You are on page 1of 21

BAB I

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
 Nama : Ny. Sri Utami
 Umur : 42 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Pekerjaan :-
 Agama : Islam
 Suku : Jawa
 Alamat : Parakan 3/12 Bolong Karanganyar
 Tanggal MRS : 4 Juli 2014
 No. RM : 23.25.xx

ANAMNESIS
 Didapatkan dari alloanamnesis pada tanggal 4 Juli 2014
- Keluhan utama : benjolan di payudara sebelah kiri
- Keluhan tambahan : nyeri, BAK dan BAB tidak ada keluhan

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


 Pasien datang ke Poli dengan keluhan benjolan di payudara sebelah kiri. benjolan di
payudara sebelah kiri muncul 3 bulan yang lalu. Benjolan semakin lama semakin
membesar. Benjolan nyeri saat di pegang atau di tekan. Dari puting susu tidak ada keluar
cairan seperti susu atau nanah.

 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


 Riwayat Penyakit Serupa : diakui (4 tahun yang lalu)
 Riwayat Trauma pada daerah dada : disangkal
 Riwayat Alergi obat/makanan : disangkal
 Riwayat mondok : diakui
 Riwayat Penyakit asma : disangkal
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
 Riwayat Penyakit Serupa : disangkal
 Riwayat hipertensi : disangkal
 Riwayat DM : disangkal
 Riwayat mondok : disangkal
 Riwayat alergi : disangkal

RIWAYAT PRIBADI DAN SOSIAL


Pasien tinggal bersama suami. Keluarga dan tetangga sekitar rumah tidak ada yang
mengalami penyakit serupa.

KELUHAN SISTEMIK
Sistem Cerebrospinal Gelisah (-), lemah (-), demam (-)

Sistem Cerebrospinal Sianosis (-), anemis (-), akral hangat (+)

Sistem Respiratorius Batuk (-), sesak Napas (-)

Sistem Genitourinarius BAK sulit (-), sedikit (-)

Sistem Gastrointestinal muntah (-), BAB sulit (-)

Sist Musculosceletal Atrofi otot (-)

Sistem Integumentum Kemerahan pada kulit (-), sikatriks (-), bula (-)

PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis


 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Compos Mentis
 VITAL SIGN
 Nadi : 68 x/menit
 Tekanan Darah : 130/90 mmHg
 Suhu : 36oc
 RR : 24 x/menit
PEMERIKSAAN KEPALA DAN LEHER

• KEPALA
• Normocephal
• Pupil isokhor
• Konjungtiva anemis (-/-)
• Sklera ikhterik (-/-)
• LEHER
• KGB : tidak ada pembesaran
• JVP : tidak ada peningkatan

PEMERIKSAAN THORAX
 Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak, tidak tampak massa
 Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat di SIC V LMC sinistra
 Perkusi
- Kanan atas SIC II parasternalis dextra
- Kanan bawah SIC IV parasternalis dextra
- Kiri atas SIC II parasternalis sinistra
- Kiri bawah SIC V linea midclavikula sinistra
 Auskultasi: Bunyi jantung I-II murni, reguler,bising jantung (-)

PEMERIKSAAN THORAX
 PARU
 Inspeksi : simetris
 Palpasi : fremitus kanan = kiri
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : SDV (+), Wheezing (-), Rhonki (-)
PEMERIKSAAN ABDOMEN
 Inspeksi : Permukaan perut rata,warna kulit kemerahan,perut distended (-), massa
(-), bekas luka operasi (-),
 Auskultasi : Peristaltik (+) normal
 Perkusi : Suara tympani
 Palpasi : Nyeri tekan (+), defans muskuler (-)

PEMERIKSAAN EKSTREMITAS
 Superior : Tidak ada kelainan
 Inferior : tidak ada kelainan
 Akral : Hangat

STATUS LOKALIS
1. Pemeriksaan mamae
a. Lokasi : mamae sinistra, kuadran lateral bawah
b. Inspeksi : benjolan tidak tampak
c. Palpasi :
- Pemukaan : teraba benjolan ukuran sekitar 5x5
- Konsistensi : keras
- Pergerakan : sukar digerakkan
- Massa tumor : nyeri tekan, benjolan tidak rata, batas tidak tegas, tidak mobile
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium

No Parameter Jumlah Satuan Nilai Rujukan

1 Leukosit 6800 uL 5000-10000/uL

2 Eritrosit 4,43jt uL 4,0-5,5 juta/uL

3 Hemoglobin 14,7 Gr/dl 11,5-13,5 g/dl

4 Hematokrit 37,7 % 37-43 %

5 MCV 85,1 Femtoliter 82-92 fl

6 MCH 33,2 Pikograms 27-31 pg

7 MCHC 39,0 g/dl 32-36 g/dl

8 Trombosit 213.000 uL 150.000-400.000/uL

9 Limfosit 30,3 % 20/40%

10 HBS Ag negative

11 GDS 94 mg/dl 70 – 150

12 Ureum 20 mg/dl 10 – 50

13 Creatinin 0,88 Mg/dl 0,5 – 0,9

2. USG
Kesan : tampak lesi hypoekoik, sangat mungkin terjadi malignansi di mamae sinistra
kwadran medial bawah dan di mamae dextra kwadran medial bawah (jam 4)

DIAGNOSIS
 DIAGNOSIS KERJA
Tumor mamae sinistra suspek Ca mamae sinistra T2N0M0
PENATALAKSAAN
1. Obat
2. Operasi
- Puasa
- Persiapan Operasi
- Infus RL 20 tpm
- Inj celftriaxon 2x1 gr
- Pronalges supp 2x1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi
Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua sampai
iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media. Kelenjar ini dimiliki
oleh pria dan wanita. Namun, pada masa pubertas, payudara wanita lambat laun akan
membesar hingga membentuk setengah lingkaran, sedangkan pada pria tidak.
Pembesaran ini terutama terjadi akibat penimbunan lemak dan dipengaruhi oleh hormon-
hormon ovarium.
Jaringan payudara terdiri dari berbagai komponen, yakni lemak subkutis, stroma
dan parenkim yang ditunjang oleh jaringan ikat (ligamen Cooper), pembuluh darah, saraf,
dan jaringan limfatik. Daerah areola mammae mengandung folikel rambut, kelenjar
apokrin, dan kelenjar sebaseus Montgomery yang menghasilkan air susu. Puting susu
mengandung akhiran saraf dan otot polos, serta 8-20 duktus laktiferus komunis yang
merupakan terminal dari duktus laktiferus. Jaringan lemak sendiri distribusinya lebih
banyak di sekitar lobulus, dan di sekitar daerah perifer payudara.
Untuk mempermudah menyatakan letak suatu kelainan, payudara dibagi menjadi
lima regio, yaitu :
1. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant)
2. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant)
3. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant)
4. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant)

Vaskularisasi
Vaskularisasi mammae terutama berasal dari cabang arteria mammaria interna,
cabang lateral dari arteri intercostalis posterior, dan cabang dari arteri aksilaris termasuk
arteri torakalis lateralis, dan cabang pectoral dari arteri torakoakromial.
Fisiologi
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon.
Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, lalu masa
fertilitas, sampai klimakterium, hingga menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen
dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofisis menyebabkan
berkembangnya duktus dan timbulnya asinus.
Perubahan selanjutnya terjadi sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8 haid,
payudara membesar, dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran
maksimal. Selama beberapa hari sebelum haid, payudara menegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik, terutama palpasi sulit dilakukan. Pada waktu itu mammografi menjadi
rancu karena kontras kelenjar terlalu besar.
Pada kehamilan, payudara membesar karena epitel duktus lobul dan duktus
alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.

2. Definisi
Tumor payudara adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel yang
terjadi secara terus menerus Dalam klinik, istilah tumor sering digunakan untuk semua
tonjolan dan diartikan sebagai pembengkakan, yang dapat disebabkan baik oleh
neoplasma maupun oleh radang, atau perdarahan. Neoplasma membentuk tonjolan, tetapi
tidak semua tonjolan disebabkan oleh neoplasma .
3. Etiologi dan Faktor Resiko
Sampai saat ini, penyebab pasti tumor payudara belum diketahui. Namun, ada
beberapa faktor resiko yang telah teridentifikasi, yaitu :
a. Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan dengan pria. Prevalensi
tumor payudara pada pria hanya 1% dari seluruh tumor payudara.
b. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor payudara beresiko tiga kali
lebih besar untuk menderita tumor payudara.
c. Faktor genetik
Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13 dapat
meningkatkan resiko tumor payudara sampai 85%.
d. Faktor usia
Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
e. Faktor hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak diselingi oleh
perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan resiko terjadinya tumor
payudara.
f. Usia saat kehamilan pertama
Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat dibandingkan dengan hamil
pada usia kurang dari 20 tahun.
g. Terpapar radiasi
h. Intake alkohol
i. Pemakaian kontrasepsi oral
Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor payudara. Penggunaan
pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan
pada usia lebih tua.

4. Diagnosis
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Hal-hal yang harus ditanyakan kepada penderita adalah letak benjolan, sejak
kapan mulai timbul benjolan, dan kecepatan tumbuhnya. Selain itu, perlu juga ditanya
berbagai gejala penyerta, seperti ada tidaknya nyeri, jenis dan jumlah cairan yang keluar
dari puting, perubahan bentuk dan besar payudara, hubungannya dengan haid, perubahan
pada kulit, dan retraksi puting susu.
Faktor risiko yang perlu diketahui antara lain: riwayat keluarga yang terkena
kanker payudara dan atau kanker ovarium, riwayat obstetri dan ginekologi, terapi
hormonal (termasuk kontrasepsi hormonal), riwayat operasi/aspirasi benjolan di payudara
sebelumnya.
Berikut adalah langkah-langkah pemeriksaan payudara yang harus diajarkan
kepada semua wanita, terutama kelompok berisiko tinggi:
1. Berdiri didepan cermin, lalu perhatikan bentuknya, simetris atau tidak, ada tidaknya
kemerahan di payudara. Perhatikan pula puting susu dan sekitarnya, adakah luka atau
puting tertarik ke dalam

2. Lalu angkat kedua lengan ke atas dengan telapak tangan diletakkan di daerah
belakang kepala, sedikit di atas leher. Dengan gerakan ini, seharusnya payudara akan
terangkat ke atas secara simetris. Perhatikan ada tidaknya daerah yang tertarik ke
dalam. Perhatikan adakah kelainan pada kulit payudara yang menyerupai kulit jeruk
3. Turunkan salah satu lengan, lalu raba dengan telapak jari-jari tangan. Berhenti
sebentar, lalu raba dengan gerakan memutar dengan sedikit penekanan pada
payudara. Lalu geser ke daerah lain, berhenti lagi sambil diraba dengan gerakan
memutar. Lakukan hal ini berulang-ulang sampai seluruh bagian payudara selesai
diperiksa

4. Lakukan pemeriksaan pada daerah ketiak dengan gerakan memutar seperti saat
memeriksa payudara. Perhatikan ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening.
5. Pemeriksaan terakhir adalah gerakan mengurut dari arah dasar payudara ke arah
puting, untuk mengetahui ada sekret atau tidak.
5. Macam Tumor Mammae
a. Fibroadenoma Mammae
Fibroadenoma mammae (FAM) sering ditemukan pada usia yang lebih muda,
antara 20-40 tahun, dengan usia median 30 tahun. Insidensinya tidak diketahui pasti,
sekitar 50% hasil biopsi payudara adalah FAM, berapapun usianya. Pada perabaan
massanya berbatas tegas, kenyal, dapat digoyang, tidak nyeri. Kadang sulit dibedakan
dengan kista payudara. FAM terjadi akibat proliferasi abnormal jaringan periduktus ke
dalam lobulus; dengan demikian sering ditemukan di kuadran lateral atas karena di
bagian ini distribusi kelenjar paling banyak. Baik estrogen, progesteron, kehamilan,
maupun laktasi dapat merangsang pertumbuhan FAM.
Faktor Resiko
Ada beberapa hal yang merupakan faktor resiko terhadap kemungkinan tumor
payudara, antara lain :
a. Umur > 30 tahun
b. Anak perrtama lahir pada usia ibu > 35 tahun
c. Tidak kawin
d. Menarche < 12 tahun
e. Menopause terlambat > 55 tahun
f. Pernah operasi tumor jinak payudara
g. Mendapat terapi hormonal yang lama
h. Adanya kanker payudara kontralateral
i. Riwayat operasi ginekologi
j. Riwayat radiasi pada daerah dada
k. Riwayat keluarga menderita kanker payudara
Etiologi
Fibroadenoma ini terjadi akibat adanya kelebihan hormon estrogen. Biasanya
ukurannya akan meningkat pada saat menstruasi atau pada saat hamil karena produksi
hormon estrogen meningkat
Fibroadenoma mammae dibedakan menjadi 3 macam:
- Common Fibroadenoma
- Giant Fibroadenoma umumnya berdiameter lebih dari 5 cm.
- Juvenile fibroadenoma pada remaja.
Juvenile fibroadenoma adalah sejenis tumor jinak yang tumbuh pada saat
berkembangnya payudara normal ke arah yang salah. Fibroadenoma memiliki ciri
keras, bulat, dan gampang dirasakan. Meskipun, tumor ini dapat menjadi sebesar 8 – 9
cm, biasanya tidak menimbulkan rasa sakit.
Patofisiologi
FAM bukan merupakan satu-satunya penyakit pada payudara, namun insiden
kasus tersebut tinggi, tergantung pada jaringan payudara yang terkena, estrogen dan
usia permulaan. Tumor dapat terjadi karena mutasi dalam DNA sel. Penimbunan
mutasi merupakan pemicu munculnya tumor. Penimbunan mutasi di jaringan fibrosa
dan jaringan epitel dapat menyebabkan proliferasi sel yang abnormal sehingga akan
tampak tumor yang membentuk lobus-lobus hal ini dikarenakan terjadi gangguan pada
nukleus sel yang menyebabkan sel kehilangan fungsi deferensiasi yang disebut
anaplasia. Dengan rangsangan estrogen FAM ukurannya akan lebih meningkat hal ini
terlihat saat menstruasi dan hamil.
FAM adalah tumor jinak maka pengobatan yang dilakukan adalah dengan
mengangkat tumor tersebut, untuk mengetahui apakah tumor itu ganas atau tidak
tumor yang sudah di ambil akan di bawa ke laboratorium patologi untuk pemeriksaan
lebih lanjut.
Pembagian fibroadenoma berdasarkan histologik yaitu :
1. Fibroadenoma Pericanaliculare
Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa
lapis
2. Fibroadenoma intracanaliculare
Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar
berbentuk panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau
menghilang.

GAMBARAN KLINIS
 Timbul pada wanita muda, 15-30 tahun
 Membesar sangat pelan, dalam tahunan
 Bentuk bulat atau oval
 Batas tegas
 Tidak besar, 2- 5 cm
 Permukaan rata
 Konsistensi padat kenyal
 Sangat mobile dalam korpus mamma
 Tidak ada tanda invasi atau metastase
 Dapat singel atau multipel.
 >4 cm diperlukan FNAB untuk menyingkirkan kemungkinan tumor filodes

b. Kistosarkoma Phyloides
Merupakan suatu tumor jinak yang berasal dari jaringan penyokong nonepitel,
bersifat menyusup secara lokal. Pertumbuhanya cepat dan dapat ditemukan dalam
ukuran besar. Tumor ini terdapat pada semua usia, tetapi kebanyakan pada usia sekitar
30 tahun.
Penanggalan terhadap tumor tersebut adalah eksisi luas. Jika tumor tersebut sudah
besar, biasanya perlu dilakukan mastektomi simpel. Bila tumor ternyata ganas, harus
dilakukan mastektomi radikal walaupun mungkin bermetstasis secara hematogen
seperti sarkoma.

c. Kista Mammae
Kista payudara sangat sering ditemukan pada praktek sehari-hari, terbanyak pada
usia 40 tahunan sampai peri-menopause. Besarnya berubah sesuai dengan siklus haid.
Secara etiopatogenesis, kista terbentuk akibat obstruksi dan dilatasi duktus koligentes.
Bila membesar dengan cepat, umumnya disertai rasa nyeri.
Seringkali diduga maligna apabila cairan di dalamnya sangat banyak sehingga
tekanannya tinggi dan teraba keras. Pemeriksaan sonografi dapat dengan jelas
menggambarkan apakah massa ini kistik atau solid.

d. Kelainan Fibrokistik
Sering ditemukan pada usia antara 20-30 tahun. Secara pemeriksaan fisik sulit
dibedakan. dengan FAM atau kista payudara. Walaupun demikian, hampir selalu
disertai nyeri. Sifat nyerinya cukup signifi kan, yakni: berfluktuasi sesuai siklus haid,
bilateral, tidak terlokalisir, dan menyebar ke bahu atau aksila bahkan dapat menyebar
ke lengan. Nyeri biasanya menetap dan bisa memburuk sampai menopause. Dua puluh
persen kasus mengalami resolusi spontan.
e. Karsinoma Mammae
Ca mammae pada wanita menduduki tempat nomor dua setelah carcinoma
serviks uteri. Kurva insiden usia bergerak tinggi sejak usia 30 tahun. kanker jarang
ditemukan pada usia di bawah 20 tahun. Angka tertinggi pada usia 45-66 tahun.
Penyakit ini disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-sel tubuh secara tidak
teratur sehingga pertambahan sel tidak dapat dikendalikan dan akan tumbuh menjadi
benjolan tumor (cancer). Apabila tumor ini tidak diambil dan dibuang, dikhawatirkan
akan masuk dan menyebar ke dalam jaringan yang sehat. Ada kemungkinannya juga
sel kanker tersebut melepaskan diri dan menyebar ke seluruh tubuh.

Patofisiologi
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan cirri-ciri:
proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh
struktur jaringan sekitarnya.
Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan
proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal dengan
menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ
yang jauh. Di dalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam
intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi
transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel
normal.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
1. Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi bourgeois
lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker
pada manusia.
Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi
bisa merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung
dari sifat, jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang
dikenai karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-
karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.
2. Fase in situ: 1-5 tahun
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous
yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran
cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.
3. Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui
membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe.
Waktu antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberpa minggu
sampai beberapa tahun.
4. Fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-
tempat lain bertambah.
Tanda dan gejala
Penemuan tanda-tanda dan gejala sebagai indikasi kanker payudara
masih sulit ditemukan secara dini. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika dudah
teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri.
1. Terdapat massa utuh (kenyal)
Biasanya pada kuadran atas dan bagian dalam, di bawah lengan, bentuknya
tidak beraturan dan terfiksasi (tidak dapat digerakkan)
2. Nyeri pada daerah massa
3. Adanya lekukan ke dalam/dimping, tarikan dan retraksi pada area mammae.
Dimpling terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau akibat distorsi
ligamentum cooper. Cara pemeriksaan: kulit area mammae dipegang antara
ibu jari dan jari telunjuk tangan pemeriksa lalu didekatkan untuk
menimbulkan dimpling.
4. Edema dengan Peaut d’orange skin (kulit di atas tumor berkeriput seperti kulit
jeruk)
5. Pengelupasan papilla mammae
Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting susu serta keluarnya cairan
secara spontan kadang disertai darah.
6. Ditemukan lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi.

PENENTUAN UKURAN TUMOR, PENYEBARAN KE KELENJAR LIMFE DAN


TEMPAT LAIN PADA CARCINOMA MAMMAE
Tumor size (T)
Tx Tumor tidak dinilai
To Tidak dapat ditunjukkan adanya tumor primer
Tis Tumor insitu
T1 Tumor dengan diameter 2 cm atau kurang

T1a diameter 0,5cm atau kurang, tanpa fiksasi terhadap fascia


dan/muskulus pectoralis

T1b > 0,5 cm tapi kurang dari 1 cm, dengan fiksasi terhadap fascia
dan/muskulus pectoralis

T1c > 1 cm tapi < 2 cm, dengan fiksasi terhadap fascia dan/muskulus
pectoralis
T2 Tumor dengan diameter antar 2-5cm

T2a tanpa fiksasi terhadap fascia dan/muskulus pectoralis

T2 b dengan fiksasi
T3 Tumor dengan diameter > 5 cm

T3a tan pa fiksasi, T3b dengan fiksasi


T4 Tumor tanpa memandang ukurannya telah menunjukkan perluasan
secara langsung ke dalam dinding thorak dan kulit

REGIONAL LIMFE NODES (N)


NX Kelenjar ketiak tidak dinilai

N0 Tidak ada metastase kelenjar ketiak homolateral

N1 Metastase ke kelenjar ketiak homolateral tapi masih bisa digerakkan


N2 Metastase ke kelenjar ketiak homolateral yang melekat terfiksasi satu
sama lain atau terhadap jaringan sekitarnya
N3 Metastase ke kelenjar homolateral supraklavikuler atau intraklavikuler
terhadap edema lengan

METASTASE JAUH (M)


M0 Tidak ada metastase jauh

M1 Metastase jauh termasuk perluasan ke dalam kulit di luar payudara

STADIUM KLINIS KANKER PAYUDARA


STADIUM T M N
0 T1s N0 M0
I T1 N0 M0
IIA T0 N1 M0

T1 N1 M0

T2 N0 M0

IIB T2 N1 M0

T3 N2 M0

IIIA T0 N2 M0

T1 N2 M0

T2 N2 M0

T3 N1, N2 M0
IIIB T4 Semua N M0

Semua T N3 M0

IV Semua T Semua N M1

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Mamografi
Sedapat mungkin dilakukan sebagai alat bantu diagnostik utama, terutama pada
usia di atas 30 tahun. Walaupun mamografi sebelumnya normal, jika terdapat keluhan
baru, maka harus dimamografi ulang. Pada mamografi , lesi yang mencurigakan ganas
menunjukkan salah satu atau beberapa gambaran sebagai berikut: lesi asimetris, kalsifi kasi
pleomorfik, tepi ireguler, terdapat peningkatan densitas dibandingkan sekitarnya. Pada
salah satu penelitian terhadap 41.427 penderita, sensitivitasnya mencapai 82,3% dengan
spesifi sitas 91,2%. Walaupun demikian, bila hasilnya negatif, harus tetap dilakukan
pemeriksaan lanjutan.
b.Ultrasonografi
Ultrasonografi sangat berguna untuk membedakan lesi solid dan kistik setelah
ditemukan kelainan pada mamografi . Pemeriksaan ini juga dapat digunakan pada kondisi
klinis tertentu, misalnya pada wanita hamil yang mengeluh ada benjolan di payudara
sedangkan hasil mamografinya tidak jelas walaupun sudah diulang, dan untuk panduan
saat biopsi jarum atau core biopsy.
a. Biopsi
Tidak terhadap semua kasus benjolan payudara dilakukan biopsi. Beberapa
panduan terkini lebih menganjurkan core biopsy sebagai pilihan pertama. Apabila tidak
ada fasilitas ini, maka biopsi insisi/ekstirpasi sebagai gantinya.

7. Penatalaksanaan
a. Preventif
a) Mengubah gaya hidup (lifestyle) untuk hidup yang lebih sehat dengan
makan-makanan bergizi, tidak merokok, dan menjaga kebersihan dengan baik.
b) Menghindari diri dari kontak dengan karsinogen
c) Menjaga diri dengan melakukan pemeriksaan SADARI
b. Operatif
Stadium I, II, III awal (stadium operable) sifat pengobatan adalah kuratif.
Pengobatan pada stadium I, II dan IIIa adalah operasi primer, terapi lainnya bersifat
adjuvant. Untuk stadium I dan II pengobatannya adalah radikal mastectomy atau
modified radikal mastectomy dengan atau tanpa radiasi dan sitostatika adjuvant.

Stadium IIIa terapinya adalah simple mastectomy dengan radiasi dan sitostatika
adjuvant. Stadium IIIb dan IV sifat pengobatannya adalah paliatif, yaitu terutama untuk
mengurangi penderitaan dan memperbaiki kualitas hidup. Untuk stadium IIIb atau yang
dinamakan locally advanced pengobatan utama adalah radiasi dan dapat diikuti oleh
modalitas lain yaitu hormonal terapi dan sitostatika. Stadium IV pengobatan primer
adalah yang bersifat sistemik yaitu hormonal dan khemoterapi.
DAFTAR PUSTAKA

Budi Darmawan. 2007. Pendekatan Diagnostik Tumor Padat. Dalam Buku Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta : FK UI
Henry M.M, Thompson J.N. 2007. Breast Disease. Clinical Surgery. Second edition.
Elsevier. p 453Depkes. 2001. Pedoman pengobatan dasar di puskesmas
berdasarkan gejala. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
Fadjari, Heri. 2012. Pendekatan Diagnosis Benjolan di Payudara. CDK 192/ Vol. 39 No.
4 308-310
Handerson .I. Craig. 1995. Kanker Payudara dalam Buku Harison Prinsip-prinsip Ilmu
Penyakit Dalam Vol. 4. Jakarta: EGC
Haryono, Samuel J, dkk. 2010. Payudara. Dalam De Jong, Sjamsuhidajat. 2010.
BukuAjar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta : EGC
Purnomo, Djoko. 2010. Onkologi. Dalam Kusuma. Bedah Kusuma. Surakarta : FK UNS

You might also like