You are on page 1of 14

BAB IV

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik tempat penelitian

4.1.1 Gambaran Umum lokasi Penelitian

Rumah Sakit Harapan Bunda berdiri diatas lahan seluas 2989,12

m2, dengan luas bangunan saat ini mencapai 7771,71 m2, jumlah

poliklinik 20 ruangan dan 141 tempat tidur, khusus anak terdapat 17

tempat tidur , 7 ruangan rawat inap.

Wilayah Rumah Sakit Harapan Bunda di Kota Batam berbatasan

dengan :

Bagian Utara : SPBU Seraya

Bagian Selatan : Hotel Evitel

Bagian Barat : Hotel Seruni

Bagian Timur : Sekolah Kartini

Harapan Bunda mulai beroperasi pada tanggal 05 Juni 1986 izin

no. YM 02.04.3.10804 yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan

Republik Indonesia. Dalam perjalanan Rumah Sakit Harapan Bunda

merupakan Rumah Sakit Swasta yang pertama di Batam dan

mempunyai jaringan kerja sama baik dalam negeri maupun luar negeri.

Rumah Sakit Harapan Bunda Batam mempunyai tenaga dan Dokter

yang telah mempunyai cukup pengalaman baik Dokter Umum maupun

Dokter Spesialis.

86
Sebagai Rumah Sakit yang selalu memberikan pelayanan kesehatan

bagi masyarakat, kami terus menerus memperbarui peralatan diagnostik

dengan mengikuti perkembangan teknologi yang makin berkembang

saat ini. Tentunya hal ini sangat membantu dalam beragam tindakan

terhadap gangguan kesehatan seperti ortopedik, saraf, dan operasi

lainnya. Tenaga kesehatan yang ada di Rumah Sakit Harapan Bunda

yaitu Dokter, Perawat, Bidan, Perawat Anastesi.

65
66

1.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Data Umum

Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 09 Oktober 2017

dengan jumlah Perawat sebanyak 11 orang dan di dapatkan hasil

sebagai berikut :

4.2.1.1 Usia

Tabel 4.1
Karakteristik Lansia Berdasarkan Usia Perawat di IGD
Rumah Sakit Harapan Bunda Batam tahun 2017
a.
No Usia Frekuensi %
1 25-30 11 61,1%
2 31-35 7 38,9%
Total 18 100%

Berdasarkan Table 4.1, diketahui bahwa Perawat di IGD

Runah Sakit Harapan Bunda Batam, mayoritas berusia 25-30

tahun, berjumlah 11 orang (61,1%).

4.2.1.2 Jenis Kelamin

Tabel 4.2
Karakteristik Perawat Berdasarkan Jenis Kelamin
Di IGD Rumah Sakit Harapan
Bunda Batam Tahun 2017

No Jenis Kelamin Frekuensi %


1 Laki-Laki 8 44,4%
2 Perempuan 10 55,6%
Total 18 100%
67

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa Perawat di IGD

Rumah Sakit Harapan Bunda Batam mayoritas perempuan

berjumlah 10 orang ( 55,6%).

4.2.1.3 Jenis Kelamin

Tabel 4.3
Karakteristik Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin Diwilayah
Kerja Puskesmas Baloi Permai Kota
Batam Tahun 2017
No Jenis Kelamin Frekuensi %
1 Laki-laki 29 46,8%
2 Perempuan 33 53,2%
Total 62 100%

Berdasarkan tabel 4.3, mayoritas lansia perempuan dengan

jumlah 33 orang (53,2%) dan jumlah lansia laki-laki 29 orang

(46,8%).

4.2.2 Data Khusus


4.2.2.1 Data Univariat

a. Interaksi Sosial

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Interaksi Sosia Diwilayah Kerja
Puskesmas Baloi Kota Batam Tahun 2017
No Intraksi Sosial frekuensi %
1 Tidak Baik 22 35,5%
2 Baik 40 64,5%
Total 62 100%
68

Berdasarkan Tabel 4.4, diketahui bahwa mayoritas Lansia

mempunyai interaksi Sosial baik berjumlah 40 orang (64,5%)

dan lansia yang interaksi Sosial tidak baik berjumlah 22 orang

(35,5%).

b. Kualitas Hidup

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Lansia Diwilayah
Kerja Puskesmas Baloi Kota Batam
Tahun 2017
No Intraksi Sosial frekuensi %
1 Tidak Baik 26 41,9%
2 Baik 36 58,1%
Total 62 100%

Berdasarkan Tabel 4.5, diketahui bahwa Mayoritas Lansia

mempunyai kualitas hidup Lansia baik berjumlah 36 orang (

41,9%), dan Lansia yang kualitas hidup tidak baik berjumlah 26

orang (58,1%).
69

4.2.2.2 Data Bivariat

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Hubungan Interaksi Sosial Dengan
Kualitas Hidup Lansia Diwilayah Kerja Puskesmas
Baloi Kota Batam Tahun 2017

Kualitas hidup p.
Interaksi Total value
Sosial Tidak Baik Baik
∑ % ∑ % ∑ %
Tidak 14 63,6% 8 36,4% 22 100%
baik
Baik 12 30,0% 28 70,0% 40 100% 0,021

Jumlah 26 41,9% 36 58,1% 62 100.0%

Berdasarkan Tabel 4.6 dari 62 Lansia terdapat 40 Lansia

Interaksi Sosial yang baik (100%), dengan 12 Lansia kualitas hidup

tidak baik (30,0%) dan 28 Lansia kualitas hidup baik (70,0%). dan

dari 22 Lansia interaksi sosial yang tidak baik (35,5%) terdapat 14

Lansia dengan kualitas hidup tidak baik (63,6%), 8 Lansia dengan

kualitas hidup Baik (36,4%).

Dari Dari hasil uji statistik diperoleh bahwa nilai p= 0,021

atau nilai p < 0,05 Ha diterima sedangkan HO ditolak, hal ini

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

Interaksi Sosial dengan Kualitas Hidup Lansia di Wilayah kerja

Puskesmas Baloi Permai Kota Batam tahun 2017.


70

4.3 PEMBAHASAN

Penelitian Ini Berjudul Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas

Hidup Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Baloi Permai Kota Batam Tahun

2017 Penelitian Telah Di Lakukan Pada 62 Lansia Di Wilayah Kerja

Puskesmas Baloi Permai Kota Batam Pada Tanggal 06 September 2017 S/D

19 September 2017.

4.3.1 Interaksi Sosial Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Baloi Permai

Kota Batam Tahun 2017

Hasil penelitian ini menunjukan dari 62 lansia sebagian besar

dengan interaksi sosial baik berjumlah 40 orang ( 64,5%). Dan terdapat

22 orang (35,5%) yang interaksi sosial tidak baik.

hasil pengelolaan kuesioner di dapat kan 22 lansia(35,5%) yang

interaksi sosial tidak baik, hal ini di karenakan Lansia tidak Aktif dalam

aktivitas di lingkungan sekitar seperti Posyandu Lansia, rapat dan

kegiatan-kegiatan lainnya menurut lansia merasa tidak ada gunanya lagi

untuk mengikuti kegiatan tersebut, dan ada sebagian Lansia tidak bisa

mengikuti kegiatan di karenakan sakit.sedangkan 40 orang( 64,5%)

yang interaksi sosial baik aktif di aktivitas di lingkungan, selalu

menyapa teman jika berjumpa teman dijalan, selalu menjenguk teman

yang sakit.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang di

lakukan oleh Trisnawati P.samper (2016) dengan judul Hubungan

Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Bplu Senja Cerah


71

Provinsi Sulawesi Utara, penelitian ini menggunakan rancangan cross

sectional, hasil penelitian ini mendapatkan, interaksi sosial baik yakni

20 orang (62,5%), dan sisanya kategori interaksi sosial cukup yaitu 12

orang (37,5%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dikemukakan Oleh Yuli

pada tahun (2014) Teori aktivitas atau kegiatan (activity theory)

menyatakan bahwa Lansia yang selalu aktif dan mengikuti banyak

kegiatan sosial adalah lansia yang sukses. Aktifitas sosial pada lansia

dapat menurunkan kecemasan pada lansia karena lansia dapat berbagi

dengan sesama lansia lain melalui aktifitas yang dilakukan bersama

dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga dengan adanya aktifitas

sosial dalam hidupnya maka dapat meningkatkan kualitas hidup lansia.

Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik atau hubungan

yang saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang

hidupnya didalam masyarakat. Interaksi sosial dapat berdampak positif

terhadap kualitas hidup karena dengan adanya interaksi sosial maka

lansia tidak merasa kesepian, oleh sebab itu interaksi sosial harus tetap

dipertahankan dan dikembangkan pada kelompok lansia. Kemampuan

lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci

mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuannya

bersosialisasi (Noorkasiani, 2009).

Dari hasil penelitian peneliti dimana lansia yang tidak bersekolah

memiliki interaksi sosial yang rendah dibandingkan dengan lansia yang


72

bersekolah sejalan dengan teori mengemukakan bahwa Interaksi Sosial

seseorang Akan meningkat berdasarkan Tingkat pendidikannya. Untuk

Jenis kelamin perempuan memiliki interaksi sosial yang lebih tinggi di

bandingkan laki-laki.

4.3.2 Kualita Hidup Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Baloi Permai

Kota Batam Tahun 2017

Hasil penelitian ini di dapatkan sebagian besar lansia memiliki

Kualitas hidup yang baik dengan jumlah 36 Lansia (58,1%).

Hasil pengeolaan kuesioner didapatkan 36 lansia (58,1%). dengan

kualitas hidup baik di karenakan puas dengan kesehatannya, hubungan

sosial, dukungan sosial dan puas dalam kemampuan aktivitas kehidupan

sehari-hari.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh

Trisnawati P.samper (2016) dengan judul Hubungan Interaksi Sosial

Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Bplu Senja Cerah Provinsi Sulawesi

Utara, penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, dengan

hasil kualitas hidup Baik 16 Lansia (50,0%).

Penelitian yang di lakukan oleh oleh Hidayat (2014) dengan judul

Hubungan Penerimaan Diri Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Wilayah

Kerja Puskesmas Trucuk I Kabupaten Klaten. Menggunakan rancangan

cross sectional Hasil penelitian yang menunjukkan dari 60 responden


73

sebagian besar kualitas hidup lansia dalam kategori cukup baik dengan

jumlah 39 orang (65%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan Teori Diener, dkk, 1998 dalam

sianipar, 2013. Kualitas hidup merupakan satu komponen utama yang

bersifat subyektif untuk kesejahteraan hidup manusia.Komponen dari

kualitas hidup salah satunya adalah kepuasan hidup. Kepuasan hidup

selalu mengorientasikan diri pada proses pengalaman masa lalu dan

masa kini.

Menurut WHOQOL Group (1994;menyebutkan bahwa kualitas

hidup dipengaruhi oleh kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan

sosial, dan aspek lingkungan. Empat domain kualitas hidup

diidentifikasi sebagai suatu perilaku, status keberadaan, kapasitas

potensial, dan persepsi atau pengalaman subjektif (WHOQOL Group,

dalam Ratna, 2008 ). Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak

terpenuhi, akan timbul masalah-masalah dalam kehidupan lanjut usia

yang akan menurunkan kualitas hidupnya.

Dari hasil penelitian peneliti dimana lansia yang tidak bersekolah

memiliki kualitas Hidup yang rendah dibandingkan dengan lansia yang

bersekolah sejalan dengan teori mengemukakan bahwa kualitas hidup

seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan

memiliki kualitas hidup yang lebih baik.. Untuk Jenis kelamin

perempuan memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi di bandingkan

laki-laki.
74

4.3.3 Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Lansia Di

Wilayah Kerja Puskesmas Baloi Permai Kota Batam Tahun 2017

Hasil Analisa uji statistik dengan uji Chi Square Test diperoleh

Nilai p= 0,021 < 0,05. Hal ini berarti ada Hubungan yang signifikan

antara Interkasi Sosial dengan Kualitas Hidup di Wilayah kerja

Puskesmas Baloi Permai Kota Batam Tahun 2017.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang di

lakukan oleh Trisnawati P. Samper ( 2016) dengan judul Hubungan

Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Bplu Senja Cerah

Provinsi Sulawesi Utara,dengan rancangan cross sectional didapatkan

hasil penelitian nilai P Value = 0,004 < α 0,05 dengan demikian uji

hipotesis menyatakan bahwa Ha gagal ditolak, dengan demikian dapat

dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara interaksi

sosial dengan kualitas hidup pada lansia.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh hariadi widodo, dkk 2016

dengan judul Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Pada

Lansia DiWilayah Kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin Hasil uji

statistik Chi-Squrae didapatkan p = 0,000 maka p < α maka dapat

disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan

antara interaksi sosial dengan kualitas hidup pada lansia di wilayah

kerja Puskesmas.Pekauman Banjarmasin.


75

Hasil penelitian yang di lakukan Liza (2016) dengan judul faktor

faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup lansia di wilayah Kerja

Puskesmas Lubuk Buaya Kecamatan Koto Tangah Kota Padang dimana

terdapat hubungan erat antara interaksi sosial dengan kualitas hidup

lansia.

Hasil penelitian yang telah dilakukan Sianipar (2013)

menunjukkan bahwa ada hubungan interaksi sosial dengan kualitas

hidup pada lansia di Panti Werdha Budhi Dharma Bekasi Tahun 2013.

Hasil uji statistik interaksi sosial terbanyak yaitu interaksi sosial baik

sebanyak 63 orang (73.3%) dan kualitas hidup terbanyak yaitu kualitas

hidup baik sebanyak 61 orang (70,9%) dengan nilai p value = 0,001 <

0,05.

Menurut teori aktivitas yang dikemukakan oleh Neugarten dan

teman teman yang menyatakan bahwa agar usia lanjut berhasil maka

usia lanjut harus tetap aktif, bahwa semakin tua seseorang akan semakin

memelihara hubungan sosial, baik fisik maupun emosionalnya.

Kepuasan hidup orang tua sangat tergantung pada kelangsungan

keterlibatannya pada berbagai kegiatan. Teori ini mendukung para usia

lanjut yang masih aktif dalam berbagai kegiatan, bekarja dan

sebagainya. Orang tua akan memperoleh kepuasan bila ia masih terlibat

atau dilibatkan dalam berbagai kegiatan. Suardiman (2011).

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang di kemukakan oleh

(Noorkasiani, 2009). Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik


76

atau hubungan yang saling mempengaruhi antar manusia yang

berlangsung sepanjang hidupnya didalam masyarakat. Interaksi sosial

dapat berdampak positif terhadap kualitas hidup karena dengan adanya

interaksi sosial maka lansia tidak merasa kesepian, oleh sebab itu

interaksi sosial harus tetap dipertahankan dan dikembangkan pada

kelompok lansia. Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi

sosial merupakan kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan

kemampuannya bersosialisasi

Penelitian yang dilakukan Lemon, et al (dalam Potter dan Perry

2005), menunjukkan bahwa lansia dengan keterlibatan sosial yang lebih

besar memiliki semangat dan kepuasan hidup yang tinggi dan

penyesuaian serta kesehatan mental yang lebih positif dari pada lansia

yang kurang terlibat secara sosial. Semangat dan kepuasan hidup yang

dialami lansia menyebabkan kualitas hidupnya membaik, hal ini yang

menjelaskan bahwa lansia yang memiliki hubungan sosial baik

sebagian besar adalah lansia yang memiliki kualitas hidup yang baik

pula.

Sanjaya (2012) menjelaskan bahwa individu yang mengalami

hubungan sosial yang terbatas dengan lingkungan sekitarnya lebih

berpeluang mengalami kesepian, sementara individu yang mengalami

hubungan sosial baik tidak terlalu mengalami kesepian yang berarti

kualitas hidupnya baik.


77

Dari hasil penelitian peneliti Lansia yang Interaksi Sosial yang

baik juga memiliki Kualitas hidup yang baik Pula, begitu juga

sebaliknya Lansia dengan interaksi sosial tidak baik Mayoritas

memiliki kualitas hidup yang tidak baik pula. Ini menunjukkan secara

signifikan bahwa ada hubungan antara Interaksi Sosial dengan Kualitas

Hidup Lansia.

You might also like