You are on page 1of 8

Asuhan Persalinan Kala I, II, III, dan IV

1. Kala I (kala Pembukaan)


Permulaan persalinan ditandai dengan keluarnya lendir bercampur
darah karena serviks mulai mendatar dan membuka. Kala pembuka
dibagi menjadi du fase (mochtar, 1994).
a) Fase laten: pembukaan serviks berlangsung lambbat, sampai
pembukaan 3 cm yang berlangsung dalam tujuh sampai
delapan jam.
b) Fase aktif: berlangsung selanma enam jam yang dibagi atas
tiga subvase, antara lain.
 periode akselerasi, pembukaan menjadi 4 cm yang
berllangsung selam dua jam.
 periode dilatasi maksimal, yaitu dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 9 cm.
 periode deselerasi, yaitu pembukaan berlansung
llambat kembali dalam waktu dua jam pembukaan dari
9 cm mencapai lengkap 10 cm. Lamanya kala I untuk
primigravida berlangsung selama 12 jam sedangkan
multigravida sekitar 8 jam. Bardasarkan kurva
Friedman diperhitungkan pembukaan primigravida
adalah 1 cm tiap jam dan untuk multigravida 2 cm tiap
jam. Dengan perhitungan tersebut, maka waktu
pembuaan lengkkap dapat diperkirakan.
2. Kala II (kala Pengeluaran)
Menurut mochtar (1994), pada kala pengeluaran janin,
his terkoordinir, kuat, interval 2-3 menit dengan durasi 50 sampai
100 detik. Pada akhir kala I ketuban akan pecah disertai pengeluaran
cairan mendada, kepala janin turun masuk ruang panggul, sehingga
terjadi tekanan pada otot dasar panggul yang akan menimbulkan
keinginan untuk mengejan. Oleh karena tertekannya fleksus Franken
Hauser, ibu merasa seperti ingin buang air besar karena adanya
tekanan pada rektum. Tanda-tanda kala II (Farrer, 2001) antara lain:
1) pemeriksaan vaginal serviks sudah dilatasi penuh.
2) Selaput amnion biasanya sudah pecah.
3) His atau kontraksi uterus yang berlangsung panjang kuat, dan
tidak begitu sering bukan 2-3 menit lagi, melainkan sekitar 3-5
menit sekali.
4) Mungkin terdapat tetesan darah dari vagina.
5) Ibu mengalami desakan kuat untuk mengejan.
6) Sfingter ani terlihat berlilatasi.
7) Perineum tampak menonjol.

3. Kala III (Pelepasan Uri)


Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10
menit. Lepasnya plasenta secara Schultze yang biasanya tidak ada
perarahan sebelum plasenta lahir dan banyak mengeluarkan darah
setelah plasenta lahir. Sedangkan pengeluaran plasenta cara Duncan
yaitu plasenta lepas dari pinggir, biasanya darah mengalir keluar antara
selaput ketuan (Mochtar 1994). Lepasnya plasenta sudah dapat
diperkirakan dengan memerhatikan tanda-tanda:
1) uterus menjadi bundar;
2) fundus uterus mengalami kontraksi kuat;
3) uterus terdorong ke atas karena plasenta lepass ke segmen
bawah rahim;
4) tali pusat bertambah panjang;
5) terjadi perdarah
4. Kala IV (Observasi)
Kala IV dimaksudkan untuk observasi pendarahan postpartun.
Paling sering terjadi pendarhan pad dua jam pertama, yang perlu
diobservasi adalah:
1) Tingkat kesadaran;
2) Tanda tanda vital;
3) Kontrasi uterus;
4) Terjadinya pendarahan pendarahan dikatakan normal jika
jumlahnya tidak lebih dari 500 ml.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntukan oksitosin 10 unit IM (Intara muskuler)
1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem dari arah bayi dan memasang klem
ke dua 2 cm dari klem pertama ke arah ibu.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan
lakukan penguntungan tali pusat diantara dua klem tersebut.
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan
kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
c. Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah disediakan.
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi tengkurap didada
ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahan kepala bayi
berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi.
Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III.
Oksitosin
34. Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
35. Meletakan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas tulang pubis, dan
menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus,
memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus ke arah belakang – atas ( dorso – kranial) secara hati-hati (untuk
mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan
tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas.

 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk
melakukan stimulasi puting susu.

Mengeluarkan Plasenta
37. Lakukan penegangnan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian
kearah atas, mengikuti poros jalan lahir, (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari
vulva dan lahirkan plasenta.
b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
4. Ulangi penegangna tali pusat 15 menit berikutnya.
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan,
segera lakukan plasenta manual.
38. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan menggunakan ke dua
tangan, pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.

 Jika selaput ketuban robek, pakia sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan
eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril
untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
 Rangsangan Taktil (Masase) Uterus.

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan Masase uterus,
meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar
dengan lembut hingga uterus berkontraksi ( Fundus menjadi keras).

 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik
masase.

Menilai Perdarahan
40. Memeriksa kedua sisi placenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput
ketuban lengkap dan utuh. Masukan plesenta kedalam kantung plastik atau tempat khusus.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi
yang mengalami perdarahan aktif.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan penjahitan.
Melakukan Prosedur paska persalinan
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60
menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit bayi cukup menyusu
dari satu payudara.
b. Biarkan bayi berada didada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
44. Setelah 1 jam, lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, beri antibiotika salep mata
pencegahan, dan vit K 1 mg IM di paha kiri anterolateral.
45. Setelah 1 jam pemberian vit K berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan
anterolateral. Letakan bayi didalam jangkawan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan.
Letakan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu 1 jam pertama dan
biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
Evaluasi
46. Lakukan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
1) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
2) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama paska persalinan.
3) Setiap 20-30 menit pada jam kedua paska persalinan
4) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai
untuk menatalaksanaan atonia uteri.
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama paska persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua paska persalinan.
a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama paska
persalinan
b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
50. Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk pastikan bahwa bayi bernapas
dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5 0C).

 Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan segera merujuk
kerumah sakit.
 Jika bayi napas terlalu cepat, segera dirujuk.
o Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan bayi kulit kekulit
dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut.

Kebersihan Dan keamanan


51. Tempatkan semua peralatan dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
( 10 menit ), mencuci dan membilas peralatan setelah didekontaminasi.
52. Buang bahan – bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu untuk memakai pakaian yang bersih dan kering.
54. Pastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memberikan ASI, menganjurkan keluarga
untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan klorin 0,5% .
56. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% membalikan bagian
sarung tangan dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
57. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air yang mengalir.
Pendokumentasian
58. Lengkapi patograf (Halaman depan dan belakang, periksa tanda vital dan asuhan kala
IV). ( APN 2008)

Perkembangan Janin Trimester Pertama


Beginilah keadaan perkembangan janin pada tiga bulan pertama kehamilan:
Bulan pertama
Setelah pembuahan, tahapan awal perkembangan embrio adalah zigot. Zigot
akan menuju rahim dan membentuk morula, yaitu kelompok sel-sel yang
bentuknya mirip buah rasberi. Selanjutnya morula akan melalui beberapa
tahapan perkembangan embrio. Pada bulan pertama, kantong ketuban sudah
terbentuk untuk melindungi embrio dengan cara membungkusnya dengan ketat.

Fisik janin mulai terbentuk, yaitu kemunculan lingkaran hitam di wajah yang
nantinya berkembang menjadi mata. Selain itu, perkembangan juga meliputi
bagian rahang bawah dan mulut. Di bagian dalam, organ yang mulai
berkembang adalah tenggorokan.

Embrio mendapatkan nutrisi dari ibu yang ditransfer ke bayi melalui plasenta.
Plasenta juga mulai terbentuk dari bulan pertama. Organ yang berbentuk bulat
datar ini juga berfungsi mentransfer bahan buangan dari bayi.

Meski embrio baru berukuran 6-7 mm, sirkulasi darah sudah dimulai, ditandai
dengan terbentuknya sel darah.

Bulan kedua
Pada saat ini, tulang rawan sudah berganti menjadi tulang. Jaringan sistem saraf
pusat sudah terbentuk, yaitu berupa otak, sumsum tulang belakang, dan jaringan
saraf lain. Pada minggu kelima, jantung mulai terbentuk, berbarengan dengan
sistem peredaran darah.
Di kedua sisi kepala membentuk lipatan kecil sebagai cikal bakal telinga. Bagian wajah
pun terus berkembang. Sementara itu pada bagian tubuh yang lain, mulai terlihat
pertumbuhan tunas yang kemudian menjadi tangan dan kaki.

Ukuran embrio pada akhir bulan kedua adalah 2,54 cm, berat 9,45 gram, dengan bagian
kepala berukuran sepertiga dari ukuran seluruh tubuh.

Bulan ketiga
Di bulan ketiga, organ dalam mulai berkembang. Organ hati mulai memproduksi empedu,
sistem urine mulai bekerja, sistem peredaran darah juga mulai beroperasi. Sebenarnya
organ reproduksi sudah mulai mengembang, tetapi jenis kelamin belum dapat dipastikan
meski diperiksa melalui USG.

Tubuh janin sudah terbentuk lebih lengkap, yaitu sudah memiliki lengan, tangan, kaki,
telinga, serta mulai membentuk gigi. Jari-jari tangan dan kukunya juga sudah mulai
terbentuk. Bahkan, di ukuran tubuh dengan panjang 7,6-10 cm dan berat 28 g ini, janin
sudah dapat membuka mulut dan mengepalkan tangan.

Perkembangan Janin Trimester Kedua


Memasuki trimester kedua, Anda sudah mulai dapat mendengar detak jantung janin saat
pemeriksaan kehamilan. Kelamin janin semakin berkembang dan Anda mulai dapat
merasakan gerakannya. Selengkapnya, Anda dapat melihat di bawah ini.
Bulan keempat
Pada masa ini, janin laki-laki sudah memiliki prostat dan janin perempuan sudah mulai
menampakkan folikel pada ovariumnya. Tulang janin makin berkembang. Di bagian
kepala sudah tampak pola rambut. Sementara itu pada bagian wajah, mata sudah
menghadap ke depan dan mulai dapat bergerak. Posisi telinga sudah sesuai tempatnya.
Mulut janin pun mulai dapat mengisap. Panjang janin di usia 14 minggu mencapai 85 mm
dengan berat kira-kira 40 g.

Bulan kelima
Seluruh kulit janin tertutup lapisan putih sebagai pelindung dari cairan ketuban. Lapisan
putih ini akan terlepas dengan sendirinya sesaat ketika janin akan lahir. Otot janin sudah
berkembang di bulan kelima. Janin pun mulai bergerak sebagai latihan untuk otot dan
pada bagian kepala sudah tumbuh rambut. Bagian-bagian tubuh janin, seperti punggung
dan bahu, juga ditumbuhi rambut halus yang akan hilang menjelang minggu kedua
setelah bayi lahir. Panjang janin di akhir bulan ini adalah 160 mm.

Bulan keenam
Kelopak mata janin sudah jelas dan mata sudah bisa terbuka. Pembuluh vena tampak
melalui kulit janin, sebab kulit sudah muncul dengan tekstur tipis keriput berwarna
kemerahan. Denyut nadi janin dapat meningkat, sebagai tanda bahwa janin menanggapi
rangsangan, terutama bila mendengar suara dari luar. Jari tangan dan kaki janin pun sudah
tampak. Pada bulan ini, panjang janin sekitar 190 mm dengan berat 460 g.
Perkembangan Janin Trimester Ketiga
Saat memasuki kehamilan trimester ketiga, Anda biasanya tidak sabar ingin segera
melihat wajah bayi Anda. Inilah perkembangan janin saat memasuki trimester terakhir.
Bulan ketujuh
Janin sudah dapat menanggapi cahaya, merasakan sakit, mendengar suara, dan mengubah
posisi tubuh. Pendengarannya mulai berkembang dan tubuhnya mulai menyimpan lemak.
Di bulan ketujuh panjang janin mencapai 36 cm dengan berat 900-1.800 g.

Bulan kedelapan
Di bulan kedelapan, bagian dalam janin sudah berkembang lebih baik. Bagian yang sudah
terbentuk tetapi belum sempurna, adalah paru-paru. Bagian otak sudah lebih berkembang
pesat dibandingkan bulan sebelumnya. Cadangan lemak tubuh pun meningkat seiring
dengan makin tuanya usia janin. Bayi bergerak lebih aktif ditandai dengan gerakan
menendang yang lebih kencang. Pada saat ini ukuran janin adalah 46 cm, berat 2,27 kg.
Bulan kesembilan
Pada saat ini tubuh janin, baik bagian luar maupun dalamnya, sudah lebih sempurna.
Mata dan telinga dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Janin pun lebih peka terhadap
rangsangan berupa sentuhan dan cahaya. Bagian paru-paru sudah hampir berkembang
dengan sempurna. Panjang janin sudah mencapai 46-51 cm dan berat kira-kira 3,2 kg.

Janin pun bersiap dilahirkan dengan posisi berpindah, yaitu kepala menghadap jalan lahir
dan tubuh menempati bagian bawah panggul ibu.

Selama memantau perkembangan janin dari bulan ke bulan, Anda pun harus tetap
menjaga kesehatan selama masa kehamilan dan memahami proses persalinan. Selanjutnya
yang tidak kalah penting adalah informasi mengenai perawatan pasca melahirkan,
termasuk hal-hal yang berkaitan dengan gangguan kehamilan.

You might also like