motor disebut kehilangan sinkronisasi. Oleh karena pada motor sinkron terdapat dua sumber
pembangkit fluks yaitu arus bolak-balik (AC) pada stator dan arus searah (DC) pada rotor, maka
ketika arus medan pada rotor cukup untuk membangkitkan fluks (ggm) yang diperlukan motor,
maka stator tidak perlu memberikan arus magnetisasi atau daya reaktif dan motor bekerja pada
faktor daya = 1,0. Ketika arus medan pada rotor kurang (penguat bekurang), stator akan menarik
arus magnetisasi dari jala-jala, sehingga motor bekerja pada faktor daya terbelakang (lagging).
Sebaliknya bila arus pada medan rotor belebih (penguat berlebih), kelebihan fluks (ggm) ini
harus diimbangi, dan stator akan menarik arus yang bersifat kapasitif dari jala-jala, dan
karenanya motor bekerja pada faktor daya mendahului (leading). Dengan demikian, faktor daya
motor sinkron dapat diatur dengan mengubah-ubah harga arus medan (IF)
Motor induksi merupakan motor listrik arus bolak balik (ac) yang paling luas digunakan
Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa motor ini bekerja berdasarkan induksi medan
magnet stator ke statornya, dimana arus rotor motor ini bukan diperoleh dari sumber tertentu,
tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran
rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator.
Motor induksi sangat banyak digunakan di dalam kehidupan sehari-hari baik di industri maupun
di rumah tangga. Motor induksi yang umum dipakai adalah motor induksi 3-fase dan motor
induksi 1-fase. Motor induksi 3-fase dioperasikan pada sistem tenaga 3-fase dan banyak
digunakan di dalam berbagai bidang industri dengan kapasitas yang besar. Motor induksi 1-fase
dioperasikan pada sistem tenaga 1-fase dan banyak digunakan terutama untuk peralatan rumah
tangga seperti kipas angin, lemari es, pompa air, mesin cuci dan sebagainya karena motor
induksi 1-fase mempunyai daya keluaran yang rendah.
Bentuk fisik MI
MI dilihat ke dalam
Konstruksi Motor Induksi
1. Stator : Merupakan bagian yang diam dan mempunyai kumparan yang dapat
menginduksikan medan elektromagnetik kepada kumparan rotornya.
2. Celah : Merupakan celah udara: Tempat berpindahnya energi dari startor ke rotor.
3. Rotor : Merupakan bagian yang bergerak akibat adanya induksi magnet dari kumparan
stator yang diinduksikan kepada kumparan rotor.
Konstruksi stator motor induksi pada dasarnya terdiri dari bahagian-bahagian sebagai berikut :
1. Rumah stator (rangka stator) dari besi tuang.
2. Inti stator dari besi lunak atau baja silikon.
3. Alur, bahannya sama dengan inti, dimana alur ini merupakan tempat meletakkan belitan
(kumparan stator).
4. Belitan (kumparan) stator dari tembaga.
Rangka stator motor induksi ini didisain dengan baik dengan empat tujuan yaitu:
1. Menutupi inti dan kumparannya.
2. Melindungi bagian-bagian mesin yang bergerak dari kontak langsung dengan manusia dan
dari goresan yang disebabkan oleh gangguan objek atau gangguan udara terbuka (cuaca luar).
3. Menyalurkan torsi ke bagian peralatan pendukung mesin dan oleh karena itu stator didisain
untuk tahan terhadap gaya putar dan goncangan.
4. Berguna sebagai sarana rumahan ventilasi udara sehingga pendinginan lebih efektif.
Berdasarkan bentuk konstruksi rotornya, maka motor induksi dapat dibagi menjadi dua jenis ,
yaitu.
1. Motor induksi dengan rotor sangkar (squirrel cage).
2. Motor induksi dengan rotor belitan (wound rotor)
Diantara stator dan rotor terdapat celah udara yang merupakan ruangan antara stator dan rotor.
Pada celah udara ini lewat fluks induksi stator yang memotong kumparan rotor sehingga
meyebabkan rotor berputar. Celah udara yang terdapat antara stator dan rotor diatur sedemikian
rupa sehingga didapatkan hasil kerja motor yang optimum. Bila celah udara antara stator dan
rotor terlalu besar akan mengakibatkan efisiensi motor induksi rendah, sebaliknya bila jarak
antara celah terlalu kecil/sempit akan menimbulkan kesukaran mekanis pada mesin. Bentuk
gambaran sederhana bentuk alur / slot pada motor induksi diperlihatkan pada gambar berikut :
Tanda silang (x) pada kumparan stator atau rotor pada gambar menunjukkan arah arus yang
melewati kumparan masuk ke dalam (tulisan ini) sedangkan tanda titik (.) menunjukkan bahwa
arah arus keluar dari permukaan.
Medan putar pada stator tersebut akan memotong konduktor-konduktor pada rotor,
sehingga terinduksi arus; dan sesuai dengan Hukum Lentz, rotor pun akan turut berputar
mengikuti medan putar stator. Perbedaan putaran relatif antara stator dan rotor disebut
slip. Bertambahnya beban, akan memperbesar kopel motor yang oleh karenanya akan
memperbesar pula arus induksi pada rotor, sehingga slip antara
medan putar stator dan putaran rotor pun akan bertambah besar. Jadi. Bila beban motor
bertambah, putaran rotor cenderung menurun.
Pada rangka stator terdapat kumparan stator yang ditempatkan pada slotslotnya yang
dililitkan pada sejumlah kutup tertentu. Jumlah kutup ini menentukan kecepatan
berputarnya medan stator yang terjadi yang diinduksikan ke rotornya. Makin besar
jumlah kutup akan mengakibatkan makin kecilnya kecepatan putar
medan stator dan sebaliknya. Kecepatan berputarnya medan putar ini disebut kecepatan
sinkron. Besarnya kecepatan sinkron ini adalah sebagai berikut.
ωsink = 2πf (listrik, rad/dt)
= 2πf / P (mekanik, rad/dt)
atau:
Ns = 60. f / P (putaran/menit, rpm) (3.2)
yang mana :
f = frekuensi sumber AC (Hz)
P = jumlah pasang kutup
Ns dan ωsink = kecepatan putaran sinkron medan magnet stator
Prinsip kerja motor induksi berdasarkan macam fase sumber tegangannya dapat
dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut dibawah ini.
1. Sumber 3 fasa
Bentuk gambaran fluk yang terjadi pada motor induksi 3-fasa diperllihatkan pada gambar berikut
(fluks yang terjadi pada kumparan 3-fase diasumsikan sinusoidal seperti yang diperlihatkan pada
gambar (a) dengan arah fluks positif seperti gambar (b)
I = P / (E x Cos Phi)
Sebelum menentukan luas penampang kabel, perlu di hitung KHA-nya lebih dahulu, KHA
adalah Kemampuan Hantar Arus.
KHA = 125% x I nominal
Contoh pertanyaan:
Suatu instalasi listrik rumah tangga atau industri memiliki kapasitas 900Watt, cos phi sebesar
0,8, tegangan yang dipakai adalah 220Volt. Tentukan besarnya kemampuan hantar arus (KHA)
untk menentukan kabel yang dipakai?
Jawaban:
I = P / (V x cos phi)
I = 900 / (220 x 0,8)
I = 900 / 176
I = 5,114
Hasil KHA adalah = 125% x 5,114 A = 6,3925 A = 6,39A
Kemudian cari pada tabel diatas kemampuan kabel yang mampu mengantarkan arus sebesar
6,39 Ampere. tapi anda juga bisa browsing dengan pencarian “ tabel kemampuan penampang
kabel “.
Dimana:
I = Arus beban listrik dalam satuan Ampere
P = Beban yang dibutuhkan dalam Watt
E = Tegangan antar fasa dalam Volt
Cos Phi = Faktor Daya
Contoh pertanyaan:
Suatu instalasi listrik industri (asumsi industri untuk pemakaian 3 phase) memiliki kapasitas
20.000 Watt, cos phi sebesar 0,8, tegangan antar phase yang dipakai adalah 415Volt. Tentukan
besarnya kemampuan hantar arus (KHA) untk menentukan kabel yang dipakai?
√3 = 1,73
Jawaban:
I = P / (√3 x E x Cos Phi)
I = 20.000 / (√3 x 415 x 0,8)
I = 20.000 / (1,73 x 332)
I = 20.000 / 574,36
I = 34,83 Ampere
Dalam menyesuaikan atau menentukan luas penampang kabel (besar kabel ) yang dibutuhkan
perlu perhitungan teoritis dulu seperti diatas yang kemudian di sesuaikan dengan luas
penampang atau besar kabel yang telah tersedia di pasaran.
Namun dalam hal ini lebih baik memilih besaran kabel lebih besar yang tersedia dilapangan,
sebagai contoh dalam perhitungan teoritis dibutuhkan luas penampang kabel 2mm2, maka perlu
pembelian kabel dengan diameter 2,5mm yang tersedia dipasaran.