You are on page 1of 81

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan dengan lancar dan
dapat melahirkan bayi dengan sempurna. Ada dua cara persalinan yaitu
persalinan lewat vagina yang lebih dikenal dengan persalinan normal dan
persalinan seksio sesarea yaitu tindakan operasi untuk mengeluarkan bayi
dengan insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Wiknjosastro, 2010).
Tindakan seksio sesarea merupakan pilihan utama bagi tenaga medis
untuk menyelamatkan ibu dan janin. Ada beberapa indikasi untuk dilakukan
tindakan seksio sesarea adalah gawat janin, disporsisi sepalopelvik, prolapus
tali pusat, mal presentase janin atau letak lintang (Norwitz E & Schorge J,
2010).
World Health Organization (WHO) menetapkan standar rata-rata seksio
sesarea disebuah negara adalah sekitar 5-15% per 1000 kelahiran didunia.
Rumah sakit pemerintah kira-kira 11% sementara rumah sakit swasta bisa
lebih dari 30% (Gibbson, 2010). Menurut WHO peningkatan persalinan
dengan seksio sesarea diseluruh negara selam tahun 2008 – 2009 yaitu
110.000 perkelahiran diseluruh Asia (Sinha kounteya, 2010).
Berdasarkan survey nasional pada tahun 2010, 921.000 persalinan dengan
seksio sesarea dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8% dari seluruh
persalinan. Berdasarkan dara RIKERDAS tahun 2010, tingkat persalinan
seksio sesarea di Indonesia 15,3% sampel dari 20.591 ibu yang melahirkan
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yang diwawancarai di 33 provinsi.
Gambaran adanya faktor resiko ibu saat dilakukan tindakan seksio sesarea
adalah 13,4%.
Berdasarkan data hasil yang didapat di ruang Siti Walidah Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang, jumlah ibu postpartum dengan riwayat seksio
sesarea pada tahun 2016 berjumlah 652 pasien dan meningkat pada tahun
2017 sebanyak 1.512 pasien. Sedangkan jumlah pasien postpartum dengan

1
2

riwayatseksio sesarea dibulan Januari 2018 berjumlah 145 pasien, pada bulan
februari menurun menjadi 114 pasien dan meningkat kembali dibulan Maret
2018 yaitu berjumlah 141 pasien.
Masa nifas atau postpartum disebut juga puerperium yang berasal dari
bahasa latin yaitu dari kata “puer” yang artinya bayi dan “parous” yang berarti
melahirkan. Postpartum dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat
– alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Anggraini, 2010).
Pada masa postpartum ibu banyak mengalami kejadian penting mulai dari
perubahan fisik, masa laktasi maupun perubahan psikologis.
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada ibu – ibu postpartum seksio
sesarea antara lain gangguan mobilisasi, cidera kandung kemih, cidera rahim,
cidera pada pembuluh darah, cidera pada usus dan infeksi, yaitu infeksi rahim,
endometritis dan infeksi akibat luka operasi (Depkes RI, 2013). Bagi pasien
postpartum dengan seksio sesarea masalah kebutuhan tidur sangat penting
karena tidak hanya untuk pemulihan kondisi tubuh pasien tetapi untuk
memaksimalkan perawatan pasien dan dalam melakukan perawatan bayi di
rumah sakit. kegiatan perawatan di rumah sakit seperti mobilisasi dini,
perawatan payudara, pemberian ASI pada bayi. Mobilisasi dini merupakan hal
yang penting dalam periode pasca bedah (Saifuddin, 2012).
Suatu proses pembedahan setelah operasi akan menimbulkan respon nyeri.
Nyeri yang dirasakan ibu postpartum dengan seksio sesarea berasal dari luka
yang terdapat dari perut (Kasdu, 2013). Tingkat dan keparahan nyeri pasca
operasi tergantung pada fisiologis dan psikologis individu dan toleransi yang
ditimbulkan nyeri (Brunner & Suddart, 2012). Pada pasien postpartum dengan
seksio sesarea sering mengalami gangguan tidur. Gangguan tidur ini
kemungkinan dapat dipengaruhi oleh intensitas nyeri luka seksio. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Milla Fitri (2012) yang
dilakukan diruang rawat inap RSUD Sumedang dengan jumlah sampel 56
pasien postpartum dengan seksio sesarea dengan menggunakan metode
deskriptif korelasional. Hasil analisis univariat dengan persentase
menunjukkan (85,7%) responden memiliki kualitas tidur yang buruk dan
(48,2%) memiliki intensitas nyeri yang sedang dan dari hasil analisis bivariat
3

didapatkan hubungan antara intensitas nyeri luka seksio sesarea dengan


kualitas tidur (P value = 0.037).
Dalam perawatan perioperatif khususnya preoperative harus sesuai dengan
askep yang ada, namun demikian masih banyak sekali hal- hal yang belum
sesuai dengan standar operasional seperti kelengkapan data, pemeriksaan ibu
dan janin, dan persiapan peralatan operasi, dalam hal ini khususnya mengenai
tindakan pada SC. Dari hal tersebut diatas perlu dilakukan asuhan
keperawatan yang tepat, jika tidak maka akan berdampak pada ibu dan janin.
Mobilisasi yang kurang baik akan mempengaruhi proses involusi, jika
manajemen nyeri tidak tertangani dengan baik maka akan mempengaruhi pola
istirahat dan ibu tidak bisa melakukan aktivitas dan juga bisa berdampak pada
produksi ASI.
Terkait dengan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
menyusun studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan postpartum dengan
riwayat seksio sesarea pada Ny “N” di ruang Siti Walidah Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang Tahun 2018”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka timbul beberapa perumusan
masalah yaitu “Bagaimana Asuhan Keperawatan post partum dengan riwayat
seksio sesarea pada Ny “x” di ruang Siti Walidah Rumah Sakit
Muhammadyah Palembang Tahun 2018”.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mendapatkan
gambaran bagaimana melaksanakan Asuhan Keperawatan post partum
dengan riwayat seksio sesarea pada Ny “N” di ruang Siti Walidah Rumah
Sakit Muhammadyah Palembang.
2. Tujuan Khusus
Dalam penyusunan studi kasus pada pasien diharapkan penulis mampu:
4

a) Melakukan pengkajian pada Ny “x” dengan post partum seksio sesarea


di ruang Siti Walidah Rumah Sakit Muhammadyah Palembang.
b) Merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny “x” dengan post partum
seksio sesarea di ruang Siti Walidah Rumah Sakit Muhammadyah
Palembang.
c) Menyusun intervensi keperawatan pada Ny “x” dengan post partum
seksio sesarea di ruang Siti Walidah Rumah Sakit Muhammadyah
Palembang.
d) Melakukan implementasi keperawatan pada Ny “x” dengan post
partum seksio sesarea di ruang Siti Walidah Rumah Sakit
Muhammadyah Palembang.
e) Melakukan evaluasi keperawatan pada Ny “x” dengan post partum
seksio sesarea di ruang Siti Walidah Rumah Sakit Muhammadyah
Palembang.
f) Melakukan discharge planning keperawatan pada Ny “x” dengan post
partum seksio sesarea di ruang Siti Walidah Rumah Sakit
Muhammadyah Palembang.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan acuan kepada
para perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif
kepada pasien.
2. Bagi Institusi
Dapat memberikan masukan sebagai sumber informasi bagi mahasiswa
yang akan melakukan pengkajian selanjutnya.
3. Bagi Penulis
Mampu mengaplikasikan pengalaman, pemahaman tentang bagaimana
mengelola dan mencapai tujuan asuhan keperawatan pada situasi yang
nyata.
5

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep dasar
1. Definisi Post Partum
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi kembali normal seperti sebelum hamil
(Bobak, 2010).
Persalinan seksio sesarea merupakan persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan saraf rahim dalam keadaan utuh serta berat diatas 500 gr
(Mitayani, 2009).

2. Etiologi
Indikasi untuk seksio sesarea menurut Rasjidi (2009) antara lain meliputi :
1) Indikasi ibu
a) Panggul sempit
Panggul sempit adalah kurangnya salah satu ukuran panggul 1 cm
atau lebih dari ukuran normal atau panggul sempit absolut yang
ukuran konjugata diagonalisnya 5,5 cm (Manuaba, 2008)
b) Kegagalan melahirkan secara normal karena kurang adekuatnya
stimulasi
c) Adanya tumor dalam jalan lahir yang menyebabkan obstruksi
d) Stenosis serviks atau vagina
e) Plasenta previa
f) Disproposi sevalopelvik
Adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran
lingkar kepala janin dan dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Kondisi tersebut membuat bayi susah
keluar melalui jalan lahir

5
6

2) Indikasi janin
a) Kelainan letak
b) Gawat janin
Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima oksigen cukup
sehingga mengalami hipoksia. Normalnya detak jantung janin
berkisar 120-160 kali permenit. Gawat janin dalam persalinan dapat
terjadi bila persalinan berlangsung lama (Prawirohardjo, 2009)
c) Prolapsus tali pusat atau dikenal dengan tali pusat menumbung jika
tali pusat berada disamping atau di bawah bagian terbawah janin
(Oxorn & Forte, 2010)
d) Mencegah hipoksia janin, misalnya karena preeklamsia
3) Indikasi relatif
a) Riwayat seksio sesarea sebelumnya
b) Persentasi bokong
Persentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian
terendahnya bokong (Prawirohardjo, 2009)
c) Distosia (persalinan yang sulit)
Distosia adalah persalinan abnormal yang ditandai oleh kelambatan
atau tidak adanya kemajuan proses persalinan dalam ukuran satuan
waktu tertentu (Nugroho, 2010)
d) Preeklampsi berat (PEB)
PEB adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria,
edema, yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke-20 atau
kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan
hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis (Mitayani, 2009)
e) Diabetes melitus
f) Ibu dengan HIV positif sebelum inpartu
g) Gemeli atau bayi kembar
4) Indikasi sosial
a) Wanita yang takut melahirkan berdasarkan pengalaman sebelumnya
7

b) Wanita yang ingin melahirkan dengan cara seksio sesarea karena


takut bayinya mengalami cidera atau asfiksia selama persalinan atau
mengurangi resiko kerusakan dasar panggul
c) Wanita yang takut terjadinya perubahan pada tubuhnya atau
seksuality image setelah melahirkan

3. Anatomi Dan Fisiologi


Alat reproduksi terdiri atas organ eksternal dan internal, sebagian besar
terletak dalam rongga panggul. Organ eksternal (sampai vagina) berfungsi
sebagai kopulasi, sedangkan internal berfungsi untuk ovulasi, fertilisasi
ovum, transportasi blastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus, dan
kelahiran (Syaifuddin, 2013).
a. Genetalia Eksternal

Gambar 2.1
Anatomi Genetalia Eksternal
Vulva tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi
perineum), terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, klitoris,
hymen, vestibulum, orificium urethrae externum, dan kelenjar-kelenjar
pada vagina.
8

a) Mons pubis
lapisan lemak dibagian anterior sympisis os pubis. Pada masa
pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
b) Labia mayora
lapisan lemak lanjutan mons pubis kearah bawah dan belakang,
banyak mengandung vleksus vena. Ligamentum rotundum uteri
berakhir pada batas atas labia mayora. Dibagian bawah perineum,
labia mayora menyatu pada commisar posterior.
c) Labia minora
Lipatan jaringan tipis dibalik labia mayora, tidak mempunyai
folikel rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos, dan
ujung serabut saraf.
d) Klitoris
Terdiri dari glans klitoris yang terletak didalam superior vulva,
dan korpus klitoridis yang tertanam didalam dinding anterior
vagina. Terdapat juga reseptor androgen pada klitoris. Banyak
pembuluh darah dan serabut saraf dan sangat sensitif.
e) Vestibulum
Daerah dengan batas atas klitoris, batas bawah fourchet, batas
lateral labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat enam
lubang/orificium, yaitu orificium uretra externum, introitus
vaginae, ductus glandulae Bartholini kanan dan kiri serta skene
kanan dan kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa
navicularis.
f) Introitus/ Orificium vagina
Terletak dibagian bawah vesstibulum. Pada gadis (virgo)
tertutup lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara/hymen, utuh
tanpa robekan. Hymen normal terdapat lobang kecil untuk aliran
darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat oval,
cribiformis, septum atau fimbriae.
9

g) Vagina
Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang
elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus
haid. Fungsi vagina yaitu untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada
haid, untuk jalan lahir, dan untuk kopulasi.
h) Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus.
Perineal body adalah raphe median m. Levator ani, antara anus dan
vagina. Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu
dipotong (episiotomy) untuk memperbesar jalan lahir dan
mencegah ruptur.

b. Genetalia Internal

Gambar 2.1
Anatomi Genetalia Internal

Uterus adalah suatu organ muscular berbentuk seperti buah pir,


dilapisi peritoneum (serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat
implantasi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan
adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isis
konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan
serviks uteri.
10

a) Serviks uteri
Bagian terbawah uteri, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan/
menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari
3 komponen utama yaitu otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan
glikosamin) dan elastin. Bagian luar didalam rongga vagina yaitu
portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri eksternum
(luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks,
dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Kelenjar mukosa
servikas menghasilkan lender geth serviks yang mengandung
glikoprotein yang kaya karbohidrat dan larutan berbagai garam,
peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks
dipengaruhi siklus haid.
b) Corpus uteri
terdiri dari lapisan paling luar serosa/peritoneum yang melekat
pada ligamentum latum uteri di intaabdomen, tengah lapisan
muscular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar kedalam
arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam
lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan
runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium.
c) Ligamenta penyangga uterus
ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum
cardinal, ligamentum ovary, ligamentum sacrouterina propium,
ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vessicouterina,
ligamentum rectouterina.
d) Vaskularisasi uterus
terutama dari arteri uterine cabang arteri hypogastrica/illiaca
interna, serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.
e) Tuba falopi
sepasang tuba kiri dan kanan, panjang 8-14 cm,berfungsi sebagai
jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding
tuba terdiri dari tiga lapisan yaitu serosa, muscular serta mukosa
dengan epitel bersilia.
11

f) Ovarium
organ endokrin berbentuk oval, terletak didalam rongga
peritoneum, sepasang kiri dan kanan dilapisi mesovarium, sebagai
jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks
dan medulla. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan
folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial dilapisan
terluar epitel ovarium di korteks), ovulasi, sintesis dan sekresi hormon-
hormon steroid.

4. Patofisiologi
Seksio sesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan
berat diatas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.
Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi
uterus, distorsia jaringan lunak, plasenta previa dll. Untuk ibu dan janin
adalah gawat janin, janin besar dan letak lintang. Setelah dilakukan SC ibu
akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa
kurang pengetahuan akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis
yaitu produk oksitosin yang tidak adekuat akan menghasilkan ASI yang
keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi
kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka
dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah satu yang utama karena insisi
yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anastesi bisa
bersifat regional dan umum. Namun anastesi umum lebih banyak
pengaruhnya terhadap janin maupun ibu sehingga kadang-kadang bayi
lahir dalam keadaan apnu yang tidak dapat diatasi dengan mudah,
akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruh anastesi bagi ibu sendiri
yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang
keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif
akibat sekret yang berlebihan karena kerja otot nafas sillia yang menutup.
Anastesi juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan
mobilitas usus.
12

Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuklambung akan


terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian
diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat
dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan
yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga
menurun maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu
dipasangpipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga
berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi (Saifuddin,
Mansjoer & Prawirohardjo, 2012).
13

5. Pathway
POST PARTUM

Fisiologis psikologis

Sist reproduksi Sist Sist Sist urinaria Sist Sist Sist Fase Fase Fase
kardiovaskuler integumen muskuloske gastrointesti kelenjar taking in taking letting
letal nal mamae hold go

Atonia aliran HbO2


menurun Luka insisi Perawatan kateterisasi Perubahan
darah uteri pada dinding luka kurang psikologis Penambahan
Pengaruh Tekanan Prolaktin
abdomen anastesi pada gaster anggota baru
meningkat
Trauma pada spinal
Kontraksi uterus Metabolisme kandung
Terputusnya Resiko Bingung Kebutuhan
tidak adekuat anaerob kemih
kontinuitas infeksi Oksitosin meningkat
jaringan
Penurunan Penurunan
meningkat
saraf peristaltik
Perdarahan Ggn perfusi Ketidakmam ekstremitas Kurang
usus
meningkat jaringan puan miksi bawah pengetahuan Perubahan
Nyeri Ejeksi ASI
pola peran
inadekuat
konstipasi
Resiko syok Kelemahan, Inkontinensia Hambatan
hipovolemik kelelahan Gangguan urine mobilitas Menyusui
pola tidur fisik tidak efektif
14

6. Manifestasi Klinis
Periode post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-
organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini
kadang-kadang disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan
(Bobak, 2004).
A. Adaptasi Fisiologi
a. Sistem Reproduksi
1) Involusio Uteri
Involusio adalah pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi
normal setelah kelahiran bayi. Involusio terjadi karena masing-
masing sel menjadi lebih kecil karena sitoplasma yang berlebihan
dibuang. Involusio disebabkan oleh proses autolysis, dimana zat
protein dinding rahim pecah, diabsorbsi dan kemudian dibuang
sebagai air kencing (Bobak, 2005).
2) Involusio Tempat Plasenta
Pada permulaan nifas, bekas plasenta mengandung banyak
pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trumbus. Biasanya luka
yang demikian, sembuh dengan menjadi parut. Hal ini disebabkan
karena dilepaskan dari dasar dengan pertumbuhan endometrium
baru dibawah permukaan luka. Rasa sakit yang disebut after pains
(meriang atau mules-mules) disebabkan kontraksi rahim biasanya
berlangsung 3-4 hari pasca persalinan (Cunningham, dkk, 2005).
3) Lochea
Merupakan sekret dari kavum uteri dan vagina pada masa nifas.
4) Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks akan menganga seperti
corong berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-
kadang terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir tangan masih
bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari
dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
15

5) Vagina dan perineum


Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerperium
merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara
berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali
seperti ukuran seorang nulipara. Pada perineum terjadi robekan
pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada
persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi digaris
tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin terlalu cepat,
sudut arkuspubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati
pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada
sirkumferensia suboksipito bregmatika. Bila ada laserasi jalan lahir
atau luka bekas episiotomi lakukanlah penjahitan dan perawatan
dengan baik.
a. SistemKardiovaskuler
Pada dasarnya tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah
sama sekali. Tapi biasanya terjadi penurunan tekanan darah sistolik 20
mmHg. Jika ada perubahan posisi, ini disebut dengan hipotensi
orthostatik yang merupakan kompensasi kardiovaskuler terhadap
penurunan resistensi didaerah panggul.
b. Sistem Urinaria
Selama proses persalinan, kandung kemih mengalami trauma yang
dapat mengakibatkan udema dan menurunnya sensitifitas terhadap
tekanan cairan, perubahan ini menyebabkan tekanan yang berlebihan
dan kekosongan kandung kemih yang tidak tuntas, hal ini bisa
mengakibatkan terjadinya infeksi. Biasanya ibu akan mengalami
kesulitan buang air kecil sampai 2 hari postpartum.
c. Sistem Gastrointestinal
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini
disebabkan karena pada saat melahirkan alat pencernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan
yang berlebihan pada waktu persalinan, kurang makan, haemoroid dan
laserasi jalan lahir.
16

d. Sistem Muskuloskeletal
Otot abdomen terus menerus terganggu selama kehamilan yang
mengakibatkan berkurangnya tonus otot, yang tampak pada masa
postpartum dinding perut terasa lembek, lemah, dan kendor. Selama
kehamilan otot abdomen terpisah disebut distensi rectiabdominalis,
mudah dipalpasi melalui dinding abdomen bila ibu terlentang. Latihan
yang ringan seperti senam nifas akan membantu penyembuhan alamiah
dan kembalinya otot pada kondisi normal.
e. Sistem Integumen
Penurunan melanin setelah persalinan menyebabkan berkurangnya
hiperpigmentasi kulit. Hiperpigmentasi pada aerola mamae dan linea
nigra mungkin menghilang sempurna setelah melahirkan.
f. Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada
sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam
proses tersebut.
1) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang.
Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam
pelepasan plasenta, mempertahankan kontraksi, sehingga
mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI
dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke
bentuk normal.
2) Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya
kelenjar pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin,
hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk
merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya,
kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan
folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak
menyusui bayinya, tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-
21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah
17

depan otak yang mengontrol ovarium ke arah permulaan pola


produksi estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan
folikel, ovulasi dan menstruasi.
3) Estrogen dan progesterone
Tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik
yang meningkatkan volume darah. Disamping itu, progesteron
mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan
peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat mempengaruhi saluran
kemih, ginjal, usus, dasar panggul, perineum dan vulva, serta
vagina.
g. Sistem kelenjar mamae
1) Laktasi
Pada hari kedua postpartumsejumlah kolostrum, cairan yang
disekresi payudara selama lima hari pertama setelah kelahiran bayi,
dapat diperas dari puting susu.
2) Kolostrum
Kolostrum mengandung lebih banyak protein, yang sebagian
besar adalah globulin, dan lebih banyak mineral tetapi gula dan
lemak lebih sedikit. Meskipun demikian kolostrum mengandung
globul lemak agak besar didalam yang disebut korpustel
kolostrum, yang oleh beberapa ahli dianggap merupakan sel-sel
epitel yang telah mengalami degenerasi lemak. Sekresi kolostrum
bertahan selama sekitar lima hari, dengan perubahan bertahap
menjadi susu matur. Antibodi mudah ditemukan dalam kolostrum.
Kandungan immunoglobulinA mungkin memberikan perlindungan
pada neonatus melawan infeksi enterik. Faktor-faktor kekebalan
lainnya, juga immunoglobulin terdapat didalam kolostrum manusia
dan air susu. Faktor ini meliputi komponen komplemen, makrofag,
limfosit, laktoferin, laktoperoksidase dan lisozim.
3) Air susu
Perubahan besar yang terjadi 30-40 jam postpartum antara lain
peninggian mendadak konsentrasi laktosa. Sintesis laktosa dari
18

glukosa didalam sel-sel sekretorik alveoli dikatalisis oleh


lactosesintetase. Beberapa laktosa meluap masuk ke sirkulasi ibu
dan mungkin disekresi oleh ginjal dan ditemukan didalam urin
kecuali kalau digunakan glukosaoksidasespesifik dalam pengujian
glikosuria. Air susu manusia mengandung konsentrasi rendah besi.
Tetapi, zat besi didalam air susu manusia absorpsinya lebih baik
daripada zat besi didalam susu sapi. Simpanan zat besi ibu
tampaknya tidak mempengaruhi jumlah zat besi didalam air susu.
Kelenjar mamae, seperti kelenjar tiroid, menghimpun iodium, yang
muncul didalam air susu (Cunningham, F Gary, dkk, 2005).

B. Adaptasi Psikologi
Proses adaptasi psikologis pada seorang ibu telah dimulai sejak ibu
hamil. Perubahan mood seperti sering marah, menagis, dan sering
sedih atau cepat berubah perasaan menjadi senang merupakan
manifestasi dari emosi yang labil (Suherni, 2008). Pada masa post
partum seorang ibu akan melalui tiga periode adaptasi psikologis
(Palupi, 2013) yaitu sebagai berikut :
a. Fase taking in
Fase ini dimulai dari hari pertama dan hari kedua setelah
melahirkan dimana ibu membutuhkan perlindungan, pelayanan.
b. Fase taking hold
Fase ini dimulai hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada
minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk
menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru.
Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu
muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan
fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik.
c. Fase letting go
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah melahirkan.
Sistem keluarga telah menyesuaikan diri dengan anggotanya yang
19

baru. Tubuh pasien telah sembuh dan perasaan rutinnya telah


kembali.

7. Komplikasi post partum dengan seksio sesarea


Komplikasi post partum dengan seksio sesarea menurut
Rahmawati (2012) adalah :
a. Komplikasi pada ibu
Terjadi “trias komplikasi” ibu, yaitu perdarahan, infeksi, dan
trauma jalan lahir.
1) Perdarahan
Perdarahan merupakan komplikasi yang paling gawat, memerlukan
transfusi darah dan merupakan penyebab kematian ibu yang paling
utama penyebab perdarahan pada tindakan operasi.
2) Atonia uteri
Sumber perdarahan berasal dari implantasi plasenta.
3) Robekan jalan lahir : ruptur uteri, robekan serviks, robekan fornik,
Robekan vagina, robekan perineum, dan perforasi-kuretage
semuanya dapat menimbulkan perdarahan ringan sampai berat.
4) Gangguan pembekuan darah : kematian janin dalam rahim
melebihi 6 minggu, pada solusio plasenta dan emboli air ketuban.
5) Retensio plasenta atau plasenta rest ; gangguan pelepasan plasenta
menimbulkan perdarahan dan tempat implantasi plasenta.
b. Infeksi
Setiap tindakan operasi selalu diikuti oleh kontaminasi bakteri,
sehingga menimbulkan infeksi. Infeksi makin meningkat apabila
didahului oleh :
1) Keadaan umum yang rendah : anemia saat hamil, sudah terdapat
manifulasi intra-uterin, sudah terdapat infeksi
2) Perlukaan operasi yang menjadi jalan masuk bakteri
3) Terdapat retensio plasenta atau plasenta rest
4) Pelaksanaan operasi seksio sesarea yang kurang legeartis
Semua faktor tersebut diatas dapat memudahkan terjadinya
infeksi yang membahayakan bagi bayi dan ibunya.
20

c. Trauma tindakan persalinan


Operasi merupakan tindakan paksa pertolongan persalinan
sehingga menimbulkan trauma jalan lahir. Trauma operasi persalinan
dijabarkan sebagai berikut :
1) Perlukaan luas episiotomy
2) Perlukaan pada vagina
3) Perlukaan pada serviks
4) Perlukaan pada forniks-kolpoporeksis
5) Terjadi ruptura uteri lengkap atau tidak lengkap
Bersama-sama dengan atonia uteri, retensio plasenta dan robekan
jalan lahir karena persalinan menimbulkan pendarahan. Untuk dapat
menetapkan sumber perdarahan diperlukan evaluasi dan observasi.
Trauma tindakan operasi persalinan yang paling berat adalah ruptura
uteri dan kolpoporeksis.

d. komplikasi pada bayi


Terjadi trial komplikasi bayi dalam bentuk asfiksia, trauma
tindakan dan infeksi.
1) Asfiksia
2) Tekanan langsung pada kepala : menekankan pusat-pusat vital pada
medulla oblongata
3) Aspirasi air ketuban, mekonium, cairan lambung
4) Perdarahan atau edema jaringan saraf pusat
5) Trauma langsung pada bayi, fraktura ekstremitas yaitu :
a) Dislokasi persendian
b) Ruptura alat vital : hati atau lien bayi, robekan pada usus
c) Fraktur tulang kepala bayi
d) Perdarahan atau edema jaringan otak
e) Trauma langsung pada mata, telinga, hidung dan lainnya
21

8. Penatalaksanaa Post seksio sesarea


Penatalaksanaan keperawatan menurut Jitowiyono & Kristiyanasari
(2010)
a. Analgesik
Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg
meperidin (intramuskuler) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk
mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikan dengan cara serupa 10 mg
morfin.
b. Pemberian cairan intravena
Untuk mencegah dehidrasi dan menjaga agar jangan jatuh dalam
keadaan syok, maka cairan pengganti merupakan tindakan yang vital,
seperti dextrose atau ringer.
c. Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan
darah, nadi, jumlah urin serta jumlah darah yang hilang dan keadaan
fundus harus diperiksa
d. Vesika urinarius dan usus
Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam post operasi atau pada
keesokan paginya setelah operasi. Biasanya bising usus belum
terdengar pada hari pertama setelah pembedahan, pada hari kedua
bising usus masih lemah, dan usus baru aktif kembali pada hari ketiga.
e. Ambulasi
Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan
perawatan dengan bangun dari tempat tidur sebentar, sekurang-kurang
2 kali pada hari kedua pasien dapat berjalan dengan pertolongan.
f. Perawatan luka
Luka insisi di inspeksi setiap hari sehingga pembalut luka yang
alternatif ringan tanpa banyak plester sangat menguntungkan pada hari
keempat setelah pembedahan. Paling lambat hari ketiga post partum,
pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.
22

g. Laboratorium
Secara rutin hematokrit diukur pada tiga hari setelah operasi.
Hematokrit harus segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah
yang tidak biasa atau keadaan lain yang menunjukkan hipovolemia.
h. Perawatan payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu
memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang
mengencangkan payudara tanpa banyak menimbilkan kompesi,
biasanya mengurangi rasa nyeri.
i. Memulangkan pasien dari rumah sakit
Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila
diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada hari keempat dan kelima
post operasi, aktivitas ibu seminggunya harus dibatasi hanya untuk
perawatan bayinya dengan bantuan orang lain.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat
ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan
persalinan, malposisi janin, prolaps tali pusat, abrupsio plasenta dan
plasenta previa.
a. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku
bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk
rumah sakit nomor register , dan diagnosa keperawatan.
b. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh sakit perut, perdarahan, nyeri pada
luka jahitan, takut bergerak.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
23

2) Riwayat kesehatan sekarang


Riwayat pada saat sebelum inpartu di dapatka cairan ketuban yang
keluar pervaginam secara spontan kemudian tidak di ikuti tanda-
tanda persalinan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM,
HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit
tersebut diturunkan kepada klien.

d. Pola fungsi kesehatan


1) pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang cara perawatan dihari
pertama post operasi dalam menjaga kebersihan tubuhnya
dikarenakan keterbatasan mobilisasi akan menimbulkan masalah
dalam perawatan dirinya
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien postpartum biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan
karena dari keinginan untuk menyusui bayinya.
3) Pola aktivitas
Pada pasien postpartum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan
aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
4) Pola eleminasi
Pada pasien postpartum sering terjadi adanya perasaan sering
/susah kencing selama masa postpartum yang ditimbulkan karena
terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari
uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut
untuk melakukan BAB.
24

5) Istirahat dan tidur


Pada klien postpartum terjadi perubahan pada pola istirahat dan
tidur karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri luka operasi
setelah persalinan
6) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
7) Pola penagulangan stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada abdomen akibat luka insisi
bekas operasi dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola
kognitif klien postpartum primipara terjadi kurangnya pengetahuan
merawat bayinya
9) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-
lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
10) Pola reproduksi dan social
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual
atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas

e. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
2) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid,
karena adanya proses menerang yang salah
25

3) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena
proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing
4) Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
5) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-
kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
6) Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi
areola mamae dan papila mamae
7) Abdomen
Pada klien post partum seksio sesarea abdomen kendor disertai
adanya striae dan masih terasa nyeri pada bagian luka insisi bekas
operasi. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir (lochea)
9) Anus
Kadang-kadang pada klien postpartum terjadi konstipasi
dikarenakan rasa takut untuk BAB
10) Ekstermitas
Pada klien postpartum seksio sesarea adanya keterbatasan
mobilisasi dikarenakan pengaruh dari anastesi spinal
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada postpartum tekanan darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun
26

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan post op seksio
sesarea
b. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ luka post op
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
d. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang cara menyusui
e. Konstipasi berhubungan dengan ketidakmampuan eleminasi
f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kondisi diri
menurun
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri atau
ketidaknyamanan
h. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
i. Kelemahan, kelelahan berhubungan dengan proses persalinan
j. Inkontinensia urine berhubungan dengan adanya ketidakmampuan
miksi
k. Perubahan pola peran berhubungan dengan hadirnya anggota
keluarga baru
27

2. Nursing Care Planning


Tabel 2.1
Nursing Care Planning
Nyeri Akut Noc : Nic :
 Kontrol Nyeri  Manajemen nyeri
Ds : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
Do : …x… jam kalien dapat ….. dengan kriteria hasil  Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi
 Bukti nyeri dengan karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya
menggunakan standar Kriteria Hasil A T nyeri dan factor pencetus
peroksa nyeri untuk  Mengenali kapan nyeri  Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyaman terutama
pasien yang dapat terjadi pada merak yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif
mengungkapkan (Pain  Menggambarkan factor  Pastikan perawatan analgesic bagi pasien dilakukan dengan pemantauan
Assessment checklist for penyebab yang ketat
senior with limited  Menggunakan jurnal harian  Gunakan strategi komunikasi teraupetik untuk mengetahui pengalaman
ability to communicate) untuk memonitor gejala dari nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri
 Diaforesis waktu ke waktu  Gali pengetahuan dan keperrcayaan pasien mengenai nyeri
 Dilatasi pupil  Menggunakan tindakan  Pertimbangkan pengaru budaya terhadap respon nyeri
 Ekpresi wajah nyeri pencegahan  Terntukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualiatas hidup pasien (
 Fokus pada diri sendiri  Menggunakan tindakan misalnya : tidur, nafsu makan , pengertian, perasaan,hubungan,peforma
 Keluhan tentang pengurangan (nyeri) tanpa kerja dan tanggung jawab peran
intensitas nyeri analgesic  Gali bersama pasien factor factor yang dapat menurunkan atau
menggunakan standar  Menggunakan analgesic mempercepat nyeri
skala nyeri (VAS) yang direkomendasikan  Evaluasi pengalaman nyeri dimasa lalu yang meliputi riwayat nyeri kronik
 Keluhan tentang  Melaporkan perubahan individu atau keluarga atau nyeri yang menyebabkan
karakteristik nyeri terhadap gejala nyeri pada disability/ketidakmampuan/kecatatan dengan tepat
 Laporan tentang perilaku professional kesehatan  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lainnya mengenai efektifitas
nyeri  Melaporkan gejala yang tindakan pengontrolan nyeri yang pernah digunakan sebelumnya
 Perilaku distraksi tidak terkontrol pada  Bantu keluarga dalam mencari dan menyediakan dukungan
 Perubahan TTV professional kesehatan  Gunakan metode penilaian yang sesuai dengan tahpaan perkembangan
 Perubahan posisi untuk  Menggunnakan sumber yang memungkinkan untuk memonitor perubahan nyeri dan akan dapat
menghindari nyeri daya yang tersedia membantu mengidentifikasi factor pencetud actual dan potensial
28

 Perubahan selera makan  Mengenali apa yang terkait (misalnya catatan perkembangan, catatan harian)
 Putus asa dengan gejala nyeri  Tentukan kebutuhan frekuensi untuk melakukan pengkajian
 Sikap melindungi area  Melaporkan nyeri yang ketidaknyamanan pasien dan mengimplementasi kan rencana monitor
nyeri terkontrol  Berikan informasi mengenai nyeri seperti penyebab nyeri , berapa lama
 Sikap tubuh melindungi nyeri akan dirasakan dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur
Skala Indokator  Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
1. Tidak pernah menunjukkan terhadap ketidakyamanan (misalnya suhu,pencahayaan suara bising)
2. Jarang menunjukkan  Kurangi atau eliminasi factor factor yang dapat mencetuskan atau
3. Kadang kadang menunjukkan meninggkatkan nyeri (misalnya ketakutan,kelelahan,keadaan monoton dan
4. Sering menunjukkan kurang pengetahuan)
5. Secara konsisten menunjukkan  Pertimbangkan keinginan pasien untuk berpartisipasi ,kemampuan
berpartisipasi keendrungan dukungan dari orang dekat terhadap metode
dan kontra indikasi ketika memlilih strategi penurunan nyeri
 Tingkat Nyeri  Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam untuk memfasilitasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x… penurunan nyeri sesuai dengan kebutuhan
jam kalien dapat ….. dengan kriteria hasil  Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
 Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika memilih strategi penurunan
Kriteria Hasil A T nyeri
 Nyeri yang dilaporkan  Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyerinya dengan
 Panjangnya episode nyeri tepat
 Menggosok area yang  Ajarkan penggunaan tehnik nonfarmakologi (seperti biofeed back , TENS
terkena dampak , hypnosis , relaksasi , bimbingan antisipatif, terapi music, terapi bermain,
 Mengerang dan menangis terapi aktivitas , akpressur, aplikasi panas/dingin dan pijatan seblum dan
 Ekspresi nyeri wajah sesudah dan jika memungkinkan , ketika melakukan aktivitas yang
 Tidak bisa beristirahat menimbulkan nyeri,sebelum nyeri terjadi atau meningkat dan bersamaan
 Agitasi dengan tindaan penurunan rasa nyeri lainnya)
 Iritabilitas  Gali penggunaan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri
 Mengerinyit  Dorong pasien untuk menggunkan obat obatan penurun nyeri yang
 Mengeluarkan keringat adekuat
 Berkeringat berlebihan  Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri
 Mondar mandir  Dorong pasien untuk menggunakan obat obatan penurun nyeri yg adekuat
 Focus menyempit  Kolaborasi dengan pasien , orang terdekat dan tim kesehatan lainnya untk
 Ketegangan otot memlih dan mengimplemntasikan tindakan penurunan nyeri
29

 Kehilangan nafsu makan nonfarmakologi sesuai kebutuhan


 Mual  Berikan individu penurunan nyeri yang optimal dengan peresepan
 Intoleransi makanan analgesic
 Implementasikan penggunaan pasien terkontrol analgesic (PCA) jika
sesuai
Skala Indikator  Gunakan tindakan pengontrol nyeri sebelm nyeri bertambah berat
1. Berat  Berikan obat sebelum melakukan aktivitas untuk meningkatkan partisipasi
2. Cukup berat bamu lakukan evaluasi mengenal bahya dari sedasi
3. Sedang  Pastikan pemberian analgesic dan atau strategi nonfarmakologi sebelum
4. Ringan dilakukan prosedur yang menimbulkan nyeri
5. Tidak ada  Periksa tingkat ketidaknyamanan bersama pasien , catat perubahan dalam
catatan medis pasien , informasikan petugas kesehatan lainnya yang
Kriteria Hasil A T merawat pasien
 Frekuensi nafas  Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrol nyeri berdasarkan respon
 Denyut jantung apical pasien
 Denyut nadi radial  Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri
 Tekanan darah  Dorong pasien untuk mendiskusikan pengalaman nyerinya
 Berkeringat  Beri tahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau keluhan pasien saat ini
berubah signifikan dari pengalaman sebelumnya
Skala Indokator  Informasikan tim kesehatan lain/anggota keluarga mengenai strategi
1. Deviasi berat dari kisaran normal nonfarmakologi yang sedang digunakan untuk mendorong pendekatan
2. Deviasi cukup berat dari kisaran normal preventif terkait dengan manajemen nyeri
3. Deviasi sedang dari kisaran normal  Gunakan pendekatan multi disiplin untuk manajemen nyeri
4. Deviasi ringan dari kisaran normal  Pertimbangkan unuk merujuk pasien keluarga dan orang terdekat pada
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal kelompok pendukung dan sumber sumber lainnya sesuai kebutuhan
 Berikan informasi yang akurat untuk meningatkan pengetahuan dan
respon keluarga terhadap pengalaman nyeri
 Libatkan keluarga dalam modalitas penurunan nyeri jika memungkinkan
 Tingkat Kecemasan  Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri dalam interval yang
spesifik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x…
jam kalien dapat ….. dengan kriteria hasil
30

Kriteria Hasil A T  Pemberian analgesic


 Tidak dapat beristirahat
 Berjalan mondar mandir  Tentukan lokasi, karakteristik kualitas dan keparahan nyeri
 Meremas remas tangan Sebelum mengobati pasien
 Distress  Cek perintah pengobatan meliputi obat , dosis , dan frekuensi obat
 Perasaan gelisah analgesic yang diresepkan
 Otot tegang  Cek riwayat adanya alergi obat
 Wajah tegang  Evaluasi kemampuan pasien untuk berperan serta dalam pemilihan algetik
 Iritabilitas rute dan dosis dan keterlibatan pasien sesuai kebutuhan
 Tidak bisa mengambil  Pilih analgesic atau rute dan dosis dan keterilibatan pasien sesuaii
keputusan kebutuhan
 Mengeluarkan rasa marah  Pilih analgesic atau kombinasi analgesic yang sesuai ketika lebih dari satu
secara berlebihan diberikan
 Masalah perilaku  Tentukann pilihan obat analgesic (narkotik, non narkotik atau NSAID)
 Kesulitan konsentrasi berdasarkan tipe dan keparahan nyeri
 Kesulitan dalam  Tentukan analgesic sebelumnya ,rute pemberian dan dosis untuk
belajar/memahami sesuatu mencapai hasil pengurangan nyeri yang optimal
 Kesulitan dalam  Pilih rute intravena daripada rute intramuscular untuk injeksi pengobatan
penyelesaian masalah nyeri yang serring jika memungkinkan
 Serangan panic  Tinggalkan narkotik dan obat obat lain yang dibatasi sesuai dengan aturan
rumah sakit
 Rasa takut yang
disampaiakan secara lisan  Monitor tanda vital sebelum dan setelah oemberian analgesic narkotik
pada pemberian dosis pertama kali atau jika ditemukan tanda tanda yang
 Rasa cemas yang
biasanya
disampaikan secara lisan
 Berikan kebuutuhan kenyamanan dan aktivitas lain yang dapat membantu
 Perhatian yang berlebihan
memfasilitasi penurunan nyeri
terhadap kejadian kejadian
dalam kehhidupan  Berikan analgeik sesuai waktu paruhnya terutama pada nyeri yang berat
 Peningkatan tekanan darah  Susun harapan yang positif mengenai keefektifan nalgesik untuk
mengoptimalkan respon pasien
Skala Indikator
1. Berat  Berikan analgesic tambahan dan atau pengobatan jika diperlukan untuk
2. Cukup berat meningkatkan penurunan nyeri
3. Sedang  Petimbangkan penggunaan infuse terus menerus , baik sendiri atau
4. Ringan digabungkan dengan opioid bolus untuk mempertahankan level serum
31

5. Tidak ada  Jalankan tindakan keselamatan pada pasien yang menerima analgesic
narkotika sesuai kebutuhan
Kriteria Hasil A T  Mintakan pengobatan nyeri PRN sebelum nyeri menjadi parah
 Peningkatan frekuensi nadi  Infromasikan pasien yang mendapatkan narkotika bahwa rasa mengantuk
 Peningkatan frekuensi kadang terjadi selama 2-3 hari pertama pemberian dan selanjutnya akan
pernafasan menghilang
 Dilatasi pupil  Perbaiki kesalahan pengertian/mitos yang di miliki pasien dengan anggota
 Berkeringat dingin keluarga yang mungkin keliru tentang analgesic
 Pusing  Evaluasi keefektifan analgesic dengan interval yang teratur pada setiap
 Fatigue setelah pemberian khususnya seelah pemberian pertama kali, juga
 Penurunan produktifitas observasi adanya tanda dan gejala efek samping (misalnya depresi
 Penenurunan prestasi pernafasan, mual dan muntah,mulut kering dan konstipasi)
sekolah  Dokumentasikan respon terhadap analgesic dan adanya efek samping
 Menarik diri  Evaluasi dan dokumentasikan tingkat sedasi dari pasien yang menerima
 Gangguan tidur opioid
 Perubahan pada pola buang  Lakukan tindakan tindkan untuk menurunkan efek samping analgesic
air besar  Kolaborasikan dengan dokter apakah obat dosis rute pemberian atau
 Perubahan pada pola makan perubahan interval dibuthkan buat rekomendasi khusu berdasarkan
Skala Indikator prinsip analgesic
1. Berat  Ajarkan tentang penggunaan analgesic strategi untk menurunkan efek
2. Cukup berat samping dan harapan terkait dengan keterlibatan dalam keputusan
3. Sedang pengurangan nyeri.
4. Ringan
5. Tidak ada  Manajemen sedasi

 Review riwayat kesehatan klien dan hasil pemeriksaan diagnostic untuk


mempertimbangkan apakah klien memenuhi criteria untuk dilakukan
pembiusan parsial oleh perawat yang telah terintegrasi
 Tanyakan klien atau keluarga mengenai pengalaman pembiusan parsial
sebelumnya
 Periksa alergi terhadap obat
 Pertimbangkan intake cairan dan intake terakhir makan
 Review obat obatan lain di konsumsi klien dan verifikasi ada tidaknya
32

kontraindikasi terhadap pembiusan


 Instruksikan klien atau keluarga mengenai efek pembiusan
 Dapatkan persetujuan tertulis
 Evaluasi tingkat kesadaran klien dan reflex protektif sebelum pembiusan
 Dapatkan data TTV saturasi oksigen EKG tinggi dan berat badan
 Pastikan peralatan resusitasi gawat darurat tersedia ditempat khususnya
sumber pemberian oksigen 100% obat obatan kegawatdaruratan dan
defibrillator
 Inisiasi pemasangan infuse
 Berikan obat obatan sesuai protocol yang diresepkan dokter titrasi dengan
hati hati sesuai dengan respon klien
 Monitor tingkat kesadaran dan tanda tanda vital klien , saturasi oksigen
dan ekg sesuai panduan protocol
 Monitor klien mengenai efek lanjut obat termasuk agitasi depresi
pernafasan , hipotensi , mengantuk berlebihan hipoksemia , aritia , apnea
atau eksaserbasi dari kondisi sebelumnya
 Pastikan ketersediaan dan pemberian antagonis sesuai dengan prosedur
protocol dan diresepan dokter dengan benar
 Pertimbangkan jika pasien memenuhi persyaratan untuk dipulangkan atau
di pindahkan sesuai dengan prosedur protocol
 Dokumentasikan tindakan dan respon klien sesuai prosedur
 Pulangkan atau di pindahkan pasien sesuai prosedur
 Berikan instruksi kepulangan secara tertulis sesuai prosedur

Resiko infeksi Noc : Nic :


DS :  Keparahan infeksi  Perlindungan infeksi
DO : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x…
Faktor resiko jam kalien dapat ….. dengan kriteria hasil  Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
- Kurang pengetahuan  Monitor kerentanan terhadap infeksi
untuk menghindari  Monitor hitung mutlak granulosit, WBC dan hasil-hasil differensial
pemajanan patogen  Ikuti tindakan pencegahan neutropenia yang sesuai
- Malnutrisi  Batasi jumlah pengunjung yang sesuai
- Obessitas  Pertahankan asepsis untuk pasien beresiko
33

- Penyakit kronis (mis : Kriteria Hasil A T  Pertahankan teknik isolasi yang sesuai
DM)  Kemerahan  Berikan perawatan kulit yang tepat untuk area yang yang mengalami
- Prosedur invasif  Vesikel yang tidak edema
mengeras  Periksa kondisi setiap sayatan bedah atau luka
Pertahanan tubuh primer  Cairan luka yang berbau  Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
tidak adekuat busuk  Anjurkan asupan cairan dengan tepat
- Gangguan integritas  Sputum purulen  Anjurkan istirahat
kulit  Demam  Pantau adanya perubahan tingkat energi atau malaise
- Gangguan peristaltik
 Hipotermia  Anjurkan peningkatan mobilitas dan latihan dengan tepat
- Merokok
 Malaise  Instruksikan pasien untuk minum antibiotik yang diresepkan
- Pecah ketuban dini
- Pecah ketuban lambat  Gejala gejala  Jaga penggunaan antibiotik dengan bijaksana
- Penurunan kerja siliaris gastrointestinal  Ajarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana cara menghindari infeksi
- Perubahan pH sekresi  Lethargy  Berikan ruang pribadi yang diperlukan
- Stasis cairan tubuh  Hilang nafsu makan  Laporkan dugaan infeksi pada tim pengendali infeksi
 Nyeri
Pertahanan sekunder tubuh  Ketidakstabilan suhu  Kontrol infeksi
tidak adekuat  Gangguan kognisi yang
- Imunosupresi tidak bisa dijelaskan  Alokasikan kesesuaian luas ruang per pasien, seperti yang di indikasikan
- Leukopenia Skala Indokator oleh pedoman pusat pengendalian dan pencegahan penyakit
- Penurunan hemoglobin 1. Berat  Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk setiap pasien
- Supresi respon 2. Cukup berat  Ganti peralatan perawatan per pasien sesuai protokol institusi
inflamasi (mis: 3. Sedang  Isolasi orang yang terkena penyakit menular
interleukemia) 4. Ringan  Tempatkan isolasi sesuai tindakan pencegahan yang sesuai
- Vaksinasi tidak adekuat 5. Tidak ada  Batasi jumlah pengunjung
 Pertahankan teknik isolasi yang sesuai
Pemajanan terhadap patogen  Keparahan infeksi : baru lahir  Ajarkan cara cuci tangan bagi tenaga kesehatan
lingkungan meningkat  Ajarkan pasien mengenai teknik mencuci tangan dengan tepat
- Terpajan pada wabah Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
 Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan
…x… jam kalien dapat ….. dengan kriteria hasil
meninggalkan ruang pasien
 Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan yang sesuai
Kriteria Hasil A T
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien
 Ketidakstabilan suhu
 Lakukan tindakan- tindakan pencegahan yang bersifat universal
 Hipotermia
34

 Takipnea  Pakai sarug tangan sebagaimana dianjurkan oleh kebijakan pencegahan


 Takikardi universal
 Bradikardi  Gosok kulit pasien dengan agen antibakteria yang sesuai
 Aritmia  Pastikan penanganan aseptik dari semua saluran iv
 Hipotensi  Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
 Hipertensi  Gunakan katerisasi intermitten untuk mengurangi kejaddian infeksi
 Wajah pucat kandung kemih
 Kulit berbintik-bintik  Tingkatkan intake nutrisi yang tepat
 Sianosis  Dorong untuk beristirahat
 Kulit lembab dan dingin  Dorong intake cairan yang sesuai
 Lethargy  Berikan terapi antibiotik yang sesuai
 muntah  Anjurkan pasien dan keluarga mengenal tanda dan gejala infeksi dan kapan
harus melaporkannya kepada penyedia perawatan kesehatan
Skala Indikator
1. Berat
2. Besar
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
35

Defisiensi pengetahuan NOC : NIC :

Batasan karakteristik :  Pengetahuan  Mengajarkan tentang penyakit


- Memverbalisasikan
adanya masalah Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses
- Ketidakakuratan …x… jam kalien dapat ….. dengan kriteria hasil penyakit yang spesifik
mengikuti instruksi  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
- Perilaku yang tidak Kriteria Hasil A T dengan anatomi dan fisiologi dengan cara yang tepat
sesuai  Pasien dan keluarga  Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan cara
menyatakan pemahaman yang tepat
Faktor yang berhubungan : tentang penyakit, kondisi,  Identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang tepat
- Keterbatasan kognitif, prognosis dan pengobatan  Sediakan informasi pada pasien dengan cara yang tepat
interpretasi terhadap  Pasien dan keluarga mampu  Hindari jaminan yang kosong
informasi yang salah melaksanakan prosedur  Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara
- Kurangnya keinginan yang dijelaskan secara benar yang tepat
untuk mencari  Pasien dan keluarga mampu  Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk
informasi menjelaskan kembali apa mencegah komplikasi dimasa yang akan datang dan atau proses
- Tidak mengetahui yang dijelaskan perawat/tim pengontrolan penyakit
sumber-sumber kesehatan lainnya  Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
informasi
 Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion
Skala Indikator dengan cara yang tepat
1 Berat  Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan dengan cara yang tepat
2 Cukup berat  Instruksikan pasien mengenal tanda dan gejala untuk melaporkan pada
3 Sedang
pemberi perawatan kesehatan dengan cara yang tepat
4 Ringan
5 Tidak ada
36

Hambatan mobilitas fisik NOC : NIC :

DS :  Pergerakan  Perawatan tirah baring : Peningkatan mekanika tubuh


DO:
- Dispneu Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  Manajemen energi
- Gerakan lambat …x… jam kalien dapat ….. dengan kriteria hasil  Manajemen lingkungan
- Gerakan spastik  Peningkatan latihan
- Gerakan tidak Kriteria Hasil A T  Peningkatan latihan : latihan kekuatan
terkoordinasi  Keseimbangan  Peningkatan latihan : peregangan
- Instabilitas postur  Koordinasi  Bantuan perawatan diri
- Kesulitan membolak-  Cara berjalan  Bantuan perawatan diri : ADL
balik posisi  Gerakan otot  Pengajaran : peresapan latihan
- Keterbatasan rentang  Gerakan sendi  Perawatan traksi / imobilisasi
gerak
 Kinerja pengaturan tubuh  Pilihan intervensi tambahan
- Ketidaknyamanan
 Kinerja transfer  Terapi aktifitas
- Penurunan kemampuan
melakukan ketrampilan  Berlari
motorik halus atau  Melompat  Terapi latihan : ambulasi
kasar  Berjalan
- Penurunan waktu reaksi  Bergerak dengan mudah  Terapi latihan : keseimbangan
 Terapi latihan : pergerakan sendi
Faktor yang berhubungan  Terapi latihan : kontrol otot
- Ansietas Skala Indikator  Manajemen nyeri
- Depresi 1 Sangat terganggu  Pengaturan posisi
- Disuse 2 Banyak terganggu  Perawatan kaki
- Fisik tidak bugar 3 Cukup terganggu  Manajemen pengobatan
- Gangguan fungsi 4 Sedikit terganggu  Terapi nutrisi
kognitif 5 Tidak terganggu  Manajemen sensasi perifer
- Gangguan  Relaksasi otot progresif
muskuloskeletal  Konsekuensi imobilitas : fisiologi
- Gangguan sensori
perseptual Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
- Intoleran aktifitas …x… jam kalien dapat ….. dengan kriteria hasil
- Program pembatasan
37

gerak Kriteria Hasil A T


- Keengganan memulai  Nyeri tekan
pergerakan  Konstipasi
- Kurang dukungan  Saluran cerna hipoaktif
lingkungan  Ileus paralitik
- Kurang pengetahuan  Retensi urine
tentang nilai aktifitas
 Demam
fisik
 Infeksi saluran kemih
- Nyeri
- Penurunan kekuatan  Hipotensi
otot  Trombosisi vena
 Statis vena

Skala Indikator
1 Berat
2 Besar
3 Sedang
4 Ringan
5 Tidak ada
38

Menyusui tidak efektif NOC : NIC :

DS :  Keberhasilan menyusui : Maternal  Pendidikan orangtua : Bayi


DO:
- Bayi menangis dalam Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  Tentukan pengetahuan, kesiapan dan kemampuan orangtua dalam belajar
jam pertama setelah …x… jam kalien dapat ….. dengan kriteria hasil mengenai perawatan bayi
menyusu  Bantu orangtua dalam menafsirkan isyarat bayi, isyarat non-verbal dan
- Bayi menangis pada Kriteria Hasil A T menangis
payudara  Posisi nyaman selama  Berikan informasi mengenai karakteristik perilaku bayi baru lahir
- Bayi mendekat kearah menyusui  Perkuat ketrampilan yang telah dilakukan orangtua dengan baik dalam
payudara  Menyokong payudara merawat bayi untuk meningkatkan kepercayaan diri
- Bayi menolak latching dengan menggunakan  Monitor ketrampilan orangtua dalam mengenali kebutuhan fisiologis bayi
on penahan payudar ukuran  Ajarkan orangtua cara menghubungi profrsional kesehatan
- Bayi tidak mampu latch “C”(cupping)  Konseling laktasi
on pada payudara  Payudara penuh sebelum  Manajemen nutrisi bayi 0-3 bulan
secara tepat menyusui
- Bayi tidak responsif  Pengeluaran ASI
terhadap tindakan  Hisapan dihentikan sebelum
kenyamanan lain berpindah ke payudara lain
- Ketidakcukupan
 Teknik untuk mencegah
kesempatan untuk
nyeri puting
mengisap payudara
 Suplemen menyusui
- Ketidakcukupan
pengosongan setiap  Mengenali isyarat lapar di
payudara setelah awal
menyusui  Intake cairan ibu
- Luka puting yang  Menggunakan dukungan
menetap setelah minggu keluarga
pertama menyusui  Puas dengan proses
- Tampak menyusui
ketidakadekuatan
asupan susu
- Tidak mengisap
payudara terus menerus
39

Faktor yang berhubungan : Skala Indikator


- Ambivalensi ibu 1 Tidak adekuat
- Anomali payudar ibu 2 Sedikit adekuat
- Ansietas ibu 3 Cukup adekuat
- Diskontinuitas 4 Sebagian besar adekuat
pemberian ASI 5 Sepenuhnya adekuat
- Keletihan ibu
- Keluarga tidak
mendukung
- Kurang pengetahuan
orang tua tentang
pentingnya pemberian
ASI
- Kurang pengetahuan
orang tua tentang teknik
menyusui
- Nyeri ibu
- Penggunaan dot
- Refleks isap bayi buruk
- Suplai ASI tidak cukup
- Tidak cukup waktu
untuk menyusu ASI
Risiko syok hipovolemik NOC NIC
 Keparahan syok : Hipovolemik  Pencegahan Syok
Definisi : Rentan mengalami Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24  Monitor terhadap adanya respon kompensasi awal syok ( misalnya ,
ketidakcukupan aliran darah jam keparahan syok hipovolemik dapat teratasi dengan tekanan darah normal , tekanan nadi lemah , hipotensi , ortostatik ringan,
ke jaringan tubuh,yang dapat kriteria hasil (15-25 mmHg) , perlambatan pengisian kapiler, pucat atau dingin pada
mengakibatkan disfungsi kulit/kulit kemerahan, takipnea ringan , mual dan muntah, peningkatan
seluler yang mengancam rasa haus, dan kelemahan)
jiwa,yang dapat mengganggu  Monitor terhadap adanya tanda tanda respon sindroma inflamasi sistemik
kesehatan. (misalnya , peningkatan suhu, takikardi, takipnea , hivokarbia, leukositosis
Kriteria Hasil T A , leokopenia,peningkatan lingkar perut dan ekstrimitas , hematemesis , atau
40

Faktor Risiko  Penurunan tekanan hematokesia)


 Hipoksemia nadi perifer  Monitor status sirkulasi (misalnya, tekanan darah, warna kulit, temperatur
 Hipoksia  Penurunan tekanan kulit , bunyi jantung, nadi dan irama, kekuatan dan kualitas nadi perifer,
 Hipotensi arteri rata rata dan pengisian kapiler)
 Hipovolemia  Penurunan tekanan  Monitor terhadap adanya tanda ketidakadekuatan perfusi oksigen
 Infeksi darah sistolik kejaringan (misalnya , respon terhadap stimulus , peningkatan kecemasan ,
 Sepsis  Penurunan tekanan perubahan status mental, agitasi, oliguria dan akral teraba dingin dan
Sindrom respons inflamasi darah diastolik warna kulit tidak sama dan merata)
sistemik ( systemic  Melambatnya waktu  Monitor tekanan oksimetri
inflamatory rensponse pengisian kapiler  Monitor suhu dan status respirasi
syndrome [SIRS]  Meningkatnya laju  Monitor EKG
jantung  Monitor berat badan, masukan dan keluaran setiap hari
 Monitor hasil laboratorium, terutama nilai Hgb dan hematokrit, profil
 Nadi lemah dan halus
pembekuan, AGD, laktat, elektrolit, kultur dan kimia darah
 Aritmia
 Monitor parameter hemodinamik invasif(misalnya , CVP, MAP dam
 Nyeri dada
saturasi oksigen arteri/campuran vena) sesuai kebutuhan
 Meningkatnya laju
 Monitor Co2dengan tonometry sublingal atau gastrik, sesuai kebutuhan
nafas
 Catat adanya memar, petechiae dan kondisi membrane mukosa
 Pernafasan dangkal  Catat warna, jumlah dan frekuensi BAB, muntah dan drainase nasogastrik
 Ronki pada paru  Periksa urine terhadao adanya udara dan protein , sesuai kebutuhan
 Penuruan oksigen  Monitor terhadap adanya tanda/gejala asites dan nyeri abdomen/punggung
arteri  Posisikan pasien dalam posisi supine, dengan posisi kaki ditinggikan
 Meningkatnya (volume,vasogenik) atau supine, dengan kepala dan bahu ditinggikan
karbondioksida arteri (kardiogenik) sesuai kebutuhan
 Akral dingin , kulit  Berikan dan pertahankan kepatenan jalan nafas , sesuai kebutuhan
lembab/ basah  Berikan cairan melalui iv dan atau oral, sesuai kebutuhan
 Pucat  Pasang dan pertahankan akses iv yang besar, sesuai kebutuhan
 Memanjangnya waktu  Berikan iv fluid challenge sementara melakukan monitor tekanan
pembekuan darah hemodinamik dan urine outpute, sesuai kebutuhan
 Berikan anti aritmia, diuretik dan/atau vasopresor sesuai kebutuhan
41

 Bising usus menurun  Berikan PRC, FFP dan/ Platelet, sesuai kebutuhan
 Kehausan  Mulai lebih awal pemberian agen antimikroba dan monitor ketat terhadap
 Menurunnya urine efektivitasnya, sesuai kebutuhan
output  Berikan oksigen dan/ ventilasi mekanik sesuai kebutuhan
 Kebingungan  Berikan agen anti inflamasi dan/ bronkodilator sesuai kebutuhan
 Lesu  Monitor gula darah dan berikan terapi insulin, sesuai kebutuhan
 Penurunan tingkat  Berikan epineprin melalui IV, intaosseous, atau endotrakeal dengan tepat
kesadaran  Ajarkan pasien untuk menghindari bahan yang menyebabkan alergi yang
diketahui dan mengenai bagaimana menggunakan kotak peralatan
 Respon pupil
anaphylaxis dan/atau reaksi alergi, sesuai kebutuhan
melambat
 Berikan saran kepada pasien yang beresiko terhadap reaksi alergi berat
 Asidosis metabolik
untuk menjalani terapi desensitasi
 hiperkalium
 Berikan saran kepeda pasien yang beresiko untuk memakai atau membawa
tanda informasi kondisi medis
Skala Indikator
 Anjurkan pasien dan keluarga mengenai faktor –faktor pemicu syok
 Anjurkan pasien dan keluarga mengenai tanda/gejala syok yang
1. Berat
mengancam jiwa
2. Cukup berat
 Anjurkan pasien dan keluarga mengenai langkah-langkah yang harus
3. Sedang
dilakukan terhadaptimbulnya gejala syok
4. Ringan
5. Tidak ada

Sumber : Nanda, 2015, NIC 2013, NOC 2012.


42

3. Discharge Planning
Discharge Planning mencakup seluruh kebutuhan pasien, mulai dari fisik,
psikologis, social budaya dan ekonomi. Proses ini mencakup 3 fase yaitu, akut,
transisional dan pelayanan berkelanjutan. Pada fase akut yang diuramakan
adalah upaya medis untuk segera melaksanakan discharge planning. Pada fase
transisional, mencakup semua yang ada fase akut dilaksanakan tetapi
urgensinya berkurang dan pada fase pelayanan berkelanjutan, pasien mampu
untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas perawatan
berkelanjutan yang dibutuhkan setelah pemulangan (Perry & Potter, 2005).

No. Reg :
DISCHARGE PLANNING Nama :
Jenis Kelamin :
Tanggal MRS : Tanggal KRS :
Bagian : Ruang Siti Walidah
Dipulangkan dari RS dengan keadaan :
Sembuh Pulang paksa
Meneruskan dengan obat jalan Lari
Pindah ke RS lain Meninggal

A. Kontrol
a. Waktu :
b. Tempat :Ruang Siti Walidah RS Muhammadiyah Palembang
B. Lanjutan perawatan di rumah (pengobatan, dan lain-lain)
1. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan post partum
dengan riwayat seksio sesarea dan teknik menyusui
2. Memberikan penjelasan tentang perawatan post partum dengan riwayat
seksio sesarea dan teknik menyusui
3. Mengajarkan pada klien mengenal tanda-tanda komplikasi post partum
dengan riwayat seksio sesarea dan laporkan dokter /perawat
4. Mengajarkan kepada klien tentang cara perawatan luka bekas operasi dan
penggunaan verban luka anti air (offsite) selama dirumah
5. Memberikan pendidikan kesehatan tentang manfaat dari teknik menyusui
terhadap ibu post partum
6. Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien untuk mengatur jarak
kehamilan yaitu minimal 2 tahun dengan melaksanakan program KB
C. Aturan Diet/ Nutrisi
Klien dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi akan serat dan
tinggi protein
D. Obat- obat yang masih diminum dan jumlahnya :
Ciprofloxacin, asam mefenamat, asam folat dan lactavit
43

E. Aktivitas dan istirahat :


Harus banyak istirahat, tidak boleh melakukan aktivitas yang terlalu berat dan
berlebihan seperti mengangkat benda yang berat
Yang dibawa pulang (Hasil Lab, obat, dan lain-lainnya) :
Hasil laboratorium darah dan obat-obatan yang diresepkan untuk dikonsumsi
dirumah setelah keluar dari RS.
Lain-lain :hindari mengkonsumsi obat-obatan terlarang
Palembang, April 2018
Pasien / Keluarga Perawat

( ) ( )
Catatan:
Bagi pasien yang belum pulang kolom “dipulangkan dari RS dalam
keadaan”tidak perlu di isi.
44

BAB III
METODE STUDI KASUS DAN TINJAUAN STUDI KASUS

A. Metode Studi Kasus


1. Tempat dan Waktu
Tempat praktik studi kasus di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
Sedangkan tahapan penyusunan studi kasus:
Pengajuan Judul : 27 Maret 2018
Ujian Proposal : Kamis, 12 April 2018
Proses Bimbingan : 14 – 16 Mei 2018
Praktik : 08 – 09 Mei 2018
Pendaftaran Ujian Komprehensif : 21 – 25 Mei 2018
Ujian Komprehensif : Mei 2018
2. Jenis Studi Kasus
Jenis studi kasus ini menggunakan observasi analitik secara kualitatif
berdasarkan perspektif klien selama di kelola oleh peneliti. Metode yang
digunakan studi kasus ini adalah metode deskriptif. Tipe studi kasus ini
adalah memusatkan perhatian kepada suatu kasus secara intensif dan
mendetail. Subjek yang diselidiki antara lain terdiri dari suatu unit dengan
mengambarkan pelaksanaan asuhan keperawatan dan membandingkan
dengan teori. Adapun teknik pengumpulan data penyusunan laporan yang
penulis gunakan adalah sebagai berikut:
a. Wawancara
Yaitu proses tanya jawab yang dilakukan dengan klien dan keluarga
untuk mendapatkan informasi mengenai kesehatan klien
b. Observasi
Yaitu melihat secara langsung keadaan klien pada saat melakukan
pengkajian untuk memperoleh data objektif sesuai panduan format
pengkajian
c. Pemeriksaan fisik
Yaitu pemeriksaan yang dilakukan secara sistematis dan menyeluruh
dengan cara infpeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi untuk memperoleh
data yang objektif untuk megetahui adanya kelainan dari fisik klien.
42
d. Penelusuran data sekunder
Yaitu data-data yang dikumpulkan berdasarkan catatan keperawatan,
catatan dokter, status klien dan hasil laboratorium
e. Studi keperpustakaan
Mempelajari dan menganalisis buku-buku dan bahan bacaan lain yang
menjadi referensi berkaitan dengan permasalahan yang ada berhubungan
dengan asuhan keperawatan
45

B. Pelaksanaan Studi Kasus


I. PENGKAJIAN
a. Identitas/Biodata
Nama : Ny. N Nama Suami : Tn. R
Umur : 42 tahun Umur : 34 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu RT Pekerjaan : Buruh
Alamat : Sabokingking Alamat : Sabokingking
Tanggal MRS : 07 Mei 2018 Pukul : 09.00 wib
Tanggal Pengkajian : 08 Mei 2018
No.Register : 55.89.xx
Ruangan : IIIB.3 Siti Walidah

A. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
a. Saat masuk RS :
Klien mengatakan saat masuk RS, klien tidak mengalami keluhan apa-
apa. Hanya saja berdasarkan hasil USG dr. SpOG kandungan klien
sudah lewat bulan atau posterm sehingga klien diharuskan untuk MRS
dan dilakukan upaya merangsang janin untuk keluar (induksi). Klien
mengatakan saat obat yang dimasukkan kedalam cairan infus untuk
kedua kalinya baru klien merasakan nyeri HIS, tetapi hanya sebatas
pembukaan satu selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan operasi section
caesarea (SC)

b. Saat Pengkajian :
Klien mengatakan merasa nyeri, pedih disekitar area bekas luka operasi.
Klien juga mengatakan kalau kaki terasa baal dan jari-jari kaki terasa
kaku untuk digerakkan.

2. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


a. Riwayat Kehamilan
1) HPHT : 25 Agustus 2017
2) Taksiran partus : 27 April 2018
3) ANC
a) Frekuensi : 9 kali
b) Tempat : Puskesmas dan RS.Muhammadyah
46

c) Keluhan
Trimester I : muntah- muntah, mual dan tidak nafsu makan
Trismester II : tidak ada keluhan
Trimester III : sakit pinggang dan kaki kram
4) Imunisasi : ( ) Ada ( √ )Tidak Ada
Imunisasi minggu I :............................
Imunisasi minggu II:...........................
b. Riwayat Persalinan
IBU
Tanggal persalinan : 08 Mei 2018 waktu : 10.00 wib
Tempat Persalinan : ruang operasi, ditolong oleh : dokter dan tim paramedis
Jenis Peralinan : ( ) Spontan Presentasi kepala
( ) Vacum
( ) Forcep
( √ ) Operasi Sectio Cesarea

Perdarahan : Jumlah 500 cc


Plasenta
Dilahirkan dengan :( ) Spontan
( √ ) Bantuan
Keadaan plasenta : ( √ ) lengkap
( ) Tidak lengkap
Sisa plasenta :( ) Ada ( √ )Tidak Ada
Ukuran diameter : 15 – 20 cm
Berat : 500 gram
Kelainan : tidak ada
Ketuban
Warna : ( √ ) Jernih ( )Keruh
Bau :( ) Ya ( √ )Tidak
Catatan waktu persalinan
Kala I :................Jam, .................Menit
Kala II :................Jam, .................Menit
Kala III :................Jam, .................Menit
Kala IV :................Jam, .................Menit

BAYI
Jenis Kelamin : ( ) laki-laki ( √ )Perempuan
BBL : 4060 gram PB : 51 cm
APGAR SCORE : 1 Menit: 8 5 Menit: 9
47

Anus : ( √ ) Ada ( )Tidak Ada


Masa Gestrasi : 40 Minggu
Cacat Bawaan : ( ) Ada ( √ )Tidak Ada

2. Pengkajian Post Partum


a. Keadaan Umum : baik, kelelahan
b. Kesadaran : composmentis
c. Riwayat keluarga berencana : ( √ ) Ya ( ) Tidak
Jenis KB : klien mengatakan kalau klien sudah melakukan tubektomi karena
tidak ingin mempunyai anak lagi dikarenakan usia klien yang sudah
beresiko.
d. Aspek Psikososial dan Kultural
1) Konsep diri
Ideal diri : klien mengatakan senang, semangat dalam menyambut
anggota keluarga yang baru.
Gambaran diri : klien mengatakan akan merawat bayinya sendiri dan
dibantu oleh ibu kandungnya jika klien membutuhkan.
identitas diri : klien mengatakan senang memiliki anak perempuan
walaupun usia klien sudah tidak muda lagi.
harga diri : klien mengatakan bangga bisa memiliki anak yang sehat di
usia yang beresiko.
peran diri : klien mengatakan akan mengasuh anak klien sepenuhnya.

Keterangan
Fase taking in : klien tampak terbaring lemah setelah operasi seksio dan
klien masih membutuhkan bantuan suami saat akan menyusui bayinya
dikarenakan klien belum bisa mobilisasi akibat pengaruh dari bius spinal,
tetapi klien tampak semangat saat diajari cara menyusui bayi ketika
belum bisa miring kanan, miring kiri.

Fase taking hold : klien mengatakan akan mengurus anaknya sendiri


walaupun klien sudah 15 tahun tidak pernah mengurus bayi, tetapi klien
sering membantu mengurus keponakannya yang masih bayi.

Letting go : klien mengatakan kalau ia dan suami sangat senang, bahagia


dengan kehadiran anak perempuan mereka. Klien juga mengatakan tidak
merasa malu memiliki bayi lagi.

Masalah keperawatan ; tidak ada masalah keperawatan


48

2) Penerimaan bayi oleh ;


Ibu : klien tampak bahagia saaat pertama kali melihat bayinya.
Suami, keluarga dan lingkungan : suami dan ibu kandung klien tampak
bahagia dan antusias saat melihat bayi klien diantarkan keruangan.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

3) Pengalaman melahirkan dan perwatan anak sebelumnya


Letting go : klien mengatakan melahirkan anak pertamanya 15 tahun
yang lalu secara normal di bidan. Klien mengatakan tidak mengalami
masalah dalam merawat anak klien yang pertama. Klien merawat dan
mengasuh anak pertamanya sendiri.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

4) Koping terhadap masalah


Klien mengatakan setiap mendapatkan masalah, klien akan berbagi
dengan suami dan ibu klien untuk meminta pendapat atau solusi
pemecahan masalah yang dialami klien.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperaatan.

5) Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan


Tipe keluarga : keluarga klien termasuk nuclear family atau keluarga inti,
dimana dalam satu keluarga hanya ada klien dan suami selaku orang- tua
dan anak- anak mereka.

Hubungan klien dengan keluarga : klien mengatakan tidak memiliki


masalah dengan keluarga. Hubungan klien dengan keluarga klien sampai
saat ini baik- baik saja.

Pengambilan keputusan dalam keluarga : klien mengatakan kalau yang


mengambil keputusan dalam keluarga adalah suami klien, tetapi setelah
dilakukannya musyawarah.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan


49

6) Faktor nilai budaya dan gaya hidup


Bahasa yang digunakan : klien sehari- hari menggunakan bahasa daerah
Palembang.
Kebiasaan membersihkan diri : klien mengatakan selama hamil klien
mandi 3x sehari, tetapi kalau klien merasa gerah dan panas klien bisa
mandi sampai 4x sehari.
Kebiasaan makan : klien mengatakan makan 3x sehari.
Sarana hiburan yang biasa dimanfaatkan : klien mengatakan menonton
televisi sebagai sarana hiburan bagi klien.
Masalah keperawatan ; tidak ada masalah keperawatan

7) Persepsi sakit berkaitan dengan aktifitas sehari-hari


Klien mengatakan wajar- wajar saja kalau selama klien hamil merasa
sakit pinggang atau kaki kram, apalagi saat melakukan aktifitas sehari-
hari.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

8) Faktor ekonomi
Sumber biaya pengobatan : klien mengatakan untuk biaya pengobatan
keluarga klien menggunakan jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) yang
syarat- syaratnya terdiri dari rujukan puskesmas, keterangan lurah, kartu
keluarga dan KTP.

9) Faktor pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga : klien mengatakan kalau klien hanya tamat
Sekolah Menengah Pertama (SMP), sedangkan suami klien tamatan
Sekolah Menengah Atas (SMA).

e. Aspek Psikospiritual
Komponen mental, emosional dan spiritual
Konsep diri : klien mengatakan merasa puas terhadap dirinya sendiri.

Kepuasan seksualitas : klien mengatakan tidak ada masalah dalam hubungan


seksualitas klien dengan suami walaupun suami klien 8 tahun lebih muda
dari klien.
Praktek keagamaan : klien mengatakan solat dirumah.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
50

f. Kebutuhan dasar khusus


Pola nutrisi
Frekuensi makan : klien mengatakan makan 3x sehari.
Nafsu makan : (√ ) baik ( ) tidak nafsu makan, Alasan : -
Jenis makanan rumah : nasi dan lauk pauk.
Makanan yang tidak disukai/ dipantang : tidak ada
Pola tidur dan istirahat : klien mengatakan tidak bisa tidur nyenyak
dikarenakan rasa nyeri pada luka bekas operasi, klien hanya tidur 1 -2 jam.
Pola aktifitas dan latihan : klien tampak beraktifitas secara bertahap, 12 jam
pasca operasi klien belajar miring kanan miring kiri dan setelah 24 jam klien
mulai belajar duduk diatas tempat tidur.

Masalah keperawatan : Gangguan pola tidur

g. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120 / 80 mmHg
Denyut Nadi : 80 x/mnt
Pernafasan : 24 x/mnt
o
Suhu : 37 C
BB Hamil : 71 Kg
BB sekarang : 68 Kg
Nyeri :
P : klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi.
Q : klien mengatakan nyeri pada bagian perut seperti ditusuk- tusuk.
R : klien mengatakan nyeri terasa di abdomen, 5 jari dibawah umbilikus.
S : skala nyeri 6
T : nyeri dirasakan saat bergerak.
Masalah keperawatan ; Nyeri akut
Wajah
Oedema :( ) Ada ( √ ) Tidak ada
Conjungtiva :( √ ) Tidak anemis ( ) Anemis
Sklera : ( √ ) Tidak Ikterik ( ) Ikterik

Leher
Pembesaran Kelenjar tiroid: ( ) Ada ( √ ) Tidak ada
Peningkatan vena Jungularis : ( ) Ada ( √ ) Tidak ada
51

Dada
Payudara
Bentuk payudara : ( √ ) Simetris ( )Tidak simetris
Puting susu :( ) Menonjol (√ )Tidak menonjol
Hiperpigmentasi : ( √ ) Ya ( )Tidak
Colostrum : ( √ ) Keluar ( )Tidak keluar
Kebersihan : ( √ ) Cukup ( )Kurang
Kelainan :( ) Payudara bengkak
( ) Puting susu lecet
( ) Peradangan payudara (mastitis)
( ) lain- lain
Data tambahan : klien mengatakan kalau anak pertama klien juga tidak pernah
menyusui langsung dengan klien dikarenakan puting klien yang tidak menonjol.
Masalah keperawatan ; ketidakefektifan menyusui

Abdomen
Bekas luka /operasi :(√ ) Ada ( )Tidak Ada
Keadaan luka operasi : ( √ ) Kering ( ) Basah
( ) Ada Pus ( √ ) Tidak ada Pus
Gavidarum striae : ( √ ) Ada ( )Tidak Ada

Palpasi Uterus
Tinggi Fundus Uteri :.........................................................
Kontraksi Uterus : ( √ ) Baik ( ) Jelek
Konsistensi uterus :( ) Keras ( √ ) lembut

Auskultasi abdomen
Bisisng usus :( ) < 15 x/mnt ( √ ) > 15 x/mnt
Masalah keperawatan ; tidak ada masalah keperawatan

Genatalia
Vulva dan vagina
Varises :( ) Ada (√ )Tidak Ada
Luka :( ) Ada ( √ )Tidak Ada
Kemerahan :( ) Ada ( √ )Tidak Ada
Nyeri :( ) Ya ( √ )Tidak
Kebersihan :(√ ) Cukup ( )Kurang
Perineum
Bekas luka/luka parut : ( ) Ada ( √ )Tidak Ada
Keadaan luka operasi : ( √ ) Kering ( ) Basah
52

( ) Ada Pus ( ) Tidak ada Pus


Lain-Lain :..............................................................

Lochea
Jenis Lochea : lochea rubra
Warna : merah kehitaman
Jumlah : 250 cc
Sifat Pengeluaran :( ) Menetes ( √ ) Merembes
Bau : ( √ ) Amis ( ) Busuk
Masalah keperawatan ; tidak ada masalah keperawatan

Eliminasi
Berapa jam setelah postpartum
BAB ; Frekuensi :-
Konsistensi :-
Warna :-
Keluhan : susah BAB karena takut mengedan
BAK ; Frekuensi : 1 – 2x
Warna : kuning jernih
Keluhan : tidak ada
Data tambahan : klien mengatakan sudah 2 hari pasca operasi belum juga BAB
Masalah keperawatan ; Gangguan pola eliminasi : konstipasi

Ekstermitas
Oedema tangan / jari : ( ) Ada ( √ )Tidak Ada
Oedema Kaki : ( √ ) Ada ( )Tidak Ada
Varises Tungkai : ( √ ) Ada ( )Tidak Ada
Tromboplebitis :( ) Ada ( √ )Tidak Ada
Data tambahan :
- Klien tampak belum miring kanan kiri setelah 12 jam pasca operasi karena
masih takut dan merasa nyeri pada daerah luka bekas operasi.
- Klien tampak kesulitan saat perawat mengintervensi klien belajar duduk
setelah 24 jam pasca operasi.
Masalah keperawatan ; Hambatan mobilitas fisik
53

Terapi

Tanggal terapi : 08 Mei 2018


No Nama terapi Dosis Cara Golongan indikasi Kontra
pemberian obat indikasi
1 Cefoperazone 1 gr Iv Antibiotik Untuk Pasien yang
golongan mengobati alergi
sefalosporin infeksi yang terhadap
disebabkan penicillin,
bakteri cefoperazone,
Pseudomonas sulbactam
atau
sefalosporin
lainnya

2 Ketoprofen Supposed Obat Untuk Pasien yang


supp antiinflamasi mengatasi alergi
nonsteroid nyeri dan terhadap obat
(OAINS) radang pada golongan
nyeri pasca AINS,
operasi, nyeri penderita
pinggang, tukak peptik,
pasien gangguan
rheumatoid ginjal dan
artritis dan pada wanita
asam urat hamil
54

Pemeriksaan penunjang : laboratorium


Tanggal : 07 Mei 2018

No Jenis Pemeriksaan Hasil Laboratorium Nilai Normal


1 Darah rutin
Hemoglobin 11.0 g/dl 12.0 – 16.0
Leukosit 12.8 /ul 4.2 – 11.0
Hitung Jenis
Eosinofil 1.9 % 1–3
Basofil 0.5 % 0–1
Neutrofil batang 0.0 % 2–6
Neutrofil segmen 63.8 % 40 – 60
Limfosit 23.1% 20.0 – 50.0
Monosit 10.7 % 2–8
Laju Endap Darah
LED 1 jam 84 mm/jam < 20

Golongan darah +
rhesus
Golongan darah B
Rhesus Positif

Masa pembekuan/CT 9 menit < 15

Masa pendarahan/BT 3 menit <6

Kimia Klinik
Glukosa Darah 87 mg/dl 70 – 140
Sewaktu

2 Urin rutin
Makroskopis
Warna Kuning muda Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Berat jenis 1.015 1.005 – 1.020
PH 7.0 4.5 – 8.0
Protein urin Negatif Negatif
Glukosa urin Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
55

A. ANALISIS DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Prosedur invasif Ganguan pola tidur
klien menyatakan
tidak cukup tidur,
Terputusnya kontinuitas
tidak puas dengan
jaringan
lamanya tidur,
biasanya siang hari
klien tidur 1-2 jam
dan malam hari 6- Kemoreseptor
7 jam( dari jam
21.00 sampai
04.00 wib). Horrmon bradikinin,
Sekarang klien prostaglandin dan Histamine

sulit untuk tidur meningkat

nyenyak
dikarenakan rasa
nyeri pada luka
nyeri
bekas operasi yang
dialami klien dan
terbangun untuk
Gangguan pola tidur
menyusui bayinya.

DO : mata klien
tampak sayu, klien
tampak
mengantuk,
beberapa kali klien
tampak menguap,
terdapat perubahan
pola tidur
2 DS : Post op SC Gangguan pola
-Klien mengatakan ↓ eliminasi : konstipasi
belum BAB Post anastesi spinal
setelah 48 jam ↓
pasca operasi Penurunan saraf otonom
-Klien mengatakan ↓
takut untuk Penurunan saraf vegetatif
mengedan ↓
DO : Penurunan peristaltik usus
-Bising usus positif ↓
-frekuensi bising Resiko konstipasi
usus 4 kali/menit
56

-penggunaan
anastesi spinal
pada saat SC
-TD : 120/80
N : 80 X/M
RR : 24 x/m
T : 370 C

3 DS : Postpartum Ketidakefektifan
Klien mengatakan ↓ menyusui
kalau klien tidak Laktasi
pernah menyusui ↓
dari anak pertama Prolaktin meningkat
dikarenakan puting ↓
klien yang tidak Isapan bayi
menonjol, Klien ↓
juga mengatakan Oksitosin meningkat
ASI tidak keluar ↓
DO : Ejeksi ASI tidak adekuat
-Puting klien ↓
tampak kedalam ASI tidak keluar
-Klien tampak ↓
bingung saat Inefektif laktasi
perawat ↓
mengajarkan Kurang pengetahuan
teknik menyusui ↓
-ASI keluar saat Menyusui tidak efektif
payudara klien
dipencet

4 DS : Post op SC Hambatan mobilitas


-Klien mengatakan ↓ fisik
masih takut untuk Pengaruh anastesi spinal
mobilisasi karena ↓
masih nyeri luka Trombus vena
bekas operasi ↓
DO : CO2 menurun
-Klien tampak ↓
kesulitan saat Perubahan perfusi jaringan
belajar duduk ↓
diatas tempat tidur Muskuloskeletal
-Klien tampak ↓
berkeringat saat Intoleransi aktivitas
mencoba untuk ↓
57

mobilisasi Hambatan mobilitas fisik


-Klien tampak
meminta bantuan
suami untuk
menggendong

bayinya dari
keranjang bayi ke
dekapan klien
setiap akan
menyusui

5 DS : Prosedur invasif Nyeri akut


Klien menyatakan
nyeri luka operasi
SC di perutnya Terputusnya kontinuitas
jaringan
DO :
- Ekspresi
meringis
- Kemoreseptor
TTV
TD : 120/80
mmHg Horrmon bradikinin,
N : 80 prostaglandin dan Histamine
x/menit meningkat
RR : 24
x/menit
T : 37 C
- Nyeri : nyeri

P : nyeri pada luka


jahitan SC
Q : nyeri seperti
ditusuk
R : abdomen, 5 jari
bawah umbilikus
anterior
S : skala 6
T : nyeri dirasakan
saat bergerak
Terdapat luka :
panjang luka : 10
cm, kondisi dijahit,
58

warna kulit
disekitar luka baik,
tidak ada sianosis,
tidak ada maserasi,
tidak ada cairan/
eksudat yang
keluar, tidak bau

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Nyeri akut
2. Gangguan pola tidur
3. Gangguan pola eliminasi : konstipasi
4. Ketidakefektifan menyusui
5. Hambatan mobilitas fisik

PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN


1. Nyeri akut
2. Gangguan pola tidur
3. Hambatan mobilitas fisik
4. Gangguan pola eliminasi : konstipasi
5. Ketidakefektifan menyusui

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik : prosedur operasi
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri luka operasi
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan pengaruh anastesi spinal
4. Gangguan pola eliminasi : konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus
5. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan kurangnya pengetahuan teknik
menyusui
40

B. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Nyeri akut b.d prosedur NOC Manajemen nyeri :


invasif ; SC Kontrol nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri konferehansif yang meliputi lokasi,
DS : Setelah dilakukan tindakankeperawatan 3x24 karakteristik, onset/ durasi, frekuensi, intensitas, beratnya nyeri dan
Klien menyatakan luka jam klien dapat mengontrol nyeri, dengan faktor pencetus
operasi SC di perutnya criteria : 2. Bantu keluarga dalam mencari dan menyediakan dukungan
DO : Skala bertahan pada 1 Ditingkatkan ke 4 3. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti : penyebab nyeri, berapa
- Ekspresi meringis No Krteria hasil A T H lama nyeri akan dirasakan dan antisipasi ketidaknyamanan akibat
- TTV 1 Menggunakan tindakan 1 4 prosedur
TD : 120/80 mmHg pengurangan nyeri tanpa 4. Ajarkan teknik non farmakologi : terapi relaksasi nafas dalam dengan
N : 80 x/menit analgesic penambahan aroma terapi lavender
RR : 24 x/menit 2 Menggunakan analgesic 1 4
T : 37 C yang direkomendasikan Pemberian analgesic
Pain : 6 5. Kolaborasi tentukan pemilihan analgesic dan rute pemberian obat
P : nyeri pada luka jahitan SC Tingkat nyeri
Q : nyeri seperti ditusuk Setelah dilakukan tindakankeperawatan 3x24
R : abdomen, 5 jari umbilikus jam tingkat nyeri berkurang atau hilang,
anterior dengan criteria :
S : skala 6 Skala bertahan pada 1 Ditingkatkan ke 4
T : nyeri dirasakan saat No Krteria hasil A T H
bergerak 1 Panjangnya episode 1 4
Terdapat luka : 2 nyeri 1 4
panjang luka : 10 cm, kondisi 3 Ekspresi nyeri wajah 1 4
dijahit, warna kulit disekitar Tidak bisa beristirahat
luka baik, tidak ada sianosis,
tidak ada maserasi, tidak ada
cairan/ eksudat yang keluar,
tidak bau
41

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi

2 Gangguan pola tidur b.d pola NOC Deprivasi tidur


tidur tidak menyehatkan akibat Pola Tidur
rasa nyeri, ditandai dengan Setelah dilakukan tindakankeperawatan 3x24 1. Diskusikan dengan klien dan keluarga teknik tidur
jam pola tidur terkontrol, dengan criteria : 2. Ciptakan lingkungan yang nyaman
DS : Skala bertahan pada 1 Ditingkatkan ke 4 3. Pertahankan fasilitas kebiasaan sebelum tidur
No Krteria hasil A T H 4. Berikan terapi komplementer : teknik ddistraksi dengan
klien menyatakan tidak cukup 1 Jam tidur 2 4 menddengrkan murotal al – qur’an.
tidur, tidak puas dengan 2 Pola tidur 2 4
lamanya tidur, biasanya siang 3 Kualitas tidur 2 4
hari klien tidur 1-2 jam dan 4 Efesiensi tidur 2 4
malam hari 6-7 jam( dari jam
21.00 sampai 04.00 wib).
Sekarang klien mudah
terbangun dimalam hari untuk
menyusui anaknya, dan
kesulitan untuk tidur karena
rasa nyeri luka bekas operasi.
Kalau di jumlahkan siang hari
mampu bisa tidur 2 jam dan
malam hari 4 jam.

DO : mata klien tampak sayu,


klien tampak mengantuk,
beberapa kali klien tampak
menguap, terdapat perubahan
pola tidur
42

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi

3 Hambatan mobilitas fisik b.d NOC Perawatan tirah baring/ bedrest


nyeri Ambulasi 1. bantuan perawatan diri : ADL
Ditandai dengan : Setelah dilakukan tindakankeperawatan 3x24
DS : jam klien dapat melakuakn ambulasi dengan
bebas, dengan criteria : 2. menejemen lingkungan
Klien menyatakan tidak bisa Skala bertahan pada 1 Ditingkatkan ke 4
melakukan aktifitas karena No Krteria hasil A T H
nyeri jika bergerak 1 Berjalan dengan langkah 1 4
yang efektif Terapi latihan ; ambulasi
DO : 2 Berjalan dengan pelan 1 4 3. menejemen nyeri

a. Klien tampak bedrest


4. pengatuaran posisi
b. Aktifitas klien dibantu
Konsekuensi mobilitas: fisik 5. pencegahan jatuh
keluarga
Setelah dilakukan tindakankeperawatan 3x24
c. P ergerkan tampak jam klien dapat melakukan mobilitas fisik 6. pengecekan kulit
menghindari nyeri dengan bebas, dengan criteria :
d. Kesulitan miring kiri- Skala bertahan pada 1 Ditingkatkan ke 4
kanan
e. Keterbatasan rentang No Krteria hasil A T H
gerak 1 Nyeri 1 4
f. Ketidaknyamanan
g. Menyukai posisi tertentu
yang dirasakan tidak nyeri
43

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi

4 Gangguan pola eliminasi : Setelah dilakukan 2 x 24 jam ungsi gastrointestinal Manajemen konstipasi
konstipasi b.d baik dengan kriteria 1. monitor tanda dan gejala konstipasi
berkurangnya peristaltik 2. monitor bising usus
usus No Krteria hasil A T H 3. berikan flet enema
1 Frekuensi BAB 1 4 4. berikan pendidikan kesehatan tentang konstipasi.
Ditandai dengan
2 Bising Usus 2 4
DS :
3 Kostipasi 2 4
-Klien mengatakan belum
BAB setelah 48 jam pasca
operasi
-Klien mengatakan takut
untuk mengedan
DO :
-Bising usus positif
-frekuensi bising usus 4
kali/menit
-penggunaan anastesi spinal
pada saat SC
-TD : 120/80
N : 80 X/M
RR : 24 x/m
T : 37 C
44

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi

5 Ketidak efektifan menyusui NOC 1. bantu orang tua melakukan IMD


b.d kurang pengetahuan 2. ajarkan teknik menyusui yang benar
tentang teknik menyusui Setelah dilakukan 1 kali tindakan diharapkan klien dapat 3. minta klien mendemostrasikan teknik menysui yang benar
Ditandai dengan mempertahankan pemberian ASI dengan criteria ; 4. instruksikan klien untuk meningkatkan sentuhan dengan bayi.
DS :
Klien mengatakan kalau No Krteria hasil A T H
klien tidak pernah 1 Kemampuan untuk 2 4
menyimpan dan
menyusui dari anak mengumpulkan ASI
2 Kemampuan mencairkan 2 4
pertama dikarenakan puting dan menghangatkan ASI
klien yang tidak menonjol, yang tersimpan dengan
aman
Klien juga mengatakan ASI 3 Teknik untuk mencegah 2 4
nyeri payudara
tidak keluar 4 Mengenali tanda pasokan 1 4
DO : ASI menurun
5 Mengenali tanda-tanda 1 4
-Puting klien tampak saluran ASI tersumbat
kedalam
-Klien tampak bingung saat
perawat mengajarkan
teknik menyusui
-ASI keluar saat payudara
klien dipencet
45

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. N NRM : 55.89.xx


Umur : 42 Tahun JK : Perempuan

Diagnosa Keperawatan Hari, Implementasi Hari, Evaluasi TTD


Tgl Tgl
Jam Jam
Nyeri akut b.d prosedur invasif ; Selasa Manajemen nyeri : Selasa S : klien menyatakan nyeri berkurang setelah
SC ditandai dengan 8/5/ 1. Melakukan pengkajian nyeri konferehensif yang 8/5/ diberikan obat
DS : 2018 meliputi lokasi, karakteristik, onset/ durasi, 2018
Klien menyatakan nyeri luka 18.00 frekuensi, intensitas, beratnya nyeri dan faktor (20.10) O:
operasi SC di perutnya pencetus - klien mampu dan bersedia melakukan teknik
DO : Respon : lokasi nyeri luka operasi(SC), saat distraksi dengan mendengar murotal, saat nyeri
Ekspresi meringis istirahat skala ; 2, saat berjalan skala ; tidak terkaji dirasakan.
TD : 120/80 mmHg saat beraktifitas (miring kiri –kanan) skala : 5 - Klien tampk tenang
N : 80 x/menit 18.10 2. Menilai kemampuan mandiri klien menggunakan - Klien tampak miring kiri dan kanan
RR : 24 x/menit teknik non farmakologi : teknik distraksi
T : 37 C mendengakan murotal al-qur’an (QS Ar ahman, A : masalah belum teratasi
Pain : 6 Reciter : Muhammad Thaha). No Krteria hasil A T H
P : nyeri pada luka jahitan SC Respon : klien mendengarkan melalui headset (milik 1 Menggunakan tindakan 1 4 4
Q : nyeri seperti ditusuk klien) dan reciter Surah Ar Rahman (download), klien pengurangan nyeri tanpa
R : abdomen, 5 jari umbilikus mendengarkan murotal pada saat nyeri mulai 2 analgesic 1 4 3
anterior dirasakan, klien menyatakan mampu mengalihkan Menggunakan analgesic yang
S : skala 6 nyeri namun nyeri masih terasa. direkomendasikan
T : nyeri dirasakan saat bergerak 3. memberikan terapi farmakologi sesuai order 1 Panjangnya episode nyeri 1 4 3
Terdapat luka : 20.00 Respon : Pemberian ketorolac oral dan mefenamic 2 Ekspresi nyeri wajah 1 4 4
panjang luka : 10 cm, kondisi acid oral (dilakukan oleh perawat pelaksana) 3 Tidak bisa beristirahat 1 4 2
dijahit, warna kulit disekitar luka TTV :
baik, tidak ada sianosis, tidak TD ; 120/80 mmHg RR : 20 x/menit
ada maserasi, tidak ada cairan/ N : 80 x/mnt T : 37 0C P : intervensi dilanjutkan
eksudat yang keluar, tidak bau
46

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. N NRM : 55,89.xx
Umur : 42 Tahun JK : Perempuan

Diagnosa Keperawatan Hari, Implementasi Hari Evaluasi TTD


Tgl Tgl
Jam Jam
Nyeri akut b.d prosedur invasif ; Rabu Manajemen nyeri : Rabu, S : klien menyatakan nyeri berkurang, nyeri terasa
SC ditandai dengan 9/5/ 1. Melakukan pengkajian nyeri konferehensif yang 8/5/ lebih sakit saat beraktifitas, latihan jalan.
DS : 2018 meliputi lokasi, karakteristik, onset/ durasi, 2018
Klien menyatakan nyeri 10.00 frekuensi, intensitas, beratnya nyeri dan faktor (14.00) O:
berkurang, seharian kemarin pencetus - klien mampu dan bersedia melakukan teknik
mengikuti saran untuk Respon : lokasi nyeri luka operasi(SC), saat distraksi dengan mendengar murotal, saat nyeri
melakukan mobilisasi dini. istirahat skala ; 2, saat berjalan dengan bantuan dirasakan.
DO : skala ; 3 saat beraktifitas skala : 5 - Klien tampak mampu istirahat
Ekspresi meringis 10.10 2. Menilai kemampuan mandiri klien menggunakan - Klien tampak mulai latihan berjalan.
TD : 110/80 mmHg teknik non farmakologi : teknik distraksi
N : 82 x/menit mendengakan murotal al-qur’an (QS Ar ahman, A : masalah belum teratasi
RR : 18 x/menit Reciter : Muhammad Thaha). No Krteria hasil A T H
T : 36,90 C Respon : klien mendengarkan mendengar murotal 1 Menggunakan tindakan 1 4 4
Pain : 4 dengan berbaring (istirahat). pengurangan nyeri tanpa
P : nyeri pada luka jahitan SC 13.10 3. memberikan terapi farmakologi sesuai order 2 analgesic 1 4 3
Q : nyeri seperti ditusuk Respon : Pemberian ketorolac oral dan Menggunakan analgesic yang
R : abdomen, 5 jari umbilikus mefenamic acid oral (dilakukan oleh perawat direkomendasikan
anterior pelaksana) 1 Panjangnya episode nyeri 1 4 3
S : skala 4 TTV : 2 Ekspresi nyeri wajah 1 4 4
T : nyeri dirasakan saat bergerak TD ; 120/80 mmHg RR : 16 x/menit 3 Tidak bisa beristirahat 1 4 3
Terdapat luka : N : 78 x/mnt T : 37,1 0C
panjang luka : 10 cm, kondisi
dijahit, warna kulit disekitar luka P : intervensi dilanjutkan
baik, tidak ada sianosis, tidak
ada maserasi, tidak ada cairan/
eksudat yang keluar, tidak bau
47

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. N NRM : 55,89.xx
Umur : 42 Tahun JK : Perempuan

Diagnosa Keperawatan Hari, Tgl Implementasi Hari, Tgl Evaluasi TTD


Jam Jam
Nyeri akut b.d agen cidera Kamis Manajemen nyeri : kamis S : klien menyatakan dapat mengontrol nyeri
fisik : prosedur invasif. 10/5/ 1. Melakukan pengkajian nyeri konferehansif yang 10/5/ O:
Ditandai dengan 2018 meliputi lokasi, karakteristik, onset/ durasi, frekuensi, 2018 - lokasi nyeri luka operasi( SC), saat
DS :Klien menyatakan nyeri 08.00 intensitas, beratnya nyeri dan faktor pencetus 10.00 istirahat skala ; 1, saat berjalan skala ; 3
berkurang Respon : lokasi nyeri luka operasi(SC), saat istirahat saat beraktifitas skala : 4
DO : skala ; 1, saat berjalan skala : 3 saat beraktifitas - balutan luka telah diganti dengan
- lokasi nyeri luka operasi skala : 4. modern dressing, klien tampak lebih
(SC), saat istirahat skala 2. Memberikan informasi mengenai nyeri dan mengganti nyaman
; 2, saat berjalan skala ; balutan : modern dressing TD : 120/70 mmHg RR : 18 x/menit
3 saat beraktifitas skala : 09.00 Respon ; luka tampak kering, tidak ada eksudat, N : 80 /mnt T : 36,8 0C
5 warna kulit sekitar luka : sianosis (-), maserasi (-), A : masalah teratasi
- klien tam melakukan balutan diganti (poliuretan), klien tampak lebih No Krteria hasil A T H
teknik relaksasi dengan nyaman, nyeri berkurang skala 1 1 Menggunakan tindakan pengurangan 1 4 4
aromaterapi lavender nyeri tanpa analgesic
dan nafas dalam Pemberian Analgesic 2 Menggunakan analgesic yang 1 4 3
- TTV : 3. Kolaborasi tentukan pemilihan analgesic direkomendasikan
TD ; 120/70 mmHg 09.30 Respon : Pemberian ketorolac oral dan mefenamic 1 Panjangnya episode nyeri 1 4 3
RR : 20 x/menit acid oral 2 Ekspresi nyeri wajah 1 4 4
N : 80 TTV : 3 Tidak bisa beristirahat 1 4 2
T : 37 0C TD : 120/70 mmHg RR : 18 x/menit
N : 80 x/mnt T : 36,8 0C P : intervensi dihentikan, Discharge planning :
1. Klien diperbolehkan pulang shift
siang, setelah melengkapi
administrasi
2. Instruksikan klien mengikuti program
posyandu dan imunisasi untuk
bayinya.
48

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. N NRM : 55,89.xx


Umur : 42 Tahun JK : Perempuan

Diagnosa Keperawatan Hari, Tgl Implementasi Hari, Tgl Evaluasi TTD


Jam Jam
Gangguan pola tidur b.d pola Rabu 1. Melakukan diskusi dengan klien dan keluarga Rabu S : klien menyatakan mendapat pemahanam
tidur tidak menyehatkan : 9/5/2018 tentang peningktan tidur dengan mengubah pola 19/5/2018 baru tentang penyesuaian pola tidur
tanggung jawab menjadi orang 17.00 dan kebiasaan 19.00 O:
tua, ditandai dengan Respon : klien dan keluarga tampak focus Klien tampak mampu menjelaskan kembali
DS : mendegarkan penjelasan, klien menyampaikan hasl diskusi
klien menyatakan tidak cukup pendapatnya, keluarga dan klien berdiskusi Jumlah kunjungan dibatasi
tidur, tidak puas dengan bergantian jaga merawat bayinya, klien dan Ruang perawatan tidak gaduh dan tidak ramai
lamanya tidur, biasanya siang keluarga mampu menjelaskan kembali hasil Suami klien dan ibu klien tampak
hari klien tidur 1-2 jam dan diskusi bergantian menjaga anak bayinya. mendampingi klien.
malam hari 6-7 jam( dari jam
21.00 sampai 04.00 wib). 17.30 2. Berdiskusi dengan klien dan keluarga cara A : masalah teratasi
Sekarang klien mudah menciptakan/ manajemen lingkungan yang No Krteria hasil A T H
terbangun dimalam hari untuk nyaman 1 Jam tidur 2 4 3
menyusui anaknya, dan Respon : keluarga bersedia bergantian jika ingin 2 Pola tidur 2 4 3
kesulitan untuk tidur kembali. menjenguk klien dan bayi klien, keluargga 3 Kualitas tidur 2 4 3
Kalau di jumlahkan siang hari bersedia membatasi waktu kunjungan. Suami 4 Efesiensi tidur 2 4 3
mampu bisa tidur 2 jam dan klien mengambil keputusan untuk menjaga
malam hari 4 jam. isterinya dibantu ibu klien, saat jam kunjungan P : intervensi dilanjutkan.
sudah habis sedangkan keluarga lain menunggu
DO : mata klien tampak sayu, di luar ruang rawat inap. Menjaga kondisi
klien tampak mengantuk, ruangan tidak gaduh dan ramai.
beberapakali klien tampak
menguap, terdapat perubahan
pola tidur
49

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. N NRM : 55.89.xx
Umur : 42 tahun JK : Perempuan.

Diagnosa Keperawatan Hari, Tgl Implementasi Hari, Tgl Evaluasi TTD


Jam Jam
Gangguan pola tidur b.d pola Kamis 1. Mengingatkan klien untuk menambah aktifitas Kamis S : klien menyatakan puas dengan tidur
tidur tidak menyehatkan : 10/05/2018 sebagai kebiasaan tdur dengan berdzikir 10/05/2018 malamnya.
tanggung jawab menjadi orang 12.00 Respon : klien tampak berdo’a dan berdzikir 0.30 O:
tua, ditandai dengan : Klien tampak puas dengan tidur malamnya,
DS : 2. Meberikan terapi aromaterapi lavender suami klien menjaga bayinya bergantian
klien menyatakan mendapat Respon : klien tampak melakukan terapi relaksasi dengan ibu klien. Lama tidr malam 5 jam
pemahanam baru tentang nafas dengan aromaterapi lavender, sama
penyesuaian pola tidur denggan manajemen nyeri. A : masalah teratasi
DO : No Krteria hasil A T H
Klien tampak mampu 1 Jam tidur 2 4 4
menjelaskan kembali hasl 2 Pola tidur 2 4 3
diskusi 3 Kualitas tidur 2 4 3
Jumlah kunjungan dibatasi 4 Efesiensi tidur 2 4 4
Ruang perawatan tidak gaduh
dan tidak ramai P : intervensi dihentikan
Suami klien dan ibu klien
tampak mendampingi klien.
50

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. N NRM : 55.89.xx
Umur : 42 tahun JK : Perempuan.

Diagnosa Keperawatan Hari, Tgl Implementasi Hari, Tgl Evaluasi TTD


Jam Jam
Hambatan mobilitas fisik b.d Selasa 1. Melakukan manajemen lingkungan Selasa S : klien menyatakan melakukan mobilisasi
nyeri 8/05/2018 Respon : barang-barang keperluan klien 10/05/2018 dini sesuai instruksi.
Ditandai dengan : 14.00 didekatkan, keluarga tampak menemani klien, 20.00 O:
DS : keluarga memberikan motivasi dan dukungan Klien tampak melakukan mobilisasi dini
Klien menyatakan tidak bisa kepada klien, miring kiri-kanan, diantu keluarga,
melakukan aktifitas karena 2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan resiko jatuh dengan pemasangan
nyeri jika bergerak ambulasi dini. pembatas tempat tidur, keluara tanpak
DO : Respon : keluarga klien bersedia membantu klien mendampingi
h. Klien tampak bedrest melaksanakan mobilisasi dini. Klien mengetahui
i. Aktifitas klien dibantu manfaat mobilisasi dini, mobilisasi miring-kiri A : masalah teratasi
keluarga kanan 6 jam sesudah operasi. No Krteria hasil A T H
j. P ergerkan tampak 17.00 7. Melakukan menejemen nyeri 1 Berjalan dengan 1 4 1
menghindari nyeri Respon : klien mendengrkan murotal qur’an langkah yang
k. Kesulitan miring kiri- 19.00 8. Melakukan pengatuaran posisi 2 efektif 1 4 1
kanan respon : klien melakukan mobilisasi dini miring Berjalan dengan
l. Keterbatasan rentang kiri-miring kanan pelan
gerak 9. Melakukan pencegahan jatuh 3 Nyeri 1 4 2
m. Ketidaknyamanan 14.00 respon : pemasangan pembatas tempat tidur,
n. Menyukai posisi tertentu gelang identitas resiko jatuh, keluara tampak
yang dirasakan tidak nyeri mendamingimklien. P : intervensi dilanjutkan
10. Melakukan pengecekan kulit
19.00 respon : kulit baik, tidak ada ruam penekanan
selama tirah baring bedrest
51

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. N NRM : 55.89.xx
Umur : 42 tahun JK : Perempuan.

Diagnosa Keperawatan Hari, Tgl Implementasi Hari, Tgl Evaluasi TTD


Jam Jam
Hambatan mobilitas fisik b.d Rabu 1. Melakukan manajemen lingkungan Selasa S : klien menyatakan sudah bisa berjalan
nyeri 9/05/2018 Respon : barang-barang keperluan klien 10/05/2018 sedikit-sedikit, namun masih nyeri
Ditandai dengan : 15.00 didekatkan, keluarga tampak menemani klien, 17.00 O:
DS : keluarga memberikan motivasi dan dukungan Klien tampak melakukan mobilisasi dini
Klien menyatakan tidak bisa kepada klien, latihan berjalan, keluarga tanpak
melakukan aktifitas karena 2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang mendampingi klien.
nyeri jika bergerak ambulasi dini. Klien tampak istirahat sambil mendengarkan
DO : Respon : keluarga klien bersedia membantu klien murotal qur’an.
a. Klien tampak latihan melaksanakan mobilisasi dini. Klien mengetahui
berjalan manfaat mobilisasi dini, mobilisasi miring-kiri A : masalah teratasi
b. Klien mampu beraktifitas kanan 6 jam sesudah operasi. No Krteria hasil A T H
mandiri 15.00 a. Melakukan menejemen nyeri 1 Berjalan dengan 1 4 1
c. P ergerkan tampak Respon : klien mendengrkan murotal qur’an langkah yang
menghindari nyeri 16.00 b. Melakukan pengatuaran posisi/ mobbilisasi. 2 efektif 1 4 1
d. Keterbatasan rentang respon : klien melakukan mobilisasi dini latihan Berjalan dengan
gerak. berjalan. pelan
e. Ketidaknyamanan c. Melakukan pengecekan penatalaksanaan 3 Nyeri 1 4 3
f. Keluarga tampak 16.00 pencegahan jatuh
mendampingi klien. respon : pemasangan pembatas tempat tidur,
gelang identitas resiko jatuh, keluara tampak P : intervensi dihentikan
mendamingimklien.
16.00 d. Melakukan pengecekan kulit
respon : kulit baik, tidak ada ruam penekanan
selama tirah baring bedrest
52

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. N NRM : 55.89.xx
Umur : 42 tahun JK : Perempuan.

Diagnosa Keperawatan Hari, Tgl Implementasi Hari, Tgl Evaluasi TTD


Jam Jam
Gangguan pola eliminasi : Rabu Manajemen konstipasi Rabu, S : klien menyatakan sudah bisa BAB
konstipasi b.d berkurangnya 9/5/2018 1. melakukan pengakajian tanda dan gejala konstipasi 9/5/2018 O:
peristaltik usus 09.00 yang muncul 15.30 Klien tampak lebih lega
Ditandai dengan Respon : klien menyatakan belum bisa BAB Bising usus 8 kali/menit
DS : 11.00 2. monitor bising usus Klien tidak mengedan saat BAB, klien
-Klien mengatakan belum Respon : bising usus terdengar 4 kali/ menit mengikuti diet yang diprogammkan rumah
BAB setelah 48 jam pasca sakit.
operasi 16.00 3. memberikan flet enema sesuai order dokter.
-Klien mengatakan takut Respon : flet enema diberikan, klien mampu BAB 2 A : masalah teratasi
untuk mengedan jam setelah pemberian. No Krteria hasil A T H
DO : 4. memberikan pendidikan kesehatan tentang 1 Frekuensi BAB 1 4 3
-Bising usus positif 15..00 konstipasi. 2 Bising Usus 2 4 4
-frekuensi bising usus 4 Respon : klien tampak memperhatikan, klien 3 Kostipasi 2 4 3
kali/menit mengerti masalh konsitipasi, klien mengeti diet
-penggunaan anastesi spinal selama konstipasi. P : intervensi dihentikan
pada saat SC
-TD : 120/80
N : 80 X/M
RR : 24 x/m
T : 37 C
53

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. N NRM : 55.89.xx
Umur : 42 tahun JK : Perempuan.

Diagnosa Keperawatan Hari, Tgl Implementasi Hari, Tgl Evaluasi TTD


Jam Jam
Ketidak efektifan menyusui Kamis 1. mengajarkan teknik menyusui yang benar S : klien menyatakan akan berusaha
b.d kurang pengetahuan 10/5/2018 respon : klien tampak memperhatikan, klien memberikan ASI dengan teknik yang benar.
tentang teknik menyusui 09.00 bertanya ASInya sedikit keluar. O:
Ditandai dengan 10.00 2. meminta klien mendemostrasikan teknik menysui Klien tampak berusaha menyusui, putting susu
DS : yang benar tidak mannjol.
Klien mengatakan kalau klien respon : klien mampu mempraktikkan cara
tidak pernah menyusui dari menyusui yang benar, bayi tampak menyusu A : masalah teratasi
anak pertama dikarenakan 16.00 dengan kuat. Klien tampak senang berhasil No Krteria hasil A T H
puting klien yang tidak menyusui. 1 Kemampuan untuk 2 4 3
menonjol, Klien juga 3. menginstruksikan klien untuk meningkatkan menyimpan dan
mengatakan ASI tidak keluar sentuhan dengan bayi. mengumpulkan ASI
DO : Respon : tampak bayi tidur di samping klien. 2 Kemampuan 2 4 3
-Puting klien tampak kedalam mencairkan dan
-Klien tampak bingung saat menghangatkan ASI
perawat mengajarkan teknik yang tersimpan dengan
menyusui 3 aman 2 4 4
-ASI keluar saat payudara Teknik untuk
klien dipencet 4 mencegah nyeri 1 4 3
payudara
5 Mengenali tanda 1 4 3
pasokan ASI menurun
Mengenali tanda-tanda
saluran ASI tersumbat
P : intervensi dihentikan
40

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Dalam BAB ini akan dibahas mengenai persamaan dan perbedaan
antara konsep dasar semua teori dengan asuhan keperawatan pada Ny. N
dengan postpartum seksio sesarea di ruang Kebidanan Siti Walidah Rumah
Sakit Muhammadyah Palembang.
Pengkajian adalah dasar utama atau langkah awal dari proses
keperawatan yang terdiri dari tiga tahap yaitu pengumpulan data,
pengorganisasian serta kemampuan menganalisa dan merumuskan diagnosa.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan format pengkajian
keperawatan maternitas yang telah ditetapkan. Pengumpulan data dilakukan
melalui wawancara dengan klien, observasi dan dari dokumentasi
keperawatan di ruang Siti Walidah.
Pengkajian yang penulis lakukan dalam asuhan keperawatan pada Ny.
N dengan postpartum seksio sesarea di ruang Siti Walidah Rumah Sakit
Muhammadyah Palembang pada hari Selasa, 08 Mei 2018 meliputi biodata,
riwayat kesehatan, kebutuhan dasar, pemeriksaan fisik dan data penunjang.
Data- data tersebut menjadi data pengkajian yang penulis lakukan pada studi
kasus pada Ny. N dengan postpartum seksio sesarea.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan data TTV, tekanan darah : 120/80
mmHg, Nadi : 80 x/m, RR : 24 x/m, Suhu : 37 C, Lila : 26 cm, Tinggi badan :
160 cm, BB saat hamil : 71 kg dan BB setelah melahirkan : 68 kg. Pada
bagian payudara tidak ada kelainan, bentuk payudara simetris, hanya saja
puting susu masuk kedalam atau tidak menonjol dan terdapat
hiperpigmentasi. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan TFU 2 jari diatas
umbilikus.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan
persalinan seksio sesarea yang sesuai dengan teori NANDA Internasional
(2015) adalah sebagai berikut :
41

1. Nyeri akut b/d agen cidera fisik : prosedur operasi.


2. Gangguan pola tidur b/d rasa nyeri luka bekas operasi.
3. Gangguan pola eliminasi : konstipasi b/d penurunan peristaltik usus.
4. Ketidakefektifan menyusui b/d kurangnya pengetahuan tentang teknik
menyusui.
5. Hambatan mobilitas fisik b/d pengaruh anastesi spinal.

C. Intervensi Keperawatan
Pada pengkajian dan menganalisa data maka penulis dapat
menegakkan diagnosa yang terdapat dalam teori dan juga terdapat dalam
kasus lainnya :
1. Nyeri akut b/d prosedur invasif
Pada saat pengkajian penulis menemukan data subjektif : klien
mengatakan nyeri pada daerah luka bekas operasi, nyeri yang dirasakan
seperti ditusuk- tusuk, nyeri datang hilang timbul, nyeri dirasakan teramat
sangat jika klien bergerak. Tanda- tanda vital : tekanan darah : 120/80
mmHg, HR : 80 x/m, RR : 24 x/m, dan skala nyeri : 6.
Dalam proses keperawatan ini penulis menerapkan tujuan setelah
tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri akibat luka bekas
operasi pasien menunjukkan perbaikan pada level nyeri dengan kriteria
hasil : mampu mengontrol rasa nyeri, menyatakan nyeri berkurang, tanda-
tanda vital dalam batas normal.
Intervensi diatas dapat dilakukan oleh penulis dalam memberikan
tindakan keperawatan pada Ny.N yaitu : monitor vital sign, melakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi. Penulis juga melakukan
observasi nonverbal dan ketidaknyamanan, mengajarkan tentang teknik
non farmakologi dengan terapi musik dan mengajarkan tentang perawatan
luka selama dirumah serta berkolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian terapi obat analgetik untuk mengurangi rasa nyeri.
42

2. Gangguan pola tidur b/d tidur tidak menyehatkan akibat rasa nyeri
Pada saat pengkajian penulis menemukan data subjektif klien
menyatakan tidak cukup tidur, tidak puas dengan lamanya tidur, biasanya
siang hari klien tidur 1-2 jam dan malam hari 6-7 jam( dari jam 21.00
sampai 04.00 wib). Sekarang klien mudah terbangun dimalam hari untuk
menyusui anaknya, dan kesulitan untuk tidur karena rasa nyeri luka bekas
operasi. Kalau di jumlahkan siang hari mampu bisa tidur 2 jam dan malam
hari 4 jam.hasil pengkajian : mata klien tampak sayu, klien tampak
mengantuk, beberapa kali klien tampak menguap, terdapat perubahan pola
tidur.
Dalam proses keperawatan penulis menerapkan tujuan setelah
tindakan keperawatan 3x24 jam pola tidur dalam batas normal dengan
kriteria jam tidur, kualitas tidur, pola tidur dan efesiensi tidur.
Intervensi yang dilakukan pada penelitian ini adalah Diskusikan
dengan klien dan keluarga teknik tidur, Ciptakan lingkungan yang
nyaman, Pertahankan fasilitas kebiasaan sebelum tidur, Berikan terapi
komplementer : teknik ddistraksi dengan mendengarkan murotal Al –
Qur’an.

3. Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri


Berdasarkan data pengkajian didapat data subjek Klien menyatakan
tidak bisa melakukan aktifitas karena nyeri jika bergerak. Data obyek
meliputi ; Klien tampak bedrest, Aktifitas klien dibantu keluarga, P ergerkan
tampak menghindari nyeri, Kesulitan miring kiri-kanan, Keterbatasan rentang
gerak, Ketidaknyamanan, Menyukai posisi tertentu yang dirasakan tidak
nyeri.
Dalam proses keperawatan penulis menerapkan tujuan keperawwatan
setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam klien dapat melakukan ambulasi dan
mobilitas meliputi : berjalan dengan langkah yang efektif, berjalan dengan
pelan, konsekuensi nyeri.
Intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah 1. Perawatan
tirah baring/ bedrest :bantuan perawatan diri : ADL dan menejemen
43

lingkungan, 2. Terapi latihan ambulasi: menejemen nyeri, pengatuaran posisi,


pencegahan jatuh, pengecekan kulit.

4. Gangguan pola eliminasi : konstipasi b/d berkurangnya peristaltik usus


Berdasarkan pengkajian data subyektif klien menyatakan klien
mengatakan belum BAB setelah 48 jam pasca operasi, Klien mengatakan takut untuk
mengedan. Data Obyektif : Bising usus positif, frekuensi bising usus 4
kali/menit,penggunaan anastesi spinal pada saat SC, TD : 120/80 mmHg, N : 80
0
kaali/menit, RR : 24 x/menit, T : 37 C.
Dalam proses keperawatan penulis menerapkan tujuan keperawatan
setelah tindakakn setelah tindakan keperawatan 2x24 jam fungsi
gastrointestinal baik, dengan criteria meliputi : fekuensi BAB, bising usus,
konstipasi.
Intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah monitor tanda
dan gejala konstipasi, monitor bising usus, berikan flet enema, berikan
pendidikan kesehatan tentang konstipasi.
5. Ketidak efektifan menyusui b/d kurang pengetahuan tentang teknik menyusui
Berdasarkan data pengkajian, data subyektif klien menyatakan kalau
klien tidak pernah menyusui dari anak pertama dikarenakan puting klien yang tidak
menonjol, Klien juga mengatakan ASI tidak keluar. Data obyektif melipui Puting
klien tampak kedalam, Klien tampak bingung saat perawat mengajarkan teknik
menyusui, ASI keluar saat payudara klien dipencet.
Dalam proses keperawatan penulis menerapkan tujuan keperawatan
setelah tindakakn setelah tindakan keperawatan 2x24 jam klien mampu
menyusui dengan efektif dengan criteria meliputi : Kemampuan untuk
menyimpan dan mengumpulkan ASI Kemampuan mencairkan dan
menghangatkan ASI yang tersimpan dengan aman, Teknik untuk mencegah
nyeri payudara, Mengenali tanda pasokan ASI menurun, Mengenali tanda-
tanda saluran ASI tersumbat.
Intervensi yang dilakukan pada penelitian ini adalah ajarkan teknik
menyusui yang benar, minta klien mendemostrasikan teknik menysui yang
benar, instruksikan klien untuk meningkatkan sentuhan dengan bayi.
44

D. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi


Implementasi adalah pelaksanaan dari perencanaan intervensi untuk
mendapatkan hasil yang spesifik (Nursalam, 2008). Pada studi kasus ini,
tindkana keperawata telah sesuai dengan intervensi yang penulis tegakkan.
Pada hari pertama penulis melakukan pengkajian dan melakukan tindakan
keperawatan terhadap nyeri akut, gangguan pola tidur dan hambatan
mobilitas fisik. Hari kedua tindakan keperawatan meliputi diagnose
keperawatan nyeri akut, hambatan mobilitas fisik, gangguan pola tidur, dan
gangguan eliminasi. Padah hari ke tiga implementasi keperawatan pada
diagnosa keperawatan nyeri akut, gangguan eliminasi dan ketidakefektifan
menyusui.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan berdasarkan intervensi yang tela
ditegakkan, dapat dianalisis :
1. Nyeri akut b.d prosedur invasive
Nyeri akut merupakan pengalaman sensori dan emosional tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau
potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan IASP, awitan yang
tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir
yang dapat diantisipasi atau diprediksi (NANDA, 2015).
Berdasarkan dari asalnya nyeri yang diarasakan pada kasus post
operasi adalah nyeri nosisepti. Nyeri nosiseptif merupakan nyeri yang
diakibatkan oleh aktivitas atau sensivitas nosiseptor perifer yang
merupakan respetor khusus yang mengantarkan stimulus naxious. Nyeri
nosiseptor ini dapat terjadi karna adanya adanya stimulus yang mengenai
kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat (Andromoyo, 2013).
Pada kasus ini nyeri klien berangsur turun dari skala 6 saat
pengkajian hinggga bertahan pada skala 4 dihari ke tiga. Selama
implementasi klien mampu melkukan manajemen nyeri dengan
mendengarkan murotal Al-Qur’an.
Siswanti (2106) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat
pengaruh terapi murotal terhadap nyeri post SC. Lantunan Al-ur,an
45

secara fisik mengandung unsure suara manusia, suara manusia


merupakan instrument penyembuhan yang menakjubkan dan alat yang
paling mudah dijangkau. Suara dapat menurunkan hormone-hormon
stress, mengaktifkan hormone endorphin alami, meningkatkan perasaan
rileks dan mampu mngalihkan perhatian terhadap sensasi nyeri. (Hawari,
2002 dalam Siswanti (2016)).

2. Gangguan pola tidur b.d pola tidur tidak menyehatkan akibat rasa nyeri
Data pengkajian menunjukkan terdapat perubahan pola tidur klien
setelah melahirkan, klien harus terbangun malam untuk menyusui
bayinya, terkadang ditengah malam, jadwal minum obat yang juga perlu
diperhatikan menggangu jadwal tidur klien selain itu nyeri juga membuat
kenyamanan untuk jatuh tertidur tergangu. Apriansyah (2013) nyeri post
SC memiliki hubungan yang signifikan dengan kualitas tidur.

3. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri


Pada hari pertama klien diberikan pendidikan kesehatan tentang
mobilisasi dini, keluarga bersedia menjadi pendukung, dan perawat
sebagai fasilitator sehingga pada hari pertama hingga hari ketiga klien
melakukan dengan baik, padahari pertama klien melkukan miring kiri-
kanan, pada hari kedua klien latihan duduk, berpindah temapat dan
latihan berjalan, hari ketiga klien mampu berjalan dengan langkah yang
efektif.
Handayani (2015) dalam penelitiannya terdapat penurunan
intensitas nyeri dengan dilakukannya mobilisasi dini dri rata-rata 5,77
menjadi 3,99. Peneliti menyebutkan bawhwa intensitas nyeri berkurang
karena klien melakukan mobilisasi dini, setelah diprogramkan peneliti,
hal ini disebabkan kemampuan seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan.
Berdasarkan kasus sensasi nyeri yang diarsakan klien membuat
klien merasa enggan melakukan aktifitas, namun setelah diberikan
pendidikan kesehatan klien mau dan mempu melakuka mobilisasi dini
dengan baik
46

4. Gangguan pola eliminasi : konstipasi b.d berkurangnya peristaltic usus


Berdasarkan kasus setelah diberikan flet enema klien mampu
melkukan eliminasi, bising usus adekuat 8 kali/ menit. Untuk
mempertahankan hal tersebut diet diprogramkan adalah makanan lunak
(bubur) agar tidak terjadi konstipasi dan pada saat BAB klien mampu
melkukan tan mengedan berlebihan.
]
5. Ketidak efektifan menyusui b.d kurang pengetahuan tentang teknik
menyusui
Berdasarkan data pengkajian klien tidak efektif dalam memberikan
ASI karena klien beranggapan putting susunya tidak menonjol sehingga
sulit untuk menyusui, ASI yang keluar sedikit. Setelah dilakukan
pendidikan kesehatan dan demonstrasi teknik menyusi yang benar, klien
memperhhatikan selanjutnya klien mampu mempraktikkan menyusui
dengan teknik yang benar. Pada evaluasi klien berkeinginan menyusui
bayinya dengan teknik yang benar.
47

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2013). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri, Jogjakarta:


Ar-Ruzz
Aspani, Yuli Ns.Reny. 2016. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskular Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC

Aulawi, Khudazi.2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Rapha


publishing

Bararah, T dan Jauhar, M. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi


Perawat Profesional. Jakarta : Prestasi Pustakaraya

Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 5. Jakarta : EGC

Brothamley.juddy, dan Maureen boyle. 2012. Patofisiologi Dalam


Kebidanan.Jakarta : EGC

Damayanti, denidya. 2013.Buku Pintar Perawat Professional Teori & Praktik


Asuhan Keperawatan. Yogyakarta : Mantra Books

Handayani, Sri (2015) Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Nyeri Post Operasi
Sectio Cesarea Di RSUD Dr Moewari Surakarta. (jurnal) STIKes Kusuma
Husada Surakarta : Prodi S1 Keperawatan

Hermand,T.Heather, dkk. 2015.Diagnosis Keperawatan definisi dan klasifikasi


2015-2017 edisi 10. Jakarta: EGC

Lisnawati, Lilis. 2013. Asuhan Kebidanan Terkini Kegawatdaruratan Maternal &


Neonatal.Jakarta : Trans Info Media

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika Jakarta.

NANDA International, (2012), Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. Jakarta. EGC.

Nurarif & Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) NIC-
NOC. Edisi Revisi. Jilid 3. Jogyakarta: Mediaction.

Nurarif, Amin huda, dan Hardhi kusuma. 2015.Aplikasi Keperawatan


Berdasarkan Diagnosis Medis Nanda & NIC-NOC. Yogyakarta : Media
Action

Oxorn, harry dan William R. forte. 2013. Ilmu kebidanan Patologi dan fisiologi
persalinan.Yogyakarta : YEM
48

Perry & potter .2005.Fundamental of nursing. EGC:Jakarta

Prawirohardjo.Sarwono. 2014. Ilmu kebidanan Sarwono Prawirohardjo edisi 5.


Jakarta : Bina Pustaka.

Priamadi, Oscar. 2016. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.Jakarta :


Kementrian Kesehatan Reublik Indonesia.

Rohan, Hasdianah hasan, dan Sandu sitoyo. 2013. Buku Ajar Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika

Saifuddin, AB. 2012. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal.Jakarta: EGC.

You might also like