Professional Documents
Culture Documents
trauma).
Peristiwa traumatik dapat terjadi pada siapa saja. Seseorang bisa secara tiba-
tiba mengalami bencana, baik karena bencana alam ataupun tindak kejahatan
tertentu sehingga menyebabkan trauma.Peristiwa tersebut datang tanpa dapat
diprediksi sebelumnya, sehingga kondisi psikologis menjadi terganggu. Reaksi
terhadap suatu peristiwa dapat berbeda-beda pada setiap orang. Pada sebagan
orang suatu bencana tidak menyebabkan trauma, tapi pada orang lain dapat
menyebabkan trauma yang mendalam. Terkadang trauma menyebabkan seseorang
tidak mampu menjalankan kesehariannya seperti yang biasanya dilakukan,
bayangan akan peristiwa tersebut senantiasa kembali dalam ingatannya dan
mengusiknya, ia juga merasa tak mampu untuk mengatasinya.
1. Pengertian PTSD
Perlu untuk dibedakan, apakah seseorang sudah mengarah pada PTSD atau
masih PTS (post traumatic sympton). Kalaupun masih PTS tidak akan sampai
menimbulkan gangguan berat, masih dapat ditangani oleh psikolog yang terlatih. Yang
perlu dilakukan adalah jangan sampai PTS menjadi PTSD. Post-traumatic stress
disorder dapat mempengaruhi mereka yang secara pribadi mengalami bencana atau
musibah besar, mereka yang menjadi saksi atas kejadian tersebut, dan mereka yang
membantu dalam kejadian tersebut, termasuk pekerja sosial dan petugas keamanan.
Bahkan hal ini dapat terjadi di kalangan teman atau kerabat dari orang yang mengalami
trauma (Smith & Segal. 2008).
2. Kategorisasi PTSD
Secara umum gejala PTSD dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Merasakan kembali peristiwa traumatik tersebut (Re-Experiencing
Symptoms)
Secara berkelanjutan memiliki pikiran atau ingatan yang tidak
menyenangkan mengenai peristiwa traumatik tersebut (Frequently
having upsetting thoughts or memories about a traumatic
event). Terulangnya bayangan mental akibat peristiwa traumatik yang
pernah dialami,
Mengalami mimpi buruk yang terus menerus berulang (Having
recurrent nightmares).
Bertindak atau merasakan seakan-akan peristiwa traumatik tersebut
akan terulang kembali, terkadang ini disebut sebagai "flashback"
(Acting or feeling as though the traumatic event were happening
again, sometimes called a "flashback").
Memiliki perasaan menderita yang kuat ketika teringat kembali
peristiwa traumatik tersebut (Having very strong feelings of distress
when reminded of the traumatic event).
Terjadi respon fisikal, seperti jantung berdetak kencang atau
berkeringat ketika teringat akan peristiwa traumatik tersebut (Being
physically responsive, such as experiencing a surge in your heart
rate or sweating, to reminders of the traumatic event).
c. Hyperarousal Symptoms
Sulit untuk tidur atau tidur tapi dengan gelisah (Having a difficult
time falling or staying asleep).
Mudah / lekas marah atau meledak-ledak (Feeling more irritable or
having outbursts of anger).
Memiliki kesulitan untuk berkonsentrasi (Having difficulty
concentrating).
Selalu merasa seperti sedang diawasi atau merasa seakan-akan
bahaya mengincar di setiap sudut "Feeling constantly "on guard" or
like danger is lurking around every corner".
Menjadi gelisah, tidak tenang, atau mudah "terpicu" / sangat
"waspada" (Being "jumpy" or easily startled).
Terlalu siaga / waspada yang disertai ketergugahan/keterbangkitan
secara kronis.
Jika PSTD tidak ditangani dengan benar, maka akan mempengaruhi kepribadian
seseorang (perubahan kepribadian). Seperti paranoid (mudah curiga) misalnya.
Kesulitan hal ini adalah jarang sekali penderita dengan kesadaranya datang ke para
ahli. Apalagi stigma yang beredar dimasyarakat bahwa psikiater identik dengan orang
sakit jiwa atau gila.
c. Dampak kognitif
• Sulit atau tak bisa lagi berkonsentrasi
• Tidak mampu membuat keputusan-keputusan
• Gangguan mengingat
• Sulit mempercayai informasi-informasi
• Kebingungan
• Mudah teralihkan atau perhatian mudah terpecah
• Menurunnya penilaian terhadap keadaan diri
• Menurunnya penilaian terhadap kemampuan diri
• Menyalahkan diri sendiri
• Merasa mudah diganggu oleh pikiran ataupun ingatan
• Khawatir atau cemas
d. Dampak Interpersonal
• Membatasi dan menarik diri
• Menghindar dari relasi-relasi sosial yang ada
• Meningkatnya konflik dalam berhubungan dengan orang lain
• Keterlibatan dan prestasi kerja menurun
• Keterlibatan dan prestasi di sekolah menurun
b. Menetapkan Prioritas
Membantu melindungi survivor dari luka atau terpaan stimulus traumatik
selanjutnya dengan cara :
Memberikan tempat perlindungan yang memisahkan mereka dari
stimulus-stimulus tersebut.
Melindungi mereka dari media atau orang-orang yang sekedar ingin
tahu.
5. Kesimpulan
Post Trauma Syndrome Disorder (PTSD) merupakan bentuk gangguan
psikologis yang diakibatkan oleh trauma terhadap kejadian yang dialami seseorang.
Trauma ini dapat menyebabkan berbagai macam reaksi stress baik secara
emosional, fisik, kognitif maupun interpersonal. Oleh sebab itu membutuhkan
penanganan secara sungguh-sungguh sesuai dengan tingkat traumatis yang
dialami.
Referensi :
Anna Keliat
Life That Has Meaning For Others
December 16, 2014
BENCANA
Bencana adalah kejadian yang menyebabkan kerusakan fungsi masyarakat yang meliputi hilangnya
nyawa manusia, kerusakan sarana dan prasarana, terganggunya perekonomian masyarakat,
gangguan ekologi kehidupan, dan segala dampaknya yang menyebabkan masyarakat yang terkena
tidak sanggup mengatasinya sendiri.
Bencana dapat dibagi tiga yaitu bencana alam, bencana non alam, bencana sosial. Bencana alam
berupa peristiwa alam yaitu gempa bumi, gunung meletus, tsunami, banjir, kekeringan, angin topan,
tanah longsor, dan berbagai kejadian alam yang lain. Bencana non alam adalah peristiwa non alam
seperti kegagalan teknologi, wabah penyakit, dan kejadian non alam lain. Bencana sosial adalah
bencana yang diakibatkan oleh ulah manusia seperti konflik sosial dan terror.
Khusus bencana alam merupakan ancaman bagi masyarakat Indonesia dikarenakan geografis
kepulauan dan diliputi oleh gunung berapi. Seperti kejadian yang baru saja terjadi di kepulauan
Mentawai terjadi tsunami, di Jogya terjadi letusan gunung Merapi, di Wasior terjadi banjir bandang
yang memakan korban jiwa dan kerusakan sarana kehidupan.
Masalah kesehatan merupakan masalah besar bagi masyarakat yang kena dampak bencana,
khususnya masalah kesehatan jiwa meningkat sebagai akibat dari bencana (WHO, 2005).
Stresor yang terjadi pada bencana meliputi stresor fisik, lingkungan dan pikiran. Stresor fisik adalah
cedera fisik yang diakibatkan oleh bencana dari tingkat ringan sampai berat, dan dapat pula
mengakibatkan korban meninggal. Masyarakat yang selamat dan tinggal di pengungsian juga rentan
mengalami gangguan kesehatan fisik. Stresor lingkungan adalah rusak dan hilangnya harta benda
(rumah, sawah, ladang dll). Stresor pikiran adalah persepsi terhadap kejadian yang dapat realistis
dapat pula tidak realistik. Kehilangan orang yang dicintai merupakan stressor yang sangat berat,
terlebih kejadian ini tidak terduga sebelumnya.
Respon individu terkait bencana dan stressor yang menyertainya bervariasi sesuai dengan
kemampuan dalam melakukan adaptasi dengan kondisi kehidupan yang berubah. Ansietas dan
depressi merupakan respon yang paling sering ditemukan sejalan dengan proses kehilangan yang
terjadi. Kondisi ini dapat cepat pulih, namun pada individu tertentu dapat berakibat lebih lanjut. Untuk
itu diperlukan penanganan segera agar ketahanan mental dan pemulihan kondisi kejiwaan dapat
terjadi sehingga masyarakat dapat membangun kembali kehidupan dengan semangat baru yang
penuh harapan. Tanda dan gejala ansietas dapat dilihat dari konsentrasi yang kurang, sakit kepala,
tidak nafsu makan, tidur yang terganggu. Demikian pula tanda dan gejala depressi seperti sedih yang
berkepanjangan, kehilangan minat, merasa lelah walau tidak bekerja, ada pikiran untuk mengahiri
kehidupan
Post traumatic stress disorder(PTSD) merupakan salah satu masalah kejiwaan yang dapat terjadi
pada korban bencana. PTSD adalah gangguan ansietas yang terjadi akibat peristiwa
traumatic/bencana yang mengancam keselamatan dan membuat individu merasa tidak berdaya.
PTSD ada tiga macam yaitu PTSD akut terjadi 1-3 bulan setelah bencana, PTSD kronik terjadi
setelah tiga bulan, dan PTSD dengan onset yang memanjang (with delayed onset). Tanda dan gejala
PTSD dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
a. Merasakan kembali peristiwa traumatic (reexperiencing symptom), merasakan kejadian terjadi
kembali, muncul dalam bentuk bayangan, mimpi buruk, bertindak seakan peristiwa terulang kembali,
merasa sangat menderita jika mengingatnya dan disertai detakan jantung yang hebat dan
berkeringat.
b. Menghindar (avoidance symptom), yaitu menghindar terhadap hal yang mengingatkan terhadap
peristiwa trauma. Hal ini dapat distimulus dari pikiran sendiri atau lingkungan yang menimbulkan
perasaan yang tidak menyenangkan. Tanda dan gejala yang muncul adalah usaha keras
menghindari pikiran, perasaan atau perbincangan tentang peristiwa traumatis, menghindari orang
atau tempat yang mengingatkan peristiwa traumatis, sulit mengingat kejadian traumatis, kehilangan
minat melakukan hal-hal positif, merasa jauh dari orang lain, sulit merasakan kesenangan, tidak
punya harapan dan merasa kehidupan terputus.
c. Waspada (hyperarousal symptom), mengalami peningkatan mekanisme fisiologik tubuh pada saat
tubuh istirahat. Tanda dan gejala yang muncul seperti sulit tidur, tidur tetapi gelisah, mudah dan lekas
marah dan meledak-ledak, sulit berkonsentrasi, selalu awas seakan bahaya mengincar, gelisah, tidak
tenang dan mudah terpicu/waspada.
Faktor risiko dan resiliensi pada tiap individu mempengaruhi terjadinya masalah kejiwaan. Faktor
risiko adalah factor yang sudah ada sebelum terjadi bencana seperti pengalaman traumatis yang lalu,
riwayat masalah kesehatan jiwa, kehilangan anggota keluarga, kehilangan pekerjaan, kehilangan
harta benda, dan beberapa factor penyerta lain seperti kemiskinan, pendidikan rendah. Faktor
resiliensi merupakan factor yang memperkuat kemampuan individu mengatasi masalah yang
dihadapi. Stuart (2009) mengidentifikasi tiga factor yaitu persepsi yang realistic, kemampuan
menyelesaikan masalah, dan dukungan sosial. Keinginan mencari dan menggunakan sistem
pendukung sosial yang tersedia, atau ketersediaan sistem pendukung sosial, reaksi yang realistis
dalam menghadapi bahaya yang terjadi, dan kemampuan koping dalam menghadapi masalah secara
efektif merupakan faktor resiliensi yang dapat mencegah timbulnya PTSD.
Masalah psikososial pada korban bencana dapat dikelompokkan sesuai dengan dampak bencana
yang dialami yaitu:
1. Masyarakat yang selamat disertai orang yang dicintai juga selamat dan harta bendapun selamat.
2. Masyarakat yang selamat tetapi harta benda rusak dan hancur; atau masyarakat yang selamat
tetapi kehilangan orang yang dicintai.
3. Masyarakat yang selamat disertai dengan kehilangan orang yang dicintai dan kehilangan harta
benda
Masyarakat yang kena dampak bencana umumnya tinggal di pengungsian, namun ada juga yang
mengungsi ke rumah keluarga (yang mempunyai sistem pendukung sosial).
Untuk itu strategi penanggulangan atau pendekatan psikososial dibagi sebagai berikut: kegiatan di
tempat pengungsian, kegiatan di tempat barak pengganti rumah, kegiatan di rumah atau kembali ke
desa.
Kegiatan psikososial yang dilakukan menyerupai pengembangan DESA SIAGA SEHAT JIWA,
dimana tokoh masyarakat berperan sebagai kader kesehatan jiwa (KKJ). KKJ dilatih mendeteksi
kelompok sehat sesuai dengan usia (bayi, kanak-kanak, anak pra sekolah, anak sekolah, remaja,
dewasa dan lansia). KKJ juga mendeteksi kelompok risiko yaitu yang menderita penyakit kronis,
cacat fisik akibat bencana, kehilangan anggota keluarga, kehilangan tempat tinggal, kehilangan harta
benda, kehilangan pekerjaan, putus sekolah dan jenis kehilangan yang lain. KKJ juga mendata
apakah ada gangguan jiwa.
c. Kelompok gangguan: memberikan perawatan sesuai dengan kondisi kesehatan jiwanya dengan
prinsip sedapatnya dirawat di masyarakat dan jika perlu lakukan rujukan ke puskesmas atau rumah
sakit.
a. Desa Siaga Sehat Jiwa disertai kader kesehatan jiwa yang dibimbing oleh perawat kesehatan jiwa
dari puskesmas
b. Perawat dan dokter puskesmas dilatih tentang pelayanan kesehatan jiwa masyarakat.
Kegiatan pelayanan kesehatan jiwa setelah kembali ke desa perlu dilanjutkan untuk terus melakukan
pencegahan masalah kesehatan jiwa yang dapat berlanjut akibat bencana yang dialami
a. Asesmen umum tentang masalah fisik, lingkungan dan pikiran yang membuat pikiran menjadi
susah.
b. Latihan nafas dalam dengan menghela nafas dari hidung dan mengeluarkannya dari mulut (kedua
bibir menyatu) dan memperhatikan mengembang dan mengempisnya perut
c. Latihan relaksasi progresif dengan memperhatikan pengencangan dan pengenduran otot sambil
nafas dalam: mata, mulut, tengkuk, bahu, tangan, punggung, perut, bokong/pervis, kaki dan telapak
kaki
d. Mengingatkan kebersihan diri yaitu cuci tangan sebelum makan dan cuci tangan sesudah buang
air. Juga makan, minum dan istirahat yang seimbang
e. Latihan perfokus pada lima jari sambil mengingat kondisi tubuh yang segar; orang-orang yang
memperhatikan dan peduli; pujian/ penghargaan/ keberhasilan yang pernah dirasakan; tempat indah
yang pernah dikunjungi
f. Latihan menghentikan pikiran yang susah dengan mengatakan stop setiap kali pikiran susah
muncul dan pikirkan hal positif yang masih dimiliki
g. Latihan membangun interaksi dalam keluarga (suami, istri, anak), teman sekampung yang sama-
sama tinggal dipengungsian, saudara lain yang tinggal di satu tempat pengungsian.
i. Peran serta kegiatan di tempat pengungsian: di dapur umum, membagikan makanan, menjaga
kebersihan lingkungan
a. Kelompok dewasa
Kegiatan yang dilakukan pada kelompok dewasa adalah bercakap-cakap tentang perasaan, harapan,
keinginan, hal positif yang masih dapat disyukuri. Kelompok menjadi dukungan sosial bagi para
anggota kelompok, dan membangun harapan masa depan yang realistis.
b. Kelompok remaja
Kegiatan yang dapat dilakukan adalah olah raga, musik, tari, bernyanyi, menulis, aktivitas sosial.
Dapat pula dilakukan latihan membangun percaya diri dan harga diri.
c. Kelompok anak
Kegiatan yang dapat dilakukan dengan anak-anak adalah bermain, menggambar, bernyanyi, menari,
musik, berceritra dan olah raga. Dapat pula memutar film kartun atau film anak-anak.
d. Kelompok lansia
Kegiatan yang dapat dilakukan adalah bercakap-cakap tentang perasaan, berikan informasi tentang
kegiatan yang dilakukan di pengungsian, berbagi pengalaman masa lalu yang sukses, lakukan
pendampingan untuk masalah dan kebutuhan lansia. Lansia merupakan kelompok yang butuh
perhatian dan rentan
1. PRA INTERAKSI
Pada saat mengunjungi tempat pengungsian lakukan koordinasi dengan KORLAP (koordinator
lapangan) pada tempat pengungsian dan menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilakukan.
Tujuannya adalah membantu pengungsi mengatasi pikirannya yang susah agar tetap bersemangat
menghadapi kehidupan. Upayakan melakukan kegiatan diantara waktu makan misalnya antara jam
09.00 – 12.00 dan 15.00 – 17.00.
Lakukan juga koordinasi dengan tim kesehatan yang ada di tempat pengungsian tentang kegiatan
yang akan dilakukan (sda). Selain itu tanyakan keluhan sakit para pengungsi untuk mendapat
gambaran kondisi kesehatan para pengungsi. Penting pula menanyakan apakah ada pasien
gangguan jiwa, jika ada lakukan pendekatan individu atau keluarga dengan kebutuhan khusus.
2. ORIENTASI
Salam: beri salam, perkenalkan diri leader dan anggota tim yang menyebar diantara pengungsi.
Sampaikan pula tujuan yaitu: menolong mengatasi pikiran yang susah akibat bencana dan
mengungsi
Evaluasi: tanyakan sudah berapa lama di pengungsian, apakah sering sakit kepala, apakah sudah
minta obat ke petugas kesehatan, apakah ada perbaikan. Tanyakan pula apakah badan pegal-pegal,
katakan hal itu karena biasa bekerja ke ladang dsb tetapi di tempat pengungsian tidak ada kegiatan.
Tanyakan pula tentang makan, apakah selera makan biasa atau tidak selera makan.Tanyakan pula
tentang tidur, apakah susah tidur, tidur terganggu, sering terbangun dan mimpi buruk.
Validasi: katakan bahwa pikiran susah dapat disebabkan tiga hal yaitu (1) kondisi kesehatan fisik
seperti sakit kepala, sakit perut, kelelahan, sesak nafas dsb, (2) lingkungan yang berubah yaitu biasa
tinggal di rumah sendiri sekarang beramai-ramai, biasa ke ladang sekarang diam saja dsb, (3) pikiran
yang tertuju kepada kondisi yang terjadi.
Kontrak: tanyakan apakah setuju melakukan kegiatan agar pikiran yang susah kita atasi dengan
kegiatan yang akan dilakukan yaitu membuat badan tetap segar, mengatur pikiran agar tidak susah
dan menata lingkungan agar nyaman.
Posisi: ajak untuk mengatur duduk, boleh kakinya diluruskan atau duduk bersimpuh
3. KERJA
Mulai dengan slogan yaitu BOLEH TINGGAL DI PENGUNGSIAN TETAPI TETAP SEHAT dengan
memperagakan semangat. Kita mulai latihan mengembalikan dan menjaga kesehatan fisik, kemudian
mengelola pikiran, dan mengelola lingkungan
Peragakan bersama yang dibantu oleh anggota tim yang menyebar diantara pengungsi: mari kita
lakukan bersama – sama, bisa kita mulai: tarik nafas dari hidung, oke tahan, tiup/lepaskan dari mulut
pelan-pelan sampai habis. Ulangi sampai empat kali
Evaluasi: tanyakan perasaan pengungsi: bagaimana, ada perasaan lega di dada. Beri pujian. Mari
kita lanjutkan kegiatan berikut
3.1.2 Relaksasi progresif
Jelaskan: latihan seluruh badan agar peredaran darah lancar dan tidak ada kaku dan pegal, dimulai
dari mata, mulut, tengkuk, bahu, tangan, punggung, perut, bokong, dan kaki dengan cara
mengencangkan dan mengendurkan
1. Latihan mata:
Jelaskan dan beri contoh: tarik nafas dalam sambil mengencangkan/mengerutkan mata dan dahi
sekencang-kencangnya, lalu tahan dan kendurkan pelan-pelan sambil mengeluarkan nafas,
dilakukan empat kali
Peragaan bersama: mari kita lakukan bersama, bisa kita mulai: tarik nafas dalam sambil kencangkan
mata dan dahi, tahan dan lepaskan pelan-pelan sampai lemas dan kendur. Bagus, kita lakukan lagi,
sampai empat kali
Evaluasi: tanyakan perasaan pada mata, agak enak karena juga kena debu dan tidur terganggu
2. Latihan mulut:
Ada tiga latihan untuk mulut yaitu pipi digembungkan, dimonyongkan/mencucu, dan lidah kelangit-
langit.
Pipi digembung
Jelaskan dan beri contoh: tarik nafas dalam, gembungkan pipi, tahan, tiup pelan-pelan
Peragaan bersama: mari kita lakukan bersama, bisa kita mulai: tarik nafas dalam, gembungkan
mulut, tahan, tiup pelan-pelan. Ulangi sampai empat kali
Evaluasi: tanyakan perasaan pada pipi, katakan nanti tambah muda pada saat kembali ke kampung.
Minta mengangkat tangan semua dan tepuk tangan
Mulut dimonyongkan/mencucu
Jelaskan dan beri contoh: tarik nafas dalam tahan, sambil mulut dimonyongkan, keluarkan nafas
pelan-pelan
Peragaan bersama: mari kita lakukan bersama, bisa kita mulai: tarik nafas dalam, tahan, mulut
dimonyongkan/mencucu, keluarkan nafas pelan-pelan. Ayo kita lakukan sampai empat kali
Evaluasi: tanyakan perasaannya, agak lemas, dan relaks.
3. Latihan tengkuk
Jelaskan dan beri contoh: dagu ditempelkan ke dada, lalu tarik nafas dalam sampai menengadah
sejauh-jauhnya ke belakang, tahan sebentar lalu kelurakan nafas pelan-pelan sambil mengembalikan
posisi dagu menempel ke dada. Lakukan sampai empat kali
Peragakan bersama: mari kita lakukan bersama, bisa kita mulai: tempelkan dagu di dada, tarik nafas
dalam sambil pelan-pelan menengadah sejauh-jauhnya kebelakang, tahan sebentar, keluarkan nafas
sambil mengembalikan posisi dagu menempel ke dada. Ayo kita lakukan empat kali
4. Latihan bahu
Jelaskan dan beri contoh: tarik nafas dalam sambil mengangkat bahu sampai menyentuh telinga,
tahan sebentar lalu keluarkan nafas sambil menurunkan bahu ke posisi semula. Lakukan sampai
empat kali.
Peragaan bersama: mari kita lakukan bersama, bisa kita mulai: tarik nafas dalam sambil menaikkan
bahu sampai menyentuh telinga, tahan sebentar, lalu keluarkan nafas sambil menurunkan bahu
sampai posisi semula. Ayo kita lakukan sampai empat kali
Evaluasi: bagaimana perasaannya, terasa enakan bahunya. Mari angkat tangan semua
Peragaan bersama: mari kita lakukan bersama, bisa kita mulai: letakkan kedua tangan diatas
pangkuan, tarik nafas dalam sambil mengepalkan telapak tangan dan mengencangkan kedua tangan,
tahan sebentar, hembuskan nafas sambil mengendurkan tangan dan membuka kepalan dan
meletakkannya diatas pangkuan. Ayo kita lakukan empat kali.
Evaluasi: bagaimana perasaannya, terasa relaks tangannya? Mari angkat kedua tangan semua.
Peragaan bersama: mari kita lakukan bersama, bisa kita mulai: tarik nafas dalam sambil
membusungkan dada dan melengkungkan punggung kebelakang, tahan sebentar kemudian
keluarkan nafas pelan-pelan sambil mengendurkan punggung. Ayo kita lakukan empat kali.
Peragaan bersama: mari kita lakukan bersama, bisa kita mulai: tarik nafas dalam sambil
mengempiskan perut sekempis-kempisnya, tahan sebentar kemudian keluarkan nafas sambil
mengendurkan perut kembali. Ayo kita lakukan sebanyak empat kali
Peragaan bersama: mari kita lakukan bersama, bisa kita mulai: luruskan kedua kaki sambil duduk,
tarik nafas dalam sambil menarik telapak kaki kearah perut dan kedua tangan berusaha menggapai
ibu jari kaki, tahan sebentar, kemudian keluarkan nafas pelan-pelan sambil mengendurkan kaki dan
telapak kaki. Ayo kita lakukan empat kali.
Kebersihan diri
Jaga kebersihan diri dengan cuci tangan sebelum dan sesudah makan, cuci tangan sebelum dan
sesudah buang air, makan yang teratur, minum yang banyak dan air yang dimasak atau air botol.
Jaga kebersihan badan dan pakaian, jika kondisi banyak debu jangan lupa pakai masker.
LATIHAN PIKIRAN
Latihan pikiran berguna untuk memfokuskan kepada hal yang positif agar bersemangat membangun
kembali kehidupan. Latihan pikiran terdiri dari dua macam yaitu berfokus pada lima jari dan
penghentian pikiran.
Peragaan bersama: mari kita lakukan bersama, bisa kita mulai: tarik nafas dalam, pejamkan mata,
kosongkan pikiran, angkat tangan kanan, pertemukan ibu jari dengan telunjuk kemudian bayangkan
saat tubuh sangat segar pada masa muda, atau pulang dari ladang kemudian mandi dan terasa
segar sekali; pertemukan ibu jari dengan jari tengah kemudian bayang semua orang yang
memperhatikan saudara dan peduli pada saudara, mereka sangat baik sekali; pertemukan ibu jari
dan jari manis kemudian bayangkan pujian yang pernah saudara dapatkan karena perilaku saudara
yang baik atau keberhasilan ladang saudara, bayangkan betapa senangnya saudara saat itu;
pertemukan ibu jari dengan kelingking kemudian bayangkan tempat-tempat indah yang pernah
saudara kunjungi, ladang saudara yang menguning siap dipanen. Tarik nafas dalam dan buka mata.
Ayo kita lakukan sekali lagi.
Evaluasi: Bagaimana perasaan saudara? Apa yang muncul pada pikiran saudara? Adakah muncul
pikiran positif?
Peragaan bersama: mari kita lakukan bersama, bisa kita mulai: tarik nafas dalam, keluarkan,
bernafas biasa, tutup mata, kosongkan pikiran, jangan memikirkan apapun fokus saja pada
pernafasan saudara, kemudian ingat pikiran saudara yang paling susah dan pada hitungan kelima
saya akan katakan STOP, saya mulai hitung satu ...terus pikirkan pikiran yang saudara susahkan,
dua...tiga....empat....lima...STOP, tarik nafas dalam dan buka mata. Ayo kita ulangi sekali lagi, dan
saudara bisa hitung sendiri
Evaluasi: bagaimana perasaannya? Apakah hilang pikirannya yang susah? Silahkan lakukan setiap
muncul pikiran susah katakan STOP
3.3.1 Bercakap-cakap
Sampaikan pada pengungsi bahwa kesempatan sepanjang hari berkumpul dengan keluarga, sanak
keluarga dan teman sekampung. Bercakap-cakaplah dengan suami/istri/anak/sanak keluarga/teman
secara individu maupun berkelompok menbicarakan masa depan dan lain-lain
1. Ansietas
Temani dan ajak bicara, latih relaksasi secara mandiri: tarik nafas dalam, relaksasi progresif, fokus
pada lima jari (berpikir positif), stop berpikir, libatkan dalam kegiatan, perhatikan kecukupan makan,
minum dan istirahat
2. PTSD
Bangun hubungan saling percaya, empati pada individu, hargai jika individu siap bercerita tentang
pengalaman traumatisnya (jangan paksa berceritra), dengarkan juga jika individu bercerita tentang
kondisinya sebelum peristiwa, bantu untuk melakukan kegiatan sharing dengan orang yang
dipercaya, melakukan kegiatan fisik (nafas dalam, senam, relaksasi), melakukan kegiatan bersama,
membentuk kelompok saling mendukung, melakukan kegiatan ibadah dan berserah kepada Tuhan.
Bantu mengidentifikasi sumber pendukung dari keluarga dan pemerintah yang dapat memenuhu
kebutuhan keluarga, dan melakukan aktifitas baru yang mungkin dilakuakan
3. Keputusasaan
Temani dan hargai individu, bersama-sama melihat aspek positif yang masih dimiliki, berusaha
menghentikan dan melawan keputusasaan (pikiran negatif), beri semangat hidup dengan
memberikan pujian terhadap hal-hal positif yang dilakukan. Libatkan keluarga/teman memberi
dukungan dan semangat,
Referensi
DEPKES RI (2005). Panduan bagi relawan untuk pemulihan kondisi korban selamat dan masalah
kesehatan mental yang biasa muncul pasca bencana. Jakarta
DEPKES RI (2005). Panduan bagi petugas dan relawan kesehatan mental. Jakarta
DEPKES RI (2005). Panduan untuk melakukan penyuluhan, bimbingan kelompok dan konseling.
Jakarta
Erwina, I., Keliat, B.A, Nasution, Y., Helena, N.C.D. (2010). Pengaruh cognitive behavior therapy
terhadap post traumatic stress disorder pada penduduk pasca gempa di Padang Sumatera Barat.
Jakarta: Tesis
Keliat, B.A, Helena, N.C.D., Nurhaeni, H., Akemat. (2010). Keperawatan kesehatan jiwa komunitas:
Basic course. Jakarta: EGC (proses cetak)
Sciraldi, G.R. (2009). The post traumatic stress disorder: Sourcebook. (second edition). New York: Mc
Graw Hill
Stuart, G.W. (2009). Principles and practice: Psychiatric nursing. (9th edition). St. Louis: Mosby
Elsevier
Labels: article
1 comment:
leni as said...
Maap boleh tau cara u. Kontak dgn prof. Budi keliat
March 6, 2015 at 6:25 PM
Post a Comment
Submit
STRATEGI COPING STRESS, BENCANA, BANJIR, DAN BIMBINGAN KONSELING
Pengertian Bencana Selama ini, bencana selalu dipahami sebagai sesuatu peristiwa alam seperti
gempa bumi, banjir, gunung meletus.Padahal suatu peristiwa yang terjadi akibat perilaku manusia
seperti terorisme, kerusuhan juga merupakan bencana.Bencana (disasters) adalah kerusakan yang
serius akibat fenomena alam luar biasa dan atau disebabkan oleh ulah manusia yang menyebabkan
timbulnya korban jiwa, kerugian material dan kerusakan lingkungan yang dampaknya melampaui
kemampuan masyarakat setempat untuk mengatasinya dan membutuhkan bantuan dari luar (Susilo,
2008: 134). Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO, 2002), mendefinisikan
bencana sebagai: “An occurrence disrupting the normal conditions of existence and causing a level
of suffering that exceeds the capacity of adjustment of the affected community “ Kesimpulannya,
bencana merupakan suatu kejadian yang mengganggu keadaan dalam kondisi normal
mengakibatkan penderitaan yang melampaui kapasitas penyesuaian komunitas yang mengalaminya
(Rahman, 2006: 15). 17 2.1.2. Macam - Macam Bencana Secara umum, bencana terdiri dari 2 jenis
yaitu, bencana alam dan bencana yang disebabkan oleh manusia (bencana sosial). Dalam bencana
alam sifat dari kejadiannya di luar kendali manusia, disebabkan oleh kekuatan alam dan seringkali
terjadi tanpa adanya peringatan.Misalnya gunung meletus, banjir, tanah longsor, dsb. Sedangkan
bencana sosial sangatlah berbeda. Bencana sosial merupakan kejadian yang dapat menyebabkan
kerusakan parah pada kehidupan dan harta benda yang diakibatkan oleh karena kecerobohan,
kelalaian, bahkan kesengajaan manusia (untuk menyakiti orang lain). Berdasarkan beberapa hasil
penelitian, dampak terhadap kehidupan akibat bencana sosial dirasakan lebih mendalam daripada
akibat bencana alam pada komunitas (Rahman, 2006: 16). 2.1.3. Dampak Bencana terhadap
Komunitas Berbagai dampak bencana di tingkat komunitas terjadi mulai dari dampak yang sangat
jelas terlihat sampai kepada dampak yang lebih abstrak. Beberapa akibatnya adalah: a) Perubahan
dinamika keluarga. Bencana menyebabkan kematian dan luka fisik, perpisahan keluarga,
ketergantungan hidup pada keluarga, kehilangan orang yang biasa menjadi tulang punggung
keluarga, semakin sedikitnya pemasukan, memaksa orang berganti peran, dll. 18 b) Bencana
menghancurkan fasilitas fisik dari institusi penting dalam masyarakat. c) Bencana mengganggu
kemampuan komunitas untuk melakukan pelayanan atau aktifitas sehari-hari. d) Bencana
menempatkan beban tertentu pada pihak tertentu dalam komunitas. Misalnya: polisi, tenaga medis,
tenaga konselor. e) Bencana dapat menyebabkan perubahan secara langsung, atau permanen pada
pola produktif dalam masyarakat. f) Terjadi peningkatan pemakaian narkoba, miras, peningkatan
kejahatan dan kekerasan, perceraian. g) Persatuan dan Kesatuan masyarakat meluntur. h) Bencana
maupun inertvensi dari luar dapat merusak cita-cita tradisional yang biasa dilakukan untuk
menanggulangi bencana. Namun, di lain pihak, bencana pun tetap dapat membuka peluang untuk
kehidupan baru yang juga positif.nilai-nilai, kearifan local yang telah meluntur di komunitas hidup
kembali setelah bencana. 2.1.4. Dampak Psikologis Bencana Secara psikologis, beberapa jam sampai
beberapa hari setelah terjadinya bencana, berbagai reaksi biasanya muncul. Reaksi-reaksi tersebut
antara lain: 1) Mati rasa. Terlihat tidak menunjukkan perasaan. Survivor (mereka yang selamat)
sering tampak tertegun, linglung, bingung, dan apatis. Mereka menampakkan ketenangan palsu,
diikuti dengan 19 penyangkalan terhadap perasaan atau usaha-usaha untuk mengisolasi diri. 2)
Meningkatnya ketergugahan fisik. Survivors biasanya merasakan ketakutan yang mendalam, diikuti
oleh ketergugahan secara fisiologis, seperti: jantung berdebar, ketegangan otot, rasa sakit di otot,
gangguan pencernaan. Mereka mencoba untuk melakukan berbagai aktifitas secara berlebihan,
memperlihatkan berbagai ketakutan mereka, baik yang rasional maupun yang tidak. 3) Cemas.
Survivors mudah kali merasa terkejut, sulit untuk menenangkan diri, sulit untuk membuat suatu
keputusan. Mereka cemas karena terpisah dari keluarga, kehilangan rasa aman, berusaha keras
untuk mengatasi perasaan-perasaan tersebut. 4) Merasa bersalah. Survivors mungkin menyalahkan
diri sendiri atau merasa malu karena selamat sementara orang lain tidak. Mereka merasa
bertanggung jawab atas kemalangan yang menimpa orang lain. 5) Konflik ketika menerima bantuan.
Survivors memang membutuhkan pertolongan, tetapi disisi lain, mereka juga merasa curiga. 6)
Bimbang. Terkadang survivors menunjukkan kebimbangan, kebingungan mengenai apa yang terjadi
pada keluarga dan harta benda mereka. 20 7) Ketidakstabilan emosional dan pikiran. Terkadang
survivors menunjukkan kemarahan secara tiba-tiba, agresifitas, atau sebaliknya apatisme,
kehilangan kekuatan untuk berbuat sesuatu. mereka mudah lupa, dan menangis, merasa rapuh. 8)
Kebingungan yang akut. Di beberapa kejadian, ada juga survivors yang bereaksi histeris, mengalami
gejala psikosis (delusi/ waham, halusinasi, pola bicara yang kacau, perilaku yang tidak teratur).
Reaksi pasca bencana ini sebenarnya memiliki kualitas yang adaptif, artinya reaksi ini terjadi sebagai
cara tubuh dan pikiran manusia untuk beradaptasi terhadap kejadian traumatis. Tidak semua
survivors bereaksi seperti yang di uraikan di atas. Banyak juga dari merekayang tetap dapat bereaksi
secara normal, mampu melindungi diri sendiri dan orang terdekatnya. Tidak terlalu panik, terlibat
dalam tindakan yang heroik dan menolong.Secara bersamaan mereka menampakkan diri sebagai
orang yang membutuhkan pertolongan, sekaligus sebagai seseorang yang mencoba memecahkan
berbagai macam masalah yang dihadapi keluarga dan masyarakatnya (Rahman, 2006: 20). 2.2. Banjir
2.2.1. Pengertian Banjir Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan tanah,
dengan ketinggian melebihi batas normal.Bencana banjir mengakibatkan hilangnya nyawa, kerugian
harta benda bahkan melumpuhkan perekonomian hingga pemerintahan (PMI Pusat, 2008: 13). 21
Bencana banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan tanah, dengan
ketinggian melebihi batas normal akibat fenomena alam dan atau disebabkan oleh manusia yang
menyebabkan timbulnya korban jiwa, kerugian material dan kerusakan lingkungan yang dampaknya
melampaui kemampuan masyarakat setempat untuk mengatasinya. Banjir menimbulkan beberapa
akibat: 1. Timbulnya berbagai macam penyakit (diare, penyakit kulit, leptospirosis, DBD). 2.
Hilangnya harta benda. Akibat banjir, harta benda para korban menjadi rusak bahkan lenyap terseret
banjir. 3. Lumpuhnya perekonomian. Perekonomian menjadi lumpuh, karena banjir para korban
menjadi sulit beraktifitas normal seperti biasanya. 4. Lumpuhnya sarana umum. Banjir membuat
sarana umum menjadi lumpuh, jalan-jalan sulit dilalui, kantor-kantor pelayanan public, rumah sakit,
sekolah dan tempat-tempat lainnya menjadi sulit untuk di akses. 5. Erosi (pengikisan tanah). Air yang
menggenang dalam jumlah diatas batas normal dapat mengakibatkan struktur tanah menjadi tidak
stabil sehingga mengakibatkan tanah terkikis (PMI Pusat, 2008: 16). Adapun faktor penyebab
kerentanan banjir sebagai berikut: 22 1. Pedesaan yang berada di daerah banjir. 2. Kurangnya
kesadaran akan bahaya banjir 3. Berkurangnya kemampuan penyerapan tanah (erosi, bangunan
beton) 4. Pondasi tanah tidak tahan air. 5. Elemen infrastruktur yang beresiko tinggi. 6. Persediaan
bahan pangan, pertanian, dan peternakan tidak disimpan dengan baik. Ada beberapa upaya untuk
mengurangi resiko bencana banjir diantaranya: 1. Kontrol banjir bendungan, saluran air, kontrol
erosi. 2. Manajemen penggunaan tanah. 3. Mengurangi struktur tingkat kerentanan 4. Penghijauan
(reboisasi) (Susilo, 2008: 136). 2.2.2. Tahapan pemulihan psikologis setelah banjir Kejadian traumatis
yang mempengaruhi stabilitas emosi para korban serta mendorong munculnya reaksi-reaksi
emosional berlebihan yang tidak dikenal 1. Fase Shock Dalam fase ini, para korban banjir yang
selamat tidak dapat berfikir secara rasional. Mereka mempunyai kesan atau pengalaman yang
berlebihan dan tidak dapat dikendalikan.Fase ini biasanya berlangsung antara satu sampai beberapa
hari. Para Korban mungkin 23 bereaksi dengan sangat emosional, atau justru tidak bereaksi sama
sekali. 2. Fase Reaksi Pada fase ini, para korban berusaha keras untuk mencari jawaban dan
penjelasan mengapa hal ini terjadi padanya. Jawaban dan penjelasan biasanya berputar pada siapa
yang harus disalahkan akan terjadinya bencana tersebut. Pada reaksi ini, para korban banjir
berusaha memberikan makna dan pemahaman terhadap kejadian tersebut berulang kali.Selama
berminggu-minggu, reaksi emosional dapat bervariasi dari tenang sampai berlebihan.Hal ini
menunjukkan bahwa para korban ini dipenuhi perasaan dan pikiran yang bertolak belakang.reaksi ini
akan sedikit-demi sedikit akan menghilang bila diberikan dukungan dan penanganan yang baik. 3.
Fase Pemrosesan Cara-cara mengatasi masalah akan lebih mudah dipahami oleh para korban pada
fase ini. Mereka mengakui apa yang telah terjadi dan menerima bahwa ia tidak mampu mengubah
kejadian traumatis tersebut. Kejadian traumatis itu masih mengisi pikirannya dan mempengaruhi
kehidupannya, namun reaksi yang muncul tidak lagi menakutkan. 4. Fase Reorientasi Hal yang paling
penting dalam fase ini, para korban mulai berkonsentrasi pada hal lain selain kejadian itu. Mulai
berorientasi 24 ke masa depan dan tertarik untuk bergaul dengan lingkungannya. Para korban
mungkin menemukan sisi lain dari kehidupan setelah menerima bahwa pengalaman hidup itu berat
dan tidak dapat dikendalikan. Mayoritas para korban ini cepat atau lambat akan mencapai fase
reorientasi. fase ini dapat memakan waktu sangat lama (Rahman, 2006: 21). 2.3. Stres 2.3.1.
Pengertian stres Stres adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan
beban atasnya (Hawari, 2001: 17). Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2008) istilah stres adalah
gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor luar
ketegangan.Dalam kamus istilah konseling dan terapi, stress berarti kelebihan beban tubuh baik
psikis maupun fisik sampai melampaui daya tahan, dengan kata lain, tekanan yang di alami orang
baik fisik ataupun psikis, secara khusus adalah suatu suasana/ reaksi-reaksi emosional yang diikuti,
disertai, dibarengi oleh gugahan dan tekanan psikofisiologis, juga menunjuk pada suasana tertekan
dalam organism berkaitan dengan pemikiran atau situasi pembangkit kecemasan (Mappiare, 2006:
318). Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa stres merupakan suatu keadaan
tergugah yang dialami individu karena adanya perubahan dalam diri dan atau lingkungan yang
mengganggu kesinambungannya sehingga menuntut individu melakukan penyesuaian 25 secara fisik
dan psikologis (Rahman, 2006: 23).Dampak stres tidak hanya mengenai gangguan fungsional hingga
kelainan organ tubuh tetapi juga berdampak pada bidang kejiwaan (Psikologik/ Psikiatrik) misalnya
kecemasan atau depresi. 2.3.2. Tahapan Stres Menurut Van Ambreg (dalam Hawari, 2001: 30) dalam
penelitiannya membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut: 1. Stres Tahap I Tahap ini merupakan
tahapan stres paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: a.
Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting). b. Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana
biasanya. c. Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari
cadangan energy dihabiskan (all out) disertai rasa gugup yang berlebihan pula. d. Merasasenang
dengan pekerjaan itu dan semakin bertambah semangat, namun tanpa disadari cadangan energi
semakin menipis. 2. Stres Tahap II Dalam tahapan ini dampak stres yang semula menyenangkan
sebagaimana telah di uraikan pada stres tahap I mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang
disebabkan karena cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari karena tidak cukup untuk 26
beristirahat. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berda pada stres tahap
II adalah sebagai berikut: a. Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar. b.
Merasa mudah lelah sesudah makan siang. c. Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman
(bowel discomfort). d. Detakan jantung lebih keras dari biasanya atau berdebar-debar. e. Otot-otot
punggung dan tengkuk terasa tegang. f. Tidak bisa santai. 3. Stres Tahap III Apabila seseorang
tersebut tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan-keluhan
sebagaimana diuraikan pada stres tahap II diatas, maka yang bersangkutan akan menunjukkan
keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu: a. Gangguan lambung dan usus
semakin nyata. b. Ketegangan otot-otot semakin terasa. c. Perasaan kelidaktenangan dan
ketegangan emosional semakin meningkat gangguan pola tidur (insomnia). d. Koordinasi tubuh
terganggu, badan terasa oyong dan serasa ingin pingsan. 27 Pada tahapan ini seseorang sudah harus
berkonsultasi pada dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stresnya dikurangi dan
tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplay energi yang mengalami
defisit. 4. Stres Tahap IV Tidak jarang seseorangpada waktu memeriksakan diri ke dokter
sehubungan dengan keluhan-keluhan stres tahap III diatas, oleh dokter dinyatakan tidak sakit karena
tidak ditemukan kelainankelainan fisik pada organ tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan yang
bersangkutan terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat, maka gejala stres
tahap IV akan muncul, yaitu: a. Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit. b.
Aktifitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan
terasa lebih sulit. c. Semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk
merespon secara memadai. d. Ketidakmampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. e. Gangguan
pola tidur disertai mimpi-mimpi yang menegangkan. f. Seringkali menolak ajakan (negativism)
karena tiada semangat dan kegairahan. g. Daya konsentrasi dan daya ingat menurun. h. Timbul
perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya (Hawari, 2001:
30). 28 2.3.3. Reaksi terhadap Stress Secara umum, reaksi/ penghayatan individu terhadap stress
tampil dalam 4 aspek, yaitu: a. Aspek Fisik Reaksi fisik individu dalam menghadapi stress merupakan
reaksi yang paling sulit dikendalikan oleh individu yang mengalaminya. Ketika diminta untuk
berbicara di depan orang banyak, sulit untuk mengendalikan jantung yang berdetak lebih cepat atau
sulit untuk mengendalikan memerahnya muka ketika diberikan hadiah istimewa dari sang kekasih.
Reaksi fisik terjadi secara otomatis. Dalam menghadapi stress, reaksi fisik yang dialami individu
tampil sebagai reaksi yang dapat diamati oleh orang lain maupun reaksi yang hanya dirasakan dan
diketahui oleh individu yang mengalaminya. b. Aspek Pikiran Keadaan yang dialami di benak kita
merupakan suatu bentuk reaksi aspek pikiran ketika manghadapi stress, misalnya: sulit
berkonsentrasi dan mudah lupa. Selain itu, sesuatu yang terlintas maupun dikembangkan dalam
benak kita ketika menghadapi stress juga merupakan reaksi dalam aspek pikiran. Sebagai contoh:
ketika seorang berfikir bahwa dirinya sama sekali tidak menarik ketika cintanya ditolak oleh orang
yang 29 sangat didambakannya merupakan suatu reaksi dalam aspek pikiran. c. Aspek Emosi Ketika
menghadapi stress, berbagai jenis emosi dirasakan individu. Emosi yang timbul sangat dipengaruhi
oleh sumber stress yang dialami. Misalnya: ketika seseorang mengetahui bahwa orang yang
dikasihinya meninggal dunia maka ia akan merasakan emosi sedih dan kesedihan yang dialami
sangat mungkin bertambah dengan emosi marah ketika ia mengetahui bahwa orang yang
dikasihinya meninggal karena perbuatan tidak pantas yang dilakukan orang lain, misalnya: ditabrak
pengemudi mobil yang mabuk. Reaksi dalam aspek emosi yang dirasakan oleh individu juga
dipengaruhi oleh proses biologis yang dialami tubuh. Kepala yang terasa pusing dengan detak
jantung yang cepat ketika mengetahui bahwa orang yang dikasihinya meninggal karena ditabrak oleh
pengemudi mobil yang mabuk mendorong munculnya emosi marah. d. Aspek Perilaku Reaksi dalam
aspek perilaku ini merupakan reaksi terhadap stress yang paling jelas karena dapat diamati oleh
orang lain. Ketika mengalami stress, individu menampilkan suatu perilaku sebagai bentuk reaksi
pertahanan diri terhadap situasi yang dirasakan mengganggu atau mengakibatkan stress. Misalnaya:
30 seorang anak yang ditinggal ibunya di rumah menampilkan perilaku menangis sambil mengamuk
kepada bibinya. Menangis dan mengamuk merupakan suatu perilaku yang dilakukan anak tersebut
untuk mendapatkan kembali rasa aman (Rahman, 2006: 28-29). 2.4. Coping Stress 2.4.1. Pengertian
Coping Stress Koping berasal dari kata coping yang bermakna harfiah pengatasan/ penanggulangan
(to cope with = mengatasi, menanggulangi). Koping juga sering dimaknai sebagai cara untuk
memecahkan masalah (problem solving). Copin glebih mengarah pada yang orang lakukan untuk
mengatasi tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau yang membangkitkan emosi. Atau dengan
kata lain, koping adalah bagaimana reaksi orang menghadapi stres/ tekanan (Siswanto, 2007: 60).
Menurut Baron & Byrne menyatakan bahwa coping adalah respon individu untuk mengatasi
masalah, respon tersebut sesuai dengan apa yang dirasakan dan dipikirkan untuk mengontrol,
mentolelir dan mengurangi efek negatif dari situasi yang dihadapi (Rasmun, 2004: 30). Sejalan
dengan pendapat Baron & Byrne, menurut Lazarus dan Launier (Rahayu, 1997: 63) coping adalah
usaha yang berorientasi pada tindakan intra psikis untuk mengendalikan atau menguasai, menerima,
melemahkan serta memperkecil pengaruh lingkungan, tuntutan internal dan konflik tersebut
melampui kemampuan seseorang. 31 Jadi coping adalah upaya atau cara untuk mengatasi masalah
dan menyesuaikan diri dengan keinginan yang akan dicapai dan respons terhadap situasi yang
menjadi ancaman bagi diri individu baik secara fisik, psikologik atau upaya untuk mengurangi atau
mentoleransi ancaman yang menjadi beban perasaan yang terjadi karena stress. Setiap individu
melakukan coping tidak sendiri dan tidak hanya menggunakan satu strategi tetapi dapat
melakukanya bervariasi, hal ini tergantung dari kemampuan dan kondisi individu (Rasmun, 2004:
30). Dalam kamus psikologi, coping strategies (strategi penanggulangan) merupakan sebuah cara
yang disadari dan rasional untuk menghadapi dan mengatasi kecemasan hidup (Reber, 2010: 207).
Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi coping stress adalah segala usaha individu untuk mengatur
tuntutan lingkungan dan konflik yang muncul, mengurangi ketidaksesuaian/ kesenjangan persepsi
antara tuntutan situasi yang menekan dengan kemampuan individu dalam memenuhi tuntutan
tersebut. 2.4.2. Macam-macam Strategi Coping Stress 1. Coping Psikologi Pada umumnya gejala yang
ditimbulkan akibat stres psikologis tergantung pada 2 faktor; a. Bagaimana persepsi atau
penerimaan individu terhadap stressor, artinya seberapa berat ancaman yang dirasakan oleh
individu tersebut terhadap stressor yang diterimanya. 32 b. Keefektifan strategi coping yang
digunakan oleh individu; artinya dalam menghadapi stessor, jika strategi yang digunakan efektif
maka menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam kehidupan, tetapi jika
sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis. 2. Coping Psiko-sosial
Adalah reaksi psiko-sosial terhadap adanya stimulus stres yang diterima atau dihadapi oleh klien,
Stuart dan Sundeen, mengemukakan bahwa terdapat 2 katagori coping yang biasa dilakukan untuk
mengatasi stres dan kecemasan. (Rasmun, 2004: 31) antara lain : a. Reaksi yang berorientasi pada
tugas (task oriented reaction) cara ini digunakan untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan
konflik dan memenuhi kebutuhan dasar. Terdapat 3 macam reaksi yang berorientasi pada tugas,
yaitu; 1. Perilaku menyerang (Fight) Individu menggunakan energinya untuk melakukan perlawanan
dalam rangka mempertahankan integritas pribadinya. Perilaku yang ditampilkan dapat merupakan
tindakan konstruktif maupun destruktif. Tindakan konstruktif yaitu upaya individu dalam
menyelesaikan masalah secara asertif, yaitu menggunakan dengan kata- 33 kata terhadap rasa
ketidak senanganya. Sedangkan tindakan destruktif yaitu tindakan agresif (menyerang) terhadap
sasaran atau objek dapat merupakan benda, barang, orang, atau bahkan terhadap dirinya sendiri.
Sedangkan sikap bermusuhan yang ditampilkan adalah berupa rasa benci, dendam dan marah yang
memanjang. 2. Perilaku menarik diri (withdrawl) Menarik diri adalah perilaku yang menunjukan
pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain, jadi secara fisik dan psikologis individu secara sadar
pergi meninggalkan lingkungan yang menjadi sumber stessor. 3. Kompromi Kompromi adalah
merupakan tindakan konstruktif yang dilakukan oleh individu untuk menyelesaikan masalah, secara
umum kompromi dapat mengurangi ketegangan dan masalah dapat diselesaikan. b. Reaksi yang
berorientasi pada ego. Reaksi ini sering digunakan oleh individu dalam menghadapi stres, atau
kecemasan, jika individu melakukan dalam waktu sesaat akan dapat mengurangi kecemasan.
Mekanisme pertahanan diri yang bersumber pada ego antara lain, mengingkari yaitu perilaku
menolak realita yang terjadi pada 34 dirinya dan berusaha mengatakan tidak terjadi apa-apa pada
dirinya. (Rasmun, 2004: 33) Sedangkan menurut Lazarus dalam (Siswanto, 2007: 60) membagi
koping menjadi dua jenis yaitu: 1. Tindakan Langsung (Direct Action) Koping jenis ini adalah setiap
usaha tingkah laku yang dijalankan oleh individu untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau
tantangan dengan cara mengubah hubungan yang bermasalah dengan lingkungan. 2. Peredaan atau
Peringanan (Palliation) Jenis koping ini mengacu pada mengurangi/ menghilangkan, atau
mentoleransi tekanan-tekanan tubuh/ fisik, motorik atau gambaran afeksi dari tekanan emosi yang
dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah, atau bisa diartikan bahwa individu menggunakan
jenis koping ini posisinya dengan masalah relatif tidak berubah, yang berubah diri individu, yaitu
dengan cara mengubah persepsi atau reaksi emosinya. 2.4.3. Fungsi Coping Stress Para ahli
menggolongkan fungsi coping stress yang biasa digunakan individu yaitu: 35 1. Emotional Focused
Coping Emotional focused coping digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres,
pengaturan ini melalui perilaku individu, dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur
emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi
atau situasi yang penuh tekanan. 2. Problem Focused Coping Di mana individu secara aktif mencari
penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres (Smet,
1994: 143). 2.4.4. Metode Coping Stress Menurut Bell (dalam Rasmun, 2004: 37) ada dua metode
yang sering digunakan individu dalam mengatasi masalah psikologis, yakni: 1. Metode Coping Jangka
Panjang. Cara ini adalah konstruktif dan merupakan cara yang efektif dan realistis dalam menangani
masalah psikologis untuk kurun waktu yang yang lama. 1) Berbicara dengan orang lain “curhat”
(curah pendapat dari hati ke hati) dengan teman, keluarga atau profesi tentang masalah yang
sedang dihadapi. 36 2) Mencoba mencari informasi lebih banyak tentang masalah yang sedang
dihadapi. 3) Menghubungkan situasi atau masalah yang sedang dihadapi dengan kekuatan
supranatural. 4) Melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan atau masalah. 5) Membuat
berbagai alternatif tindakan untuk mengurangi situasi. 2. Metode Coping Jangka Pendek Cara ini
digunakan untuk mengurangi stress/ ketegangan psikologis dan cukup effektif untuk waktu
sementara, tetapi tidak efektif jika digunakan dalam jangka panjang contohnya adalah; 1)
Menggunakan alkohol atau obat-obatan 2) Melamun dan fantasi 3) Mencoba melihat aspek humor
dari situasi yang tidak menyenangkan 4) Tidak ragu, dan merasa yakin bahwa semua akan kembali
stabil 5) Banyak tidur 6) Banyak merokok 7) Menangis 8) Beralih pada aktifitas lain agar dapat
melupakan masalah. 37 2.5. Bimbingan Konseling Islam 2.5.1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Para ahli dalam mengemukakan pendapat tentang pengertian bimbingan dan konseling Islam
berbeda-beda, ini disebabkan karena antara satu ahli dengan yang lainnya mempunyai sudut
pandang masing-masing. Istilah bimbingan dan konseling adalah terjemahan dari bahasa Inggris
“guidance” dan “counseling”. Sebelum penulis menjelaskan pengertian bimbingan dan konseling
Islam, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan mengenai pengertian bimbingan dan konseling
secara umum menurut para ahli. 1. Pengertian bimbingan a. Menurut pendapat Bimo Walgito
“Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan
individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya,
agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya”
(Walgito, 1995: 4). b. Menurut Priyatno dan Erman Anti "Bimbingan merupakan suatu proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang, baik
anak-anak, remaja, dan dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan
dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan
dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku" (Priyanto dan Anti, 1999: 99). c.
Menurut W.S. Winkel “Bimbingan berarti pemberian bantuan kepada sekelompok orang dalam
membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap
tuntutan-tuntutan hidup” (W.S. Winkel, 1989). 38 Dari beberapa pengertian bimbingan di atas dapat
disimpulkan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan dari seorang yang ahli kepada
seseorang atau sekelompok masyarakat agar mereka mampu mengembangkan potensi yang ada
dalam dirinya dalam upaya mengatasi berbagai masalah yang timbul dalam kehidupannya serta
mampu menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa harus bergantung
kepada orang lain. Setelah mengetahui pengertian bimbingan dari sudut pandangan umum, maka
perlu di kemukakan juga pengertian bimbingan dari sudut pandang Islam yang dirumuskan oleh
Musnamar sebagai berikut: “Bimbingan Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu
agar mampu hidup selaras dengan ketentuan Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia
dan akhirat” Musnamar (1992: 5). Dari pengertian di atas, makadapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan dalam proses pemberian bantuan terhadap individu, namun dalam bimbingan Islam
konsepnya bersumber pada al-Qur’an dan Sunnah Rasul. 2. Pengertian konseling a. Menurut M.
Hamdani Bakran adz-Dzaky Konseling pada dasarnya adalah suatu aktivitas pemberian nasehat
dengan atau berupa anjuran-anjuran dan saran-saran 39 dalam bentuk pembicaraan yang
komunikatif antara konselor dan konseli atau klien, yang disebabkan karena ketidaktahuan atau
kurangnya pengetahuan sehingga ia memohon pertolongan kepada koselor agar dapat memberikan
bimbingan metodemetode psikologi (adz-Dzaky, 2004: 180). b. Menurut Bimo Walgito "Bimbingan
adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu
dalam menghidari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya agar individu atau
sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya" (Walgito, 1995: 4) Dari
beberapa pendapat di atas, maka dapat dipahami bahwa konseling adalah suatu proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami masalah, agar
individu dapat mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Setelah mengetahui pengertian konseling
dari sudut pandang umum, maka perlu dikemukakan juga pengertian konseling dari sudut pandang
Islam sebagaimana yang telah dirumuskan oleh adz-Dzaky, yaitu : “Konseling Islam berarti suatu
aktifitas memberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada individu yang meminta bimbingan
(klien) dalam hal bagaimana harusnya seorang klien dapat mengembangkan potensi akal pikirannya,
kejiwaannya, keimanan dan keyakinan serta dapat menanggulangi problematika hidup dan
kehidupannya dengan baik dan benar secara mandiri yang berpandangan kepada al-Qur’an dan
asSunnah” (2001: 137). Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa bimbingan dan konseling Islam
adalah membantu individu untuk mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai
kebahagiaan hidup di dunia 40 maupun di akhirat dan bertujuan membantu individu menghilangkan
faktor-faktor yang menimbulkan gangguan jiwa klien. Dengan demikian akan memperoleh
ketenangan hidup rohaniah yang sewajarnya. Di samping itu individu tersebut dapat dibantu
menghadapi masalahnya dengan keteguhan hati dan tanggung jawab, sehingga dapat
mengembangkan, memelihara dirinya dari situasi dan kondisi yang baik menjadi lebih baik untuk
dirinya sendiri maupun bagi orang lain. 2.5.2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam 1.
Tujuan Bimbingan Konseling Islam Sesuai dengan tujuan bimbingan dan konseling Islam dapat
dirumuskan sebagai berikut: a. Membantu individu/ kelompok mencegah timbulnya masalah dalam
kehidupan keagamaan. b. Membantu individu memecahkan masalah yang berkaitan dengan
kehidupan keagamaaanya. c. Membantu individu memelihara situasi dan kondisi kehidupan
keagamaan dirinya yang telah baik agar tetap baik dan atau menjadi lebih baik (Faqih, 2001: 64).
Musnamar dalam bukunya “Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam”, sebagaimana
dikutip Bakhtiyar Zain, menerangkan bahwa Konseling Islam, dalam hal ini berusaha membantu
individu agar bisa hidup bahagia, bukan hanya di dunia melainkan juga di akhirat. Karena tujuan
akhir konseling Islami 41 adalah kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat) (Musnamar, 1992:
33). Sedangkan menurut Drs. H.M. Arifin, M. Ed., sebagaimana yang dikutip oleh Samsul Munir,
menjelaskan bahwa tujuan bimbingan konseling Islam dimaksudkan untuk membantu si terbimbing
supaya memiliki religious reference (sumber pegangan keagamaan) dalam memecahkan problem
(Munir, 2010: 39). Sementara Adz-Dzaky, mengemukakan bahwa tujuan bimbingan dan konseling
Islam secara lebih rinci sebagai berikut: a. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan,
kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak, dan damai (muthmainah),
bersikap lapang dada (radiyah), dan mendapatkan taufik serta hidayah Tuhannya (mardiyah). b.
Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan tingkah laku yang dapat
memberikan manfaat pada diri sendiri, lingkungan keluarga, kerja maupun sosial dan alam
sekitarnya. c. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan
berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong menolong, dan rasa kasih sayang. d. Untuk
menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang rasa
keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya, ketabahan menerima ujian-Nya (adzDzaky, 2004:
220-221). 42 Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa tujuan Konseling Islam adalah
menciptakan hubungan antar individu maupun kelompok yang sesuai dengan kehidupan beragama
yakni hidup selaras, serasi, seimbang dan mencapai kebahagiaan dunia akhirat. 2. Fungsi Bimbingan
Konseling Islam Bimbingan Konseling Islam juga mempunyai beberapa fungsi di antaranya yaitu:
fungsi preventif, kuratif, preservative, dan developmen. Fungsi dari bimbingan dan konseling Islam
dapat dipaparkan sebagai berikut: a. Fungsi preventif; yakni membantu individu menjaga atau
mencegah timbulnya masalah bagi dirinya. b. Fungsi kuratif atau korektif, yakni membantu individu
memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya. c. Fungsi preservatif; yakni membantu
individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi
baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama (in state of good). d. Fungsi developmental atau
pengembangan; yakni membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi
yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi
sebab munculnya masalah baginya (Faqih, 2001: 37). 43 Dalam hal ini selain tujuan dan fungsi
Bimbingan Konseling Islam, terdapat juga beberapa metode yang digunakan untuk memberikan
Bimbingan dan Konseling Islam kepada klien, metode-metode tersebut antara lain: 1. Metode
Langsung a. Metode Individual, seperti: Percakapan pribadi antara konselor dan klien, kunjungan ke
rumah (Home Visit), kunjungan dan obsevasi kerja. b. Metode Kelompok, seperti: diskusi kelompok,
karya wisata, sosiodrama, dan psikodrama. 2. Metode Tidak Langsung a. Metode Individual, seperti:
melalui surat-menyurat dan melalui telepon. b. Metode Kelompok, seperti: melalui papan
bimbingan, melalui surat kabar atau majalah, melalui brosur, melalui radio (media audio) dan
melalui televisi.