Professional Documents
Culture Documents
ISSN : 0852-3681
E-ISSN : 2443-0765
©Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/
Kualitas semen segar dan recovery rate sapi bali pada musim yang
berbeda
Email : iamsitiaisah@gmail.com
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.06 63
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (1):63 – 79
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.06 64
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (1):63 – 79
Gambar 1. Rata-rata volume semen sapi Bali setiap bulan pada musim hujan dan kemarau
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.06 65
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (1):63 – 79
Rata-rata volume semen sapi Bali menyatakan bahwa perbedaan musim dan
pada bulan penampungan November, lamanya penyinaran dapat menghambat
Desember, Januari, Februari dan Maret produksi FSH yang dapat menghambat
secara berturut-turut adalah 5,09±1,28 ml, proses spermatogenesis didalam testis.
5,18±1,09 ml, 4,54±1,21 ml, 5,15±1,95 ml, Berdasarkan grafik rata-rata
dan 5,27±1,11 ml. Volume tersebut volume semen sapi Bali yang ditampung
termasuk normal, karena menurut Garner pada musim kemarau yaitu pada bulan
dan Hafez (2008) volume semen sapi hasil Mei-September dapat dilihat bahwa rata-
penampungan berkisar antara 5-8 ml. rata volume semen sapi Bali pada musim
kemarau lebih tinggi dibandingkan pada
Gambar 1 dapat dilihat bahwa rata- musim hujan. Koivisto et al. (2009)
rata volume semen yang dihasilkan selama meyatakan bahwa musim dapat
bulan November-Maret paling rendah berpengaruh terhadap kualitas semen lebih
terjadi pada bulan Januari. Rendahnya dari 2%. Kualitas semen pada periode
volume semen yang dihasilkan disebabkan yang berbeda dalam satu tahun juga
oleh curah hujan yang sangat tinggi selama tergantung dari jenis sapi jantan. Rata-rata
bulan Januari, sehingga intensitas cahaya volume semen paling besar terdapat pada
rendah dan menghambat produksi hormon bulan Juli 2016 yaitu 6,05±1,50 ml dan
FSH. Hormon FSH yang dihasilkan oleh terendah pada bulan Januari 2016 yaitu
kelenjar hipofisa anterior akan 4,54±1,21 ml. Hal ini sesuai dengan
memberikan pengaruh terhadap sel-sel penelitian Pileckas et al. (2013) bahwa
sertoli yang terletak di dalam tubulus rata – rata volume semen yang ditampung
siminiferus. Pengaruh tersebut akan pada bulan Juli berbeda dengan volume
membantu untuk pemberian nutrien bagi yang ditampung pada bulan Januari.
sperma yang sedang berkembang dan Penampungan semen pada bulan Januari
mendukung spermatogenesis dalam memiliki volume terendah.
penyediaan bahan makanan bagi sperma,
serta melepaskan sel sperma yang telah Warna semen segar Sapi Bali pada
matur di akhir proses spermatogenesis. Hal musim yang berbeda
Hasil pemeriksaan warna semen
ini sesuai dengan pendapat Khairi, dkk
segar sapi Bali dikategorikan dalam empat
(2014) menyatakan bahwa semakin tinggi
warna yaitu ps (putih susu), pb (putih
curah hujan maka volume semen
bening), pk (putih kekuningan) dan b
yangdihasilkan semakin rendah, begitu
(bening). Persentase warna semen segar
juga sebaliknya semakin rendah curah
pada sapi Bali ditiap bulan selama musim
hujan volume semen yang dihasilkan
hujan terdapat pada Gambar 2.
semakin tinggi. Hal ini didukung dengan
pendapat Garner dan Hafez (2000) yang
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.06 66
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (1):63 – 79
Gambar 2. Rata-rata warna semen sapi Bali setiap bulan pada musim hujan dan kemarau
Hasil dari pemeriksaan warna kemarau didominasi oleh warna putih susu,
semen segar sapi Bali menunjukkan bahwa namun persentasenya lebih rendah
persentase warna semen yang tertinggi dari dibandingkan dengan musim hujan. Warna
masing-masing bulan penampungan lain yang turut mendominasi adalah warna
selama musim hujan terdapat pada warna semen putih bening yang menempati
putih susu, hasil ini menandakan bahwa urutan kedua pada setiap bulan
warna semen sapi Bali diatas dikatakan penampungan. Hal tersebut diduga karena
normal, keadaann ini sesuai dengan banyanya seminal plasma pada semen
pendapat Toelihere (1985) yang yang diejakulasikan pada bulan Juni.
menyatakan bahwa warna semen sapi Warna bening ini ternyata tidak berkaitan
normal adalah putih susu dan 10% saja dengan rendahnya konsentrasi semen
yang berwarna krem. Nursyam (2007) dan karena konsentrasi semen pada musim
Feradis (2010) menambahkan bahwa kemarau juga tergolong tinggi. Hal ini
semen sapi normal berwarna putih susu sesuai dengan hasil penelitian menunjukan
atau krem dan keruh. Derajat lebih dari 10% sapi-sapi jantan
kekeruhannya tergantung pada konsentrasi menghasilkan semen normal berwarna
spermatozoa. Warna semen juga berkaitan putih bening. Warna ini diduga disebabkan
dengan konsentrasinya, dari grafik diatas oleh banyaknya seminal plasma sehingga
menunjukkan bahwa warna putih susu semen lebih terlihat bening (Khairi, 2016).
mendominasi disetiap bulan penampungan. Hasil analisis deskriptif
Hal tersebut dimbangi dengan konsentrasi menunjukkan bahwa warna semen dengan
semen pada musim hujan yang tinggi pula. kategori putih kuning hanya mencapai
Suyadi dkk. (2012) menjelaskan bahwa nilai 2%. Hal tersebut sesuai dengan
warna, konsistensi dan konsentrasi pernyataan bahwa kurang dari 10% sapi
spermatozoa saling berkaitan satu dengan Bali menghasilkan semen yang berwarna
yang lain, artinya jika semen semakin putih kekuningan. Warna ini
encer maka konsentrasi spermatozoa didugadisebabkan oleh pigmen riboflavin
semakin rendah dan warnanya semakin yang dibawa oleh gen autosomonal resesif
pucat.Hasil pemeriksaan warna semen dan tidak berpengaruh terhadap fertilitas
segar sapi Bali ditiap bulan pada musim (Toelihere, 1985).
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.06 67
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (1):63 – 79
pH semen segar Sapi Bali pada musim basa.Grafik hasil rata-rata pH semen sapi
yang berbeda Bali pada tiap bulan dan musim hujan di
pH merupakan derajat keasaman BBIB Singosari ditampilkan pada Gambar
pada semen yang menujukan bahwa semen 3.
tersebut memiliki pH asam atau
Gambar 3. Rata-rata pH semen sapi Bali setiap bulan pada musim hujan dan kemarau
Rata-rata pH semen sapi Bali pada yang berada pada angka 6,5. Derajat
bulan penampungan November, Desember, keasaman memegang peranan yang
Januari, Februari dan Maret secara penting karena mempengaruhi viabilitas
berturut-turut adalah 6,5±0,04, 6,5±0.05, spermatozoa. Holm dan Wishart (1998)
6,5±0,08, 6,0±1,73 dan 6,5±0.05. pH menyatakan bahwa, penurunan pH
tersebut termasuk normal, karena kisaran spermatozoa akan mempengaruhi
pH spermatozoa sapi adalah 6,4-7,8 pengaturan fungsi spermatozoa seperti
(Garner dan Hafez, 2008). Rata-rata pH reaksi akrosom dan motilitas.
terendah terjadi pada bulan Februari yaitu Variasi nilai pH ini dapat
6,0 dibandingkan rata-rata pH pada bulan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
November, Desember, Januari dan Maret diantaranya adalah adanya aktivitas
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.06 68
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (1):63 – 79
spermatozoa dalam menguraikan fruktosa dan masih layak untuk diproses menjadi
sehingga pH menjadi turun, kontaminasi semen beku. Karena syarat semen dapat
dengan mikroorganisme sehingga pH naik, diproses lebih lanjut yaitu memiliki derajat
dan perbedaan cara mengoleksi semen keasaman semen antara 6,28-7,00. pH
(Sundari, dkk 2013). Tinggi rendahnya sangat mempengaruhi daya tahan
nilai pH semen yang dihasilkan juga spermatozoa karena sangat berkaitan
berkaitan dengan konsentrasi spermatozoa. dengan metabolisme (penggunaan energi)
Hal tersebut didukung oleh Bearden dan spermatozoa.
Fuquay (1984) menyatakan bahwa
konsentrasi spermatozoa yang tinggi Motilitas individu spermatozoa Sapi
menyebabkan semen lebih asam daripada Bali pada musim yang berbeda
semen dengan konsentrasi spermatozoa Motilitas spermatozoa adalah
yang rendah. jumlah pergerakan spermatozoa hidup dan
Berdasarkan grafik rata-rata pH bergerak maju/progresif yang nilainya
semen sapi Bali pada musim kemarau berkisar antara 0-100% (SNI 01-4869.1-
sama dengan rata-rata pH pada 2005). Motilitas spermatozoa atau daya
musimhujan yaitu 6,5. Penelitian Bhakat et gerak spermatozoa merupakan salah satu
al. (2014) menjelaskan bahwa tidak ada penentu keberhasilan spermatozoa untuk
pengaruh antara perbedaan musim dan pH
dapat mencapai ovum pada saluran tuba
semen. Rata-rata semen pada bulan
Fallopi dan cara yang paling sederhana
penampungan Mei-September tidak
dalam penilaian sperma untuk inseminasi
menunjukkan perbedaan yaitu sama pada
angka 6,5±0.06, 6,5±0.04, 6,5±0.07, buatan (Garner dan Hafez, 2000). Grafik
6,5±0,04 dan 6,5±0,04. Menurut hasil rata-rata persentase motilitas individu
Wahyuningsih, dkk. (2013) menjelaskan semen sapi Bali setiap bulan pada musim
bahwa pH semen bisa dikatakan normal hujan di BBIB Singosari ditampilkan pada
Gambar 4.
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.06 69
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (1):63 – 79
Gambar 4. Rata-rata motilitas individu semen sapi Bali setiap bulan pada musim hujan dan
kemarau
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.06 70
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (1):63 – 79
rendah, begitu juga sebaliknya semakin menyatakan bahwa sapi lokal mempunyai
rendah curah hujan motilitas spermatozoa daya adaptasi yang tinggi, sehingga sapi
yang dihasilkan semakin tinggi. Rata-rata bangsa Brahman, Madura dan Bali
persentase motilitas individu semen sapi mempunyai persentase motilitas yang
Bali yang diperoleh selama penampungan tinggi.
pada bulan Mei, Juni, Juli, Agustus dan
September secara berturut-turutadalah Konsentrasi semen segar Sapi Bali
64,40±0,07%,60,43±0,13%, 64,96±0,09%, pada musim yang berbeda
63,68±0,10% dan 66,98±0,05%. Rata-rata Konsentrasi semen yaitu jumlah
tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan spermatozoa yang terkandung dalam satu
sapi bangsa lain dari hasil penelitian ml ejakulasi. Penilaian konsentrasi sangat
Khairi (2016) yang menyatakan rata-rata penting karena digunakan untuk
motilitas individu sapi Simental yaitu menentukan jumlah pengenceran semen.
19,58%, 48,06% dan 38, 75%. Perbedaan Grafik hasil rata-rata konsentrasi semen
persentase motilitas individu semen segar sapi Bali setiap bulan pada musim hujan di
antar bangsa ini bisa disebabkan pengaruh BBIB Singosari ditampilkan pada Gambar
iklim, cuaca dan suhu pada saat 5.
penampungan. Sarastina (2006)
Gambar 5. Rata-rata konsentrasi semen sapi Bali setiap bulan pada musim hujan dan
kemarau
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.06 71
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (1):63 – 79
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.06 72
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (1):63 – 79
Gambar 6. Jumlah produksi semen beku sapi Bali setiap bulan pada musim hujan dan
kemarau
rendahnya libido yang dialami sapi Bali di
Rata-rata produksi semen beku sapi BBIB Singosari dan berakibat pada
Bali pada bulan penampungan November, rendahnya kualitas dan kuantitas semen
Desember, Januari, Februari dan Maret hasil ejakulasi sehingga banyak semen
secara berturut-turut adalah 8.710±382,51, segar yang diafkir.
15.546±666,34, 13.598±620,34, Pemakaian pejantan dalam satu
4.536±67,29 dan 12.881±519,18. Dilihat satuan waktu perlu dibatasi mengingat
dari grafik produksi semen beku sapi Bali hasil-hasil pengamatan bahwa frekuensi
di BBIB Singosari mengalami fluktuasi ejakulasi yang terlampau sering dalam
disetiap bulan penampungan, produksi satuan waktu yang relatif pendek
semen beku paling tinggi terdapat pada cenderung untuk menurunkan libido,
bulan Desember sedang kan produksi volume semen dan jumlah spermatozoa
semen beku terendah terdapat pada bulan per-ejakulasi. Kualitas dan kuantitas
Februari. Hal ini berkaitan dengan volume semen di pengaruhi oleh libido. Faktor
dan konsentrasi semen hasil penampungan yang mempengaruhi libido dapat berasal
semakin tinggi volume dan konsentrasi dari luar atau dari dalam tubuh ternak.
yang dihasilkan maka produksi semen Faktor dari dalam termasuk faktor
beku akan semakin tinggi pula. Selain itu fisiologis terutama adalah fisik yang
rendahnya produksi semen pada bulan mempengaruhi kopulasi normal.
Februari juga dipengaruhi oleh faktor Sedangkan yang menjadi faktor lain adalah
penampungan yang hanya dilakukan 2 kali penyakit dan benih penyakit,
dalam satu bulan, hal ini dikarenakan pengangkutan dalam perjalanan, umur,
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.06 73
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (1):63 – 79
herediter dan lingkungan dan gerak badan semakin tinggi volume dan konsentrasi
(Yendraliza, 2008). maka semakin tinggi pula produksi semen
Berdasarkan grafik rata-rata beku yang dihasilkan.
produksi semen beku sapi Bali pada
musim kemarau memberikan hasil yang Post Thawing Motility semen beku Sapi
lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata Bali pada musim yang berbeda
produksi semen beku pada musim hujan. Evaluasi atau pemeriksaan semen
Hal ini erat kaitannya dengan kualitas dan setelah proses pembekuan merupakan
kuantitas semen segar yang dihasilkan suatu tindakan yang perlu dilakukan untuk
pada musim kemarau menunjukkan hasil mengetahui kualitas dan kuantitas semen
apakah layak atau tidak untuk
lebih baik dibandingkan musim hujan
didistribusikan. Pemeriksaan yang biasa
dilihat dari segi volume, konsentrasi dan
dilakukan adalah pengujian motilitas
motilitas individu. Volume dan
individu setelah dibekukan atau PTM.
konsentrasi yang tinggi akan menentukan Grafik hasil rata-rata PTM semen beku
jumlah pengencer yang diberikan. sapi Bali pada tiap bulan dan musim hujan
Hubungan antara volume dan konsentrasi di BBIB Singosari ditampilkan pada
semen dengan produksi semen beku Gambar 7.
adalah berkorelasi positif sehingga
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.06 74
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (1):63 – 79
Gambar 7. Rata-rata post thawing motility semen sapi Bali setiap bulan pada musim hujan
dankemarau
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.06 75
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (1):63 – 79
Gambar 8. Rata-rata recovery rate semen sapi Bali setiap bulan pada musim hujan dan
kemarau
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.06 76
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (1):63 – 79
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.06 77
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (1):63 – 79
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.06 78
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (1):63 – 79
DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.06 79