Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
Oleh :
NAMA : Silmina Alifiya
NIM : H1A 212 059
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Struktur telinga terbagi menjadi tiga, yaitu bagian telinga luar, telinga
tengah, dan telinga dalam. Telinga bagian luar terdiri atas daun telinga (aurikula),
liang telinga (meatus akustikus eksternus) sampai membran timpani. Telinga
bagian tengah berbentuk kubus dan mengandung rongga timpani yang terisi udara,
suatu ruang irregular yang berada di dalam os temporal diantara membrane timpani
dan permukaan tulang telinga dalam. Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah
siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari tiga buah
kanalis semisirkularis.6,7
a. Membran timpani
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida (membran Sharpnell) sedangkan bagian bawah disebut pars tensa
(membran propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah
lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia,
seperti epitel mukosa saluran pernapasan. Pars tensa memiliki satu lapisan lagi di
tengah yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang
berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler di bagian dalam.6
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut
sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya (cone of light) ke arah
bawah, yaitu pada arah jam 5 untuk membran timpani kanan, sementara membran
timpani kiri pada arah jam 7. Refleks cahaya adalah cahaya dari luar yang
dipantulkan oleh membran timpani. Di membran timpani terdapat dua serabut yaitu
sirkuler dan radier sehingga menyebabkan timbulnya refleks cahaya.6
Membran timpani dibagi menjadi empat kuadran dengan menarik garis
searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di
6
b. Tulang pendengaran.
Tulang pendengaran terdiri dari tulang maleus, inkus dan stapes. Tilang
pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus maleus
melekat pada mebran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada
stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea.
Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian.6
7
membrane) sedangkan dasar skala media adalah membrane basalis. Pada membran
ini terletak organ corti. 6
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut
membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel
rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk organ corti.6
Koklea
Koklea merupakan suatu tuba yang melingkar-lingkar, pada potongan
melintang tampak tiga tuba melingkar yang saling bersisian: skala vestibuli, skala
media dan skala timpani. Skala vestibuli dan media di pisahkan satu sama lain oleh
membran reissner atau membran vestibular. Sedangkan skala timpani dan media di
pisahkan satu sama lain oleh membran basilaris. Pada permukaan membran
basilaris terletak organ Corti yang mengandung serangkaian sel yang sensitif secara
elektromagnetik dan membangkitkan impuls saraf sebagai respon terhadap getaran
suara, yaitu sel-sel rambut atau stereosilia. Sel-sel rambut ini akan mengeluarkan
potensial reseptor sewaktu tertekuk akibat gerakan cairan di koklea. Sel rambut ini
tidak memiliki akson, namun pada bagian basis dari tiap sel rambut terdapat
terminal sinaps dari neuron sensori yang nantinya akan berkumpul menjadi
ganglion spiral dan nantinya akan menjadi nervus vestibulocochlearis (VIII).10
Di atas organ corti terdapat membran stasioner, membran tektorial tempat
stereosilia terbenam. Membran tektorial ini akan menekuk stereosilia apabila terjadi
getaran pada membran basilaris. Getaran yang datang dari telinga tengah akan
masuk ke dalam skala vestibuli melalui membran tipis, fenestra ovale (jendela oval)
dan getaran tersebut akan keluar dari koklea melalui fenestra rotundum (jendela
bulat).10
Vestibulum
Vestibulum letaknya diantara koklea dan kanalis semisirkularis yang juga
berisi perilimf. Pada vestibulum bagian depan, terdapat lubang (foramen ovale)
yang berhubungan dengan membrane timpani, tempat melekatnya telapak (foot
plate) dari stapes. Di dalam vestibulum, terdapat gelembung-gelembung bagian
membrane sakkulus dan utrikulus. Gelembung-gelembung sakkulus dan utrikulus
9
Kanalis semisirkularis
Di kedua sisi kepala terdapat kanalis-kanalis semisirkularis yang tegak lurus
satu sama lain. Didalam kanalis tulang, terdapat kanalis bagian membran yang
terbenam dalam perilimfe. Kanalis semisirkularis horizontal berbatasan dengan
antrum mastoideum dan tampak sebagai tonjolan, tonjolan kanalis semisirkularis
horizontalis (lateralis). Kanalis semisirkularis vertikal (posterior) berbatasan
dengan fossa crania media dan tampak pada permukaan atas os petrosus sebagai
tonjolan, eminentia arkuata. Kanalis semisirkularis posterior tegak lurus dengan
kanalis semi sirkularis superior. Kedua ujung yang tidak melebar dari kedua kanalis
semisirkularis yang letaknya vertikal bersatu dan bermuara pada vestibulum
sebagai krus komunis.6,11
2.3 OMSK
2.3.1 Definisi
2.3.2 Epidemiologi
2.3.3 Etiologi
Patogensis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini
merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi
yang sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus.
Perforasi sekunder pada OMA dapat terjadi kronis tanpa kejadian infeksi
pada telinga tengah misal perforasi kering. Beberapa penulis menyatakan
keadaan ini sebagai keadaan inaktif dari otitis media kronis. OMA dengan
perforasi membran timpani menjadi OMSK apabila prosesnya sudah lebih
dari 2 bulan. Sumbatan Tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama
terjadinya OMA5,10.
1. Tipe Aman
Disebut juga tipe mukosa dan benigna. Proses peradangan pada
OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai
tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe aman jarang
menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak
terdapat kolesteatoma.9
2. Tipe Bahaya
Disebut juga tipe tulang dan maligna. OMSK tipe maligna adalah
OMSK yang disertai kolesteatoma. Perforasi pada OMSK tipe bahaya
letaknya marginal atau atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma
15
Otitis media kronik aktif berarti adanya pengeluaran sekret dari telinga.
Otorrhae dan supurasi kronik telinga tengah dapat menunjukkan pada
pemeriksaan pertama sifat-sifat dari proses patologi yang mendasarinya.
Umumnya otorrhae pada OMSK bersifat purulent (kental, putih) atau mukoid
(seperti air encer) tergantung stadium peradangannya. Secret mucus dihasilkan
oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Secret sangat bau,
berwarna kuning abu-abu kotor memberikan kesan kolesteatoma dan produk
degenerasinya.
Gejala klinis OMSK penting lainnya ialah gangguan pendengaran, yang
biasanya konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran
mungkin ringan sekalipun proses patologik sangat hebat. Nyeri tidak lazim
dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan tanda yang serius. Nyeri
dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengalihan secret,
terpaparnya duramater atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan
abses otak. Vertigo pada pasien dengan supurasi telinga tengah kronis
merupakan gejala serius lainnya. Gejala ini memberikan kesan adanya suatu
fistula, berarti ada erosi pada labirin tulang seringkali pada kanalis semisirkularis
horizontal. Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian
dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam, sehingga timbul
labirinitis (ketulisan komplit), dan berlanjut manjadi meningitis.10
1. Anamnesis
Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan
penderita seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah
lengkap. Gejala yang paling sering dijumpai adalah telinga berair, adanya
17
sekret di liang telinga yang pada tipe aman sekretnya lebih banyak dan
seperti berbenang (mukous), tidak berbau busuk dan intermiten, sedangkan
pada tipe bahaya, sekretnya lebih sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai
pembentukan jaringan granulasi atau polip, maka sekret yang keluar dapat
bercampur darah. Ada kalanya penderita datang dengan keluhan kurang
pendengaran atau telinga keluar darah.
2. Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi
membrane timpani. Dari perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga
tengah. Apabila letaknya sentral menunjukkan OMSK tipe aman, jika
letaknya atik dan marginal menunjukkan OMSK tipe bahaya.
3. Pemeriksaan penala
Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan sederhan untuk
mengetahui adanya gangguan pendengaran. Pemeriksaan penala terdiri dari
tes rinne, weber, dan swabach.
4. Pemeriksaan audiologi
Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk
menilai hantaran tulang dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat
penurunan pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang.
Audiometri tutur berguna untuk menilai ‘speech reception threshold’ pada
kasus dengan tujuan untuk memperbaiki pendengaran. Audiometri nada
murni, audimetri tutur (speech audiometry), dan pemeriksaan BERA
(brainstem evoked response audiometry) dapat dilakukan bagi pasien/anak
yang tidak kooperatif dengan pemeriksaan audiometri nada murni.
4. Pemeriksaan radiologi
Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schüller
berguna untuk menilai kasus kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan CT
scan dapat lebih efektif menunjukkan anatomi tulang temporal dan
kolesteatoma.
18
2.3.8 Penatalaksanaan
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus
berulang-ulang. Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi.
Keadaan ini antara lain disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu (1)
Adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah
berhubungan dengan dunia luar, (2) infeksi di faring, nasofaring, hidung dan
sinus paranasal (3) sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam
rongga matoid, dan (4) gizi dan higiena yang kurang5.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi
selam 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti.
Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen,
memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi
atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran. 9
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau
terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih
dahulu, mungkin juga perlu melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi
dan tonsilektomi. 9
19
2.3.9 Komplikasi
3. Komplikasi ekstradural :
Abses ekstradural
20
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 63 tahun
Agama : Islam
Suku : Sasak
Pekerjaan : Pensiunan
ANAMNESIS
Keluhan utama :
Keluar cairan dari telinga kanan
Riwayat alergi :
Pasien mengaku memiliki alergi obat amoxycilin dan ampisilin
Riwayat Pengobatan :
Baru-baru ini pasien belum pernah mendapatkan pengobatan, namun dahulu
saat pernah mengalami hal yang serupa pasien mengkonsumsi obat
levofloxacin, interhistin, meloxicam.
Riwayat Sosisal
Pasien seorang pensiunan dan sekarang bekerja di rumah untuk membuat kue
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
o Keadaan umum : Baik
o Kesadaran : Compos mentis
o GCS : E4V5M6
o Tanda vital :
TD : 130/80 mmHg
HR : 88 x/menit
RR: 18 x/menit
Suhu: 36,3 0C
23
Status Lokalis
Pemeriksaan telinga
Pemeriksaan
No. Telinga kanan Telinga kiri
Telinga
Bentuk dan ukuran dbn, Bentuk dan ukuran dbn,
edema (-), hiperemi (-), edema (-), hiperemi (-),
hematoma (-), fistula (-), hematoma (-), fistula (-),
1. Daun telinga massa (-), nyeri pergerakan massa (-), nyeri pergerakan
aurikula (-), nyeri tekan aurikula (-), nyeri tekan
tragus (-), nyeri tekan tragus (-), nyeri tekan
retroaurikula (-). retroaurikula (-).
Serumen (-), Tampak Serumen (-), Cairan
cairan mukopuruen yang mukopurulen (-), Edema (-),
keluar, Edema (-), hiperemi (-), furunkel (-)
2. Liang telinga luar Hiperemi (+), Furunkel (-)
Pemeriksaan hidung
Pemeriksaan Tenggorokan
25
DIAGNOSIS
- Otitis media supuratif kronis tipe aman fase aktif
Pembedahan
Timpanoplasti
26
5. Menjaga agar air tidak masuk ke telinga sewaktu mandi dan dilarang
berenang
7. Kontrol jika obat habis dan bila sebelum obat habis timbul keluhan lain
segera kontrol kembali
PROGNOSIS
Dubia ad bonam
27
BAB IV
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
11. Imanto M. Radang Telinga Luar. Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomer 2.
2010: Hal. 201-210
12. Benson J & Mwanri L. Chronic Suppurative Otitis Media and
Cholesteatoma in Australia’s Refugee Population. Australian Family
Physician, 2012: 41(12); 978-980.
13. Pasyah MF, Wijana. Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak. Global
Medical and Health Communication, Vol. 4 No. 1 Tahun 2016. Hlm 1-6
14. PERHATI-KL. Panduan Praktik Klinis Prosedur Tindakan Clinical
Pathway di Bidang Telinga Hidung Tenggorok + Kepala Leher. Volume 1.
2015.