You are on page 1of 44

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN ARTHRITIS REUMATOID

OLEH :

RIZKI RESTIYANI (P1337420216002)

KARTIKA DWI ANANDA (P1337420216008)

YASINTA PRATIWI NUGRAHENI (P1337420216015)

SEBASTIAN ALFARIZI (P1337420216022)

ERNA DWI RIYANTI (P1337420216023)

IFTINAN HIKMAT MUMTAHANAH (P1337420216031)

ATIKA NUR KHAFIFAH (P1337420216037)

3A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2018
LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID

A. PENGERTIAN ARTRITIS REUMATOID


 Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti
sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti
radang sendi. Sedangkan Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun
dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan,
sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan
kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002). Engram (1998) mengatakan
bahwa, Reumatoid arthritis adalah penyakit jaringan penyambung sistemik
dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial dari sendi
diartroidial.
 Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit
ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)
 Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan,
sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan
kerusakan bagian dalam sendi.(www.medicastore.com)
 Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat
sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat
sendi secara simetris. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi,
hal. 165 )
 Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan
proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001).
 Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai
usia lanjut.Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur
(Felson dalam Budi Darmojo, 2002).
 Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam
membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan
deformitas lebih lanjut.( Susan Martin Tucker.2003 )
 Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama
mengenai mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya
ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas,
dan keletihan. (Diane C. Baughman. 2000 )
 Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.
(Arif Mansjour. 2005 )
 Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan
kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).

B. KLASIFIKASI ARTRITIS REUMATOID


Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Reumatoid arthritis klasik
pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. Reumatoid arthritis defisit
pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable Reumatoid arthritis
pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible Reumatoid arthritis
pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :


1. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat,
bengkak dan kekakuan.
2. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga
pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.

C. ETIOLOGI ARTRITIS REUMATOID


Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor
Reumatoid
2. Gangguan Metabolisme
3. Genetik
4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti,
namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi),
faktor metabolik, dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).

Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis
reumatoid adalah;
• Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya
adalah 2-3:1.
• Umur.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun
penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis
reumatoid juvenil)
• Riwayat Keluarga.
Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis
Reumatoid maka anda kemungkinan besar akan terkena juga.
• Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

D. PATOFISIOLOGI ARTRITIS REUMATOID


Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya)
terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-
enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi
edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus
akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya
adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot
akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif
dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer &
Bare, 2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago
dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang
menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi
menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer.
Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu
(ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen
jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari
persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan
adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang
sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada
sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan
sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).

Pathway Artritis Reumatoid

E. TANDA DAN GEJALA ARTRITIS REUMATOID


Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
· Nyeri persendian
· Bengkak (Reumatoid nodule)
· Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
· Terbatasnya pergerakan
· Sendi-sendi terasa panas
· Demam (pireksia)
· Anemia
· Berat badan menurun
· Kekuatan berkurang
· Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
· Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
· Pasien tampak anemik
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
· Gerakan menjadi terbatas
· Adanya nyeri tekan
· Deformitas bertambah pembengkakan
· Kelemahan
· Depresi

F. KOMPLIKASI ARTRITIS REUMATOID

1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya


prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.

2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.

3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.

4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan


oleh adanya darah yang membeku.

5. Terjadi splenomegali.
6. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar
kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan
trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan
meningkat.

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan


ulkus peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi
nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying
antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan
mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga
sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya
berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan
neuropati iskemik akibat vaskulitis.

G. KRITERIA DIAGNOSTIK ARTRITIS REUMATOID


Kriteria American Rheumatism Association untuk Artritis Reumatoid, Revisi
1987.

No Kriteria Definisi
1 Kaku pagi hari Kekakuan pada pagi hari pada persendian
dan disekitarnya, sekurangnya selama 1
jam sebelum perbaikan maksimal
2 Artritis pada 3 daerah Pembengkakan jaringan lunak atau
persendian atau lebih efusi (bukan
pertumbuhan tulang) pada sekurang-
kurangnya 3 sendi secara bersamaan yang
diobservasi oleh seorang dokter. Dalam
kriteria ini terdapat 14 persendian yang
memenuhi kriteria yaitu PIP, MCP,
pergelangan tangan, siku pergelangan
kaki dan MTP kiri dan kanan.
3 Artritis Sekurang-kurangnya terjadi
pada persendian pembengkakan satu persendian tangan
tangan seperti yang tertera diatas.
4 Artritis simetris Keterlibatan sendi yang sama (seperti
yang tertera pada kriteria 2 pada kedua
belah sisi, keterlibatan PIP, MCP atau
MTP bilateral dapat diterima walaupun
tidak mutlak bersifat simetris.
5 Nodul Reumatoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang
atau permukaan ekstensor atau daerah
juksta-artrikular yang diobservasi oleh
seorang dokter.
6 Faktor Reumatoid Terdapatnya titer abnormal faktor
serum reumatoid serum yang diperiksa dengan
cara yang memberikan hasil positif
kurang dari 5% kelompok kontrol yang
diperiksa.
7 Perubahan gambaran Perubahan gambaran radiologis yang
radiologis khas bagi arthritis reumotoid
pada periksaan sinar X tangan
posteroanterior atau pergelangan tangan
yang harus menunjukkan adanya erosi
atau dekalsifikasi tulang yang
berlokalisasi pada sendi atau daerah yang
berdekatan dengan sendi (perubahan
akibat osteoartritis saja tidak memenuhi
persyaratan).
Untuk keperluan klasifikasi, seseorang dikatakan menderita artritis
reumatoid jika ia sekurang-kurangnya memenuhi 4 dari 7 kriteria di atas. Kriteria
1 sampai 4 harus terdapat minimal selama 6 minggu. Pasien dengan dua diagnosis
tidak dieksklusikan. Pembagian diagnosis sebagai artritis reumatoid klasik,
definit, probable atau possible tidak perlu dibuat.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG ARTRITIS REUMATOID
1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan
leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan
awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi
dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar
dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi,
produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit,
penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan
kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.
I. PENATALAKSANAAN ARTRITIS REUMATOID
Tujuan utama terapi adalah:
1. Meringankan rasa nyeri dan peradangan
2. memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.
3. Mencegah atau memperbaiki deformitas
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang
merupakan sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
1. Istirahat
2. Latihan fisik
3. Panas
4. Pengobatan
a. Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat
serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
b. meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap terapi obatNatrium kolin
dan asetamenofen
c. mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga
menurunkan kebutuhan steroid yang diperlukan.Obat anti malaria
(hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari
d. Garam emas
e. Kortikosteroid
5. diet untuk penurunan berat badan yang berlebihNutrisi
Bila Reumatoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi,
pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi.
Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut:
a. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk
mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali
inflamasi.
b. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
c. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan
tangan.
d. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada
persendian.
Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan
penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara
pasien dan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya.
Tanpa hubungan yang baik akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien
untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu yang lama (Mansjoer, dkk.
2001).

Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID dalam dosis


terapeutik. Kalau diberikan dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-obat ini
akan memberikan efek anti inflamasi maupun analgesik. Namun pasien perlu
diberitahukan untuk menggunakan obat menurut resep dokter agar kadar obat
yang konsisten dalam darah bisa dipertahankan sehingga keefektifan obat anti-
inflamasi tersebut dapat mencapai tingkat yang optimal (Smeltzer & Bare,
2002).
Kecenderungan yang terdapat dalam penatalaksanaan Reumatoid arthritis
menuju pendekatan farmakologi yang lebih agresif pada stadium penyakit yang
lebih dini. Kesempatan bagi pengendalian gejala dan perbaikan
penatalaksanaan penyakit terdapat dalam dua tahun pertama awitan penyakit
tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).
Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari,
sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat
pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga
bisa mencegah datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga
secara berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan
selalu seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan
ikan laut. Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang
mengandung Omega 3. Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif
untuk memelihara persendian agar tetap lentur.

ASUHAN KEPERAWATAN ARTRITIS REUMATOID


J. PENGKAJIAN ARTRITIS REUMATOID
Pemeriksaan Fisik
o Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati
warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
o Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
 Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
 Catat bila ada krepitasi
 Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
o Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
 Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
 Ukur kekuatan otot
o Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
o Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup
tinggi apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia
merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan
sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap
konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.

Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan


organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan
misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk
arthritis lainnya.
Pola Gordon
1. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
 Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
 Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
 Riwayat keluarga dengan RA
 Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
 Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
2. Pola Nutrisi Metabolik
 Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang
banyak mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
 Riwayat gangguan metabolic
3. Pola Eliminasi
 Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
4. Pola Aktivitas dan Latihan
 Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
 Jenis aktivitas yang dilakukan
 Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
 Tidak mampu melakukan aktifitas berat
5. Pola Istirahat dan Tidur
 Apakah ada gangguan tidur?
 Kebiasaan tidur sehari
 Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
 Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
6. Pola Persepsi Kognitif
 Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
 Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
 Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
 Bagaimana hubungan dengan keluarga?
Apakah ada perubahan peran pada klien?
9. Pola Reproduksi Seksualitas
 Adakah gangguan seksualitas?
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
 Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
11. Pola Sistem Kepercayaan
 Agama yang dianut?
 Adakah gangguan beribadah?
 Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN ARTRITIS REUMATOID

1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh


akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
penurunan, kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum,
peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi
L. PERENCANAAN ARTRITIS REUMATOID

DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN

Setelah dilakukan · Kaji keluhan · Membantu dalam


1.Nyeri
tindakan keperawatan nyeri, catat menentukan
berhubungan
selama 3×24 jam lokasi dan kebutuhan
dengan agen
diharapkan tidak ada intensitas (skala manajemen nyeri dan
pencedera, distensi
Keluhan nyeri, dengan 0-10). Catat keefektifan program
jaringan oleh
kriteria : faktor-faktor
akumulasi cairan/
yang
proses inflamasi,
- Menunjukkan
mempercepat
destruksi sendi.
nyeri hilang/
dan tanda-tanda
terkontrol
rasa sakit non
- Terlihat rileks, · Matras yang
verbal
dapat lembut/ empuk,
tidur/beristirahat · Berikan bantal yang besar
dan berpartisipasi matras/ kasur akan mencegah
dalam aktivitas keras, bantal pemeliharaan
sesuai kemampuan. kecil,. Tinggikan kesejajaran tubuh
- Mengikuti program linen tempat yang tepat,
farmakologis yang tidur sesuai menempatkan stress
diresepkan kebutuhan pada sendi yang sakit.
- Menggabungkan Peninggian linen
keterampilan tempat tidur
relaksasi dan menurunkan tekanan
aktivitas hiburan ke pada sendi yang
dalam program terinflamasi/nyeri
kontrol nyeri.
· Mengistirahatkan
sendi-sendi yang
sakit dan
· Tempatkan/
mempertahankan
pantau
posisi netral.
penggunaan
Penggunaan brace
bantl, karung
dapat menurunkan
pasir, gulungan
nyeri dan dapat
trokhanter,
mengurangi
bebat, brace.
kerusakan pada sendi

· Mencegah
terjadinya kelelahan
· Dorong
umum dan kekakuan
untuk sering
sendi. Menstabilkan
mengubah
sendi, mengurangi
posisi,. Bantu
gerakan/ rasa sakit
untuk bergerak
pada sendi
di tempat tidur,
sokong sendi
yang sakit di
atas dan bawah,
· Panas
hindari gerakan
meningkatkan
yang menyentak. relaksasi otot, dan
mobilitas,
· Anjurkan menurunkan rasa
pasien untuk sakit dan melepaskan
mandi air hangat kekakuan di pagi
atau mandi hari. Sensitivitas pada
pancuran pada panas dapat
waktu bangun dihilangkan dan luka
dan/atau pada dermal dapat
waktu tidur. disembuhkan
Sediakan waslap
hangat untuk
mengompres
sendi-sendi yang
sakit beberapa
kali sehari.
Pantau suhu air
· Meningkatkan
kompres, air
relaksasi/ mengurangi
mandi, dan
nyeri
sebagainya.

· Meningkatkan
· Berikan
realaksasi,
masase yang
mengurangi tegangan
lembut
otot/ spasme,

· Ajarkan memudahkan untuk

teknik non ikut serta dalam

farmakologi terapi

(relaksasi,
· Sebagai anti
distraksi,
inflamasi dan efek
relaksasi
analgesik ringan
progresif) dalam mengurangi
kekakuan dan
· Beri obat meningkatkan
sebelum mobilitas.
aktivitas/ latihan
yang · Rasa dingin dapat
direncanakan menghilangkan nyeri
sesuai petunjuk. dan bengkak selama
periode akut
· Kolaborasi:
Berikan obat-
obatan sesuai
petunjuk
(mis:asetil
salisilat)

· Berikan
kompres dingin
jika dibutuhkan

2.Gangguan Setelah dilakukan · Evaluasi/ · Tingkat aktivitas/


mobilitas fisik tindakan keperawatan lanjutkan latihan tergantung
berhubungan selama 3×24 jam pemantauan dari perkembangan/
dengan deformitas diharapkan mobilitas tingkat resolusi dari peoses
skeletal, nyeri, fisik baik dengan inflamasi/ rasa inflamasi
penurunan, kriteria : sakit pada sendi
kekuatan otot. · Istirahat sistemik
- fungsi posisi · Pertahankan dianjurkan selama
dengan tidak istirahat tirah eksaserbasi akut dan
hadirnya/ baring/ duduk seluruh fase penyakit
pembatasan jika diperlukan yang penting untuk
kontraktur. jadwal aktivitas mencegah kelelahan
- Mempertahankan untuk mempertahankan
ataupun memberikan kekuatan
meningkatkan periode istirahat
kekuatan dan fungsi yang terus
dari dan/ atau menerus dan
kompensasi bagian tidur malam hari
tubuh yang tidak
- Mendemonstrasikan terganmggu.
tehnik/ perilaku
· Mempertahankan/
yang · Bantu
meningkatkan fungsi
memungkinkan dengan rentang
sendi, kekuatan otot
melakukan aktivitas gerak aktif/pasif,
dan stamina umum.
demikiqan juga
Catatan : latihan tidak
latihan resistif
adekuat
dan isometris
menimbulkan
jika
kekakuan sendi,
memungkinkan
karenanya aktivitas
yang berlebihan dapat
merusak sendi

· Menghilangkan
· Ubah posisi tekanan pada jaringan
dengan sering dan meningkatkan
dengan jumlah sirkulasi.
personel cukup.
Demonstrasikan/
bantu tehnik
pemindahan dan
penggunaan
bantuan
mobilitas, mis,
trapeze · Meningkatkan
stabilitas (
· Posisikan mengurangi resiko
dengan bantal, cidera ) dan
kantung pasir, memerptahankan
gulungan posisi sendi yang
trokanter, bebat, diperlukan dan
brace kesejajaran tubuh,
mengurangi
kontraktor

· Mencegah fleksi
leher
· Gunakan
bantal kecil/tipis · Memaksimalkan
di bawah leher. fungsi sendi dan
mempertahankan
· Dorong
mobilitas
pasien
mempertahankan
postur tegak dan
duduk tinggi,
berdiri, dan
berjalan · Menghindari
cidera akibat
· Berikan kecelakaan/ jatuh
lingkungan yang
aman, misalnya
menaikkan kursi,
menggunakan
pegangan tangga
pada toilet,
penggunaan
kursi roda.

· Kolaborasi:
konsul dengan · Berguna dalam
fisoterapi. memformulasikan
program latihan/
aktivitas yang
berdasarkan pada
kebutuhan individual
dan dalam
mengidentifikasikan
alat

· Menurunkan
· Kolaborasi:
tekanan pada jaringan
Berikan matras
yang mudah pecah
busa/ pengubah
untuk mengurangi
tekanan.
risiko imobilitas

· Mungkin
dibutuhkan untuk
· Kolaborasi:
menekan sistem
berikan obat-
inflamasi akut
obatan sesuai
indikasi
(steroid).

3.Gangguan Citra Setelah dilakukan · Dorong · Berikan


Tubuh / Perubahan tindakan keperawatan pengungkapan kesempatan untuk
Penampilan Peran selama 3×24 jam mengenai mengidentifikasi rasa
berhubungan diharapkan gangguan masalah tentang takut/ kesalahan
dengan perubahan citra tubuh berkurang proses penyakit, konsep dan
kemampuan untuk dengan criteria: harapan masa menghadapinya
melaksanakan depan. secara langsung
- Mengungkapkan
tugas-tugas umum,
peningkatan rasa · Diskusikan · Mengidentifikasi
peningkatan
percaya diri dalam arti dari bagaimana penyakit
penggunaan
kemampuan untuk kehilangan/ mempengaruhi
energi,
menghadapi perubahan pada persepsi diri dan
ketidakseimbangan
penyakit, pasien/orang interaksi dengan
mobilitas.
perubahan pada terdekat. orang lain akan
gaya hidup, dan Memastikan menentukan
kemungkinan bagaimana kebutuhan terhadap
keterbatasan pandangaqn intervensi/ konseling
- Menyusun pribadi pasien lebih lanjut
rencana realistis dalam
untuk masa depan. memfungsikan
gaya hidup
sehari-hari,
termasuk aspek-
aspek seksual.

· Isyarat
· Diskusikan
verbal/non verbal
persepsi
orang terdekat dapat
pasienmengenai
mempunyai pengaruh
bagaimana orang
mayor pada
terdekat
bagaimana pasien
menerima
memandang dirinya
keterbatasan.
sendiri

· Akui dan
· Nyeri konstan
terima perasaan
akan melelahkan, dan
berduka,
bermusuhan, perasaan marah dan
ketergantungan. bermusuhan umum
terjadi
· Perhatikan
perilaku menarik · Dapat
diri, penggunaan menunjukkan
menyangkal atau emosional ataupun
terlalu metode koping
memperhatikan maladaptive,
perubahan membutuhkan
intervensi lebih lanjut
· Susun
batasan pada · Membantu
perilaku mal pasien untuk
adaptif. Bantu mempertahankan
pasien untuk kontrol diri, yang
mengidentifikasi dapat meningkatkan
perilaku positif perasaan harga diri
yang dapat
membantu
koping

· Ikut sertakan
pasien dalam · Meningkatkan

merencanakan perasaan harga diri,

perawatan dan mendorong

membuat jadwal kemandirian, dan

aktivitas mendorong
berpartisipasi dalam
· Bantu dalam terapi
kebutuhan
perawatan yang · Mempertahankan
diperlukan penampilan yang
dapat meningkatkan
· Berikan citra diri
bantuan positif
bila perlu. · Memungkinkan
pasien untuk merasa
senang terhadap
dirinya sendiri.
Menguatkan perilaku
positif. Meningkatkan
· Kolaborasi:
rasa percaya diri
Rujuk pada
konseling · Pasien/orang
psikiatri, mis: terdekat mungkin
perawat spesialis membutuhkan
psikiatri, dukungan selama
psikolog. berhadapan dengan
proses jangka
panjang/
ketidakmampuan
· Kolaborasi:
Berikan obat-
· Mungkin
obatan sesuai
dibutuhkan pada sat
petunjuk, mis;
munculnya depresi
anti ansietas dan
hebat sampai pasien
obat-obatan
mengembangkan
peningkat alam
kemapuan koping
perasaan.
yang lebih efektif

4.Defisit Setelah dilakukan · Diskusikan · Mungkin dapat


perawatan diri tindakan keperawatan tingkat fungsi melanjutkan aktivitas
berhubungan selama 3×24 jam umum (0-4) umum dengan
dengan kerusakan diharapkan klien dapat sebelum timbul melakukan adaptasi
musculoskeletal, mengatur kegiatan awitan/ yang diperlukan pada
penurunan sehari-hari, dengan eksaserbasi keterbatasan saat ini
kekuatan, daya criteria hasil: penyakit dan
tahan, nyeri pada potensial
- Melaksanakan
waktu bergerak, perubahan yang
aktivitas perawatan
depresi. sekarang
diri pada tingkat
diantisipasi.
yang konsisten · Mendukung
dengan · Pertahankan kemandirian
kemampuan mobilitas, fisik/emosional
individual kontrol terhadap
- Mendemonstrasikan nyeri dan · Menyiapkan
perubahan teknik/ program latihan. untuk meningkatkan
gaya hidup untuk kemandirian, yang
memenuhi · Kaji akan meningkatkan
kebutuhan hambatan harga diri
perawatan diri. terhadap
- Mengidentifikasi partisipasi dalam
sumber-sumber perawatan diri.
pribadi/ komunitas Identifikasi
yang dapat /rencana untuk
memenuhi modifikasi
kebutuhan lingkungan
· Berguna untuk
perawatan diri.
menentukan alat
· Kolaborasi:
bantu untuk
Konsul dengan
memenuhi kebutuhan
ahli terapi
individual. Mis;
okupasi.
memasang kancing,
menggunakan alat
bantu memakai
sepatu,
menggantungkan
pegangan untuk
mandi pancuran

· Mengidentifikasi
masalah-masalah
yang mungkin
· Kolaborasi:
dihadapi karena
Atur evaluasi
tingkat kemampuan
kesehatan di
actual
rumah sebelum
pemulangan
dengan evaluasi
setelahnya. · Mungkin
membutuhkan
· Kolaborasi : berbagai bantuan
atur konsul tambahan untuk
dengan lembaga persiapan situasi di
lainnya, mis: rumah
pelayanan
perawatan
rumah, ahli
nutrisi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.P DENGAN REUMATOID
ARTRITIS DI RUMAH SAKIT X

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny.P
Umur : 47 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Status : Menikah
Agama : Islam
Alamat : RT 06 RW 03 Purwokerto Timur
No RM : C154679
Diagnosa medis : Reumatoid Artritis
Tanggal masuk RS : 12 Agustus 2018
b. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn.S
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SMA
Alamat : RT 06 RW 03 Purwokerto Timur
Hubungan dengan klien : Suami
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri dibagian sendi-sendi jari tangan
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri dan kaku di bagian
sendi jari-jari tangan dan pergelanggan tangan rasanya seperti di tusuk-
tusuk, sulit digerakan, kurang nafsu makan dan mual. Lamanya
keluhan sudah dirasakan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit dan
keluhan dirasakan mendadak.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mengalami sakit seperti ini
sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan ada anggota keluarganya yang menderita penyakit
sama seperti dirinya yaitu ibunya.
e. Genogram Keluarga

Pasien Atritis
reumatoid

Keterangan :

: Laki-laki : Garis perkawinan


: Perempuan : Garis keturunan

c : Laki-laki sudah meninggal :Tinggal satu rumah

: Perempuan sudah meninggal

: Pasien

Pasien adalah anak pertama dari dua bersaudara. Keluarga pasien ada yang
memiliki penyakit sama seperi pasien yaitu ibu pasien. Pasien saat ini hanya
tinggal dirumah berdua dirumah dengan suaminya.
3. Pola Fungsional Gordon
a. Pola Persepsi Kesehatan dan Pola Manajemen Kesehatan
S : Pasien mengatakan jika kesehatan sangat penting bagi pasien,
pasien selalu memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan setiap pasien
sakit
O : Pasien sekarang dirawat di rumah sakit X
b. Pola Nutrisi
S : Pasien mengatakan sebelum sakit nafsu makan pasien baik, setelah
dirawat dirumah sakit nafsu makan pasien berkurang, karena setiap
makan mual dan muntah
O : Pasien terlihat tidak menghabiskan makanan yang disediakan
rumah sakit. Terjadi penurunan berat badan
c. Pola Eliminasi
S : Pasien mengatakan BAB 1x/hari dengan konsistensi lunak dan
warna normal, BAK 7x/hari
O : Pasien terpasang kateter, jumlah urine 1800ml/hari, warna urine
jernih
d. Pola latihan dan aktifitas
S : Pasien mengatakan jika sebelum sakit pasien mampu melakukan
aktivitas hariannya sendiri, setelah pasien sakit aktivitasnya harus
dibantu oleh keluarganya
O: Pasien terlihat dibantu oleh keluarga dalam melakukan aktivitas

Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4


Mandi √
Minum √
Toileting √
Ambulasi √
Berpindah √
Mobilisasi di tempat tidur √
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dibantu alat
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu alat dan orang lain
4 : Tergantung total
e. Pola Istirahat Tidur
S : Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien biasa tidur
siang selama 2 jam/hari, tidur malam 8 jam/hari dan setelah pasien
sakit. pasien tidur siang selama 2 jam/hari dan tidur malam selama
5 - 6 jam/hari
O: Pasien terlihat saat malam hari sering terbangun dari tidurnya
f. Pola Perspektif Kognitif
S : Keluarga pasien mengatakan jika tidak ada gangguan pada
system panca indra pasien
O : Semua panca indra pasien normal
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
S : Pasien mengatakan jika pasien mengetahui sedikit mengenai
sakit yang dialaminya
O : Pasien tidak terlalu banyak menanyakan tentang penyakitnya
h. Pola Sex dan Reproduksi
S : Pasien mengatakan jika pasien sudah menikah
O: Pasien berjenis kelamin perempuan
i. Pola Koping dan Toleransi Stress
S : Pasien mengatakan merasa khawatir dan takut terhadap
sakitnya. Pasien selalu meminta bantuan orang terdekat apabila
pasien ada masalah
O : Pasien dibawa dan dirawat oleh keluarganya
j. Pola Peran dan Hubungan
S : Peran pasien dalam keluarga adalah sebagai seorang ibu dan
istri. Hubungan pasien dengan keluarga selama sakit tidak ada
gangguan. Selama sakit peran pasien menjadi minimal.
O : Pasien terlihat dijaga dan diawasi oleh anggota keluarganya
selama sakit.
k. Pola Nilai dan Keyakinan
S : Keluarga pasien mengatakan pasien beragama islam
O:-

4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 88 x / menit
Suhu : 37,5oC
Respirasi : 25 x / menit
b. Kepala
Tidak ada benjolan, keadaan rambut bersih, warna rambut putih.
c. Mata
Simetris ki/ka, konjungtiva tidak anemis, reflek pupil (+), tidak ikterik.
d. Hidung
Simetris ka/ki, bersih.
e. Mulut
Gigi ompong bagian bawah geraham dan seri, kebersihan cukup baik,
mukosa mulut lembab, caries tidak ada.
f. Tonsil
Tidak ada pembengkakan
g. Telinga
Simetris, serumen tidak ada, tidak ada gangguan pendengaran.
h. Leher
Tidak ada pemeriksaan kelenjar tiroid.
i. Thorak
I : Simetris, tidak ada benjolan
P : Fremitus ki/ka
P : Sonor kedua paru
A : Suara napas kadang wheezing – kadang vesikuler.
j. Abdomen
I : Bentuk simetris
P : Tidak ada pembesaran hepar/limfe
P : Tympani
A : Bising usus normal
k. Ekstremitas
Atas : Simetris ki/ka, tidak terdapat gangguan
Bawah : simetris, bengkak dan merah pada bagian sendi lutut.

B. ANALISIS DATA
No. Data Fokus Etiologi Masalah
1. DS: Proses inflamasi Nyeri akut
- Pasien mengatakan nyeri dan destruksi
dan kaku pada sendi-sendi sendi
jari –jari tangan rasa seperti
di tusuk-tusuk.
- Pasien mengatakan sering
terbangun di malam hari.
- Pasien merasa tidak
nyaman.

DO:
- Pasien kelihatan kelelahan.
- Pasien kelihatan meringis.
- KU: Lemah
- TTV:
TD : 90/70 mmHg
Suhu : 37,0 °C
Nadi : 60 kali /menit
RR : 18 kali /menit
- Edema pada sendi digiti
manus, warna kemerahan.
- Skala nyeri 7
- Pemeriksaan diagnostik:
ESR: meningkat
FR:>1:80Positif(80%)
JDL : Anemia sedang
LED: 85 mm/h

2. DS: Gangguan Hambatan


- Pasien merasa tidak musculoskeletal mobilitas fisik
nyaman.
- Pasien mengatakan susah
bergerak.
DO:
- Pasien terlihat gelisah
- Pasien terlihat membatasi
aktivitas geraknya.
- KU: Lemah
- TTV:
TD : 90/70 mmHg
Suhu : 37,0 °C
Nadi : 60 kali /menit
RR : 18 kali /menit
- Edema pada sendi digiti
manus, warna kemerahan.
- Skala nyeri 7
- Pemeriksaan diagnostik:
ESR: meningkat
FR:>1:80Positif(80%)
JDL : Anemia sedang
LED: 85 mm/h
3. DS: Perubahan fungsi Gangguan citra
- Pasien mengatakan tubuh tubuh
tangannya sulit digerakan
dan kaku.
- Aktivitas normal
(makan,mandi,bab,bak,dll)
dibantu oleh orang lain.
DO:
- Pasien kelihatan tidak
berdaya.
- Pasien sering
ketergantungan pada orang
lain.
- TTV:
TD : 90/70 mmHg
Suhu : 37,0 °C
Nadi : 60 kali /menit
RR : 18 kali /menit
- Edema pada sendi digiti
manus, warna kemerahan.
- Skala nyeri 7

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan destruksi sendi
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa NOC NIC Paraf


Keperawatan
Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi  Lakukan pengkajian nyeri
berhubungan dengan 3x24 jam pasien diharapkan secara komprehensif
inflamasi dan mampu menggerakkan/ termasuk lokasi
destruksi sendi mengetahui : karakteristik, durasi,
 Cara mencegah frekuensi, kualitas, dan
timbulnya nyeri factor presipitasi
 Cara mengatasi nyeri  Observasi reaksi non
 Mengidentifikasi verbal dari
kegiatan yang bisa ketidaknyamanan
ditoleransi  Gunakan teknik
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
 Kaji budaya yang
mempengaruhi respion
nyeri
 Determinasi akibat nyeri
terhadap kualitas hidup
 Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
 Control ruangan yang
dapat mempengaruhi nyeri
 Kurangi factor presipitasi
nyeri
 Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
 Ajarkan pasien untuk
memonitor nyeri
 Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan
control nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan  Evaluasi/ lanjutkan
fisik berhubungan keperawatan 3x24 jam pemantauan tingkat
dengan gangguan diharapkan pasien dapat inflamasi/ rasa sakit pada
muskuloskeletal melakukan mobilitas fisik sendi.
dengan kriteria hasil :  Pertahankan istirahat tirah
 Mempertahankan fungsi baring/ duduk jika
posisi dengan tidak diperlukan jadwal
hadirnya/ pembatasan aktivitas untuk
kontraktur. memberikan periode
 Mempertahankan ataupun istirahat yang terus
meningkatkan kekuatan menerus dan tidur malam
dan fungsi dari dan/ atau hari yang tidak terganggu.
kompensasi bagian tubuh.  Bantu dengan rentang
 Mendemonstrasikan gerak aktif/pasif,
tehnik/ perilaku yang demikiqan juga latihan
memungkinkan resistif dan isometris jika
melakukan aktivitas memungkinkan.
 Ubah posisi dengan sering
dengan jumlah personel
cukup. Demonstrasikan/
bantu tehnik pemindahan
dan penggunaan bantuan
mobilitas, mis, trapeze
 Posisikan dengan bantal,
kantung pasir, gulungan
trokanter, bebat, brace.
 Gunakan bantal kecil/tipis
di bawah leher.
 Dorong pasien
mempertahankan postur
tegak dan duduk tinggi,
berdiri, dan berjalan.
 Berikan lingkungan yang
aman, misalnya
menaikkan kursi,
menggunakan pegangan
tangga pada toilet,
penggunaan kursi rodai.
 Kolaborasi: konsul dengan
fisoterapi.
 Kolaborasi: Berikan
matras busa/ pengubah
tekanan.
 Kolaborasi: berikan obat-
obatan sesuai indikasi
(steroid).

Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan  Dorong pengungkapan


berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam mengenai masalah tentang
perubahan fungsi diharapkan pasien tidak proses penyakit, harapan
tubuh mengalami gangguan citra masa depan.
tubuh dengan kriteria hasil :  Diskusikan arti dari
 Mengungkapkan kehilangan/ perubahan
peningkatan rasa percaya pada pasien/orang
diri dalam kemampuan terdekat. Memastikan
untuk menghadapi bagaimana pandangaqn
penyakit, perubahan pada pribadi pasien dalam
gaya hidup, dan memfungsikan gaya hidup
kemungkinan sehari-hari, termasuk
keterbatasan. aspek-aspek seksual.
 Menyusun rencana  Diskusikan persepsi
realistis untuk masa pasienmengenai
depan. bagaimana orang terdekat
menerima keterbatasan.
 Akui dan terima perasaan
berduka, bermusuhan,
ketergantungan.
 Perhatikan perilaku
menarik diri, penggunaan
menyangkal atau terlalu
memperhatikan
perubahan.
 Susun batasan pada
perilaku mal adaptif.
Bantu pasien untuk
mengidentifikasi perilaku
positif yang dapat
membantu koping.
 Ikut sertakan pasien dalam
merencanakan perawatan
dan membuat jadwal
aktivitas.
 Bantu dalam kebutuhan
perawatan yang
diperlukan.
 Berikan bantuan positif
bila perlu.
 Kolaborasi: Rujuk pada
konseling psikiatri, mis:
perawat spesialis psikiatri,
psikolog.
 Kolaborasi: Berikan obat-
obatan sesuai petunjuk,
mis; anti ansietas dan
obat-obatan peningkat
alam perasaan.
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Dx Implementasi Paraf


12 Agustus 2018 1 Mengkaji keluhan nyeri dengan kualitas
20.00 sedang, skala nyeri 5 faktor yang pendukung
timbulnya nyeri yaitu udara dingin.

20.15 2 Menganjurkan untuk sering mengubah posisi


saat ditempat tidur ( mika-miki & terlentang)
serta pada saat duduk

20.20 1 Mengajurkan mandi air hangat pada waktu


bangun tidur.

20.25 1 Menganjurkan pasien untuk melakukan


masase yang lembut pada daerah sendi yang
nyeri.

20.40 3 Menganjurkan untuk menggunakan teknik


manajemen stress misalnya dengan sentuhan
terapeutik misalnya dengan masase.

20.55 3 Melibatkan pasien dalam aktifitas liburan


seperti rekreasi di hari minggu.

13 Agustus 2018 1 Mengkaji keluhan nyeri dengan kualitas


20.00 sedang, skala nyeri 5 faktor yang pendukung
timbulnya nyeri yaitu udara dingin.

20.15 2 Menganjurkan untuk sering mengubah posisi


saat ditempat tidur ( mika-miki & terlentang)
serta pada saat duduk

20.20 1 Mengajurkan mandi air hangat pada waktu


bangun tidur.

20.25 1 Menganjurkan pasien untuk melakukan


masase yang lembut pada daerah sendi yang
nyeri.

20.40 3 Menganjurkan untuk menggunakan teknik


manajemen stress misalnya dengan sentuhan
terapeutik misalnya dengan masase.

20.55 3 Melibatkan pasien dalam aktifitas liburan


seperti rekreasi di hari minggu.
14 Agustus 2018 1 Mengkaji keluhan nyeri dengan kualitas
20.00 sedang, skala nyeri 5 faktor yang pendukung
timbulnya nyeri yaitu udara dingin.

20.15 2 Menganjurkan untuk sering mengubah posisi


saat ditempat tidur ( mika-miki & terlentang)
serta pada saat duduk

20.20 1 Mengajurkan mandi air hangat pada waktu


bangun tidur.

20.25 1 Menganjurkan pasien untuk melakukan


masase yang lembut pada daerah sendi yang
nyeri.

20.40 3 Menganjurkan untuk menggunakan teknik


manajemen stress misalnya dengan sentuhan
terapeutik misalnya dengan masase.

20.55 3 Melibatkan pasien dalam aktifitas liburan


seperti rekreasi di hari minggu.
F. EVALUASI

Tanggal/Hari Evaluasi Paraf


12 Agustus S : Klien mengatakan nyeri berkurang .
2018 O : Skala nyeri 2
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Pertahankan intervensi.
13 Agustus S : Klien mengatakan nyeri berkurang .
2018 O : Skala nyeri 2
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Pertahankan intervensi.
14 Agustus S : Klien mengatakan nyeri berkurang .
2018 O : Skala nyeri 1
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Pertahankan intervensi.
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi 11.
Alih bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC

Harris ED Jr., 1993, Etiology and Pathogenesis of Reumatoid Arthritis. Dalam: Textbook of
Rheumatology.Philadhelpia:Saunders Co

Hirmawan, Sutisna., 1973. PATOLOGI. Jakarta : Bagian Patologi Anatomik Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia, pp : 437, 1

Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis MA
(Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange,
International Edition, Connecticut 2005, 729-32.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC. 2002.

Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. BUKU AJAR PATOLOGI Edisi 7. Jakarta :
EGC

Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000. KAPITA SELEKTA
KEDOKTERAN Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius

Nasution..1996.Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku Ajar Penyakit
Dalam Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Price, SA. Dan Wilson LM., 1993, Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit bag 2.
Jakarta: EGC

You might also like