You are on page 1of 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoretis

1. Sumber Belajar

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan

oleh siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai

dengan tujuan yang hendak dicapai. Sumber belajar disini meliputi

orang, alat dan bahan, aktivitas, dan lingkungan (Sanjaya, 2010:17).

Berdasarkan pernyataan ahli diatas dapat kita simpulkan bahwa

sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan siswa untuk

mempelajari suatu hal. Pengertian dari sumber belajar itu sendiri

sangatlah luas. Sumber belajar tidak terbatas hanya buku saja tetapi

dapat berupa orang, alat dan bahan, aktivitas dan lingkungan yang dapat

mendukung proses pembelajaran. Sumber belajar disini ditekankan

pada sumber belajar lingkungan.

Menurut Molenda (2008:214) “sumber belajar adalah semua

sumber termasuk pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar yang dapat

dipergunakan peserta didik baik secara sendiri-sendiri maupun dalam

bentuk gabungan untuk menfasilitasi kegiatan belajar dan

meningkatkan kinerja belajar”. Sejalan dengan pendapat itu, Seels

(1994:11) menjelaskan bahwa “sumber belajar adalah segala sumber

pendukung untuk kegiatan belajar, termasuk sistem pendukung dan

materi serta lingkungan pembelajaran.

10
11

belajar bukan hanya alat dan materi yang dipergunakan dalam

pembelajaran, tetapi juga meliputi orang, anggaran, dan fasilitas.

Sumber belajar bisa termasuk apa saja yang tersedia untuk membantu

seseorang belajar”.

Roestiyah (1989:53) menyebutkan bahwa yang dimaksud sumber

belajar dan sumber materi adalah segala sesuatu yang dapat digunakan

sebagai tempat atau asal seseorang dapat belajar. Menurut Mulyasa

(2006:48) pengertian sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat

memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam memperoleh

sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan, dalam

proses belajar mengajar. Jadi yang dimaksud sumber belajar adalah

segala sesuatu baik yang ada diluar diri peserta didik berupa perangkat

materi yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memberikan

kesempatan dan kemudahan kepada peserta didik dalam memperoleh

sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan, dalam

proses belajar mengajar.

Percival dan Ellington (1993:71) menjelaskan sumber belajar dari

sisi pembuatan adalah seperangkat bahan atau situasi belajar yang

dengan sengaja atau tidak sengaja diciptakan agar peserta didik secara

individual dan atau secara bersama-sama dapat belajar. Jadi pada

dasarnya sumber belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat

dimanfaatkan oleh tenaga pengajar dan peserta didik, baik secara

terpisah maupun dalam bentuk gabungan untuk kepentingan kegiatan


12

pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi,

mudah dan menyenangkan untuk kelangsungan pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sumber

belajar adalah semua sumber seperti pesan, orang, bahan, alat, teknik,

dan latar yang dimanfaatkan peserta didik sebagai sumber untuk

kegiatan belajar dan dapat meningkatkan kualitas belajarnya.

Sumber belajar bermanfaat untuk memfasilitasi kegiatan belajar

agar menjadi lebih efektif dan efisien. Menurut Siregar (2010:128)

menjelaskannya secara rinci manfaat sumber belajar sebagai berikut.

a. Memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret dan langsung;


b. Menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi,
atau dilihat secara langsung;
c. Menambah dan memperluas cakrawala sains yang ada di dalam
kelas;
d. Memberikan informasi yang akurat dan terbaru;
e. Membantu memecahkan masalah pendidikan dalam lingkup makro
maupun mikro; dan
f. Memberikan motivasi positif, dan merangsang untuk berfikir kritis,
merangsang untuk bersikap lebih positif serta berkembang lebih
jauh.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar berbasis

sumber belajar dapat memberikan beberapa keuntungan kepada peserta

didik, seperti: (1) Memungkinkan untuk menemukan bakat terpendam

pada diri seseorang yang selama ini tidak tampak, (2) Memungkinkan

pembelajaran berlangsung terus menerus dan belajar menjadi mudah

diserap dan lebih siap diterapkan, dan (3) Seseorang dapat belajar

sesuai dengan kecepatan dan dengan waktunya yang tersedia.


13

Menurut Warsita (2008:9) “sumber belajar adalahs emua

komponen sistem instruksional baik yang secara khusus dirancang

maupun menurut sifatnya yang dapat dipakai atau dimanfatkan dalam

kegiatan pembelajaran. Begitupun dengan Mulyasa (2004:4)

mengatakan bahwa “Sumber belajar dapat dirumuskan sebagai segala

sesuatu yang dapat memberikan kemudahan kepada siswa dalam

memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dn

ketrampilan dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, sumber

belajar merupakan segala sesuatu baik yang didesain maupun menurut

sifatnya dapat dipakai atau dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran

untuk memudahkan belajar siswa.

Agar sumber belajar yang ada dapat berfungsi dalam pembelajaran

harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Fungsi sumber

belajar menurut Hanafi (Karwono, 2007:4) adalah untuk :

a. Meningkatkan produktifitas pendidikan


b. Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih
individual
c. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran
d. Lebih memantapkan pembelajaran
e. Memungkinkan belajar secara seketika
f. Memungkinkan penyajian pendidikan yang lebih luas,
terutama dengan adanya media massa

Berdasarkan penjelasan di atas, sumber belajar memiliki fungsi

yang cukup signifikan terhadap proses belajar mengajar. Begitu juga

terhadap proses pembelajaran IPS ke-6 fungsi sumber belajar diatas

dapat membantu guru maupun siswa mencapai hasil belajar yang

maksimal.
14

Sumber belajar sebagai salah satu komponen sistem pengajaran,

harus bekerjasama. Saling berhubungan dan saling ketergantungan

dengan komponen-komponen pengajaran lainnya, bahkan tidak dapat

berjalan secara terpisah/sendiri tanpa berhubungan dengan komponen

lainnya. Menurut Any (2011:3) untuk menjamin bahwa sumber belajar

tersebut sebagai sumber belajar yang cocok, maka sumber belajar harus

memenuhi persyaratan.

“Pertama, sumber belajar harus mampu memberikan kekuatan


dalam proses belajar mengajar sehingga tujuan instruksional
dapat tercapai secara maksimal. Kedua, sumber belajar harus
mempunyai nilai-nilai instruksional edukatif, yaitu dapat
mengubah dan membawa perubahan yang sempurna terhadap
tingkah laku sesuai dengan tujuan yang ada. Ketiga, sumber
belajar haruslah dapat tersedia dengan cepat, harus
memungkinkan siswa untuk memacu diri sendiri dan harus
bersifat individual yakni memenuhi berbagai kebutuhan para
siswa dalam belajar mandiri”.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa

untuk memastikan cocok tidaknya sumber belajar maka sumber belajar

harus memenuhi beberapa persyaratan. Terdapat setidaknya tiga

persyaratan hingga sumber belajar dapat dikatakan memenuhi syarat

yaitu harus mampu memberikan kekuatan dalam proses belajar

mengajar, harus mempunyai nilai-nilai instruksional edukatif dan

sumber belajar harus dapat tersedia dengan cepat.

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat memberikan

informasi dalam pembelajaran. Majid (2008:170) mengungkapkan

bahwa
15

“sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan dan


disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu
siswa dalam belajar, sebagai perwujudan dari kurikulum.
Bentuknya tidak terbatas apakah dalam bentuk cetakan, video,
perangkat lunak, atau kombinasi dari beberapa bentuk tersebut
yang dapat digunakan siswa dan guru”.

Sumber belajar juga dapat diartikan sebagai segala tempat atau

lingkungan, orang, dan benda yang mengandung informasi yang

menjadi wahana bagi siswa untuk melakukan proses perubahan

perilaku.

Menurut Dale (Sanjaya, 2006:163) berpendapat bahwa yang

disebut sumber belajar adalah pengalaman. Ia juga mengklasifikasikan

pengalaman yang dapat dipakai sebagai sumber belajar menurut jenjang

tertentu yang berbentuk cone of experience (kerucut pengalaman) yang

disusun dari yang konkret sampai dengan yang abstrak

Abstrak

Konkrit

(Sumber : Sanjaya, 2006)


Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Dale
16

Dale berkeyakinan bahwa simbol dan gagasan yang abstrak lebih

mudah dipahami dan diserap manakala diberikan dalam bentuk

pengalaman yang konkrit. Dari gambar kerucut pengalaman Dale

tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa pengalaman langsung yang

dapat memberi pengalaman belajar meliputi hal yang bersifat abstrak

hingga yang bersifat konkrit yang terdiri dari pengalaman yang

berbentuk verbal, visual, rekaman radio, gambar hidup, pameran,

televisi, karya wisata, dramatisasi, pengamatan dan pengalaman

langsung. Pengalaman langsung merupakan penggambaran realitas

secara langsung sebagai pengalaman yang kita temui pertama kalinya.

Ibarat ini seperti fondasi dari kerucut pengalaman ini, dimana dalam hal

ini masih sangat konkrit. Dalam tahap ini pembelajaran dilakukan

dengan cara memegang, merasakan, atau mencium secara langsung

materi pelajaran.

2. Lingkungan Sebagai Sumber Belajar

Pada dasarnya belajar merupakan interaksi antar individu dengan

lingkungannya. Selama manusia hidup ia akan selalu berinteraksi

dengan lingkungannya, karena lingkungan memberikan berbagai

kesempatan atau kemungkinan bagi individu untuk mengaktualisasikan

potensi-potensi yang dimilkinya. Pernyataan ini sependapat dengan

Hamalik (2008:194) yang menyatakan bahwa “belajar pada hakikatnya

adalah interaksi antara individu dengan lingkungannya”.


17

Sumber belajar sebagai komponen dalam proses belajar mengajar

mempunyai manfaat sangat besar, sehingga dengan memasukkan

sumber belajar secara terencana, maka suatu kegiatan belajar mengajar

akan lebih efektif dan efisien dalam usaha pencapaian tujuan

instruksional yang telah ditetapkan. Implementasi pemanfaatan sumber

belajar di dalam proses pembelajaran sudah tercantum dalam kurikulum

saat ini bahwa proses pembelajaran yang efektif adalah proses

pembelajaran yang menggunakan berbagai ragam sumber belajar, salah

satunya adalah lingkungan.

Ada tiga macam lingkungan yang dapat digunakan dalam proses

pendidikan dan pengajaran yaitu lingkungan sosial, lingkungan alam

dan lingkungan buatan. Lingkungan sosial sebagai sumber belajar

berkaitan dengan interaksi manusia dengan kehidupan bermasya rakat.

Lingkungan alam berkenaan dengan segala sesuatu yang sifatnya

alamiah seperti keadaan geografi, iklim maupun sumber daya alam.

Lingkungan buatan yaitu lingkungan yang sengaja diciptakan atau

dibangun manusia untuk tujuan tertentu yang bermanfaat bagi

kehidupan manusia.

Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu dengan membawa sumber-sumber dari

masyarakat ke atau lingkungan ke dalam kelas dan dengan cara

membawa siswa ke lingkungan. Tentunya masing-masing cara tersebut

dapat dilakukan dengan pendekatan, metode, teknik dan bahan tertentu


18

yang sesuai dengan tujuan pengajaran. Lingkungan sebagai sumber

belajar para siswa dapat dioptimalkan pemanfaatannya dalam proes

pembelajaran untuk memperkaya bahan dan kegiatan belajar siswa di

sekolah.

Dijelaskan oleh Sudjana (2010:208) memanfaatkan lingkungan

sebagai sumber belajar memilki banyak keuntungan. Keuntungan yang

dimaksud adalah sebagai berikut.

a. Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan


(siswa duduk di kelas berjam-jam) sehingga motivasi belajar
akan lebih tinggi;
b. Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa
dihadapkan dengan situasi dan keadaan sebenarnya yang
bersifat alami;
c. Bahan-bahan yang dipelajari lebih kaya serta jauh lebih
faktual sehingga kebenarannya lebih akurat;
d. Kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif
sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti
mengamati, bertanya, atau wawancara, membuktikan atau
mendemonstrasikan, menguji fakta dan lain-lain;
e. Sumber belajar menjadi lebih kaya seba lingkungan yang
dapat dipelajari bisa beraneka ragam seperti lingkungan
sosial, lingkungan alam, lingkungan buatan, dan lain-lain;
dan
f. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek
kehidupan yang ada di lingkungannya, sehingga dapat
membentuk pribadi yang tidak asing dengan kehidupan
disekitarnya, serta dapat memupuk cinta lingkungan.

Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar berpijak pada

pemikiran mengenai empat pilar belajar yang dikemukakan UNESCO

(Setiadi, 2007), yaitu:

a. Learning to know, yaitu proses pembelajaran yang


memungkinkan siswa menguasai tehnik menemukan
pengetahuan dan bukan semata-mata hanya memperoleh
pengetahuan;
19

b. Learning to do, yaitu memberdayakan siswa agar mampu


berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya,
meningkatkan interaksi dengan lingkungannya baik fisik,
sosial maupun budaya, sehingga siswa mampu membangun
pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia sekitar;
c. Learning to live together dengan membekali kemampuan
untuk hidup bersama orang lain yang berbeda dengan penuh
toleransi, saling pengertian; dan
d. Learning to be adalah keberhasilan yang dicapai dari tiga
pilar belajar diatas;

Menurut penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa salah satu

komponen empat pilar belajar tersebut, yaitu learning to do, dalam

meningkatkan kemampuan siswa maka guru dapat memanfaatkan

lingkungan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan siswa

terhadap dunia sekitarnya. Cara yang dapat dilakukan yaitu dengan cara

mengunjungi langsung lingkungan disekitar lokasi sekolah sekolah

misalnya museum, monumen, pasar, candi, rawa, dan sumber-sumber

belajar lain yang terkait dengan pembelajaran IPS

Menurut Pantiwati (2015:28) keuntungan memanfaatkan

lingkungaan sebagai sumber belajar sebagai berikut.

“Menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah


ada di lingkungan, yaitu praktis dan mudah dilakukan, tidak
memerlukan peralatan khusus, Memberikan pengalaman yang riil
kepada siswa, pelajaran menjadi lebih konkrit, tidak verbalistik,
karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan siswa, maka
benda-benda tersebut akan sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan siswa. Hal ini juga sesuai dengan konsep pembelajaran
kontekstual (contextual learning). Pelajaran lebih aplikatif,
maksudnya materi belajar yang diperoleh siswa melalui media
lingkungan kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan langsung,
karena siswa akan sering menemui benda. Media lingkungan
memberikan pengalaman langsung kepada siswa, dan lebih
komunikatif”.
20

Berdasarkan uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa ada banyak

keuntungan dalam memanfaatkan sumber belajar hal ini akan

berdampak pada pengalaman belajar siswa yang lebih nyata,

komprehensif dan komunikatif.

Menurut Siregar dan Hartini (2010:128) menjelaskannya secara

rinci manfaat sumber belajar sebagai berikut.

a. Memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret dan


langsung;
b. Menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan,
dikunjungi, atau dilihat secara langsung;
c. Menambah dan memperluas cakrawala sains yang ada di
dalam kelas;
d. Memberikan informasi yang akurat dan terbaru;
e. Membantu memecahkan masalah pendidikan dalam lingkup
makro maupun mikro;
f. Memberikan motivasi positif, dan
g. Merangsang untuk berpikir kritis, merangsang untuk
bersikap lebih positif serta berkembang lebih jauh.

Sumber belajar bermanfaat untuk memfasilitasi kegiatan belajar

agar menjadi lebih efektif dan efisien. Seperti yang dikemukakan oleh

beberapa ahli diatas ada banyak sekali manfaat sumber belajar beberapa

diataranya adalah dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih

konkret dan efisen, menyajikan sesuatu yang tidak mungkin dilihat

secara langsung, merangsang ssiwa untuk berpikir kritis, merangasnag

untuk bersikap lebih positif dan berkembang lebih jauh.

Sumber belajar memiliki berbagai manfaat penting dalam kegiatan

pembelajaran. Sumber belajar tidak hanya bermanfaat untuk

menyalurkan pesan, tetapi juga strategi, metode, dan tekniknya. Tim

Pengembang Ilmu Pendidikan dari FIP UPI (2007:201) mengungkapkan


21

manfaat sumber belajar adalah: (1) Meningkatkan produktifitas

pembelajaran; (2) Memberikan kemungkinan pembelajaran yang

sifatnya lebih individual; (3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah

terhadap pembelajaran; (4) Lebih memantapkan pembelajaran; (5)

Memungkinkan belajar secara seketika; dan (6) Memungkinkan

pembelajaran yang lebih luas.

Berdasarkan beberapa manfaat yang diungkapkan ahli tersebut,

maka dapat disimpulkan bahwa sumber belajar tidak hanya

menyalurkan pesan saja, melainkan juga dapat meningkatkan efektifitas

proses pembelajaran. Peningkatan proses pembelajaran pada akhirnya

akan meningkatkan kualistas siswanya. Khususnya untuk sumber

belajar dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat

untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret, memperluas

cakrawala, memberi informasi yang akurat, serta merangsang untuk

berfikir kritis

3. Hasil Belajar

Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu,

yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan

melainkan perubahan kelakuan. Belajar pada dasarnya adalah suatu

proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan

lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang

bersifat positif baik perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap,

maupun psikomotor (Sanjaya, 2010:229).


22

Menurut Dimyati (1999), hasil belajar merupakan hal yang dapat

dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi

siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih

baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Howard Kingsley

(Sudjana, 2005: 85) membagi 3 macam hasil belajar: (1) Keterampilan

dan kebiasaan; (2) Pengetahuan dan pengertian; dan (3) Sikap dan cita-

cita. Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan

dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri

siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa

hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan

yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam

jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya

karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang

selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan

mengubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih

baik.

Menurut Nawawi (Ahmad, 2015:5) “Hasil belajar dapat diartikan

sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran

di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes

mengenal jumlah materi pelajaran tertentu”. Dari pendapat ahli di atas

dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tolak ukur kemampuan


23

siswa dalam menguasai materi pelajaran yang telah diajarkan di sekolah

setelah melalui kegiatan proses belajar.

Menurut (Sutarsih, 2009:7) agar memperoleh hasil yang

memuaskan dalam pembelajaran siswa dan guru perlu

memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

a. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan


dan merangsang aktivitas proses belajar mengajar;
b. Mengoptimalkan hasil belajar, melalui proses belajar
mengajar yang berdaya guna dan berhasil guna;
c. Mengerjakan tugas dengan baik;
d. Merumuskan tujuan pembelajaran secara nyata;
e. Melihat kembali hasil-hasil pembelajaran yang telah
dicapai;dan

f. Mencari jalan keluar agar dalam proses belajar mengajar


lebih aktif dan kreatif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan

menjadi dua golongan, yaitu:

a. Faktor intern, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan

faktor kelelahan.

b. Faktor ekstern, seperti faktor keluarga, sekolah, dan

masyarakat (Slameto, 2003:54)

Berdasarkan dua uraian di atas dapat kita tarik simpulan bahwa

untuk memperoleh hasil belajar yang memuaskan perlu diperhatikan

beberapa faktor yang melatarbelakanginya seperti faktor intern yang

berupa faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan serta

faktor ekstern berupa faktor keluarga sekolah dna masyarakat.


24

Menurut Syah (2010:140) tujuan evaluasi belajar/hasil belajar

sebagai berikut.

a. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai


oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses tertentu;
b. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa
dalam kelompok kelasnya;
c. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa
dalam belajar;
d. Untuk mengetahui segala upaya siswa dalam
mendayagunakan kapasitas kognitifnya untuk keperluan
belajar;dan
e. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna
metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses
mengajar belajar (PMB).

Berdasarkan uraian tersebut bahwa tujuan penilaian hasil belajar

adalah dapat mendeskripsikan kecakapan belajar siswa, dapat

mengetahui keberhasilan siswa di sekolah, dapat menentukan tindak

lanjut hasil penilaian, dan dapat memberikan pertanggungjawaban dari

pihak sekolah.

Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai oleh siswa

sesuai dengan tujuan yang dikehendaki maka dapat diketahui dengan

adanya evaluasi. Pada penelitian ini kemampuan siswa diukur melalui

laah satu aspek yaitu aspek kognitif dikarenakan penilaian hasil belajar

yang akan dilakukan terbatas pada penilaian hasil pre-test dan post-

test. Zaif (Fahma, 2015:22) terdapat beberapa aspek penilaian dalam

penilaian kognitif yaitu sebagai berikut.

a. Pengetahuan (knowledge) yaitu kemampuan untuk


mengingat
b. Pemahaman (comprehension) yaitu kemampuan untuk
memahami
c. Aplikasi (application) yaitu kemampuan untuk penerapan
25

d. Analisis (analysis) yaitu kemampuan untuk menganalisis


suatu informasi yang luas menjadi bagian-bagian yang
kecil-kecil
e. Sintesis (synthesis) yaitu kemampuan menggabungkan
beberapa informasi menjadi suatu kesimpulan.

Supaya mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai aspek

kognitif dibawah ini terdapat tabel yang menunjukkan jenis, indikator

dan cara penilaian hasil belajar.

Tabel 2.1
Jenis, Indikator, dan Cara Penilaian Hasil Belajar Ranah Koginitif
Jenis Cara
Indikator
Penilaian Evaluasi
Pengamatan 1. Dapat menunjukkan 1. Tes Lisan
2. Dapat membandingkan 2. Tes Tertulis
3. Dapat menghubungkan 3. Observasi
1. Dapat menyebutkan 1. Tes Lisan
Ingatan 2. Dapat menunjukkan 2. Tes Tertulis
Kembali 3. Observasi
1. Dapat menjelaskan 1. Tes Lisan
Pemahaman 2. Dapat mendefinisikan 2. Tes Tertulis
dengan lisan sendiri
1. Dapat memberikan 1. Tes Tertulis
Aplikasi / contoh 2. Pemberian
Penerapan 2. Dapat menggunakan Tugas
secara tepat 3. Observasi
Analisis 1. Dapat menguraikan 1. Tes Tertulis
(pemerikasan 2. Dapat 2. Pemberian
dan pemilihan mengklasifikasikan / Tugas
secara teliti) memilah-milah
1. Dapat menghubungkan
Sintesis 1. Tes Tertulis
materi-materi, sehingga
(membuat 2. Pemberian
menjadi kesatuan baru
panduan baru Tugas
2. Dapat menyimpulkan
dan utuh)
3.Dapat menggeralisasikan
(Sumber : Zaif, 2015)
26

Dalam penilaian hasil belajar tentunya mempunyai langkah-

langkah tertentu sehingga penilaian hasil belajar bisa tersusun dengan

sistematis. Berikut ini langkah-langkah pokok penilaian hasil belajar:

a. Pertama: Menyusun Rencana Penilaian Hasil Belajar. Dalam


merencanakan penilaian atau evaluasi hasil belajar, perlu
dilakukan setidaknya enam hal, yaitu:
1) Merumuskan tujuan dilakukannya penilaian atau
evaluasi, termasuk merumuskan tujuan terpenting
dari diadakannya penilaian. Hal ini perlu dilakukan
agar arah proses penilaian jelas.
2) Menetapkan aspek-aspek yang akan dinilai yaitu
aspek kognitif
3) Memilih dan menentukan teknik yang akan
digunakan.
4) Menyusun instrumen yang akan dipergunakan untuk
menilai proses dan hasil belajar para peserta didik.
Sejumlah instrumen yang mungkin digunakan adalah
butir-butir soal tes
5) Menentukan metode penskoran jawaban siswa.
6) Menentukan frekuensi dan durasi kegiatan penilaian
atau evaluasi (kapan, berapa kali, dan berapa lama).
7) Mengulas tugas-tugas penilaian
b. Kedua: Menghimpun Data
Dalam kegiatan ini bisa memilih teknik tes dengan
menggunakan tes atau memilih teknik non tes dengan
melakukan pengamatan, wawancara atau angket. Ketika
melakukan penilaian prestasi peserta didik, para guru harus
memahami situasi dan kondisi lingkungan fisik dan
psikologis. Lingkungan fisik harus tenang dan nyaman.
Selama proses penilaian berlangsung, guru juga harus
memonitor jalannya penilaian dan membantu agar semuanya
berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
c. Ketiga: Melakukan Verifikasi Data
Verifikasi data perlu dilakukan agar kita dapat memisahkan
data yang “baik” (yakni data yang akan memperjelas
gambaran mengenai peserta didik yang sedang dievaluasi)
dari data yang “kurang baik” (yaitu data yang akan
mengaburkan gambaran mengenai peserta didik).
d. Keempat: Mengolah dan Menganalisis data
Tujuan dari langkah ini adalah memberikan makna terhadap
data yang telah dihimpun. Agar data yang terhimpun
tersebut bisa dimaknai, kita bisa menggunakan teknik
27

statistik dan/atau teknik non statistik, berdasarkan pada


mempertimbangkan jenis data.
e. Kelima: Melakukan Penafsiran atau Interpretasi dan
Menarik Kesimpulan
Kegiatan ini pada dasarnya merupakan proses verbalisasi
terhadap makna yang terkandung pada data yang telah
diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan sejumlah
kesimpulan. Kesimpulan-kesimpulan yang dibuat tentu saja
harus mengacu pada sejumlah tujuan yang telah ditentukan
di awal
f. Keenam: Menyimpan Instrumen Penilaian dan Hasil
Penilaian
Langkah keenam ini memang perlu disampaikan di sini
untuk mengingatkan para guru, sebab dengan demikian
mereka dapat menghemat sebagian waktunya untuk ha-hal
yang lebih baik. Dengan disimpannya instrumen dan
ringkasan dan jawaban siswa, termasuk berbagai catatan
tentang upaya memperbaiki instrumen, sewaktu-waktu Anda
membutuhkan untuk memperbaiki instrumen tes pada tahun
berikutnya maka tidak akan membutuhkan waktu yang
lama. Tentu saja, perubahan disana-sini perlu dilakukan
karena isi dan struktur unit pelajaran yang dipelajari siswa
juga telah berubah.
g. Ketujuh: Menindaklanjuti Hasil Evaluasi
Berdasarkan data yang telah dihimpun, diolah, dianalisis,
dan disimpulkan maka Anda sebagai guru atau evaluator
bisa mengambil keputusan atau merumuskan kebijakan
sebagai tindak lanjut konkret dari kegiatan penilaian.
Dengan demikian, seluruh kegiatan penilaian yang telah
dilakukan akan membawa banyak manfaat karena terjadi
berbagai perubahan dan atau perbaikan.

Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk

melakukan penilaian hasil belajar ada beberapa tahapan yang harus

dilakukan secara sistematis. Kurang lebih terdapat tujuh tahapan yang

harus dilakukan sebelum mulai dari persiapan hingga menindaklanjuti

hasil evaluasi belajar. Satu dan lainnya tidak bisa ditinggalkan, semua

harus dilaksanakan tahap demi tahap secara sistematis.

4. Ilmu Pengetahuan Sosial


28

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

pelajaran yang diajarkan pada siswa Sekolah Menengah Pertama

(SMP). Terdapat beberapa pengertian IPS menurut ahli yang akan

dijabarkan di bawah ini.

Dalam pasal 37 Undang-Undang Sisdiknas dijelaskan bahwa mata

pelajaran IPS merupakan muatan wajib yang harus ada dalam

kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Istilah IPS merupakan hasil

kesepakatan dari para ahli di Indonesia dalam Seminar Nasional tentang

Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu, Solo. Istilah Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai mata pelajaran di sekolah pertama

kali digunakan dalam Kurikulum 1975.

Forum Komunikasi II HISPIPSI tahun 1991 di Yogyakarta

merumuskan pendidikan IPS versi pendidikan sekolah dasar dan

menengah sebagai penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu

sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang

diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis atau

psikologis untuk tujuan pendidikan (Soemantri, 2001:92).

Penyederhanaan dalam hal ini mengandung arti bahwa kesukaran

materi ajar harus disesuaikan dengan tingkat kecerdasan, tingkat

perkembangan dan minat siswa. Sedangkan Pendidikan IPS di sekolah

menurut Soemantri (2001: 44) adalah penyederhanaan disiplin ilmu-

ilmu sosial, psikologi, filsafat, ideologi negara dan agama yang disusun

dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.


29

Berdasarkan penjelasan para ahli maka dapat disimpulkan bahwa

IPS adalah mata pelajaran yang isi materinya diturunkan sejumlah ilmu

sosial seperti Geografi, Sosiologi, Ekonomi, Sejarah, Hukum, Politik,

Antropologi, Filsafat, dan beberapa ilmu sosial lainnya yang disusun

untuk tujuan pendidikan. IPS bukan hanya menekankan hubungan

manusia dengan lingkungan fisiknya tetapi juga hubungan antar

manusia.

Tujuan pembelajaran IPS antara lain yaitu IPS menekankan

tumbuhnya nilai kewarganegaraan, moral, ideologi, negara, dan agama,

IPS menekankan pada isi dan metode berpikir ilmuwan; IPS

menekankan pada reflective inquiry (Soemantri, 2001 : 44). Sedangkan

dalam Permendikbud No.68 Tahun 2013 tujuan pendidikan IPS yaitu

menekankan pada pemahaman tentang bangsa, semangat kebangsaan,

patriotisme, dan aktivitas masyarakat di bidang ekonomi dalam ruang

atau space wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pendidikan IPS bertujuan membekali siswa agar memiliki kemampuan

berpikir secara logis dan rasional, memiliki jiwa sosial yang

mengedepankan nilai-nilai sosial dalam membuat keputusan dan

berpartisipasi aktif dalam kehidupan bernegara di lingkungan

masyarakat, bangsa dan dunia. IPS juga bertujuan membentuk warga

negara yang baik, memiliki kemampuan berkomunikasi, dapat

bekerjasama sekaligus berkompetisi, mempunyai keterampilan yang


30

berguna bagi dirinya sendiri maupun orang lain, serta menjadi manusia

yang taat pada agama yang dianutnya.

Pembelajaran IPS secara mendasar, berkaitan dengan kehidupan

manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS

erat kaitannya dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik

kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya dan kejiwaannya,

memanfaatkan sumber daya yang ada di permukaan bumi, mengatur

kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam

rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. Singkatnya,

IPS mempelajari, menelaah dan mengkaji sistem kehidupan manusia di

permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai

anggota masyarakat. Melalui mata pelajaran IPS siswa diharapkan

dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan

bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai (Mulyasa,

2006: 125).

Dengan pertimbangan bahwa manusia dalam konteks sosial

demikian luas, pengajaran IPS pada jenjang pendidikan harus dibatasi

sesuai dengan kemampuan siswa tiap jenjang, sehingga ruang lingkup

pengajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar berbeda dengan jenjang

pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pada jenjang pendidikan

dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan

masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah.

Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di


31

lingkungan sekitar siswa. Pada jenjang pendidikan menengah, ruang

lingkup kajian diperluas. Begitu juga pada jenjang pendidikan tinggi,

bobot dan keluasan materi dan kajian semakin dipertajam dengan

berbagai pendekatan. Pendekatan interdisipliner atau multidisipliner

dan pendekatan sistem menjadi pilihan yang tepat untuk diterapkan

karena IPS pada jenjang pendidikan tinggi menjadi sarana melatih daya

pikir dan daya nalar mahasiswa secara berkesinambungan.

Sebagaimana telah dikemukakan di depan, bahwa yang dipelajari

IPS adalah manusia sebagai anggota masyarakat dalam konteks

sosialnya. Ruang lingkup kajian IPS meliputi (1) substansi materi ilmu-

ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat dan (2) gejala,

masalah dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat. Kedua

lingkup pengajaran IPS ini harus diajarkan secara terpadu karena

pengajaran IPS tidak hanya menyajikan materi-materi yang akan

memenuhi ingatan siswa tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan sendiri

sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Oleh karena itu,

pengajaran IPS harus menggali materi-materi yang bersumber pada

masyarakat. Dengan kata lain, pengajaran IPS yang melupakan

masyarakat atau yang tidak berpijak pada kenyataan di dalam

masyarakat tidak akan mencapai tujuannya.

Sesuai dengan tingkatannya mata pelajaran IPS di SMP disusun

secara sistematis dan terpadu dalam pembelajaran menuju kedewasaan


32

dan keberhasilan dalam masyarakat. Dalam hal ini, Sapriya (2011: 201)

merumuskan tujuan IPS ditingkat SMP adalah:

“1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan


masyarakat dan lingkungannya; 2) memiliki kemampuan dasar
untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
keterampilan sosial dalam memecahkan masalah; 3) memiliki
komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan; dan 4) memiliki kemampuan berkomunikasi,
bekerja sama, serta berkompetisi dalam masyarakat majemuk”.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

pendidikan IPS di SMP bertujuan untuk memberikan informasi dan

pengetahuan kepada siswa, memperbaiki nilai dan tingkah laku, dan

mengembangkan keterampilan. Selain itu, pendidikan IPS di sekolah

juga mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik dan

mampu menggunakan penalaran untuk mengambil keputusan.

5. Pemanfaatan Sumber Belajar Kaitannya Dengan Hasil Belajar

Kegiatan belajar memerlukan interaksi dengan sumber belajar yang

dapat digunakan untuk menyediakan fasilitas belajar. Hasil belajar yang

maksimal dapat diperoleh jika kadar interaksi itu tinggi.

Sumber belajar mempunyai nilai dalam proses

belajar mengajar. Menurut Rosdiana (2007:44)

menyebutkan bahwa nilai sumber belajar dalam proses

belajar mengajar adalah:

a. Memperjelas dan mengkonkritkan pemahaman


siswa tentang konsep yang dipelajari;
b. Dapat membuat pemahaman siswa lebih tepat
dan cepat dimilki siswa dan tidak segera
dilupakan;
33

c. Menimbulkan rasa ingin tahu pada siswa dan


mengembangkan minat belajar mereka;
d. Membuat situasi belajar bervariasi dan tidak
membosankan;dan
e. Dapat membantu guru mengefektifkan
penggunaan metode mengajar yang dipilih.

Pemanfaatan sumber belajar memilki arti yang

sangat penting, selain melengkapi, memelihara dan

memperkaya khazanah belajar, sumber belajar juga

dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas belajar,

yang sangat menguntungkan baik bagi guru maupun

bagi para peserta didik. Dengan didayagunakannya

sumber belajar secara maksimal, dimungkinkan orang

yang belajar menggali berbagai ilmu pengetahuan yang

sesuai dengan bidangnya, sehingga pengetahuannya

senantiasa aktual, serta mampu mengikuti akselerasi

teknologi dan seni yang senantiasa berubah.

Pemanfaatan beragam sumber belajar yang sesuai

dengan masing-masing komponen sistem intruksional

dan makin menyatu dengan komponen-komponen

tersebut, maka hasil belajar yang diperoleh siswa makin

baik.

B. Penelitian Yang Relevan

Dari hasil penelusuran peneliti terkait dengan tema penelitian

berupa “pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar” memang

belum banyak. Kebanyakan mengulas secara umum tema tentang


34

pemanfaatan sumber belajar saja tidak secara spesifik tentang macam-

macam sumber belajar salah satunya sumber belajar lingkungan.

Penelitian yang di lakukan oleh Isye Rahmawati, Enok Maryani,

dan Agus Mulyana (2016 : x) dengan judul “Pemanfaatan Lingkungan

Sekitar Sebagai Sumber Pembelajaran Untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis”. Dalam penelitannya Isye Rahmawati dan

kawan-kawan menyatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara

hasil pre-test dan post-test berpikir kritis pada kelas yang

memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar melalui

metode inkuiri dengan yang tidak memanfaatkan lingkungan sekitar

sebagai sumber belajar melalui metode ceramah. Dengan demikian,

pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dapat

meningkatkan cara berpikir kritis siswa. Perbedaan penelitian di atas

dengan penelitian yang akan dibahas oleh peneliti adalah terletak pada

metode yang digunakan juga sasaran yang di tentukan yaitu mengenai

meningkatkan cara berpikir kritis siswa.

Penelitian lain terkait pemanfaatan lingkungan sebagai sumber

belajar dilakukan oleh Edhy Nooryono (2009 : x) dengan judul

“Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Dalam Rangka Meningkatkan

Minat Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah di SMA 2 Bae Kudus”.

Penelitian dalam tesis ini menyimpulkan bahwa dalam pembelajaran

sejarah memanfaatkan lingkungan (situs sejarah) di Kudus sebagai

sumber belajar, ini menunjukkan bahwa guru memahami tujuan


35

pembelajaran yang benar, hal ini dapat dilihat dari cara menyusun

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mengkaitkan dengan

peninggalan sejarah di Kudus. Akhirnya keseriusan siswa dalam

pembelajaran akan sangat menentukan keberhasilan pemanfaatan

lingkungan (situs sejarah) dalam pembelajaran sejarah di SMA 2 Bae

Kudus. Perbedaan antara penelitian ini dengan milik peneliti ialah pada

subjek dan objek penelitiannya berupa memanfaatkan situs sejarah dan

dilakukan pada mata pelajaran sejarah di SMA.

Temuan selanjutnya yang berhasil peneliti temukan terkait dengan

pemanfaatan lingkungan adalah milik Miftakhul Jannah (2012 : x) yang

berjudul “Efektivitas Penggunaan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar

Materi IPA Pokok Bahasan Ekosistem Pada Kelas VII SMP Negeri 2

Pringapus Kabupaten Semarang Terhadap Hasil Belajar Siswa”.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa bahwa menggunakan lingkungan

sebagai sumber belajar efektif terhadap hasil belajar siswa kelas VII

pada materi ekosistem di SMPN 2 Pringapus Kabupaten Semarang.

Rata-rata nilai kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok

kontrol. Perbedaan dengan penelitian diatas adalah pada materi dan juga

pokok bahasannya. Jenis penelitian yang digunakan juga berbeda,

penelitian ini cenderung menggunakan penelitian tindakan kelas.

C. Kerangka Berpikir
36

Dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar segala

sesuatunya perlu dipersiapkan secara baik, sistematis, dan terprogram.

Sumber belajar dapat dikembangkan sesuai dengan potensi yang

dimiliki guru dan siswa. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar

guru perlu untuk mendayagunakan sumber belajar guna mendukung

pencapaian tujuan pembelajaran IPS.

Dengan tercapainya tujuan pembelajaran IPS pada dasarnya maka,

akan tercapai tujuan lain yaitu tujuan pendidikan nasional. Secara

skematik kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut

Mata Pelajaran
IPS

Kelas Kontrol Kelas


Eksperimen

Persiapan : RPP Persiapan : RPP

Kegiatan Inti : Kegiatan Inti :


Pembelajaran di Pembelajaran di
dalam kelas lingkungan

Evaluasi Evaluasi

Hasil Belajar
37

(Sumber: Penelitian 2018)


Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan
Sebagai Sumber Belajar Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas VII SMP Negeri 2
Ambarawa

D. Hipotesis

Hipotesis dapat dartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat

sementara (Arikunto, 2006:71). Berdasarkan kerangka berpikir diatas

maka dapat dirumuskan hipotesis sebagi berikut.

H0 : Tidak ada pengaruh pemanfaatan lingkungan sebagai sumber

belajar terhadap hasil belajar IPS Kelas VII di SMP Negeri 2

Ambarawa.

Ha : Ada pengaruh pemanfaatan lingkungan sebagai sumber

belajar terhadap hasil belajar IPS Kelas VII di SMP Negeri 2

Ambarawa

You might also like