You are on page 1of 8

Motivasi Pecandu Narkoba Untuk Berhenti Menggunakan

Narkoba dan Mengikuti Kegiatan Rehabilitasi

Nurtifriani Gati Rixa


1602009025

A. Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi-motivasi apakah yang mendasari
adanya perubahan tingkah laku seorang pengguna narkoba untuk bisa berhenti
menggunakan narkoba dan mengikuti kegiatan-kegiatan rehabilitasi. Adapun subjek yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 3 (tiga) remaja berusia 16 sampai 20 tahun yang
sedang mengikuti kegiatan rehabilitasi dan ingin menghentikan kecanduannya. Metode yang
digunakan adalah observasi dan wawancara. Hasil dari penelitian ini adalah adanya
motovasi tersendiri pada diri individu yang membuat mereka melakukan sesuatu yaitu
berhenti menggunakan narkoba dan mengikuti kegiatan rehabilitasi.

B. Latar Belakang
Saat ini penggunaan narkoba dikalangan remaja dan pelajar meningkat pesat. Hal
tersebut merupakan fakta mengejutkan yang cukup meresahkan karena remaja dan pelajar
merupakan generasi penerus bangsa yang dimana kontribusinya untuk negara sangat
diperlukan. Masa remaja diketahui sebagai masa-masa pencarian jati diri bagi individu. Masa
remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa.
Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja akan membentuk perkembangan
diri orang tersebut di masa dewasa. Pada masa remaja, justru keinginan untuk mencoba-coba,
mengikuti trend dan gaya hidup, serta bersenang-senang besar sekali. Rasa keingintahuan
remaja yang begitu tinggi membuat remaja cenderung ikut-ikutan apapun yang dilakukan
oleh teman-temannya, adanya sarana dan prasarana seperti tersedianya kelebihan finansial
tanpa adanya pengawasan dari orangtua atau keluarga, adanya kesempatan (lemahnya
pengawasan dari orangtua dan keluarga) seringkali membuat remaja mencoba hal-hal yang
baru yang cenderung negatif, adanya rasa rendah diri (kurang percaya diri) mendorong
remaja mencari cara agar diperhatikan oleh orang lain, emosi remaja yang labil juga dapat
mendorong remaja umtuk menggunakan narkoba. Walaupun semua kecenderungan itu wajar-
wajar saja, tetapi hal itu bisa juga memudahkan remaja untuk terdorong menyalahgunakan
narkoba. Data menunjukkan bahwa jumlah pengguna narkoba yang paling banyak adalah
kelompok usia remaja (http://bnnpsulsel.com diakses pada 12 Desember 2012. Pukul 22.25).
Narkoba sendiri merupakan zat adiktif yang sangat berbahaya bagi tubuh dan membuat
tubuh kecanduan sehingga sangat sulit untuk berhenti dari kecanduan tersebut. Narkoba baik
ganja, heroin, kokain, ekstasi, alkohol maupun obat-obatan terlarang lainnya adalah perusak
generasi bangsa. Meskipun dalam dosis tertentu, beberapa di antaranya memiliki manfaat
untuk kepentingan medis, namun selebihnya justru membahayakan kesehatan sang pengguna.
Menurut WHO (1982), semua zat padat, cair maupun gas yang dimasukan kedalam tubuh
yang dapat merubah fungsi dan struktur tubuh secara fisik maupun psikis tidak termasuk
makanan, air dan oksigen dimana dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi tubuh normal.
Sehingga penyalahgunaan narkoba oleh remaja akan memburamkan masa depan mereka
sendiri.
Dampak penyalahgunaan narkoba tidak hanya menyebabkan gangguan otak dan merusak
sistem pernafasan, tetapi juga memperlambat sistem kerja syaraf, merusak penglihatan,
menimbulkan gangguan liver dan ginjal serta efek negatif lainnya. Sementara secara kejiwaan
dan sosial, remaja yang menyalahgunakan narkoba, emosinya jelas tidak akan terkendali,
cenderung berbohong, hubungan dengan teman, keluarga, dan lingkungan terganggu,
cenderung menghindari orang lain karena merasa dikucilkan, menarik diri dari lingkungan
dan cenderung melakukan tindak pidana: kekerasan, pencurian, perkosaan, dll. Dampak
psikis yang mungkin terjadi ialah sikap yang apatis, euforia, emosi labil, depresi, kecurigaan
yang tanpa dasar, kehilangan kontrol perilaku, sampai mengalami sakit jiwa (dalam Mardiya,
2010).
Menghadapi permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba mengharuskan
pemerintah memikirkan bagaimana cara menanggulangi masalah tersebut, akhirnya
pemerintah mengeluarkan Undang-UndangNomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan
Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika. Dengan demikian undang-undang
ini diharapkan dapat menekan sekecil-kecilnya tindak kejahatan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba di Indonesia, karena itulah di dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan tersebut sanksi pidana sangat berat dibandingkan dengan sanksi dalam undang-
undang tindak pidana lainnya (dalam Syafii Ahmad, 2009)
Berhenti menggunakan narkoba bukanlah perkara yang mudah apalagi bagi mereka yang
sudah kecanduan atau ketagihan. Salah satu faktor kendala pengguna narkoba untuk berhenti
tidak mengkonsumsi narkoba kembali adalah adanya craving, yaitu perasaan ingin kembali
menggunakan narkoba (dalam FitriantiNurul dkk, 2011).Karena bagi mereka yang sudah
memasuki tahap kecanduan akan merasa sakit pada sekujur tubuh bila tidak mengkonsumsi
narkoba tersebut. Maka dari itu biasanya individu yang sudah menjadi pecandu akan dibawa
ke pusat rehabilitasi narkoba untuk menghentikan kecanduan itu.Upaya untuk rehabilitasi
para pemakai narkoba juga tidak mudah, karena kebanyakan dari pecandu selalu memakai
kembali narkoba setelah kembali ke masyarakat.
Kecanduan tersebut memang tidak mudah untuk dihilangkan kecuali pada diri individu
memiliki kecanduannya tersebut. Pada dasarnya motivasi merupakan pengertian yang
melingkupi penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusialah yang
menyebabkan manusia itu berbuat sesuatu. Motivasi itu sendiri merupakan suatu pengertian
yang melengkapi semua penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri
manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu (Gerungan, 1996), sedangkan menurut
Atkinson (1958) motivasi sebagai suatu disposisi laten yang berusaha dengan kuat untuk
menuju ke tujuan tertentu, tujuan ini dapat berupa prestasi, afiliasi ataupun kekuasaan
(AhmadiAbu, 2007).

C. Teori
a. Narkoba
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat-obatan berbahaya. Selain narkoba,
istilah lain yang dikenal adalah napza yang merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika,
dan adiktif. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti
perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan
cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya.
1. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, atau ketagihan yang sangat berat (Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 22 tahun 1997).
Jenis narkotika di bagi atas 3 golongan :
a. Narkotika golongan I : adalah narkotika yang paling berbahaya, daya adiktif sangat tinggi
menyebabkan ketergantunggan. Tidak dapat digunakan untuk kepentingan apapun, kecuali
untuk penelitian atau ilmu pengetahuan. Contoh : ganja, morphine, putauw adalah heroin
tidak murni berupa bubuk.
b. Narkotika golongan II : adalah narkotika yang memilki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat
untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol.
c. Narkotika golongan III : adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi dapat
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : codein dan turunannya (Martono,
2006)
2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku, digunakan untuk mengobati gangguan jiwa
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997).
Jenis psikotropika dibagi atas 4 golongan :
a. Golongan I : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat untuk menyebabkan
ketergantungan, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti
khasiatnya seperti esktasi (menthylendioxy menthaphetamine dalam bentuk tablet atau
kapsul), sabu-sabu (berbentuk kristal berisi zat menthaphetamin).
b. Golongan II : adalah psikotropika dengan daya aktif yang kuat untuk menyebabkan
Sindroma ketergantungan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh :
ampetamin dan metapetamin.
c. Golongan III : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sedang berguna untuk
pengobatan dan penelitian. Contoh: lumubal, fleenitrazepam.
d. Golongan IV : adalah psikotropika dengan daya adiktif ringan berguna untuk pengobatan dan
penelitian. Contoh: nitra zepam, diazepam (Alifia, 2008).
3. Zat Adiktif
Zat adiktif lainnya adalah zat – zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat
menimbulkan ketergantungan pada pemakainya, diantaranya adalah :
a) Rokok
b) Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan.
c) Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan aseton, cat, bensin yang bila
dihirup akan dapat memabukkan (Martono, 2006).
b. Motivasi
Pada dasarnya motif merupakan pengertian yang melingkupi penggerak. Alasan-alasan
atau dorongan-dorongan dalam diri manusialah yang menyebabkan manusia itu berbuat
sesuatu. Motivasi merupakan suatu pengertian yang melengkapi semua penggerak alasan-
alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu
(Gerungan, 1996), sedangkan menurut Atkinson (1958) motivasi sebagai suatu disposisi laten
yang berusaha dengan kuat untuk menuju ke tujuan tertentu, tujuan ini dapat berupa prestasi,
afiliasi ataupun kekuasaan (Abu Ahmadi, 2007). Tingkah laku manusia dilatarbelakangi
adanya motif sering disebut “tingkah laku bermotivasi”. Tingkah laku bermotivasi itu sendiri
dapat dirumuskan sebagai tingkah laku yang dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan
diarahkan pada pencapaian suatu tujuan agar suatu kebutuhan terpenuhi dan suatu kehendak
terpuaskan (Dirgagunarsa, 1996 (Alex Sobur, 2003)). Kebutuhan (need) dapat dipandang
sebagai kekurangan adanya sesuatu, dan ini menuntut segera pemenuhannya, agar segera
mendapatkan keseimbangan. Situasi kekurangan ini berfungsi sebagai suatu kekuatan atau
dorongan alasan, yang menyebabkan seseorang bertindak untuk memenuhi kebutuhan
(AhmadiAbu, 2007).
Menurut Alex Sobur (2003) lingkaran motivasi terdiri dari: perilaku manusia didasari
oleh tiga kebutuhan yaitu, kebutuhan untuk berprestasi (n-achievement), kebutuhan untuk
berkuasa (n-power), dan kebutuhan untuk berafiliasi(n-affiliation) (Mc. Clelland) sedangkan
menurut teori kebutuhan Maslow menjelaskan bahwa kebutuhan manusia sebagai pendorong
(motivator) membentuk suatu hierarki atau jenjang peringkat. Maslow berpendapat bahwa
jika kebutuhan utama seseorang belum terpenuhi maka orang itu tidak dapat beranjak ke
tingkatan selanjutnya. Lima kebutuhan menurut Maslow adalah kebutuhan fisiologis,
kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan cinta dan memiliki dan dimiliki, kebuthan
penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Unsur kedua dari lingkaran motivasi adalah
perilaku yang dipergunakan sebagai cara atau alat agar suatu tujuan bisa tercapai. Perilaku
terjadi baik secara sadar maupun tidak sadar. Unsur ketiga dari lingkaran motivasi adalah
tujuan yang berfungsi untuk memotivasi perilaku. Tujuan juga menentukan seberapa aktif
individu akan berperilaku. Sebab, selain ditentukan oleh motif dasar, perilaku juga ditentukan
oleh keadaan dari tujuan. Jika tujuannya menarik, individu akan lebih aktif lagi berperilaku.
Pada dasarnya perilaku manusia bersifat majemuk, karena itu tujuan dari perilaku tidak hanya
satu. Selain tujuan pokok (primary goal), ada juga tujuan lain atau tujuan sekunder
(secondary goal) (SoburAlex, 2003).
c. Remaja
1. Masa remaja awal (12-15 tahun)
Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha
mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang tua. Fokus
dari tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas
yang kuat dengan teman sebaya.
2. Masa remaja pertengahan (15-19 tahun)
Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru. Pada masa ini
teman sebaya masih berperan penting namun individu sudah lebih mempu mengarahkan diri
sendiri (self directed). Remaja juga mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar
mengendalikan implusivitas, dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan
sekolah dan pekerjaan yang kelak ingin ia capai.selain itu penerimaan dari lawan jenis
menjadi penting bagi individu.
3. Masa remaja akhir (19-22 tahun)
Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Remaja
pada masa ini memiliki keinginan yang kuat untuk diterima dalam kelompok teman sebaya
dan orang dewasa. Pada tahap ini remaja menjadi lebih matang. (Agustiani Hendriati, 2006).

D. Metode
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Tempat
pelaksanaan penelitian ini adalah di Yayasan Madani Mental Health Care : Jalan Pancawarga
III RT 03/04 No. 34 Cipinang Besar Selatan, Jatinegara-Jakarta Timur. Proses wawancara
dan observasi di lakukan di ruang tamu yayasan yang dilakukan dengan wawancara terhadap
subjek secara bergantian.Dalam proses pengambilan data, peneliti mencari subjek yang
memenuhi karakteristik yang sesuai dengan penelitian dan juga menentukan jumlah subjek,
yaitu remaja berusia 16 – 20 tahun yang mengikuti program rehabilitasi karena menggunakan
narkoba. Dalam penelitian ini jumlah subjek yang diambil yaitu 3 partisipan.
Adapun prosedur dalam tahapan penelitian yaitu mencari tahu studi-studi atau literatur
tentang motivasi dan narkoba pada remaja, kemudian mencari informasi-informasi untuk
proses pengambilan data (tempat, sesuai dengan karakteristik atau tidak), lalu menelepon
yayasan dan segera membuat janji, setelah itu meminta ijin kepada yayasan untuk proses
pengambilan data, hal yang dilakukan kemudian adalah membuat pedoman-pedoman
wawancara, meminta surat permohonan ijin ke dekanat, meminta informed cosent kepada
pihak fakultas. Selanjutnya peneliti melakukan proses pengambilan data yaitu menyiapkan
alat perekam dan dokumentasi, mendatangi yayasan, meminta ijin kepada yayasan dan
yayasan segera mencari subjek yang sesuai dengan karakteristik subjek yang diinginkan
peneliti, kemudian meminta ijin dan meminta persetujuan subjek untuk diwawancarai lalu
meminta subjek untuk mengisi informed consent. Hal yang dilakukan selanjutnya adalah
membangun rapport, mewawancarai subjek dan membuat laporan verbatim

E. Hasil & Analisis


 Hasil observasi
Subjek YM
YM duduk di kursi ruang tamu, ia mengenakan kaus berwarna hijau dan celana santai
selutut berwarna merah. Ia duduk dengan melipat satu kaki (kiri) dan diletakan diatas kursi.
Subjek bersikap sangat terbuka, ia mau menceritakan dan menjawab seluruh pertanyaan yang
diberikan. Saat menjawab pertanyaan, ada kontak mata antara YM dengan peneliti.
Subjek H
H duduk di kursi ruang tamu dengan posisi duduk yang tegak. Ia mengenakan baju kaos
bergaris warna merah dan abu-abu, dan celana panjang berwarna coklat.Awalnya H
cenderung menjawab pertanyaan dengan hati-hati, namun lambat laun ia mulai menceritakan
pengalaman dan menjawab pertanyaan yang diberikan dengan baik dan mau bersikap
terbuka. Ada kontak mata antara H dengan peneliti.
Subjek MD
MD duduk di kursi ruang tamu dengan posisi duduk yang agak membungkuk. Ia
mengenakan baju kaos berwarna hitam dan celana panjang berwarna biru dongker.MD
menjawab semua pertanyaan yang diberikan dengan sangat hati-hati. Adanya kontak mata
dengan peneliti meski lebih cenderung melihat ke arah lain.
 Hasil Wawancara
Berikut sebagian hasil wawancara peneliti dengan subjek I :
Iter : ini pertama kalinya ikut rehab apa gimana?
Itee : Hhhhmm enggak, ini ketiga kalinya. Pertama saya ikut rehab di Solo, 2 bulan. Lalu pas keluar
dirumah saya pake lagi karena teman saya masih sering berkumpul dengan saya. Lalu saya
juga sebelumnya pernah rehab di tasikmalaya, tapi cuma 2 hari karena disana pake kekerasan
gitu, saya gak tahan, jadi pindah kesini.
Iter : Lalu kan tadi akhirnya memutuskan untuk ikut rehab agar berhentikan dari narkoba? Itu
motivasinya karena apa?
Itee : Yaaaa saya pikir apa yang saya lakukan ini salah, dan saya harus memperbaiki semuanya,
saya pengen punya pacar lagi karena saya diputusin sama pacar saya karena saya make kan,
trus setiap saya deketin cewek, cewek gak ada yang mau sama saya. Jadi saya pengen
berubah untuk keluarga saya juga dan untuk saya sendiri juga.
Subjek II :
Iter : awal ketahuan pake narkoba tuh gimana?
Itee : dari luar sebenernya banyak yang laporan ke orang tua saya
Iter : tanggapan keluarga bagaimana saat mengetahui anda menggunakan narkoba?
Itee : ibu dan ayah saya sedih kan, jadi saya ngerasa bersalah juga akhirnya pas disuruh ikut rehab
akhirnya saya nurut aja.
Iter : jadi motivasinya untuk berhenti dan ikut rehab itu dari orang tua?
Itee : sebenernya dari diri saya sendiri juga karena saya ngerasa salah, saya tau saya salah kalo pake
narkoba tapi karena saya mau nyari perhatian orang tua saya kan saya tetep ngelakuinnya
sampe akhirnya orang tua saya tau dan saya sadar kalo saya udah ngecewain mereka dan
sekarang saya mau berubah dan berhenti make.

Analisis
Motivasi adalah suatu keadaan dari dalam yang memberi kekuatan, yang menggiatkan,
atau yang menggerakan, sehingga disebut penggerak yang mengarahkan atau menyalurkan
perilaku ke arah tujuan-tujuan. Adanya kebutuhan atau keinginan dari dalam dirilah yang
membuat seseorang termotivasi untuk melakukan sesuatu. Untuk para pecandu sendiri
mereka ingin berhenti menggunakan narkoba karena adanya kebutuhan antara lain kasih
sayang dari orang-orang yang terdekat sebab di Indonesia sendiri menggunakan narkoba
merupakan hal yang ilegal dan perdagangan dan penggunaannya dilarang oleh Pemerintah
sehingga keluarga ataupun orang terdekat akan menjauh bila ada seseorang ketahuan
menggunakan narkoba, dari sanalah muncul motivasi dalam dirinya untuk berhenti
menggunakan narkoba selain itu, aktualisasi diri juga merupakan kebutuhan yang banyak
dicari bagi pengguna narkoba. Kebutuhan-kebutuhan itulah yang membuat para pecandu
ingin berhenti menggunakan narkoba dan memulai kehidupan mereka yang baru dan lebih
baik. Hal tersebut terbuktu dalam pengambilan data dimana subjek ingin berhenti
menggunakan narkoba arena didasari oleh adanya kebutuhan-kebutuhan tersebut.

F. Diskusi
Motivasi merupakan pendorong bagi individu untuk melakukan sesuatu. Motivasi
didasari oleh adanya kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi oleh individu, individu
tersebut ingin memenuhi kebutuhannya sehingga akan melakukan sesuatu agar kebutuhannya
terpenuhi. Hal ini yang ingin dilihat oleh peneliti, hal apa yang mendasari individu dalam
kasus ini adalah pecandu untuk berhenti menggunakan narkoba dan mengikuti kegiatan
rehabilitasi. Sementara untuk berhenti menggunakan narkoba bukan merupakan hal yang
mudah karena lepas dari kecanduan adalah hal yang sulit maka tidak heran banyak orang
(pecandu) yang pernah mengikuti kegiatan rehabilitasi akhirnya kembali menggunakannya
setelah keluar dari tempat rehabilitasi. Kejadian tersebut yang membuat pertanyaan
berikutnya. Jika motivasi dapat membuat seseorang melakukan sesuatu, sehingga pecandu
ingin berhenti menggunakan narkoba namun mengapa para pecandu tersebut banyak yang
kembali menggunakan narkoba, namun akhirnya diketahui bahwa pecandu yang kembali
untuk kesekian kalinya ke tempat rehabilitasi awalnya bukan merupakan keinginan mereka
sendiri melainkan dari keluarga maupun orang terdeketa mereka. Sampai pada akhirnya
mereka sadar dan merasakan adanya kebutuhan dalam dirinya yang memotivasi mereka
untuk berhenti menggunakan narkoba.Kesimpulan dari penelitian ini adalah motivasi dapat
mendorong orang melakukan sesuatu apapun juga meski perlu usaha yang keras agar indvidu
dapat memenuhi kebutuhan mereka.

G. Referensi
Agustiani, Hendriati. 2006. Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan
Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung : PT. Refika Aditama
Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta
Alifia, U. 2008. Apa Itu Narkotika dan Napza. Semarang :PT Bengawan Ilmu
Fitrianti,Nurul. EM. Agus Subekti. Puri Aquarisnawati. 2011. Pengaruh antara Kematangan
Emosi dan Self-eficacyterhadap Craving pada Mantan Pengguna Narkoba. Jurnal. Fakultas
Psikologi Universitas Hang Tuah. Surabaya. INSAN Vol. 13 No. 02
Mardiya. 2010. Membangun Remaja Bebas Narkoba. Kulonprogo. Artikel.
Martono, dkk. 2006. Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Berbasis
Sekolah. Jakarta: Balai Pustaka
http://www.kulonprogokab.go.id
Muliyanti, Sri. 2012. Bahaya Narkoba pada Remaja. http://www.dinkesrl.net
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia
Sudarianto. 2012. Bahaya Narkoba Bagi Remaja. http://bnnpsulsel.com
http://risetkualitatif2012.blogspot.com/2013/01/motivasi-pecandu-narkoba-untuk-berhenti.html

You might also like