Professional Documents
Culture Documents
KEYNOTES:
Pendahuluan
Sejak diperkenalkannya CT scan yang pertama pada tahun 1975, alat-alat diagnostik dari
spesialis radiologi neuroimaging berkembang secara konsisten. Walaupun prosedur
diagnostik hanya menyebabkan rasa sakit yang minimal, spesialis anestesi akan ikut serta
dalam penanganan pasien tersebut dengan alasan antara lain pemberian sedasi yang sulit
untuk pasien usia lanjut, klaustrofobia (penyakit rasa takut pada ruangan sempit dan
tertutup), penyakit neurologis dan sistemik yang berat, serta ketidak mampuan pasien untuk
tidak bergerak selama prosedur diagnostik.
Banyak Bagian Radiologi yang mengambil panduan pemberian sedasi dari AAPCD
(American Academy of Pediatrics Committee on Drugs) seperti yang terlihat pada tabel 1.
Seleksi pasien, puasa prabedah, alat-alat, monitoring, dan kriteria pemulangan pasien
sudah dimasukkan pada panduan ini dan seleksi kriteria yang ketat mengurangi efek
samping yang terjadi akibat pemberian sedatif. Akan tetapi, sekitar 10-15% pemberian
sedasi gagal dan screening sebelum prosedur sering mendapatkan pasien kesulitan
membebaskan jalan nafas atau dalam keadaan sakit berat yang mana dianjurkan
keterlibatan spesialis anestesi.
Persiapan Pasien
Berlawanan dengan bedah rawat jalan yang pada umumnya dalam keadaan sehat,
kebanyakan pasien saraf atau bedah saraf yang dijadwalkan untuk dilakukan tindakan
diluar kamar bedah, dalam keadaan sakit akut atau kronis, terganggu fungsi neurologis
dan nutrisi, mempunyai riwayat telah dilakaukan beberapa tindakan sebelumnya dan
mendapatkan terapi obat-obatan termasuk kemoterapi.
Sering pasien dalam keadaan infeksi traktus respiratorius bagian atas, atau adanya efek
samping pengobatan seperti mual, muntah dan diare, akan tetapi pasien tidak dapat
menunggu untuk perbaikan kondisinya. Harus diingat kemungkinan adanya hipoglikemi
dan hipovolemi pada pasien dewasa dengan bedrest atau anak dengan sakit kronis.
Kemoterapi yang baru dilaksanakan dapat mempengaruhi penggunaan volatil anestetika
potent.
Kebanyakan pasien dengan gangguan neurologis tidak mampu untuk menjawab
pertanyaan saat anamnesa. Informasi pasien harus dicari dari semua sumber yang ada
misalnya status lama, catatan perawatan pasien dirumah, keluarga) dan memeriksa
adanya tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial. GCS harus dicatat sebagai data
dasar. Pasien gangguan neurologis dapat terjadi aritmia, respons ventilasi terhadap obat
anestesi abnormal, perubahan reaksi terhadap obat anestesi seperti succinylcholin dan
pelumpuh otot non depolarisasi. Mereka juga sering mendapat terapi kortikosteroid untuk
terapi kenaikkan ICP dan mesti dberikan kortikosteroid sebelum, selama dan setelah
tindakan.
Mielografi
Mielografi dilakukan untuk melihat isi sakus thecalis dan setiap penekanan intrinsik atau
ekstrinsik. Kontras media yang dimasukkan langsung ke ruangan subarakhnoid, akan
membypass blood-brain barier. Obat kontras mielografi terbaru bersifat osmolaritas
rendah, nonionik, dan tercampur baik dengan cairan serebrospinal. Komplikasi utama
dari mielografi adalah sakit kepala, komplikasi akibat kontras, suntikan subdural atau
epidural, hematom kanalis spinalis, meningitis, kejang, dan berbagai bentuk defisit
neurologis.
Pertimbangan anestesi adalah posisi pasien terutama infant dan anak karena meja
mielogram berputar untuk mendapatkan aliran kontras yang baik.
Referensi:
1. Hurford WE et al. Clincal Anesthsia Procedure of the Massachusetts General
Hospital. 6th ed, Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins 2002.
2. Stone DJ, Sperry RJ, Johnson JO, Spiekermann BF, Yemen TA. The
Neuroanesthesia Handbook. St Louis : Mosby 1996, 297-329.
3. Matta BF, Menon DK, Turner JM. Textbook of Neuroanesthesia and Critical care.
London :Greenwich Medical Media 2000,413-25.
4. Newfield P, Cottrell JE., eds. Handbook of Neuroanesthesia, 3rd ed,
Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins ; 1999:310-25.