You are on page 1of 8

LAPORAN KEGIATAN

Upaya Surveillance/Pencegahan dan Pemberantasan


Penyakit Menular dan Tidak Menular
PENYULUHAN DIFTERI
DI GEDUNG PUSKESMAS CERME

Disusun Oleh : dr. Ade Novita

Pembimbing : dr. Setyo Rini

NIP 19721004 200801 2 006

PUSKESMAS CERME

Kabupaten Gresik Jawa Timur

Program Dokter Internship

Periode Juni 2018 - Oktober 2019


Upaya Surveillance/Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Menular dan Tidak Menular
PENYULUHAN DIFTERI
DI GEDUNG PUSKESMAS CERME

dr. Ade Novita

1. Latar Belakang
Difteri adalah penyakit akut yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diphtheria, suatu bakteri Gram positif fakultatif anaerob. Difteri dapat ditularkan melalui
kontak langsung atau droplet dari penderita ke orang di sekitarnya. Penyakit ini ditandai
dengan sakit tenggorokan, demam, malaise dan pada pemeriksaan ditemukan
pseudomembran pada tonsil, faring, dan atau rongga hidung. Pemeriksaan khas
menunjukkan pseudomembran tampak kotor dan berwarna putih keabuan yang mudah
berdarah apabila dilakukan pengangkatan, hal ini dapat menyebabkan penyumbatan
karena peradangan tonsil dan meluas ke struktur yang berdekatan sehingga dapat
menyebabkan bull neck.
Pada tahun 2014, jumlah kasus difteri 296 kasus dengan jumlah kasus meninggal
adalah 16 orang. Dari 22 provinsi yang melaporkan adanya kasus difteri, provinsi
tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Timur, yaitu 295 kasus yang berkonstribusi sebesar
74%. Dari total kasus tersebut, 37% tidak mendapakan vaksin campak. Sementara pada
tahun 2015 terdapat 252 kasus difteri dengan 5 kasus meninggal dan gambaran menurut
umur terbanyak pada usia 5-9 tahun dan 1-4 tahun.
Komplikasi dari penyakit ini dapat terjadi akibat inflamasi lokal yaitu obstruksi
jalan nafas atau akibat aktivitas eksotoksin terutama ke otot jantung, saraf, dan ginjal,
serta infeksi sekunder oleh bakteri lain. Obstruksi jalan nafas, disebabkan oleh
tertutupnya jalan nafas oleh membran difteri atau oleh karena edema pada tonsil, faring,
daerah submandibular dan servikal. Penyebaran toksin Difteri dapat bermanifestasi pada
jantung berupa miokarditis yang dapat terjadi baik pada difteri ringan maupun berat dan
biasanya terjadi pada pasien yang terlambat mendapatkan pengobatan antitoksin. Penyulit
pada saraf biasanya terjadi lambat, bersifat bilateral, terutama mengenai saraf motorik.
Toksin ini dapat menyebabkan kerusakan saraf khususnya pada tenggorokan, di mana
konduksi saraf yang buruk dapat menyebabkan kesulitan menelan. Bahkan saraf pada
lengan dan kaki juga bisa meradang yang menyebabkan otot menjadi lemah.
Pencegahan secara umum dengan menjaga kebersihan dan memberikan
pengetahuan tentang bahaya difteria bagi anak, Pencegahan secara khusus terdiri dari
imunisasi DPT dan pengobatan karier. Pemberian imunisasi dilakukan saat masih bayi
dengan lima tahapan yakni, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 12-18 bulan dan 4-6 tahun.
Imunisasi DPT sangat penting untuk mempertahankan kadar antibodi tetap tinggi diatas
ambang pencegahan dan imunisasi ulangan sangat diperlukan agar lima kali imunisasi
sebelum usia 6 tahun. Selain itu penyebaran difteri juga bisa dicegah dengan menghindari
kontak langsung dengan penderita difteri, menjaga kebersihan dan lingkungan seperti
cuci tangan dan sanitasi yang baik, tidak batuk atau bersin disembarang tempat.
Maka dengan diadakannya penyuluhan mengenai difteri ini diharapkan para ibu-
ibu bayi/anak serta masyarakat mengetahui tentang penyakit difteri dan komplikasinya,
dapat pengenali tanda-tanda awal penyakit difteri dan dapat segera melakukan imunisasi
bagi bayi/anaknya sesuai jadwal baik di Bidan, Puskesmas, maupun Rumah Sakit.

2. Tujuan.
Meningkatkan pengetahuan orang tua bayi/anak dan masyarakat tentang penyakit difteri
dan komplikasinya, dapat pengenali tanda-tanda awal penyakit difteri dan dapat segera
melakukan imunisasi bagi bayi/anaknya sesuai jadwal baik di Bidan, Puskesmas, maupun
Rumah Sakit

3. Permasalahan
Masih kurangnya pengetahuan orang tua dan masyarakat mengenai penyakit
difteri, gejala-gejala awal infeksi bakteri, pencegahan dan pentingnya imunisasi difteri
pada bayi dan anak.

4. Kegiatan
NO Kegiatan Tempat Tanggal Kegiatan Sasaran
1 Memberi penyuluhan Di Ruang 21 Juli 2018 Orang tua
tentang penyakit difteri, Tunggu Poli bayi/anak dan
gejala klinis, pencegahan Gedung masyarakat yang
dan pentingnya imunisasi Puskesmas berobat di
difteri. Cerme Puskesmas Cerme

Sumber :
Arvin, Behrman Klirgman. 2000. lmu Kesehatan Anak. Jakarta. EGC

LAPORAN KEGIATAN
Nama Peserta dr. Ade Novita Tanda Tangan :

Nama Pendamping dr. Setyo Rini Tanda Tangan :

Nama Wahana Puskesmas Cerme

Tema Kegiatan Penyuluhan Difteri

Tujuan Kegiatan Meningkatkan pengetahuan orang tua bayi/anak dan masyarakat tentang
penyakit difteri dan komplikasinya, dapat pengenali tanda-tanda awal penyakit
difteri dan dapat segera melakukan imunisasi bagi bayi/anaknya sesuai jadwal
baik di Bidan, Puskesmas, maupun Rumah Sakit
Hari/Tanggal 21 Juli 2018

Waktu 08.30 – selesai

Tempat Di Ruang Tunggu Poli


Gedung Puskesmas Cerme
Komentar Atau Umpan Balik Dari Pendamping
1. Komunikasi

2. Kepribadian dan Profesionalisme

Peserta PIDI Pendamping Dokter Internship


UPT Puskesmas Cerme UPT Puskesmas Cerme

dr. Asa Dini Merina dr. Setyo Rini


NIP 19721004 200801 2 006
DOKUMENTASI
DAFTAR HADIR

You might also like