You are on page 1of 21

MAKALAH

GMSK STOP AMPUTASI


DENGAN CARRA EDUKASI PERAATAN KAKI PADA PASIEN DIABET

Oleh:

ABDULAZIZ
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sembahkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan nikmat dan rahmatNya kepada kita semua
sehingga penulis dapat juga menyelesaikan makalah ini yang berjudul gerakan masyarakat selamatkan kaki dengan cara edukasi
peraatan kaki pada pasien diabetes.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis mengambil dari berbagai bahan bacaan.

Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.


Terima kasih.

Pandeglang, Agustus 2018

Abdul Aziz
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………....

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………..

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………….

1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………………...

1.4 Kegunaan Penulisan ……………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………….

2.1 Patofisiologo Kaki Diabetes ………………………………………

2.2 Klasifikasi Kaki Diabetes ………………………………………….

2.3 Pengelolaan Kaki Diabetes …………………………………………

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………….

3.2 Saran ………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………


PENDAHULUAN

Di negara maju kaki diabetes juga masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang yang aktif mengelola sejak pencegahan
primer, nasib penyandang kaki diabetes menjadi lebih cerah. Sedangkan di Indonesia kaki diabetes masih merupakan masalah yang
rumit dan belum terkelola dengan maksimal disamping ketidaktahuan masyarakat mengenai kaki diabetes dan permasalahan biaya
yang besar yang tidak terjangkau oleh masyarakat pada umumnya. Data dari RSUPN dr Ciptomangukusumo, masalah kaki diabetes
masih merupakan masalah besar. Sebagian besar perawatan penyandang diabetes mellitus (DM) selalu menyangkut kaki diabetes.
Angka kematian dan angka amputasi masih tinggi, masing-masing sebesar 16 % dan 25 % ( data RSUPNCM tahun 2003 ).

Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik DM yang paling ditakuti. Hasil pengelolaan kaki diabetes sering
mengecewakan baik bagi dokter, perawat, pengelola maupun penyandang DM dan keluarganya. Sering kaki diabetes berakhir dengan
kecatatan dan kematian. Sampai saat ini nasib para penyandang pasca amputasipun masih sangat buruk. Sebanyak 14,3 % akan
meninggal dalam setahun pasca amputasi dan sebanyak 37 % akan meninggal 3 tahun pasca amputasi. Oleh karena itu penulis tertarik
memilih makalah dengan judul gerakan masyarakat selamatkan kaki dengan cara edukasi peraatan kaki pada pasien diabet.

PEMBAHASAN

Pengelolaan kaki diabetes dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu pencegahan terjadinya kaki diabetes dan terjadinya ulkus
(pencegahan primer sebelum terjadi perlukaan kulit) dan pencegahan agar tidak terjadi kecacatan yang lebih parah (pencegahan
sekunder dan pengelolaan ulkus / gangren diabetik yang sudah terjadi).

PENCEGAHANPRIMER

Kiat – kiat pencegahan terjadinya kaki diabetes dengan pemberian edukasi perawatan kaki mandiri bagi diabetisi. Anjuran ini berlaku
untuk semua pihak terkait pengelolaan DM, baik ners, ahli gizi, ahli perawatan
kaki, maupun dokter sebagai dirigen pengelolaan. Khusus untuk dokter, sempatkan selalu melihat dan memeriksa
kaki penyandang DM sambil mengingatkan kembali mengenai pencegahan dan cara perawatan kaki yang baik.
Berbagai kejadian atau tindakan kecil yang tampak sepele dapat mengakibatkan kejadian yang mungkin fatal.
Demikian pula pemeriksaan yang tampaknya sepele dapat memberikan manfaat yang sangat besar. Periksalah
selalu kaki pasien setelah mereka melepaskan sepatu dan kausnya.

Keadaan kaki penyandang diabetes digolongkan berdasar resiko terjadinya dan resiko besarnya masalah yang
mungkin timbul. Penggolongan kaki diabetes berdasar resiko terjadi masalah (fryberg): 1). Sensasi normal tanpa
deformitas, 2). Sensasi normal dengan deformitas atau tekanan plantar tinggi 3). Insensitivitas tanpa deformitas 4).
Iskemia tanpa deformitas 5). Kombinasi / complicated (a) kombinasi insensitivitas, iskemia dan deformitas (b)
riwayat adanya tukak,deformitas charcot.

Pengelolaan kaki diabetes terutama ditujukan untuk pencegahan terjadinya tukak, disesuaikan dengan keadaan
resiko kaki. Berbagai usaha pencegahan dilakukan sesuai dengan tingkat besarnya resiko tersebut. Peran ahli
rehabilitasi medis terutama dari segi ortotik sangat besar pada usaha pencegahan terjadinya ulkus. Dengan
memberikan alas kaki yang baik, berbagai hal terkait terjadinya ulkus karena faktor mekanik akan dapat dicegah.

Penyuluhan diperlukan untuk semua kategori resiko tersebut : untuk kaki yang kurang merasa / insensitif (kategori
3 dan 5) , alas kaki perlu diperhatikan benar, untuk melindungi kaki yang insensitif tesebut.
Kalau sudah deformatis (kategori 2 dan 5), perlu diperhatikan khusus mengenai sepatu / alas kakiyang dipakai,
untuk meratakan penyebaran tekanan kaki.

Untuk kasus dengan kategori resiko 4 (permasalahan vaskular), latihan kaki perlu diperhatikan benar untuk
memperbaiki vaskularisasi kaki.

Untuk ulkus yang complicated, tentu saja semua usaha dan dana seyogyanya perlu dikerahkan untuk mencoba
menyelamatkan kaki dan usaha ini masuk ke usaha pencegahan sekunder yang akan dibahas lebih lanjut dibawah
ini.

PENCEGAHANSEKUNDER

Pengelolaan Holistik Ulkus atau Gangren Diabetik

Dalam pengelolaan kaki diabetes, kerja sama multi-displiner sangat diperlukan. Berbagai hal yang harus ditangani
dengan baik agar diperoleh hasil pengelolaan yang maksimal dapat digolongkan sebagai berikut, dan semuanya
harus dikelola bersama :

Mechanical control – pressure control

Wound control

Microbiological control – infection control

Vascular control

Metabolic control

Educational control

Untuk pengelolaan ulkus / gangrene diabetik yang optimal, berbagai hal dibawah ini merupakan penjabaran lebih
rinci dari keenam aspek tersebut pada tingkat pencegahan sekunder dan tersier, yaitu pengelolaan optimal ulkus /
gangren diabetic.
Kontrol metabolik, keadaan umum pasien harus diperhatikan dan diperbaikik. Konsentrasi glukosa darah
diusahakan agar selalu senormal mungkin, untuk memperbaiki berbagai faktor terkait hiperglikemia yang dapat
menghambat penyembuhan luka. Umumnya diperlukan insuilin untuk menormalisasi konsentrasi glukosa darah.
Status nutrisi harus diperhatikan dan diperbaiki. Nutrisi yang baik jelas membantu kesembuhan luka. Berbagai hal
lain harus juga diperhatikan dan diperbaiki, seperti konsentrasi albumin serum, konsentrasi Hb dan derajat
oksigenisasi jaringan. Demikian juga fungsi ginjalnya. Semua faktor tersebut tentu akan dapat menghambat
kesembuhan luka sekiranya tidak diperhatikan dan tidak diperbaiki.

Kontrol vascular, keadaan vascular yang buruk tentu akan menghambat kesembuhan luka. Berbagai langkah
diagnostik dan terapi dapat dikerjakan sesuai keadaan pasien dan juga sesuai keadaan pasien. Umumnya kelainan
pembuluh darah perifer dapat dikenali melalui berbagai cara sederhana seperti : warna dan suhu kulit, perabaan
arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior serta tambah pengukuran tekanan darah disamping itu saat ini juga
tersedia berbagai fasilitas mutakhir untuk mengevaluasi keadaan pembuluh darah dengan cara non – inovasif
maupun invasive dan semiinvasif, seperti pemeriksaan ankle brachial index, ankle pressure, toe pressure, TcPO2,
dan pemeriksaan ekhodopler dan kemudian pemeriksaan arteriografi.

Setelah dilakukan diagnosis keadaan vaskularnya, dapat dilakukan pengelolaan untuk kelainan pembuluh dara
perifer dari sudut vaskular, yaitu berupa :

Modifikasi Faktor Resiko

Stop merokok

Memperbaiki berbagai faktor resiko terkait aterosklerosis


Hiperglikemia

Hipertensi

Dislipidemia

Terapi Farmakologis

Kalau mengacau pada berbagai penelitian yang sudah dikerjakan pada kelainan akibat aterosklerosis di tempat lain
(jantung, otak), mungkin obat seperti aspirin dan lain sebagainya yang jelas dikatakan bermanfaat, akan bermanfaat
pula untuk pembuluh darah kaki penyandang DM. Tetapi sampai saat ini belum ada bukti yang cukup kuat untuk
menganjurkan pemakaian obat secara rutin guna memperbaiki potensi pada penyakit pembuluh darah kaki
penyandang DM.

Revaskularisasi

Jika kemungkinan kesembuhan luka rendah atau jika kalau ada klaudikasio intermiten yang hebat, tindakan
revaskularisasi diperlukan pemeriksaan arteriografi untuk mendapatkan gambaran pembuluh darah yang lebih jelas,
sehingga dokter ahli bedah vaskular dapat lebih mudah melakukan rencana tindakan dan mengejarkannya.

Untuk oklusi yang panjang dianjurkan operasi bedah pintas terbuka. Untuk oklusi prosedur endosvascular-PTCA.
Pada keadaan sumbatan akut dapat pula dilakukan trombo-arterektomi.

Dengan berbagai teknik bedah tersebut,vaskularisasi daerah distal dapat diperbaiki, sehingga hasil pengelolaan
ulkus diharapkan lebih baik. Paling tidak faktor vaskular sudah lebih memadai, sehingga kesembuhan luka tinggal
bergantung pada berbagai faktor lain yang juga masih banyak jumlahnya.
Terapi hiperbarik dilaporkan juga bermanfaat untuk memperbaiki vaskularisasi dan oksigenisasi jaringan luka pada
kaki diabetes sebagai terapi ajuvan. Walaupun demikian masih banyak kendala untuk menerapkan terapi hiperbarik
secara rutin pada pengelolaan umum kaki diabetes.

Wound control, perawatan luka sejak pertama kali pasien datang merupakan hal yang harus dikerjakan dengan
baik dan teliti. Evaluasi luka harus dikerjakan secermat mungkin. Klasifikasi ulkus PEDIS dilakukan setelah
debridemen yang adekuat. Saat ini terdapat banyak sekali macam dressing (pembalut) yang masing – masing tentu
dapat dimanfaatkan dengan keadaan luka, dan juga letak luka tersebut. Dressing yang mengandung komponen zat
penyerap seperti carbonated dressing akan bermanfaat pada keadaan luka yang masih produktif. Demikian pula
hydrophilic fiber dressing atau silver impregnated dressing akan dapat bermanfaat untuk luka produktif dan
terinfeksi. Tetapi jangan lupa bahwa tindakan bahwa tindakan debridemen yang adekuat merupakan syarat mutlak
yang harus dikerjakan dahulu sebelum menilai dan mengklasifikasikan luka. Debridement yang baik dan adekuat
tentu akan sangat membantu mengurangi jaringan netrotik yang harus dikeluarkan tubuh, dengan demikian tentu
sangat mengurangi produksi pus / cairan dari ulkus / gangren.

Berbagai terapi topikal dapat dimanfaatkan untuk mengurangi mikroba pada luka, seperti cairan salin sebagai
pembersih luka, atau yodine encer, senyawa silver sebagai bagian dari dressing, dll. Demikian pula berbagai cara
debridemen non surgical dapat dimanfaatkan untuk mempercepat pembersihan jaringan nektotik luka, seperti
preparat enzim.

Jika luka sudah lebih baik dan tidak terinfeksi lagi, dressing seperti hydrocolloid dressing yang dapat dipertahakan
beberapa hari dapat digunakan. Tentu saja untuk kesembuhan
luka kronik seperti pada luka kaki diabetes, suasana sekitar luka yang kondusif untuk penyembuhan harus
dipertahankan. Yakinlah bahwa luka selalu dalam keadaan optimal, dengan demikian penyembuhan luka akan
terjadi sesuai dengan tahapan yang harus selalu dilewati dalam rangka proses penyembuhan.

Selama proses inflamasi masih ada, proses penyembuhan luka tidak akan beranjak pada proses selanjutnya yaitu
proses granulasi dan kemudian epiteliasasi.

Untuk menjaga suasana kondusif bagi kesembuhan luka dapat pula dipakai kasa yang dibasahi dengan salin. Cara
tersebut saat ini dipakai di banyak sekali tempat perawatan kaki diabetes.

Berbagai sarana dan penemuan baru dapat dimanfaatkan untuk wound control seperti: dermagraft, apligraft, growth
factor, protease inhibitor dsb, untuk mempercepat kesembuhan luka. Bahkan ada dilaporkan terapi gen untuk
mendapatkan bakteri E coli dapat menghasilkan berbagai faktor pertumbuhan. Ada pula dilaporkan pemakaian
manggot (belatung) lalat (lalat hijau) untuk membantu membersihkan luka. Berbagai laporan tersebut umumnya
belum berdasar penelitian besar dan belum cukup terbukti secara luas untuk dapat diterapkan dalam pengelolaan
yang rutin kaki diabetes.

Microbiological control. Data mengenai pola kuman perlu diperbaiki secara berkala untuk setiap daerah yang
berbeda. DiRS. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, umumnya didapatkan pola kuman yang polimikrobial, campuran
gram positif dan gram negatif serta kuman anaerob untuk lini pertama pemberian antibiotik harus diberikan
antibiotik dengan spectrum luas. Mencakup kuman gram positif dan negatif seperti misalnya golongan sefalosporin,
dikombinasikan dengan obat yang bermanfaat terhadap kuman anaerob (seperti misalnya metronidazol).
Pressure control. Jika tetap dipakai untuk berjalan (berarti kaki dipakai untuk menahan berat badan – weight
bearing), luka yang selalu mendapat tekanan tidak akan sempat menyembuh, apalagi kalau luka tersebut terletak
dibagian plantar seperti luka pada kaki charcot. Peran jajaran rehabilitasi medis pada usaha pressure control ini juga
mencolok ini juga sangat mencolok.

Berbagai cara untuk mencapai keadaan non weight bearing dapat dilakukan antara lain dengan:

Removable cast walker

Total contact casting

Temporary shoes

Felt padding

Crutches

Wheelchair

Electric carts

Craddled insoles

Berbagai cara angrene dapat dipakai untuk mengurangi tekanan pada luka seperti: 1). Dekompresi ulkus/ abses
dengan insisi abses, 2). Prosedur koreksi bedah seperti operasi operasi untuk hammer toe, metatarsal head
resection, achiles tendon lengthening, partial calcanectomy.

Education control. Edukasi sangat penting untuk semua tahap pengelolaan kaki diabetes. Dengan penyuluhan yang
baik penyandang DM dan Ulkus / angrene angrene maupun keluarganya diharapkan akan dapat membantu dan
mendukung berbagai tindakan yang diperlukan untuk kesembuhan luka yang optimal.
Rehabilitasi merupakan program yang sangat penting yang harus dilaksanakan untuk pengelolaan kaki diabetes.
Bahkan sejak pencegahan terjadinya ulkus angrene dan kemudian segera setelah perawatan, keterlibatan ahli
rehabilitasi medis sangat diperlukan untuk mengurangi kecacatan yang mungkin timbul pasien. Keterlibatan ahli
rehabilitasi medis berlanjut sampai sesudah amputasi, untuk memberikan bantuan bagi para amputee menghindari
terjadinya ulkus baru. Pemakaian alas kaki/ sepatu khusus untuk mengurangi tekanan plantar akan sangat
membantu mencegah terjadinya ulkus baru. Ulkus yang terjadi berikut memberikan prognosis yang jauh lebih
buruk daripada ulkus yang pertama.

2.4 Manajemen Perawatan Kaki

Dengan perawatan kaki yang tepat dan perubahan posisi yang sering pasien dapat menjaga kesehatan kulit dengan
mencegah penekanan di satu titik. Disamping itu, perawatan juga harus dilakukan dengan program latihan. Pasien dengan
neuropati disarankan untuk memilih program pelatihan yang sesuai seperti senam aerobic, berenang, bersepeda atau menari
(yoga). Berikut ini adalah program perawatan kaki yang harus dilakukan klien dengan diabetes melitus:

1. Pemeriksaan dan perawatan kaki diabetes secara mandiri

Pemeriksaan dan perawatan kaki diabetes merupakan semua aktivitas khusus (senam kaki, memeriksa dan
merawat kaki) yang dilakukan oleh para diabetesi atau individu yang beresiko sebagai upaya dalam mencegah
timbulnya ulkus diabetikum. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan secara rutin dan minimal sekali sehari.
1.1) Cara melakukan pemeriksaan kaki diabetes (inspeksi)

o Menggunakan cermin untuk memeriksa seluruh bagian kaki yang sulit dijangkau terutama telapak kaki dari luka
atau kelainan yang lain (gambar 2.2)
o Menggunakan kaca pembesar (lop) untuk mengetahui hasil yang lebih baik

o Jika penglihatan klien berkurang,maka klien dapat meminta bantuan anggota keluarga atau orang lain untuk
memeriksanya.
1.2) Area pemeriksaan kaki

Kuku jari: periksa adanya kuku tumbuh di bawah kulit (ingrown nail), robekan atau retakan pada kuku.
Kulit: periksa kulit di sela-sela jari (dari ujung hingga pangkal jari), apakah ada kulit retak, melepuh,luka, atau
perdarahan.

Telapak kaki: Periksa kemungkinan adanya luka pada telapak kaki, apakah terdapat kalus (kapalan), palantar
warts,atau kulit telapak kaki yang retak (fisura).
Kelainan bentuk tulang pada kaki: periksa adanya kelainan kaki seperti kaki bunion, charchot’s atropathy, hammer toe,
clawed toe.

Bunion Charchot’s atropathy Hammer


toe Clawed toe

Kelembaban kulit: periksa kelembaban kulit dan cek kemungkinan adanya kulit berkerak.

Bau: periksa kemungkinan adanya bau dari beberapa sumber pada daerah kaki (IDF, 2009).

1.3) Perawatan (mencuci dan membersihkan) kaki

Menyiapkan air hangat: uji air hangat dengan siku untuk mencegah cedera Cuci kaki dengan sabun yang
lembut (sabun bayi atau sabun cair) untuk

menghindari cedera ketika menyabun.

Keringkan kaki dengan handuk bersih, lembut. Keringkan sela-sela jari kaki, terutama sela jari kaki ke-3-4
dan ke-4-5.

Oleskan lotion pada semua permukaan kulit kaki untuk menghindari kulit kering dan pecah pecah.

Jangan gunakan lotion di sela-sela jari kaki. Karena akan meningkatkan kelembapan dan akan menjadi media yang
baik untuk berkembangnya mikroorganisme (fungi) (Nico, A, 2008).

1.4) Perawatan kuku kaki


Potong dan Rawat kuku secara teratur . Bersihkan kuku setiap hari pada waktu mandi dan berikan cream
pelembab kuku.

Gunting kuku kaki lurus mengikuti bentuk normal jari kaki, tidak terlalu pendek atau terlalu dekat dengan
kulit,kemudian kikir agar kuku tidak tajam (gambar 2.9) . Jika ragu, Anda bisa meminta bantuan keluarga atau dokter
untuk memotong kuku Anda (Nico, A, 2008)

Hindarkan terjadinya luka pada jaringan sekitar kuku. Bila kuku keras,sulit dipotong, rendam kaki dengan
air hangat selama ± 5 menit.

1.5) Hal-hal yang harus dihindari dalam perawatan kaki diabetes

Jangan berjalan tanpa menggunakan alas kaki Hindari


penggunaan plester pada kulit

Jaga agar kaki tidak kontak dengan air panas (jangan gunakan botol panas atau peralatan listrik untuk
memanaskan kaki ketika mengalami nyeri)

Jangan gunakan batu / silet untuk mengurangi kapalan (callus)

Jangan gunakan pisau / silet untuk memotong kuku kaki

Jangan membiarkan luka kecil di kaki, sekecil apa pun luka tersebut

2. Pemilihan alas kaki yang baik

Sepatu memiliki peranan yang penting dalam kehidupan kita. Kaki menahan berat yang keseluruhan sama dengan
beberapa ton setiap harinya. Karena itulah kaki lebih sering terluka dibandingkan bagian tubuh yang lain, sehingga penting
untuk merawat kaki dan memakai sepatu yang tepat. Berikut adalah cara dalam memilih sepatu yaitu:

Pakai alas kaki sepatu atau sandal untuk melindungi kaki agar tidak terjadi luka, tidak terkecuali di dalam rumah

Usahakan membeli sepatu pada sore hari,karena saat itu kaki melebar optimal karena aktifitas.
Jangan memakai sepatu baru lebih dari satu jam dalam sekali pakai dan pastikan sepatu tidak ada jahitan yang
lepas atau rusak.

Pilih sepatu dengan ukuran dan lebar yang sesuai,pastikan bagian terlebar dari kaki terpasang pada sepatu dengan
aman dan nyaman (sepatu yang agak lebar) jangan yang lancip dan khususnya wanita jangan dengan sepatu hak
tinggi. Sepatu sebaiknya 0,5 inchi lebih panjang dari jari kaki terpanjang(jempol kaki) untuk menghindari cedera
(gambar 2.10) (IDF,2009)

Periksa bagian dalam sepatu sebelum pemakaian: tumit sepatu, telapak kaki, bagian atas,bagian dalam dasar (alas)
dan tepi.

Selalu periksa sepatu dan kaos kaki dari benda asing/ benda tajam: menghilangkan benda asing sebelum
memakainya.

Jangan mempergunakan kaos kaki yang terlalu ketat/ elastik, gunakan kaos kaki yang terbuat dari kapas,wol, atau
campuran kapas dan wol. Selain itu, gunakan kaos kaki yang berwarna terang (putih). Khusus pada wanita dianjurkan
untuk tidak memakai stocking.

Lakukan tes berikut untuk mengetahui apakah sepatu telah pas di kaki:

o Berdirilah di atas selembar kertas. (Pastikan Anda berdiri, bukan duduk,karena bentuk kaki berubah saat Anda
berdiri).

o Perhatikan garis kaki Anda dan garis sepatu Anda

o Bandingkan keduanya: apakah sepatu terlalu sempit, apakah bagian terlebar kaki sudah aman dan nyaman serta
adakah kemungkinan kaki akan mengalami kram di dalam sepatu.

Lepas sepatu setiap 4 - 6 jam serta gerakkan pergelangan dan jari-jari kaki agar sirkulasi darah tetap baik
(Canadian Family Physician, 2001:1014)
3. Senam kaki diabetes

Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan
membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki. Senam kaki juga dapat memperkuat otot - otot kecil kaki dan
mencegah terjadinya
kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha,dan juga mengatasi keterbatasan
pergerakan sendi. (Sumosardjuno,S, 1986 dalam Tyo, A, 2009)

3.1) Indikasi dan kontra indikasi

3.2.1) Indikasi

Senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita diabetes melitus dengan tipe 1 maupun 2. Namun
sebaiknya diberikan sejak pasien didiagnosa menderita diabetes melitus sebagai tindakan pencegahan dini

3.2.2) Kontraindikasi

Klien mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipsneu atau nyeri dada dan orang yang depresi,
khawatir atau cemas.

3.3) Persiapan

Persiapan alat: kertas koran 2 lembar dan kursi (jika tindakan dilakukan dengan duduk)

Persiapan lingkungan: lingkungan yang nyaman dan tenang, privacy terjaga

3.4) Pelaksanaan

1. Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak di atas bangku dengan kaki
menyentuh lantai (gambar 2.13)

2. Dengan meletakkan tumit di lantai, jari - jari kedua belah kaki diluruskan keatas lalu dibengkokkan
kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.

3. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki di lantai, angkat telapak kaki ke atas. Pada kaki lainnya,jari - jari
kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki
kiri dan kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali (gambar 2.25)
4. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat gerakan memutar dengan
pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

5. Jari - jari kaki diletakkan di lantai. Tumit diangkat dan putar dengan pergerakkan pada
pergelangan kaki sebanyak 10 kali (gambar 2.16).

6. Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari – jari ke depan turunkan kembali secara
bergantian ke kiri dan ke kanan. Ulangi sebanyak 10 kali.

7. Luruskan salah satu kaki di atas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan gerakkan ujung jari kaki ke
arah wajah lalu turunkan kembali ke lantai.

8. Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi langkah ke 8, namun gunakan kedua kaki secara bersamaan.
Ulangi sebanyak 10 kali.

9. Angkat kedua kaki dan luruskan,pertahankan posisi tersebut. Gerakan pergelangan kaki ke depan
dan ke belakang.

10. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki, tuliskan pada udara dengan
kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian.

11. Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola dengan kedua belah kaki.
Kemudian,buka bola itu menjadi lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki (gambar 2.18).
Cara ini dilakukan hanya sekali saja.

Lalu robek koran menjadi 2 bagian,pisahkan kedua bagian koran.

Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki

Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu letakkan sobekkan kertas
pada bagian kertas yang utuh.

Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DM yang tidak dikelola dengan baik akan terjadi komplikasi pada semua tingkat sel dan semua tingkatan angrene.
Komplikasi kronik pada pembuluh darah besar dapat terjadi diantaranya pada pembuluh darah perifir ( tungkai
bawah ) yang dapat berupa kerentanan berlebih terhadap infeksi (ulkus/ angrene diabetes).

Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik DM yang paling ditakuti karena seringberakhir dengan
kecacatan dan kematian.
Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetes yang dapat digunakan dalam mempermudah pengelolaan kaki
diabetes untuk mencegah terjadinya ulkus/ gangrene

Pengelolaan kaki diabetes meliputi pencegahan primer dan sekunder dengan melibatkan ahli rehabilitasi medis
yang sangat diperlukan untuk mengurangi kecacatan yang mungkin timbul.

3.2 Saran

- Diusahakan kadar gula darah pada penderita DM dalam keadaan terkontrol untuk mencegah komplikasi kronik
pada kaki.
- Melibatkan ahli rehabilitasi medis dalam mengurangi kecacatan yang mungkin terjadi pada pasien DM.

DAFTAR PUSTAKA

Kusmardi Sumarjo. Hubungan Gambaran Klinis pasien dan jenis kuman penyebab infeksi kaki diabetes. Tesis
PPDSILmu Penyakit Dalam FKUI 2005

Perkeni. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia. Jakarta 2002

Retno Gustavi. Data Perawatan kaki diabetes di Ruang Rawat Inap Kelas 2 dan 3

RSUPN dr Cipto Mangunkusumo 2003

Sarwono Waspadji. Ilmu Penyakit Dalam . FKUI 2014


Sarwono Waspadji. Pengelolaan Kaki Diabetes Sebagai Suatu Model Pengelolaan Holistik Di BIdang Ilmu
Penyakit Dalam. Pidato pada Upacara Pengukuhan sebagai Guru Besar Tetap IPD FKUI 2014

You might also like