You are on page 1of 47

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian resiko perilaku kekerasan


Resiko perilaku kekerasan merupakan perilaku seseorang yang menunjukkan
bahwa ia dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain atau lingkungan, baik secara
fisik, emosional, seksual, dan verbal (NANDA, 2016). Resiko perilaku kekerasan
terbagi menjadi dua,yaitu resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri (risk for self-
directed violence) dan resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk for other-
directed violence). NANDA (2016) menyatakan bahwa resiko perilaku kekerasan
terhadap diri sendiri merupakan perilaku yang rentan dimana seseorang individu bisa
menunjukkan atau mendemostrasikan tindakan yang membahayakan dirinya sendiri,
baik secara fisik, emosional, maupun seksual. Hal yang sama juga berlaku untuk resiko
perilaku kekerasan terhadap orang lain, hanya saja ditujukkan langsung kepada orang
lain.
Berbeda dengan resiko perilaku kekerasan, perilaku kekerasan memiliki definisi
sendiri. Perilaku kekerasan di definisikan sebagai suatu keadaan hilangnya kendali
perilaku seseorang yang di arahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
Perilaku kekerasan pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau
membiarkan diri dalam bentuk penelataran diri. Perilaku kekerasan pada orang adalah
tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau membunuh orang lain. Perilaku
kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak lingkungan, melempar kaca,
genting, dan semua yang ada dilingkungan. klien yang dibawa kerumah sakit jiwa
sebagian besar akibat melakukan kekerasan dirumah. Perawat harus jeli dalam
melakukan pengkajian untuk menggali penyebab perilaku kekerasan yang di lakukan
selama dirumah.

B. Respon perilaku
Perilaku kekerasan didefinisikan sebagai bagian dari rentang respon marah yang
paling maladaptif, seperti amuk. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul
sebagai respon terhadap ansietas (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan
sebagai ancaman (Stuart&Laraia, 2005). Amuk merupakan respon kemarahan yang
paling maladaptif yang ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat dan
merupakan bentuk perilaku destruktif yang tiidak dapat dikontrol(Yosep, 2009). Hal ini
disertai dengan hilangnya kontrol dimana individu dapats merusak diri sendiri, orang
lain, atau lingkungan. Berikut ini merupakan beberapa istilah perilaku kekerasan:
Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.
Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realitas atau terhambat.
Pasif : Respon lanjut klien tidak mampu diungkapkan perasaan.
Agresif : Perilaku dekstruksi masih terkontrol.
Amuk : Perilaku dekstruktif dan tidak terkontrol.

C. Proses Terjadinya Masalah


1. Faktor Predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiapmorang yang merupakan faktor
predisposis, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika
faktor berikut dialami oleh individu:

a. Psikologis
Menurut Townsend(1996, dalam jurnal penelitian) Faktor psikologi
perilaku kekerasan meliputi:
1) Teori Psikoanalitik, teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya
ego dan membuat konsep diri yang rendah. Agresif dan kekerasan
dapat memberikan kekuatan dan meningkatkan citra diri (Nuraenah,
2012: 30).
2) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipelajarai, individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap
perilaku kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhioleh peran
eksternal (Nuraenah, 2012: 31).
b. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan,
sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek
ini menstiumulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan (Eko Prabowo,
2014: hal 142).
c. Sosial budaya, proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi
informasi memberikan dampak terhadap nilai-niali sosial dan budaya pada
masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang
sama untuk mnyesuaikan dengan berbagai perubahan, serta mengelola
konflik dan stress (Nuraenah, 2012: 31).
d. Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus
temporal dan ketidak seimbangan neurotransmitter turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasan (Eko Prabowo, 2014: hal 143).
2. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
berupa injury secara fisik, psikis atau ancaman knsep diri. Beberapa faktor
pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
a. Konsis klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan
yang penuh dengan agresif dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang, merasa terancam baik
internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari
lungkungan.
c. Lingkungan: panas, padat dan bising
3. Faktor resiko
NANDA (2016) menyatakan faktor-faktor dari resiko dari resiko perilaku
kekerasan terhadap diri sendiri (risk for self-directed violence) dan resiko
perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk for other-directed violence).
a. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri (risk for self-directed
violence)
1) Usia ≥ 45 tahun
2) Usia 15-19 tahun
3) Isyarat tingkah laku (menulis catatan cinta yang sedih,menyatakan
pesan bernada kemarahan kepada orang tertentu yang telah menolak
individu tersebut,dll)
4) Konflik mengenai orientasi seksual
5) Konflik dalam hubungan interpersonal
6) Pengangguran atau kehilangan pekerjaan (masalah pekerjaan)
7) Terlibat dalam tindakan seksual autoerotik
8) Sumber daya personal yang tidak memadai
9) Status perkawinan (sendiri,menjanda,bercerai)
10) Isu kesehatan mental (depresi,psikosis,gangguan kepribadian,
penyalah gunaan zat)
11) Pekerjaan (propesional,eksekutif,administrator atau pemilik
bisnis,dll).
12) Pola kesulitan dalam keluarga (riwayat bunuh diri,sesuatu yang
bersifat kekerasan atau konfliktual)
13) Isu kesehatan fisik
14) Gangguan psikologis
15) Isolasi sosial
16) Ide bunuh diri
17) Rencana bunuh diri
18) Riwayat upacara bunuh diri berulang
19) Isyarat verbal (membicarakan kematian,menanyakan tentang dosis
mematikan suatu obat,dll)
b. Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk for other-directed
violence)
1) Akses atau ketersediaan senjata
2) Alterasi (gangguan) fungsi kognitif
3) Perlakuan kejam terhadap binatang
4) Riwayat kekerasan masa kecil, baik secara fisik, psikologis, maupun
seksual
5) Riwayat penyalah gunaan zat
6) Riwayat menyaksikan kekerasan dalam keluarga
7) Impulsif
8) Pelangaran atau kejahatan kendaraan bermotor (seperti pelanggaran
lalu lintas, penggunaan kendaraan bermotor untuk melampiaskan
amarah)
9) Bahasa tubuh negatif (seperti, kekakuan, mengepalkan tinju/pukulan,
hiperaktivitas, dll)
10) Gangguan neorologis (trauma kepala, gangguan seranjang, kejang,
dll)
11) Intoksikasi patologis
12) Riwayat melakukan kekerasan tidak langsung (kencingdi lantai,
menyobek objek di dinding, melempar barang, memecahkan
kaca,membanting pintu,dll)
13) Pola prilaku kekerasan terhadap orang lain (menendang, memukul,
menggigit, mencakar,upaya perkosaan, memperkosa, pelecahan
seksual, mengencingi orang, dll)
14) Pola ancaman kekerasan (ancaman secara verbal terhadap objek atau
orang lain,menyumpah serapah,gestur atau catatan
mengancam,ancaman seksual,dll)
15) Pola perilaku kekerasan antisosial (mencuri,meminjam dengan
memaksa,penolakan terhadap medikasi,dll)
16) Komplikasi perinatal
17) Komplikasi prenatal
18) Menyalakan api
19) Gangguan psikosis
20) Perilaku bunuh diri

D. Penyebab
Penyebab prilaku kekerasan menurut setearen, kemarahan adalah kombinasi dari
segala sesuatu yang tidak enak, cemas, tegang dendam sakit hati dan peristitasi,
beberapa faktor yang mempengaruhi kemarahan yaitu frustasi, kehilangan harga diri,
kebutuhan akan status dan

E. Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejela perilaku kekerasan dapat dinilai dari ungkapan pasien dan
didukung dengan hasil observasi.
1. Data subjektif
a. Ungkapan berupa ancaman
b. Ungkapan kata-kata kasar
c. Ungkapan ingin memukul/melukai
2. Data objektif
a. Wajah memerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Bicara kasar
f. Suara tinggi,menjerit atau berteriak
g. Mondar mandir
h. Melempar atau memukul benda/orang lain

F. Mekanisme Koping
Perawat perlu mempelajari mekanisme koping untuk membantu klien
mengembangkan mekanisme koping yang kontruktif dalam mengekpresikan marahnya.
Secara umum, mekanisme koping yang sering digunakan, antara lain mekanisme
pertahanan ego, seperti displacement, sublimasi, proyeksi, depresi, denial dan reaksi
formasi.

G. Sumber Koping

H. Peran Perawat dalam Perilaku Kekerasan Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Seorang perawat harus berjaga-jaga terhadap adanya peningkatan agistasi pada
klien, hirarki perilaku agresif dan kekerasan. Disamping itu, perawat harus
mengkaji pula efek klien berhubungan dengan perilaku agresif.
Kelengkapan pengkajian dapat membantu perawat :
a. Membangun hubungan yang terapeutik dengan klien
b. Mengkaji perilaku klien yang berpotensial kekerasan
c. Mengembangkan suatu perencanaan
d. Mengimplementasikan perencanaan
e. Mencegah perilaku agresif dan kekerasan dengan terapi milleu

Dan bila klien dianggap hendak melakukan kekerasan, maka perawat harus :
a. Melaksanakan prosedur klinik yang sesuai untuk melindungi klien dan
tenaga kesehatan
b. Beritahu ketua tim
c. Bila perlu, minta bantuan keamanan
d. Kaji lingkungan dan perubahan yang perlu
e. Beritahu dokter dan kaji PRN untuk pemberian obat

Perilaku yang berhubungan dengan agresif:


Agitasi motorik : bergerak cepat, tidak mampu duduk diam, memukul dengan
tinju kuat, mengapit kuat, respirasi meningkat, membentuk aktivitas motorik tiba-
tiba.
Verbal : mengancam pada objek yang tidak nyata, mengacau minta perhatian,
bicara keras-keras, menunjukan adanya delusi atau pikiran paranoid
Afek : marah, permusuhan, kecemasan yang ekstrim, mudah terangsang, tidak
sesuai atau berlebihan, tidak labil
Tingkat Kesadaran : bingung, status mental berubah tiba-tibda, disorentasi,
kerusakan memori, tidak mampu diahlikan.
Perawat dapat mengimplementasikan bebagai intervensi untuk mencegah
dan memenej prilaku agresif. Intervensi dapat melalui rentang intervensi.

Strategi preventif Strategi antisipatif Stareti


Pengurungan

Kesadaran diri Komunikasi Managemen Krisis

Pendidikan Klien Perubahan Lingkungan Seclusion

Latihan asertif Tindakan prilaku Restrains


Psikofarmakologi

a. Kesadaran diri
Perawat harus menyadari bahwa stres yang dihadapinya dapat
mempengaruhi komunikasinya dengan klien. Bila perawat tersebut mearasa lebih,
cemas, marah, arau apatis maka akan sulit baginya untuk membuat klien tertarik.
Oleh karenanya, bila perawat itu sendiri dipenuhi dengan masalah, maka energi
yang dimilikinya bagi klien menjadi berkurang. Untuk mecegah semua itu, maka
perawat harus terus menerus meningkatkan kesadaran dirinya dan melakukan
supervisi dengan memisahkan antara masalah pribadi dan masalah klien
b. Pendidikan klien
Pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikasi dan cara
mengekspresikan marah yang tepat. Banyak klien yang mengalami kesulitan
mengekspresikan perasaanya, kebutuhan, hasrat dan bahkan kesulitan
mengkomunikasikan semua ini kepada orang lain.jadi dengan perawat
berkomunikasi diharapkan agar klien mau mengekspresikan perasaannya, lalu
perawat menilai apakah respon yang diberiakn klien adaptif atau maladaptif
c. Latihan asertif
Kemampuan berasal interpresonal yang harus dimiliki perawat:
1) Berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang
2) Mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak beralasan
3) Sanggup melakukan komplain
4) Mengekspresikan penghargaan dengan tepat
d. Komunikasi
Strategi berkomunikasi dengan perilaku agresif :
1. Bersikap tenang
2. Bicara lembut
3. Bicara tidak dengan cara menghakimi
4. Bicara netral dengan cara yang konkrit
5. Tunjukan respek pada klien
6. Hindari intensitas kontak mata langsung
7. Demontrasikan cara mengontrol situasi tanpa kesan berlebihan
8. Fasilitas pembicara klien
9. Dengarkan klien
10. Jangan terburu-buru menginterprestasikan
11. Jangan buat janji yang tidak dapat perawat tepati
e. Perubahan lingkungan
Unit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas seperti : membaca,
grip program yang dapat mengurangi perilaku klien yang tidak sesuai dan
meningkatkan adaptasi sosialnya.
f. Tindakan perilaku
Pada dasarnya membuat kontrak dengan klien mengenai perilaku yang dapat
diterima dan yang tidak dapat diterima, konsekuensinya yang didapat bila kontrak
dilanggar dan apa saja kontribusi perawat selama perawatan.
g. Psikofarmakologi
Antianxiety dan srdative-Hipnitic. Obat-oabatan ini dapat mengendaikan
agistasi yang akut. Benzodiazepines seperti Lorazepam dan Clonaxepam, sering
digunakan ini tidak direkomwndasikan untuk penggunaan dalam waktu lama
karena dapat menyebabkan kebingungan dan ketergantunan , juga bisa
memperburuk simptom depresi. Selanjutnya pada beberapa klien yang mengalami
disinhibiting effect dari benzodiazepines, dapat mengakibatkan peningkatan
prilaku agresif. Buspirone obat antianxiety, efektif dalam mengendalikan perilaku
kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi. Ini ditunjukan dengan
menurunnya perilaku agresif dan agitasi dengan cidera kepala, demensia dan
develop mental disability.
Pemberian obat Carbamazepines dapat mengendalikan perilaku agresif pada
klien dnegan kelainan EEGs (electroencephalograms). Antipsychotic obat-obatan
ini biasanya dipergunakan untuk perawatan perilaku agresif. Bila agitasi terjadi
karena delusi, halusinasi, atau perilaku psikotik lainnya, maka pemberian obat ini
dapat membantu namun diberikan hanya untuk 1-2 minggu sebelum efeknya
dirasakan.
Medikasi lainnya: banyak kasus menunjukan bahwa pemberian Naltrexone
(antagonis opiat), dapat menurunkan perilaku mencederai diri. Betablockers
seperti propanolol dapat menurunkan perilaku kekerasan pada anak dan pada
klien dengan gangguan mental organik.
h. Managemen Krisis
Bila pda waktu intervensi awal tidak berhasil maka diperlukan intervensi yang
lebih aktif. Prosedur penanganan kedaruratan psikiatrik:
1. Identifikasi pemimpin tim krisis. Sebaiknya dari perawat karena yang
bertanggung jawab selama 24 jam
2. Bentuk tim krisi meliputi dokter, perawat, dan konselor
3. Beritahu petugas kemanan jika perlu. Ketua tim harus menjelaskan apa saja
yang menjadi petugasnya selama penanganan klien
4. Jauhkan klien dari lingkungan
5. Lakukan penegakan jika memungkinkan
6. Pikirkan suatu rencana penanganan krisi dan beritahu tim
7. Tugas anggota tim untuk mengamankan anggota tubuh klien
8. Jelaskan perlunya intervensi tersebut kepad aklien dan upaya untuk kerja
sama
9. Pengekangan klien jika diminta oleh ketua tim krisi. Ketua tim harus segera
mengkaji situasi lingkungan sekitar untuk tetap melindungi keselamatan
klien dan timnya
10. Berikan obat jika di intruksikan
11. Pertahankan pendekatan yang tenang dan konsisten terhadap klien
12. Tinjau kembali intervensi penanganan krisi dengan tim krisis
13. Proses terjadinya dengan klien lain dna staf harus tepat
14. Secara bertahap mengintegrasikan kembali klien dnegan lingkungan
i. Seclusion
Pengekangan Fisik
Merupakan tidnakan keperawatan yang terakhir. Ada dua macam
pengekangan fisik secara secara mekanik ( menggunakan manset, sprei
pengekang) atau isolasi (menempatkan klien dalam satu ruangan dimana klien
tidak dapat keluar atas kemauannya sendiri )
Jenis pengekangan mekanik :
1. Camisoles (jaket pengekang)
2. Manset untuk pergelangan tangan
3. Manset untuk pergelangan kaki
4. Menggunaan sprei
Indikasi pengekangan :

1. Perilaku amuk yang membahayakan diri sendiri atau orang lain


2. Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan
3. Ancaman terhadap inegritas fisik yang berhubungan dengan penolakan
klien untuk beristirahat, makan dan minum
4. Permintaan klien untuk pengendalian perilaku eskternal. Pastikan tindakan
ini telah dikaji dan berindikasi terapeutik.

Pengekangan dengan spreibasah atau dingin

Klien dapat diimobilisasi dengan membalutnya seperti mummi dalam


lapisan sprei dan selimut. Lapisan paling dalam terdiri atas sprei yang telah
direndam dalam air es. Walupun muIa-mula terasa dingin, balutan segera menjadi
hangat dan menenangkan. Hal ini dilakukan pada perilaku amuk atau agitasi yang
tidak dapat dikendalikan dengan obat.

Intervensi Keperawatan:

1. Baringkan klien dengan pakaian rumah sakit di atas tempat tidur yang tahan
air.
2. Balutkan sprei pada tubuh klien dengan rapi dan pastikan bahwa permukaan
kulit tidak saling bersentuhan.
3. Tutupi sprei basah dengan selapis selimut.
4. Amati klien dengan konstan.
5. Pantau suhu, nadi, dan pernapasan. Jika tampak sesuatu yang bermakna,
buka pengekangan.
6. Berikan cairan sesering mungkin.
7. Pertahankan suasana lingkungan yang tenang.
8. Kontak verbal dengan suara yang menenangkan.
9. Lepaskan balutan setelah Iebih kurang 2 jam.
10. Lakukan perawatan kulit sebelum membantu klien berpakaian.

Restrains

Tujuan tindakan keperawatan adalah memonitor alat restrain mekanik atau


restrain manual terhadap pergerakan klien. Dapatkan ijin dokter bila diharuskan
karena kebijakan insitusi.

lsolasi

Adalah menempatkan klien dalam suatu ruangan dimana klien tidak dapat
keluar atas kemauannya sendiri.Tingkatan pengisolasian dapat berkisar dari
penempatan dalam ruangan yang tertutup tapi tidak terkunci sampai pada
penempatan dalam ruang terkunci dengan kasur tanpa sprei di Iantai, kesem patan
berkomunikasi yang dibatasi, dan klien memakai pakaian RS atau kain terpal
yang berat.

Indikasi penggunaan:

1. Pengendalian perilaku amuk yang potensial membahayakan klien atau


orang Iain dan tidak dapat dikendalikan oleh orang lain dengan intervensi
pengendalian yang longgar, seperti kontak interpersonal atau pengobatan.
2. Reduksi stimulus lingkungan, terutama jika diminta oleh klien

Evaluasi
Mengukur apakah tujuan dan kriteria sudah tercapai. Perawat dapat
mengobservasi perilaku klien. Dibawah ini beberapa perilaku yang dapat
mengidikasikan evaluasi yang postif:

1. Identifikasi situasi yang dapat membangkitkan kemarahan klien


2. Bagaimana keadaan klien saat marah dan benci pada orang tersebut
3. Sudah klien menyadari akibat dari marah dan pengaruhnya pad yang lain
4. Buat komentar yang kritikal
5. Apakah klien sudah mamou mengekpresikan sesuatu yang berbeda
6. Klien mampu menggunakan aktivitas secara fisik untuk mengurangi
perasaan marahnya
7. Mampu mentoleransi rasa marahnya
8. Konsep diri klien sudah meningkat
9. Kemandirian dalam berpikir dan aktivitas meningkat

I. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan resiko perilaku kekerasan dirumuskan jika klien saat ini
tidak melakukan perilaku kekerasan, tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan dan
belum mampu mengendalikan perilaku kekerasan tersebut.
Pohon masalah diagnosis resiko perilaku kekerasan.

Resiko mencederai diri sendiri,orang lain,dan lingkungan

Resiko perilaku kekerasan

Perilaku kekerasan

Diagnosa PENGERTIAN
keperawatan Tujuan Kriteria evalusi intervensi rasional
(tuk/tum)
Resiko TUM: Klien menunjukan tanda- 1.1 Bina hubungan Kepercayaan
perilaku Klien dan tanda percaya kepada saling percaya dari klien
kekerasan keluarga perawat melalui: dengan merupakan hal
mampu a. Ekspresi wajah mengemukakan yang akan
mengatasi cerah, tersenyum prinsip memudahkan
atau b. Mau berkenalan komunikasi perawat dalam
mengendalik c. Ada kontak mata terapeutik: melakukan
an risisko d. Bersedia a. Mengucapka pendekatan atau
perilaku menceritakan n salam intervensi
kekerasan. perasaannya terapeutik. selanjutnya
e. Bersedia Sapa klien terhadap klien.
TUK1: mengungkapkan dengan
1. Klien masalah ramah, baik
dapat verbal
mem ataupun non
bina verbal.
hubu b. Berjabat
ngan tangan
saling dengan klien
perca c. Perkenalan
ya diri dengan
sopan
d. Tanyakan
nama
lengkap
klien dan
nama
panggilan
yang disukai
klien
e. Jelaskan
tujuan
pertemuan
f. Membuat
kontrak
topik, waktu
dan tempat
setiap kali
bertemu
klien
g. Tunjukan
sikap empati
dan
menerima
klien apa
adanya
h. Beri
perhatian
kepada klien
dan
perhatian
kebutuhan
dasar klien.
TUK2: Kriteria evaluasi: 2.1 Bantu klien Menentukan
Klien dapat Setelah 3x intervensi mengungkapka mekanisme
mengidentifi klien dapat: n perasaan koping yang
kasi 1. Menceritakan marahnya: dimiliki oleh
penyebab penyebab a. Diskusikan klien dalam
perilaku perilaku bersama menghadapi
kekerasan kekerasan yang klien untuk masalah. Selain
yang dilakukannya. menceritaka itu juga sebagai
dilakukannya 2. Menceritakan n penyebab langkah awal
penyebab rasa kesal dalam menyusun
perasaan atau rasa strategi
jengkel/kesal, jengkelnya. berikutnya.
baik dari diri b. Dengarkan
sendiri maupun penjelasan
lingkungannya. klien tanpa
menyela
atau
memberi
penilaian
pada setiap
ungkapan
perasaan
klien.
TUK3: Kriteria evaluasi: Membantu klien .deteksi dini
Klien dapat Setelah 3x intervensi mengungkapkan dapat mencegah
mengidentifi klien dapat menceritakan tanda-tnda perilaku tindakan yang
kasi tanda- tanda-tanda perilaku kekerasan yang bisa
tanda kekerasan secara: dialaminya: mmbahayakan
perilaku a. Fisik: mata Diskusikan dan klien dan
kekerasan. merah, tangan motivasi klien untuk lingkungan
mengepal,ekspres menceritakan sekitar.
i tegang, dan lain kondisi fisik saat
lain. perilaku kekerasan
b. Emosional: terjadi.
perasaan marah, 3.1 diskusikan dan
jengkel, bcara motivasi klien
kasar. untuk
c. Sosial: menceritakan
bermusuhan yang kondisi fisik
dialami saat saat perilaku
terjadi perlakuan kekerasan
kekerasan. terjadi
3.2 diskusikan dan
motivasi klien
untuk
menceritakan
kondisi
emosinya saat
terjadi perilaku
kekerasan
3.3 diskusikan dan
mootivasi klien
untuk
menceritakan
kondisi
psikologis saat
erjadi kekerasan
3,4 diskusikan dan
motivasi klien
untuk
menceritakan
kondisi
hubungan
dengan orang
lain saat terjadi
perilaku
kekerasan.

TUK 4: Kriteria evaluasi: Diskusikan dengan Melihat


Klien dapat Stelah 3x intervensi, klien seputar mekanisme
mengidentifi klien menjelaskan: perilaku kekerasan koping klien
kasi jenis a. Jenis-jenis yang dilakukan dalam
perilaku ekspresi selama ini. menyelesaikan
kekerasan kemarahan yang 4.1. diskusikan masalah yang
yang pernah selama ini telah dengan klien dihadapi.
dilakukannya dilakukanya seputar perilaku
b. Perasaanya saat kekerasan yang
melakukan dilakukannya
kekerasan selama ini.
c. Efektivitas cara 4.2 motivasi klien
yang dipakai menceritakan
dalam jenis-jenis
menyelesaikan tindak
masalah. kekerasan yang
selama ini
pernah
dilakukannya.
4.3 motivasi klien
menceritakan
perasaan klien
etelah tindakan
kekerasan
tersebut terjadi.
4.4diskusikan
apakah dengan
tindakan
kekerasan yang
dilakukannya,
masalah yang
dialami teratasi.
TUK 5: Kriteria evaluasi: Diskusikan dengan Membantu klien
Klien dapat Setelah 3x intervensi, klien akibat negati melihat dampak
mengidentifi klien menjelaskan akibat atau kerugian dari yang
kasi akibat yang timbul dari cara atau tindakan ditimbulkan
dari perilaku tindakan kekerasan yang kekerasan yang akibat perilaku
kekerasan. dilakukannya: dilakukan pada: kekerasan yang
a. Diri sendiri: luka a. Diri sendiri dilakukan klien
dijauhi teman, dll b. Orang lain/
b. Orang lain/ keluarga
keluarga: c. lingkungan
luka,tersinggung,
ketakutan, dll
c. Lingkungan:
barang atau
benda-benda
rusak, dll.
TUK 6: Kriteria evaluasi: Diskusikan dngan Menurunkan
Klien dapat Setelah 3x intervensi, klien seputar: perilaku yang
mengidentifi klien dapat menjelaskan : 1.1 apakah klien destriktif yang
kasi cara cara-cara sehat dalam mau berpotensi
konstruktif mengungkapkan marah. mempelajari mencederai klien
atau cara- cara baru dan lingkungan
cara sehat mengungkapkan sekitar.
dalam marah yang
mengungkap sehat
kan 1.2 jelaskan berbgai
kemarahan. alternatif pilihan
untuk
mengungkapkan
kemarahan
selain perilaku
kekerasan yang
diketahui klien.
1.3 jelaskan cara-
cara sehat untuk
mengungkapkan
kemarahan:
a. cara fisik:
nafas dalam,
pukul
bantal/
kasur,olah
raga
b. verbal:
mengungkap
kan bahwa
dirinya
sedang kesal
kepada
orang lain
c. sosial:
latihan
asertif
dengan
orang lain.
d. Spritual:
sembahyang
/doa, zikir,
meditasi,dll.
TUK 7: Kriteria evaluasi: 7.1 diskusikan cara Keinginan unruk
Klien dapat Setelah 3x intervensi, yang mungkin marah yang tidak
mendemonstr klien memperagakan dipilih serta bisa diprediksi
asikan cara cara mengontrol perilaku anjurkan klien waktunya serta
mengontrol kekerasan secara memilih cara siapa yang akan
perilaku fisik,verbal,dan spritual yang mungkin memicu
kekerasan. dengan cara berikut: diterapkan meningkatnya
a. Fisik : tarik nafas untuk kepercayaan diri
dalam, memukul mengungkapkan klien serta
bantal/kasur kemarahannya asertifitas
b. Verbal: 7.2 latihan klien (ketegasan) klien
mengungkapkan memperagakan saat
perasaan cara yang marah/jengkel
kesal/jengkel dipilih dengan
padaorang lain melaksanakan
tanpa menyakiti cara yang
c. Spritual: dipilih
zikir/doa, 7.3 jelaskan manfaat
meditasi sesuai cara tersebut
agamanya 7.4 anjurkan klien
menirukan
peragaan yang
dilakukan
7.5 beri penguatan
pada klien,
perbaiki cara
yang masih
belum sempurna
7.6 anjurkan klien
menggunakan
cara yang sudah
dilatih saat
marah/jengkel.
TUK 8: Kriteria evaluasi: 8.1. diskusikan Keluarga
Klien Setelah 3x intervensi. pentignya peran merupakan
mendapat Keluarga mampu; serta keluarga sistem
dukungan 1. Menjelaskan cara sebagai pendukung
keluarga merawat klien pendukung klien utama bagi klien
untuk dengan resiko dalam dan mrupakan
mengontrol perilaku mengatasi risiko bagian penting
risiko kekerasan perilaku dari rehablitas
perilaku 2. Mengungkapkan kekerasan klien.
kekerasan. rasa puas dalm 8.2 diskusikan
merawat klien potensi keluarga
dngan resiko untuk
perilaku membantu klien
kekerasan mengatasi
perilaku
kekerasan
8.3 jelaskan
pengertian
penyebab,akibat
,dan cara
merawat klien
resiko perilaku
kekerasan yang
dapat
dilaksanakan
keluarga
8.4 peragakan cara
merawat klien
8.5 beri kesempatan
keluarga untuk
memperagakan
ulang cara
perawatan
terhadap klien
8.6 beri pujian
kepada keluarga
setelah peragaan
8.7 tayakan
perasaan
keluarga setelah
mencba cara
yang dilatihlkan

TUK9: Kriteria evaluasi: 9.1 jelaskan manfaat Menyukseskan


Klien Setelah 3x intervensi menggunakan program
menggunaka klien bisa menjelaskan: obat scara pengobatan klien
n obat sesuai a. Manfaat minum teratur dan
program obat kerugian jika Obat dpaat
yang telah b. Kerugian tidak tidak mengontrol
ditetapkan minum obat menggunakan risiko perilaku
c. Nama obat obat. kekerasan klien
d. Bentuk dan 9.2 jelaskan pada dan dapat
warna obat klien : membantu
e. Dosis yang 1) Jenis obat penyembuhan
diberikan (nama,warna lien
kepadany dan bentuknya)
f. Waktu 2) Dosis yang tepat Mengontrol
pemakaian untuk klien kegiatan klien
g. Cara pemakaian 3) Waktu minum obat dan
h. Efek yang pemakaian mencegah klien
dirasakan 4) Cara pemakaian putus obat.
i. Klien 5) Efek yang akan
menggunakan dirasakan klien
obat program 9.3 anjurkan klien
untuk:
1. Minta dan
menggunaka
n obat tepat
waktu
2. Lapor ke
perawat/dokt
er jika
mengalami
efek yang
tidak biasa

9.4 beri pujian


terhadap klien
untuk
kedisiplinan
menggunakan
obat
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. H DI RUANG MERPATI DENGAN


RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH BAYANG

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS KLIEN
Inisial Klien : Tn.J
Umur : 38 Tahun
No. Rekam Medik : 03.05.87
Tanggal Pengkajian : 21 Mei 2017
Informan : Klien, Status dan Perawat Ruangan
Alamat Lengkap : Kampung tangah, Bayang, Pesisir Selatan

2. ALASAN MASUK
Pasien masuk melalui IGD RSJ Prof. HB Saanin Padang Pada tanggal 15
Mei 2017 diantar keluarganya untuk yang kedua kalinya. Pasien sudah pernah
dirawat terakhir 5 tahun yang lalu. Alasan pasien masuk adalah tidak mau
meminum obat sejak 5 bulan yang lalu, 2 minggu sebelum dirawat pasien
mondar-mandir tidak tau arah, jalan-jalan tanpa tujuan, marah-marah tanpa sebab,
bicara-bicara sendiri, banyak bermenung, kurang tidur, dan menghancurkan
barang-barang yang ada didalam rumahnya. Pasien juga sering mengkonsumsi
alkohol.

3. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Gangguan Jiwa Dimasa Lalu
Pasien pernah mengalami gangguan jiwa pada tahun 2012 dengan
alasan berbicara dan tertawa sendiri serta menghancurkan barang-barang
dirumahnya. pasien mengkonsumsi alkohol di beri oleh teman-teman nya,
sejak mulai mengkonsumsi alkohol pasien mengatakan dia sudah tidak tau
dengan dirinya lagi. Pasien pernah di rawat di RSJ. Prof. HB Saanin Padang
yaitu pada tahun 2012. Pasien diantar oleh keluarga ke IGD RSJ Prof. HB
Saanin Padang pada tanggal 15 Mei 2017 dengan keluhan yang hampir sama.
b. Pengobatan Sebelumnya
Pasien sebelumnya menjalani perawatan selama satu bulan di RSJ.
Prof.
HB Saanin Padang sekitar 5 tahun yang lalu. Setelah keluar dari RSJ
Prof. HB Saanin Padang pasien teratur minum obat dan rutin kontrol
diawasi oleh keluarga`
c. Trauma
Aniaya Fisik
Klien mengatakan tidak pernah menjadi korban aniaya fisik
Aniaya Seksual
Klien tidak pernah mengalami aniaya seksual sebelumnya
Penolakan
Klien tidak pernah mengalami penolakan sebelumnya
Kekerasan Dalam Keluarga
Klien mengatakan tidak pernah melihat atau mengalami kekerasan dalam
keluarga
Tindakan Kriminal
Klien tidak pernah mengalami tindakan kriminal sebelumnya
d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa sebelumnya.
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan sering putus dari pekerjaan nya dan bingung bagaimana
harus membiayai keluarganya.

B. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda Vital :
TD: 120/80 mmHg
N: 81 x/menit S: 36,6 oC
P: 18 x/ menit
Ukuran : TB: 168 cm BB: 60 kg
Keluhan Fisik : Klien mengatakan tidak memiliki keluhan fisik
C. Psikososial
a. Genogram
Keterangan :
Pasien merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara, Ayah pasien sudah
meninggal dunia, ibu pasien masih hidup, pasien tinggal serumah dengan istri dan
anak-anak nya. Sejak kecil orang tua pasien memberikan kebebasan termasuk
dalam bergaul dengan siapa saja. Kakak dan adik klien tidak ada yang mengalami
gangguan jiwa, anggota keluarga yang lain juga tidak ada yang mengalami
gangguan jiwa.
Konsep Diri
Citra Tubuh
Klien menyatakan menyukai semua anggota tubuhnya
Identitas Diri
Pasien mangatakan tidak puas dengan peran nya sebagai kepala keluarga dan anak
dari kedua orang tuanya. Pasien mengatakan dirinya tidak berguna setiap mabuk-
mabuk, menyusahkan kakak dan orang tuanya, pasien ingin segera berubah dari
masa lalu nya dan segera bertemu keluarganya
Peran Diri
Klien mengatakan ia bekerja sebagai petani, ia berperan sebagai seorang ayah dan
kepala keluarga.
Ideal Diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera berubah untuk bertemu
keluarganya.
Harga Diri
Klien mengatakan lebih senang sendiri dan berinteraksi dengan orang lain jika ada
hal yang penting-penting saja.
b. Hubungan Sosial
Orang Terdekat
Klien mengatakan dekat dengan anak pertamanya. Ia ingin segera
bertemu dengan anaknya.
Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat
Klien mengatakan jarang atau tidak pernah berinteraksi atau ikut
daam kegiatan kelompok/masyarakat disekitar rumahnya.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan lebih senang sendiri dan berinteraksi dengan
orang lain jika ada hal yang penting-penting saja
c. Spiritual
Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan bahwa ia beragama islam
Kegiatan Ibadah
Klien mengatakan menjalankan ibadahnya selama dirumah sakit tapi
masih ada sholatnya yang bolong atau tidak dilakukan 5 waktu.
VI. Status Mental
a. Penampilan
Selama dirumah sakit penampilan klien cukup rapi, klien mengganti
bajunya 2x sehari dan mandi 2x sehari.
b. Pembicaraan
Klien berbicara dengan tenang dan mampu menjawab semua pertanyaan
yang diberikan
c. Aktivitas motorik
Klien mampu melakukan aktivitas mandiri seperti makan, mandi, dan
beribadah. Klien jarang bersosialisasi dengan teman-teman nya selama
diruangan.
d. Alam perasaaan
Klien mengatakan perasaannya sangat tenang saat ini dan tidak ada yang
ditakutkan.
e. Afek
Afek klien tumpul karena ekspresi perasaan berkurang.
f. Interaksi selama wawancara
Selama proses berinteraksi kontak mata klien ada, klien mampu
menjawab semua pertanyaan yang diberikan.
g. Persepsi
Pada saat sebelum masuk rumah sakit klien mengatakan bahwa ada
dirinya yang lain. Klien mengira mungkin karna pengaruh alkohol dan
stress yang dialaminya.
h. Proses pikir
Klien mengakui penyakit yang dideritanya dan akan mengikuti segala
peraturan dan perawatan yang akan diberikan kepadanya.
i. Isi pikir
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan segera
pulang untuk bertemu keluarganya.
j. Tingkat kesadaran
Klien mengetahui orientasi tempat, waktu, dan orang.
k. Memori
Klien mampu mengingat semua kejadian dimasa lalu, tidak ada yang
terganggu dari memori klien.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
klien dapat berkonsentrasi dalam berhitung.
m. Kemampuan penilaian
klien masih mampu melakukan penilaian akan hal yang sederhana.
n. Daya tilik diri
klien menerima dan mengakui penyakitnya dan tidak menyalahhkan
siapapun atas penyakit yang dideritanya.
VII. Kebutuhan Pasien Pulang
a. Makan
Klien makan 3 kali/hari, hanya habis satu porsi, klien tidak ada riwayat
alergi makanan.
b. BAB/BAK
Klien BAK/BAB pada tempatnya, klien bisa membersihkan setelah
BAB/BAK.
c. Mandi
Klien mandi 2 kali/hari, klien mandiri tanpa diarahkan.
d. Berpakaian/Berhias
Klien menganti pakaian 2x sehari, rambut acak-acakan.
e. Istirahat/tidur
Klien mengatakan selama dirumah susah tidur, selama dirawat klien
mengaku tidur cukup dan teratur.
f. Penggunaan obat
Klien minum obat 3 kali sehari dengan pengawasan perawat.
g. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan merawat dirinya sendiri, Klien mengatakan jika sudah
pulang nanti klien akan melanjutkan obat secara teratur dan jika habis
akan melanjutkannya.
h. Kegiatan didalam rumah
Klien mampu merencanakan, mengelola dan menyajikan makanan,
merapikan tempat tidur, mencuci pakaian sendiri dan mengatur biaya
sehari-hari sendiri.
i. Kegiatan/aktivitas di luar rumah
Klien mampu berbelanja sendiri.
VIII.Mekanisme Koping
a. Koping adaptif
Klien mampu berbicara dengan orang lain didalam ruangan.
b. Koping maldaptif
Klien melampiaskan marah pada objek lain, koping yang digunakan
adalah sublimasi.
IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan
a. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien tidak ada masalah dalam dukungan kelompok.
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan
Klien mengatakan hanya bergaul dengan orang yang dikenal nya saja.
c. Masalah dengan pendidikan
Klien tidak ada masalah dengan pendidikan.
d. Masalah dengan pekerjaan
Klien mengatakan sering putus dari pekerjaannya, oleh karna itu klien
sering merasa bingung dan stress.
e. Masalah dengan perumahan
Klien tidak ada masalah dengan perumahan. Klien tinggal bersama
keluarganya.
f. Masalah ekonomi
Klien mengatakan saat putus bekerja klien merasa bingung untuk
membiayai keluarganya. Klien bekerja sebagai petani.
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan
Klien mengaku tidak mau dirawat dirumah sakit.
X. Pengetahuan
Klien menyadari akan penyakit yang dideritanya klien tidak mengetahui
kegunaan obat yang didapatkannya dan tidak mengetahui nama obat yang
dikonsumsinya. Klien hanya berharap proses penyembuhan pada dirinya.
XI. Aspek Medik
Diagnosa Medik : Skizofrenia Ytt.
Terapi Medik : ladomer 5 mg (IM)
Risperidon 2x1 mg
Merlopam 1x1 mg.
XII. Analisa Data
No Data Masalah
1. DS : - Klien mengatakan akan marah
apabila diajak berobat oleh
keluarganya
- Klien mengatakan sering
mengamuk apabila tidak ada
pekerjaan yang bisa
dilakukan
- Klien merasa gelisah apabila
tidak ada uang
- Klien suka berteriak apabila
sedang pusing
DO : - Pandangan mata klien tajam.
-Klien merusak barang-barang
dirumahnya
-Klien marah-marah tanpa
sebab sebelum dirawat
-Klien mengamuk dirumah
apabila tidak ada pekerjaan
Perilaku kekerasan
2.
3.
DS : - Klien mengatakan ada dirinya
yang lain
-Klien mengatakan merasa
kehilangan dirinya saat mabukmabuk
DO : - Klien tampak lebih tenang dan
banyak diam
- Klien tampak berbicara
sendiri
- Klien tampak tertawa
sendiri sebelum dirawat
- Klien berjalan tanpa tujuan
DS : - Klien mengatakan berinteraksi
hanya dengan orang yang
dikenalnya saja
- Klien mengatakan berinteraksi
jika ada hal yang penting saja
- Klien mengatakan lebih senang
sendiri
DO : - Klien tampak hanya berdiam
diri saja
-Klien tampak suka menyendiri
-Klien tampak jarang bicara
dengan teman satu ruangan nya
Halusinasi
Isolasi Sosial
I. Daftar Masalah
1. Respon pasca trauma
2. Harga diri rendah
3. Hambatan komunikasi verbal
4. Intoleransi aktivitas
5. Hambatan interaksi sosial
6. Isolasi sosial
7. Gangguan persepsi sosial
8. Gangguan proses pikir
9. Gangguan pola tidur
10. Pola koping tidak efektif
11. Kurang pengetahuan
Isolasi SosialResiko Bunuh Diri
Perilaku kekerasanPerilaku
kekerasan
Halusinasi
II. Pohon Masalah
III. Daftar Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku Kekerasan
2. Halusinasi
3. Isolasi Sosial
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama klien : Tn.J
No. MR : 03.05.87
No
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Perilaku
Kekerasan
Pasien mampu :
Mengontrol perilaku
kekerasan sesuai
dengan strategi
pelaksanaan tindakan
keperawatan
Setelah dilakukan
pertemuan 2 - 4 x
klien mampu
mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara :
1. Mengontrol dengan
cara latihan fisik 1
dan 2
2. Minum obat dengan
prinsip 6 benar
minum obat
3. Mengontrol dengan
cara verbal
4. Mengontrol dengan
cara spiritual
SP Pasien
SP1 Pasien : Mengidentifikasi Perilaku
Kekerasan dan Latihan Fisik 1 dan 2
1. Membina hubungan saling percaya
2. Menjelaskan dan melatih cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 &
2.
3. Tanyakan bagaimana perasaan klien
setelah melakukan kegiatan.
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan fisik 1 & 2.
SP 2 Pasien : Melatih cara mengontrol
Perilaku Kekerasan dengan cara 6 benar
minum obat
1. Evaluasi cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara latihan fisik 1 & 2.
2. Menjelaskan cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara minum obat (6
benar)
3. Tanyakan bagaimana perasaan klien
setelah melakukan kegiatan.
4. Masukkan pada jadwal kegiatan harian
minum obat (6 benar)
SP 3 Pasien : Mengontrol Perilaku
Kekerasan dengan Cara Verbal
1. Evaluasi cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara latihan fisik 1 & 2
dan minum obat (6 benar)
2. Menjelaskan dan melatih cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara verbal:
mengungkapkan, meminta, dan menolak
dengan benar
3. Tanyakan bagaiaman perasaan klien
setelah melakukan kegiatan.
4. Masukkan pada jadwal kegiatan harian
mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara verbal
SP 4 Pasien : Mengontrol Perilaku
Kekerasan dengan cara Spiritual
1. Evaluasi cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara latihan fisik 1 & 2,
minum obat 6 benar, dan cara verbal
2. Menjelaskan cara mengontrol perilaku
kekerasan cara spiritual (latih 2 kegiatan)
3. Tanya perasaan klien setelah melakukan
kegiatan
4. Memasukkan pada jadwal kegiatan harian
untuk latihan mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara spiritual
2. Halusinasi Pasien mampu :
Mengontrol halusinasi
sesuai strategi
pelaksanaan tindakan
keperawatan sehingga
klien merasa nyaman
Setelah dilakukan
pertemuan 2–4 x klien
mampu mengontrol
halusinasi dengan cara :
1. Menghardik suara
yang palsu
2. Minum obat dengan
prinsip 6 benar
minum obat
3. Mengontrol
halusinasi dengan
bercakap – cakap
4. Melakukan aktivitas
yang terjadwal
SP Pasien
SP 1 pasien : pengkajian dan mengenal
halusinasi
1. Mengkajikesadaranpasienakanhalusinasiny
adanpengenalanakanhalusinasi : Isi,
frekuensi, waktuterjadi, situasipencetus,
perasaan, responpasien, sertaupaya yang
telahdilakukanpasienuntukmengontrolhalu
sinasi
2. Menjelaskancaramengontrolhalusinasideng
anmengahardik
3. Masukkanpadajadwalkegiatanuntuklatihan
menghardik
SP 2 pasien : 6 benarminumObat
1. Evalusitandadangejalahalusinasi
2. Validasikemampuanpasienmengenalhalusi
nasi yang
dialamidankemampuanpasienmengontrolh
alusinasidenganmenghardik, berikanpujian
3. Evalusimanfaatmengontrolhalusinasidenga
ncaramenghardik
4. Latihcaramengontrolhalusinasidenganpatu
hminumobat (jelaskan 6 benar : jenis,
waktu, dosis, frekuensi, cara,
kontinuitasminumobat)
5. Masukkanpadajadwalkegiatanuntukminum
obatsesuaijadwal
Berikut ini tindakan keperawatan yang
harus dilakukan agar pasien patuh minum
obat :
a. Jelaskanpentingnyapenggunaanobatpad
agangguanjiwa
b. Jelaskanakibatbilaobattidakdigunakanse
suai program
c. Jelaskanakibatbilaputusobat
d. Jelaskancaraendapatkanobatatauberobat
e. Jelaskancaramenggunakanobatdenganpr
insip 6 benar (jenis, waktu, dosis,
frekuensi, cara, kontinuitasminumobat)
SP 3pasien : Bercakapcakap
1. Evaluasigejalahalusinasi
2. Validasikemampuanpasiendalammengontr
olalusiansidenganmenghardik, minumobat,
berikanpujian
3. Evaluasimanfaatemngontrolhalusinasideng
anmenghardik, minumobatsesuaijadwal
4. Latihcaramengontrolhalusinasidenganberc
akapcakapsaatterjadihalusinasi
5. Masukkanpadajadwalkegiatanuntuklatihan
SP 4 pasien :
Melakukanaktifitasseharihari
Padatindakankeempatinidapatdiulanguntukbe
berapakegiatanharian.
Semakinbanyakkegiatan yang
dilakukansemakinsedikitkemungkinanberhalu
sinasi. Berikutbeberapakegiatan yang
dapatdilatih
1. Membereskankamar
a. Evalusitandadangejalahalusinasi
b. Validasikemampuanpasiendalammengo
ntrolhalusiansidenganmenghardik,
minumobat, danbercakapcakapdengan
orang lain, berikanpujian
c. Latihcaramengontrolhalusinasidengank
egiatanharian (mulai 2 kegiatan)
d. Masukkanpadajadwalkegiatanuntukmel
akukankegiatanharian
2. Melakukanaktifitasseharihari :
Mencucipiring
3. Isolasi Sosial Pasien Mampu :
berinteraksi dengan
orang lain sehingga
tidak terjadi menarik
diri dari lingkungan
Setelah 2-4x
pertemuan:
Klien mampu
berkenalan dan
berinteraksi dengan
cara:
1. melatih pasien
SP 1 Pasien : Melatih Pasien Bercakap -
cakap
1. Membina hubungan saling percaya
2. Membantu pasien menyadari masalah
isolasi social
3. Melatih pasien bercakap-cakap secara
bertahap antara pasien dan anggota
keluarga
4. Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
bercakap-cakap
secara bertahap
antara pasien dan
perawat atau satu
orang lain
2. melatih pasien
bercakap-cakap
dengan 2-3 orang
3. melatih pasien
bercakap-cakap
dengan 4-5 orang
4. melatih pasien
bercakap-cakap
dengan 4-5 orang
sambil melakukan
kegiatan
untuk latihan
SP 2 Pasien : Berkenalan dengan 2-3 orang
1. Evaluasi tanda dan gejala isolasi social
2. Validasi kemampuan pasien dalam
berkenalan, beri pujian
3. Latih cara berbicara saat melakukan
kegiatan harian (2-3 orang)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan harian
SP 3 Pasien : berkenalan dengan 4-5 orang
1. Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
2. Validasi kemampuan berkenalan dan
bicara saat melakukan kegiatan harian,
berikan pujian
3. Latih cara berbicara saat melakukan
kegiatan (2 kegiatan baru dengan 4-5
orang)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan
SP 4 Pasien : Berkenalan 4-5 orang dan
melakukan kegiatan
1. Mengevaluasi tanda dan gejala isolasi
sosial
2. Validasi kemampuan pasien dalam
berkenalan dan bicara saat melakukan
empat kegiatan harian, berikan pujian
3. Tanyakan perasaan saat melakukan
kegiatan
4. Latih cara berbicara saat melakukan
kegiatan
5. Masukkan pada jadwal kegiatan harian
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Nama : Tn.J Ruangan : Merpati No. MR : 03.05.87
HARI/TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI PARAF
21 Mei 2017 Perilaku Kekerasan Strategi Pelaksanaan 1 (Latihan fisik 1
dan 2)
a) Membina hubungan saling percaya
b) Mengidentifikasi penyebab terjadinya
perilaku kekerasan pada pasien
c) Menjelaskan dan melatih cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara latihan fisik (memukul bantal)
S : Klien mengatakan marah apabila
tidak ada pekerjaan yang bisa
dilakukan dan jika pasien terlalu
banyak mengkonsumsi alkohol
O : Klien tampak tenang dan mampu
melakukan latihan fisik (memukul
d) Mencontohkan kepada pasien latihan
fisik (memukul bantal)
e) Menanyakan perasaan pasien sesudah
dilatih
f) Memberikan pujian atas usaha yang
dilakukan pasien
bantal) seperti yang sudah dijelaskan.
A : Perilaku kekerasan tidak tampak.
SP 1 Pasien tercapai, pasien mampu
mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara latihan fisik
P : Lanjutkan SP 2 Perilaku
kekerasan dan Evaluasi SP 1
22 Mei 2017 Perilaku Kekerasan Strategi Pelaksanaan 2 (mengontrol
perilaku kekerasan dengan 6 benar
minum obat)
1. Evaluasi pertemuan sebelumnya
dengan pasien SP1 mengontrol
perilaku kekerasan dengan latihan
fisik
2. Latih cara mengontrol halusinasi
dengan patuh minum obat. (Jelaskan
pentingnya penggunan obat, akibat
bila obat tidak digunakan sesuai
program, akibat bila putus obat, cara
mendapatkan obat/berobat. Jelaskan
S : Klien mengatakan merasa tenang
dan nyaman setelah meminum
obatnya. Klien merasa lebih
mengantuk setelah minum obat.
O : Klien tampak tenang setelah
minum obat dan tidak ada perilaku
gelisah dan bingung tampak pada
pasien. Klien tampak tidur 15 menit
setelah minum obat.
prinsip 6 benar minum obat: jenis,
waktu, dosis, frekuensi, cara dan
kontinuitas minum obat.
3. Menanyakan perasaan dan pendapat
klien setelah minum obat.
A : Klien tidak bisa minum obat
sendiri dan selalu diawasi perawat.
SP 2 belum optimal
P : Lanjutkan SP 3 Perilaku
kekerasan dan evaluasi kegiatan 1
dan 2
23 Mei 2017 Perilaku Kekerasan Strategi Pelaksanaan 3 (mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara verbal)
1. Evaluasi cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara latihan fisik
dan 6 benar minum obat.
2. Menjelaskan dan melatih cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara verbal yaitu meminta,
mengungkapkan, dan menolak dengan
benar.
3. Berikan pujian dan tanya bagaimana
perasaan pasien setelah melakukan
latihan.
S : Klien mengatakan kurang pandai
dalam mengungkapkan apa yang
dirasakan nya. Klien lebih memilih
diam dan tidak mengungkapkan apa
yang ada dalam fikiran nya. Oleh
sebab itu klien sering mengamuk jika
masalah nya menumpuk.
O : Klien mampu menolak dan
meminta dengan benar. Klien kurang
bisa dalam mengungkapkan apa yang
dirasakan nya.
A : Latihan SP 3 belum optimal
P : Lanjutkan SP 4 dan evaluasi
kegiatan 1, 2 dan 3.
24 Mei 2017 Perilaku Kekerasan Strategi Pelaksanaan 4 (mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara spiritual)
1. Evaluasi cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara latihan
fisik, 6 benar minum obat, dan
cara verbal.
2. Menjelaskan cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan
spiritual (beribadah, sholat,
berdoa, membaca kitab suci)
S : Klien mengatakan jarang
melakukan ibadah sholat selama
dirumah. Klien sudah mulai
beribadah selama dirawat tetapi tidak
dilakukan penuh.
O : Klien tampak melakukan ibadah
sholat diruangan. Klien
Gangguan Persepsi
Sensori : Halusinasi
pendengaran
Strategi Pelaksanaan 1 (Menghardik
halusinasi)
a) Membina hubungan saling percaya
b) Mengidentifikasi jenis halusinasi
klien
c) Mengidentifikasi isi halusinasi
S : Klien mengatakan melihat ada
dirinya yang lain saat sebelum
dirawat. Klien mengatakan tidak
pernah berbicara dan tertawa sendiri.
Klien mengatakan tidak tau dengan
dirinya ketika selesai mengkonsumsi
klien

d) Mengidentifikasi waktu terjadi


halusinasi klien

e) Mengidentifikasi situasi pencetus


yang menimbulkan halusinasi

f) Menjelaskan cara mengontrol


halusinasi dengan menghardik

g) Melatih pasien mengontrol


halusinasi dengan menghardik
alkohol.
O : Sebelum dirawat klien berbicara
dan tertawa sendiri saat dirumah nya.
Saat dilakukan latihan pasien tidak
tampak berbicara dan tertawa sendiri.
A : SP 1 tercapai klien mampu
membina hubungan saling percaya,
klien dapat memperagakan cara
menghardik jika terjadi halusinasi.
P : Lanjutkan SP 2 halusinasi,
evaluasi kegiatan SP 1
25 Mei 2017 Gangguan Persepsi
Sensori : Halusinasi
pendengaran
Strategi Pelaksanaan 2 (6 benar minum
obat)

a) Evaluasi manfaat mengontrol


halusinasi dengan cara menghardik

b) Latih cara mengontrol halusinasi


S : Klien mengatakan tidak ada
mendengar suara-suara aneh, melihat
bayangan dirinya. Klien mengaku
sudah tenang.
dengan patuh minum obat.
(Jelaskan pentingnya penggunan
obat, akibat bila obat tidak
digunakan sesuai program, akibat
bila putus obat, cara mendapatkan
obat/berobat. Jelaskan prinsip 6
benar minum obat: jenis, waktu,
dosis, frekuensi, cara dan
kontinuitas minum obat.
O : Klien tidak tampak berbicara dan
tertawa sendiro. Klien tampak tenang
tetapi jarang berinteraksi.
A : SP 2 belum optimal, klien belum
mampu meminum obat sendiri. Klien
hanya tau waktu minum obat tidak
tau dosis dan jenis obat nya.
P : Lanjutkan SP 3, evaluasi kegiatan
SP 1 dan 2
26 Mei 2017 Gangguan Persepsi
Sensori : Halusinasi
pendengaran
Strategi Pelaksanaan 3 (Bercakap-cakap
dengan orang lain)

a) Evaluasi gejala halusinasi


b)Validasi kemampuan pasien dalam
mengontrol halusinasi dengan
menghardik, minum obat, berikan
pujian

c) Latih cara mengontrol halusinasi


dengan cara bercakap-cakap saat
S : Klien mengatakan tidak ada
mendengar suara-suara aneh, melihat
bayangan dirinya. Klien mengaku
sudah tenang.
O : klien tampak menyerndiri, klien
tidak mau bersosialisasi dengan
orang lain.
Gangguan Persepsi
Sensori : Halusinasi
pendengaran
terjadi halusinasi
Strategi Pelaksanaan 4 (melakukan
aktivitas sehari-hari)

a)evaluasi kemampuan pasien dalam


mengontrol halusinasi dengan
menghardik, minum obat, dan
bercakap-cakap dengan orang
lain,berikan pujian

b) Latih cara mengontrol


halusinasi dengan melakukan
kegiatan harian
A : Halusinasi sudah terkontrol, SP 3
belum optimal
P : Lanjutkan SP 4, evaluasi kegiatan
SP 1, 2 dan 3
S : Klien mengatakan tidak ada
mendengar suara-suara aneh, melihat
bayangan dirinya. Klien mengaku
sudah tenang.
O : Klien tampak sudah berbicara
dengan orang lain tetapi jarang.
Klien melakukan aktivitas harian
secara mandiri.
A : Klien dapat mengontrol dengan
melakukan kegiatan diruangan
P : Optimalkan SP 4 dan evaluasi
kegiatan SP 1 2 dan 3
27 Mei 2017 Isolasi Sosial Strategi Pelaksanaan 1 : bercakap – cakap
dengan satu orang
a) Membina hubungan saling
percaya
b) Membantu pasien menyadari
masalah isolasi sosial
c) Melatih pasien bercakap-cakap
secara bertahap antara pasien dan
anggota keluarga
S : Klien mengatakan namanya
Juprianto dan klien mengatakan
malas untuk berinteraksi jika tidak
hal yang penting. Klien lebih senang
sendiri.
O : Klien tampak banyak sendiri dan
bermenung, klien mempraktikan cara
berkenalan.
A : SP 1 Isolasi Sosial teratasi, klien
mampu berinteraksi dengan orang
lain
P : Evaluasi SP 1 dan lanjut SP
2Isolasi sosial
28 Mei 2017 Isolasi Sosial Strategi Pelaksanaan 2 : bercakap-cakap
dengan 2-3 orang
a) Evaluasi tanda dan gejala isolasi
social
b) Validasi kemampuan pasien
dalam berkenalan, beri pujian
c) Latih cara berbicara saat
melakukan kegiatan harian (2-3
orang )
S : Klien mengatakan senang bisa
berkenalan dengan orang lain
O : Klien tampak berkenalan dengan
2 orang teman lainnya
A : SP 2 isolasi sosial teratasi, klien
mampu menjelaskan kembali cara
berkenalan
P : Evaluasi SP 2 dan lanjut SP 3
isolasi sosial
29 Mei 2017 Isolasi Sosial Strategi Pelaksanaan 3 : bercakap-cakap
dengan 4-5 orang
a) Evaluasi tanda dan gejala isolasi
sosial
S : Klien mengatakan sudah
berkenalan dengan 2-3 orang
didalam ruangan
b) Validasi kemampuan berkenalan
dan bicara saat melakukan
kegiatan harian, berikan pujian
c) Latih cara berbicara saat
melakukan kegiatan (2 kegiatan
baru dengan 4-5 orang)
O : klien tampak ikut dalam kegiatan
di dalam ruangan dan mulai
berbicara dengan orang lain
A SP 3 Isolasi Sosial teratasi
P : Evaluasi SP 3 dan lanjut SP 4 Isolasi
Sosial
30 Mei 2017 Isolasi Sosial Strategi Pelaksanaan 4 : bercakap-cakap
dengan 4-5 orang dan melakukan
kegiatan
a. Mengevaluasi tanda dan gejala
isolasi sosial
b. Validasi kemampuan pasien dalam
berkenalan dan bicara saat
melakukan empat kegiatan harian,
berikan pujian
c. Tanyakan perasaan saat melakukan
kegiatan
S : Klien mengatakan senang
mengikuti kegiatan karena banyak
teman
O : klien tampak tidak menyendiri
lagi, klien mengikuti kegiatan
diruangan
d. Latih cara berbicara saat
melakukan kegiatan sosial
A : SP 4 Isolasi Sosial teratasi
P : Evaluasi Kegiatan SP 4 Isolasi
Sosial

You might also like