You are on page 1of 187

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN STRES

PADA PETANI LANSIA DI KELOMPOK TANI


TEMBAKAU KECAMATAN SUKOWONO
KABUPATEN JEMBER

SKRIPSI

Oleh
Arum Cahya Intani
NIM 092310101003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2013
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN STRES
PADA PETANI LANSIA DI KELOMPOK TANI
TEMBAKAU KECAMATAN SUKOWONO
KABUPATEN JEMBER

SKRIPSI

Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah


syarat untuk menyeleaikan Program Studi Ilmu Keperawatan ( S1
) dan mencapai gelar Sarjana Keperawatan

Oleh
Arum Cahya Intani
NIM 092310101003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2013
SKRIPSI

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN STRES


PADA PETANI LANSIA DI KELOMPOK TANI
TEMBAKAU KECAMATAN SUKOWONO
KABUPATEN JEMBER

oleh

Arum Cahya intani


NIM 092310101003

Pembimbing

Dosen Pembimbing Utama : Ns.Tantut Susanto, M.Kep,.Sp.Kep.Kom

Dosen Pembimbing Anggota : Ns.Nurfika Asmaningrum, M.Kep

iii
PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :


1. Ibunda Timawah, ayahanda Suyatno dan adikku Ayu yang selalu
memberikan motivasi, doa, harapan dan dukungan yang tiada henti
demi tercapainya cita-citaku dan masa depan yang lebih baik.;
2. Guru-guruku tercinta di TK ABA Sumberasri, SD Muhammadiyah 15
Sumberasri, SMP Negeri I Purwoharjo dan SMA Negeri I Genteng yang
telah membimbing dan memberikan banyak ilmu pengetahuan yang
dapat bermanfaat bagi masa depanku kelak;
3. Almamater Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember dan
seluruh dosen yang saya sayangi dan
banggakan.

iv
MOTO

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan kita tidak pernah gagal,
tetapi bangkit kembali setiap kita jatuh.
(Muhammad Ali)

Hai orang-orang beriman, jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai


penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
*)
(Al-Baqarah :153)

*)
Departemen Agama Republik Indonesia. 1998. Al-Qur’an dan Terjemahan.
Semarang: PT Kumudasmoro Grafindo

v
PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah


ini: nama : Arum Cahya Intani
NIM : 092310101003
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan
Beban Kerja dengan Stres pada Petani Lansia di Kelompok Tani Tembakau
Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember” adalah benar-benar hasil karya
sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya,
dan belum pernah diajukan pada institusi manapun, serta bukan karya jiplakan.
Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan
sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya
tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi
akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar

Jember, 6 Oktober 2013


Yang menyatakan,

Arum Cahya Intani


NIM 092310101003

vi
PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Hubungan Beban Kerja dengan Stres pada Petani Lansia di
Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember” telah diuji dan disahkan oleh
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember pada:
hari : Jum’at
tanggal : 27 September 2013
tempat : Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Jember

Tim Penguji
Ketua,

Hanny Rasni, S.Kp., M. Kep.


NIP 19761219 200212 2 003

Anggota I, Anggota II,

Ns. Tantut Susanto, M. Kep., Sp. Kep. Kom Ns. Nurfika Asmaningrum, M. Kep.
NIP 119800105 200604 1 004 NIP 19800112 20091 2 002

Mengesahkan
Ketua Program Studi,

dr. Sujono Kardis, Sp. KJ.


NIP 19490610 198203 1 001

vii
Hubungan Beban Kerja dengan Stres pada Petani Lansia di Kelompok Tani
Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Jawa Timur (The Relation
of Workload and Stress at Elderly Farmers in Tobacco Farmer Groups
Sukowono Subdistrict Jember District, East Java)

Arum Cahya Intani

Nursing Science Study Program, University of Jember

ABSTRACT

Workload is one of important factor that can give effects of stress in tobacco
elderly farmers to engange in tobacco farming. Tobacco elderly farmers
Workload is related to tobacco farming. High work demands can increase work
accidents for elderly farmers and mental stress disorders in elderly tobacco
farmers. The goal of this research is an analyzing of relation between workload
and stress at elder farmers in Tobacco Farmers Group Sukowono Subdistrict
Jember District. The kind of this research is observasional analitic by using
cross sectional study. Method of collecting sample is multistage random sampling
with 92 repondents in Tobacco Farmers Group Sukowono Subdistrict.
Analyzing of data uses simple linier regression and the result of statistical test
shows point p= 0.0001. There was significant relation between workload and
stress at elderly farmers in Tobacco Farmers Group
Sukowono Subdistrict Jember District.Workload score of elderly
farmers was on average 44.51,so it caused stress score of elderly farmers was
on average 48.12. Workload contributed 27,8 to the occurence of stress on
elderly farmer. It shows that the roles of the Occupational Health Nursing
in agriculture should be improved by socializing stress management through
progressive relaxation and the establishment of health care system at
Tobacco Farmers Group Sukowono Subdistrict Jember District.

Keywords : Workload, Stress, Elderly Farmers, Agriculture.

viii
RINGKASAN

Hubungan Beban Kerja dengan Stres pada Petani Lansia di Kelompok


Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember: Arum Cahya
Intani, 092310101003; 2013: 119 halaman; Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Jember.

Beban kerja merupakan salah satu faktor penting yang dapat


mempengaruhi stres pada petani lansia tembakau dalam melakukan usaha
tembakau. Beban kerja petani lansia tembakau berhubungan dengan
kegiatan dalam usaha tani tembakau yang menuntut ketelitian dan memiliki
tuntutan kerja yang terlalu memberatkan petani lansia. Tuntutan kerja yang
tinggi dan jam kerja yang panjang dapat meningkatkan kecelakaan kerja bagi
petani lansia dan juga gangguan mental stres pada petani lansia tembakau. Studi
pendahuluan yang telah dilakukan pada 10 petani lansia di kelompok tani
tembakau Kecamatan Sukowono diperoleh bahwa semua petani lansia
tembakau yang mengalami gejala-gejala stres kerja. Hal ini dapat terlihat
dengan adanya keluhan-keluhan sulit tidur, merasa khawatir akan
pekerjaannya, mudah tersinggung, merasa tertekan, sulit konsentrasi dan
mudah lelah. Hal ini dapat terjadi adanya ketimpangan antara usaha yang
dilakukan dengan hasil panen yang didapatkan dalam melakukan usaha tani
tembakau. Hal ini merupakan gejala-gejala stres.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan hubungan
beban kerja dengan stres pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau
Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. Jenis penelitian observasional
analitik dengan menggunakan studi secara cross sectional. Teknik
pengambilan sampel dengan teknik : multistage random sampling dan
didapatkan jumlah sampel penelitian sebanyak 92 responden di Kelompok
Tani Tembakau Kecamatan Sukowono. Alat pengumpul data pada penelitian
ini terdiri dari lembar kuesioner untuk beban kerja petani lansia dan stres petani
lansia. Analisis data menggunakan regresi
linier sederhana.
ix
Hasil analisis menunjukkan bahwa skor beban kerja petani lansia
di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Jember rata-rata sebesar
44.51. Data beban kerja petani lansia diketegorikan berdasarkan cut of
point data dilakukan untuk mempermudah interpretasi data menjadi beban
kerja rendah untuk responden yang memiliki skor < 44.51 dan beban kerja
tinggi untuk responden yang memiliki skor ≥ 44.51. Skor stres petani lansia di
Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Jember rata-rata sebesar
48.12. Data beban kerja petani lansia diketegorikan berdasarkan cut of point
data dilakukan untuk mempermudah interpretasi data menjadi stres ringan
untuk responden yang memiliki skor < 48.12 dan stres berat untuk responden
yang memiliki skor ≥
48.12. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p= 0.0001. Ha diterima jika Ho
ditolak, dimana Ho ditolak jika nilai p ≤ α, 0,001 ≤ 0,05. Hasil analisis
statistik didapatkan bahwa ada hubungan signifikan antara beban kerja dengan
stres pada petani lansia di Kelompok Tani Kecamatan Sukowono Kabupaten
Jember. Nilai koefisien dengan determinasi 0,278 artinya beban kerja dapat
berkontribusi 27,8% terhadap besar stres yang dialami oleh petani lansia.
Beban yang terlalu besar yang dimiliki oleh petani lansia tembakau ini
dapat mengakibatkan adanya gangguan mental, stres. Stres yang dialami oleh
petani lansia yang terlalu tinggi dan berkepanjangan menyebabkan
manifestasi/gejala, baik yang bersifat fisik ataupun psikis. Manifestasi/gejala
yang muncul pada petani lansia dapat menggambarkan keadaan fisik ataupun
psikis lansia. Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir penyakit
akibat kerja adalah dengan meningkatkan fungsi perawat Occupational health
Nursing (OHN) bagi petani lansia di tempat kerja. Tindakan tersebut
mencakup tiga tindakan utama yang meliputi melakukan pengenalan,
evaluasi dan pengendalian lingkungan kerja. Tindakan
tersebut dapat menjamin terlaksananya keamanan dan kesehatan pekerja tani,
khususnya yang berusia lansia dan derajat kesehatan juga
meningkat.
x
PRAKATA

Puji Syukur Allah SWT atas segala rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Hubungan Beban
Kerja dengan Stres pada Petani Lansia di Kelompok Tani Tembakau
Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember”. Skripsi ini disusun sebagai langkah
awal untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mencapai gelar sarjana
keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember. Penulis
menyadari bahwa penyusunan proposal skripsi ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Dr. Sujono Kardis, Sp.KJ., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Jember;
2. Ns.Tantut Susanto, M.Kep,.Sp.Kep.Kom, selaku dosen pembimbing
utama, Ns.Nurfika Asmaningrum, M.Kep, selaku dosen pembimbing
anggota dan Hanny Rasni, S.Kp., M.Kep. yang telah memberi
bumbingan, arahan dan petunjuk demi kesempurnaan skripsi ini;
3. Ns Roymond H. Simamora, M.Kep, selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberi arahan dan motivasi selama menempuh studi
di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember;
4. Seluruh dosen, Staf dan karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Jember yang telah memberi dukungan;
5. Kepala Dinas Pertanian Kebupaten Jember, Kepala UPT Pertanian II
Sumberjambe, Penyuluh Tani Kecamatan Sukowono dan Sumberjambe,
Ketua Kelompok Tani Kecamatan Sukowono dan Sumberjambe, Kepala
BAKESBANGPOL yang telah membantu dalam proses perijinan
uji validitas dan reliabulitas, serta proses penelitian;
6. Ibunda dan ayahanda , serta adikku yang selalu memberikan motivasi
dan semangat demi ters elesainya skripsi ini;
7. Seseorang yang selalu setia memberikan dukungan dan motivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini;

xi
8. Semua mahasiswa PSIK, khususnya angkatan 2009 yang telah
memberikan dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini;
9. Pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menerima segala saran dan kritik demi kesempurnaan proposal
skripsi ini. Penulis berharap semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua

Jember, Oktober 2013

Penulis

xii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i
HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii
HALAMAN PEMBIMBINGAN .................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv
HALAMAN MOTO ..................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... vi
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... vii
ABSTRACT.................................................................................................... viii
RINGKASAN ............................................................................................... ix
PRAKATA ................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xx
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 8
1.3 Tujuan ....................................................................................... 8
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................... 8
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................. 8
1.4 Manfaat ..................................................................................... 9
1.4.1 Manfaat Bagi Pendidikan ................................................... 9
1.4.2 Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan.................................... 9
1.4.3 Manfaat Bagi Keperawatan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
di Bidang Pertanian ............................................................ 9
1.4.4 Manfaat Bagi Masyarakat .................................................. 10

xiii
1.4.5 Manfaat Bagi Peneliti......................................................... 10
1.5 Keaslian Penelitian ..................................................................... 10
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 12
2.1 Beban Kerja .............................................................................. 12
2.1.1 Definisi Beban Kerja ........................................................ 12
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja .......................... 13
2.1.3 Indikator Pengukuran Beban Kerja ................................... 14
2.1.4 Dampak Beban Kerja ....................................................... 14
2.1.5 Penilaian Beban Kerja ...................................................... 16
2.2 Stres Lansia ................................................................................ 17
2.2.1 Lansia ............................................................................... 17
2.2.1.1 Definisi Lansia ................................................................ 17
2.2.1.2 Batasan Lansia ................................................................ 18
2.2.1.3 Tipe-Tipe Lansia .............................................................. 18
2.2.1.4 Perubahan Psikososial ..................................................... 21
2.2.2 Stres Lansia...................................................................... 24
2.2.2.1 Definisi Stres Lansia ........................................................ 24
2.2.2.2 Tahapan Stres Lansia ....................................................... 25
2.2.2.3 Faktor Penyebab Stres Lansia ........................................... 28
2.2.2.4 Gejala Stres Lansia ........................................................... 28
2.2.2.5 Indikator Pengukuran Stres Lansia ................................... 29
2.2.2.6 Dampak Stres lansia ......................................................... 30
2.2.2.7 Upaya penanggulangan Stres Lansia ................................. 34
2.3 Keperawatan Kesehatan Kerja (K3) ....................................... 36
2.3.1 OHN (Occupational Health Nursing) ................................ 36
2.3.1.1 Definisi OHN (Occupational Health Nursing) ................. 36
2.3.1.2 Tujuan OHN (Occupational Health Nursing) .................. 37
2.3.1.3 Penyakit Akibat Kerja ...................................................... 38
2.3.1.4 Fungsi dan Tugas Perawat dalam OHN (Occupational Health
Nursing) ............................................................................ 39
2.3.1.5 Penanggulangan Penyakit Akibat Pertanian ...................... 40

xiv
2.3.2 Pertanian ............................................................................ 41
2.3.2.1 Definisi Pertanian .............................................................. 41
2.3.2.2 Karakteristik Pertanian ...................................................... 42
2.3.2.3 Dampak Akibat Pertanian .................................................. 43
2.3.3 Kelompok Tani ................................................................. 45
2.3.3.1 Definisi Kelompok Tani .................................................... 45
2.3.3.2 Kegiatan Kelompok Tani................................................... 46
2.4 Hubungan Beban Kerja dengan Stres pada Petani Lansia ...... 47
2.5 Kerangka Teori ........................................................................ 49
BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL ....................................................... 50
3.1 Kerangka Konseptual ................................................................ 50
3.3 Hipotesis Penelitian .................................................................... 51
BAB 4. METODE PENELITIAN................................................................. 52
4.1 Jenis Penelitian ......................................................................... 52
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................ 53
4.2.1 Populasi ........................................................................... 53
4.2.2 Sampel ............................................................................. 53
4.2.3 Kriteria sampel .................................................................. 56
4.3 Lokasi Penelitian ........................................................................ 56
4.4 Waktu Penelitian ....................................................................... 57
4.5 Definisi Operasional .................................................................. 57
4.6 Pengumpulan data ..................................................................... 58
4.6.1 Sumber Data ..................................................................... 58
4.6.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................ 58
4.6.3 Alat Pengumpulan Data .................................................... 60
4.6.4 Uji Validitas dan realibilitas .............................................. 63
4.7 Rencana Pengolahan Data .......................................................... 66
4.7.1 Editing .............................................................................. 66
4.7.2 Coding .............................................................................. 67
4.7.3 Processing/Entry ............................................................... 68
4.7.4 Cleaning ........................................................................... 68

xv
4.7.5 Analisa Data ...................................................................... 68
4.8 Etika Penelitian ........................................................................... 73
BAB 5.HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 74
5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ....................................................... 74
5.2 Hasil Penelitian ......................................................................... 78
5.3 Pembahasan ............................................................................... 89
5.4 Keterbatasan Penelitian ............................................................ 110
5.5 Implikasi Keperawatan ............................................................. 110
BAB 6.PENUTUP ........................................................................................ 111
6.1 Kesimpulan ................................................................................ 111
6.2 Saran ........................................................................................... 112
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 114
LAMPIRAN ................................................................................................. 120

xvi
DAFTAR TABEL

Halaman
4.1 Sampel Penelitian .................................................................................. 55
4.2 Definisi operasional ............................................................................... 57
4.3 Ukuran Penilaian untuk Skala Likert ...................................................... 60
4.4 Blue Print favorable dan Unfavorable Kuesioner Beban Kerja ............. 61
4.5 Blue Print Favorable dan Unfavorable Kuesioner Stres Petani Lansia ... 62
4.6 Kriteria Validitas Instrumen ................................................................... 65
5.1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Kelompok Tani Tembakau
Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013.......... 78
5.2 Distibusi Menurut Umur di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan
Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013 ............................ 79
5.3 Distribusi Responden Menurut Agama di Kelompok Tabi Tembakau
Kecamatan sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013 .......... 79
5.4 Distribusi Responden Menurut Beban Kerja Petani Lansia di Kelompok
Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September
2013 ...................................................................................................... 80
5.5 Distribusi Responden Menurut Beban Kerja Petani Lansia di Kelompok
Tani Tembakau Kecamatan sukowono Kabupaten Jember Bulan September
2013 ...................................................................................................... 80
5.6 Distribusi Responden Menurut Indikator Beban Kerja dan Tingkatan
Beban Kerja pada Petani Lansia di Kelompok Tani Tembakau
Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013
............................ 81
5.7 Distribusi Responden Menurut Stres pada Petani Lansia di Kelompok Tani
Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013
.............................................................................................................. 84
5.8 Distibusi Responden Menurut Stres pada Petani Lansia di Kelompok Tani
Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013
.............................................................................................................. 84

xvii
5.9 Distribusi Responden Menurut Indikator Stres dan Tingkatan Stres pada
Petani Lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono
Kabupaten Jember Bulan September 2013 ............................................. 85
5.10 Analisis Korelasi dan Regresi Fungsi Beban Kerja dengan Stres pada Petani
Lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten
Jember Bulan September 2013 .............................................................. 87

xviii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
4.1 Skema Multistage Random Sampling Kecamatan Sukowono.................... 55

xix
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran A. Lembar Informed Consent ................................................................... 120
Lampiran B. Kuesioner Karakteristik Responden ...................................................... 122
Lampiran C. Kuesioner Beban Kerja Petani Lansia ................................................... 123
Lampiran D. Kuesioner Stres Petani Lansia ............................................................... 126
Lampiran E. Data Mentah ........................................................................................ 129
Lampiran F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ....................................................... 132
Lampiran G. Hasil Analisis data ................................................................................ 137
Lampiran H. Dokumentasi ........................................................................................ 144
Lampiran I. Surat Rekomendasi ................................................................................ 146
Lampiran J. Surat Ijin ............................................................................................. 147

xx
BAB 1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan keselamatan dan kesehatan kerja (Occupational

health nursing) adalah keperawatan yang berfokus pada promosi,

perlindungan dan rehabilitasi kesehatan pekerja dalam konteks lingkungan

kerja yang kondusif, serta pencegahan penyakit dan cedera yang

berhubungan dengan pekerjaan. Keperawatan keselamatan dan kesehatan kerja

mempunyai ruang lingkup yang meliputi interpretasi dan evaluasi riwayat

medis pekerja, memberikan perawatan pasien secara langsung, manajemen

kasus dan perawatan primer untuk penyakit akibat kerja dan non-kerja dan

cedera, kesehatan penilaian bahaya, analisis dan melakukan pengelolaan

penyakit akibat kerja dan cedera. Keperawatan

keselamatan dan kesehatan kerja telah dikembangkan dan diterapkan

dalam berbagai bidang pertanian (Effendi, 2009).

Keperawatan keselamatan dan kesehatan kerja di bidang pertanian

berfokus pada promosi, pencegahan penyakit akibat pertanian dan

rehabilitasi bagi petani untuk mewujudkan lingkungan kerja yang kondusif

bagi petani. Keperawatan keselamatan dan kesehatan kerja di bidang pertanian

mempunyai kegiatan utama yang meliputi identifikasi dan pencegahan

penyakit yang berhubungan dengan akibat pertanian. Keperawatan

keselamatan dan kesehatan kerja di bidang pertanian menggunakan metode

surveilans yang berbasis kasus yang menjadi dasar dalam identifikasi faktor

risiko kerja dan program yang dapat

dikembangkan untuk meningkatkan derajat kesehatan petani (Oakley, 2008).


1
2

Pertanian merupakan kegiatan manusia yang menyangkut proses

produksi menghasilkan bahan-bahan kebutuhan manusia baik yang berasal dari

tumbuhan maupun hewan yang disertai dengan usaha untuk

memperbaharui, mengembangan, dan mempertimbangkan faktor ekonomi.

Proses produksi pertanian ini berhubungan dengan pemenuhan

kebutuhan individu yang digambarkan melalui

kebutuhan-kebutuhan individu sebagai petani. Faktor ekonomi perlu

dipertimbangkan juga dikarenakan dapat berpengaruh pada pelaksanaan

upaya produksi pertanian. Pertanian dipengaruhi oleh empat faktor produksi,

yaitu alam, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan. Faktor alam dan tenaga

kerja sering disebut dengan faktor primer. Faktor modal dan pengelolaan

disebut dengan faktor sekunder. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan dan

tidak dapat terpisahkan satu sama lain (Suwandari, 2006).

Tenaga kerja di sektor pertanian mencapai 41,20 Juta jiwa atau sekitar

43,4% dari jumlah total penduduk Indonesia. Angka tersebut mengalami

kenaikan sebesar 4,76% atau sebesar 1,9 juta dibandingkan Agustus 2011.

Indonesia menempati urutan ke 3 dunia setelah China (66% ) dan India

(53,2%). Hal ini menunjukan bahwa rata-rata mata pencaharian masyarakat

Indonesia adalah sebagai petani ( Badan Pusat Statistik, 2012).

Petani merupakan masyarakat yang mempunyai peranan penting dalam

proses usaha tani untuk membuat keputusan yang otonom dan tepat mengenai

proses usaha tani secara eksistensial untuk menghasilkan hasil panen yang

diinginkan. Petani memegang dua peranan penting yang berhubungan

dengan usaha bertani yang meliputi peran sebagai juru tani (cultivator) dan

pengelola.
3

Petani sebagai juru tani mempunyai tugas untuk memelihara tanaman

untuk mendapatkan hasil panen yang diinginkan dan bermanfaat. Petani

sebagai pengelola mempunyai tugas untuk menentukan jenis tanaman

yang akan diusahakan dan sarana produksi, serta merancang biaya modal

yang harus dikeluarkan untuk usaha tani. Petani sebagai pengelola harus

mempunyai ketrampilan, pendidikan, dan pengalaman yang akan berpengaruh

dalam proses pengambilan keputusan dalam usaha tani (Nasoetion, 2002).

Upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan

kesejahteraan petani adalah pembentukan kelompok tani. Kelompok tani

merupakan kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kesamaan

kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya)

dan keakraban. Kelompok tani bertujuan untuk meningkatkan dan

mengembangkan usaha anggota. Seluruh anggota kelompok tani memiliki

tujuan, minat, dan motif yang sama untuk mencapai tujuan yang sama.

Kelompok tani masih belum bisa berjalan secara optimal. Hal yang

menyebabkan adalah akses yang rendah terhadap informasi pasar dibandingkan

dengan pelaku usaha lainnya yang mengakibatkan harga yang diterima petani

tidak menguntungkan. Akses petani terhadap informasi teknologi, penguasaan

dan pemanfaatan teknologi sumber daya lainnya masih sangat

terbatas, serta mayoritas kelompok tani yang sudah terbentuk kurang

memenuhi standart umur yang telah ditentukan dikarenakan masih

terdapat anggota kelompok tani yang berusia lebih dari 65 tahun yang sering

disebut dengan usia lansia. Hal tersebut mengakibatkan produktifitas, efesiensi

dan daya saing usaha petani menjadi rendah (Departemen Pertanian, 2008).
4

Kelompok tani tembakau memiliki tujuan dan motif yang sama dalam

melakukan suatu kegiatan usaha tani tembakau bersama. Kegiatan kelompok

tani tembakau meliputi proses penanaman, pemeliharaan, pengairan,

penyulaman, penyiangan, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama,

panen, dan pasca panen. Proses penanaman tembakau ini tergantung pada

cara budidaya, lokasi tanam, musim atau cuaca, dan cara pengolahan

dikarenakan masa tanam tembakau ini 4 bulan dalam setahun. Upaya

pemeliharaan tembakau ini dilakukan kegiatan yang meliputi penyiraman,

penyulaman, pembumbunan, pemupukan, pemangkasan, dan pemetikan. Upaya

pengairan pada tembakau dilakukan setiap hari, yaitu pagi dan sore hari yang

diberikan pada tanaman tembakau secukupnya. Upaya penyulamam dilakukan

setelah tanaman tembakau seminggu ditanam. Upaya penyiangan dapat

dilakukan setiap 3 minggu. Usaha pemupukan tanaman tembakau menggunakan

pupuk yang tepat berupa pupuk organik dan anorganik (N, P dan K)

(Departemen Pertanian, 2008).

Permasalahan yang dialami oleh petani lansia dalam kelompok

tani tembakau ini, meliputi tidak ada keringanan tuntutan kerja pada petani

lansia dalam pertanian tembakau dengan lama kerja 7 jam/hari. Hal ini

dapat meningkatkan kecelakaan kerja pada petani lansia dan menyebabkan suatu

beban kerja yang besar bagi petani lansia untuk melakukan usaha dalam

pertanian tembakau. Resiko penyakit akibat kerja mengancam kesehatan petani

lansia yang meliputi penyakit kardiovaskuler, keracunan pestisida, dan gangguan

mental stres (Susanto, 2006).


5

Beban kerja petani lansia tembakau lebih mengarah pada kemampuan

petani lansia untuk melaksanakan semua kegiatan dalam usaha tani tembakau

yang harus dilakukan dengan teliti. Hal ini juga ditunjang dengan

permasalahan yang dihadapi petani lansia, yaitu tidak ada keringanan tuntutan

kerja bagi petani lansia dengan jam kerja 7 jam/hari dan resiko penyakit

akibat kerja yang mengancam kesehatan petani lansia dalam melakukan usaha

tani tembakau. Hal tersebut menjadi tuntutan kerja bagi petani lansia tembakau.

Tuntutan kerja yang terlalu overload dapat menyebabkan beban kerja dan

gangguan mental stres pada petani lansia tembakau (Soekartawi, 2005).

Stres petani lansia tembakau dipengaruhi oleh beban kerja dalam

usaha tani tembakau. Beban kerja petani lansia tembakau berhubungan dengan

kegiatan dalam usaha tani yang menuntut ketelitian dan tuntutan kerja

yang terlalu memberatkan petani lansia. Tuntutan yang berupa pekerjaan yang

terlalu berat dan jam kerja yang panjang dapat meningkatkan kecelakaan kerja

bagi petani lansia dan juga gangguan mental stres pada petani lansia tembakau

(Siswanto, 2007).

Petani lansia yang berusia lebih dari 55 tahun memiliki resiko

traumatik dan gangguan mental stres sebesar 54,40%, sedangkan petani yang

berusia kurang dari 54 tahun memiliki resiko traumatik dan gangguan

mental stres sebesar

36,70%. Hal ini mengindikasikan bahwa petani lansia beresiko tinggi

untuk mengalami kejadian traumatik dan gangguan mental stres yang dapat

disebabkan oleh tuntutan kerja dalam usaha tani yang dimiliki oleh petani

lansia dan resiko penyakit akibat kerja (International Labour Organization,

2012).
6

Beban kerja pada petani lansia tembakau tergantung pada tuntutan

kerja yang ditunjukan dengan jam kerja 7 jam/hari tanpa ada keringanan

dalam melakukan usaha tani tembakau mulai dari proses penanaman,

pemeliharaan, pengairan, penyulaman, penyiangan, pemupukan,

pemangkasan, pengendalian hama, panen dan pasca panen. Ancaman resiko

penyakit akibat kerja yang dapat merugikan petani lansia tembakau, terutama

bahaya pestisida. Penyakit akibat kerja dapat berupa penyakit fisik, seperti

sakit pinggang dan sakit kepala dan gangguan mental stres (Soekartawi, 2005).

Stres pada petani lansia dipengaruhi oleh peran perawat keselamatan

dan kesehatan kerja (K3) di bidang pertanian kurang optimal, permasalahan

dalam pertanian dan kebijakan yang keluarkan oleh pemerintah mengenai

pertanian. Permasalahan yang kompleks dalam pertanian yang meliputi

penetapan distribusi bibit yang tidak merata, kelompok tani yang tidak dapat

berjalan dengan optimal, perubahan musim yang ekstrem dan kepemilikan

lahan pertanian. Hal tersebut dipengaruhi oleh kebijakan dari dinas pertanian

mengenai penetapan distribusi bibit dan optimalisasi kelompok tani.

Permasalahan pertanian tersebut dapat menjadi tekanan yang besar bagi

petani lansia dikarenakan dapat menghambat keberhasilan usaha tani yang

dilakukan oleh petani lansia. permasalahan peran peran perawat keselamatan

dan kesehatan kerja (K3) di bidang pertanian yang kurang berjalan secara

optimal juga dapat menjadi beban tambahan bagi petani dikarenakan promosi

kesehatan diperlukan untuk dapat menambah pengetahuan petani lansia

mengenai membentuk koping yang baik dan cara menjaga kesehatan petani lansia

(Winarsunu, 2008).
7

Peran perawat keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di bidang

pertanian perlu untuk ditingkatkan untuk peningkatan derajat kesehatan, baik

secara fisik ataupun mental petani lansia tembakau. Peran yang harus

dilaksanakan oleh perawat keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah

promosi kesehatan dan pencegahan. Hal ini mempertimbangkan tuntutan kerja

petani lansia tembakau tidak seimbang dengan kapasitas kemampuan dan status

kesehatan yang dimiliki oleh petani lansia. keadaan tersebut dapat

menyebabkan petani lansia sebagai individu yang rentan terhadap stres dan

penyakit akibat kerja (Oakley, 2008).

Studi pendahuluan yang telah dilakukan di Dinas Pertanian Kabupaten

Jember didapatkan bahwa desa di Kecamatan Sukowono terdiri dari 12 Desa

yang meliputi Desa Sukowono, Desa Sukokerto, Desa Mojogemi, Desa

Sumberwringin, Desa Balet Baru, Desa Sumber waru, Desa Sukosari,

Desa Sukorejo, Desa Arjasa, Desa Sumberdanti, Desa Dawuhan Mangli, dan

Desa Pocangan. Jumlah keseluruhan kelompok tani di Kecamatan

Sukowono sebanyak

64 kelompok tani tembakau.

Studi pendahuluan yang telah dilakukan pada 10 petani lansia d i

kelompok tani tembakau Kecamatan Sukowono diperoleh bahwa semua petani

lansia tembakau yang mengalami gejala-gejala stres kerja. Hal ini dapat terlihat

dengan adanya keluhan-keluhan sulit tidur, merasa khawatir akan

pekerjaannya, mudah tersinggung, merasa tertekan, sulit konsentrasi dan mudah

lelah. Hal ini dapat terjadi karena adanya ketimpangan antara usaha yang

dilakukan dengan hasil panen yang didapatkan dalam melakukan usaha tani

tembakau. Hal ini merupakan gejala-gejala stres.


8

Berkaitan dengan permasalahan diatas, peneliti perlu mengkaji tentang

hubungan antara beban kerja dengan stress pada petani lansia di Kelompok

Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember agar dapat

mengidentifikasi tentang stres, dan beban kerja, serta arah hubungan beban kerja

dengan stress pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan

Sukowono Kabupaten Jember.

1.2 Perumusan masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan

antara beban kerja dengan stress pada petani lansia di Kelompok Tani

Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara beban

kerja dengan stress pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau

Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi beban kerja pada petani lansia di Kelompok Tani

Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember

b. Mengidentifikasi stress pada petani lansia di Kelompok Tani

Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember


9

c. Menganalisis hubungan antara beban kerja dengan stress pada petani

lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono

Kabupaten Jember

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi instituti Pendidikan

Bagi instituti pendidikan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dan

referensi bagi penelitian berikutnya yang berhubungan dengan

keperawatan kesehatan kerja, terutama di bidang pertanian.

1.4.2 Bagi Institusi pelayanan kesehatan

Bagi instituti pelayanan kesehatan, khususnya di bidang kesehatan

keselamatan kerja dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang

ditujukan kepada pekerja perusahaan ataupun pekerja pertanian.

1.4.3 Bagi keperawatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di bidang

Pertanian

Bagi keperawatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat

dijadikan bahan rujukan baru untuk melakukan intervensi

keperawatan kepada petani lansia mengenai manajemen stres dan

mekanisme koping agar dapat menurunkan angka gangguan mental

emosional dan angka kesakitan petani lansia pada Kelompok Tani

Tembakau di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember.


10

1.4.4 Bagi masyarakat

Bagi masyarakat, khususnya pekerja di bidang pertanian dapat dijadikan

sebagai tambahan ilmu tentang cara bertani yang aman, sehingga dapat

menurunkan angka kesakitan baik mental ataupun fisik, dan juga

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

1.4.5 Bagi peneliti

Bagi peneliti dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan dan

pengalaman tentang teori dan praktik keperawatan kesehatan kerja di

bidang pertanian, sehingga dapat membantu dalam meningkatkan

kesehatan dan keselamatan kerja, terutama pada petani lansia di

Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian tentang beban kerja dan tingkat stres pada petani telah

dilakukan sebelumnya oleh B. Sanne, A.Mykletun ,B.E.Moen,A.A.Dahl and G.

S. Tell (2004) dengan judul ” Farmers are at risk for anxiety and depression: the

Hordaland Health Study”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah Untuk

memeriksa perbedaan tingkat kecemasan dan depresi antara petani dan non-

petani. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik (non

eksperimental) menggunakan rancangan cross sectional, dengan uji (ANOVA)

/Kruskal–Wallis test, χ2/Fisher’s exact test and regresi logistik. Populasi adalah

pekerja usia 40-49 tahun, termasuk petani di Hordaland, Norwegia.


11

Alat ukur yang digunakan adalah Hospital Anxiety and Depression Scale

(HADS-A and HADS-D) dengan adalah 17.295 pekerja usia 40-49 tahun,
termasuk

917 petani. Pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling. Hasil

penelitian yang didapat petani memiliki prevalensi depresi dan kecemasan

yang lebih tinggi, khususnya petani laki-laki daripada non-petani. Faktor jam

kerja lebih lama, pendapatan rendah, beban kerja yang lebih tinggi dan

tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi tingkat depresi dan kecemasan

pada petani. Umumnya petani memiliki beban kerja fisik yang berat dan

tingkat pendidikan yang lebih rendah dibandingkan non-petani.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh B. Sanne, A.Mykletun,

B.E.Moen,A.A.Dahl and G. S. Tell dengan penelitian ini adalah jenis, alat

ukur, penelitian Observasional analitik (non eksperimental) menggunakan

rancangan cross sectional. Perbedaan adalah analisis bivariat dengan

menggunakan uji regresi linier sederhana dan judul penelitian ini adalah

hubungan beban kerja dengan stress pada petani lansia di Kelompok Tani

Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. Populasi adalah petani

lansia di kelompok tani tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memprediksi arah hubungan antara beban

kerja dengan stress pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau

Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. Tempat penelitian di Kecamatan

Sukowono Kabupaten Jember. Waktu yang digunakan untuk penelitian adalah

bulan Agustus 2013. Cara pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan jenis dari teknik cluster sampling yang lebih kompleks, yaitu:

multistage random sampling.


BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beban Kerja

2.1.1 Definisi Beban Kerja

Beban kerja merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu

untuk menyelesaikan suatu tuntutan pekerjaan yang harus diselesaikan

pada waktu tertentu. Beban kerja ini tergantung pada besar tuntutan kerja,

kemampuan fisik, dan kognitif yang dimiliki individu. Setiap beban kerja yang

diterima oleh individu harus sesuai dan seimbang baik terhadap kemampuan

fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan individu untuk

menerima beban tersebut (Winarsunu, 2008).

Beban kerja dapat dibagi menjadi beban kerja fisik dan mental. Beban

kerja mental merupakan tingkat/taraf kesulitan dalam melaksanakan tugas yang

berhubungan dengan kemampuan pekerja. Beban kerja mental yang tinggi

menunjukan bahwa pekerja tidak mampu untuk mengerjakan tugas-tugas yang

diberikan dikarenakan melampaui dari kemampuan yang dimiliki oleh

pekerja. Beban kerja fisik menggambarkan jumlah pekerjaan yang haris

diselesaikan oleh pekerja. Beban kerja fisik yang tinggi berarti pekerja

harus menyelesaikan

pekerjaan dalam jumlah yang terlalu banyak (Efendi, 2009).


12
13

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

Beban kerja dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan

faktor eksternal, yaitu:

a) Faktor eksternal

Faktor eksternal yang berasal dari luar tubuh pekerja yang


meliputi:

1) Organisasi Kerja

Organisasi kerja meliputi jam kerja, waktu untuk istirahat, sift kerja,

dan sistem kerja yang diterapkan di tempat kerja.

2) Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja juga dapat mempengaruhi beban kerja pekerja.

Lingkungan kerja dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu lingkungan kerja

fisik, kimiawi, dan psikologis.

b) Faktor internal

Faktor internal berasal dari reaksi tubuh yang terjadi terhadap stimulus

yang diterima dan berpotensi menjadi stresor. Faktor internal meliputi:

1) Faktor somatis

Faktor somatis ini meliputi jenis kelamin, status kesehatan,

kepribadian, dan usia.

2) Faktor psikologi

Faktor psikologis berhubungan dengan kemampuan

kognitif, motivasi kerja, persepsi, kepercayaan,

kepuasan kerja, dan pengalaman kerja

(Tarwaka, 2004).
14

2.1.3 Indikator pengukuran Beban Kerja

Indikator pengukuran variabel beban kerja merupakan landasan

yang digunakan dalam mengukur beban kerja. Indikator beban kerja, antara lain:

a) Sikap kerja

Indikator lama kerja dapat menunjukan wujud dari sikap yang

ditunjukan dalam menyelesaikan pekerjaanya.

b) Waktu kerja dan istirahat

Indikator ini menunjukan pengorganisasian waktu untuk melakukan dan

menyelesaikan pekerjaan yang dimiliki. Organisasi waktu yang baik

ditunjukan dengan waktu kerja dan waktu istirahat seimbang. Hal

ini berdampak baik bagi kesehatan pekerja, terutama petani lansia.

c) Faktor somatis

Indikator ini menunjukan faktor yang menitikberatkan pada fungsi

organ tubuh petani lansia. Faktor ini menentukan kapasitas kemampuan

yang dimiliki oleh petani lansia untuk menyelesaikan pekerjaanya

(Harrington,

2003).

2.1.4 Dampak Beban Kerja

Dampak dari beban kerja dapat dilihat dari dua faktor, yaitu faktor

yang berhubungan dengan pekerjaan dan faktor yang tidak berhubungan

dengan pekerjaan. Faktor yang berhubungan dengan pekerjaan, yaitu bahaya

kesehatan di tempat kerja dan lingkungan kerja. Faktor yang tidak berhubungan

dengan beban kerja, yaitu pelayanan kesehatan kerja dan perilaku kerja (Efendi,

2009).
15

Mayoritas penyebab munculnya dampak beban kerja adalah perilaku

dari pekerja yang kurang memperhatikan ergonomi (pengaturan situasi

dalam lingkungan kerja). Faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan

ergonomi yang berhubungan dengan manusia adalah keterbatasan baik fisik

ataupun mental yang dimiliki oleh manusia dan perbedaan keadaan fisik tiap

orang berbeda. Jika faktor-faktor tersebut diabaikan dapat berdampak negatif

pada kesehatan pekerja yang berupa keluhan-keluhan (symptom)

sebagai indikasi keadaan sakit (Nurmianto, 2004).

Keluhan (symptom) merupakan indikasi keadaan sakit dalam diri

pekerja yang berhubungan dengan kondisi tempat kerja. Keluhan ini juga bisa

menjadi manifestasi dari stres pada tubuh maupun pikiran pekerja.

Manifestasi yang ditimbulkan oleh tiap orang berbeda (Winarsunu, 2008).

Keluhan (symptom) dapat dibagi menjadi dua, yaitu keluhan fisik dan

mental. Keluhan fisik berkaitan dengan keadaan sakit pada bagian tubuh

tertentu yang meliputi leher, bahu, siku, tangan, punggung atas, punggung bawah,

pinggul, lutut, pergelangan kaki dan kaki. Keluhan mental berkaitan dengan

psikis pekerja yang dapat berupa merasa lelah yang berlebihan, tidak

bergairah setelah mendapatkan krisis, merasa tertekan, sulit tidur, gelisah,

sakit kepala, denyut jantung meningkat dan gangguan pencernaan (Tarwaka,

2004).

Keluhan mental yang diakibatkan karena beban kerja yang berlebihan

dan kejenuhan kerja dapat memicu stres pada pekerja. Keadaan stres pada

pekerja dapat mengakibatkan beberapa respon fisik dan sosial pada pekerja.

Respon tersebut, yaitu keletihan dan penurunan interaksi sosial (Jeyaratnam,

2010).
16

Keletihan merupakan salah satu respon fisik yang muncul ketika tubuh

mendapatkan beban kerja yang melebihi kapasitas. Keletihan ini dapat

mempengaruhi faktor kognitif. Hal ini dapat menyebabkan pekerja tidak dapat

berkonsentrasi pada pekerjaan yang dimilikinya. akibat lain adalah

dapat menurunkan kemampuan untuk mengambil keputusan (Hariandja, 2003).

2.1.5 Penilaian Beban Kerja

Pengukuran beban kerja mental berhubungan dengan tiga

komponen denyut nadi yang berhubungan langsung mekanisme pengendalian

dalam tubuh individu. Mekanisme tersebut meliputi mekanisme

pengaturan temperatur, tekanan darah dan respirasi. Komponen tersebut

akan meningkat bersamaan dengan beban kerja mental yang dirasakan oleh

pekerja (Manuaba, 2000).

Pengukuran beban mental dapat diukur dengan cara objektif dan

subjektif. Pengukuran secara objektif dapat dilakukan dengan mengukur denyut

nadi pekerja. Pengukuran secara subjektif dapat dilakukan dengan cara

mengamati dan mengobservasi kondisi psikologis pekerja (Manuaba, 2000).

Pengukuran beban fisik pekerja dapat diukur melalui denyut jantung.

Hal ini bisa mengetahui berat ringannya beban kerja fisik yang dirasakan oleh

pekerja. Pengukuran ini dapat menilai cardiovaskuler strain. Pembuluh darah

yang dipakai untuk pengukuran ini adalah arteri radialis pada pergelangan

tangan (Tarwaka,

2004).
17

2.2 Stres Lansia

2.2.1 Lansia

2.2.1.1 Definisi Lansia

Lansia merupakan suatu bagian dari tumbuh kembang dari mulai bayi,

anak-anak, dewasa, dan tua. lansia mengalami perubahan yang bersifat norrmal

baik dari segi fisik, maupun psikis. Perubahan itu meliputi perubahan

fisik, kognitif, dan psikososial secara bertahap (Azizah, 2011) .

Perubahan fisik pada lansia berkaitan dengan kemunduran fungsi

sistem organ dalam tubuh. Sistem organ yang mengalami penurunan fungsi

adalah sistem indra, kardiovaskuler, respirasi, pencernaan, perkemihan, syaraf,

dan reproduksi. Penurunan fungsi sistem organ tersebut menyebabkan lansia

mudah terserang penyakit (Maryam, 2008).

Perubahan kognitif pada lansia berkaitan dengan perubahan fungsi

organ otak. Perubahan ini meliputi penurunan dalam hal mengingat,

kemampuan memecahkan masalah, mengambil keputusan dan kinerja

dalam melakukan aktivitas. Penurunan fungsi kognitif juga dapat menyebabkan

penurunan harapan untuk hidup (Tamher, 2009).

Perubahan psikososial berhubungan dengan perubahan peran sosial

dalam masyarakat dan kepribadian. Hal ini disebabkan karena adanya

penurunan fungsi indera, pendengaran dan penglihatan. Penurunan fungsional

itu membuat lansia merasa terasingkan dari kehidupan sosialnya (Stanley, 2006).
18

2.2.1.2 Batasan Lansia

Lansia dapat digolongkan menjadi empat berdasarkan usia kronologis

atau biologis yang meliputi usia pertengahan (middle age) yang berkisar antara

umur 45-59 tahun, lanjut usia (erderly) yang berkisar antara 60-74 tahun, lanjut

usia tua (old) yang berkisar antara 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old)

yang berkisar diatas 90 tahun (WHO, 1999 dalam Azizah, 2011). Batasan lansia

dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu pra lansia (prasenilis) adalah lansia yang

berusia antara 45-59 tahun, lansia adalah lansia yang berusia 60 tahun atau

lebih, lansia resiko tinggi adalah lansia yang berusia lebih dari 60 tahun

dengan masalah kesehatan atau yang berusia lebih dari 70 tahun, lansia

potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau

kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa dan lansia tidak potensial adalah

lansia yang tidak berdaya untuk mencari nafkah dan bergantung pada bantuan

orang lain (Departemen Kesehatan,

2005).

2.2.1.3 Tipe-Tipe Lansia

Tipe-tipe lansia tergantung pada kepribadian yang dimiliki. Tipe-

tipe lansia berdasarkan kepribadian dapat digolongkan menjadi enam, yaitu:

a) Tipe kepribadian konstruktif (construction personality)

Lansia yang mempunyai tipe ini cenderung berintegrasi baik,

toleransi baik dan fleksibel dalam menjalani hidup. Tipe kepribadian ini

biasanya dimulai dari masa muda yang tenang dalam menghadapi

masalah. Lansia dapat menerima kenyataan mengenai fakta penuaan

dengan bijaksna.
19

b) Tipe kepribadian mandiri (independent personality)

Lansia dengan tipe kepribadian ini lebih cenderung mengalami post

power sindrom dikarenakan terdapat perubahan dalam peran sosial

dalam masyarakat. Lansia pada tipe ini cenderung memiliki masa

muda yang bergejolak dan aktif pada kegiatan organisasi ataupun

masyarakat.

c) Tipe kepribadian tergantung (dependent personality)

Lansia dengan tipe kepribadian ini lebih dipengaruhi oleh situasi

keluarga dan lingkungan sekitar. Kejadian kehilangan pasangan dapat

memicu kesedihan yang mendalam pada lansia. Lansia pada tipe ini

lebih senang dengan masa pensiun dan tidak memiliki inisiatif untuk

mencari kegiatan lain.

d) Tipe kepribadian bermusuhan (hostile personality )

Lansia dengan tipe kepribadian ini memiliki rasa tidak puas

dengan kehidupannya. lansia memiliki banyak keinginan

yang tidak diperhitungkan, sehingga dapat

menyebabkan penurunan pada status ekonomi keluarga. Lansia selalu

menganggap bahwa orang lain yang menyebabkan semua

kegagalan dalam hidupnya.

e) Tipe kepribadian defensive

Lansia dengan tipe kepribadian ini lebih cenderung menolak

dengan perhatian dan bantuan yang diberikan orang disekitarnya.

Lansia juga memiliki emosi yang tidak terkontrol dan bersifat kompulsif

aktif. Lansia menjadi takut untuk menjadi tua dan menghadapi masa

pensiun.
20

f) Tipe kepribadian kritik diri (self hate personality)

Lansia dengan tipe ini cenderung tampak sengsara dan tidak mau

menerima bantuan dari orang disekitarnya. Lansia akan merasakan

kesulitan dalam menjalani hidupnya. Lansia cenderung tidak

memiliki ambisi yang berlebihan, selalu menyalahkan diri sendiri

dan merasa sebagai korban dari keadaan yang dialaminya (Kuntjoro,

2002).

Tipe lansia juga tergantung pada karakter, pengalaman hidup,

lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan keadaan ekonomi. Tipe-tipe

tersebut dapat digolongkan menjadi enam, yaitu:

a) Tipe arif bijaksana

Lansia dengan tipe ini mudah dalam beradaptasi dengan perubahan

jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,

sederhana dan menjadi panutan.

b) Tipe mandiri

Lansia dengan tipe ini berusaha untuk mencari kegiatan-kegiatan

baru untuk menggantikan kegiatan yang tidak bisa dilakukan lagi.

Lansia juga aktif dalam berinteraksi sosial dengan teman sebaya.

c) Tipe tidak puas

Lansia pada tipe ini tidak dapat menerima proses ketuaan. Lansia

beranggapan bahwa proses ketuaan dapat menyebabkan kecantikan,

daya tarik, kekuasaan, status dan teman sebaya menghilang. Lansia juga

mudah marah, tidak sabar, menuntut, sulit dilayani, dan suka mengkritik.
21

d) Tipe pasrah

Lansia dengan tipe ini lebih bersikap menerima dan menunggu nasib

baik. Lansia juga bersedia untuk melakukan pekerjaan apapun tanpa

harus memilih.

e) Tipe bingung

Lansia dengan tipe ini bersikap kaget dengan semua perubahan

yang durasakan. Manifestasi yang dimunculkan oleh lansia adalah

merasa minder, menyesal, pasif dan kurang bisa berinteraksi sosial

(Nugroho,

2000 dalam Maryam, 2008).

2.2.1.4 Perubahan Psikososial Lansia

Perubahan psikososial lansia berhubungan dengan pencapaian

integritas diri yang utuh. Pencapaian integritas diri yang baik pada lansia

akan dapat menimbulkan pemahaman yang menyeluruh mengenai perspektif

masa depan dan cara mengatasi permasalahan dengan baik. Lansia yang tidak

dapat mencapai integritas diri yang baik, maka lansia tidak memiliki gambaran

masa depan dalam hidupnya. (Azizah, 2011).

Pencapaian integritas diri lansia berhubungan dengan teori

perkembangan psikososial Erickson. Teori ini menggambarkan tantangan atau

kebutuhan yang harus dipenuhi pada setiap tahap dari delapan tahap

pengelompokan usia dan kekuatan ego yang dicapai. Tahap dengan tugas-

tugas perkembangan yang tidak tercapai dapat menimbulkan perilaku yang

tidak diinginkan (Stanley, 2006).


22

Tahap dalam teori perkembangan psikososial Erickson yang berkaitan

dengan lansia adalah integritas versus rasa putus asa. Integritas sebagai sikap

penerimaan terhadap siklus hidup yang harus dijalani. Rasa putus asa sebagai

perasaan yang terjadi ketika terjadi kekecewaan terhadap hidup yang dijalani.

Kegagalan dalam pencapaian integritas diri sebagai bentuk rasa takut

pada kematian dan sikap tidak menghargai diri sendiri dan orang lain. Lansia

yang gagal dalam pencapaian integritas diri, maka akan menimbulkan perasaan

putus asa dan terjadi perubahan dalam psikososial dikarenakan lansia merasa

tidak memiliki harapan untuk masa depannya (Potter dan Perry, 2005).

Perubahan psikososial yang dialami oleh lansia dapat timbul pada saat

keadaan tertentu. Keadaan yang dapat memicu timbulnya perubahan

psikososial, antara lain:

a) Pensiun

Pensiun pada lansia merupakan tahap kehidupan pada lansia yang

disebabkan oleh transisi, perubahan kontak sosial dan perubahan peran.

Perubahan peran pada lansia berhubungan erat dengan produktivitas

dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan. Lansia

dinilai mempunyai produktivitas yang rendah dalam

melakukan pekerjaan atau kegiatan. Hal ini dapat menyebabkan stres

psikososial dan rasa kehilangan pada lansia. Rasa kehilangan yang

dirasakan oleh lansia akibat pensiun dapat dibagi menjadi empat, antara

lain:
23

1) Kehilangan finansial

Kehilangan finansial pada lansia terjadi akibat perubahan peran,

terutama dalam hal pekerjaan. Lansia dianggap tidak

mempunyai produktivitas yang baik, sehingga lansia tidak

melakukan aktivitas, termasuk aktivitas pekerjaan. Hal ini

mempengaruhi pemasukan uang untuk lansia dan keluarganya.

2) Kehilangan status

Keadaan kehilangan status ini berhubungan dengan

perubahan peran dalam pekerjaan. Lansia yang mempunyai

jabatan yang tinggi dalam pekerjaannya pada masa muda,

maka mudah mengalami

stres pada masa tua. Hal ini disebabkan karena kemampuan

adaptasi terhadap perubahan situasi pada masa tua yang rendah.

3) Kehilangan teman

Keadaan kehilangan teman terjadi seiring dengan pensiun

pada lansia. Hal ini terjadi karena lansia mengalami kehilangan

kontak dengan teman sejawat yang menyebabkan penurunan

interaksi sosial dengan teman sejawat.

4) Kehilangan pekerjaan atau kegiatan

Kehilangan pekerjaan atau kegiatan terjadi dikerenakan terdapat

anggapan bahwa lansia mengalami penurunan produktivitas

dalam melakukan pekerjaan/kegiatan.


24

b) Perubahan aspek kepribadian

Perubahan aspek kepribadian pada lansia dipengaruhi oleh

penurunan fungsi kognitif. Fungsi kognitif meliputi proses belajar,

persepsi dan pemahaman. Penurunan pada fungsi ini menyebabkan

reaksi dan perilaku lansia menjadi lebih lambat.

Perubahan aspek kepribadian pada lansia juga dipengaruhi oleh

penurunan fungsi psikomotor (konatif). Fungsi ini berhubungan

dengan dorongan kehendak, seperti gerakan, tindakan dan koordinasi.

Penurunan pada fungsi ini dapat menyebabkan lansia kurang cekatan

dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan.

c) Perubahan dalam peran sosial di masyarakat

Perubahan peran sosial disebabkan oleh penurunan fungsi organ tubuh.

Hal tersebut menyebabkan gangguan fungsional dan kecacatan

pada lansia. (azizah, 2011).

2.2.2. Stres Lansia

2.2.2.1 Definisi Stres Lansia

Stres merupakan suatu reaksi adaptif yang bersifat non-spesifik yang

dimiliki oleh individu terhadap tekanan stimulus atau stresor. Reaksi ini

bersifat individual bagi tiap individu, sehingga tanggapan/reaksi individu satu

dengan yang lain terhadap suatu stimulus akan berbeda. Tekanan stresor yang

bersifat berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan secara fisik

ataupun psikis pada individu (Hartono, 2007).


25

Stres lansia adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan bagi

lansia dapat disebabkan oleh keterbatasan kemampuan lansia dan stresor

psikososial yang berhubungan dengan perubahan dalam kehidupan lansia.

Hal tersebut mendorong lansia untuk melakukan adaptasi untuk dapat

menanggulanginya. kemampuan beradaptasi lansia yang terbatas dapat memicu

stres (Azizah, 2011).

Stres pada lansia dipengaruhi oleh transisi dan perubahan peran dalam

kehidupan sosial. Perubahan peran ini diukur oleh nilai produktivitas dan

identitas lansia. Perubahan dan transisi ini menyebabkan lansia merasa

kehilangan gairah untuk hidup. Lansia juga merasa dirinya tidak berguna untuk

orang disekitarnya (Tamher, 2009).

Stres pada lansia juga dipengaruhi oleh penurunan dalam kinerja

psikomotor. Kinerja psikomotor pada lansia mempengaruhi respon reflek

dan kemampuan dalam menanggulangi stres. Hal tersebut menyebabkan

lansia dianggap sebagai individu yang lemah dalam melakukan pekerjaan atau

kegiatan dan mengurus diri sendiri (Bastable, 2002).

2.2.2.2 Tahapan Stres Lansia

Teori sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrom) dijelaskan

bahwa tubuh manusia memiliki tingkat resistensi yaitu tingkat resistensi pada

saat tubuh dalam kondisi biasa dan tidak mengalami stres. Tingkat resistensi ini

dapat berubah saat tubuh mengalami ketidakseimbangan antara fisik dan psikis

(stres). Perubahan ini bertujuan agar tubuh mampu beradaptasi terhadap

stimulus yang dihadapinya. Tahapan terjadinya stres dapat dibagi menjadi tiga

fase, yaitu:
26

a) Fase alarm

Fase alarm sebagai fase awal pada tahapan stres. stres menstimulasi

pesan fisiologis tubuh dari hipotalamus ke kelenjar (misal : kelenjar

adrenal untuk mengirim adrenalin dan norepinefrin sebagai pembangkit

emosi) dan organ untuk mempersiapkan kebutuhan pertahanan

potensial. Tubuh akan memberikan reaksi mula-mula ketika

terkena stresor. Tubuh mengalami perubahan-perubahan

fisiologis, sehingga individu akan

merasakan gejala-gejala seperti detak jantung semakin cepat, napas

cepat, dan keringat dingin. Fase ini merupakan fase peringatan bahwa

stres harus segera ditangani. Stresor yang terlalu kuat dan berlebihan

pada fase ini dapat menyebabkan kematian. Hal ini

terjadi dikarenakan tingkat resistensi individu menurun.

b) Fase resistensi

Fase ini merupakan fase lanjutan dari fase alarm dan tanda-tanda

kebutuhan pada tubuh sudah menghilang dikarenakan individu

sudah dapat beradaptasi terhadap stresor yang dihadapinya. Stresor pada

fase ini terus meningkat yang menyebabkan stres berlangsung terus-

menerus. Hal ini dapat memicu peningkatan resistensi tubuh diatas

normal yang bertujuan untuk melakukan penyesuaian diri terhadap

stresor tersebut. Sistem pencernaan akan beradaptasi dengan cara

mengurangi kerja dengan cara mengalirkan darah ke bagian

tubuh yang dibutuhkan untuk pertahanan. Organ paru-paru

memasukkan lebih banyak udara, dan jantung bekerja keras dengan

lebih berdenyut lebih cepat dan keras.


27

Aktivitas tersebut dapat mengalirkan darah kaya oksigen dan nutrisi ke

otot untuk mempertahankan tubuh memalui perilaku fight, flight,

atau freeze. Apabila individu dapat beradaptasi terhadap stres, maka tubuh

akan berespons dengan rileks dn kelenjar, organ, serta respons

sistemik menurun. Individu dapat beradaptasi dengan baik pada fase ini

dan merasa normal kembali meskipun stres masih dirasakan oleh

individu. Jumlah energi yang dikeluarkan oleh individu rata-rata lebih

besar dari biasanya, sehingga tubuh harus lebih bekerja keras untuk

memenuhi kebutuhan tubuh.

c) Fase kelelahan

Fase ini merupakan fase lanjutan dari fase resistensi dan tubuh mulai

mengalami penurunan tingkat resistensi sampai dibawah normal.

Individu mulai berespons negatif terhadap stres. Stres terus meningkat,

sehingga tubuh melakukan adaptasi terhadap stresor secara terus-

menerus. Hal ini dapat menyebabkan energi yang digunakan oleh tubuh

untuk beradaptasi akan mulai habis. Fase alarm (tanda-tanda

kebutuhan) akan muncul kembali pada fase ini, tetapi energi yang

digunakan untuk beradaptasi terhadap stresor sudah habis. hal ini

menyebabkan tubuh tidak dapat melakukan adaptasi. Individu akan

mengalami ketidakseimbangan antara kebutuhan fisik dan psikologis.

Stres yang berlangsung terus menerus dapat menyebabkan gangguan

yang lebih parah pada individu dan mengalami kematian(Siswanto,

2007).
28

2.2.2.3 Faktor Penyebab Stres Lansia

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stres pada lansia, antara lain:

1) Faktor genetik

Faktor ini dianggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif

melalui riwayat keluarga dan keturunan. Lansia yang mengalami stres

akibat faktor genetik, maka lansia memiliki salah satu anggota

keluarga lansia yang mengalami stres.

2) Beban kerja yang berlebihan

Beban kerja yang berlebihan pada lansia yang ditunjukan dengan

tanggung jawab dan tuntutan kerja yang terlalu besar pada lansia terutama

dalam hal pekerjaan. Hal tersebut dapat memicu stres pada lansia

dikarenakan penurunan secara fisik dan mental yang dialami oleh lansia

secara normal.

3) Model perilaku

Model ini berkembang dari kerangka teori belajar sosial. Faktor ini

menyebabkan perubahan perilaku pada lansia yang ditunjukan dengan

penurunan adaptasi perilaku terhadap stresor.

2.2.2.4 Gejala Stres lansia

Gejala-gejala yang diakibatkan stres lansia dapat digolongkan menjadi

lima kategori, yaitu:

a) Akibat subjektif

Akibat yang dirasakan secara pribadi yang meliputi kegelisahan, agresi,

kelesuan, kebosanan, depresi, kelelahan dan kehilangan kesabaran.


29

b) Akibat perilaku

Akibat yang mudah dilihat dikarenakan berbentuk dalam bentuk

perilaku tertentu yang meliputi emosi tidak terkontrol, perilaku

impulsif dan tertawa gelisah.

c) Akibat kognitif

Akibat ini mempengaruhi proses pikir lansia, yang meliputi

ketidakmampuan lansia dalam mengambil keputusan yang baik dan

tidak bisa berkonsentrasi dengan maksimal.

d) Akibat fisiologis

Hal ini berhubungan dengan fungsi organ-organ tubuh yang

meliputi peningkatan gula darah, denyut nadi dan tekanan darah

meningkat, mulut menjadi kering dan pupil membesar (Gibson 1990,

dalam Siswanto,

2007).

2.2.2.5 Indikator Pengukuran Stres Lansia

Stres dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk respon, baik

yang bersifat fisik ataupun psikologis. Respon tersebut

merupakan indikator pengukuran stres pada lansia. Indikator

pengukuran stres lansia, antara lain:

a) Respon kognitif

Respon kognitif ini berhubungan dengan reaksi neuron dalam otak

terhadap stresor. Respon ini dapat berupa gangguan proses pikir

dan penurunan konsentrasi lansia.


30

b) Respon emosi

Respon emosi ini merupakan suasana hati dan perasaan yang dirasakan

oleh lansia ketika menerima stimulus stresor. Respon emosi ini

dapat berupa perasaan cemas, malu dan marah.

c) Respon tingkah laku

Respon tingkah laku merupakan respon yang dimanifestasikan

dalam bentuk perilaku terhadap stresor yang dihadapi. Respon tingkah

laku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: fight dan flight. Fight

merupakan respon tingkah laku yang melawan dan berani menghadapi

situasi yang dihadapi. Flight merupakan respon tingkah laku yang

menghindari situasi yang menekan yang dihadapi (Sunaryo, 2004).

2.2.2.6 Dampak Stres Lansia

Stres dapat menyebabkan dampak yang besar pada lansia.

Dampak tersebut lebih bersifat merugikan bagi lansia. Hal tersebut behubungan

langsung dengan kenunduran keadaan fisik dan psikis akibat penuaan yang

dialami oleh lansia. Dampak tersebut juga berhubungan tidak langsung

dengan akumulatif stresor yang dihadapi oleh lansia. Dampak ini dapat

menimbulkan manifestasi secara fisik dan psikologis (Stanley, 2006).

Manifestasi dampak stres secara fisik lebih berorientasi pada keadaan

fisik lansia. Lansia akan mengalami manifestasi yang bertugas sebagai respon

dari sistem tubuh yang dapat menyebabkan kemunduran fisik. Manifestasi

dampak stres secara fisik, antara lain:


31

a) Kadar gula meningkat (hiperglikemia) dan diabetes melitus

Hiperglikemia merupakan respons metabolik yang paling utama setelah

terjadi stres atau trauma. Hiperglikemia terjadi dikarenakan terdapat

cadangan glikogen hati. Hiperglikemia ini menetap karena

terjadi peningkatan produksi glukosa tanpa diimbangi pembersihan

glukosa. Hal ini juga terjadi dikarenakan terjadi pembentukan glukosa

dari asam amino, laktat, gliserol dan piruvat. Asam amino berasal dari

pemecahan protein otot, laktat dan piruvat berasal dari glikogenolisis

dan glikolisis di otot sedangkan gliserol berasal dari metabolisme

trigliserida. Insulin juga mengalami peningkatan tetapi terjadi resistensi

di perifer sehingga kadar glukosa tetap tinggi. Selain itu, sekresi

hormon kontra insulin, yaitu hormon glukagon, katekolamin, kortisol

dan growth hormon yang lebih tinggi daripada sekresi insulin. Sekresi

hormon kontra insulin yang lebih tinggi menyebabkan hiperglikemia

disertai peningkatan lipolisis dan produksi keton, yaitu asetoasetat,

β-hidroksibutirat dan aseton yang merupakan asam kuat dan dapat

menyebabkan asidosis metabolik, maka mekanisme hiperglikemia yang

terjadi pada saat stres adalah produksi kadar gula yang

meningkat disertai timbulnya resistensi insulin.

Hiperglikemia yang berkepanjangan dapat mengakibatkan

komplikasi penyakit kencing manis (diabetes mellitus) (Sylvia, 2006).


32

Peningkatan kadar gula darah disebabkan karena adanya respon stres yang

berlangsung. Respon stres yang terjadi memicu sekresi hormon kortisol

dari korteks adrenal dan merupakan hormon paling dominan yang dapat

menyebabkan peningkatan kadar gula darah. Efek keseluruhan dari

kortisol adalah meningkatkan konsentrasi glukosa darah dengan

cara mengorbankan simpanan protein dan lemak (Purnama, 2013).

b) Gangguan pada sistem kardiovaskuler

Situasi stres dapat mengaktivasi hipotalamus yang mengendalikan

sistem neuroendokrin. Salah satu sistem yang teraktivasi adalah

Sistem saraf simpatik. Sistem saraf simpatik berespons terhadap

impuls saraf dari hipotalamus yaitu dengan mengaktivasi berbagai

organ dan otot polos yang berada di bawah pengendaliannya.

Stimulasi sistem saraf simpatik dapat meningkatkan kecepatan denyut

jantung, sehingga jantung berdebar- debar. Pembuluh darah juga

mengalami dilatasi atau konstriksi, sehingga muka tampak merah atau

pucat (Elizabeth, 2009).

Individu yang mengalami prehipertansi hanya mengalami stres kurang


dari

1 minggu (0%), yang mengalami hipertensi grade I (14,70 %) dan yang

mengalami hipertensi grade II (11,76 %) . Hal ini menunjukan bahwa stres

dapat meningkatkan tekanan darah (Herke, 2006).


33

c) Sesak nafas dan astma

Sesak nafas dapat terjadi pada saat stres dikarenakan terjadi

penyempitan padasaluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan

dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan berat dikarenakan

otot-otot rongga dada (otot-otot antar tulang iga) mengalami spasme dan

tidak atau kurang elastis, sehingga ia harus mengeluarkan tenaga ekstra

untuk menarik nafas. Spasme otot-otot pada saluran nafas paru-paru

dapat menimbulkan penyakit asma (asthma bronchiale) (William. 2008).

Individu yang mengalami stres mengalami gangguan pernafasan. Hal ini

disebabkan karena adanya stimulasi dari sistem syaraf simpatis

yang meningkatkan rangsangan dan memacu kerja sistem

pernafasan. hal tersebut juga menimbulkan Respirate Rate (RR)

meningkat (Puguh, 2012). Manifestasi secara psikologis yang dialami

o leh lansia berhubungan

dengan keadaan kognitif lansia. Lansia mengalami penurunan kemampuan

untuk memecahkan masalah dan kreativitas dan minat pada hobi. Lansia

merasa tidak berdaya untuk berinteraksi dengan orang lain dan

menarik diri dari lingkungannya. Lansia juga

mengalami kesulitan untuk mencapai tugas perkembangan

(Brooker, 2008).
34

2.2.2.7 Upaya Penanggulangan Stres lansia

Dalam menanggulangi stres lansia memerlukan pendekatan yang

holistik. Pendekatan ini tidak hanya mengutamakan pendekatan secara fisik dan

psikologis, tetapi juga mengutamakan secara

psikososial, spiritualdan lingkungan. Pendekatan ini

bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia secara utu h dan

menyeluruh. Upaya pendekatan secara holostik pada lansia, antara lain:

a) Pendekatan psikodinamik

Pendekatan ini berfokus pada penanganan terhadap konflik-konflik yang

berhubungan dengan rasa kehilangan dan stres. Upaya yang dapat

dilakukan adalah mengidentifikasi stresor dan mengembangkan cara-

cara untuk memulihkan rasa percaya diri pada lansia.

b) Pendekatan perilaku belajar

Pendekatan ini berfokus pada reward dan punishment. pendekatan

ini lebih mengutamakan sikap menghargai diri sendiri.Penghargaan diri

yang kurang merupakan akibat dari kurangnya reward dan terlalu

banyak punishment yang diterima.

Upaya yang dapat dilakukan dalam pendekatan ini dengan

mengidentifikasi aspek-aspek lingkungan sebagai sumber reward

dan punishment. Upaya ini merupakan langkah awal dalam

pendekatan perilaku belajar. Tujuan dari upaya ini adalah sebagai

dasar untuk menentukan tindakan dan strategi baru dalam mengatasi

stres.
35

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan untuk menentukan

tindakan dan strategi baru dalam mengatasi stres meliputi

pengajaran ketrampilan dan strategi baru. Upaya tersebut

merupakan langkah selanjutnya dalam pendekatan perilaku yang

bertujuan untuk mengurangi pengalaman yang bersifat punishment.

Ketrampilan dan strategi yang diajarkan meliputi latihan keterampilan

sosial, latihan relaksasi dan latihan manajemen waktu.

c) Pendekatan kognitif

Pendekatan ini befokus pada kemampuan berpikir lansia. Pendekatan ini

bertujuan untuk mengubah pola pandangan dan pola pikir lansia

tentang keberhasilan masa lalu dan sekarang. Dasar dari pendekatan ini

adalah kepercayaan (belief) lansia yang terbentuk dari rangkaian

verbalisasi diri (self-talk) terhadap pengalaman yang dialami yang

dapat menentukan emosi dan tingkah laku lansia.

Cara-cara yang dapat dilakukan dalam pendekatan ini adalah

mengidentifikasi pikiran negatif yang mempengaruhi suasana hati

dan tingkah laku. Langkah ini sebagai upaya awal dalam penentuan

tindakan selanjutnya. Hasil akhir dari langkah ini adalah lansia dapat

mengetahui pikiran negatif yang mempengaruhi suasana hati lansia.


36

Langkah selanjutnya adalah menguji kebenaran pemikiran yang

akan menggantikan pemikiran negatif. Tujuan dari langkah ini adalah

untuk menanamkan pemikiran positif kepada lansia. Hasil yang

diharapkan adalah lansia dapat menjalani kehidupan yang bahagia

dengan pikiran positif (Azizah, 2011)

2.3 Keperawatan Kesehatan Kerja

2.3.1 Occupational Health Nursing (OHN)

2.3.1.1 Definisi Occupational Health Nursing (OHN)

Occupational Health Nursing (Keperawatan Kesehatan kerja) merupakan

salah satu cabang ilmu dari keperawatan kesehatan masyarakat yang berfokus

pada pencegahan penyakit pada populasi pekerja. Bidang ilmu ini

mempertimbangkan hubungan antara pekerjaan dengan kesehatan pekerja. Hal in

i juga berhubungan dengan lingkungan kerja yang dapat berefek langsung

pada status kesehatan pekerja (Oakley, 2008).

Upaya kesehatan kerja merupakan suatu usaha untuk

menyelaraskan antara kapasitas, beban, dan lingkungan kerja agar pekerja dapat

bekerja dengan aman dan sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri ataupun

masyarakat. Upaya ini berfokus pada tindakan mengidentikasi

permasalahan, mengevaluasi dan melakukan pengendalian permasalahan.

Sasaran dalam upaya kesehatan kerja ini adalah pekerja sebagai aspek manusia

dan aspek kesehatan pekerja itu sendiri (Chandra, 2006).


37

Kapasitas, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga

komponen penting dalam keselamatan kerja. Semua komponen tersebut

tidak dapat dipisahkan dan saling beriteraksi. Kapasitas kerja yang baik,

seperti status kesehatan pekerja, serta kemampuan fisik yang baik dapat

menjamin bahwa pekerja dapat melaksanakan pekerjaanya dengan baik.

Hal ini juga dapat meminimalkan adanya beban kerja yang berlebihan pada

pekerja (Winarsunu,

2008).

2.3.1.2 Tujuan Occupational Health Nursing (OHN)

Tujuan penerapan Occupational Health Nursing (OHN) yang

dilaksanakan melalui penyelarasan antara aspek pekerja yang meliputi beban

kerja dan kapasitas pekerja dengan aspek lingkungan kerja. Tujuan penerapan

keperawatan keselamatan dan kesehatan kerja meliputi memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua

lapangan kerja, baik fisik, mental, maupun kesejahteraan sosial, mencegah

timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh

keadaan dan kondisi lingkungan kerja dan memberikan pekerjaan, perlindungan

bagi pekerja di dalam pekerjaannya dari ancaman bahaya yang disebabkan

oleh faktor-faktor yang dapat membahayakan kesehatan dan memelihara dan

menempatkan pekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan

fisik dan psikis pekerja. (Hariandja, 2003).


38

2.3.1.3 Penyakit Akibat Kerja

Penyakit Akibat kerja merupakan penyakit yang disebabkan

oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit ini berhubungan dengan tiga

komponen dalam upaya kesehatan kerja yang meliputi kapasitas, beban, dan

lingkungan kerja. Status kesehatan pekerja juga mempengaruhi terjadinya

penyakit akibat kerja (Brooker, 2008).

Penyakit akibat kerja memiliki beberapa ciri. Ciri-ciri tersebut meliputi

dipengaruhi oleh populasi pekerja dan disebabkan oleh penyebab yang spesifik.

Penyakit akibat kerja juga ditentukan berdasarkan sumber pemajanan yang

didapatkan oleh pekerja (Wunarsunu, 2008).

Semua jenis penyakit akibat kerja tergantung pada faktor lingkungan

dan sumber pemajanan. Faktor lingkungan

merupakan faktor utama yang menyebabkan penyakit

akibat kerja. Jenis penyakit akibat kerja berdasarkan sumber pemajanannya

meliputi pneumikonisis disebabkan oleh debu mineral pembentuk jaringan

parut, penyakit paru dan saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu logam

keras dan asma akibat kerja yang disebabkan karena sensitisasi dan zat

perangsang selama proses kerja (Harrington, 2003).


39

2.3.1.4 Fungsi dan Tugas Perawat dalam Occupational Health Nursing (OHN)

Fungsi dan tugas perawat dalam Occupational Health Nursing (OHN)

mengacu pada tujuan dari Occupational Health Nursing (OHN). Tujuan dari

Occupational Health Nursing (OHN) adalah meningkatkan derajat kesehatan

pekerja di lingkungan tempat kerja dan meningkatkan produktivitas

pekerja. Selain itu, peningkatan kesehatan lingkungan kerja juga menjadi

tujuan yang ingin dicapai (Effendi, 2009).

Fungsi perawat Occupational Health Nursing (OHN) tergantung pada

kebijakan yang diterapkan dalam hal ruang lingkup usaha kesehatan, susunan

dan jumlah yang dipekerjakan di tempat kerja. Upaya yang harus dilaksanakan

dalam perawat sesuai dengan fungsi perawat Occupational Health Nursing

(OHN) adalah membuat program layanan kesehatan untuk pekerja dengan

persetujuan pimpinan di tempat kerja. Program layanan kesehatan yang

sesuai dengan kebijakan tempat kerja akan dapat menguntungkan pekerja

(George, 2009).

Fungsi perawat Occupational Health Nursing (OHN) berfokus pada

penerapan asuhan keperawatan pada pekerja dan lingkungan sekitar

pekerja. Fungsi perawat, meliputi melakukan pengkajian masalah

kesehatan yang didasarkan oleh respon pekerja,menyusun rencana

keperawatan pekerja, melakukan intervensi berdasarkan rencana keperawatan

yang telah disusun dan melakukan evaluasi terhadap intervensi keperawatan

yang telah dilakukan. Semua fungsi perawat tersebut harus dilakukan secara

runtut (Brooker, 2008).


40

Tugas perawat Occupational Health Nursing (OHN) merupakan hal yang

harus dilakukan oleh perawat yang terkait dengan perawatan, pengobatan,

administrasi, dan tugas pendidikan. Tugas perawat Occupational Health

Nursing (OHN) lebih bersifat kolaboratif dengan tenaga kesehatan lainnya.

Tugas perawat Occupational Health Nursing (OHN), meliputi mengawasi

lingkungan pekerja, memelihara fasilitas kerja yang berada di tempat kerja,

membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja, membantu melakukan

penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja, merencanakan kunjungan

rumah dan perawatan di rumah kepada pekerja dan keluarga pekerja yang

memiliki masalah kesehatan dan ikut berperan dalam memberika pendidikan

keselamatan kesehatan kerja kepada pekerja (Bastable, 2002).

2.3.1.5. Penanggulangan Penyakit Akibat Kerja

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan

penyakit akibat kerja adalah dengan melakukan tiga langkah utama. Langkah

awal adalah pengenalan atau identifikasi bahaya yang dapat timbul di lingkungan

tempat kerja. Hal ini dilakukan dengan cara observasi sekitar lingkungan

tempat kerja dan permasalahan yang dirasakan oleh pekerja. Langkah ini

merupakan langkah dasar untuk menentukan langkah selanjutnya (Jeyaratnam,

2010).
41

Tahap evaluasi lingkungan kerja merupakan tahap lanjutan dari tahap

identifikasi masalah yang mincul di lingkungan tempat kerja. Tahap

ini merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi bahaya

yang mungkin timbul. Hasil akhir dari tahap ini adalah dapat menetukan

priorotas dalam mengatasi permasalahan (Chandra, 2006).

Tahap akhir yang dilakukan adalah pengendalian terhadap keadaan di

lingkungan kerja. Tujuan akhir dari tahap ini adalah untuk mengurangi

atau menghilangkan pemajanan terhadap zat atau bahan yang berbahaya di

lingkungan kerja. Hasil Akhir dari tahap ini, yaitu dapat mengontrol semua

pemajanan zat atau bahan yang dapat membahayakan pekerja (Harrington, 2003)

2.3.2 Pertanian

2.3.2.1 Definisi pertanian

Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan

penting dalam berbagai dimensi kehidupan masyarakat dan menjadi sektor

pendukung bagi sektor lainnya. Sektor ini berhubungan dengan penyediaan

pangan bagi masyarakat. Sektor ini juga mendukung sektor lain, seperti industri

pangan, sektor dan kesehatan (Susanto, 2006).


42

Bidang pertanian ini sangat tergantung pada faktor-faktor tertentu.

Faktor tersebut meliputi faktor sumber daya masyarakat,

iklim, teknologi dan ketersediaan lahan pertanian. Faktor

sumber daya manusia merupakan faktor yang berpengaruh dalam kemajuan

sektor pertanian dikarenakan dengan menggunakan keahlian yang baik dalam

mengolah lahan dapat menghasilkan panen yang baik. (Karwan, 2003).

2.3.2.2 Karakteristik Pertanian

Pertanian sebagai salah satu sektor yang memegang peranan penting di

kehidupan masyarakat Indonesia memiliki dua karakteristik sistem

pertanian. Sistem pertanian di suatu daerah tergantung pada keadaan geografis.

Karakteristik sistem pertanian yang dianut dibagi menjadi dua, yaitu

sistem pertanian tradisional dan modern (Suratiyah, 2008).

Sistem pertanian tradisional merupakan suatu sistem pertanian yang

mempertimbangkan keseimbangan ekosistem lingkungan. Pertanian

tradisional mempunyai karakteristik meliputi

memanfaatkan sumberdaya lokal tanpa

menggunakan pupuk buatan dengan atau tanpa pupuk organik (pupuk kandang,

sisa-sisa tanaman, pupuk hijau), tanpa pengggunaan pestisida, pengolahan

tanah dengan menggunakan ternak (kerbau, sapi dan kuda),

Produktivitas rendah, pendapatan dan kesejateraan petani rendah,

lebih berwawasan lingkungan dan teknologi sangat sederhana (Sutanto, 2002).


43

Sistem pertanian modern adalah sistem pertanian yang bertumpu pada

pupuk dan pestisida dan tidak memperhatikan keseimbangan ekosistem

lingkungan. Karakteristik pertanian modern meliputi memanfaatkan sumber

daya lokal dengan menggunakan pupuk buatan dan peralatan berat untuk

mengolah tanah, mmenuhi skala ekonomi untuk bersaing, baik di tingkat

nasional maupun internasional, memiliki organisasinya yang mempunyai

solidaritas tinggi dan berjenjang dari tingkat desa ke tingkat nasional dan

mempunyai kemampuan maanajemen modern dan profesional (Napitupulu,

2003).

2.3.2.3 Dampak Akibat Pertanian

Bidang pertanian merupakan salah satu sektor menimbulkan

seluruh spektrum keselamatan kerja dan risiko bahaya kesehatan. Resiko

bahaya kesehatan tergantung pada status kesehatan petani dan pertisida yang

digunakan. Bahaya kesehatan yang muncul di bidang pertanian

berhubungan dengan peralatan dan pupuk atau pestisida yang digunakan, baik

untuk membasmi hama ataupun menyuburkan tanaman (Susanto, 2002).

Pestisida dapat menyebabkan keracunan atau bahaya bagi tubuh.

Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh pestisida tergantung dengan toksisitas

absolut dan pemakaian yang berlebihan. Pemakaian

pestisida yang berlebihan dapat meningkatkan

pemaparan baik yang bersifat langsung ataupun tidak langsung

(Djojosumarto, 2008).
44

Pemaparan pestisida yang bersifat langsung dapat mengakibatkan

keracunan, baik yang bersifat akut maupun kronis. Keracunan diakibatkan

karena adanya residual pestisida yang mengendap dan menjadi racun bagi

tubuh. Keracunan akut menimbulkan gejala sakit kepala, pusing, mual dan

muntah (Suwahyono, 2010).

Pemaparan secara tidak langsung pestisida lebih berdampak pada

lingkungan. Hal ini terjadi dikarenakan residu-residu pestisida dapat

mencemari lingkungan dan dapat membuat tanah menjadi

tidak subur dikarenakan mengandung banyak zat

kimia berbahaya. Hal ini juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan

manusia (Suwandari, 2006).

Mesin dan peralatan berat yang digunakan untuk pertanian merupakan

sumber bahaya yang dapat menyebabkan cedera dan kecelakaan kerja

yang berakibat fatal. Hal ini terjadi dikarenakan ketidakpahaman petani

dalam mengggunakan mesin dan peralatan berat dengan benar. Hal

tersebut dapat mengakibatkan kecelakaan yang dapat

menyebabakan cidera pada tubuh

(Suratiyah, 2008)
45

2.3.3.Kelompok Tani Tembakau

2.3.3.1 Definisi Kelompok Tani Tembakau

Kelompok tani tembakau merupakan kumpulan petani yang terhimpun

dalam suatu kelompok dengan memiliki kesamaan minat, tujuan, dan motif

yang sama, yaitu membudidayakan tanaman tembakau. Kelompok tani

diusahakan mempunyai minat dan tujuan yang sama, sehingga dapat

memudahkan dala m perencanaan kegiatan kelompok tani. Kelompok tani juga

diusahakan untuk dapat meningkatkan kemampuan kelompok tani dalam

beberapa yang terdiri dari memahami kekuatan dan kelemahan kelompok,

memperhitungkan peluang dan tantangan yang dihadapi dan memilih

alternatif untuk mengatasi masalah (Suratiyah, 2008).

Tujuan dari pembentukan kelompok tani tembakau sebagai kumpulan

dari petani yang mempunyai tujuan dan motif yang sama, yaitu

membudidayakan tanaman tembakau dengan menggunakan sumber daya

yang ada, menjadi alat pembangunan, membangun kesadaran

anggota petani untuk menjalankan pekerjaan

dalam kelompok tani. Kelompok tani dijadikan sebagai tempat pusat

koordinasi dalam menjalankan suatu program pertanian tembakau, sehingga

dapat meningkatkan kesejahteraan petani (Susanto, 2006).


46

2.3.3.2 Kegiatan Kelompok Tani Tembakau

Setiap kegiatan kelompok tani tembakau diperlukan kerja sama dari

tiga kelembagaan utama, yaitu kelompok tani sebagai pemegang peran

penting, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) dan jasa alsintan. Kerjasama

dari ketiga kelembagaan tersebut dapat membantu dalam pelaksanaan

kegiatan kelompok tani. Hal tersebut menentukan keberhasilan anggota

kelompok tani untuk menghasilkan hasil panen yang optimal (Susanto 2006).

Kegiatan kelompok tani tembakau meliputi proses penanaman,

pemeliharaan, pengairan, penyulaman, penyiangan, pemupukan,

pemangkasan, pengendalian hama, panen, dan pasca panen. Proses penanaman

tembakau ini tergantung pada cara budidaya, lokasi tanam, musim atau

cuaca, dan cara pengolahan dikarenakan masa tanam tembakau ini 4 bulan

dalam setahun. Upaya pemeliharaan tembakau ini dilakukan kegiatan yang

meliputi penyiraman, penyulaman, pembumbunan, pemupukan, pemangkasan,

dan pemetikan. Upaya pengairan pada tembakau dilakukan setiap hari, yaitu

pagi dan sore hari yang diberikan pada tanaman tembakau secukupnya.

Upaya penyulamam dilakukan setelah tanaman tembakau seminggu ditanam.

Upaya penyiangan dapat dilakukan setiap 3 minggu. Usaha pemupukan tanaman

tembakau menggunakan pupuk yang tepat berupa pupuk organik dan anorganik

(Departemen Pertanian, 2008).


47

2.4 Hubungan Beban Kerja dengan Stres pada Petani Lansia

Beban kerja merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh pekerja

untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dimiliki. Beban kerja yang dimiliki

oleh petani lansia tembakau berhubungan besar tuntutan kerja untuk

melaksanakan semua kegiatan dalam pembudidayaan tanaman tembakau.

Kegiatan dalam pembudidayaan tembakau meliputi proses penanaman,

pemeliharaan, pengairan, penyulaman, penyiangan, pemupukan,

pemangkasan, pengendalian hama, panen, dan pasca panen. Proses penanaman

tembakau ini tergantung pada cara budidaya, lokasi tanam, musim atau

cuaca, dan cara pengolahan dikarenakan masa tanam tembakau ini 4 bulan

dalam setahun. Upaya pemeliharaan tembakau ini dilakukan kegiatan yang

meliputi penyiraman, penyulaman, pembumbunan, pemupukan, pemangkasan,

dan pemetikan. Upaya pengairan pada tembakau dilakukan setiap hari, yaitu

pagi dan sore hari yang diberikan pada tanaman tembakau secukupnya.

Upaya penyulamam dilakukan setelah tanaman tembakau seminggu ditanam.

Upaya penyiangan dapat dilakukan setiap 3 minggu. (Departemen Pertanian,

2008).

Beban kerja petani lansia dalam melakukan pembudidayaan tembakau

ini berhubungan dengan produktivitas yang tetap harus dikembangkan. Hal

tersebut dikarenakan terdapat kendala. Kemampuan untuk menentukan

keputusan dalam hal ini sangat dibutuhkan untuk menemukan solusi dalam

setiap permasalahan. Kendala tersebut dapat menjadi beban bagi petani,

perutama petani lansia yang telah mengalami kemunduran produktivitas,

namun masih memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan tugas sebagai

petani tembakau (Suratiyah, 2008).


48

Beban yang terlalu besar yang dimiliki oleh petani lansia tembakau ini

dapat mengakibatkan adanya gangguan mental, stres. Stres yang dialami oleh

petani lansia yang terlalu tinggi dan berkepanjangan menyebabkan gejala, baik

yang bersifat fisik ataupun psikis. Gejala yang muncul pada petani lansia dapat

menggambarkan keadaan fisik ataupun psikis lansia (Sunaryo, 2004).

Gejala fisik dan psikis yang dirasakan oleh petani lansia bervariasi dan

tergantung pada status kesehatan. Gejala yang sering dirasakan adalah otot

sekitar pinggang kaku, sakit kepala, merasa tidak bergairah dan denyut

jantung cepat. Gejala yang berkepanjangan dan intens tanpa penanganan

menimbulkan penyakit akibat kerja (Siswanto, 2007).

Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir penyakit akibat kerja

adalah dengan meningkatkan tindakan kesehatan kerja bagi petani lansia di

tempat kerja. Tindakan tersebut mencakup tiga tindakan utama yang meliputi

melakukan pengenalan, evaluasi dan pengendalian lingkungan kerja. Tindakan

tersebut dapat menjamin terlaksananya keamanan dan kesehatan pekerja tani,

khususnya yang berusia lansia dan derajat kesehatan juga meningkat (Oklay,

2008).
49

2.5 Kerangka Teori


Occupational
Health Nursing Kelompok Petani Lansia Beban kerja Stres Dampak
(keperawataan Tani Tembakau petani lansia petani Akibat
keselamatan dan Tembakau Karakteristik Pertanian, Tembakau
Faktor yang Faktor yang
lansia Dampak Akibat
yaitu: Pertanian
kesehatan kerja) mempengaruhi beban mempengaruhi stres Pertanian, yaitu:
a. Sistem pertanian kerja, yaitu: lansia, yaitu: a. keracunan, baik
Tradisional a.Faktor eksternal a. Faktor predisposisi yang bersifat akut
1) memanfaatkan 1) organisasi kerja 1) Faktor genetik maupun kronis
Fungsi dan Tugas Perawat Kegiatan Kelompok Tani sumberdaya lokal tanpa 2) lingkungan kerja 2) Beban kerja meliputi sakit
OHN, yaitu: a. proses penanaman menggunakan pupuk b. faktor internal yang berlebihan kepala, mual ,
a. Fungsi b. proses pemeliharaan buatan 1) faktor somatis 3) Model perilaku dan muntah
1) Melakukan pengkajian 2) pengolahan tanah 2) faktor psikologis (Stuart dan Sundeen b. pencemaran
c. proses pengairan
masalah kesehatan dengan menggunakan (Tarwaka, 2004) 1998, dalam Azizah, terhadap
2) Menyusun rencana d. proses penyulaman ternak 2011). lingkungan
keperawatan pekerja e. proses penyiangan 3) Produktivitas rendah c. cedera dan
3) Melakukan intervensi f. proses 4) lebih berwawasan kecelakaan kerja
4) Melakukan evaluasi pemupukan lingkungan dan (Djojosumarto,
(Effendi,2009) g. proses pemangkasan teknologi sangat 2008)
h. proses pengendalian sederhana
b. Tugas hama b. Sistem Pertanian
1) mengawasi lingkungan i. proses panen Modern
pekerja j. proses pasca panen 1) bertumpu pada pupuk
2) membantu melakukan (Departemen Pertanian, dan pestisida
penilaian terhadap 2008) 2) tidak memperhatikan
keadaan kesehatan keseimbangan
pekerja ekosistem lingkungan
3) memelihara fasilitas 3) memiliki organisasi
kesehatan yang berada berjenjang
di tempat kerja (Suratiyah, 2008)
(Bastable, 2002)
BAB 3.KERANGKA KONSEP

Bab ini akan diuraikan kerangka konsep dari penelitian yang akan

dijelaskan lebih singkat variabel-variabel yang akan diteliti dan hipotesis

penelitian.

3.1 Kerangka Konsep


Komponen
keperawatan
keselamatan
Keperawatan dan kesehatan
Keselamatan kerja dalam
dan Kesehatan pertanian,
Stres petani
Kerja dalam yaitu:
lansia
Pertanian 1) Kapasitas
kerja
2) Beban kerja
3) Lingkungan
kerja
(Winarsunu,
2008).
Faktor yang mempengaruhi stres
lansia, yaitu:
a. Faktor predisposisi
1) Faktor genetik
mempengaruhi 2) Beban kerja yang
beban kerja, yaitu: berlebihan
a.Faktor eksternal 3) Model perilaku
1) organisasi kerja (Stuart dan Sundeen 1998,
2) lingkungan dalam Azizah, 2011).
kerja
b. faktor internal
1) faktor somatis
2) faktor
psikologis
(Tarwaka, 2004)

50
51

Keterangan :

= diteliti

= tidak diteliti

= diteliti

= tidak diteliti

Gambar 3.1 kerangka konsep

3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari sustu penelitian yang

kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Setiadi, 2007).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha: Ada hubungan antara beban kerja dan stres pada petani lansia di Kelompok

Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember


BAB 4. METODE PENELITIAN

Bab ini akan menguraikan tenteng jenis penelitian, populasi dan

sampel. Lokasi dan waktu penelitian, definisi operasional, pengumpulan,

pengolahan dan analisa data serta etika penelitian.

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan dengan tujuan

untuk melakukan pengukuran terhadap variabel independen dan dependen,

kemudian akan menganalisa hubungan antara variabel independen dan

dependen. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan cross sectional.

Penelitian cross sectional merupakan penelitian yang di dalamnya terdapat

variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek

penelitian yang diukur dan dikumpulkan secara simultan, sesaat dalam satu

kali waktu (dalam waktu yang bersamaan), serta tidak disertai dengan

follow up (Setiadi, 2007). Metode pendekatan cross sectional dalam penelitian

ini bertujuan untuk melihat hubungan antara beban kerja dengan stres pada

petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten

Jember. Variabel beban kerja petani lansia sebagai variabel independen.

Variabel stres pada petani lansia sebagai variabel

dependen.
52
53

4.2 Populasi Penelitian

4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti

(Notoatmojo.1993 dalam Setiadi, 2007). Populasi penelitian ini adalah seluruh

petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Desa Kecamatan Sukowono

Kabupaten Jember yang berjumlah 1096 orang.

4.2.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian merupakan sebagaian yang diambil dari keseluruhan

objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo,

2005). Sampel dalam penelitian ini adalah petani lansia di Kecamatan

Sukowono Kabupaten Jember yang berjumlah 1096 orang. Pengambilan

besar sampel minimal pada penelitian ini menggunakan rumus slovin

dikarenakan jumlah populasi diketahui (Siswanto, 2013). Rumus

pengambilan sampel dengan menggunakan rumus slovin, yaitu

n= N
2
N.d + 1

n = (1096)
2
(1096).(10) + 1

n = 1096
11.96
n = 91.6
n = dibulatkan menjadi 92 responden
54

Keterangan:

n : jumlah sampel

N : jumlah populasi
2
d : Presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95%)

Jadi, jumlah sampel minimal pada penelitian ini adalah sebanyak 92

responden dengan tingkat kesalahan 5%.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah probability sampling dengan menggunakan jenis dari teknik cluster

sampling yang lebih kompleks, yaitu: multistage Random sampling.

Multistage Random sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang

berdasarkan wilayah secara bertahap berdasarkan tingkatan wilayah secara

bertahap. Rancangan teknik sampling ini dipilih kerena populasi terdiri

dari berbagai tingkatan wilayah (Sugiyono, 2008). Wilayah Kecamatan

Sukowono memiliki 12 Desa, yaitu Desa Sukowono, Desa Sukokerto, Desa

Mojogemi, Desa Sumberwringin, Desa Balet Baru, Desa Sumber Waru, Desa

Sukosari, Desa Sukorejo, Desa arjasa, Desa Sumber Danti, Desa Dawuhan

mangli, dan Desa Pocangan dengan jumlah kelompok tani sebanyak 64 yang

tersebar di 12 desa.

Pengambilan sampel dilakukan dengan memilih 6 desa secara acak dan

dipilih kelompok tani dari tiap desa untuk dijadikan sebagai sampel wilayah.

Perhitungan jumlah sampel tiap wilayah dihitung berdasarkan rumus

proporsi dengan jumlah total sampel sebanyak 92 responden yang dihitung

berdasarkan rumus slovin.


55

Tabel 4.1 Sampel Penelitian

Nama desa Perhitungan Jumlah sampel


12 x 92
56

Balet baru 64 17

12
x 92
Sukokerto 64 17

12
x 92
Sumberwringin 64 17

12
Sukorejo 64 x 92 17

12
x 92
Sumberdanti 64 17

12
x 92
Dawuhan Mangli 64 17

Jumlah 102

Gambar 4.1 Skema Multistage Random Sampling Kecamatan Sukowono

Desa Balet Desa Desa Desa Desa Desa


Baru Sukokerto Sumberwri- Sukorejo Sumberda- Dawuhan
17 orang 17 orang ngin 17 orang nti Mangli
17 orang 17 orang 17 orang

Total
Sampel
102 orang
4.2.3 Kriteria Sampel

Sampel dalam penelitian ini didapatkan dari populasi yang memenuhi

kriteria sebagai berikut:

4.2.3.1 Kriteria Inklusi

Sampel penelitian harus memenuhi kriteria inklusi penelitian ini

sebagai berikut:

1. Lansia yang memiliki pekerjaan sebagai petani

2. Lansia yang tergabung pada kelompok tani tembakau

3. Lansia dengan rentang usia lebih dari 60 tahun

4. Bertempat tinggal di Kecamatan Sukowono Kabupaten jember

5. Bersedia menjadi responden

4.2.3.2 Kriteria Ekslusi

Kriteria eksklusi penelitian ini adalah petani lansia yang

mengalami kecacatan ekstremitas atas dominan karena stroke.

4.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 12 desa yang terletak di Kecamatan

Sukowono Kabupaten jember yang meliputi Desa Sukowono, Desa Sukokerto,

Desa Mojogemi, Desa Sumber Wringin, Desa Balet Baru, Desa Sumber Waru,

Desa Sukosari, Desa Sukorejo, Desa Arjasa, Desa Sumber Danti, Desa

Dawuhan Mangli dan Desa Pocangan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

berdasarkan pertimbangan mengenai potensi pada bidang pertanian di

Kecamatan Sukowono.
Hal tersebut yang ditunjukan dengan pembentukan kelompok tani di Kecamatan

Sukowono yang tergabung di UPTD Sumberjambe II.

4.4 Waktu Penelitian

Waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah mulai

dari Agustus 2013 - September 2013. Pembuatan proposal penelitian ini dimulai

pada Bulan Januari 2013- Juli 2013. Waktu pengambilan data penelitian sampai

dengan penyelesaiaan skripsi adalah Bulan Agustus 2013- November 2013

4.5 Definisi Operasional

Tabel 4.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Indikator Alat ukur Skala Hasil


1. Beban Kemampuan a. Sikap Kerja Kuesioner Rasio Rentang skor
kerja yang dimiliki b. Waktu Kerja kuesioner :
petani oleh petani dan Istirahat 12-60
lansia lansia untuk c. Faktor
menyelelesai somatis
kan tuntutan (Harrington,
pekerjaan 2003).
sebagai
petani.

2. Stres Perubahan a. Respon Kuesioner Rasio Rentang skor


lansia suasana hati kognitif kuesioner
yang khas b. Respon 14-70
yang ditandai emosi
dengan c. Respon
murung,, tingkah laku
tidak gairah (Sunaryo,
dalam 2004).
menjalani
hidup,
perasaan
tidak
berguna dan
putus asa.
4.6 Pengumpulan Data

4.6.1 Sumber Data

4.6.1.1 Data primer

Data primer adalah data yang didapat langsung melalui wawancara

menggunakan alat ukur kuesioner atau melalui pengukuran (Sugiyono, 2008).

Data primer pada penelitian ini adalah data hasil pendataan mengenai beban

kerja dan stres pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau kepada sampel

secar a langsung dengan menggunakan kuesioner

4.6.1.2 Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapatkan secara tidak langsung

dari pihak lain atau data primer yang telah diolah oleh pengumpul data dalam

bentuk diagram atau tabel (Notoatmodjo, 2005). Data sekunder penelitian

ini berupa data jumlah kelompok tani di Kecamatan Sukowono Kabupaten

jember dan data nama anggota kelompok tani dalam Rencana Definitif

Kebutuhan Kelompok (RDKK) Tahun 2013.

4.6.2 Teknik Pengumpulan data

4.6.2.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu pendekatan yang dilakukan pada

subjek dan karakteristik subjek dalam penelitian (Nursalam, 2008). Teknik

pengumpulan data pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara beban kerja dengan stres petani lansia di Kelompok Tani

Tembakau dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada responden.


4.6.2.2 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian kuesioner yang

dilakukan sendiri oleh responden dengan tahap sebagai berikut :

1) Peneliti mengurus adminstrasi yang diawali dengan pengajuan surat

penelitian kepada Ketua PSIK. Surat tersebut diserahkan kepada

Badan Kesatuan Bangsa dan politik (BAKESBANGPOL) untuk

memperoleh surat rujukan ke Dinas Pertanian dan UPTD Pertanian

Sumberjambe II. Surat rujukan yang diperoleh dari ke Dinas Pertanian

dan UPTD Pertanian Sumberjambe II digunakan untuk

memperoleh surat penelitian di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan

Sukowono Kabupaten Jember.

2) Peneliti yang telah mendapatkan izin dari Dinas Pertanian dan UPTD

Pertanian Sumberjambe II, kemudian berkoordinasi dengan penyuluh tani

pada masing-masing Kelompok Tani Tembakau di Kecamatan Sukowono

untuk mendata anggota kelompok tani yang telah berumur lebih dari

45 tahun. Peneliti dengan bantuan penyuluh tani mengunjungi rumah-

rumah responden untuk mengumpulkan data.

3) Peneliti membagikan kuesioner kepada responden, tetapi sebelum

penelitian dimulai, peneliti menjelaskan mengenai maksud, tujuan, manfaat

dan proses pengisian kuesioner. Calon responden yang bersedia diminta

untuk mengisi lembar inform consent.


4) Kuesioner diisi oleh responden yang didampingi oleh peneliti.

Peneliti menjelaskan mengenai pertanyaan dalam kuesioner yang belum

dipahami oleh responden. Peneliti menarik kembali lembar kuesioner yang

telah diisi oleh responden dan menganalisa data yang telah terkumpul

sesuai dengan jumlah yang diinginkan.

4.6.3 Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

berisi pertanyaan-pertanyaan. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang

menjadi pedoman untuk membantu responden dalam memberikan tanggapan

atau respon dan disusun untuk mendapatkan data yang diinginkan oleh peneliti

(Wasis, 2008). Instrumen dari variabel bebas (independent) dan variabel terikat

(dependent) ini menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang.

Tabel 4.3 Ukuran Penilaian untuk Skala Likert

Nilai Kriteria
5 Sangat tinggi/sangat setuju/sangat lengkap/selalu
4 Tinggi/setuju/lengkap/sering
3 Sedang/netral/sebagaian/kadang-kadang
2 Rendah/tidak setuju/sedikit/jarang
Sangat rendah/sangat tidak setuju/tidak ada/tidak
1 pernah
Skala likert terdiri dari lima pilihan jawaban, yaitu sangat tidak setuju

(STS), tidak setuju (TS), ragu-ragu (RG), setuju (S) dan sangat setuju (SS)

dengan rentang skor 1-5. Skor 5 merupakan skor tertinggi untuk jawaban yang

bermakna sangat positif. Skor 1 merupakan skor terendah untuk jawaban yang

bermakna sangat negatif (Sugiyono, 2006).

Instrumen variabel beban kerja petani lansia (variabel bebas)

menggunakan kuesioner yang disusun oleh peneliti yang berpedoman

pada tinjauan pustaka dan indikator dari beban kerja petani lansia yang meliputi

sikap kerja, waktu kerja dan waktu istirahat dan faktor somatis.

Tabel 4.3 Blue Print Favorable dan Unfavorable Variabel Beban Kerja
Petani Lansia

Variabel Indikator Nomor Butir Pernyataan Jumlah butir


Favorable Unfavorable
Beban kerja 1. Sikap kerja 3 1,2,5 4
petani lansia 2. waktu kerja 9 7,8 3
dan
istirahat
3. Faktor 11 10,12,13,14 5
somatis
Total 3 9 12
Instrumen kuesioner beban kerja petani lansia mencakup tiga indikator

utama, yaitu sikap kerja, waktu kerja dan waktu istirahat dan faktor

somatis dengan terdiri dari 14 pernyataan. Indikator sikap kerja memiliki 4

pernyataan yang terdiri 1 pernyataan yang memiliki arah positif (favorable) dan

3 pernyataan yang memiliki arah negatif (unfavorable). Indikator

waktu kerja dan isrirahat memiliki 1 pernyataan yang memiliki arah positif

(favorable) dan 2 pernyataan yang terdiri 3 pernyataan yang memiliki

arah negatif (unfavorable). Indikator faktor somatis memiliki 5 pernyataan

yang terdiri 1 pernyataan yang memiliki arah positif (favorable) dan 4

pernyataan yang memiliki arah negatif (unfavorable).

Instrumen variabel stres petani lansia (variabel terikat)

menggunakan kuesioner yang disusun oleh peneliti yang berpedoman pada

tinjauan pustaka dan indikator dari stres petani lansia. Indikator dari stres petani

lansia meliputi respon kognitif, respon emosi dan respon tingkah laku.

Tabel 4.4 Blue Print Favorable dan Unfavorable Variabel Stres Petani
Lansia
Indikator Nomor Butir Pernyataan Jumlah butir
Variabel Favorable Unfavorable
Stres petani 1. respon 7,6 1,2,3,5 6
lansia kognitif
2. respon 9,11 8,12 4
emosi
3. respon 15,17 14,16 4
tingkah laku
Total 6 8 14
Instrumen kuesioner stres petani lansia mencakup tiga indikator utama,

yaitu respon kognitif, respon emosi dan respon tingkah laku dengan terdiri dari

14 pernyataan. Indikator respon kognitif memiliki 6 pernyataan yang

terdiri 2 pernyataan yang memiliki arah positif (favorable) dan 4

pernyataan yang memiliki arah negatif (unfavorable). Indikator respon

emosi memiliki 4 pernyataan yang terdiri 4 pernyataan yang memiliki arah

positif (favorable) dan 4 pernyataan yang memiliki arah negatif (unfavorable).

Indikator respon tingkah laku memiliki 4 pernyataan yang terdiri 2 pernyataan

yang memiliki arah positif (favorable) dan 2 pernyataan yang memiliki arah

negatif (unfavorable).

4.6.4 Uji Validitas dan Realibilitas

Peneliti sangat perlu melakukan uji validitas dan realibilitas dengan

tujuan agar alat ukur yang digunakan valid dan dapat menunjang hasil

penelitian. Uji Validitas dan Realibilitas memerlukan jumlah responden

minimal sebanyak 20 orang untuk mendapatkan nilai hasil pengukuran

yang mendekati normal (Notoatmodjo, 2005). Uji validitas dan realibilitas

instrumen ditujukan kepada petani lansia pada Kelompok Tani Tembakau

Kecamatan Sumberjambe yang memiliki karakteristik yang hampir sama

dengan petani lansia pada Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono

Kabupaten jember.
4.6.4.1 Uji validitas

Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap

isi (content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur

ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian. Tujuan dari uji

validitas adalah untuk mengetahui ketepatan suatu instrumen pengukuran dalam

melakukan fungsi ukurnya terhadap variabel tertentu (Sugiyono, 2006).

Dalam penelitian ini akan menggunakan uji validitas dengan

menggunakan person product moment (r). Uji validitas dilakukan dengan

mengukur korelasi antara variabel dengan skor total variabel. Cara mengukur

validitas konstruk yaitu dengan mencari korelasi antara masing-masing

pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus korelasi product

moment, sebagai berikut :

Keterangan :

r : koefisien korelasi product moment

X : skor tiap pertanyaan/ item

Y : skor total

N : jumlah responden

Keputusan uji validitas ditetapkan jika r hitung lebih besar r tabel ,

maka variabel valid dan jika r hitung < r tabel maka variabel tidak valid

(Hastono

2007). Interpretasi tingkat validitas dapat ditetapkan dari koefisien kolerasi (r)

dikategorikan pada kriteria sebagai berikut:


Tabel 4.4 Kriteria Validitas Instrumen

Nilai r Interpretasi
0.81-1.00 Sangat tinggi
0.61-0.80 Tinggi
0.41-0.60 Cukup
0.21-0.40 Rendah
0.00-0.20 Sangat rendah
Sumber : (Arikunto, 2006).

4.6.4.2 Uji reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan uji/pengukuran pada alat ukur untuk

mengetahui konsistensi pada alat ukur variabel bila dilakukan pengukuran

secara berulang (Sugiyono, 2006). Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan

dengan menggunakan pengukuran sekali (one shot). Pengukuran ini

dilakukan hanya sekali dan hasilnya akan dibandingkan dengan pertanyaan

lain. Pengukuran ini dilakukan dengan beberapa pertanyaan (Siswanto.2013).

Penelitian ini menggunakan uji reliabilitas crombach alpha untuk

mengetahui reliabilitas instrument. Rumus untuk menghitung koefisien

reliabilitas

instrument dengan menggunakan Cronbach Alpha sebagai berikut:


 k    b 
2

r11   1  
 k  1 V t2
Keterangan :

r11 : reliabilitas instrumen

k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

 : jumlah varian butir/item


2
b

Vt 2 : varian total

Keputusan uji reliabilitas ditentukan dari nilai koefisien reliabilitas (r11).

Koefisien reliabilitas (r11) ≥ 0.6, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen

reliable. Koefisien reliabilitas (r11) ≤ 0. maka dapat disimpulkan bahwa

instrumen tidak reliabel.

4.7 Pengolahan dan Analisa Data

4.7.1 Editing

Proses editing merupakan proses pengecekan kelengkapan jumlah

kuesioner dan data yang meliputi kelengkapan identitas, lembar kuesioner dan

isian kuesioner, sehingga dapat mengetahui ketidaksempurnaan dalam

pengisian kuesioner (Arikunto, 2006). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam

proses editing, antara lain:

1) Data dapat dibaca dengan baik

2) Identitas responden terisi dengan lengkap

3) Semua pertanyaan terisi dengan lengkap

4) Terdapat ketidakserasian antara jawaban yg satu dgn yg lain (konsistensi).

5) Terdapat kesalahan lain yang akan mengganggu proses pengolahan

data selanjutnya (akurasi) (Sugiyono, 2006).


4.7.2 Coding

Proses coding meupakan proses yang bertujuan untuk mengubah

jawaban- jawaban responden ke dalam angka atau bilangan

(Notoatmodjo, 2005). Pemberian kode dalam penelitian ini, antara lain:

1. Variabel Penelitian

a) Beban Kerja Petani Lansia

1) Beban Kerja Rendah = 1

2) Beban Kerja tinggi =2

b) Stres Petani Lansia

1) Stres Ringan =1

2) Stres Berat =2

2. Karakteristik responden

a) Jenis kelamin

1) Perempuan =1

2) Laki-laki =2

b) Agama

1) Islam =1

2) kristen =2

3) katolik =3

4) Hindu =4

5) Budha =5
4.7.3 Entry

Proses Entry merupakan proses memasukkan jawaban-jawaban dari

kuesioner responden ke dalam program pengolahan data di komputer (Setiadi,

2007). Program pengolahan data yang digunakan untuk mengolah data adalah

program SPSS 16.

4.7.4 Cleaning

Proses cleaning merupakan kegiatan memeriksa data yang telah

dimasukan ke dalam program pengolahan data untuk mengetahui kesalahan-

kesalahan dan ketidaklengkapan data (Setiadi, 2007). Data diperiksa

kembali untuk mengetahui kesalahan dan data yang tidak

dibutuhkan dihapus menggunakan program SPSS 16.

4.7.5 Analisis Data

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beban kerja

dengan stres pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan

Sukowono Kabupaten Jember. Analisis data yang digunakan lama penelitian

ini adalah analisis deskripitif dan analisis bivariat.

4.7.5.1 Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang bertujuan untuk

mengidentifikasi tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini juga berfungsi

untuk mendeskripsikan karakter data hasil penelitian yang disajikan dalam

bentuk tabel tanpa adanya generalisasi (Notoadmodjo, 2005).


Data hasil penelitian meliputi data karakter responden dan

variabel penelitian. Data karakteristik responden terdiri dari jenis kelamin,

umur, agama, suku dan tingkat pendidikan. Variabel penelitian terdiri dari

variabel independen dan dependen. Variabel independen dari penelitian ini

adalah beban kerja petani lansia. variabel independen dari penelitian ini adalah

stres pada petani lansia.

Analisis deskriptif untuk mengidentifikasi karakteristik umur

responden, variabel beban kerja petani lansia, stres pada petani lansia

menggunakan nilai kecenderungan tengah (central tendency). Analisis

karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, agama, suku dan

tingkat pendidikan menggunakan distribusi frekuensi. Karakteristik jenis

kelamin responden dikategorikan menjadi dua kategori wanita dan laki-laki.

Karakteristik agama responden dikategorikan menjadi 5 kategori yang

meliputi islam, kristen, katolik, hindu dan budha. Karakteristik tingkat

pendidikan responden dikategorikan menjadi 5 kategori yang meliputi tidak

sekolah, SD, SMP, SMA dan PT.

Variabel dari penelitian ini terdiri dari variabel independent dan variabel

dependent. Variabel independent adalah beban keja petani lansia dan variabel

dependent adalah stres petani lansia. Penentuan skala ukur untuk analisis

deskriptif dalam variabel beban keja petani lansia dan variabel stres petani

lansia disajikan berupa nilai tendency central dalam mean dan median.
Pengkategorian variabel beban kerja dan stres petani lansia berdasarkan

cut of point data dilakukan untuk mempermudah interpretasi data. Jika distribusi

data normal maka cut of point menggunakan mean, tetapi jika distribusi data

tidak normal maka cut of pointnya menggunakan median. Variabel beban kerja

petani lansia memiliki distribusi data normal, maka dikategorikan

berdasarkan nilai mean = 44.51. Data variabel beban kerja petani lansia

dikategorikan berdasarkan mean untuk mempermudah interpretasi data beban

kerja petani lansia. Data variabel beban kerja petani lansia dikategorikan

menjadi 2 kategori, yaitu beban kerja rendah untuk responden yang memiliki

skor < 44.51 dan beban kerja tinggi untuk responden yang memiliki skor ≥

44.51.

Variabel stres petani lansia memiliki distribusi data normal, maka

dikategorikan berdasarkan nilai mean = 48.12. Data variabel stres petani lansia

dikategorikan berdasarkan mean untuk mempermudah interpretasi data

stres petani lansia. Data variabel stres Petani Lansia dikategorikan menjadi 2

kategori, yaitu stres ringan untuk responden yang memiliki skor < 48.12 dan

stres berat untuk responden yang memiliki skor ≥ 48.12.

4.7.5.2 Analisis Inferensial

Teknik analisis inferensial merupakan analisis data yang dilakukan

dengan menggunakan rumus uji statistik yang bertujuan untuk menganalisis

data dengan membuat generalisasi dari sampel bagi populasi. Analisis ini

juga digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antar

variabel yang saling mempengaruhi

(Notoatmodjo, 2005).
Analisis inferensial pada penelitian ini bertujuan untuk

mengidentifikasi keeratan dan arah hubungan antara beban kerja dengan stres

pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono

Kabupaten Jember. Jenis data pada analisis inferensial antara variabel

independen dan dependen adalah numerik dan skala data masing-masing variabel

adalah rasio, sehingga data hasil penelitian yang diperoleh diuji menggunakan uji

statistik regresi linier sederhana. Uji regresi linier sederhana merupakan uji

statistik yang bertujuan mengidentifikasi hubungan antar

dua variabel yang bersifat saling berpengaruh antara variabel satu dengan yang

lainnya. Uji ini juga bertujuan untuk membuat perkiraan /prediksi nilai variabel

dependen melalui variabel independen (Siswanto, 2013).

Uji regresi linier sederhana mendeskripsikan hubungan antara variabel

independen dengan simbol “X” dan variabel dependen dengan simbol

“Y”. Hubungan variabel independen dan dependen dalam uji regresi linier

sederhana ini bersifat bersifat kausal yaitu saling berpengaruh antara variabel

satu dengan yang lainnya, sehingga regresi dapat digambarkan sebagai

bentuk persamaan tertentu antara variabel dependen dengan simbol “Y” dengan

variabel independen dengan simbol “X”. Persamaan regresi linier dapat

dihasilkan melalui dua cara, yaitu dengan cara manual dan menggunakan

program pengolahan data komputer SPSS 16.


Rumus persamaan regresi linier sederhana secara manual sebagai berikut:

Y = a + b (X)

Rumus untuk mencari nilai “a” dan “b” sebagai berikut :


2
a = ( ΣY) ( ( ΣX ) – (ΣX)( b = n ΣXY – (ΣX )
ΣXY) (ΣY)
2 2 2
n ΣX – (ΣX) n ΣX– (ΣX)

Keterangan :

a : konstanta, harga Y bila X = 0 (harga konstan)

b : koefisien regresi linier sederhana , angka peningkatan ataupun

penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel

independen. Bila b (+) maka naik, bila (•) maka terjadi

penurunan.

Y : variabel dependen

X : variabel independen

n : banyak sampel/data

Interpretasi dari uji regresi linier sederhana yang dihitung secara

manual tergantung dari nilai “b”. Koefisien arah regresi linier sederhana (b)

memiliki tanda negatif (-), maka Ho yang diajukan diterima. Koefisien arah

regresi linier sederhana (b) memiliki tanda negatif (+), maka Ho yang

diajukan ditolak. Persamaan regresi linier sederhana juga dapat didapatkan

dengan menggunakan program pengolahan data komputer SPSS 16 dengan

hipotesis sebagai berikut:

Ho : Tidak ada pengaruh X terhadap Y

Ha : Ada pengaruh positif dan signifikan X terhadap Y


4.8 Etika Penelitian

Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek harus

menggunakan etika dengan tujuan untuk melindungi hak responden

(Setiadi,

2007). Dalam penelitian ini menggunakan etika penelitian, antara lain:

4.9.1 Lembar persetujuan (inform consent)

Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden

dengan agar responden mengetahui maksud dan tujuan dari penelitian

(Setiadi,

2007). Responden mempunyai hak menentukan keputusan untuk

bersedia menjadi responden atau menolak menjadi responden.

4.9.2 Kerahasiaan (confidietialy)

Peneliti menjamin kerahasiaan tentang semua informasi responden yang

telah diperoleh peneliti dan tidak menyebarluaskan ke pihak lain.

Data hanya dilaporkan dalam hasil penelitian.

4.9.3 Tanpa nama (anonimity)

Tanpa nama (anonimity) merupakan suatu bentuk jaminan dengan tidak

mencantumkan identitas responden. Peneliti tidak diperbolehkan

mencantumkan nama asli responden. Peneliti hanya boleh memberi

kode pada lembar kuesioner atau hasil penelitian


BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai hubungan antaraa beban kerja dengan stres pada

petani lansia di kelompok tani berlokasi di Kecamatan Sukowono Kabupaten

Jember. Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember secara administratif

berbatasan dengan:

a. Sebelah utara : Kabupaten Bondowoso

b. Sebelah timur : Kecamatan Sumberjambe

c. Sebelah selatan : Kecamatan Kalisat

d. Sebelah barat : Kecamatan Jelbuk

Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember memiliki terdiri dari 12 Desa

yang meliputi Desa Sukowono, Desa Sukokerto, Desa Mojogemi, Desa

Sumberwringin, Desa Balet Baru, Desa Sumber waru, Desa Sukosari,

Desa Sukorejo, Arjasa, Desa Sumberdanti, Desa Dawuhan Mangli, dan Desa

Pocangan. Wilayah Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember mempunyai luas

2.
44.04 Km atau 440.000 Ha. Sebagian wilayah Kecamatan Sukowono terdiri

dari dataran tinggi dengan ketinggian 344 m dari atas permukaan laut yang

terletak antara

6027'29" - 7014'35" Bujur Timur (BT) dan 7059'49" - 8033'56" Lintang Selatan

(LS) (Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember, 2012).


74
75

Jumlah penduduk Kecamatan Sukowono sebanyak 57.376 jiwa yang

terdiri dari 28.251 jiwa laki-laki dan 29.126 jiwa perempuan. Penduduk

Kecamatan Sukowono terdiri dari Suku Madura dan Jawa. Sebagian besar mata

pencaharian penduduk Kecamatan Sukowono adalah sebagai petani, yaitu

sebanyak 37.460 jiwa. Namun sebagian kecil penduduk Kecamatan Sukowono

memiliki mata pencaharian sebagai swasta, buruh bangunan, dan

PNS/ABRI (Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember, 2011).

Potensi yang dimiliki oleh wilayah Kecamatan Sukowono Kabupaten

Jember adalah berupa potensi pertanian. Hal tersebut dibuktikan dengan

sebagian besar wilayah Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember

dimanfaatkan untuk lahan pertanian yaitu sebesar 264.000 Ha (60%). Potensi

tersebut juga ditunjang jumlah penduduk Kecamatan Sukowono yang bermata

pencaharian sebagai petani sebanyak 37.460 jiwa (66%). Salah satu upaya

pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani di Kecamatan Sukowono

dengan bantuan dari binaan UPT Pertanian II Sumberjambe adalah dengan

pembentukan kelompok tani. Jumlah kelompok tani di Kecamatan Sukowono

sebanyak 64 kelompok tani yang tersebar di 12 desa dengan rata-rata jumlah

kelompok tani 5-6 kelompok tani tiap desa. Keanggotaan kelompok tani di

Kecamatan Sukowono bervariasi dengan umur termuda 28 tahun sampai 70

tahun (Dinas Pertanian Kabupaten Jember, 2008).


76

Varietas tanaman yang dibudidayakan oleh kelompok tani tergantung

pada musim tanam. Pada bulan November sampai Mei, seluruh kelompok tani

masuk pada nusim tanam padi dikarenakan masuk pada musim penghujan.

Pada bulan Juni sampai Oktober masuk pada musim tanam tembakau

dikarenakan masuk pada musim penghujan. Namun, musim tanam tergantung

pada perubahan awal, baik musim penghujan ataupun musim kemarau

(Departemen Pertanian Kabupaten Jember, 2008).

Kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani untuk rentang bulan Juni

dan Oktober adalah pembudidayaan tanaman tembakau. Kegiatan kelompok

tani pada pembudidayaan tanaman tembakau

meliputi proses penanaman, pemeliharaan, pengairan,

penyulaman, penyiangan, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama,

panen, dan pasca panen. Proses penanaman tembakau ini tergantung pada

cara budidaya, lokasi tanam, musim atau cuaca, dan cara pengolahan

dikarenakan masa tanam tembakau ini 4 bulan dalam setahun. Upaya

pemeliharaan tembakau ini dilakukan kegiatan yang meliputi penyiraman,

penyulaman, pemupukan, pemangkasan, dan pemetikan. Upaya pengairan pada

tembakau dilakukan setiap hari, yaitu pagi dan sore hari yang diberikan pada

tanaman tembakau secukupnya. Upaya penyulamam dilakukan setelah tanaman

tembakau seminggu ditanam. Upaya penyiangan dapat dilakukan setiap 3

minggu. Usaha pemupukan tanaman tembakau menggunakan pupuk yang

tepat berupa pupuk organik dan anorganik (Departemen Pertanian Kabupaten

Jember, 2008).
77

Pelaksanaan penelitian mengenai hubungan antara beban kerja dengan

stres pada petani lansia di kelompok tani dilakukan pada enam desa di

Kecamatan Sukowono yang dipilih secara acak yang meliputi Desa

Sukokerto, Desa Sumberwringin, Desa Balet Baru, Desa Sukorejo, Arjasa,

Desa Sumberdanti dan Desa Dawuhan Mangli. Sampel diambil

menggunakan multistage random sampling. Sampel diambil dengan cara

memilih 6 desa secara acak dan dipilih kelompok tani dari tiap desa untuk

dijadikan sebagai sampel wilayah yang berjumlah 92 petani lansia yang

berumur lebih dari 60 tahun dan tergabung dalam kelompok tani di wilayah

Kecamatan Sukowono. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 September

sampai dengan 22 September 2013.

Pengambilan data menggunakan kuesioner beban kerja petani lansia

dan kuesioner stres petani lansia. Pengambilan data dilakukan dengan cara

door to door dengan meminta bantuan kepada ketua kelompok tani tembakau

masing- masing desa untuk membantu mengarahkan ke rumah responden.

Peneliti memberikan lembar informed consent kepada responden dan

menjelaskan tentang tujuan dan manfaat penelitian. Peneliti mendampingi

responden dalam pengisian kuesioner untuk membantu responden mengisi atau

menjelaskan pernyataan yang dianggap kurang jelas oleh responden. Data hasil

pengisian kuesioner beban kerja petani lansia dan stres petani lansia akan diolah

dengan menggunakan program SPSS 16.0 yang meliputi editing, coding, entry,

dan cleaning.
78

5.2 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk tabel dan narasi, sedangkan

pada pembahasan ditampilkan dalam bentuk narasi. Data hasil penelitian

dianalisis secara univariat dan bivariat. Analisis univariat ditampilkan

dalam bentuk distribusi frekuensi yang meliputi data karakteristik

responden yang meliputi jenis kelamin, umur dan agama. Analisis univariat

juga dilakukan pada variabel beban kerja petani lansia dan variabel stres petani

lansia. Analisis bivariat dilakukan dengan mengidentifikasi hubungan antara

beban kerja dengan stres pada petani lansia di Kelompok Tani

Tembakau Kecamatan Sukowono

Kabupaten Jember.

5.2.1 Data Karakteristik Responden Penelitian

Karakteristik responden penelitian merupakan identitas dari responden

yang meliputi jenis kelamin, umur, dan agama. Karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.1 dan karakteristik

responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 5.2. Karakteristik

responden berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Kelompok Tani Tembakau
Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013

Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)


Perempuan 21 22.8
laki-laki 71 77.2
Total 92 100.0
Sumber: Data Primer, September 2013

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 92 responden

penelitian ini, sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 71 orang (77.2%) dan sisanya berjenis kelamin perempuan sebanyak

21 orang (22.8%).
79

Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Umur di Kelompok Tani Tembakau


Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013

Variabel Mean Median Modus SD Min-Maks

Umur (Th) 64.47 63.00 63 4.104 60-75

Sumber: Data Primer, September 2013

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan bahwa usia responden petani lansia

di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Jember rata-rata berusia

64.47 tahun. Umur termuda responden adalah 60 tahun dan umur tertua adalah 75

tahun.

Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Agama di Kelompok Tani Tembakau


Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember bulan September 2013

Agama Jumlah (orang) Persentase (%)


Islam 92 100
Total 92 100
Sumber: Data Primer, September 2013

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa seluruh responden

menganut agama islam dengan jumlah sebanyak 92 orang (100%).

5.2.2 Data Khusus

Variabel penelitian dari hasil penelitian ini terdiri dari variabel

yang meliputi beban kerja petani lansia, stres petani lansia dan hubungan beban

kerja dengan stres pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau. Pemaparan

variabel penelitian dapat dilihat pada masing-masing tabel di bawah ini.


80

a. Beban Kerja Petani Lansia

Tabel 5.4 Distribusi Responden Menurut Beban Kerja Petani lansia di Kelompok Tani
Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013

Variabel Mean Median Modus SD Min-Maks

Beban Kerja Petani Lansia 44.51 45.00 45 6.645 23-51

Sumber: Data Primer, September 2013

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan bahwa skor beban kerja petani

lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Jember rata-rata

sebesar

44.51. Skor beban kerja petani lansia terbanyak adalah sebesar 45. Skor beban

kerja petani lansia terendah adalah 23 dan tertinggi adalah 51. Pada variabel

beban kerja petani lansia didapatkan nilai skewness -0,501 danstandart

error of skewness 0,251. Hasil bagi keduanya bernilai -2 sehingga dapat

dikatakan variabel beban kerja petani lansia berdistribusi normal.

Data variabel beban kerja petani lansia dikategorikan berdasarkan

mean untuk mempermudah interpretasi data beban kerja petani lansia. Data

beban kerja petani lansia dikategorikan menjadi beban kerja rendah jika skor

yang diperoleh

< 44.51dan beban kerja tinggi jika skor yang diperoleh ≥ 44.51. Kategori

beban kerja petani lansia dapat dilihat pada 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi Responden Menurut Beban Kerja pada Petani Lansia di
Kelompok
Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September
2013

Beban Kerja Petani lansia Frekuensi Persentase (%)


Beban Kerja Rendah 32 34,8
Beban Kerja Tinggi 60 65,2
Total 92 100
Sumber: Data Primer, September 2013
81

Tabel 5.5 menguraikan distribusi data tentang beban kerja pada petani

lansia. Jumlah responden yang memiliki beban kerja rendah sebanyak 32

responden (34,8%) dan jumlah responden yang memiliki beban kerja

tinggi sebanyak 60 responden (65.2%). Hasil penelitian pada 60 petani

lansia yang memiliki beban kerja tinggi dikarenakan memiliki sikap kerja dan

faktor somatis yang buruk.

Beban kerja petani lansia terdiri dari 3 indikator pembentuk, yaitu

sikap kerja, waktu kerja dan istirahat dan faktor somatis terkait dengan beban

kerja petani lansia dan semua indikator tersebut terangkum pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Indikator Beban Kerja dan Tingkatan Beban
Kerja pada Petani Lansia Di Kelompok tani Tembakau Kecamatan
Sukowono Kabupaten Jember September 2013

Tingkatan Beban Kerja


Beban
82

Variabel Indikator Beban Kerja Beban Kerja Total


Kerja Tinggi
Rendah
F % F % f %
Sikap Kerja 26 28,3 66 71,7 92 100

Waktu Kerja dan Istirahat 28 30,4 64 69,6 92 100

Faktor Somatis 34 37,0 58 63,00 92 100


Sumber: Data Primer, September 2013

Tabel 5.6 memaparkan keberagaman data mengenai indikator sikap

kerja petani lansia yang tidak merata pada setiap kategori. Distribusi data pada

indikator mengenal sikap kerja adalah distribusi normal karena didapat hasil

bagi skewness dengan standart error adalah 0,501 dengan 0,251 sebesar 2,00

sehingga cut of point mengacu pada nilai mean sebesar 14,84.


Indikator sikap kerja baik terkait beban kerja rendah jika skor

yang diperoleh < 14,84 dan indikator Sikap Kerja buruk terkait beban kerja

tinggi jika skor yang diperoleh ≥14,84. Jumlah responden yang memiliki sikap

baik terkait dengan beban kerja rendah sebanyak 26 orang (28,3%) dan

jumlah responden yang memiliki sikap buruk terkait dengan beban kerja tinggi

sebanyak 66 orang (71,7%).

Tabel 5.6 memaparkan keberagaman data mengenai indikator

waktu kerja dan istirahat petani lansia yang tidak merata pada setiap kategori.

Distribusi data pada indikator waktu kerja dan istirahat adalah distribusi

normal karena didapat hasil bagi skewness dengan standart error adalah 0,500

dengan 0,251 sebesar 1,99 sehingga cut of point mengacu pada nilai mean sebesar

12.06.

Indikator waktu kerja dan istirahat petani lansia yang cukup dan

baik terkait beban kerja rendah jika skor yang diperoleh < 12.06 dan indikator

sikap waktu kerja dan istirahat petani lansia yang buruk terkait beban kerja

tinggi jika skor yang diperoleh ≥12.06. Jumlah responden yang memiliki

waktu kerja dan istirahat petani lansia yang cukup dan baik terkait beban kerja

rendah sebanyak 28 orang (30,4%) dan jumlah responden yang memiliki waktu

kerja dan istirahat petani lansia yang buruk terkait beban kerja tinggi sebanyak

64 orang (69,6%).

Tabel 5.6 memaparkan keberagaman data mengenai indikator

faktor somatis petani lansia yang tidak merata pada setiap kategori. Distribusi

data pada indikator faktor somatis adalah distribusi normal karena didapat

hasil bagi skewness dengan standart error adalah 0,501 dengan 0,251 sebesar

2,00 sehingga cut of point mengacu pada nilai mean sebesar 17,00.
Indikator faktor somatis petani lansia yang baik terkait beban kerja

rendah jika skor yang diperoleh < 17,00 dan indikator Sikap faktor somatis

petani lansia yang buruk terkait beban kerja tinggi jika skor yang diperoleh

≥17,00. Jumlah responden yang memiliki faktor somatis yang baik terkait

beban kerja rendah sebanyak 34 orang (37%) dan jumlah responden yang

memiliki faktor somatis petani lansia yang buruk terkait beban kerja tinggi

sebanyak 58 orang (63%).

b. Stres Petani Lansia

Tabel 5.7 Distribusi Responden Menurut Stres Petani lansia di Kelompok Tani Tembakau
Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013

Variabel Mean Median Modus SD Min-Maks

Stres Petani Lansia 48.12 49.00 48.00 4.309 37-56

Sumber: Data Primer, September 2013

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukan bahwa skor stres petani lansia

di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Jember rata-rata sebesar

48.12. Skor stres petani lansia terbanyak adalah sebesar 48. Skor stres

petani lansia terendah adalah 37 dan tertinggi adalah 56. Pada variabel stres

petani lansia didapatkan nilai skewness -0,500 dan standart error of

skewness 0,251. Hasil bagi keduanya bernilai -2 sehingga dapat dikatakan

variabel stres petani lansia berdistribusi normal.


Data variabel beban kerja petani lansia dikategorikan berdasarkan

mean untuk mempermudah interpretasi data stres petani lansia. Data stres petani

lansia dikategorikan menjadi stres ringan jika skor yang diperoleh < 48.12 dan

beban stres berat jika skor yang diperoleh ≥ 48.12. Kategori stres petani lansia

dapat dilihat pada 5.8.

Tabel 5.8 Distribusi Responden Menurut Stres pada Petani Lansia di Kelompok Tani
Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Bulan September 2013

Stres Petani lansia Frekuensi Persentase (%)


Stres ringan 45 48,9
Stres berat 47 51,1
Total 92 100
Sumber: Data Primer, September 2013

Tabel 5.8 menguraikan distribusi data tentang stres pada petani lansia.

Jumlah responden yang mengalami stres ringan sebanyak 45 responden

(48,9%) dan jumlah responden yang mengalami stres berat sebanyak 47

responden (51,1%). Hasil penelitian pada 47 petani lansia yang mengalami

stres berat dan memiliki sistem koping yang rendah.

Stres petani lansia terdiri dari 3 indikator pembentuk, yaitu

respon kognitif, respon emosi dan respon tingkah laku terkait dengan stres

petani lansia dan semua indikator tersebut terangkum pada tabel 5.9.
Tabel 5.9 Distribusi Responden Menurut Indikator Stres dan Tingkatan Stres pada
Petani Lansia Di Kelompok tani Tembakau Kecamatan Sukowono
Kabupaten Jember September 2013

Tingkatan Stres
Stres Total
Variabel Indikator Stres Stres Berat
Ringan
F % F % f %
Respon Kognitif 25 27,2 67 72,8 92 100

Respon emosi 23 25,0 69 75,0 92 100

Respon tingkah laku 43 46,7 49 53,3 92 100


Sumber: Data Primer, April 2013

Tabel 5.9 memaparkan keberagaman data mengenai indikator

respon kognitif petani lansia yang tidak merata pada setiap kategori. Distribusi

data pada indikator mengenal sikap kerja adalah distribusi normal karena didapat

hasil bagi skewness dengan standart error adalah 0,501 dengan 0,251 sebesar

2,00 sehingga cut of point mengacu pada nilai mean sebesar 21.

Indikator respon kognitif yang baik terkait stres ringan jika skor yang

diperoleh < 21 dan indikator respon kognitif yang buruk terkait stres berat

jika skor yang diperoleh ≥21. Jumlah responden yang memiliki respon kognitif

yang baik terkait stres ringan sebanyak 25 orang (27,2%) dan jumlah responden

yang memiliki respon kognitif yang buruk terkait stres berats sebanyak 67

orang (72,8%).
Tabel 5.9 memaparkan keberagaman data mengenai indikator

respon emosi petani lansia yang tidak merata pada setiap kategori. Distribusi

data pada indikator waktu kerja dan istirahat adalah distribusi normal karena

didapat hasil bagi skewness dengan standart error adalah 0,490 dengan 0,251

sebesar 1,95 sehingga cut of point mengacu pada nilai mean sebesar 14.

Indikator respon emosi petani lansia yang baik terkait stres ringan jika

skor yang diperoleh < 14 dan indikator respon emosi petani lansia yang buruk

terkait stres berarti jika skor yang diperoleh ≥14. Jumlah responden yang

memiliki respon emosi yang baik terkait stres rendah sebanyak 23 orang (25%)

dan jumlah responden yang memiliki respon emosi yang buruk terkait stres berat

sebanyak 69 orang (75%).

Tabel 5.9 memaparkan keberagaman data mengenai indikator

respon tingkah laku petani lansia yang merata pada setiap kategori. Distribusi

data pada indikator respon tingkah laku adalah distribusi normal karena didapat

hasil bagi skewness dengan standart error adalah -0,06 dengan 0,251 sebesar

-0,2, sehingga cut of point mengacu pada nilai mean sebesar 12,70.

Indikator respon tingkah laku petani lansia yang baik terkait stres ringan

jika skor yang diperoleh < 12,70 dan indikator respon tingkah laku petani

lansia yang buruk terkait stres berat jika skor yang diperoleh ≥12,70. Jumlah

responden yang memiliki respon tingkah laku petani lansia yang baik terkait

stres ringan sebanyak 43 orang (46,7%) dan jumlah responden yang memiliki

respon tingkah laku petani lansia yang buruk terkait stres berat sebanyak 49

orang (53,3%).
c. Hubungan Beban Kerja dengan Stres pada Petani Lansia di Kelompok Tani

Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten jember

Analisis hubungan antara beban kerja dengan stres pada petani lansia

di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember

dengan menggunakan uji statistik regresi linier sederhana dapat dilihat pada tabel

5.10.

Tabel 5.10 Analisis Korelasi dan Regresi Fungsi Beban Kerja dengan Stres pada
Petani Lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono
Kabupaten Jember Bulan September 2013

Variabel R R² Persamaan Garis P value


Beban Kerja Petani
Lansia 32.814 + 0,352 * Beban Kerja Petani
0,527 0,278 0,0001
Stres Petani lansia Lansia

Sumber: Data Primer, September 2013

Tabel 5.10 berdasarkan hasil analisis diatas diketahui bahwa hubungan

beban kerja dengan stres pada petani lansia menunjukkan hubungan cukup (r =

0,527) dan berpola positif artinya semakin besar beban kerja pada petani lansia,

maka semakin besar stres yang dialami oleh petani lansia. Nilai koefisien

dengan determinasi 0,278 artinya persamaan garis regresi yang

diperoleh dapat menerangkan 27,8% variasi besar stres yang dialami oleh

petani lansia atau persamaan garis yang diperoleh cukup baik untuk

menjelaskan variabel stres petani lansia. Hasil uji statistik didapatkan ada

hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan stres pada petani lansia

(Pvalue = 0.0001).
Hasil uji statistik regresi linier sederhana didapatkan nilai

intercept (nilai a) yaitu nilai yang menunjukkkan perbedaan besarnya rata-

rata variabel stres petani lansia ketika variabel beban kerja petani lansia =0

sebesar 32.814, dan nilai slope (nilai b) yaitu nilai yang menunjukkan besar

perubahan variabel stres petani lansia bila variabel beban kerja petani lansia

berubah 1 unit pengukuran

sebesar 0,352 sehingga didapatkan persamaan regresi sebagai berikut :

Y = a + bX

Stres Petani lansia = 32.814+ 0,352 x Beban Kerja petani


Lansia

Berdasarkan persamaan garis diatas, dapat diprediksi variabel dependen

(stres petani lansia) dengan variabel independen (beban kerja petani lansia).

Jika petani lansia memiliki tidak memiliki beban kerja (skor variabel beban kerja

= 0), maka petani lansia tetap mengalami stres dengan skor sebesar 32.814.

Stres yang dialami oleh petani lansia berada pada tingkatan stres ringan. Jika

petani lansia memiliki memiliki beban kerja dengan skor 12, maka perhitungan

besar skor stres petani lansia, yaitu :

Stres Petani lansia = 32.814+ 0,352 x Beban Kerja petani Lansia

= 32.814+ 0,352 x (12)

= 37.038

Petani lansia yang memiliki beban kerja dengan skor = 12, maka

petani lansia mengalami stres dengan skor sebesar 37.038. Hal tersebut

menunjukan bahwa petani lansia mengalami stres pada tingkatan ringan.


Jika skor variabel beban kerja = 60 , maka perhitungan besar skor

stres petani lansia, yaitu :

Stres Petani lansia = 32.814+ 0,352 x Beban Kerja petani Lansia

= 32.814+ 0,352 x (60)

= 53.934.

Petani lansia yang memiliki beban kerja dengan skor = 60, maka

petani lansia mengalami stres dengan skor sebesar 37.038. Hal tersebut

menunjukan bahwa petani lansia mengalami stres dengan berat dengan tingkatan

berat.

5.3 Pembahasan

Pembahasan pada penelitian ini disajikan dalam bentuk narasi

berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti. Penjabaran dari

pembahasan penelitian yaitu karakteristik responden (umur, agama dan

jenis kelamin responden) serta variabel penelitian terdiri dari beban kerja

petani lansia, stres petani lansia, dan hubungan beban kerja dengan stres

pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono

Kabupaten Jember.

5.3.1 Data Karakteristik Responden

Hasil penyajian tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar

responden petani lansia berjenis kelamin laki-laki dan sisanya berjenis kelamin

perempuan. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor penting yang dapat

mempengaruhi ambang stres individu jika dihubungkan dengan stresor berupa

beban kerja yang berlebihan. Perempuan memiliki daya tahan yang lebih

baik terhadap stresor daripada laki-laki karena memiliki hormon estrogen yang

masih bekerja normal.


Namun, stres pada wanita yang sudah berumur lebih dari 60 tahun tinggi

daripada yang dialami laki-laki yang juga sudah berumur lebih dari 60

tahun. Hal ini dikarenakan adanya transisi fungsi reproduksi dan hormonal

atau menopause (Siswanto, 2007).

Penelitian Azizah (2012) menyatakan bahwa tidak ada hubungan

antara jenis kelamin dengan stres kerja. Hal tersebut disebabkan karena

perbedaan kelamin tidak memberikan kontribusi yang berarti pada timbulnya

stres pada pekerja, tetapi perbedaan gender yang lebih berpengaruh pada stres.

Perbedaan gender ini menyatakan suatu perbedaan psikologis individu yang

dibedakan menjadi maskulin dan feminim. individu dengan kepribadian

maskulin lebih mampu menghadapi stresor yang datang tanpa perasaan

emosional yang berlebihan dan dengan tingkat kecemasan.

Perbedaan hasil penelitian tentang hubungan antara stres dengan jenis

kelamin ini menunjukan adanya dua sudut pandang yang berbeda. Jika

dipandang dengan sudut pandang kesehatan, wanita memiliki sistem hormon

yang membuat wanita tahan terhadap stressor tanpa harus memendang sisi

maskulin ataupun feminim. Sementara itu, jika menggunakan sudut pandang

perbedaan gender yang melibatkan sifat maskulin dan feminim, maka dapat

disimpulkan jika pekerja yang memiliki sifat yang maskulin lebih memiliki

koping yang lebih baik.


Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan bahwa rata-rata umur

responden petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono

Jember adalah

64 tahun. Umur merupakan faktor yang mempengaruhi toleransi terhadap stres

pada petani lansia. Hal ini dikarenakan petani lansia mengalami perubahan

baik secara fisik dan kognitif yang menyebabkan kemampuan beradaptasi

dengan stressor menurun. Hal itu menimbulkan petani lansia rentan

terhadap stres (Azizah, 2011).

Penelitian Fitri (2012) menjelaskan bahwa mengenai semakin tua

umur pekerja, khususnya petani, maka semakin rendah stres yang dialami. Hal

tersebut dikarenakan pekerja yang telah berusia tua atau lebih dari 60 tahun lebih

memiliki keadaan mental yang lebih stabil daripada pekerja yang lebih muda.

Pekerja yang lebih muda lebih produktif daripada pekerja yang lebih tua. Hal

tersebut jutru membuat pekerja yang muda memiliki ambisi untuk membangun

karir demi masa depan. Ambisi dapat menjadi tuntutan yang besar bagi pekerja

yang berusia muda dan bisa menjadi beban pikiran dalam menjalankan

pekerjaanya, sehingga pekerja yang berusia muda lebih rentan terhadap stres.

Perbedaan pendapat mengenai kerentanan petani lansia terhadap stres

dapat dipandang dari sisi yang berbeda. Jika dipandang dari sisi petani lansia

mengalami penuaan baik yang bersifat fisik ataupun mental, maka petani lansia

lebih rentan terhadap stres daripada petani yang berusia muda. Jika dipandang

dari sifat yang dimiliki oleh lansia, maka petani bisa bersifat lebih tenang

karena memiliki koping yang lebih baik.


Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa seluruh responden

menganut agama islam. Agama merupakan aspek keyakinan yang

berhubungan dengan kebutuhan untuk mempertahankan

keyakinan dan kewajiban agama, pengampunan dan

rasa percaya pada Tuhan. Faktor ini juga berpengaruh pada pembentukan

sikap, perilaku dan koping dalam menghadapi stresor pada petani lansia. Hal

ini dikarenakan petani lansia tidak memiliki keyakinan dan rasa percaya

pada Tuhan, maka dapat menimbulkan sikap dan koping yang buruk dalam

menghadapi stresor. Hal itu dapat meningkatkan cemas dan stres pada petani

lansia. Hal tersebut ditunjukan dengan petani lansia lebih mengekspresikan

kebutuhan untuk mendapat bantuan dari orang lain (Stanley, 2006).

5.2.2 Beban Kerja Petani Lansia

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki beban

kerja tinggi sebanyak 60 responden (65,2%). Hal ini membuktikan bahwa

terdapat ketimpangan antara kapasitas kemampuan petani lansia dengan hasil

panen yang dihasilkan. Hal ini terlihat seluruh indikator beban kerja petani

lansia yang meliputi sikap kerja, waktu kerja dan istirahat, dan faktor kognitif

yang merujuk pada tingkatan beban kerja tinggi.

Beban kerja merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu

untuk menyelesaikan suatu tuntutan pekerjaan yang harus diseselaikan

pada waktu tertentu. Beban kerja tergantung pada kapasitas, besar tuntutan

kerja dan fungsi kognitif individu. Beban kerja pada setiap individu harus

sesuai dengan tahap perkembangan dari individu (Winarsunu, 2008).


Manuaba (2000) menyatakan bahwa semakin tinggi tuntutan kerja

yang dimiliki oleh pekerja, maka akan dapat meningkatkan beban kerja pekerja.

Beban kerja yang meningkat disebabkan oleh ketimpangan antara kapasitas yang

dimiliki dengan tuntutan kerja. Hal tersebut dapat berdampak pada keadaan

fisik dan psikis pekerja, terutama pekerja lansia.

Dampak dari beban kerja dapat dilihat dari dua faktor, yaitu faktor

yang berhubungan dengan pekerjaan dan faktor yang tidak berhubungan

dengan pekerjaan. Faktor yang berhubungan dengan pekerjaan, yaitu bahaya

kesehatan ditempat kerja dan lingkungan kerja. Faktor yang tidak

berhubungan dengan beban kerja, yaitu pelayanan kesehatan kerja dan perilaku

kerja (Efendi, 2009).

Mayoritas penyebab munculnya dampak beban kerja adalah perilaku

dari pekerja yang kurang memperhatikan ergonomi (pengaturan situasi

dalam lingkungan kerja). Faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan

ergonomi yang berhubungan dengan manusia adalah keterbatasan baik fisik

ataupun mental yang dimiliki oleh manusia dan perbedaan keadaan fisik tiap

orang berbeda. Jika faktor-faktor tersebut diabaikan dapat berdampak negatif

pada kesehatan pekerja yang berupa keluhan-keluhan (symptom)

sebagai indikasi keadaan sakit (Nurmianto, 2004).


Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak

yang diakibatkan oleh beban kerja yang tinggi pada petani lansia adalah

dengan melakukan upaya pencegahan. Upaya pencegahan terdiri dari

pencegahan primer, sekunder dan tersier. Upaya pencegahan dengan lingkup

individu dapat dilakukan dengan pencegahan secara primer, sekunder dan tersier.

Upaya pencegahan secara primer dapat dilakukan

dengan mengkaji faktor-faktor yang yang dapat

meningkatkan beban kerja dan dampak yang merugikan lansia yang

bekerja sebagai petani. pengkajian faktor-faktor ini bertujuan untuk

mencegah awitan stresor yang beban kerja menjadi bersifat berlebihan dan

menimbulkan dampak yang merugikan lansia yang bekerja sebagai petani

(Mickey, 2006).

Pencegahan primer juga dapat dilakukan dengan memodifikasi

lingkungan kerja lansia yang meliputi penggunaan alat transportasi aman,

meminimalkan penggunaan alat-alat berat dan penggunaan alat pelindung diri.

Penggunaan alat transportasi yang aman merupakan salah satu hal yang dapat

mendukung keselamatan lansia dalam melakukan usaha tani. Alat transportasi

yang baik dapat mencegah adanya kecelakaan kerja pada petani

lansia. penggunaan alat-alat berat perlu dikurangi. Pengurangan tersebut

berhubungan dengan pengetahuan yang minim mengenai cara penggunaan alat-

alat berat dan kapasitas kemampuan yang dimiliki petani lansia untuk

menggunakan alat-alat berat. Penggunaan alat pelindung diri berhubungan

dengan kesehatan kerja petani lansia. Penggunaan alat pelindung diri dapat

mengurangi paparan zat kimia pestisida dan dampak yang dapat ditimbulkan,

sehingga dapat mengurangi beban kerja pada petani yang telah berusia lebih dari

60 tahun (Winarsunu, 2008).


Pencegahan sekunder yang dapat dilakukan dengan melakukan

pengkajian mengenai gejala-gejala fisik yang dirasakan oleh petani lansia.

pengkajian tersebut dapat menjadi dasar untuk melakukan intervensi

selanjutnya. Upaya pelatihan mengenai cara bertani sesuai

dengan ergonomi dan memperhatikan kesehatan kerja yang baik

perlu dilakukan untuk menurunkan intensitas stresor beban kerja dan dampak

negatif yang ditimbulkan. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan melibatkan

keluarga untuk lebih memberi perhatian dengan menjadi pendengar yang baik

pada saat petani lansia merasakan beban kerja yang dimiliki terlalu berlebihan

(Stanley, 2006).

Pencegahan sekunder juga dapat dilakukan dengan penggunaan teknik

intervensi krisis perlu dilakukan. Teknik intervensi krisis yang meliputi

ventilasi, klarifikasi, pemberian saran, manipulasi dan penguatan perilaku

petani lansia. Ventilasi berupa pengungkapan kembali

tentang hal-hal yang dapat membangkitkan emosi. Tahap

klarifikasi merupakan tahap untuk memperjelas hubungan perasaan yang

dirasakan dengan kenyataan. Tahap pemberian saran berupa tahap untuk

meningkatkan keyakinan petani lansia bahwa permasalahan dapat terpecahkan.

Tahap manipulasi berupa memanfaatkan emosi dan keinginan petani lansia

dengan menanamkan nilai-nilai positif. Penguatan perilaku

dilakukan dengan menberikan respon yang positif kepada petani lansia untuk

memperkuat nilai-nilai positif yang ditanamkan (Yosep, 2009).


Pencegahan tersier yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan

terapi kelompok yang melibatkan kelompok tani sebagai wadah berkumpul

petani lansia. Kegiatan bertujuan untuk meningkatkan interaksi petani lansia

dengan petani yang lain. Kegiatan ini dapat menjadi tempat untuk

mendiskusikan kesulitan-kesulitan yang dirasakan oleh petani lansia, sehingga

dapat meringankan beban kerja yang dirasakan dan meminimalkan dampak

negatif yang muncul. Pemberian dukungan konseling yang dilakukan oleh

perawat keselamatan dan kesehatan kerja petani lansia dengan melibatkan

keluarga (Effendi, 2009).

Penilaian terhadap beban kerja petani lansia terdiri dari tiga indikator

yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Sikap Kerja

Indikator sikap kerja dapat menunjukan wujud dari sikap yang ditunjukan

dalam menyelesaikan pekerjaanya.. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data

bahwa sebagian besar responden tidak memiliki sikap kerja yang baik

sebanyak 66 responden (71,7%). Sikap kerja merupakan hal yang dapat

mempengaruhi besar beban kerja yang disarakan oleh petani lansia. hal ini

terjadi dikarenakan sikap kerja menunjukan sikap petani lansia untuk

menyelesaikan tuntutan kerja yang dapat menjadi beban kerja bagi petani lansia

jika tidak dapat diselesaikan dengan baik (Tikno, 2010).


b. Waktu Kerja dan Istirahat

Indikator waktu kerja dan istirahat pengorganisasian waktu untuk melakukan

dan menyelesaikan pekerjaan yang dimiliki. Organisasi waktu yang baik

ditunjukan dengan waktu kerja dan waktu istirahat seimbang. Hal ini

berdampak baik bagi kesehatan pekerja, terutama petani lansia. Berdasarkan

hasil penelitian didapatkan data bahwa sebagian besar responden tidak

memiliki pengorganisasian waktu kerja dan istirahat yang baik sebanyak 64

responden (69,6%). Pengorganisasian waktu yang baik peda petani lansia dapat

menentukan status kesehatan pekerja , baik secara fisik

ataupun psikis. Hal itu dikarenakan dampak dari

pengorganisasian dalam menyelesaikan pekerjaan dapat mengurangi beban

kerja dan meningkatkan status kesehatan petani lansia (Himawan, 2009).

c. Faktor somatis

Indikator faktor somatis berkaitan pada fungsi organ tubuh petani lansia.

Faktor ini menentukan kapasitas kemampuan yang dimiliki oleh petani

lansia untuk menyelesaikan pekerja lansia. Berdasarkan hasil penelitian

didapatkan data bahwa sebagian besar responden tidak memiliki faktor somatis

yang baik sebanyak 58 responden (63%). Faktor somatis yang baik dapat

menentukan kualitas pekerjaan yang dihasilkan oleh petani lansia. Hal ini

berkaitan dengan fungsi organ tubuh yang merupakan faktor pendukung untuk

menghasilkan suatu produktivitas yang baik petani lansia untuk menyelesaikan

beban kerja yang dimiliki (Handoyo,

2009).
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengajarkan teknik

relaksasi progresif untuk meminimalisir keluhan-keluhan fisik yang dialami

oleh petani akibat beban kerja yang berlebihan. Teknik ini dapat membantu

petani lansia untuk mendapatkan perasaan yang rileks, sehingga dapat

mengurangi ketegangan otot. Ketegangan otot yang tidak tertangani dapat

mengakibatkan keluhan-keluhan fisik. Hal ini terjadi dikarenakan teknik relaksasi

merupakan perpanjangan serabut otot skletal , sehingga dapat menurunkan

ketegangan akibat perpindahan serabut otot yang dapat terjadi karena faktor

beban kerja yang berlebihan dan dapat menimbulkan kecemasan dan stres pada

petani lansia (Niela, 2009).

5.2.3 Stres Petani lansia

Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang mengalami

stres ringan sebanyak 45 responden (48,9%) dan jumlah responden yang

mengalami stres berat sebanyak 47 responden (51,1%). Hal ini

membuktikan bahwa kemampuan koping terhadap stresor yang dialami

oleh petani lansia, yaitu ketimpangan antara kapasitas kemampuan petani

lansia dengan hasil panen masih rendah. Hal ini terlihat seluruh indikator stres

petani lansia yang meliputi respon kognitif, respon emosi, dan respon

tingkah laku yang lebih merujuk pada tingkatan stres berat.

Stres merupakan suatu reaksi adaptif yang bersifat non-spesifik yang

dimiliki oleh individu terhadap tekanan stimulus atau stressor. Reaksi stres ini

bersifat individual. Reaksi ini dapat terjadi jika terjadi ketidakseimbangan

antara keadaan fisik dan psikis akibat stresor yang berlebihan (Hartono, 2007).
Menurut Hawari (2001), menyatakan bahwa penggolongan stres dapat

dilakukan berdasarkan gejala-gejala yang dirasakan, yaitu stres tingkat I, stres

tingkat II, stres tingkat III, stres tingkat IV, stres tingkat V dan stres tingkat VI.

Stres tingkat I dapat digambarkan melalui gejala-gejala yang meliputi semangat

yang berlebihan, gugup berlebihan dan kemampuan dalam

menyelesaikan pekerjaan lebih dari dari biasanya. Stres tingkat II dapat

digambarkan melalui gejala-gejala yang meliputi merasa letih sewaktu

bangun pagi, merasa lelah sesudah makan siang dan sore hari, kadang-kadang

mengalami gangguan dalam sistem pencernaan, perasaan tegang pada otot-otot

punggung dan tengkuk dan perasaan tidak santai. Stres tingkat III dapat

digambarkan melalui gejala-gejala yang meliputi mengalami gangguan

pencernaan, ketegangan otot dan gangguan tidur. Stres tingkat IV dapat

digambarkan melalui gejala-gejala yang dirasakan meliputi mengalami

gangguan tidur, memiliki perasaan pesimis dan kemampuan konsentrasi

berkurang. Stres tingkat V dapat digambarkan melalui gejala-gejala yang

meliputi keletihan yang berlebihan, tidak mampu melaksanakan pekerjaan yang

sederhana dan mengalami gangguan pencernaan. Stres Tingkat VI dapat

digambarkan melalui gejala-gejala yang dirasakan meliputi jantung

berdebar- debar, sesak napas , keringat bercucuran dan tubuh dingin.


Stres pada petani lansia adalah hal yang tidak menyenangkan

yang dialami oleh petani lansia akibat adanya stressor yang berlebihan dan

keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Stres pada petani lansia juga dapat

diakibatkan oleh adanya tuntutan pekerjaan yang berlebihan. Hal tersebut

dapat menimbulkan beban pikiran yang dapat menjadi beban kerja bagi bagi

petani lansia, sehingga petani lansia menjadi rentan terhadap stres (Maryam,

2009).

Dhini (2010) menyatakan bahwa faktor lingkungan yang buruk, salah

satunya yaitu beban kerja yang berlebihan dalam pekerjaan dapat

meningkatkan stres petani lansia. Beban kerja tersebut terjadi karena adanya

tuntutan kerja yang tinggi. Sikap kerja yang buruk

menunjukan ketidakmampuan dalam menyelesaikan pekerjaan

yang dimiliki. Sikap kerja yang buruk dapat memicu gangguan mental stres

pada petani lansia.

Konsep stres kerja dapat ditinjau dari beberapa sudut, yaitu stres

kerja sebagai hasil dari keadaan lingkungan kerja, stres sebagai beban kerja

dan stres sebagai akibat dari waktu kerja yang berlebihan dan faktor tanggung

jawab kerja. Stres kerja sebagai hasil dari keadaan lingkungan berarti bahwa

stres dapat muncul sebagai dampak lingkungan kerja yang

kurang kondusif dalam melaksanakan pekerjaan.

Lingkungan kerja yang buruk dapat meningkatkan kecelakaan kerja pada

pekerja, khususnya lansia yang bekerja sebagai petani. Stres karena beban

kerja dapat berarti bahwa stres dapat muncul akibat adanya stresor beban kerja

yang berlebihan pada lansia yang bekerja sebagai petani, sehingga dapat

menimbulkan gejala stres pada lansia yang bekerja sebagai petani.


Stres sebagai akibat dari waktu kerja yang berlebihan dan faktor tanggung

jawab kerja berarti stres diakibatkan oleh proporsi waktu kerja yang terlalu

berlebihan yang disebabkan rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan yang

dimiliki lansia yang bekerja sebagai petani. Penggunaan waktu kerja yang

berlebihan dapat berdampak pada kesehatan fisik dan mental lansia yang

bekerja sebagai petani (Siswanto, 2007).

Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi stres pada

lansia yang bekerja sebagai petani dapat berupa pencegahan primer, sekunder,

dan tersier. Pencegahan primer berfokus pada promosi kesehatan untuk

mencegah gejala-gejala stres sejak dini pada lansia yang bekerja sebagai petani.

Pencegahan primer dapat dilakukan dengan mengkaji faktor-faktor yang dapat

menimbulkan stres pada lansia yang bekerja sebagai petani. Upaya lain yang

dapat dilakukan adalah penyuluhan mengenai safety farming yang

meliputi posisi kerja,

pengaturan waktu kerja dan istirahat yang ideal dan penggunaan alat pelindung

diri (Effendi, 2009).

Pencegahan sekunder yang bisa dilakukan meliputi membantu

petani lansia untuk memberikan perhatian dengan

melibatkan pihak keluarga, memberikan informasi

tentang stres, memodifikasi lingkungan dan melakukan terapi relaksasi

progresif. Upaya memberikan perhatian dengan melibatkan keluarga dapat

menunjukan sikap kepedulian baik perawat, maupun keluarga dan siap untuk

menjadi pendengar yang baik bagi lansia yang bekerja sebagai petani, sehingga

dapat menurunkan tingkat stres pada lansia yang bekerja sebagai petani.
Upaya memberikan informasi mengenai stres kepada lansia yang bekerja

sebagai petani dapat meningkatkan pemahaman mengenai gejala stres yang

dirasakan dan mempercepat dalam menurukan stres. Upaya memodifikasi

lingkungan bagi memodifikasi lingkungan dapat dilakukan pada lingkungan

kerja dan lingkungan keluarga. Upaya modifikasi pada lingkungan kerja

dapat dilakukan dengan mengurangi penggunaan alat-alat berat, penataan

tempat kerja yang baik dan penggunaan alat pelindung diri. Upaya

modifikasi lingkungan keluarga lebih dapat dilakukan dengan menciptakan

suasana yang kondusif dan komunikasi yang baik antar anggota keluarga,

sehingga lansia yang bekerja sebagai petani dapat mengungkapkan keluhan-

keluhan yang dirasakan. Aplikasi terapi relaksasi progresif bertujuan

untuk menurunkan ketegangan tubuh dengan melemaskan otot-otot tubuh,

sehingga dapat menurunkan stres pada lansia yang bekerja sebagai petani

(Friedman, 2010).

Intervensi pencegahan tersier dapat dilakukan dengan menggunakan

terapi modalitas. Terapi modalitas untuk lansia yang bekerja sebagai

petani dapat melibatkan kelompok yang menjadi wadah bagi petani. Terapi

ini menuntut komunikasi antara lansia yang bekerja sebagai petani. Terapi ini

bertujuan untuk meningkatkan interaksi dan meningkatkan harga diri (Stanley,

2006)
Penilaian terhadap beban kerja petani lansia terdiri dari 3 indikator

yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Reaksi Kognitif

Respon kognitif ini berhubungan dengan reaksi neuron dalam otak

terhadap stresor. Respon ini dapat berupa gangguan proses pikir dan penurunan

konsentrasi lansia. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data bahwa

sebagian besar responden tidak memiliki respon kognitif yang baik sebanyak 67

responden (72,8%). Respon kognitif merupakan gambaran dari cara proses

berpikir dan daya konsentrasi petani lansia. respon kognitif yang kurang baik

dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pada petani lansia. respon ini

juga mempengaruhi priduktivitas kerja (Nusi, 2010).

b. Respon Emosi

Respon emosi ini merupakan suasana hati dan perasaan yang dirasakan

oleh lansia ketika menerima stimulus stresor. Respon emosi ini dapat

berupa perasaan cemas, malu dan marah. Berdasarkan hasil penelitian

didapatkan data bahwa sebagian besar responden tidak memiliki respon emosi

yang baik sebanyak

69 responden (75%). Respon emosi dapat mempengaruhi cara petani lansia

dalam menerima dan mengolah suatu stimulus. Cara penerimaan Stimulus

yang baik dalam menghadapi kendala dalam bertani, dapat menentukan respon

yang akan diungkapkan oleh petani lansia. respon tersebut dapat

mempengaruhi kualitas dalam melakukan pekerjaan (Nugroho, 2012).


c. Respon Tingkah Laku

Respon tingkah laku merupakan respon yang dimanifestasikan dalam

bentuk perilaku terhadap stresor yang dihadapi. Respon tingkah laku

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: fight dan flight. Fight merupakan respon

tingkah laku yang melawan dan berani menghadapi situasi yang dihadapi.

Flight merupakan respon tingkah laku yang menghindari situasi yang

menekan yang dihadapi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data bahwa

sebagian besar responden tidak memiliki respon tingkah laku yang baik

sebanyak 49 responden (53,3%). Respon tingkah laku merupakan hasil dari

penerimaan stimulus dan

reaksi koping dari petani lansia. Reaksi koping pada respon tingkah laku dapat

berhubungan dengan respon emosi dan respon kognitif. Respon tingkah laku

ini berkaitan dengan proses berpikir dan cara menghadapi stressor dalam

bertani (indriyana, 2010).

Upaya teknik relaksasi dalam dan teknik intervensi krisis di petani

lansia merupakan salah satu bentuk intervensi keperawatan kesehatan dan

keselamatan kerja (K3) di bidang petani yang dapat dilakukan untuk

menurunkan stres pada petani lansia. Teknik relaksasi dapat mengurangi

ketegangan dan stres. Teknik relaksasi ini dapat mengurangi ketegangan

tubuh. Mekanisme tersebut terjadi dengan adanya reaksi melemaskan otot-otot

tubuh (Adhiyos, 2010).


5.3.4 Hubungan Beban Kerja dengan Stres pada Petani lansia di Kelompok Tani

Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember.

Beban kerja pada petani lansia merupakan suatu kemampuan

untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dimiliki oleh petani lansia.

Beban kerja petani lansia tembakau dipengaruhi oleh tuntutan kerja untuk

menjalankan proses budidaya tembakau. Hal tersebut dikarenakan terdapat

kendala ketimpangan antara hasil panen dengan usaha yang dilakukan. Kendala

tersebut dapat menjadi beban bagi petani, perutama petani lansia yang telah

mengalami kemunduran produktivitas, namun masih memiliki tanggung jawab

untuk melaksanakan tugas sebagai petani tembakau (Suratiyah, 2008).

Tabel 5.7 berdasarkan hasil analisis diatas diketahui bahwa hubungan

beban kerja dengan stres pada petani lansia menunjukkan hubungan

cukup (r=0,527) dan berpola positif artinya semakin besar beban kerja pada

petani lansia, maka semakin besar stres yang dialami oleh petani lansia. Hasil

analisis diatas berarti beban kerja mempengaruhi stres pada petani lansia yang

ditunjukan dengan besar nilai keeratan antara beban kerja dengan stres petani

lansia. Nilai koefisien dengan determinasi 0,278 artinya persamaan garis

regresi yang diperoleh dapat menerangkan 27,8% variasi besar stres yang

dialami oleh petani lansia atau persamaan garis yang diperoleh cukup baik

untuk menjelaskan variabel stres petani lansia. Hasil uji statistik didapatkan

ada hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan stres pada petani

lansia (Pvalue = 0.00).


Penelitian Musliha (2013) menyatakan bahwa beban kerja adalah

suatu perbedaan antara kapasitas atau kemampuan mental pekerja dengan

tuntutan tugas dan pekerjaan yang harus dihadapi. Beban kerja yang tidak

optimal,baik terlalu tinggi maupun terlalu rendah, dapat menjadi penyebab

munculnya stres. Beban kerja mental yang terlalu tinggi akan menyebabkan

pemakaian energi yang berlebihan, sehingga memicu terjadinya kelelahan, baik

kelelahan mental maupun kelelahan fisik yang dapat menyebabkan

terjadinya overstress. Selain itu intensitas pembebanan yang terlalu rendah

akan menyebabkan rasa jenuh dan menimbulkan kebosanan pada pekerja

lansia yang menyebabkan terjadinya understress.

Penelitian Kurnia (2012) yang menyatakan bahwa adanya

hubungan beban kerja dengan stres kerja. Hal itu dapat terjadi dikarenakan

semakin tinggi tingkat beban kerja pekerja lansia, maka akan dapat

menyebabkan keadaan overload. Namun terdapat juga faktor lain sebagai

penyebab stres kerja, yaitu faktor lingkungan kerja, jenis pekerjaan serta

beban mental. Faktor lingkungan kerja meliputi penataan tempat kerja yang

baik, penggunaan alat-alat berat, alat transportasi, penggunaan alat pelindung

diri. Faktor tersebut mempengaruhi kesehatan kerja, baik secara mental

ataupun fisik dan harus diutamakan untuk meningkatkan status kesehatan

pekerja lansia, khususnya petani lansia. jenis pekerjaan juga dapat

menjadi beban bagi petani lansia. Pekerjaan yang membutuhkan kapasitas

kemampuan yang tinggi dapat menjadi beban bagi petani lansia. Beban tersebut

diakibatkan karena terdapat ketimpangan antara tuntutan pekerjaan dengan

kapasitas kemampuan yang dimiliki.


Petani lansia yang tidak memiliki beban kerja, maka petani lansia

tetap mengalami stres dengan tingkatan ringan. Stres dapat dialami oleh petani

lansia dalam keadaan ada atau tidak stimulus atau tuntutan kerja yang

dirasakan oleh petani lansia. Stres merupakan suatu keadaan normal dinamis

yang menjadi respon tubuh untuk menghadapi stresor. Stres

sebagai proses untuk mengembalikan keseimbangan tubuh untuk

kembali normal. Stresor bagi petani lansia adalah ketimpangan antara usaha

yang dilakukan dengan hasil panen yang didapatkan (Hariyono, 2012).

Stres dijelaskan dalam teori sindrom adaptasi umum (general

adaptation syndrom) yang menyatakan bahwa tubuh manusia memiliki

tingkat resistensi yaitu tingkat resistensi pada saat tubuh dalam kondisi biasa

dan tidak mengalami stres. Tingkat resistensi ini dapat berubah

saat tubuh mengalami ketidakseimbangan antara fisik dan

psikis (stres). Perubahan ini bertujuan agar tubuhmampu beradaptasi

terhadap stimulus yang dihadapinya. Tahapan terjadinya stres dapat

dibagi menjadi tiga fase, yaitu: fase alarm, fase resisten, dan fase kelelahan. Fase

alarm Fase alarm sebagai fase awal pada tahapan stres. Stres menstimulasi pesan

fisiologis tubuh dari hipotalamus ke kelenjar dan organ untuk mempersiapkan

kebutuhan pertahanan potensial. Fase resisten merupakan fase lanjutan dari

fase alarm dan tanda-tanda kebutuhan (alarm) pada tubuh sudah menghilang

dikarenakan individu sudah dapat beradaptasi terhadap stresor yang

dihadapinya. Fase kelelahan merupakan fase lanjutan dari fase resistensi

dan tubuh mulai mengalami penurunan tingkat resistensi sampai dibawah

normal. Individu mulai berespons negatif terhadap stres (Siswanto, 2007).


Menurut Hawari (2001), petani lansia yang tidak memiliki beban kerja,

maka tetap mengalami stres pada tingkat I. Stres tingkat I menunjukan gejala

memiliki semangat yang berlebihan dan kemampuan untuk menyelesaikan

pekerjaan lebih dari biasanya. Petani lansia pada tahap ini masih

memiliki semangat untuk menyelesaikan pekerjaan yang lebih dari biasanya.

Petani lansia yang memiliki beban kerja yang rendah, maka petani

lansia dapat mengalami stres ringan. Stres pada petani lansia disebabkan oleh

stimulus atau tuntutan kerja yang dirasakan oleh petani. Tuntutan kerja dapat

menyebabkan beban pikiran yang akhirnya berubah menjadi beban kerja yang

overload bagi petani lansia. Namun, besar stres yang ditimbulkan tergantung

pada reaksi koping yang dialami oleh lansia. Reaksi koping yang baik dapat

memperkecil besar stres yang ditimbulkan (Suska, 2012).

Menurut Hawari (2001), petani lansia yang memiliki beban kerja

rendah, maka dapat mengalami stres pada tingkat II. Stres tingkat II

menunjukan gejala merasa lelah, tegang pada punggung dan tengkuk dan

perasaan tidak rileks. Petani lansia pada tahap ini kurang bisa melaksanakan

pekerjaannya dengan baik karena ada keluhan fisik yang dapat menghambat

dalam bekerja.

Petani lansia yang memiliki beban kerja yang berat, maka petani lansia

dapat mengalami stres berat. Beban kerja yang berat dapat berupa tuntutan

kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan petani lansia dalam melaksanakan

upaya bertani. Tuntutan kerja yang berlebihan

merupakan stresor yang dapat berkembang menjadi stres (Ibrahim,

2013).
Menurut Hawari (2001), petani lansia yang memiliki beban kerja berat,

maka dapat mengalami stres pada tingkat IV. Stres tingkat IV

menunjukan mengalami gangguan tidur, memiliki perasaan

pesimis dan kemampuan konsentrasi berkurang. Petani

lansia pada tahap ini tidak bisa melaksanakan pekerjaannya dengan baik

karena terdapat penurunan konsentrasi dan perasaan pesimis dapat menghambat

dalam bekerja.

Penelitian Restianti (2006) menyatakan bahwa beban kerja

mempengaruhi stres kerja pekerja lansia. Beban kerja yang dengan jumlah

yang brelebihan dapat mengakibatkan pekerja lansia mengalami gejala-gejala

fisik dan mental. Gejala-gejala yang memiliki

intensitas yang berlebihan dapat menimbulkan stres bagi

pekerja lansia. Hal tersebut terjadi kerena keadaan yang overload yang

menyebabkan petani lansia mengalami beban pikiran.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi beban kerja dan stres

yang dialami oleh petani lansia tembakau adalah faktor umur dan faktor somatis.

Umur petani lansia mempengaruhi kinerja dalam menjalankan budidaya

tanaman tembakau dan juga mengakibatkan penurunan kemampuan untuk

menemukan solusi permasalahan yang dihadapi. Hal tersebut menyebabkan

stres pada petani lansia, sehingga petani lansia sering mengalami keluhan sakit

kepala dan sakit punggung (Winarsunu, 2008).


Upaya yang dapat dilakukan untuk meninimalkan stres yang

diakibatkan oleh beban kerja yang berlebihan pada petani lansia adalah dengan

meningkatkan intervensi dalam keperawatan keselamatan dan kesehatan kerja

(K3) di bidang pertanian dengan melakukan manajemen stres melalui

relaksasi progresif dan napas dalam untuk meminimalisir dampak stres pada

petani lansia. Hal tersebut perlu untuk ditlakukan demi peningkatan derajat

kesehatan, baik secara fisik ataupun mental petani lansia tembakau (Dewi,

2009).

5.3. Keterbatasan Penelitian

Hasil penelitian ini memiliki keterbatasan mengenai

keterbatasan penguasaan bahasa madura oleh peneliti, sehingga dapat

menghambat komunikasi antara peneliti dan responden. Hal tersebut dapat

menyebabkan peneliti menjadi bersikap kaku dalam berkomunikasi dengan

responden.

5.4 Implikasi Keperawatan

Penelitian tentang beban kerja dan stres pada petani lansia di

kelompok tani tembakau ini dapat menggambarkan permasalahan kesehatan

yang dialami oleh petani lansia yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan

antara kapasitas petani lansia dengan tuntutan kerja yang dimiliki. Upaya yang

dapat dilakukan dengan cara mengajarkan manajemen stres melalui relaksasi

progresif untuk meminimalisir dampak stres pada petani lansia untuk dilakukan

demi peningkatan derajat kesehatan petani lansia tembakau di wilayah

Kecamatan Sukowono untuk memantau status kesehatan petani lansia secara

rutin.
BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tentang hubungan beban

kerja dengan stres pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau

Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember, dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

a. gambaran beban kerja petani lansia yang rata-rata sebesar 44.51 yang

termasuk dalam kategori beban kerja tinggi.

b. gambaran stres petani lansia yang rata-rata sebesar 48.12 yang

termasuk dalam kategori stres berat.

c. ada hubungan yang signifikan antara hubungan beban kerja dengan

stres pada petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan

Sukowono Kabupaten Jember (Pvalue = 0,0001, r = 0,527 dan

R²=0,278)
111
112

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait dengan hasil dan pembahasan penelitian

tersebut adalah:

a. bagi Institusi Pendidikan

1) melakukan sosialisasi mengenai pentingnya meningkatkan keperawatan

keselamatan kesehatan kerja (K3) di bidang pertanian dengan

meningkatkan pemberian materi mengenai kajian keperawatan

keselamatan kesehatan kerja (K3) dalam bidang keperawatan dalam

pendidikan keperawatan

2) melakukan kerja sama dengan puskesmas dan perawat komunitas untuk

meningkatkan peran dan fungsi perawat keselamatan kesehatan kerja (K3)

agar dapat menurunkan angka gangguan mental emosional dan

angka kesakitan petani lansia pada Kelompok Tani Tembakau di

Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember melalui kegiatan skrining

kesehatan fisik dan mengajarkan menejemen stres melalui teknik relaksasi

progresif dan napas dalam.

b. bagi Keperawatan

Perawat keselamatan kesehatan kerja (K3) perlu meningkatkan

peran pemberi asuhan keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan

keselamatan kesehatan kerja (K3) dengan cara melakukan sosialisasi kepada

petani lansia di kelompok tani tembakau mengenai manajemen stres dan

membentuk kader kesehatan untuk memantau status kesehatan petani lansia

secara rutin untuk menurunkan angka gangguan mental emosional petani

lansia pada Kelo mpok Tani Tembakau di Kecamatan Sukowono Kabupaten

Jember.
113

c. bagi Masyarakat

Hasil dari penelitian ini disarankan kepada petani lansia untuk dapat

berpartisipasi aktif untuk lebih membiasakan untuk melakukan cara bertani

yang aman dengan memperhatikan ergonomi, serta meningkatkan kemampuan

dalam melakukan manajemen stres, sehingga dapat menurunkan angka

kesakitan baik mental ataupun fisik, dan juga meningkatkan kesejahteraan petani

lansia.

e. bagi Peneliti

Hasil dan pembahasan dari penelitian tersebut diharapkan dapat

menjadi acuan bagi peneliti untuk lebih mengembangkan penelitian yang

lebih lanjut mengenai kesehatan kerja di bidang pertanian, serta lebih

menitikberatkan pada desain penelitian observasional analitik untuk penelitian

berikutnya tentang beban kerja dan stres pada petani lansia agar lebih akurat data

yang dihasilkan dan dapat menghasilkan solusi untuk permasalahan kesehatan

baik kesehatan fisik ataupun kesehatan mental yang dihadapi oleh petani

lansia, khususnya petani lansia di Kelompok Tani Tembakau Kecamatan

Sukowono Kabupaten Jember.


114

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Achidiat. 2003. Teori dan Manajemen Stres. Malang: Taroda

Anonimous., 2007. Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Kelompok Tani


dan Gabungan kelompok tani, Departemen Pertanian RI Topik Latihan di
BPP.Jakarta: Departemen Pertanian

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi IV. Cetakan 3.


Jakarta : Rineka Cipta

Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011.Keperawatan Lanjut Usia. Jakarta:Graha Ilmu

Azizah .2012. Hubungan Kelelahan dengan Stres Kerja pada petani di Kelompok
Tani Mojokerto. (serial online). E&url=http%3A%2F
%2Fjurnal.unimus.ac.id%2Findex.php%2Fjkmi%2fart icle%2fview
%2f393%2f442&ei=qqlauungpmkjrqeri4hada&usg=afqjcng9jl z8mt-
6hq54-xiylo_e_kf5la&b [diakses pada tanggal 23 September 2013]

Azwar, syaifuddin. 2009.Penyusunan Skala Psikologis.Yogyakarta:


Pustaka pelajar

Bastable, Susan B. 2002. Perawat Sebagai Pendidik. Jakarta: EGC

Badan Pusat Statistik. 2012.Konsep Tenaga Kerja. (serial online)


http://bps.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=64&Ite
mid=58 [13 Juni 2013]

Badan Pusat Statistik. 2011. Data Statistik Jumlah penduduk Indonesia Tahun
2006 – 2010. Jakarta.:Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember. 2012. Data Geografis. (serial online)
http://www.bps.go.id/t ab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_suby
ek=12&notab=1[23 September 2013)

Brooker, Chris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC

Caldwell, T.M., Jorm, A.F., & Dear, K.B.G. (2004). Suicide and Mental Health in
Rural, Remote and Metropolitan Areas. Medical Journal of Australia, 181(7
Suppl), S10-S14 (diakses pada tanggal 25 April 2013)

Chandra, Budiman.2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta:


EGC
115

Departemen kesehatan RI. 2005. Pedoman Pembinaan Kesehatan Lansia Bagi


Petugas Kesehatan I.Jakarta: Departemen Kesehatan

Departemen kesehatan RI.2011. Profil kesehatan indonesia. Jakarta : Direktur


jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (serial online)
http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KESEHATAN_INDONESIA
_2011.pdf (diakses pada tanggal 25 Juni 2012)

Departemen Pertanian. 2008. Pedoman Umum Pelaksanaan Penyuluhan.


Jember: PusBangLuhTan, Departemen Pertanian

Dhini, Dhania Rama. 2010. Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja terhadap
Kepuasan Kerja (Studi Pada Medical Representatif Di Kota Kudus). (serial
online).https://www.google.com/ur l?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web
&cd=2&cad=rja&ved=0CDEQFjAB&url=htt p%3A
%22Fejournals1.undip.a
c. id%2findex.php%2fdownload%2f1560%2f1558&ei=lwjauvfhkso irqfl3yd
gda&usg=afqjcngoin4dvr4hw425hhi2dpfwd2by9w&bvm=bv.52434380,d.
b mk.spdf (Diakses pada tanggal 23 September 2013)

Djojosumarto, P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta.: PT Agromedia


Pustaka

Effendi, Ferry dan Makhfudli.2009.Keperawatan Kesehatan Komunitas :


Teori dan Praktik Dalam Keperawatan. Jakarta: salemba medika

Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Aditya Media

Fitri. 2012. Hubungan Ergonomi dengan Status Kesehatan Petani Lansia di Kota
Solo.(serialonline).https://www.google.co m/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&so
urce=web&cd=2&cad=rja&ve58&ei=lwjauvfhksoirqfl3ydgda&usg=afqjcn
g oin4dvr4hw425hhi2dpfwd2by9w&bvm=bv.52434380,d.bmk.pdf(Diakses
pada tanggal 23 September 2013)

Friedman, Marylin M.2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset. Teori dan
Praktik. Jakarta: EGC

George, Picket. 2009. Kesehatan Masyararat Administrasi dan praktik. Jakarta:


EGC

Hariandja, Marihot Tua Efendi dan Yovita Hardiwati. 2003. Manajemen


Sumber Daya Manusia: Pengadaan, Pengembangan,
Pengkompensasian, dan Peningkatan Produktivitas Pegawai. Jakarta:
Grasindo
116

Hariyono. 2012. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kesehatan Kerja


Petani Lansia di Kabupaten Banyunas. (Serial
Online)http:///https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source
=web&cd=2&cad=rja&ved=0CDEQFjAB&url=jurnalK3 (diakses
papada tanggal 23 September 2013)

Harrington,J.M. 2003.Buku saku kesehatan kerja. Jakarta:EGC

Hawari, Dadang.2001.manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta :

FKUI Hartono, L.A.2007. Kesehatan Masyarakat Stres dan Stroke.

Yogyakarta :
Kanisius

HerkeJ.O.Sigarlaki.2006. Karakteristik dan Faktor Berhubungan dengan


Hipertensi di Desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten
Kebumen, Jawa Tengah Tahun 2006. (serial online)
http://repository.ui.ac. id/contents/koleksi/2/dae6346e11a1e3d537b4447846
3
070f1a36a9cd1.pdf(Diakses pada tanggal 13 Juni 2013)

Ibrahim, Kusuma. 2103. Gambaran tingkat Stres dan Beban Kerja pada
Kelompok Tani di Kabupaten Brebes. (serial online).
Http://PDF&ei=lwJauvfhksoirqfl3ydgda&usg=afqjcnguprgy8pcqeij1timYm
_grzhwumq&bvm=bv.52jurnalkesehatan(diakses pada tanggal 23
September 2013).

Jeyaratnam J. dan David Koh. 2010. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja.
Jakarta:EGC

Karwan, A. Salikin. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yoyakarta:Kanisius

Kuntjoro.2002.Depresi Pada Lansia.http://www.e-Psiko logi.com.(Diakses


pada tanggal 13 Juni 2013)

Kurnia. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian depresi dan


stres pada Petani tembakau di Kabupaten Brebes. (serial online)
http://repository.ui.ac. id/content i%%2farticle%2fview
%2f393%2f442&ei=q
qlauungpmkjrf442&ei=qqlauungpmkjr070f1a36a9cd1.pdf (Diakses pada
tanggal 23 September 2013)

Manuaba, A, 2000, Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Dalam :


Wigny Osvebroto, S & Wiratno, SE, Eds, Procendings Seminar
Nasional Ergonomi. PT. Guna Widya, Surabaya : 1-4.

Martodireso, Sudadi. 2002. Agribisnis kemitraan usaha bersama: upaya


peningkatan kesejahteraan petani. Yogyakarta: Kanisius.
117

Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.Jakarta:


Salemba Medika

Munandar, A.S. 2001. Stress dan Keselamatan Kerja : Psikologi Industri dan
Organisasi. Jakarta: Penerbit universitas indonesia

Musliha. 2013. Hubungan antara Beban Kerja, Stres Kerja dan Tingkat Konflik
dengan Kelelahan Kerja petani di Kota Yogyakarta. (serial online)
http://repository.ui.ac. id/content i%%2p%2fjkm%2farticle%2fdownload%2f
1575%2f1573&ei=qqlauungpmkjrqeri4hada&usg=afqjcnhurz msjr070f1a3
6 a9cd1.pdf (Diakses pada tanggal 23 September 2013)

Napitulu, Togar Alam. 2003. Pedoman Kemitraan Usaha Agribisnis. Jakarta:


Salemba Medika

Nasoetion, Andi Hakim. 2002. Pengantar ke Ilmu-Ilmu Pertanian. Bogor: PT


Pustaka

Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik. Edisi dua. Jakarta:


EGC

Nurmianto, Eko. 2004.Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi Kedua.


Surabaya : Guna Widya

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Notoatmodjo, S.2005. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Oakley, katie. 2008.Occupational Health Nursing. New. York:John


Wiley and Sons

Paula, J. Christensen dan Janet W Kenney. 2009. Proses Keperawatan Aplikasi


Model Konseptual. Jakarta: EGC

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:


Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta. EGC

Puguh,Sri,M.Kep .,SP.MB. 2012.Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Pasien


Pre Operasi dengan General Anastesi Sebelum dan Sesudah
Diberikan Relaksasi Otot Progresif di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum
Semarang. (serial online)
http://ejournal.st ikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/vie
w/64/61. (Diakses pada tanggal 13 Juni 2013)
118

Purnama,Nori. 2013. Gambaran Kadar Gula Darah Perioperatif Pada Pasien


Bedah Elektif Menggunakan Anestesi Umum Di RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau. (serial online)
http://repository.unri.ac. id/bit stream/123456789/2618/1/Nori%20Purnama
%
20(0908151677).pdf (Diakses pada tanggal 13 Juni 2013)

Restianti. 2006. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gangguan


Mental pada Petani Bawang Merah di Desa Kedunguter Kecamatan Brebes
Kabupaten Brebes. (serial online) http:/www.google.co m/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ca
d=rja&ved=0CEUQFjAE&url=http%3A%2F%2Fjurnal.unimus.ac.id%2Fin
dex.php%20(0908151677).pdf (Diakses pada tanggal 23 September 2013)

Riset Kesehatan Dasar. 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.


Jakarta:Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Setiadi.2007. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Siswanto.2007.Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan Dan Perkembangan.


yogyakarta: ANDI

Siswanto.2013.Metodologi Penelitian Kesehatan dan Kedokteran. Yogyakarta :


Bursa Ilmu

Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta: UI Press

Sudarno, Paulus.2010. Manajemen Terapi Motivasi.Jakarta: Gramedia Pustaka


utama

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta.

Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Suratiyah, Ken. 2008. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar

Swadaya.

Susanto, J.2006. Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban. Jakarta: Kompas


(serial online) https://www.kompas.co m/ur l?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2
&cad=rja&ved=0CDEQFjAB&ur l=http%3A%2F%2F (diakses tanggal
23 september 2013)
119

Suska, Ferdiana. 2013. Hubungan Tuntutan Kerja dengan Stres pada Petani di
Semarang.http://euqfjae&url=http%3a%2f%2fjurnalkesehatan2fdownload%
2f1560%2f1558&ei=lwjauvf (diakses pada tanggal 23 september 2013)

Sutanto, Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta :Penerbit


Kanisius

Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan
Gerontik, Edisi 2., Jakarta: EGC

Suwahyono, U. 2010. Biopestisida.Jakarta :Penebar Swadaya

Suwandari Anik, Rijanto. 2006. Pengantar Ilmu Pertanian. Malang :

Bayumedia. Sylvia A. Price, Latraine M. Wison. 2006. Patofisiologi edisi 6.

Jakarta:EGC

Tamher,S.2009.Kesehatan usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika

Tarwaka, dkk.2004. Ergonomi untuk Kesehatan, Keselamatan Kerja dan


Produktivitas. Yogyakarta: UNIBA PRESS

Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC

William F,Ganong.2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:EGC

Winarsunu, Tulus. 2008. Psikologi Keselamatan Kerja.Malang:UMM

Press Yosep, Iyus.2009. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT.Refika Aditama


120

Lampiran A : Lembar Informed

SURAT PERMOHONAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Arum Cahya Intani
NIM : 0923010101003
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jl.Moch. Serudji No.64 Patrang Jember
Peneliti bermaksud akan mengadakan penelitian dengan judul “
hubungan beban kerja dengan stres pada petani lansia pada Kelompok Tani
Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember”. Penelitian ini
tidak akan menimbulkan kerugian bagi anda maupun
keluarga anda sebagai responden. Kerahasiaan semua informasi akan dijaga
dan dipergunakan untuk penelitian. Jika anda tidak bersedia menjadi
responden, maka tidak akan mengancam bagi anda dan keluarga. Jika anda
bersedia untuk menjadi responden, maka saya mohon kesediaan untuk
menandatangani lembar persetujuan yang saya lampirkan dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang saya sertakan. Atas perhatian dan kesediaannya
menjadi responden saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya

Arum Cahya Intani


NIM 092310101003
121

Lampiran A : Lembar Consent

SURAT PERSETUJUAN

Setelah saya membaca dan memahami isi dan penjelasan pada lembar
permohonan pada lembar permohonan menjadi responden, saya yang bertanda
tangan di bawah ini :
Nama :
Alamat :
Menyatakan bersedia turut berpartisipasi sebagai responden dalam
penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Jember, yaitu:
Nama : Arum Cahya Intani
NIM : 0923010101003
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jl.Moch. Serudji No.64 Patrang Jember
Judul : Hubungan beban kerja dengan stres pada petani lansia di
Kelompok Tani Tembakau Kecamatan Sukowono
Kabupaten Jember
Saya memahami bahwa penelitian ini tidak membahayakan dan
merugikan saya maupun keluarga saya, sehingga saya bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini.

Jember,...................2013

(..................................)
Nama terang dan tanda tangan
122

Lampiran B : Kuesioner Karakteristik Responden


Kode Responden :

Petunjuk Pengisian
a. Bacalah dengan teliti pertanyaan yang telah ada
b. Jawablah semua pertanyaan yang ada dengan memberi tanda silang (X)
pada jawaban yang Anda anggap tepat dan
benar c. Terima kasih atas partisipasinya
Karakteristik Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Alamat :
4. Jenis Kelamin :
a. Wanita
b. Laki-laki
5. Agama :
a. Islam
b. Kristen
c. Katolik
d. Hindu
e. Budha
123

Lampiran C : Kuesioner Beban Kerja Petani Lansia


Kode Responden :

Petunjuk Pengisian
a. Bacalah dengan teliti pernyataan yang telah ada.
b. Ungkapkan pendapat saudara dengan jawaban sangat tidak setuju (STS),
Tidak Setuju (TS), Ragu-ragu (R), Setuju (S), Sangat Setuju (SS)dengan
memberi tanda cek list () pada kolom yang tersedia.

Pilihan jawaban
No Pernyataan
STS TS R S SS
Sikap Kerja
Saya sering
1. 
mengeluh

c. Terima kasih atas partisipasinya.


124

Pilihan jawaban
No Pernyataan
STS TS R S SS
Saya sering meminta
bantuan kepada
1. orang lain untuk
menyelesaikan
pekerjaan saya
Saya merasa bahwa
pekerjaan saya
2.
terlalu berat dan
banyak
Saya merasa mampu
untuk bertanggung
3. jawab sepenuhnya
terhadap pekerjaan
saya sebagai petani
Saya sering emosi
4. jika pekerjaan saya
terlalu banyak.
Saya bekerja lebih
5. dari 8 jam/hari di
sawah.
saya tidur malam
6.
kurang dari 8 jam.
Saya melakukan
aktivitas lain setelah
7.
melakukan bekerja di
sawah.
Saya merasa lelah
8.
saat bekerja
saya tidak pernah
merasakan jantung
9. berdebar-debar saat
dan setelah bekerja
di sawah
saya sering
mengalami sakit
10. punggung saat dan
setelah bekerja di
sawah
Saya sering
mengalami sakit
kepala saat dan
11.
setelah bekerja di
sawah
125

Saya sering
mengalami sakit
12.
perut saat dan setelah
bekerja di sawah
Sumber : Harrington,J.M. 2003.Buku saku kesehatan kerja. Jakarta:EGC
126
127

Lampiran D : Kuesioner Stres Petani Lansia


Kode Responden :

Petunjuk Pengisian
a. Bacalah dengan teliti pernyataan yang telah ada.
b. Ungkapkan pendapat saudara dengan jawaban sangat tidak setuju (STS),
Tidak Setuju (TS), Ragu-ragu (R), Setuju (S), Sangat Setuju (SS)dengan
memberi tanda cek list () pada kolom yang tersedia.

Pilihan jawaban
No Pernyataan
STS TS R S SS
Penugasan yang diberikan
Saya merasa kurang
1. 
berguna

c. Terima kasih atas partisipasinya.


Pilihan jawaban
No Pernyataan
STS TS R S SS
Saya merasa pelupa
1.
akhir-akhir ini
Saya merasa
memiliki banyak
kekurangan jika
2. melihat petani lain
memperoleh hasil
panen yang
memuaskan.
Saya sering
melakukan kesalahan
3.
dalam melakukan
pekerjaan saya.
Saya selalu dikejar
waktu dalam
4.
menyelesaikan
pekerjaan saya
Saya merasa hasil
panen yang saya
5. peroleh sepadan
dengan usaha yang
saya lakukan
Saya merasa resah
dan gelisah ketika
6. hasil panen tidak
sesuai dengan
keinginan.
Saya merasa puas
dengan dengan
7.
pekerjaan saya
sebagai petani
Saya memiliki
semangat untuk
8. menjalankan
pekerjaan sebagai
petani setiap hari
Saya merasa bahagia
9.
sebagian waktu saya
Saya merasa
terseinggung jika
ditegur oleh petani
10.
yang lain.
Saya merasa malas
untuk bekerja jika
hasil panen yang
11.
saya dapatkan tidak
sesuai dengan
keinginan
Saya suka mengikuti
12. pertemuan kelompok
tani secara rutin
Saya tidak pernah
13. beriteraksi dengan
rekan petani lainnya.
Saya selalu
mendiskusikan
dengan rekan petani
14 yang lain jika
mengalami hambatan
dalam melakukan
usaha tani
Sumber : Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. .Jakarta: EGC
LAMPIRAN E. DATA MENTAH

No Skor Beban Kerja Petani Lansia Skor Stres Petani Lansia


1 26 45
2 26 47
3 32 37
4 38 47
5 32 52
6 45 51
7 32 43
8 34 43
9 27 40
10 41 39
11 35 43
12 33 47
13 31 47
14 38 38
15 42 42
16 23 40
17 35 49
18 25 42
19 37 39
20 30 37
21 44 48
22 44 53
23 47 52
24 45 48
25 48 52
26 47 49
27 46 51
28 49 50
29 46 54
30 45 52
31 48 51
32 47 54
33 46 51
34 47 51
35 46 52
36 44 50
37 46 55
38 46 53
39 47 49
40 44 49
41 45 54
42 45 55
43 45 56
44 46 47
45 45 47
46 49 49
47 48 48
48 48 48
49 47 52
50 49 50
51 50 52
52 50 48
53 50 47
54 49 56
55 47 51
56 50 48
57 51 49
58 48 51
59 45 50
60 46 51
61 44 50
62 43 46
63 40 48
64 43 49
65 48 52
66 46 45
67 47 50
68 49 48
69 51 47
70 48 46
71 46 42
72 45 54
73 44 48
74 49 46
75 47 46
76 46 54
77 48 50
78 50 48
79 45 51
80 43 49
81 45 48
82 48 49
83 47 46
84 43 47
85 45 46
86 44 50
87 45 49
88 49 45
89 45 44
90 45 50
91 43 43
92 45 40
Total 4003 4427
LAMPIRAN F. HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

E.1 Kuesioner Beban Kerja Petani Lansia

E.1.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner beban kerja petani

lansia df = N – 2

df = 14 - 2 = 12 r tabel = 0.532 dengan α 0,05

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 12 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 12 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.807 14

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

pernyataan 1 36.70 35.274 .803 .855

pernyataan2 36.60 37.832 .692 .688

pernyataan 3 36.90 35.568 .668 .654

pernyataan 4 36.55 38.366 .463 .403

pernyataan 5 36.85 38.029 .718 .688

pernyataan 6 36.00 38.421 .639 .630

pernyataan 7 37.25 35.671 .652 .660

pernyataan 8 36.40 38.674 .570 .590


pernyataan 9 36.65 48.555 .679 .670

pernyataan 10 36.50 40.474 .068 .071

pernyataan 11 36.50 39.632 .600 .630

pernyataan 12 36.15 44.555 .584 .560

pernyataan 13 36.20 34.168 .693 .691

pernyataan 14 36.95 37.945 .724 .727

E.1.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Peran Perawat Sebagai Edukator

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 12 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 12 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.965 12
Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

pernyataan 1 30.95 28.471 .821 .823

pernyataan2 30.85 32.029 .829 .857

pernyataan 3 31.15 28.345 .724 .731

pernyataan 5 31.10 30.937 .744 .750

pernyataan 6 30.25 32.092 .808 .805

pernyataan 7 31.50 29.000 .769 .798

pernyataan 8 30.65 32.555 .621 .639

pernyataan 9 30.90 39.674 .617 .620

pernyataan 11 30.75 33.461 .751 .740

pernyataan 12 30.40 36.358 .739 .735

pernyataan 13 30.45 28.892 .814 .810

pernyataan 14 31.20 30.905 .746 .760

E.2 Kuesioner Stres Petani Lansia

E.2.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman

Pasien df = N – 2

df = 16 - 2 = 14 r tabel = 0.497 dengan α 0,05

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 14 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 14 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.
Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.703 16

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

pernyataan 1 49.35 15.818 .768 .754

pernyataan 2 48.30 16.221 .686 .667

pernyataan 3 49.10 17.147 .657 .631

pernyataan 4 47.80 19.642 .375 .378

pernyataan 5 48.65 16.029 .619 .627

pernyataan 6 47.10 20.726 .209 .218

pernyataan 7 49.10 17.568 .590 .568

pernyataan 8 48.65 18.766 .624 .618

pernyataan 9 47.35 16.976 .806 .826

pernyataan 10 47.25 19.250 .628 .691

pernyataan 11 47.60 20.989 .625 .640

pernyataan 12 49.25 17.987 .701 .669

pernyataan 13 49.35 19.713 .559 .563

pernyataan 14 47.25 18.829 .671 .682

pernyataan 15 49.15 15.187 .721 .727

pernyataan 16 47.25 20.829 .636 .648


E.2.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Pasien

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 14 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 14 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.902 14

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

pernyataan 1 41.25 16.303 .804 .818

pernyataan 2 40.20 15.011 .693 .683

pernyataan 3 41.00 17.789 .781 .772

pernyataan 5 40.55 17.313 .603 .600

pernyataan 7 41.00 17.053 .666 .674

pernyataan 8 40.55 19.103 .581 .569

pernyataan 9 39.25 17.461 .749 .742

pernyataan 10 39.15 20.345 .659 .673

pernyataan 11 39.50 22.263 .569 .584

pernyataan 12 41.15 19.187 .741 .792

pernyataan 13 41.25 20.408 .839 .829

pernyataan 14 39.15 20.029 .791 .799

pernyataan 15 41.05 15.629 .660 .656

pernyataan 16 39.15 22.555 .598 .569


LAMPIRAN G. HASIL ANALISIS DATA

G.1 Analisis Univariat

1) Jenis Kelamin

jenis kelamin responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid wanita 21 22.8 22.8 22.8

laki-laki 71 77.2 77.2 100.0

Total 92 100.0 100.0

2) Umur Responden

Statistics

umur responden

N Valid 92

Missing 0

Mean 64.47

Std. Error of Mean .428

Median 63.00

Mode 63

Std. Deviation 4.104

Variance 16.845

Skewness .992

Std. Error of Skewness .251

Kurtosis .029

Std. Error of Kurtosis .498

Range 15

Minimum 60

Maximum 75

Sum 5931
umur responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 60 17 18.5 18.5 18.5

61 5 5.4 5.4 23.9

62 9 9.8 9.8 33.7

63 22 23.9 23.9 57.6

64 6 6.5 6.5 64.1

65 9 9.8 9.8 73.9

67 5 5.4 5.4 79.3

69 1 1.1 1.1 80.4

70 7 7.6 7.6 88.0

71 3 3.3 3.3 91.3

72 4 4.3 4.3 95.7

73 1 1.1 1.1 96.7

75 3 3.3 3.3 100.0

Total 92 100.0 100.0


3) Agama Responden

agama responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid islam 92 100.0 100.0 100.0


4) Beban Kerja Petani lansia

a. Indikator sikap kerja

sikap kat.

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid beban kerja rendah 26 28.3 28.3 28.3

beban kerja tinggi 66 71.7 71.7 100.0

Total 92 100.0 100.0

b. Indikator waktu kerja dan waktu istirahat

waktu kerja kat.

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid beban kerja rendah 28 30.4 30.4 30.4

beban kerja tinggi 64 69.6 69.6 100.0

Total 92 100.0 100.0

c. Indikator faktor somatis

somatis kat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid beban kerja rendah 34 37.0 37.0 37.0

beban kerja tinggi 58 63.0 63.0 100.0

Total 92 100.0 100.0


5) Stres Petani lansia

a. Indikator respon kognitif

respon kognitif 2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid stres ringan 25 27.2 27.2 27.2

stres berat 67 72.8 72.8 100.0

Total 92 100.0 100.0

b. Indikator respon emosi

respon emosi kat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid stres ringan 23 25.0 25.0 25.0

stres berat 69 75.0 75.0 100.0

Total 92 100.0 100.0

c. Indikator respon tingkah laku

respon tingkh kat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid stres ringan 43 46.7 46.7 46.7

stres berat 49 53.3 53.3 100.0

Total 92 100.0 100.0


G.2 Hasil Analisis Bivariat

b
Variables Entered/Removed

Variables Variables
Model Entered Removed Method

1 total nilai beban


a . Enter
kerja

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: total nilai

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
a
1 .527 .278 .270 3.681

a. Predictors: (Constant), total nilai beban kerja

b
ANOVA

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 470.102 1 470.102 34.692 .000

Residual 1219.583 90 13.551

Total 1689.685 91

a. Predictors: (Constant), total nilai beban kerja

b. Dependent Variable: total nilai

a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 32.814 2.627 12.492 .000

total nilai beban kerja .352 .060 .527 5.890 .000


a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 32.814 2.627 12.492 .000

total nilai beban kerja .352 .060 .527 5.890 .000

a. Dependent Variable: total nilai


LAMPIRAN H. DOKUMENTASI

Gambar 1. Kegiatan penjelasan inform consent kepada Tn. F dan pengisisan


kuesioner oleh Tn.F pada tanggal 17 September 2013 di Kecamatan Sukowono
Kabupaten Jember oleh Arum Cahya Intani Mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan
Universitas Jember

Gambar 2. Kegiatan penjelasan inform consent kepada Tn. F dan pengisisan kuesioner
oleh Tn.Z pada tanggal 18 September 2013 di Kecamatan Sukowono Kabupaten
Jember oleh Arum Cahya Intani Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Jember
Gambar 3. Kegiatan penjelasan inform consent kepada Tn. F dan pengisisan kuesioner
oleh Tn.G pada tanggal 19 September 2013 di Kecamatan Sukowono Kabupaten
Jember oleh Arum Cahya Intani Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Jember

Gambar 4. Kegiatan penjelasan inform consent kepada Tn. F dan pengisisan kuesioner
oleh Tn.L pada tanggal 20 September 2013 di Kecamatan Sukowono Kabupaten
Jember oleh Arum Cahya Intani Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Jember
LAMPIRAN I. SURAT REKOMENDASI
LAMPIRAN J. SURAT IJIN

You might also like