Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
kedokteran dan tahap klinik atau profesi pada program pendidikan profesi (Taufiq
dkk, 2010).
Tahap general education pada periode awal pendidikan adalah tahap
transisi dimana mahasiswa beralih dari teacher centered learning (TCL) di
pendidikan menengah atas ke student centred Learning (SCL) di perguruan tinggi.
Tahap integrasi adalah tahap dimana mahasiswa belajar ilmu kedokteran secara
terintegrasi baik vertikal maupun horizontal dalam setiap blok. Tahap ini
menggunakan laboratorium biomedik, laboratorium keterampilan klinik, rumah
sakit dan lapangan untuk tempat praktiknya. Tahap terakhir yaitu tahap klinik atau
profesi adalah tahap dimana mahasiswa belajar dan berinteraksi dengan pasien
secara langsung di rumah sakit (Taufiq dkk, 2010).
SCL merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang lebih berpusat
pada aktivitas belajar mahasiswa. Mahasiswa diharapkan secara bertahap
merancang serta melaksanakan kegiatan pembelajaran mereka sendiri. Sehingga
mahasiswa dituntut untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran (Isjoni &
Firdaus, 2008). Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah seorang
mahasiswa FK USU semester akhir, peneliti memperoleh keterangan bahwa
perkuliahan sangat padat dengan materi yang sangat banyak, sehingga menuntut
mahasiswa untuk aktif dan belajar mandiri. Mahasiswa dalam pembelajaran SCL
dengan sistem KBK diajarkan untuk berpikir mandiri, bekerja dengan langkah
mereka sendiri, belajar dengan cara mereka sendiri, memilih tujuan-tujuan mereka
sendiri, dan mendesain program mereka sendiri. Berikut penuturan seorang
mahasiswa FK USU, H (Semester Akhir, 21)
“Kami kayak anak karbitan kak. Tutorial aja dua kali seminggu, skills lab
lagi. Bikin paper, presentasi, jurnallah. Banyak lah pokoknya kak. Tambah
bahan dari dosen yang banyak kali dan terkadang susah dimengerti. Karena
sering menggunakan istilah yang belum dipelajari. Suntuk lah kak...jadi
males lah...gak semangat juga masuk ke kelas kak...dosennya pun kayak
gitu...baca ja...mahasiswanya gak ngerti pun gak tahu dia...”(Komunikasi
personal, 21 Desember 2011)
Dengan sistem seperti ini mahasiswa harus lebih mampu untuk mengatur
proses pembelajaran mereka sendiri, namun disisi lain dengan sistem perkuliahan
yang padat dan alur-alur yang harus mereka kerjakan pada setiap blok, membuat
kompetensi yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan tujuan sistem KBK.
3
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa sistem KBK dengan cara blok
yang diperkirakan akan memperbaiki kualitas pendidikan kedokteran malah
menghasilkan sebaliknya. Mahasiswa masih saja fokus pada nilai dan teori yang
tidak integratif pada kehidupan nyata. Hal ini menyebabkan tekanan pada
mahasiswa sehingga mempengaruhi motivasi berprestasinya. Menurut Dahlan
(1990) salah satu upaya untuk membantu mahasiswa mengatasi permasalahan di
atas adalah dengan cara memberikan layanan bimbingan dan konseling.
Menurut Supriyadi (1997) salah satu hal yang mendasari perlunya
diselenggarakan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi adalah semakin
meningkatnya jumlah mahasiswa latar belakang mahasiswa semakin beragam,
baik latar belakang sosial ekonomi, motivasi, harapan kepada perguruan tinggi
maupun akademiknya. Hal menyebabkan besarnya jumlah mahasiswa yang putus
kuliah, jika tidak ada penanganan sungguh-sungguh dari perguruan tinggi.
Pengertian bimbingan secara terminologi, menurut Crow & Crow ( dalam
Prayitno & Amti, 2004) bimbingan diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh
seseorang, laki-laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian yang memadai
dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia dalam membantunya
mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya
sendiri, membuat keputusan sendiri dan memikul bebannya sendiri.
Menurut W.S Winkel (2004), secara etimologi konseling berasal dari bahasa
Inggris, yaitu counseling yang dikaitkan dengan kata counsel, yang diartikan
4
sebagai nasihat (to obtain counsel); anjuran (to give counsel); pembicaraan (to
take counsel). Konseling secara terminologi menurut Mortense (dalam Surya,
2003) adalah suatu proses antarpribadi, di mana satu orang dibantu oleh satu
orang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan, menemukan
masalahnya.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
eksperimen mengenai pengaruh layanan bimbingan konseling pada motivasi
berprestasi mahasiswa fakultas kedokteran USU.
B. Perumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam
penelitian ini adalah bagaimana pengaruh layanan bimbingan konseling pada
motivasi berprestasi mahasiswa Fakultas Kedokteran USU.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk pengaruh layanan bimbingan konseling pada
motivasi berprestasi mahasiswa Fakultas Kedokteran USU.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis, antara
lain:
1. Dapat memberikan masukan dan sumber informasi bagi disiplin ilmu
psikologi terutama pada bidang Psikologi Pendidikan, mengenai layanan
bimbingan dan konseling.
2. Dapat menjadi masukan bagi para peneliti lain yang tertarik untuk meneliti
lebih jauh mengenai layanan bimbingan konseling dan pengaruhnya pada
motivasi berprestasi.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis, antara
lain:
5
E. Sistematika Penulisan
Penelitian ini disajikan dalam beberapa bab dengan sistematika penelitian
sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab I berisi tentang uraian singkat mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penelitian.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab II berisi uraian teori yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah.
Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Bimbingan
dan Konseling, teori motivasi berprestasi, serta hubungan antara layanan
bimbingan koseling dan motivasi berprestasi.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan metode penelitian yang digunakan oleh
peneliti, yaitu menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
eksperimen, identifikasi variabel, defenisi operasional, karakteristik
populasi dan sampel, rangcangan penelitian, teknik kontrol, instrumen dan
alat ukur, dan prosedur penelitian.
LAMPIRAN : MODUL INTERVENSI
Lampiran ini berisi tentang intervensi layanan bimbingan konseling.
BAB II
LANDASAN TEORI
6
A. Bimbingan Konseling
1. Pengertian Bimbingan Konseling
Kata bimbingan dan konseling merupakan kata yang tidak dapat
dipisahkan karena saling berkaitan, karena menurut Hallen (2002), istilah
bimbingan selalu dirangkai dengan istilah konseling. Hal ini disebabkan
bimbingan dan konseling itu merupakan suatu kegiatan yang integral. Konseling
merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan di antara beberapa
teknik lainnya. Sedangkan bimbingan itu lebih luas, dan konseling merupakan alat
yang paling penting dari usaha pelayanan bimbingan. Pendapat yang sama juga
dijelaskan oleh Sukmadinata (2005) yang menjelaskan bahwa, konseling
merupakan salah satu teknik layanan dalam bimbingan, tetapi karena peranannya
yang sangat penting, konseling disejajarkan dengan bimbingan. Konseling
merupakan teknik bimbingan yang bersifat terapeutik karena yang menjadi
sasarannya bukan perubahan tingkah laku, tetapi hal yang lebih mendasar dari itu,
yaitu perubahan sikap.
Antara bimbingan dan konseling mempunyai hubungan yang erat di mana
di antara keduanya saling melengkapi dalam membantu klien atau orang lain
memecahkan suatu permasalahan dan mengubah pola hidup seseorang. Mengubah
pola hidup yang salah menjadi benar, pola hidup yang negatif menjadi positif,
sehingga klien dapat mengarahkan hidup sesuai dengan tujuannya (Badriah,
2008).
Sekalipun menunjukkan adanya kesamaan dan juga perbedaan di antara
kedua pengertian bimbingan dan konseling, namun dalam praktiknya keduanya
saling sangkut-menyangkut dan saling isi-mengisi satu dengan yang lain.
Bimbingan menyangkut konseling, dan sebaliknya konseling juga menyangkut
bimbingan. Karena itu kemudian kedua istilah itu digunakan sekaligus.
Bimbingan adalah menunjukkan, memberi jalan, atau menuntun, orang lain ke
arah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini, dan masa mendatang.
Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris guidance yang
berasal dari kata kerja “to guide” yang berarti “menunjukan” (Arifin, 1982)
Sedangkan dalam buku W.S Winkel, kata Guidance berasal dari bahasa
Inggris yang dikaitkan dengan kata asal guide, yang diartikan sebagai berikut:
7
a. Bimbingan kelompok.
Teknik yang digunakan dalam membantu murid atau sekelompok murid
memecahkan masalah-masalah dengan melalui kegiatan kelompok.
Beberapa bentuk khusus teknik bimbingan kelompok yaitu: home room
programe, karyawisata, diskusi kelompok, kegiatan kelompok, organisasi
murid, sosiodrama.
b. Penyuluhan individual (Individual Counseling)
10
Oleh karena itu mengumpulan data seperti ini merupakan langkah pertama
dalam kegiatan bimbingan secara keseluruhan.
b. Pelayanan Pemberian Penerangan
Yang dimaksud dengan pelayanan ini adalah memberikan penerangan-
penerangan yang sejelas-jelasnya dan selengkap-lengkapnya mengenai
berbagai hal yang diperlukan oleh setiap murid, baik tentang pendidikan,
pekerjaan, sosial, maupun pribadi.
c. Pelayanan Penempatan
Hakekat dari pelayanan penempatan ini adalah membantu individu
memperoleh penyesuaian diri dengan jalan menempatkan dirinya pada
posisi yang sesuai. Yang menjadi tujuan pelayanan penempatan ini adalah
agar setiap individu dapat posisi yang sesuai keadaan dirinya, seperti
minat, kecakapan, bakat, cita-cita, tingkat perkembangan dan sebagainya.
d. Pelayanan Pengajaran
Yang dimaksud dengan pelayanan pengajaran adalah kegiatan pemberian
bantuan kepada murid-murid dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dalam
pengajaran. Yang menjadi tujuannya adalah agar setiap murid memperoleh
penyesuaian diri yang baik serta mengembangkan kemampuannya secara
optimal dalam kegiatan pengajaran.
e. Pelayanan penyuluhan
Penyuluhan merupakan inti kegiatan program bimbingan. Kegiatan
penyuluhan ini di samping berfungsi sebagai terapi (penyembuh), dapat
pula berfungsi sebagai cara pengumpulan data. Penyuluhan merupakan
kegiatan professional, artinya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki
pendidikan dan keahlian serta pengalaman khusus dalam bidang
penyuluhan.
f. Pelayanan Penelitian dan Penilaian (evaluasi)
Tujuan pelayanan ini adalah untuk mengadakan penelitian dan penilaian
mengenai masalah yang berhubungan dengan kegiatan program bimbingan
dan penyuluhan. Program bimbingan yang baik senantiasa mendasarkan
diri kepada hasil-hasil penelitian dan penilaian.
g. Pelayanan Hubungan Masyarakat.
Di samping memberikan pelayanan kepada murid-murid dan personil
sekolah lainnya, kegiatan bimbingan memberikan pelayanan pula kepada
pihak-pihak luar sekolah, yaitu masyarakat. Tujuan pelayanan ini adalah
untuk bekerja sama dengan berbagai pihak di masyarakat dalam
12
B. Motivasi Berprestasi
15
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh layanan bimbingan dan
konseling terhadap motivasi berprestasi mahasiswa FK USU.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
b. Yang berasal dari latar belakang budaya atau suku selain suku Batak Toba
dan chinese karena hasil penelitian menyatakan bahawa suku Batak Toba
dan etnis Chinese atau Tionghoa memiliki motivasi berpretasi yang tinggi
(Irmawati, 2007; Wilmoth dalam Martaniah, 1998).
E. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan adalah one group pretest postest design atau
disebut juga within subject design. Pemilihan design ini didasari pada kondisi
penelitian yang menggunakan individu, yang dalam hal ini dosen Pembimbing
Akademik sebagai pemberi perlakuan. Jika rancangan dibuat dua kelompok, yaitu
kelompok eksperimen dan kontrol, efek yang terjadi pada variabel tergantung
memiliki kemungkinan dipengaruhi oleh variabel lain seperti karakteristik subjek
dan dosen PA dalam dua kelompok yang berbeda, meskipun telah diusahakan
untuk setara, namun akan sulit untuk mendapatkan dosen PA dan subjek yang
benar-benar memiliki karakteristik yang sama. Visualisasi rancangan penelitian
seperti gambar dibawah ini:
O1 X O2
Keterangan:
O1 : Pengukuran motivasi berprestasi sebelum diberi perlakuan.
O2 : Pengukuran motivasi berprestasi setelah diberi perlakuan.
X : Perlakuan yang diberikan oleh Dosen Pembimbing Akademis
berupa layanan bimbingan dan konseling.
F. Teknik Kontrol
Seniati, dkk (2005) menyatakan kontrol dalam eksperiment berarti peneliti
memunculkan atau tidak memunculkan apa-apa yang diinginkan dalam
melaksanakan penelitian. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengontrol
variabel-variabel tersebut. Prinsip-prinsip dalam melakukan teknik kontrol
sebagai berikut:
1. Memaksimalkan Varians Primer
Varians primer dalam rancangan eksperimen ini adalah peningkatan motivasi
berprestasi subjek semata-mata diakibatkan oleh layanan bimbingan dan
konseling yang diberikan oleh dosen PA. Mengontrol berbagai vaiabel yang
mungkin akan mempengaruhi hasil, seperti kondisi yang membuat dosen PA
23
e. Dua CCTV pada dua sudut bagian depan ruangan yang diletakkan diatas
speaker agar tidak terlihat. CCTV mengarah pada bagian dalam ruangan.
f. Spy Cam berbentuk kancing baju/pin. Alat ini dipasangkan pada baju
observer sebagai alat bantu untuk mendukung kredibilitas observasi.
H. Prosedur Eksperimen
1. Tahap Persiapan
a. Peneliti melakukan survey kepada mahasiswa FK USU angkatan 2010
mengenai proses perkuliahan dan permasalahan-permasalahan yang
dihadapi selama kuliah di FK USU.
b. Menganalisis hasil survey, memutuskan variabel yang ingin diteliti serta
mencari teori dan data lainnya yang sesuai dengan variabel.
c. Membuat proposal penelitian.
d. Mengurus surat izin pengambilan data di bagian administrasi Magister
Profesi Psikologi Fakultas Psikologi.
e. Perizinan
Peneliti mengajukan proposal penelitian ke dekan FK USU untuk
diizinkan melakukan penelitian di FK USU, menggunakan ruangan
tutorial selama satu Blok, yaitu Blok Cardiovascular, 6 SKS dengan masa
perkuliahan 1 bulan. Meminta izin menggunakan data mahasiswa, data
dosen PA serta meminta izin agar dosen PA yang telah dipilih
dibebastugaskan dari mengajar diperkuliahan selama penelitian
berlansung, yaitu satu bulan.
f. Peneliti mencari data dan informasi mengenai mahasiswa FK USU
angkatan 2010 sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan populasi
dan sampel penelitian.
g. Peneliti mencari data dan informasi mengenai dosen PA FK USU sebagai
bahan pertimbangan dalam menentukan dosen PA yang akan memberikan
layanan bimbingan dan konseling kepada mahasiswa.
25
2. Tahap Pelaksanaan
Pengambilan data dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, Jalan Dr. Mansur No. 5 dari akhir Blok Dermatomusculo Skeletal
System sampai akhir Blok Cardiovascular. Pelaksanaan Penelitian ini terbagi atas
tiga, yaitu:
a. Pengukuran Motivasi Berprestasi sebelum diberi perlakuan (Pretes)
Pretes dilakukan seminggu sebelum Ujian Akhir Blok Dermatomusculo
Skeletal System. Setalah data pretes diskoring, peneliti memilih sampel
yang sesuai dengan karakteristik populasi dan tujuan penelitian. Individu-
individu yang terpilih itulah yang akan menjadi sampel penelitian dan
individu tersebut akan diberi tahu oleh dosen PA masing-masing, bahwa
mereka akan dialihkan pada Dosen PA yang lain (Dosen PA pemberi
perlakuan). Dalam proses pengambilan data pretes ini peneliti dibantu oleh
8 orang teman yang bertugas sebagai tester dan assisten tester untuk
mengumpulkan skala. 8 orang petugas ini dibagi masing-masing 2 orang
setiap kelas, yaitu kelas A1, A2, B1, B2.
26
Pada pelaksaan penelitian ini peneliti dibantu oleh 5 Observer dan satu
orang dosen PA (pemberi perlakuan).
1) Observer adalah mahasiswa FK USU angkatan 2010 yang secara
khusus dipilih dan dilatih untk mengobservasi dosen PA dan subjek
penelitian sesuai dengan rating scale yang telah diberikan. Setiap
kelompok memiliki satu observer.
2) Dosen PA adalah dosen yang telah dipilih, bersedia dan dilatih
untuk dapat memberikan layanan BK sesuai dengan buku saku
layanan bimbingan dan konseling yang terdapat pada Lampiran I.
ini diolah dan dianalisis dengan bantuan program spss16.00 for windows.
Pengolahan data dilakukan menggunakan uji-t (dependent sample test).
DAFTAR PUSTAKA
Hallen. (2002). Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Jakarta: Ciputat Pers
28
Papalia, D.E., Old, S.W., & Feldaman, R.D. (2003). Human Development (9th ed).
New York: Mc Graw-Hill.
Prayitno, & Amti. E. (2004). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Surya, H.M. (2003). Psikologi Konseling. Bandung: CV. Pustaka Bani Quraisy
29
Tohirin. (2007). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Yusuf, S & Juntika N. (2006). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya