Professional Documents
Culture Documents
RESEARCH ARTICLE
PENGARUH TERAPI LATIHAN OTAK (BRAIN AGE) TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF
PADA LANSIA
ABSTRAK
Latar belakang. Konsep kognitif (dari bahasa Latin cognosere, untuk mengetahui atau untuk mengenali)
merujuk kepada kemampuan untuk memproses informasi, menerapkan ilmu, dan mengubah
kecenderungan. Fungsi kognitif lansia dapat dioptimalkan melalui berbagai cara, salah satunya adalah
dengan permainan latihan otak (Brain Age). Permainan tersebut diciptakan khusus untuk melatih fungsi
kognitif lansia.
Tujuan. Mengetahui pengaruh Brain Age terhadap peningkatan fungsi kognitif pada lansia.
Metode. Quasi-eksperimental dengan pendekatan pretest-posttest, dengan kelompok perlakuan dan
kontrol, dan pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling sehingga didapatkan 20
responden. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes kognitif secara umum dengan
menggunakan alat ukur MMSE. Kemudian data dianalisa berdasarkan uji Mann-Whitney.
Hasil. Terdapat pengaruh terapi permainan latihan otak Brain Age terhadap penigkatan fungsi kognitif
lansia di Malang.
Simpulan. Pemberian terapi permainan latihan otak Brain Age dapat dijadikan sebagai metode alternatif
tindakan keperawatan yang dapat dilaksanakan di keperawatan gerontik serta perlu dipertimbangkan
kerjasama antar komunitas lansia atau antar panti wreda.
Kata kunci: Brain Age, terapi latihan otak, kognitif, lansia
ABSTRACT
Background. The concept of cognitive (from Latin cognosere, to know or to recognize) refers to the ability
to process information, applying knowledge, and change the trend. cognitive function of the elderly can be
optimized through a variety of ways, one of that way is the brain training game (Brain Age). The game
was created specifically to train the cognitive function of elderly.
Objective. To determine the effect of Brain Ag) to the improvement of cognitive function in the elderly in
Malang.
Methods. Quasi-experimental pretest-posttest approach, the treatment and control groups, and the
sampling is done with purposive sampling to obtain the 20 respondents. Data collection instrument in this
study are in general cognitive tests by using a measuring instrument MMSE. Then the data were analyzed
by Mann-Whitney test showed p value 0.000 <α 0.05.
Results. There is the effect of therapy brain training game (Brain Age) on increasing cognitive function of
elderly in Malang.
Conclusion. Therapy of brain training game (Brain Age) can be used as an alternative method of nursing
actions that can be implemented in nursing geriatric and to consider inter-community cooperation
between the elderly or nursing home.
Keywords: Brain Age, brain training game, cognitive, elderly
Korespondensi: retno.lestari98@gmail.com
64
Agoes, et al. 65
Effects of Brain Age
Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkan Usia pada Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel di
Kelompok Kontrol. atas menggambarkan bahwa 10 responden
kelompok perlakuan didapatkan mayoritas
No Usia Total pendidikan responden adalah SMP dan SMA yaitu
6 responden. Sedangkan 2 responden (20%)
1 60-64 tahun 6 (60%) berpendidikan antara D3-S1 dan 2 responden
2 65-69 tahun 2 (20%) (20%) berpendidikan SD.
3 70-74 tahun 2 (20%)
Tabel 6. Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan
Terakhir pada Kelompok Kontrol.
Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel di
No Pendidikan Terakhir Total
atas dapat disimpulkan bahwa dari 10 responden
kelompok kontrol didapatkan 6 responden (60%) 1 SD 2 (20%)
berusia antara 60-64 tahun, dan sisanya antara 65- 2 SMP 3 (30%)
74 tahun. 3 SMA 2 (20%)
4 D3 – S1 3 (30%)
Jenis Kelamin
Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel di
Tabel 3. Distribusi Responden berdasarkan Jenis
Kelamin pada Kelompok Perlakuan.
atas menggambarkan bahwa 10 responden
kelompok perlakuan didapatkan mayoritas
No Jenis Kelamin Total
pendidikan responden adalah D3 – S1 dan SMP
1 Perempuan 9 (90%) yaitu 6 responden. Sedangkan 2 responden (20%)
2 Laki-laki 1 (10%)
berpendidikan SMA dan 2 responden (20%)
berpendidikan SD.
Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel di
atas menggambarkan bahwa 10 responden
kelompok perlakuan didapatkan 9 responden Data Khusus Karakteristik Responden
(90%) berjenis kelamin perempuan dan 1 Tingkat kognitif lansia Pretest-Posttest
responden (10%) berjenis kelamin laki-laki.
Pretest-Posttest
Tabel 4. Distribusi Responden berdasarkan Jenis
Kelamin pada Kelompok Kontrol. Kelompok Perlakuan
No Jenis Kelamin Total 40
Tingkat Kognitif
1 Perempuan 9 (90%) 30
20
2 Laki-laki 1 (10%) Pretest
10
0 Posttest
Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel 5.4 di
1 3 5 7 9
atas menggambarkan bahwa 10 responden
kelompok kontrol didapatkan 9 responden (90%) Nomor Responden
berjenis kelamin perempuan dan 1 responden Gambar 1. Diagram Bar Tingkat Kognitif Lansia Pretest-
(10%) berjenis kelamin laki-laki. Posttest Terapi Latihan Otak (Brain Age) pada Kelompok
perlakuan.
Pendidikan Terakhir Dari gambar di atas dapat diinterpretasikan bahwa
jumlah responden kelompok perlakuan yang
Tabel 5. Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan
Terakhir pada Kelompok Perlakuan. mengalami peningkatan fungsi kognitif setelah
No Pendidikan Terakhir Total diberikan terapi latihan otak Brain Age adalah 10
orang (100%) yaitu terdiri dari semua responden
1 SD 2 (20%)
yang memiliki tingkat kognitif kemungkinan
2 SMP 3 (30%)
gangguan kognitif menjadi normal. Sedangkan
3 SMA 3 (30%)
jumlah responden yang tidak mengalami
4 D3 – S1 2 (20%)
perubuhan atau mengalami penurunan fungsi Tabel 8. Hasil Analisa dengan menggunakan uji
kognitif adalah 0 orang (0%). Wilcoxon pada kelompok Kontrol.
Kelompok Variable Α (p)
24
22 Tabel 9. Hasil Analisa dengan menggunakan Mann
20 Pretest
Whitney pada kelompok perlakuan dan Kontrol.
18
Jumlah
1 3 5 7 9 Kelompok Α (p)
Responden
Nomor Responden Perlakuan 10
0,05 0,000
Gambar 2. Diagram Bar Tingkat Kognitif Lansia Pretest- Kontrol 10
Posttest Terapi Latihan Otak (Brain Age) pada Kelompok
perlakuan. Dari Hasil uji Mann Whitney pada tabel 5.9
tersebut didapatkan bahwa nilai rata-rata posttest
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa 10 tingkat kognitif pada responden kelompok
responden (100%) tidak mengalami peningkatan perlakuan lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata
fungsi kognitif setelah diberikan terapi Tetris. Dari reponden kelompok control dengan selisih 6,5.
10 responden tersebut keseluruhannya Besar signifikansi p (0,000) < α (0.05), maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
mempunyai tingkat kognitif pada kemungkinan
signifikansi antara tingkat kognitif lansia pada saat
gangguan kognitif dan tidak berubah setelah posttest perlakuan dan kelompok kontrol. Dengan
diberikan terapi. demikian H1 diterima pada α = 0,05 dengan selang
kepercayaan 95% didapatkan pengaruh terapi
ANALISA DATA latihan otak Brain Age terhadap peningkatan
Tabulasi Data Terapi Latihan Otak (Brain Age) fungsi kognitif pada lansia di Malang.
pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol
DISKUSI
latihan otak brain age maka tidak dapat terjadi posttest yang digunakan pada kelompok
peningkatan fungsi kognitif pada lansia. Hal ini perlakuan adalah uij Wilcoxon yang menunjukkan
terjadi karena pada kelompok control tidak signifikansi 0.005 < α , yang artinya penerapan
diberikan terapi latihan otak Brain Age sehingga terapi latihan otak Brain Age berpengaruh
tidak terjadi peningkatan fungsi kognitif yang terhadap peningkatan fungsi kognitif pada lansia.
signifikan.
Penurunan tingkat kognitif pada kelompok
Penurunan fungsi kognitif ini menunjukkan kesan perlakuan ini menunjukkan kesan adanya
adanya pengaruh dari berbagai factor yaitu umur, pengaruh beberapa factor yaitu usia, jenis kelamin,
perbedaan jenis kelamin dan tingkat pendidikan. dan pendidikan terakhir.
Dalam hal jenis kelamin, berdasarkan data primer Dalam hal usia, berdasarkan data primer yang
yang ditemukan peneliti pada sample kelompok ditemukan peneliti pada sampel kelompok
control didapatkan bahwa perbandingan atau rasio perlakuan didapatkan bahwa tingkat kognitif lansia
lansia wanita dan laki – laki adalah 9:1. Jenis akan menurun sesuai dengan usia mereka. Data ini
kelamin wanita lebih beresiko mengalami ditunjukkan bahwa skor MMSE pretest pada
penurunan kognitif dari pada laki-laki. Hal ini kelompok perlakuan dalam rentan umur 60 – 74
disebabkan adanya peranan level hormon seks tahun ditemukan 3 responden (30%) memiliki
endogen dalam perubahan fungsi kognitif. kemungkinan gangguan kognitif. Hal ini sesuai
Reseptor estrogen telah ditemukan dalam area dengan hasil penelitian Saragih, 2010,
otak yang berperan dalam fungsi belajar dan menunjukkan adanya hubungan positif antara usia
memori, seperti hipokampus. Penurunan fungsi dan penurunan fungsi kognitif. Hasil dari
kognitif umum dan memori verbal dikaitkan pengukuran fungsi kognitif pada lansia adalah 16%
dengan rendahnya level estradiol dalam tubuh. pada kelompok umur 65-69 tahun, 21% pada 70-
Estradiol diperkirakan bersifat neuroprotektif yaitu 74 tahun, 30% pada 75-79 tahun, dan 44% pada 80
dapat membatasi kerusakan akibat stress oksidatif tahun keatas.6
serta sebagai pelindung sel saraf dari toksisitas
Dalam hal jenis kelamin, pada data primer yang
amiloid pada pasien alzheimer.5
ditemukan peneliti pada sampel kelompok
Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor demografi perlakuan didapatkan bahwa perbandingan atau
seperti perbedaan jenis kelamin, dapat rasio lansia wanita dan laki – laki adalah 9:1. Dari 9
mempengaruhi tingkat kognitif pada kelompok responden wanita tersebut, yang memiliki
kontrol. Tidak adanya perubahan tingkat kognitif kemungkinan gangguan kognitif adalah 3
lansia juga terjadi karena kelompok kontrol tidak responden (30%) dimana semua berjenis kelamin
diberikan permainan yang merangsang fungsi wanita. Jenis kelamin wanita lebih beresiko
kognitif yaitu kalkulasi, memori serta bahasa, mengalami penurunan kognitif dari pada laki-laki.
namun hanya diberikan terapi permainan tetris Hal ini disebabkan adanya peranan level hormon
yaitu permainan menyusun balok. seks endogen dalam perubahan fungsi kognitif.
Penurunan fungsi kognitif umum dan memori
Tingkat fungsi Kognitif lansia sebelum dan
verbal dikaitkan dengan rendahnya level estradiol
sesudah diberikan terapi permainan latihan otak
dalam tubuh. Estradiol diperkirakan bersifat
Brain Age pada kelompok perlakuan
neuroprotektif yaitu dapat membatasi kerusakan
Sebelum diberikan terapi latihan otak Brain Age akibat stress oksidatif serta sebagai pelindung sel
terdapat 10 responden (100%) yang memiliki saraf dari toksisitas amiloid pada pasien
tingkat kemungkinan gangguan kognitif. Setelah alzheimer.5
diberikan terapi latihan otak Brain Age terjadi
Dalam hal tingkat pendidikan juga dapat
penurunan jumlah responden yang memiliki
berpengaruh terhadap adanya perubahan kognitif,
tingkat kemungkinan gangguan kognitif yaitu 0
dimana tingkat pendidikan yang sebagian besar
responden (0 %).
adala SD – SMP. Pernyataan ini diperkuat oleh
Hasil penelitian yang dilakukan di lapangan hasil skor pretest dari sample responden yang
universitas kanjuruhan pada kelompok perlakuan memiliki nilai kemungkinan gangguan kognitif
10 responden yang mendapat terapi latihan otak adalah yang mempunyai tingkat pendidikan SD –
Brain Age, menunjukkan peningkatan kognitif SMP. Maka dapat dikemukakan bahwa tingkat
sebesar 100% (10 responden). Uji statistik pretest- kematangan pendidikan mempengaruhi
perubahan kognitif. Lansia yang memiliki tingkat Latihan permainaan otak Brain Age dapat melatih
pendidikan lebih tinggi lebih mampu menjawab otak dengan cara yang menyenangkan. Latihan ini
pertanyaan MMSE dengan cepat. berisikan kalkulasi aritmatika dasar yang dapat
menstimulus otak bagian depan (prefrontal
Dapat disimpulkan bahwa faktor yang memberikan
cortex). Stimulus tersebut akan merangsang dan
kesan terhadap perubahan tingkat kognitif lansia
mengembangkan jaringan saraf dibagian tersebut.
pada kelompok kasus yaitu usia, perbedaan jenis
Prefrontal cortex adalah bagian dari otak yang
kelamin dan tingkat pendidikan.
salah satu fungsinya adalah mengatur sistem kerja
Perbedaan Tingkat Fungsi Kognitif Lansia kognitif (transfer effect). Jadi dengan adanya
Kelompok Kontrol dan Perlakuan rangsangan yang ditimbulkan oleh permainan
Hasil penelitian yang dilakukan di lapangan Brain Age pada bagian prefrontal cortex
olahraga Universitas Kanjuruhan Malang diharapkan fungsi saraf pada bagian tersebut
menunjukkan perbedaan fungsi kognitif kelompok menjadi baik dan dapat meningkat fungsi kerjanya.
perlakuan dan kelompok kontrol setelah diberikan Dengan meningkatnya sistem kerja maka akan
terapi permainan Brain Age. Tingkatan funsi terjadi peningkatan kognitif pada lansia.3
kognitif kelompok kontrol tidak mengalami Dari uraian diatas dan didukung oleh teori – teori
perubahan, sedangkan pada kelompok perlakuan yang sesuai dapat dikatakan bahwa terapi latihan
mengalami peningkatan fungsi kognitif sebesar otak Brain Age dapat meningkatkan fungsi kognitif
100%. Uji statistik Mann Whitney yang pada lansia.
membandingkan hasil posttest kelompok kasus
dan control menunjukkan signifikansi 0,000 < α , SIMPULAN
yang artinya terdapat perbedaan signifikan antara
Terdapat perbedaan signifikan tingkat kognitif
fungsi tingkat kognitif lansia pada kedua kelompok
pada kelompok perlakuan dan kontrol setelah
setelah diberikan terapi. Sehingga dapat
diberikan terapi. Penerapan terapi latihan otak
dikemukakan bahwa terdapat pengaruh terapi
Brain Age lebih efektif dibandingkan dengan terapi
latihan otak Brain Age terhadap peningkatan
permainan tetris. Hal ini dibuktikan dengan uji
fungsi kognitif lansia di Malang.
statistic Mann Whitney sebesar 0,000 < α ,
Peneliti mendapatkan peningkatan fungsi kognitif sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh terapi
pada kelompok perlakuan sebanyak 10 responden permainan latihan otak Brain Age terhadap
(100%). Dimana fungsi kognitif orientasi serta penigkatan funsi kognitif lansia di Malang.
atensi dan kalkulasi memiliki tingat signifikansi
paling tinggi. Beberapa lansia menyatakan DAFTAR PUSTAKA
perasaan senang dan terhibur setelah diberikan
terapi latihan otak Brain Age. Diharapkan terapi 1. Reuser M, Bonneux L, Willekens F.. The effect
permainan otak Brain Age dijadikan sebagai terapi of risk faktors on the duration of cognitive
alternative non farmakologis dalam mengatasi impairment: A multistate life table analysis of
gangguan – gangguan fungsi kognitif. the U.S. Health and Retirement Survey.
Netspar Discussion Paper 2010 01/2010-036.
Pemberian terapi permainan latihan otak Brain 2. Smith GE, Housen P, Yaffe K, Ruff R, Kennison
Age merupakan terapi modallitas yang dapat RF. A cognitive training program based on
dilakukan sebagai terapi tambahan atau principles of brain plasticity: results from the
komplementer. Hasil penelitian dari Basak, 2008 Improvement in Memory with Plasticity-based
menunjukkan bahwa bermain permainan otak Adaptive Cognitive Training (IMPACT) study. J
melalui video game dapat meningkatkan beberapa Am Geriatr Soc 2009 57: 594–603.
fungsi kognitif pada lansia. Hal ini sesuai dengan 3. Uchida S, Kawashima R. Reading and solving
Penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa arithmetic problems improves cognitive
para lansia telah ikut berpartisipai dan functions of normal aged people: a
mendemonstrasikan dalam program latihan randomized controlled study. Age (Dordr)
kognitif dan bermain beberapa tipe permainan 2008 30: 21–29.
Brain Age dapat meningkatkan fungsi kognitif. 4. Arikunto S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu
(Kawashima, 2008) Pendekatan Praktik. Ed. Revisi V. Jakarta:
Rineka cipta.
5. Alimul. 2009. Metode Penelitian dan 19. Lustig C, Shah P, Seidler R, Reuter-Lorenz P.
Keperawatan & Tehnik Analisa Data. Jakarta: 2009. Aging, training, and the brain: a review
Salemba Medika. and future directions. Neuropsychol Rev 19:
6. Saragih,Eva Christine.2010. Gambaran Depresi 504–522.
pada Lanjut Usia. Fakultas kedokteran 20. Mahncke HW, Connor BB, Appelman J,
Universitas Sumatera Utara. Ahsanuddin ON, Hardy JL, et al.. Memory
7. Ball K, Berch DB, Helmers KF, Jobe JB, Leveck enhancement in healthy older adults using a
MD, et al. Effects of cognitive training brain plasticitybased training program: a
interventions with older adults: a randomized randomized, controlled study. Proc Natl Acad
controlled trial. JAMA 2002 288: 2271–2281. Sci U S A 2006 103: 12523–12528.
8. Ball K, Edwards JD, Ross LA. The impact of 21. Maryam, R. Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut
speed of processing trainingon cognitive and dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
everyday functions. J Gerontol B Psychol Sci 22. Mozolic JL, Long AB, Morgan AR, Rawley-
Soc Sci 2007 62: 19–31. Payne M, Laurienti PJ. A cognitive training
9. Basak C, Boot WR, Voss MW, Kramer AF. Can intervention improves modality-specific
training in a real-time strategy video game attention in a randomized controlled trial of
attenuate cognitive decline in older adults?. healthy older adults. Neurobiol Aging 2011 32:
Psychol Aging 2008 23: 765–777. 655–668.
10. Basford, L. 2006. Teori dan Praktk 23. Mubarak. 2009. Ilmu Keperawatan
Keperawatan: Pendekatan Integral Pada Komunitas, Konsep dan Aplikasi, Salemba
Asuhan Pasien. Jakarta : EGC. Medika.
11. Bostrom, N., Sandberg, A. Cognitive 24. Myers, J.S. Factors Associated With Changing
Enhancements: Methods, Ethics, Regulatory Cognitive Function in Older Adults:
Challenges. Sci Eng Ethics (2009), 2009 15: Implications for Nursing Rehabilitation.
311-341. Rehabilitation Nursing ; May/Jun 2008;33, 3;
12. Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. ProQuest Medical Library 2008 pg. 117.
Jakarta: Depkes RI. 25. Nehlig A. Is Caffeine a Cognitive Enhancer?
13. Edwards JD, Wadley VG, Vance DE, Wood K, Journal of Alzheimer Disease 2010 20: S85-
Roenker DL. The impact of speed of processing S94.
training on cognitive and everyday 26. Nouchi R, Taki Y, Takeuchi H, Hashizume
performance. Aging Ment Health 2005 9: 262– H,Akitsuki Y. Brain Training Game Improves
271. Executive Functions and Processing Speed in
14. Fitriani J. Pemeriksaan Clock Drawing Test the Elderly : A Randomized Controlled Trial.
Pada Usia Lanjut di Panti Werdha KETIS. Plus one journal, 2012 vol. 7, e2976.
Manado: FK Unsrat; 2011. 27. Pudjiastuti, S.S. 2009. Fisioterapi pada Lansia.
15. Green CS, Bavelier D. Exercising your brain: a Jakarta: EGC.
review of human brain plasticity and training- 28. Sastroasmoro, Sudigdo dan Ismael, Sofyan.
induced learning. Psychol Aging 2008 23: 692– 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian
701. Klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto.
16. Hernawati, I. 2006. Pedoman Tatalaksana Gizi 29. Setianto, B. 2004. “Pengetahuan Pelayanan
Usia Lanjut Untuk Tenaga,Kesehatan. Fisik Lanjut Usia”. www.pjnhk.go.id. diakses,
Depkes:Jakarta. tanggal 16 Mei 2014.
17. Kelompok Studi Fungsi Luhur PERDOSSI. 30. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
Konsensus pengenalan dini dan Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung:
penatalaksanaan demensia vaskuler. Edisi 2. Alfabeta.
Jakarta: Eisai; 2004; 1-7; 30; 40-41 31. Who.Elderly. World Health Organization.2010.
18. Kementrian RI. 2013. Gambaran Kesehatan http://www.who.int/en/. Diakses tanggal 18
Lanjut Usia di Indonesia. Pusat data dan oktober 2014.
informasi Kementrian Kesehatan RI. ISDN 32. Wreksoatmodjo, Budi Riyanto. Aspek
2088 - 270x. Neurologi. Tinjauan Kepustakaan. Cermin
Dunia Kedokteran. 2012 No.144.