You are on page 1of 17

ASUHAN KEPERAWATAN

STRAIN DAN SPRAIN

Di Susun Oleh :
Kelas VII C
1. Dimas Surya
2. Edi Purnomo
3. Eka Indah P. W.
4. Ika Riwayati
5. Mulyo Aji
6. Nur Hayatul Nupus
7. Ribut A.W
8. Sidik Gunarno
9. Soni Anggara
10. Widya Septi Nuraini
11. Yulita Fatimah

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmatNya kami
masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
dibuat sebagai tindak lanjut dari tugas mata kuliah GAWAT DARURAT II. Dalam
kesempatan ini, kami mengangkat judul “ASUHAN KEPERAWATAN STRAIN DAN
SPRAIN”.
Sesuai dengan tujuan kami tersebut maka kami akan menyusun dengan sebaik-
baiknya meskipun masih banyak kekurangannya dan tidak lupa pula kami mengucapkan
terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Dosen pembimbing akademik STIKES ICME JOMBANG
2. Dosen penanggung jawab mata kuliah GADAR
3. Semua pihak yang ikut serta berpartisipasi dalam pembuatan makalah.
Atas rahmat tuhan yang maha kuasa, kami berharap makalah ini bermanfaat bagi
pembaca. Serta saran dan kritik kami harapkan, karena kami menyadari bahwa makalah ini
banyak kekurangannya dan masih belum sempurna

Jombang, Maret 2015

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin banyak orang yang melakukan olahraga rekreasional dapat mendorong
dirinya sendiri diluar batas kondisi fisiknya dan terjadi lah cedera olahraga. Cedera terhadap
sistem mukoluskletal dapat bersifat akut (sprain, strain, dislokasi, fraktur) atau sebagai akibat
penggunaan berlebihan secara bertahap (kondromalasia, tendinitis, fraktur sterss). Atlet
profesional juga rentan terhadap cedera, meskipun latihan mereka disupervisi ketat untuk
meminimalkan terjadinya cedera. Namun sering kali atlet tersebut juga dapat mengalami
cedera muskoluskletal, salah satunya adalah sprain.
Sprain atau keseleo merupakan cedera umum yang dapat menyerang siapa saja,
tetapi lebih mungkin terjadi pada individu yang terlibat dengan olahraga, aktivitas berulang,
dan kegiatan dengan resiko tinggi untuk kecelakaan. Ketika terluka ligamen, otot atau tendon
mungkin rusak, atau terkilir yang mengacu pada ligamen yang cedera, ligamen adalah pita
sedikit elastis jaringan yang menghubungkan tulang pada sendi, menjaga tulang ditempat
sementara memungkinkan gerakan. Dalam kondisi ini, satu atau lebih ligamen yang
diregangkan atau robek. Gejalanya meliputi nyeri, bengkak, memar, dan tidak mampu
bergerak.
Sprain biasanya terjadi pada jari-jari, pergelangan kaki, dan lutut. Bila kekurangan
ligamen mayor, sendi menjadi tidak stabil dan mungkin diperlukan perbaikan bedah. Sprain
adalah cidera sendi yang biasanya melibatkan robek ringan (trauma mikro) pada ligamen dan
kapsul sendi. Bagian tubuh yang biasanya mengalami sprain adalah jempol, pergelangan
kaki, dan pergelangan tangan.
Otot menempel pada sendi dengan bantuan jaringan ikat yang disebut tendon.
Strain adalan cidera pada tendon atau pada otot itu sendiri. Betis, selangkangan, dan
hamstring (otot paha belakang) adalah area yang biasa mengalami strain.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Sprain dan Strain?
2. Apa penyebab Sprain dan Strain?
3. Bagaimna patofisiologi Sprain dan Strain?
4. Bagaimana manifestasi klinis Sprain dan Strain?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada Sprain dan Strain?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada Sprain dan Strain?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung
kegiatan belajar mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata kuliah
keperawatan Muskuloskeletal II tentang Asuhan Keperawatan Klien dengan Trauma
Muskuloskeletal: Kontusio, Sprain, Strain dan Dislokasi.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian Sprain dan Strain
2. Mengetahui penyebab terjadinya Sprain dan Strain.
3. Mengetahui patofisiologi Kontusio Sprain dan Strain.
4. Mengetahui manifestasi klinis Sprain dan Strain.
5. Mengetahui penatalaksanaan Sprain dan Strain.
6. Mengetahui proses asuhan keperawatan Sprain dan Strain.
BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi

2.1.1 SPRAIN (KESELEO )

a. Pengertian
Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi akibat gerakan
menjepit atau memutar. Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau
kerobekan pada ligament (jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang)
atau kapsul sendi, yang memberikan stabilitas sendi. Kerusakan yang parah
pada ligament atau kapsul sendi dapat menyebabkan ketidakstabilan pada sendi.
Fungsi ligamen adalah menjaga stabilitas, namun masih mampu melakukan
mobilitas. Ligamen yang sobek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya.
Pembuluh darah akan terputus dan terjadilah edema, yaitu sendi terasa nyeri
tekan dan gerakan sendi terasa sangat nyeri (Brunner & Suddart).
b. Etiologi
1) Sprain terjadi ketika sendi dipaksa melebihi lingkup gerak sendi yang
normal, seperti melingkar atau memutar pergelangan kaki.
2) Sprain dapat terjadi di saat persendian anda terpaksa bergeser dari posisi
normalnya karena anda terjatuh, terpukul atau terkilir.
c. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda strain mencakup rasa sakit, bengkak, dan spasmus pada
otot. Penderita bisa atau tidak mengalami gejala objektif langsung setelah strain.
Geraka berikutnya dari bagian yang mengalami hal ini aka menghasilkan rasa
sakit yang akan menghambat aktifitas fisiknya. Dalam beberapa contoh :
penderita mungkin akan berkata bahwa bagian yang menderita mengalami “mati
rasa”. Perubahan warna biasanya tidak terjadi kecuali jika penderita mengalami
kerusakan pada jaringan lunak
1) Nyeri
2) Inflamasi/peradangan
3) Ketidakmampuan menggerakkan tungkai.
4) Sama dengan strain (kram) tetapi lebih parah.
5) Edema, perdarahan dan perubahan warna yang lebih nyata.
6) Ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot dan tendon.
7) Tidak dapat menyangga beban, nyeri lebih hebat dan konstan
d. Patofisiologi
Kekoyakan ( avulsion ) seluruh atau sebagian dari dan disekeliling sendi, yang
disebabkan oleh daya yang tidak semestinya, pemelintiran atau mendorong/mendesak pada
saat berolah raga atau aktivitas kerja. Kebanyakan keseleo terjadi pada pergelangan tangan
dan kaki, jari-jari tangan dan kaki. Pada trauma olah raga (sepak bola) sering terjadi robekan
ligament pada sendi lutut. Sendi-sendi lain juga dapat terkilir jika diterapkan daya tekanan
atau tarikan yang tidak semestinya tanpa diselingi peredaan.
WOC
Aktivitas sehari-hari

Yang berlebihan

SPRAIN

Inflamasi sel terhadap cedera

Peradangan

Vasodilatasi pembuluh darah kelemasan otot

Cairan di intrasisial functiolaesa otot

Bengkak (tumor) gangguan mobilitas fisik

Tertekannya ujung Saraf perifer

Nyeri(dolor)

nyeri
e. Penatalaksanaan
1. Istirahat
Akan mencegah cidera tambah dan mempercepat penyembuhan
2. Meninggikan bagian yang sakit,tujuannya peninggian akan mengontrol
pembengkakan.
3. Pemberian kompres dingin. Kompres dingin basah atau kering diberikan secara
intermioten 20-48 jam pertama yang akan mengurangi perdarahan edema dan
ketidaknyamanan.
4. Kelemahan biasanya berakhir sekitar 24 – 72 jam sedangkan mati rasa biasanya
menghilang dalam 1 jam. Perdarahan biasanya berlangsung selama 30 menit atau
lebih kecuali jika diterapkan tekanan atau dingin untuk menghentikannya. Otot,
ligament atau tendon yang kram akan memperoleh kembali fungsinya secara penuh
setelah diberikan perawatan konservatif.
f. Rencana Perawatan
1. Pembedahan.
2. Mungkin diperlukan agar sendi dapat berfungsi sepenuhnya; pengurangan-
pengurangan perbaikan terbuka terhadap jaringan yang terkoyak.
3. Kemotherapi
Dengan analgetik Aspirin (100-300 mg setiap 4 jam) untuk meredakan nyeri dan
peradangan. Kadang diperlukan Narkotik (codeine 30-60 mg peroral setiap 4 jam)
untuk nyeri hebat.
4. Elektromekanis.
a. Penerapan dingin dengan kantong es 24 0C
b. Pembalutan/wrapping eksternal. Dengan pembalutan, cast atau pengendongan
(sung)
c. Posisi ditinggikan. Jika yang sakit adalah bagian ekstremitas.
d. Latihan ROM. Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri hebat dan
perdarahan. Latihan pelan-pelan dimulai setelah 7-10 hari tergantung jaringan yang
sakit.
e. Penyangga beban. Menghentikan penyangga beban dengan penggunaan kruk
selama 7 hari atau lebih tergantung jaringan yang sakit.

2.1.2 STRAIN ( KERAM )


a. Pengertian
Strain merupakan tarikan otot akibat penggunaan dan peregangan yang
berlebihan atau stres lokal yang berlebihan (Arif Muttaqin, 2008: 69).
Strain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada struktur
muskulo-tendinous (otot dan tendon). Strain akut pada struktur muskulo-tendinous
terjadi pada persambungan antara otot dan tendon.
Strain adalah “tarikan otot” akibat penggunaan berlabihan, peregangan
berlebihan, atay stres yang berlebihan. Strain adalah robekan mikroskopis tidak
komplet dengan perdarahan kedalam jaringan (Brunner & Suddart).
b. Etiologi
1. Strain terjadi ketika otot terulur dan berkontraksi secara mendadak, seperti pada
pelari atau pelompat.
2. Pada strain akut : Ketika otot keluar dan berkontraksi secara mendadak.
3. Pada strain kronis : Terjadi secara berkala oleh karena penggunaaan yang
berlebihan/tekanan berulang-ulang,menghasilkan tendonitis (peradangan pada
tendon).
c. Manifestasi Klinis
Gejala pada strain otot yang akut bisa berupa:
1. Nyeri
2. Spasme otot
3. Kehilangan kekuatan dan
4. Keterbatasan lingkup gerak sendi.
Strain kronis adalah cidera yang terjadi secara berkala oleh karena penggunaan
berlebihan atau tekakan berulang-ulang, menghasilkan : Tendonitis (peradangan
pada tendon). Sebagai contoh, pemain tennis bisa mendapatkan tendonitis pada
bahunya sebagai hasil tekanan yang terus-menerus dari servis yang berulang-ulang.

d. Patofisiologi
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact)
atau tidak langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah
yang salah,kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum
siap,terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha),hamstring (otot paha
bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa
menghindarkan daerah sekitar cedera kontusio dan membengkak (Chairudin
Rasjad,).
e. Penatalaksanaan
1. Istirahat. Akan mencegah cidera tambah dan mempercepat penyembuhan.
2. Meninggikan bagian yang sakit,tujuannya peninggian akan mengontrol
pembengkakan.
3. Pemberian kompres dingin. Kompres dingin basah atau kering diberikan
secara intermioten 20-48 jam pertama yang akan mengurangi perdarahan
edema dan ketidaknyamanan.
4. Kelemahan biasanya berakhir sekitar 24 – 72 jam sedangkan mati rasa
biasanya menghilang dalam 1 jam. Perdarahan biasanya berlangsung selama
30 menit atau lebih kecuali jika diterapkan tekanan atau dingin untuk
menghentikannya. Otot, ligament atau tendon yang kram akan memperoleh
kembali fungsinya secara penuh setelah diberikan perawatan konservatif.
f. Rencana Perawatan
1. Pembedahan.
Mungkin diperlukan agar sendi dapat berfungsi sepenuhnya; pengurangan-
pengurangan perbaikan terbuka terhadap jaringan yang terkoyak.
2. Kemotherapi.
Dengan analgetik Aspirin (100-300 mg setiap 4 jam) untuk meredakan nyeri
dan peradangan. Kadang diperlukan Narkotik (codeine 30-60 mg peroral setiap
4 jam) untuk nyeri hebat.
3. Elektromekanis
 Dengan kantong es 24 0C Penerapan dingin
 Pembalutan / wrapping eksternal : Dengan pembalutan, cast atau
pengendongan (sung)
 Posisi ditinggikan : Jika yang sakit adalah bagian ekstremitas.
 Latihan ROM : Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri hebat dan
perdarahan. Latihan pelan-pelan dimulai setelah 7-10 hari tergantung
jaringan yang sakit
 Penyangga beban
Menghentikan penyangga beban dengan penggunaan kruk selama 7 hari
atau lebih tergantung jaringan yang sakit.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Pengkajian Kegawatdaruratan
Pengkajian primer
1. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk.
2. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi.
3. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
Pengkajian sekunder
1. Aktivitas/istirahat
a. kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
b. Keterbatasan mobilitas
2. Sirkulasi
a. Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
b. Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
c. Tachikardi
d. Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
e. Capilary refil melambat
f. Pucat pada bagian yang terkena
g. Masa hematoma pada sisi cedera
3. Neurosensori
a. Kesemutan
b. Kelemahan
c. Deformitas lokal, agulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi
(bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan / hilang fungsi.
d. Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri / anxietas
4. Kenyamanan
a. Nyeri hebat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area
jaringan / kerusakan tulang, dapat berkurang deengan imobilisasi) tak
ada nyeri akibat keruisakan syaraf.
b. Spasme / kram otot (setelah immobilisasi).
5. Keamanan
a. laserasi kulit
b. perdarahan
c. perubahan warna
d. pembengkakan local
Focus assesment

1. P (penyebab) : faktor yang menyebabkan nyeri itu datang.


a. Apa penyebab nyeri
b. Faktor yang meringankan nyeri
c. Faktir yang memperlambat nyeri
d. Obat_obatan yang diminum
2. Q (Quality) : menggambarkan nyeri yang dirasakan, klien mendiskripsikan
apa yang dirasakan sesuai dengan kata-katanya sendiri. Perawat boleh
memberikan deskripsi pada klien, bila klien tidak mampu menggambarkan
nyeri yang dirasakan. Bagaimana rasa nyerinya : terbakar, ditusuk-tusuk,
di gigit, di iris-iris, di pukul-pukul dan lain-lain
3. R(region/tempat) : meminta klien untuk menunjukkan dimana nyeri terasa,
menetap atau terasa pada menyebar.
a. Lokasi nyeri
b. Penyebaran nyeri
c. Penyebaran ini apakah sama intensitasnya dengan lokasi sebenarnya.
4. S (skala) : untuk mengukur tingkat nyeri klien di suruh untuk menunjukan
tingkat nyeri tersebut dengan menggunakan skala nyeri yang di beri oleh
perawat.
a. Brapa sberkurang.kala nyeri
b. Apakah nyeri mengganggu aktivitasnya : gangguan motorik, gangguan
kesadaran.
c. Apakah nyeri semakin bertambah atau
5. T (Time/waktu) : kapan nyeri itu tersa atau datag dan lama nyeri tersebut.
a. Kapan terasa nyari : pagi, siang, sore, malam.
b. Berapa kali serangannya dalam sehari.
c. Serangan tiba-tiba atau perlahan-lahan.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
liat tanda-tanda inflamasinya, temukan tandanya
b. Palpasi
Rasakan bengkak, rasa hangat dari inflamasi, tanyakan ada/tidak rasa nyeri, tetap
periksa ROM pasien (aktif/pasif, tergantung pasien dan jangan dipaksakan kalau
tdk bisa digerakkan
c. Auskultasi
d. Palpasi
3. Pemeriksaan Penunjang
Pada sprain untuk diagnosa perlu dilaksanakan roentgen untuk membedakan dengan
patah tulang

3.2 Diagnosa Keperawatan yang Muncul :


1. Nyeri akut berhubungan dengan peregangan atau injury pada otot, ligament atau
tendon ditandai dengan kelemahan, mati rasa, perdarahan, edema, nyeri
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidakmampuan,di tandai
dengan ketidakmampuan untuk mepergunakan sendi,otot,dan tendon
3. Ansietas berhubungan dengan kehilangan fungsi tubuh

3.3 Intervensi
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri


dengan peregangan atau keperawatan pasien dapat 1. lakukan pengkajian
injury pada otot, ligament mengontrol nyeri dengan nyeri secara
atau tendon ditandai dengan indikator komprehensif termasuk
kelemahan, mati rasa, 1. Mengenali faktor lokasi, karakteristik,
perdarahan, edema, nyeri penyebab durasi, frekuensi,
2. Mengenali onset 2. kualitas dan faktor
(lamanya sakit) presipitasi
3. Menggunakan 3. observasi reaksi
metode pencegahan non verbal dari
4. Menggunakan ketidaknyamanan
metode 4. gunakan teknik
nonanalgetik untuk komunikasi terapeutik
mengurangi nyeri untuk mengetahui
5. Menggunakan pengalaman nyeri
analgetik sesuai pasien
kebutuhan 5. kaji kultur yang
mempengaruhi respon
nyeri
6. evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
7. evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lain
8. kurangi faktor
presipitasi
9. pilih dan
lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)

Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Exercise therapy: joint


berhubungan dengan keperawatan pasien movement
nyeri/ketidakmampuan,di meningkat dengan 1. tentukan batasan
tandai dengan indikator: gerakan
ketidakmampuan untuk 1. keseimbangan tubuh 2. kolaborasi dengan
mepergunakan sendi,otot,dan 2. posisi tubuh fisioterapis dalam
tendon 3. gerakan otot mengembangkan
4. gerakan sendi dan menentukan
5. kemampuan program latihan
berpindah 3. tentukan level
6. ambulasi: berjalan gerakan pasien
7. ambulasi: kursi roda 4. jelaskan pada
keluarga/pasien
tujuan dan rencana
latihan
5. monitor lokasi
ketidaknyamanan
atau nyeri selama
gerakan atau aktivitas
6. lindungi pasien dari
trauma selama latihan
7. bantu pasien untuk
mengoptimalkan
posisi tubuh untuk
gerakan pasif atau
aktif
8. dorong ROM aktif
instruksikan pada
pasien atau keluarga
tentang ROM pasif
dan aktif bantu
pasien untuk
mengembangkan
rencana latihan ROM
aktif
9. dorong klien untuk
menunjukan gerakan
tubuh sebelum latihan

Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Pengurangan cemas


dengan kehilangan fungsi keperawatan pasien dapat 1. gunakan pendekatan
tubuh mengontrol cemas dengan yang menenangkan
indikator:: 2. pahami perspektif
1. monitor intensitas pasien terhadap
kecemasan situasi stres
2. menyingkirkan tanda 3. berikan informasi
kecemasan mengenai
3. menurunkan diagnosis, tindakan,
stimulus lingkungan prognosis
ketika cemas 4. identifikasi tingkat
4. merencanakan kecemasan
strategi koping 5. bantu pasien
untuk situasi penuh mengenai situasi
stres yang menimbulkan
5. menggunakan kecemasan
teknik relaksasi 6. dorong pasien untuk
untuk mengurangi mengungkapkan
cemas perasaan, ketakutan,
6. tidak ada persepsi
manifestasi 7. berikan obat untuk
perilaku kecemasan mengurangi
kecemasan
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, elizabeth. (2009). Buku saku patofisiologi. EGC : jakarta


Hidayat, A.Azis alimul. (2006). Kebutuhan dasar manusia 1. salemba medika: Jakarta

Nursalam. (2001). Proses & dokumentasi keperawatan. salemba medika: Jakarta

Paula krisyanty, santa manurung, dkk. (2009). Asuhan keperawatan gawat darurat.
CV.trans info medika : jakarta timur

Santosa, budi. (2005). Panduan diagnosa keperawatan nanda. Prima medika: jakarta
http://forbetterhealth.wordpress.com

You might also like