You are on page 1of 10

B.

Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian

Pengkajan adalah data dasar utama proses keperawatan yang tujuannya adalah
untuk memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan kesehatan klien
yang memungkinkan perawat asuhan keperawatan kepada klien.

a. Identitas pasien yaitu: mencakup nama, umur, agama, alamat, jenis kelamin,
pendidikan, perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. MR, identitas keluarga, dll.
b. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya klien mengeluh nyeri pinggang kiri hilang timbul, nyeri


muncul dari pinggang sebelah kiri dan menjalar ke depan sampai ke penis.
Penyebab nyeri tidak di ketahui.

 Riwayat Penyakit Dahulu

Kemungkinan klien sering mengkonsumsi makanan yang kaya vit D,


klien suka mengkonsumsi garam meja berlebihan, dan mengkonsumsi
berbagai macam makanan atau minuman dibuat dari susu/ produk susu.

 Riwayat Penyakit Keluarga

Dikaji apakah keluarga klien mengalami batu ginjal atau penyakit


lainnya.

2. Pemeriksaan fisik

Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu


dikaji adalah:

a. Aktivitas/istirahat:

Gejala:


Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk

Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi

Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera
serebrovaskuler, tirah baring lama)
b. Sirkulasi

Tanda:

 Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)


 Kulit hangat dan kemerahan atau pucat
c. Eliminasi
Gejala:

 Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya


 Penrunan volume urine
 Rasa terbakar, dorongan berkemih
 Diare

Tanda:

 Oliguria, hematuria, piouria


 Perubahan pola berkemih
d. Makanan dan cairan:

Gejala:

 Mual/muntah, nyeri tekan abdomen


 Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat
 Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup

Tanda:

 Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus


 Muntah
e. Nyeri dan kenyamanan:

Gejala:

Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu
ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)

Tanda:

 Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi


 Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit
f. Keamanan:

Gejala:

 Penggunaan alkohol
 Demam/menggigil
g. Penyuluhan/pembelajaran:

Gejala:

 Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout,
ISK kronis
 Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme
 Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul,
fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.

3. Diagnosa Keperawatan

a. Pre-operasi

1) Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan


kontraksi ureteral
2) Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih
oleh batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
3) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter,
diuresis pasca obstruksi.
4) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi
berhubungan dengan kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap
informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang
ada.

b. Post-operasi

1) Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan


2) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif

4. Intervensi Keperawatan

a. Pre-operasi

1) Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan


kontraksi ureteral.

Tujuan :

 Klien melaporkan nyeri hilang dengan spasme yang terkontrol.


 Tampak rileks, mampu tidur/istirahat dengan tepat

INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI MANDIRI
1. Catat lokasi,lamanya intensitas (skala 0- 1. Membantu klien mengevaluasi tempat
10) dan penyebaran. Perhatikan tanda obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus.
Non-verbal, contoh peninggian TD dan Nyeri panggul sering menyebar
nadi, gelisah, merintih, menggelapar. kepunggung, lipat paha, genitalia
2. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya sehubungan dengan proksimitas saraf
melaporkan kestaf terhadap perubahan pleksus dan pembuluh darah yang
kejadian karakteristik nyeri. menyuplai area lain. Nyeri tiba-tiba dan
3. Berikan tindakan nyaman, contoh hebat dapat mencetuskan
pijatan punggung, lingkungan istirahat. ketakutan,gelisah,ansietas berat.
4. Bantu dorong penggunaan napas 2. Memberikan kesempatan untuk
berfokus, bimbingan imajinasi dan pemberian analgesi sesuai waktu
aktivitas terapeutik. (membantu dalam meningkatkan
5. Dorong/bantu dengan ambulasi sering kemampuan koping pasien dan dapat
sesuai indikasi dan tingkatkan menurunkan ansietas) dan mewaspadakan
pemasukan cairan sedikitnya 3-4 L/hari staf akan kemungkinan lewatnya
dalam toleransi jantung. batu/terjadi komplikasi.pennghentian
6. Perhatikan keluhan tiba-tiba nyeri biasnya menunjukkan
peningkatan/menetapnya nyeri abdomen. lewatnya batu.
3. Meningkatkan relaksasi, menurunkan
KOLABORASI tegangan otot dan meningkatkan koping.
1. Narkotik, contoh meperidin (Demerol), 4. Mengarahkan kembali perhatian dan
morfin; membantu dalam relaksasi otot.
2. Antispasmodic,contoh flavoksat 5. Hidrasi kuat meningkatkan lewatnya batu,
(Uripas); Oksibutin (Ditropan); mencegah statis urine, dan membantu
3. Kortikosteroid mencegah pembentukan batu selanjutnya.
4. Berikan kompres hangat pada punggung. 6. Obstruksi lengkap ureter dapat
5. Pertahankan patensi kateter bila menyebabkan perforasi dan ekstravasasi
digunakan urine kedalam area perirenal. Ini
membutuhkan kedaruratan bedah akut.

KOLABORASI

1. Biasanya diberikan selama episode akut


untuk menurunkan kolik uretral dan
meningkatkan relaksasi otot/mental.
2. Menurunkan refleks spasme dapat
menurunkan kolik dan nyeri
3. Mungkin digunakan untuk menurunkan
edema jaringan untuk membantu gerakan
batu.
4. Menghilangkan tegangan otot dan dapat
menurunkan refleks spasme.
5. Mencegah statis/ritensi urine,
menurunkan risiko peningkatan tekanan
ginjal dan infeksi.
2) Perubahan Pola Eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung
kemih oleh batu, iritasi ginjal dan ureteral, obstruksi mekanik dan
peradangan

Tujuan :

 Klien berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya


 Tidak mengalami tanda-tanda obstruksi

INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI MANDIRI
1. Awasi pemasukan dan pengeluaran dan 1. Memberikan informasi tentang fungsi
karakteristik urine. ginjal dan adanya komplikasi,contoh
2. Tentukan pola berkemih normal pada infeksi dan perdarahan. Perdarahan dapat
pasien dan perhatikan variasi. mengindikasikan peningkatan obstruksi
3. Dorong meningkatkan masukan cairan. atau iritasi ureter. Catatan : Perdarahan
4. Periksa semua urine. Catat adanya batu sehubungan dengan ulserasi ureter jarang.
dan kirim ke laboratorium untuk 2. Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas
analisa. saraf,yang menyebabkan sensasi
5. Selidiki keluhan kandung kemih penuh; kebutuhan berkemih segera biasanya
palpasi untuk distensi suprepubik. frekuensi dan urgensi meningkat bila
Perhatikan penurunan keluaran urine, kalkulus mendekati pertemuan
adanya edeme periorbital / tergantung. uretrovesikal.
6. Observasi perubahan status mental, 3. Peningkatan hidrasi membilas bakteri,
perilaku atau tingkat kesadaran. darh dan debris dan dapat membantu
lewatnya batu.
KOLABORASI 4. Penemuan batu memungkinkan
1. Awasi pemeriksaan identifikasi tipe batu dan mempengaruhi
laboratorium,contoh BUN, kreatinin. pilihan terapi.
2. Ambil urine untuk kultur dan 5. Retensi urine dapat terjadi, menyebabkan
sensitivitas distensi jaringan (kandung kemih/ginjal)
3. Berikan obat sesuai indikasi, contoh: dan potensial risiko infeksi,gagal ginjal.
 Asetazolamid (Diamox), 6. Akumulasi sisa uremik dan
aluprinol (ziloprim); ketidakseimbangan elektrolit dapat
 Hidroklorotiazid (esidrix, menjadi toksik pada SSP.
hidoiuril), klortalidon (Higroton)
 Ammonium klorida : kalium atau KOLABORASI
natrium fosfat (salhepatika); 1. Peningkatan BUN, kreatinin dan
 Agen antigout,contoh alopurinol elektrolit mengindikasikan disfungsi
(Ziloprim); ginjal.
 Antibiotik 2. Menentukan adanya ISK, yang
 Natrium bikarbonat penyebab/gejala komplikasi.
3. Pemberian obat dilakukan untuk:
 Asam askorbat;
4. Pertahakan patensi kateter tak menetap  Meningkatkan pH urine
(ureteral,uretral,atau nefrostomi) bila (alkalinitas)untuk menurunkan
pembentukan batu asam.
menggunakan  Mungkin digunakan untuk
5. Irigasi dengan asam atau larutan alkalin mencegah statis urine dan
sesuai indikasi. menurunkan pembentukan batu
6. Siapkan pasien/bantu untuk prosedur kalsium bila tidak berhubungan
endoskopi, contoh: dengan proses penyakit dasar
 Prosedur basket seperti hipertiroidisme primer atau
 Stens ureteral; abnormalitas vitamin D.
 Pielolitotomi terbuka atau  Menurunkan pembentukan batu
perkutaneus, fosfat.
nefrolitotomi,ureterolitotomi.  Menurunkan produksi asam
 Litotripsi ultrasonik perkuteneus. urat/potensial pembentukan batu.
 Litotripsi gelombang syok  Adanya ISK/alkalin urine potensial
ekstakorporeal (extracorporeal pembentukan batu.
shockwave lithotripsi “ESWL”).  Mengganti kehilangan yang tak
dapat teratasi selama pembuangan
bikarbonat dan/atau alkalinisasi
urine dapat menurunkan/mencegah
pembentukan beberapa kalkuli.
 Mengasamkan urine untuk
mencegah berulangnya
pembentukan batu alkalin.
4. Mungkin diperlukan untuk
membantu aliran urine/mencegah
retensi dan komplikasi. Catatan: selang
mungkin terhambat oleh fragmenbatu.
5. Mengubah pH urine dapat membantu
pelarutan batu dan mencegah
pembentukan batu selanjutnya.
6. Kolaborasi ini dilakukan untuk:
 Kalkulus pada ureter distal dan
tengah mungkin digerakkan oleh
sistoskop endoskopi dengan
penangkapan batu dalam kantung
kateter.
 Kateter diposisikan diatas batu
untuk meningkatkan dilatasi
uretra/lewatnya batu. Irigari
kontinuatau intermiten dapat
dilakukanuntuk membilas ureter dn
mempertahankan pH urine.
 Pembedahan mungkin perlu untuk
membuang batu yang terlalu besar
untuk melewati ureter.
 Tindakan gelombang syok invasive
untuk batu pelvik/kaliks ginjal atau
ureter.
 Prosedur non-invasif dimana batu
ginjal dihancurkan dengaan
syok,gelombang dari luar tubuh.
3) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d mual/muntah (iritasi
saraf abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca
obstruksi.

Tujuan :

 Mempertahankan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh


tanda-tanda vital stabil dan berat badan dalam rentang normal, nadi
perifer normal, membran mokusa lembab, turgor kulit kembali dalam
2-3 detik.

INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI MANDIRI
1. Awasi pemasukan dan pengeluaran. 1. Membandingkan keluaran actual dan
2. Catat insiden muntah,diare. Perhatikan yang diantisipasikan membantu dalam
karakteristik dan frekuensi muntah dan evaluasi : adanya/ derajat statis/
diare,juga kejadian yang menyertai atau kerusakan ginjal dan penurunanhaluaran
mencetuskan. urine dapat mengakibatkan volume
3. Tingkatkan pemasukan cairan sampai sirkulasi lebih tinggi dengan tanda/gejala
3-4 L/hari dalam toleransi jantung. GGK.
4. Awasi tanda vital. Evaluasi nadi, 2. Mual/muntah dan diare secara umum
pengisian kapilar,turgor kulit dan berhubungan dengan kolik ginjal karena
membran mukosa saraf ganglion seliaka pada kedua ginjal
5. Timbang berat badan tiap hari. dan lambung.pencatatan dapat membantu
mengesampingkan kejadian abdominal
KOLABORASI lain yang menyebabkan nyeri atau
menunjukkan kalkulus.
1. Awasi Hb/Ht,elektrolit 3. Mempertahankan keseimbangan cairan
2. Berikan cairan IV untuk homeostasis juga tindakan
3. Berikan diet tepat, cairan jernih, “menuci”yang dapat membilas batu
makanan lembut sesuai toleransi. keluar. Dehidrasi dan ketidakseimbangan
4. Berikan obat sesuai indikai antiemetik elektrolit dapat terjadi sekunder terhadap
contoh proklor perazin (compazin). kehilangan cairan berlebihan (muntah dan
diare)
4. Indikator hidrasi/volume sirkulasi dan
kebutuhan intervensi catatan : penurunan
LFG merangsang produksi renin,yang
bekerja untuk meningkatkan TD dalam
upaya untuk meningkatkan aliran darah
ginjal.
5. Peningkatan berat badan yang cepat
mungkin berhubungan dengan retensi

KOLABORASI
1. Mengkaji hidrasi dan
keefektifan/kebutuhan intervensi.
2. Mempertahankan volume sirkulasi (bila
pemasukan oral tidak cukup)
meningkatkan fungsi ginjal.
3. Makanan mudah cerna menurunkan
aktivitas GI/iritasi dan membantu
mempertahankan cairan dan
keseimbangan nutrisi.
4. Menurunkan mual/muntah

1. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d


kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan
kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.

Tujuan :

 Klien menyatakan pemahaman proses penyakit.


 Klien dapat menghubungkan gejala dan faktor penyebab
 Klien melakukan perubahan perilaku yang perlu dan berpartisipasi
dalam program pengobatan

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji ulang proses penyakit dan harapan 1. Memberikan pengetahuan dasar dimana
masa datang dapat membuat pilihan berdasarkan
2. Tekankan pentingnya peningkatan informasi.
pemasukan cairan ,contoh 3-4 L/hari 2. Pembilasan system ginjal menurunkan
atau 6-8L/hari. Dorong pasien untukn kesempatan stasis ginjal dan
melaporkan mulut kering, diuresis pembentukan batu. Peningkatan
berlebihan/berkringat dan untuk kehilangan cairan/hidrasi memerlukan
meningkatkan pemasukkan cairan baik pemasukan tambahan dalam kebutuhan
bila haus atau tidak kaji ulang program sehari-hari.
diet sesuai individual. 3. Diet tergantung pada tipe batu.
3. Diet rendah purin, contoh membatasi Pemahaman alasan pembatasan
daging berlemak, kalkun, tumbuhan memberikan kesempatan pada pasien
polong, gandum, alkohol. membuat pilihan informasi,meningkatkan
4. Diet rendah kalsium, contoh membatasi kerja sama dalam program dan dapat
susu, keju, sayur berdaun hijau,yogurt. mencegah kekambuhan.
5. Diet rendah oksalat,contoh pembatasan 4. Menurunkan pemasukan oal terhadap
coklat, minuman mengandung kafein, prekusor asam urat.
bit, bayam. 5. Menurunkan risiko pembentukan batu
6. Diet rendah kalsium/fosfat dengan jeli kalsium.
karbonat aluminium 30-40 ml, 30 menit 6. Mencegah kalkulus fosfat dengan
pc/ja membentuk presipitat yang tak larut
7. Diskusikan program obat-obatan, hindari dalam traktus GI, mengurangi beban
obat yang di jual bebas dan membaca nefron ginjal. Juga efektif melawan
ssemua label produk/kandungan dalam bentuk kalkulus kalsium lain. Catatan:
makanan. dapat menyebabkan konstipasi.
8. Mendengar dengan aktif tentang 7. Obat-obatan diberikan untuk
program terapi/perubahan pola hidup. mengasamkan atau mengalkalikan urine,
9. Identifikasi tanda/gejala yang tergantung pada penyebab dasar
memerlukan evaluasi medic contoh, pembentukan batu. Makan produk yang
nyeri berulang, hematuria, oliguria. mengandung bahan yang
10. Tunjukkan perawatan yang tepat dikontraindikasikan secara individu
terhadap insisi/kateter bila ada. (contoh: kalsium, fosfat) potensial
pembentuk obat ulang.
8. Membantu pasien bekerja melalui
perasaan dan meningkatkan rasa control
terhadap apa yang terjadi.
9. Dengan peningkatan kemungkinan
berulangnya batu, intervensi segera dapat
mencegah komplikasi serius
10. Meningkatkan kemampuan perawatan diri
dan kemandirian

b. Post-operasi

1) Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

Tujuan : klien melaporkan nyeri hilang dengan spasme yang terkontrol,


klien tampak rileks

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji nyeri, lokasi, karakteristik, intensitas. 1. Berguna dalam pengawasan kefektifan
2. Dorong ambulasi dini. obat, kemajuan penyembuhan
3. Berikan tindakan nyaman, contoh pijatan 2. Meningkatkan normalisasi fungsi organ
punggung dan lingkungan istirahat. 3. Meningkatkan relaksasi, menurungkan
4. Bantu atau dorong penggunaan napas tegangan otot dan meningkatkan koping
berfokus, bimbingan imajinasi, dan 4. Mengarahkan kembali perhatian dan
aktivitas terapeutik. membantu dalam relaksasi otot.
5. Kolaborasi dalam pemberian analgesik 5. Menghilangkan nyeri.
sesuai indikasi.

2) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif.

Tujuan : Infeksi tidak terjadi, suhu tubuh dalam batas normal (36 OC-37oC),
tidak ada tanda-tanda infeksi

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kondisi luka. 1. Mengetahui keadaan luka apakah
2. Monitor TTV, seperti penurunan TD, mengalami tahap penyembuhan
penurunan nadi, demam dan takipnea. 2. Tanda adanya syok septik,
3. Catat perubahan status mental. endotoksin sirkulasi menyebabkan
4. Catat warna kulit, suhu, dan kelembapan. vasodilatasi, kehilangan cairan dari
5. Batasi pengunjung. sirkulasi, danrendahnya status curah
6. Lakukan perawatan luka dengan teknik steril. jantung
3. Hipoksemia, hipotensi, dan asidosis
dapat menyebabkan penyimpangan
status mental.
4. Hangat, kemerahan, kulit kering,
adalah tanda dini septikemia.
Selanjutnya manifestasi termasuk
dingin, kulit pucat, lembab dan
sianosis sebagai tanda syok
6. Menurunkan resiko
terpajan/menambah infeksi
sekunder pada pasien
7. Membantu mempercepat proses
penyembuhan

You might also like