Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan dengan lancar dan
dapat melahirkan bayi dengan sempurna. Ada dua cara persalinan yaitu
persalinan lewat vagina yang lebih dikenal dengan persalinan normal dan
persalinan seksio sesarea yaitu tindakan operasi untuk mengeluarkan bayi
dengan insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Wiknjosastro, 2010).
Tindakan seksio sesarea merupakan pilihan utama bagi tenaga medis
untuk menyelamatkan ibu dan janin. Ada beberapa indikasi untuk dilakukan
tindakan seksio sesarea adalah gawat janin, disporsisi sepalopelvik, prolapus
tali pusat, mal presentase janin atau letak lintang (Norwitz E & Schorge J,
2010).
World Health Organization (WHO) menetapkan standar rata-rata seksio
sesarea disebuah negara adalah sekitar 5-15% per 1000 kelahiran didunia.
Rumah sakit pemerintah kira-kira 11% sementara rumah sakit swasta bisa
lebih dari 30% (Gibbson, 2010). Menurut WHO peningkatan persalinan
dengan seksio sesarea diseluruh negara selam tahun 2008 – 2009 yaitu
110.000 perkelahiran diseluruh Asia (Sinha kounteya, 2010).
Berdasarkan survey nasional pada tahun 2010, 921.000 persalinan dengan
seksio sesarea dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8% dari seluruh
persalinan. Berdasarkan dara RIKERDAS tahun 2010, tingkat persalinan
seksio sesarea di Indonesia 15,3% sampel dari 20.591 ibu yang melahirkan
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yang diwawancarai di 33 provinsi.
Gambaran adanya faktor resiko ibu saat dilakukan tindakan seksio sesarea
adalah 13,4%.
Berdasarkan data hasil yang didapat di ruang Siti Walidah Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang, jumlah ibu postpartum dengan riwayat seksio
sesarea pada tahun 2016 berjumlah 652 pasien dan meningkat pada tahun
2017 sebanyak 1.512 pasien. Sedangkan jumlah pasien postpartum dengan
1
2
riwayatseksio sesarea dibulan Januari 2018 berjumlah 145 pasien, pada bulan
februari menurun menjadi 114 pasien dan meningkat kembali dibulan Maret
2018 yaitu berjumlah 141 pasien.
Masa nifas atau postpartum disebut juga puerperium yang berasal dari
bahasa latin yaitu dari kata “puer” yang artinya bayi dan “parous” yang berarti
melahirkan. Postpartum dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat
– alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Anggraini, 2010).
Pada masa postpartum ibu banyak mengalami kejadian penting mulai dari
perubahan fisik, masa laktasi maupun perubahan psikologis.
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada ibu – ibu postpartum seksio
sesarea antara lain gangguan mobilisasi, cidera kandung kemih, cidera rahim,
cidera pada pembuluh darah, cidera pada usus dan infeksi, yaitu infeksi rahim,
endometritis dan infeksi akibat luka operasi (Depkes RI, 2013). Bagi pasien
postpartum dengan seksio sesarea masalah kebutuhan tidur sangat penting
karena tidak hanya untuk pemulihan kondisi tubuh pasien tetapi untuk
memaksimalkan perawatan pasien dan dalam melakukan perawatan bayi di
rumah sakit. kegiatan perawatan di rumah sakit seperti mobilisasi dini,
perawatan payudara, pemberian ASI pada bayi. Mobilisasi dini merupakan hal
yang penting dalam periode pasca bedah (Saifuddin, 2012).
Suatu proses pembedahan setelah operasi akan menimbulkan respon nyeri.
Nyeri yang dirasakan ibu postpartum dengan seksio sesarea berasal dari luka
yang terdapat dari perut (Kasdu, 2013). Tingkat dan keparahan nyeri pasca
operasi tergantung pada fisiologis dan psikologis individu dan toleransi yang
ditimbulkan nyeri (Brunner & Suddart, 2012). Pada pasien postpartum dengan
seksio sesarea sering mengalami gangguan tidur. Gangguan tidur ini
kemungkinan dapat dipengaruhi oleh intensitas nyeri luka seksio. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Milla Fitri (2012) yang
dilakukan diruang rawat inap RSUD Sumedang dengan jumlah sampel 56
pasien postpartum dengan seksio sesarea dengan menggunakan metode
deskriptif korelasional. Hasil analisis univariat dengan persentase
menunjukkan (85,7%) responden memiliki kualitas tidur yang buruk dan
(48,2%) memiliki intensitas nyeri yang sedang dan dari hasil analisis bivariat
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka timbul beberapa perumusan
masalah yaitu “Bagaimana Asuhan Keperawatan post partum dengan riwayat
seksio sesarea pada Ny “x” di ruang Siti Walidah Rumah Sakit
Muhammadyah Palembang Tahun 2018”.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mendapatkan
gambaran bagaimana melaksanakan Asuhan Keperawatan post partum
dengan riwayat seksio sesarea pada Ny “N” di ruang Siti Walidah Rumah
Sakit Muhammadyah Palembang.
2. Tujuan Khusus
Dalam penyusunan studi kasus pada pasien diharapkan penulis mampu:
4
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan acuan kepada
para perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif
kepada pasien.
2. Bagi Institusi
Dapat memberikan masukan sebagai sumber informasi bagi mahasiswa
yang akan melakukan pengkajian selanjutnya.
3. Bagi Penulis
Mampu mengaplikasikan pengalaman, pemahaman tentang bagaimana
mengelola dan mencapai tujuan asuhan keperawatan pada situasi yang
nyata.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep dasar
1. Definisi Post Partum
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi kembali normal seperti sebelum hamil
(Bobak, 2010).
Persalinan seksio sesarea merupakan persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan saraf rahim dalam keadaan utuh serta berat diatas 500 gr
(Mitayani, 2009).
2. Etiologi
Indikasi untuk seksio sesarea menurut Rasjidi (2009) antara lain meliputi :
1) Indikasi ibu
a) Panggul sempit
Panggul sempit adalah kurangnya salah satu ukuran panggul 1 cm
atau lebih dari ukuran normal atau panggul sempit absolut yang
ukuran konjugata diagonalisnya 5,5 cm (Manuaba, 2008)
b) Kegagalan melahirkan secara normal karena kurang adekuatnya
stimulasi
c) Adanya tumor dalam jalan lahir yang menyebabkan obstruksi
d) Stenosis serviks atau vagina
e) Plasenta previa
f) Disproposi sevalopelvik
Adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran
lingkar kepala janin dan dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Kondisi tersebut membuat bayi susah
keluar melalui jalan lahir
5
6
2) Indikasi janin
a) Kelainan letak
b) Gawat janin
Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima oksigen cukup
sehingga mengalami hipoksia. Normalnya detak jantung janin
berkisar 120-160 kali permenit. Gawat janin dalam persalinan dapat
terjadi bila persalinan berlangsung lama (Prawirohardjo, 2009)
c) Prolapsus tali pusat atau dikenal dengan tali pusat menumbung jika
tali pusat berada disamping atau di bawah bagian terbawah janin
(Oxorn & Forte, 2010)
d) Mencegah hipoksia janin, misalnya karena preeklamsia
3) Indikasi relatif
a) Riwayat seksio sesarea sebelumnya
b) Persentasi bokong
Persentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian
terendahnya bokong (Prawirohardjo, 2009)
c) Distosia (persalinan yang sulit)
Distosia adalah persalinan abnormal yang ditandai oleh kelambatan
atau tidak adanya kemajuan proses persalinan dalam ukuran satuan
waktu tertentu (Nugroho, 2010)
d) Preeklampsi berat (PEB)
PEB adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria,
edema, yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke-20 atau
kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan
hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis (Mitayani, 2009)
e) Diabetes melitus
f) Ibu dengan HIV positif sebelum inpartu
g) Gemeli atau bayi kembar
4) Indikasi sosial
a) Wanita yang takut melahirkan berdasarkan pengalaman sebelumnya
7
Gambar 2.1
Anatomi Genetalia Eksternal
Vulva tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi
perineum), terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, klitoris,
hymen, vestibulum, orificium urethrae externum, dan kelenjar-kelenjar
pada vagina.
8
a) Mons pubis
lapisan lemak dibagian anterior sympisis os pubis. Pada masa
pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
b) Labia mayora
lapisan lemak lanjutan mons pubis kearah bawah dan belakang,
banyak mengandung vleksus vena. Ligamentum rotundum uteri
berakhir pada batas atas labia mayora. Dibagian bawah perineum,
labia mayora menyatu pada commisar posterior.
c) Labia minora
Lipatan jaringan tipis dibalik labia mayora, tidak mempunyai
folikel rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos, dan
ujung serabut saraf.
d) Klitoris
Terdiri dari glans klitoris yang terletak didalam superior vulva,
dan korpus klitoridis yang tertanam didalam dinding anterior
vagina. Terdapat juga reseptor androgen pada klitoris. Banyak
pembuluh darah dan serabut saraf dan sangat sensitif.
e) Vestibulum
Daerah dengan batas atas klitoris, batas bawah fourchet, batas
lateral labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat enam
lubang/orificium, yaitu orificium uretra externum, introitus
vaginae, ductus glandulae Bartholini kanan dan kiri serta skene
kanan dan kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa
navicularis.
f) Introitus/ Orificium vagina
Terletak dibagian bawah vesstibulum. Pada gadis (virgo)
tertutup lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara/hymen, utuh
tanpa robekan. Hymen normal terdapat lobang kecil untuk aliran
darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat oval,
cribiformis, septum atau fimbriae.
9
g) Vagina
Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang
elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus
haid. Fungsi vagina yaitu untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada
haid, untuk jalan lahir, dan untuk kopulasi.
h) Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus.
Perineal body adalah raphe median m. Levator ani, antara anus dan
vagina. Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu
dipotong (episiotomy) untuk memperbesar jalan lahir dan
mencegah ruptur.
b. Genetalia Internal
Gambar 2.1
Anatomi Genetalia Internal
a) Serviks uteri
Bagian terbawah uteri, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan/
menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari
3 komponen utama yaitu otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan
glikosamin) dan elastin. Bagian luar didalam rongga vagina yaitu
portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri eksternum
(luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks,
dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Kelenjar mukosa
servikas menghasilkan lender geth serviks yang mengandung
glikoprotein yang kaya karbohidrat dan larutan berbagai garam,
peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks
dipengaruhi siklus haid.
b) Corpus uteri
terdiri dari lapisan paling luar serosa/peritoneum yang melekat
pada ligamentum latum uteri di intaabdomen, tengah lapisan
muscular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar kedalam
arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam
lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan
runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium.
c) Ligamenta penyangga uterus
ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum
cardinal, ligamentum ovary, ligamentum sacrouterina propium,
ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vessicouterina,
ligamentum rectouterina.
d) Vaskularisasi uterus
terutama dari arteri uterine cabang arteri hypogastrica/illiaca
interna, serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.
e) Tuba falopi
sepasang tuba kiri dan kanan, panjang 8-14 cm,berfungsi sebagai
jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding
tuba terdiri dari tiga lapisan yaitu serosa, muscular serta mukosa
dengan epitel bersilia.
11
f) Ovarium
organ endokrin berbentuk oval, terletak didalam rongga
peritoneum, sepasang kiri dan kanan dilapisi mesovarium, sebagai
jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks
dan medulla. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan
folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial dilapisan
terluar epitel ovarium di korteks), ovulasi, sintesis dan sekresi hormon-
hormon steroid.
4. Patofisiologi
Seksio sesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan
berat diatas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.
Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi
uterus, distorsia jaringan lunak, plasenta previa dll. Untuk ibu dan janin
adalah gawat janin, janin besar dan letak lintang. Setelah dilakukan SC ibu
akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa
kurang pengetahuan akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis
yaitu produk oksitosin yang tidak adekuat akan menghasilkan ASI yang
keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi
kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka
dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah satu yang utama karena insisi
yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anastesi bisa
bersifat regional dan umum. Namun anastesi umum lebih banyak
pengaruhnya terhadap janin maupun ibu sehingga kadang-kadang bayi
lahir dalam keadaan apnu yang tidak dapat diatasi dengan mudah,
akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruh anastesi bagi ibu sendiri
yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang
keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif
akibat sekret yang berlebihan karena kerja otot nafas sillia yang menutup.
Anastesi juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan
mobilitas usus.
12
5. Pathway
POST PARTUM
Fisiologis psikologis
Sist reproduksi Sist Sist Sist urinaria Sist Sist Sist Fase Fase Fase
kardiovaskuler integumen muskuloske gastrointesti kelenjar taking in taking letting
letal nal mamae hold go
6. Manifestasi Klinis
Periode post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-
organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini
kadang-kadang disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan
(Bobak, 2004).
A. Adaptasi Fisiologi
a. Sistem Reproduksi
1) Involusio Uteri
Involusio adalah pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi
normal setelah kelahiran bayi. Involusio terjadi karena masing-
masing sel menjadi lebih kecil karena sitoplasma yang berlebihan
dibuang. Involusio disebabkan oleh proses autolysis, dimana zat
protein dinding rahim pecah, diabsorbsi dan kemudian dibuang
sebagai air kencing (Bobak, 2005).
2) Involusio Tempat Plasenta
Pada permulaan nifas, bekas plasenta mengandung banyak
pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trumbus. Biasanya luka
yang demikian, sembuh dengan menjadi parut. Hal ini disebabkan
karena dilepaskan dari dasar dengan pertumbuhan endometrium
baru dibawah permukaan luka. Rasa sakit yang disebut after pains
(meriang atau mules-mules) disebabkan kontraksi rahim biasanya
berlangsung 3-4 hari pasca persalinan (Cunningham, dkk, 2005).
3) Lochea
Merupakan sekret dari kavum uteri dan vagina pada masa nifas.
4) Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks akan menganga seperti
corong berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-
kadang terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir tangan masih
bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari
dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
15
d. Sistem Muskuloskeletal
Otot abdomen terus menerus terganggu selama kehamilan yang
mengakibatkan berkurangnya tonus otot, yang tampak pada masa
postpartum dinding perut terasa lembek, lemah, dan kendor. Selama
kehamilan otot abdomen terpisah disebut distensi rectiabdominalis,
mudah dipalpasi melalui dinding abdomen bila ibu terlentang. Latihan
yang ringan seperti senam nifas akan membantu penyembuhan alamiah
dan kembalinya otot pada kondisi normal.
e. Sistem Integumen
Penurunan melanin setelah persalinan menyebabkan berkurangnya
hiperpigmentasi kulit. Hiperpigmentasi pada aerola mamae dan linea
nigra mungkin menghilang sempurna setelah melahirkan.
f. Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada
sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam
proses tersebut.
1) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang.
Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam
pelepasan plasenta, mempertahankan kontraksi, sehingga
mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI
dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke
bentuk normal.
2) Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya
kelenjar pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin,
hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk
merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya,
kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan
folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak
menyusui bayinya, tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-
21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah
17
B. Adaptasi Psikologi
Proses adaptasi psikologis pada seorang ibu telah dimulai sejak ibu
hamil. Perubahan mood seperti sering marah, menagis, dan sering
sedih atau cepat berubah perasaan menjadi senang merupakan
manifestasi dari emosi yang labil (Suherni, 2008). Pada masa post
partum seorang ibu akan melalui tiga periode adaptasi psikologis
(Palupi, 2013) yaitu sebagai berikut :
a. Fase taking in
Fase ini dimulai dari hari pertama dan hari kedua setelah
melahirkan dimana ibu membutuhkan perlindungan, pelayanan.
b. Fase taking hold
Fase ini dimulai hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada
minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk
menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru.
Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu
muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan
fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik.
c. Fase letting go
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah melahirkan.
Sistem keluarga telah menyesuaikan diri dengan anggotanya yang
19
g. Laboratorium
Secara rutin hematokrit diukur pada tiga hari setelah operasi.
Hematokrit harus segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah
yang tidak biasa atau keadaan lain yang menunjukkan hipovolemia.
h. Perawatan payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu
memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang
mengencangkan payudara tanpa banyak menimbilkan kompesi,
biasanya mengurangi rasa nyeri.
i. Memulangkan pasien dari rumah sakit
Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila
diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada hari keempat dan kelima
post operasi, aktivitas ibu seminggunya harus dibatasi hanya untuk
perawatan bayinya dengan bantuan orang lain.
e. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
2) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid,
karena adanya proses menerang yang salah
25
3) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena
proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing
4) Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
5) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-
kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
6) Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi
areola mamae dan papila mamae
7) Abdomen
Pada klien post partum seksio sesarea abdomen kendor disertai
adanya striae dan masih terasa nyeri pada bagian luka insisi bekas
operasi. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir (lochea)
9) Anus
Kadang-kadang pada klien postpartum terjadi konstipasi
dikarenakan rasa takut untuk BAB
10) Ekstermitas
Pada klien postpartum seksio sesarea adanya keterbatasan
mobilisasi dikarenakan pengaruh dari anastesi spinal
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada postpartum tekanan darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun
26
Perubahan selera makan Mengenali apa yang terkait (misalnya catatan perkembangan, catatan harian)
Putus asa dengan gejala nyeri Tentukan kebutuhan frekuensi untuk melakukan pengkajian
Sikap melindungi area Melaporkan nyeri yang ketidaknyamanan pasien dan mengimplementasi kan rencana monitor
nyeri terkontrol Berikan informasi mengenai nyeri seperti penyebab nyeri , berapa lama
Sikap tubuh melindungi nyeri akan dirasakan dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur
Skala Indokator Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
1. Tidak pernah menunjukkan terhadap ketidakyamanan (misalnya suhu,pencahayaan suara bising)
2. Jarang menunjukkan Kurangi atau eliminasi factor factor yang dapat mencetuskan atau
3. Kadang kadang menunjukkan meninggkatkan nyeri (misalnya ketakutan,kelelahan,keadaan monoton dan
4. Sering menunjukkan kurang pengetahuan)
5. Secara konsisten menunjukkan Pertimbangkan keinginan pasien untuk berpartisipasi ,kemampuan
berpartisipasi keendrungan dukungan dari orang dekat terhadap metode
dan kontra indikasi ketika memlilih strategi penurunan nyeri
Tingkat Nyeri Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam untuk memfasilitasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x… penurunan nyeri sesuai dengan kebutuhan
jam kalien dapat ….. dengan kriteria hasil Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika memilih strategi penurunan
Kriteria Hasil A T nyeri
Nyeri yang dilaporkan Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyerinya dengan
Panjangnya episode nyeri tepat
Menggosok area yang Ajarkan penggunaan tehnik nonfarmakologi (seperti biofeed back , TENS
terkena dampak , hypnosis , relaksasi , bimbingan antisipatif, terapi music, terapi bermain,
Mengerang dan menangis terapi aktivitas , akpressur, aplikasi panas/dingin dan pijatan seblum dan
Ekspresi nyeri wajah sesudah dan jika memungkinkan , ketika melakukan aktivitas yang
Tidak bisa beristirahat menimbulkan nyeri,sebelum nyeri terjadi atau meningkat dan bersamaan
Agitasi dengan tindaan penurunan rasa nyeri lainnya)
Iritabilitas Gali penggunaan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri
Mengerinyit Dorong pasien untuk menggunkan obat obatan penurun nyeri yang
Mengeluarkan keringat adekuat
Berkeringat berlebihan Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri
Mondar mandir Dorong pasien untuk menggunakan obat obatan penurun nyeri yg adekuat
Focus menyempit Kolaborasi dengan pasien , orang terdekat dan tim kesehatan lainnya untk
Ketegangan otot memlih dan mengimplemntasikan tindakan penurunan nyeri
29
5. Tidak ada Jalankan tindakan keselamatan pada pasien yang menerima analgesic
narkotika sesuai kebutuhan
Kriteria Hasil A T Mintakan pengobatan nyeri PRN sebelum nyeri menjadi parah
Peningkatan frekuensi nadi Infromasikan pasien yang mendapatkan narkotika bahwa rasa mengantuk
Peningkatan frekuensi kadang terjadi selama 2-3 hari pertama pemberian dan selanjutnya akan
pernafasan menghilang
Dilatasi pupil Perbaiki kesalahan pengertian/mitos yang di miliki pasien dengan anggota
Berkeringat dingin keluarga yang mungkin keliru tentang analgesic
Pusing Evaluasi keefektifan analgesic dengan interval yang teratur pada setiap
Fatigue setelah pemberian khususnya seelah pemberian pertama kali, juga
Penurunan produktifitas observasi adanya tanda dan gejala efek samping (misalnya depresi
Penenurunan prestasi pernafasan, mual dan muntah,mulut kering dan konstipasi)
sekolah Dokumentasikan respon terhadap analgesic dan adanya efek samping
Menarik diri Evaluasi dan dokumentasikan tingkat sedasi dari pasien yang menerima
Gangguan tidur opioid
Perubahan pada pola buang Lakukan tindakan tindkan untuk menurunkan efek samping analgesic
air besar Kolaborasikan dengan dokter apakah obat dosis rute pemberian atau
Perubahan pada pola makan perubahan interval dibuthkan buat rekomendasi khusu berdasarkan
Skala Indikator prinsip analgesic
1. Berat Ajarkan tentang penggunaan analgesic strategi untk menurunkan efek
2. Cukup berat samping dan harapan terkait dengan keterlibatan dalam keputusan
3. Sedang pengurangan nyeri.
4. Ringan
5. Tidak ada Manajemen sedasi
- Penyakit kronis (mis : Kriteria Hasil A T Pertahankan teknik isolasi yang sesuai
DM) Kemerahan Berikan perawatan kulit yang tepat untuk area yang yang mengalami
- Prosedur invasif Vesikel yang tidak edema
mengeras Periksa kondisi setiap sayatan bedah atau luka
Pertahanan tubuh primer Cairan luka yang berbau Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
tidak adekuat busuk Anjurkan asupan cairan dengan tepat
- Gangguan integritas Sputum purulen Anjurkan istirahat
kulit Demam Pantau adanya perubahan tingkat energi atau malaise
- Gangguan peristaltik
Hipotermia Anjurkan peningkatan mobilitas dan latihan dengan tepat
- Merokok
Malaise Instruksikan pasien untuk minum antibiotik yang diresepkan
- Pecah ketuban dini
- Pecah ketuban lambat Gejala gejala Jaga penggunaan antibiotik dengan bijaksana
- Penurunan kerja siliaris gastrointestinal Ajarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana cara menghindari infeksi
- Perubahan pH sekresi Lethargy Berikan ruang pribadi yang diperlukan
- Stasis cairan tubuh Hilang nafsu makan Laporkan dugaan infeksi pada tim pengendali infeksi
Nyeri
Pertahanan sekunder tubuh Ketidakstabilan suhu Kontrol infeksi
tidak adekuat Gangguan kognisi yang
- Imunosupresi tidak bisa dijelaskan Alokasikan kesesuaian luas ruang per pasien, seperti yang di indikasikan
- Leukopenia Skala Indokator oleh pedoman pusat pengendalian dan pencegahan penyakit
- Penurunan hemoglobin 1. Berat Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk setiap pasien
- Supresi respon 2. Cukup berat Ganti peralatan perawatan per pasien sesuai protokol institusi
inflamasi (mis: 3. Sedang Isolasi orang yang terkena penyakit menular
interleukemia) 4. Ringan Tempatkan isolasi sesuai tindakan pencegahan yang sesuai
- Vaksinasi tidak adekuat 5. Tidak ada Batasi jumlah pengunjung
Pertahankan teknik isolasi yang sesuai
Pemajanan terhadap patogen Keparahan infeksi : baru lahir Ajarkan cara cuci tangan bagi tenaga kesehatan
lingkungan meningkat Ajarkan pasien mengenai teknik mencuci tangan dengan tepat
- Terpajan pada wabah Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan
…x… jam kalien dapat ….. dengan kriteria hasil
meninggalkan ruang pasien
Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan yang sesuai
Kriteria Hasil A T
Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien
Ketidakstabilan suhu
Lakukan tindakan- tindakan pencegahan yang bersifat universal
Hipotermia
34
Skala Indikator
1 Berat
2 Besar
3 Sedang
4 Ringan
5 Tidak ada
38
Bising usus menurun Berikan PRC, FFP dan/ Platelet, sesuai kebutuhan
Kehausan Mulai lebih awal pemberian agen antimikroba dan monitor ketat terhadap
Menurunnya urine efektivitasnya, sesuai kebutuhan
output Berikan oksigen dan/ ventilasi mekanik sesuai kebutuhan
Kebingungan Berikan agen anti inflamasi dan/ bronkodilator sesuai kebutuhan
Lesu Monitor gula darah dan berikan terapi insulin, sesuai kebutuhan
Penurunan tingkat Berikan epineprin melalui IV, intaosseous, atau endotrakeal dengan tepat
kesadaran Ajarkan pasien untuk menghindari bahan yang menyebabkan alergi yang
diketahui dan mengenai bagaimana menggunakan kotak peralatan
Respon pupil
anaphylaxis dan/atau reaksi alergi, sesuai kebutuhan
melambat
Berikan saran kepada pasien yang beresiko terhadap reaksi alergi berat
Asidosis metabolik
untuk menjalani terapi desensitasi
hiperkalium
Berikan saran kepeda pasien yang beresiko untuk memakai atau membawa
tanda informasi kondisi medis
Skala Indikator
Anjurkan pasien dan keluarga mengenai faktor –faktor pemicu syok
Anjurkan pasien dan keluarga mengenai tanda/gejala syok yang
1. Berat
mengancam jiwa
2. Cukup berat
Anjurkan pasien dan keluarga mengenai langkah-langkah yang harus
3. Sedang
dilakukan terhadaptimbulnya gejala syok
4. Ringan
5. Tidak ada
3. Discharge Planning
Discharge Planning mencakup seluruh kebutuhan pasien, mulai dari fisik,
psikologis, social budaya dan ekonomi. Proses ini mencakup 3 fase yaitu, akut,
transisional dan pelayanan berkelanjutan. Pada fase akut yang diuramakan
adalah upaya medis untuk segera melaksanakan discharge planning. Pada fase
transisional, mencakup semua yang ada fase akut dilaksanakan tetapi
urgensinya berkurang dan pada fase pelayanan berkelanjutan, pasien mampu
untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas perawatan
berkelanjutan yang dibutuhkan setelah pemulangan (Perry & Potter, 2005).
No. Reg :
DISCHARGE PLANNING Nama :
Jenis Kelamin :
Tanggal MRS : Tanggal KRS :
Bagian : Ruang Siti Walidah
Dipulangkan dari RS dengan keadaan :
Sembuh Pulang paksa
Meneruskan dengan obat jalan Lari
Pindah ke RS lain Meninggal
A. Kontrol
a. Waktu :
b. Tempat :Ruang Siti Walidah RS Muhammadiyah Palembang
B. Lanjutan perawatan di rumah (pengobatan, dan lain-lain)
1. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan post partum
dengan riwayat seksio sesarea dan teknik menyusui
2. Memberikan penjelasan tentang perawatan post partum dengan riwayat
seksio sesarea dan teknik menyusui
3. Mengajarkan pada klien mengenal tanda-tanda komplikasi post partum
dengan riwayat seksio sesarea dan laporkan dokter /perawat
4. Mengajarkan kepada klien tentang cara perawatan luka bekas operasi dan
penggunaan verban luka anti air (offsite) selama dirumah
5. Memberikan pendidikan kesehatan tentang manfaat dari teknik menyusui
terhadap ibu post partum
6. Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien untuk mengatur jarak
kehamilan yaitu minimal 2 tahun dengan melaksanakan program KB
C. Aturan Diet/ Nutrisi
Klien dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi akan serat dan
tinggi protein
D. Obat- obat yang masih diminum dan jumlahnya :
Ciprofloxacin, asam mefenamat, asam folat dan lactavit
43
( ) ( )
Catatan:
Bagi pasien yang belum pulang kolom “dipulangkan dari RS dalam
keadaan”tidak perlu di isi.
44
BAB III
METODE STUDI KASUS DAN TINJAUAN STUDI KASUS
A. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
a. Saat masuk RS :
Klien mengatakan saat masuk RS, klien tidak mengalami keluhan apa-
apa. Hanya saja berdasarkan hasil USG dr. SpOG kandungan klien
sudah lewat bulan atau posterm sehingga klien diharuskan untuk MRS
dan dilakukan upaya merangsang janin untuk keluar (induksi). Klien
mengatakan saat obat yang dimasukkan kedalam cairan infus untuk
kedua kalinya baru klien merasakan nyeri HIS, tetapi hanya sebatas
pembukaan satu selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan operasi section
caesarea (SC)
b. Saat Pengkajian :
Klien mengatakan merasa nyeri, pedih disekitar area bekas luka operasi.
Klien juga mengatakan kalau kaki terasa baal dan jari-jari kaki terasa
kaku untuk digerakkan.
c) Keluhan
Trimester I : muntah- muntah, mual dan tidak nafsu makan
Trismester II : tidak ada keluhan
Trimester III : sakit pinggang dan kaki kram
4) Imunisasi : ( ) Ada ( √ )Tidak Ada
Imunisasi minggu I :............................
Imunisasi minggu II:...........................
b. Riwayat Persalinan
IBU
Tanggal persalinan : 08 Mei 2018 waktu : 10.00 wib
Tempat Persalinan : ruang operasi, ditolong oleh : dokter dan tim paramedis
Jenis Peralinan : ( ) Spontan Presentasi kepala
( ) Vacum
( ) Forcep
( √ ) Operasi Sectio Cesarea
BAYI
Jenis Kelamin : ( ) laki-laki ( √ )Perempuan
BBL : 4060 gram PB : 51 cm
APGAR SCORE : 1 Menit: 8 5 Menit: 9
47
Keterangan
Fase taking in : klien tampak terbaring lemah setelah operasi seksio dan
klien masih membutuhkan bantuan suami saat akan menyusui bayinya
dikarenakan klien belum bisa mobilisasi akibat pengaruh dari bius spinal,
tetapi klien tampak semangat saat diajari cara menyusui bayi ketika
belum bisa miring kanan, miring kiri.
8) Faktor ekonomi
Sumber biaya pengobatan : klien mengatakan untuk biaya pengobatan
keluarga klien menggunakan jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) yang
syarat- syaratnya terdiri dari rujukan puskesmas, keterangan lurah, kartu
keluarga dan KTP.
9) Faktor pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga : klien mengatakan kalau klien hanya tamat
Sekolah Menengah Pertama (SMP), sedangkan suami klien tamatan
Sekolah Menengah Atas (SMA).
e. Aspek Psikospiritual
Komponen mental, emosional dan spiritual
Konsep diri : klien mengatakan merasa puas terhadap dirinya sendiri.
g. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120 / 80 mmHg
Denyut Nadi : 80 x/mnt
Pernafasan : 24 x/mnt
o
Suhu : 37 C
BB Hamil : 71 Kg
BB sekarang : 68 Kg
Nyeri :
P : klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi.
Q : klien mengatakan nyeri pada bagian perut seperti ditusuk- tusuk.
R : klien mengatakan nyeri terasa di abdomen, 5 jari dibawah umbilikus.
S : skala nyeri 6
T : nyeri dirasakan saat bergerak.
Masalah keperawatan ; Nyeri akut
Wajah
Oedema :( ) Ada ( √ ) Tidak ada
Conjungtiva :( √ ) Tidak anemis ( ) Anemis
Sklera : ( √ ) Tidak Ikterik ( ) Ikterik
Leher
Pembesaran Kelenjar tiroid: ( ) Ada ( √ ) Tidak ada
Peningkatan vena Jungularis : ( ) Ada ( √ ) Tidak ada
51
Dada
Payudara
Bentuk payudara : ( √ ) Simetris ( )Tidak simetris
Puting susu :( ) Menonjol (√ )Tidak menonjol
Hiperpigmentasi : ( √ ) Ya ( )Tidak
Colostrum : ( √ ) Keluar ( )Tidak keluar
Kebersihan : ( √ ) Cukup ( )Kurang
Kelainan :( ) Payudara bengkak
( ) Puting susu lecet
( ) Peradangan payudara (mastitis)
( ) lain- lain
Data tambahan : klien mengatakan kalau anak pertama klien juga tidak pernah
menyusui langsung dengan klien dikarenakan puting klien yang tidak menonjol.
Masalah keperawatan ; ketidakefektifan menyusui
Abdomen
Bekas luka /operasi :(√ ) Ada ( )Tidak Ada
Keadaan luka operasi : ( √ ) Kering ( ) Basah
( ) Ada Pus ( √ ) Tidak ada Pus
Gavidarum striae : ( √ ) Ada ( )Tidak Ada
Palpasi Uterus
Tinggi Fundus Uteri :.........................................................
Kontraksi Uterus : ( √ ) Baik ( ) Jelek
Konsistensi uterus :( ) Keras ( √ ) lembut
Auskultasi abdomen
Bisisng usus :( ) < 15 x/mnt ( √ ) > 15 x/mnt
Masalah keperawatan ; tidak ada masalah keperawatan
Genatalia
Vulva dan vagina
Varises :( ) Ada (√ )Tidak Ada
Luka :( ) Ada ( √ )Tidak Ada
Kemerahan :( ) Ada ( √ )Tidak Ada
Nyeri :( ) Ya ( √ )Tidak
Kebersihan :(√ ) Cukup ( )Kurang
Perineum
Bekas luka/luka parut : ( ) Ada ( √ )Tidak Ada
Keadaan luka operasi : ( √ ) Kering ( ) Basah
52
Lochea
Jenis Lochea : lochea rubra
Warna : merah kehitaman
Jumlah : 250 cc
Sifat Pengeluaran :( ) Menetes ( √ ) Merembes
Bau : ( √ ) Amis ( ) Busuk
Masalah keperawatan ; tidak ada masalah keperawatan
Eliminasi
Berapa jam setelah postpartum
BAB ; Frekuensi :-
Konsistensi :-
Warna :-
Keluhan : susah BAB karena takut mengedan
BAK ; Frekuensi : 1 – 2x
Warna : kuning jernih
Keluhan : tidak ada
Data tambahan : klien mengatakan sudah 2 hari pasca operasi belum juga BAB
Masalah keperawatan ; Gangguan pola eliminasi : konstipasi
Ekstermitas
Oedema tangan / jari : ( ) Ada ( √ )Tidak Ada
Oedema Kaki : ( √ ) Ada ( )Tidak Ada
Varises Tungkai : ( √ ) Ada ( )Tidak Ada
Tromboplebitis :( ) Ada ( √ )Tidak Ada
Data tambahan :
- Klien tampak belum miring kanan kiri setelah 12 jam pasca operasi karena
masih takut dan merasa nyeri pada daerah luka bekas operasi.
- Klien tampak kesulitan saat perawat mengintervensi klien belajar duduk
setelah 24 jam pasca operasi.
Masalah keperawatan ; Hambatan mobilitas fisik
53
Terapi
Golongan darah +
rhesus
Golongan darah B
Rhesus Positif
Kimia Klinik
Glukosa Darah 87 mg/dl 70 – 140
Sewaktu
2 Urin rutin
Makroskopis
Warna Kuning muda Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Berat jenis 1.015 1.005 – 1.020
PH 7.0 4.5 – 8.0
Protein urin Negatif Negatif
Glukosa urin Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
55
A. ANALISIS DATA
nyenyak
dikarenakan rasa
nyeri pada luka
nyeri
bekas operasi yang
dialami klien dan
terbangun untuk
Gangguan pola tidur
menyusui bayinya.
DO : mata klien
tampak sayu, klien
tampak
mengantuk,
beberapa kali klien
tampak menguap,
terdapat perubahan
pola tidur
2 DS : Post op SC Gangguan pola
-Klien mengatakan ↓ eliminasi : konstipasi
belum BAB Post anastesi spinal
setelah 48 jam ↓
pasca operasi Penurunan saraf otonom
-Klien mengatakan ↓
takut untuk Penurunan saraf vegetatif
mengedan ↓
DO : Penurunan peristaltik usus
-Bising usus positif ↓
-frekuensi bising Resiko konstipasi
usus 4 kali/menit
56
-penggunaan
anastesi spinal
pada saat SC
-TD : 120/80
N : 80 X/M
RR : 24 x/m
T : 370 C
3 DS : Postpartum Ketidakefektifan
Klien mengatakan ↓ menyusui
kalau klien tidak Laktasi
pernah menyusui ↓
dari anak pertama Prolaktin meningkat
dikarenakan puting ↓
klien yang tidak Isapan bayi
menonjol, Klien ↓
juga mengatakan Oksitosin meningkat
ASI tidak keluar ↓
DO : Ejeksi ASI tidak adekuat
-Puting klien ↓
tampak kedalam ASI tidak keluar
-Klien tampak ↓
bingung saat Inefektif laktasi
perawat ↓
mengajarkan Kurang pengetahuan
teknik menyusui ↓
-ASI keluar saat Menyusui tidak efektif
payudara klien
dipencet
bayinya dari
keranjang bayi ke
dekapan klien
setiap akan
menyusui
warna kulit
disekitar luka baik,
tidak ada sianosis,
tidak ada maserasi,
tidak ada cairan/
eksudat yang
keluar, tidak bau
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik : prosedur operasi
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri luka operasi
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan pengaruh anastesi spinal
4. Gangguan pola eliminasi : konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus
5. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan kurangnya pengetahuan teknik
menyusui
40
B. INTERVENSI KEPERAWATAN
4 Gangguan pola eliminasi : Setelah dilakukan 2 x 24 jam ungsi gastrointestinal Manajemen konstipasi
konstipasi b.d baik dengan kriteria 1. monitor tanda dan gejala konstipasi
berkurangnya peristaltik 2. monitor bising usus
usus No Krteria hasil A T H 3. berikan flet enema
1 Frekuensi BAB 1 4 4. berikan pendidikan kesehatan tentang konstipasi.
Ditandai dengan
2 Bising Usus 2 4
DS :
3 Kostipasi 2 4
-Klien mengatakan belum
BAB setelah 48 jam pasca
operasi
-Klien mengatakan takut
untuk mengedan
DO :
-Bising usus positif
-frekuensi bising usus 4
kali/menit
-penggunaan anastesi spinal
pada saat SC
-TD : 120/80
N : 80 X/M
RR : 24 x/m
T : 37 C
44
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. N NRM : 55,89.xx
Umur : 42 Tahun JK : Perempuan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. N NRM : 55,89.xx
Umur : 42 Tahun JK : Perempuan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. N NRM : 55.89.xx
Umur : 42 tahun JK : Perempuan.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. N NRM : 55.89.xx
Umur : 42 tahun JK : Perempuan.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. N NRM : 55.89.xx
Umur : 42 tahun JK : Perempuan.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. N NRM : 55.89.xx
Umur : 42 tahun JK : Perempuan.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. N NRM : 55.89.xx
Umur : 42 tahun JK : Perempuan.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Dalam BAB ini akan dibahas mengenai persamaan dan perbedaan
antara konsep dasar semua teori dengan asuhan keperawatan pada Ny. N
dengan postpartum seksio sesarea di ruang Kebidanan Siti Walidah Rumah
Sakit Muhammadyah Palembang.
Pengkajian adalah dasar utama atau langkah awal dari proses
keperawatan yang terdiri dari tiga tahap yaitu pengumpulan data,
pengorganisasian serta kemampuan menganalisa dan merumuskan diagnosa.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan format pengkajian
keperawatan maternitas yang telah ditetapkan. Pengumpulan data dilakukan
melalui wawancara dengan klien, observasi dan dari dokumentasi
keperawatan di ruang Siti Walidah.
Pengkajian yang penulis lakukan dalam asuhan keperawatan pada Ny.
N dengan postpartum seksio sesarea di ruang Siti Walidah Rumah Sakit
Muhammadyah Palembang pada hari Selasa, 08 Mei 2018 meliputi biodata,
riwayat kesehatan, kebutuhan dasar, pemeriksaan fisik dan data penunjang.
Data- data tersebut menjadi data pengkajian yang penulis lakukan pada studi
kasus pada Ny. N dengan postpartum seksio sesarea.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan data TTV, tekanan darah : 120/80
mmHg, Nadi : 80 x/m, RR : 24 x/m, Suhu : 37 C, Lila : 26 cm, Tinggi badan :
160 cm, BB saat hamil : 71 kg dan BB setelah melahirkan : 68 kg. Pada
bagian payudara tidak ada kelainan, bentuk payudara simetris, hanya saja
puting susu masuk kedalam atau tidak menonjol dan terdapat
hiperpigmentasi. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan TFU 2 jari diatas
umbilikus.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan
persalinan seksio sesarea yang sesuai dengan teori NANDA Internasional
(2015) adalah sebagai berikut :
41
C. Intervensi Keperawatan
Pada pengkajian dan menganalisa data maka penulis dapat
menegakkan diagnosa yang terdapat dalam teori dan juga terdapat dalam
kasus lainnya :
1. Nyeri akut b/d prosedur invasif
Pada saat pengkajian penulis menemukan data subjektif : klien
mengatakan nyeri pada daerah luka bekas operasi, nyeri yang dirasakan
seperti ditusuk- tusuk, nyeri datang hilang timbul, nyeri dirasakan teramat
sangat jika klien bergerak. Tanda- tanda vital : tekanan darah : 120/80
mmHg, HR : 80 x/m, RR : 24 x/m, dan skala nyeri : 6.
Dalam proses keperawatan ini penulis menerapkan tujuan setelah
tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri akibat luka bekas
operasi pasien menunjukkan perbaikan pada level nyeri dengan kriteria
hasil : mampu mengontrol rasa nyeri, menyatakan nyeri berkurang, tanda-
tanda vital dalam batas normal.
Intervensi diatas dapat dilakukan oleh penulis dalam memberikan
tindakan keperawatan pada Ny.N yaitu : monitor vital sign, melakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi. Penulis juga melakukan
observasi nonverbal dan ketidaknyamanan, mengajarkan tentang teknik
non farmakologi dengan terapi musik dan mengajarkan tentang perawatan
luka selama dirumah serta berkolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian terapi obat analgetik untuk mengurangi rasa nyeri.
42
2. Gangguan pola tidur b/d tidur tidak menyehatkan akibat rasa nyeri
Pada saat pengkajian penulis menemukan data subjektif klien
menyatakan tidak cukup tidur, tidak puas dengan lamanya tidur, biasanya
siang hari klien tidur 1-2 jam dan malam hari 6-7 jam( dari jam 21.00
sampai 04.00 wib). Sekarang klien mudah terbangun dimalam hari untuk
menyusui anaknya, dan kesulitan untuk tidur karena rasa nyeri luka bekas
operasi. Kalau di jumlahkan siang hari mampu bisa tidur 2 jam dan malam
hari 4 jam.hasil pengkajian : mata klien tampak sayu, klien tampak
mengantuk, beberapa kali klien tampak menguap, terdapat perubahan pola
tidur.
Dalam proses keperawatan penulis menerapkan tujuan setelah
tindakan keperawatan 3x24 jam pola tidur dalam batas normal dengan
kriteria jam tidur, kualitas tidur, pola tidur dan efesiensi tidur.
Intervensi yang dilakukan pada penelitian ini adalah Diskusikan
dengan klien dan keluarga teknik tidur, Ciptakan lingkungan yang
nyaman, Pertahankan fasilitas kebiasaan sebelum tidur, Berikan terapi
komplementer : teknik ddistraksi dengan mendengarkan murotal Al –
Qur’an.
2. Gangguan pola tidur b.d pola tidur tidak menyehatkan akibat rasa nyeri
Data pengkajian menunjukkan terdapat perubahan pola tidur klien
setelah melahirkan, klien harus terbangun malam untuk menyusui
bayinya, terkadang ditengah malam, jadwal minum obat yang juga perlu
diperhatikan menggangu jadwal tidur klien selain itu nyeri juga membuat
kenyamanan untuk jatuh tertidur tergangu. Apriansyah (2013) nyeri post
SC memiliki hubungan yang signifikan dengan kualitas tidur.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 5. Jakarta : EGC
Handayani, Sri (2015) Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Nyeri Post Operasi
Sectio Cesarea Di RSUD Dr Moewari Surakarta. (jurnal) STIKes Kusuma
Husada Surakarta : Prodi S1 Keperawatan
Oxorn, harry dan William R. forte. 2013. Ilmu kebidanan Patologi dan fisiologi
persalinan.Yogyakarta : YEM
48
Rohan, Hasdianah hasan, dan Sandu sitoyo. 2013. Buku Ajar Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika