Professional Documents
Culture Documents
7 Tatalaksana
Anak yang terdeteksi memiliki gizi buruk harus dilakukan pemeriksaan klinis
secara keseluruhan terlebih dahulu untuk mengonfirmasi adanya kemungkinan
komplikasi. Selain itu, nafsu makan anak juga perlu diidentifikasi. Jika anak
memiliki nafsu makan serta keadaan umum yang baik, maka anak dapat
dirawat jalan. Sedangkan jika telah terdapat komplikasi, edema berat atau
nafsu makan yang buruk, maka anak akan dirawat inap. Anak harus
dipisahkan dari pasien infeksi dan ditempatkan diruangan yang hangat (25-
30oC).22,23
Anak yang telah mendapatkan perawatan dapat dipulangkan jika berat
badan menurut tinggi/panjang badan ≥-2 Z Score dan tidak ada edema
minimal 2 minggu atau lingkar lengan atas ≥125 mm dan tidak ada edema
minimal 2 minggu.30
Tabel 2.4 Fase tatalaksana gizi buruk24
No Stabilisasi Rehabilitasi
Hari 1-2 Hari 3-7 Minggu 2-6
1. Pencegahan atau
tatalaksana hipoglikemia
2. Pencegahan atau
tatalaksana hipotermia
3. Tatalaksana atau
pencegahan dehidrasi
4. Memperbaiki gangguan
keseimbangan elektrolit
5. Mengobati infeksi
6. Koreksi defisiensi non zat besi Dengan zat besi
mikronutrien
7. Mulai memberikan
makanan dengan perlahan
8. Memberikan makanan
untuk tumbuh kejar
9. Memberikan stimulasi
untuk tumbuh kembang
10. Mempersiapkan untuk
tindak lanjut di rumah
2) Apabila anak tidak sadar dan tampak letargi, maka diberikan larutan
glukosa 10% secara intravena, dibolus sebanyak 5ml/kgBB.
Selanjutnya diberikan larutan glukosa 10% atau larutan gula pasir
10% secara oral atau melalui nasogastric tube (NGT) sebanyak 50ml.
24,25
a. Kondisi I
b. Kondisi II
Kondisi II merupakan suatu kondisi anak gizi buruk dengan letargis dan
muntah atau diare atau dehidrasi. Pada kondisi ini dilakukan pemberian
bolus glukosa 10 % intravena (5ml/kgBB) kemudian dilanjutkan dengan
glukosa atau larutan gula pasir 10% melalui NGT sebanyak 50ml. 28
Pada dua jam pertama diberikan ReSoMal secara oral/NGT setiap
30 menit sebanyak 5ml/kgBB setiap pemberian. Frekuensi nadi, nafas dan
pemberian ReSoMal dicatat setiap 30 menit. Jika setelah 2 jam pertama
keadaan anak memburuk (renjatan/syok), maka infus segera dipasang,
kembali ke rencana I tanpa memberikan bolus glukosa.28
Jika setelah 2 jam keadaan anak membaik, maka 10 jam berikutnya
pemberian ReSoMal diteruskan berselang-seling dengan F-75 setiap 1
jam. Frekuensi nadi dan napas dicatat setiap 1 jam. Jika diare dan muntah
berkurang dan anak mampu menghabiskan sebagian besar F-75, maka F-
75 diberikan setiap 3 jam. Apabila tidak ada diare/muntah dan anak dapat
menghabiskan F-75, maka pemberian F-75 diganti menjadi setiap 4 jam.28
c. Kondisi III
Kondisi ini merupakan kondisi anak gizi buruk dengan muntah dan atau
diare atau dehidrasi. Pada kondisi ini dilakukan pemberikan 50ml glukosa
atau larutan gula pasir 10% (oral/NGT). Pada 2 jam pertama, ReSoMal
diberikan secara oral / NGT setiap 30 menit sebanyak 5ml/kgBB/kali.
Frekuensi nadi, nafas dicatat setiap 30 menit. Jika keadaan memburuk
(renjatan/syok) maka infus RLG 5% segera dipasang, dilakukan pemberian
oksigen (O2) 1-2L/menit, diberikan ReSoMal 5ml/kgBB melalui NGT
tanpa memberikan bolus glukosa. Jika membaik, maka 10 jam berikutnya,
pemberian ReSoMal diteruskan berselang-seling dengan F-75 setiap 1 jam.
Apabila diare dan muntah berkurang, anak mampu menghabiskan F-75,
berikan F-75 setiap 3 jam. Apabila tidak ada diare/muntah dan anak dapat
menghabiskan F-75, ubah pemberian F-75 menjadi setiap 4 jam.28
d. Kondisi IV
BAB 3
PENUTUP
Gizi buruk merupakan status gizi yang didasarkan pada indeks Berat
Badan menurut Umur (BB/U) < -3 SD. Secara umum terdapat 3 jenis gizi
buruk yang sering dijumpai yaitu kwashiorkor, marasmus, dan gabungan dari
keduanya marasmiks-kwashiorkor. Pengertian kwashiorkor sendiri adalah
suatu bentuk malnutrisi protein yang berat disebabkan oleh asupan
karbohidrat yang normal atau tinggi dan asupan protein yang inadekuat.
Kwashiorkor dapat dibedakan dengan marasmus yang disebabkan oleh
asupan dengan kurang dalam kuantitas tetapi kualitas yang normal,
sedangkan marasmiks-kwashiorkor adalah gabungan dari kwashiorkor
dengan marasmus yang disertai dengan oedema. Diagnosis gizi buruk dapat
diketahui melalui gejala klinis, antropometri dan pemeriksaan laboratorium.
Gejala klinis gizi buruk berbeda-beda tergantung dari derajat dan lamanya
deplesi protein dan energi, umur penderita, modifikasi disebabkan oleh
karena adanya kekurangan vitamin dan mineral yang menyertainya. Jika
pasien memiliki nafsu makan yang baik serta keadaan umum baik, maka
pasien dapat dirawat jalan. Sedangkan jika telah terdapat komplikasi, edema
berat atau nafsu makan yang buruk, maka pasien akan dirawat inap.Selain itu,
anak harus dipisahkan dari pasien infeksi, ditempatkan diruangan yang hangat
(25-30oC, bebas dari angin), dipantau secara rutin dan memandikan anak
seminimal mungkin dan dikeringkan sesegera mungkin. Terdapat 2 fase
dalam manajemen gizi buruk pada anak, yaitu fase stabilisasi dan rehabilitasi.
DAFTAR PUSTAKA