Professional Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
makalah ini juga disusundengan maksud agar pembaca dapat memperluas ilmu
dan pengetahuan tentang bagaiamana teori tentang Mola Hidatidosa serta
asuhan keperawatannya .
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca
dan dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surabaya,20Februari 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LataBelakang……………………………………………………………………………..1
1.2 RumusaMasalah…………………………………………………………………………1
1.3 Tujua………………………………………………………………………………………..2
1.4 Manfaat……………………………………………………………………………………..2
2.1.5Komplikasi…………………………………………………………………………8
2.1.6 Gambarandiagnostik…………………………………………………………..8
2..1.7Penatalaksanaan………………………………………………………………..10
2.2.KONSEP DASAR KEPERAWATAN
2.2.1Pengkajian.………………………………………………………12
2.2.2 DiagnosaKeperawatan………………………………………….16
2.2.3IntervensiKeperawatan………………………………………….16
4.1Kesenjangan……………………………………………………………………………………….33
4.2Kesimpulan…………………………………………………………………………………………34
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
Pendahuluan
Mola Hidatidosa ialah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri tumor jinak (benigna)
dari chorion penyebab embrio mati dalam uterus tetapi plasenta melanjutkan sel-
sel trophoblastik terus tumbuh menjadi agresif dan membentuk tumor yang
invasif, kemudian edema dan membentuk seperti buah anggur, karakteristik mola
hidatiosa bentuk komplet dan bentuk parsial, yaitu tidak ada jaringan embrio dan
ada jaringan embrio.
1.3Tujuan
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tanda dan gejala dari mola
hidatidosa
1.3 Manfaat
Tinjauan Teori
2.1 Konsep Dasar Teori
2.1.1 Pengertian
Mola Hidatidosa ditandai oleh kelainan vili korialis, yang terdiri dari proliferasi
trofoblastik dangan derajat yang bervariasi dan edema sroma vilus. Mola biasanya
menempati kavum uteri, tetapi kadang-kadang tumor ini ditemukan dalam tuba
falopii dan bahkan dalam ovarium. Perkembangan penyakit trofoblastik ini amat
menarik, dan ada tidaknya jaringan janin telah digunakan untuk
menggolongkannya menjadi bentuk mola yang komplet (klasik)
Gambaran
Ada
Tidak ada
Fokal
Difus
Hyperplasia
Fokal
Difus
Inklusi stroma
Ada
Tidak ada
Lekukan vilosa
Ada
Tidak ada
Mola Hidatidosa Komplet (klasik)
Fenomena ini disebut sebagai androgenesis yang khas ovum dibuahi oleh sebuah
sperma haploid yang kemudian mengadakan duplikasi kromosomnya sendiri
setelah miosis. Kromosom ovum bias tidak terlihat atau tampak tidak aktif. Tetapi
semua mola hidatidosa komplet tidak begitu khas dan kadang-kadang pola
kromosom pada mola komplet biSA 46XY. Dalam keadaan ini dua sperma
membuahi satu ovum yang tidak mengandung kromosom. Variasi lainnya juga
pernah dikemukakan misalnya 45X. jadi mola hidatidosa yang secara morfologis
komplet dapat terjadi akibat beberapa pola kromosom.
Kalau perubahan hidatidosa bersifat fokal serta belum begitu jauh dan masih
terdapat janin atau sedikitnya kantong amnion, keadaan ini digolongkan sebagai
mola hidatidosa parsial. Pada sebagian vili yang biasanya avaskuler terjadi
pembengkakan hidatidisa yang berjalan lambat, sementara vili lainnya yang
vaskular dengan sirkulasi darah fetus plasenta yang masih berfungsi tidak
mengalami perubahan. Hyperplasia trofoblastik yang terjadi, lebih bersifat fokal
dari pada generalisata. Katiotipe secara khas berupa triploid, yang bias 69XXY atau
69XYY dengan satu komplemen maternal tapi biasanya dengan dua komplemen
haploid paternal. Janin secara khas menunjukkan stigmata triploidi yang
mencakup malformasi congenital multiple dan retardasi pertumbuhan.
2.1.2 Etiologi
Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan
2.1.3 Patofisiologi
Sel-sel langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dan adanya sel
sinsisial giantik (syncytial giant cell). Pada kasus mola banyaak kita jumpai ovarium
dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau lebih. Kista lutein akan
berangsur-angsur mengecil dan hilang setelah mola hidatidosa sembuh.
Tanda dan Gejala yang biasanya timbul pada klien dengan ”mola hidatidosa”
adalah :
h.kadar gonadotropin tinggi dalam darah serum pada hari ke 100 atau lebih
sesudah
2.1.5 Komplikasi
Perdarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak segera ditolong dapat berakibat
fatal.
Menjadi ganas (PTG) pada kira-kira 18%-20% kasus akan menjadi mola destruens
atau koriokarsinoma.
ü Ultrasonografi
Ketapatan diagnostic yang terbesar diperoleh dari gambaran USG yang khas pada
mola hidatidosa keamanan dan ketepatan pada pemeriksaan sonografi membuat
pemeriksaan ini menjadi prosedur pilihan. Tetapi kita harus ingat bahwa beberapa
stuktur lainnya dapat memperlihatkan gambaran yang serupa dengan gambaran
mola hidatidosa, termasuk mioma uteri dengan kehamilan dini dan kehamilan
dengan janin lebih dari satu. Tinjauan cermat mengenai riwayat penyakit bersama
hasil evaluasi pemeriksaan USG yang cermat dan kalau perlu diulang satu atau dua
minggu kemudian, harus bias menghindari diagnose mola hidatidosa lewat USG
yang keliru ketika kehamilan sebenarnya normal.
ü Amniografi
ü 2.1.7 Penatalaksanaan
Kuretase isap (suction curettage)
Histerektomi abdominal
Pada mola ini merupakan suatu alternatif lain bagi pasien yang tidak lagi
menginginkan kehamilan di kemudian hari.Histerektomi menyingkirkan
kemungkinan berfungsinya sel-sel trofoblastik yang tertinggal di dalam uterus
setelah kuretase isap dan mengurai resiko penyakit trofoblastik residual sampai 3-
5%.keputusan mengenai salpingo-ooforektomi adalah tersendiri.setelah
pengeluaran mola dan pengurangan stimulas chorionic gonadotropin,kista teka-
lutein ovarium mengalami regresi secara spontan. Pengangkatan dengan
pembedahan hanya diperlukan bila ada kaitan dengan
Program lanjut
Setelah evakuasi suatu kehamilan mola pasien diamati dengan seksama terhadap
serangkaian titer chorionic gonadotropin (HCG), menggunakan
radioimmunoassay untuk submit beta, setiap satu atau dua minggu sampai
negative. Hilangnya HCG secara sempurna diperkirakan terjadi dalam 9-15 minggu
setelah pengosongan uterus. Pasien disarankan untuk menghindari kehamilan
sampai titer chorionic gonadotropin negative selama satu tahun. Biasanya
diberikan kontrasepsi oral estrogen-progestin. Pelvis diperiksa secara berkala
untuk menilai ukuran uterus, adneksa untuk kista teka-lutein, dan traktus genitalis
bagian bawah untuk metastase.
2.2.1 PENGKAJIAN
a. Biodata
1) Nama
Sebagai identitas bagi pelayanan kesehatan/Rumah Sakit/ Klinik atau catat apakah
klien pernah dirawat disini atau tidak.
2) Umur
3) Alamat
Sebagai gambaran tentang lingkungan tempat tinggal klien apakah dekat atau jauh
dari pelayanan kesehatan khususnya dalam pemeriksaan kehamilan.
4) Pendidikan
5) Status Perkawinan
6) Agama
7) Nama Suami
Agar diketahui siapa yang bertanggung jawab dalam pembiayaan dan pemberian
persetujuan dalam perawatan.
8) Pekerjaan
Untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari dari klien, sehingga
memungkinkan menjadi faktor resiko terjadinya kehamilan Mola Hidatidosa.
b. Keluhan utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang.
c. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang : Yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit
atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid,
pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
Riwayat penyakit masa lalu : Mengkaji riwayat penyakit pada masa lalu yang
pernah diderita oleh klien misalnya Diabetes Mellitus, penyakit jantung,
hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit
lainnya.
Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien,
jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit
menular yang terdapat dalam keluarga.
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau,
warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta
keluhan yang menyertainya.
d. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini,
bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta
keluhan yang menyertainya.
Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat
lainnya.
v Muntah proyektil.
Eliminasi :
v Diare (kadang-kadang).
v Penurunan/tak ada bising usus (ileus); bunyi keras hilang timbul, bising usus
kasar (obstruksi); kekakuan abdomen, nyeri tekan. Hiperesonan/timpani (ileus);
hilang suara pekak diatas hati (udara bebas dalam abdomen).
Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal
yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.
h. Status sosio-ekonomi
i. Data spiritual
Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan yang
biasa dilakukan.
j. Pemeriksaan fisik
Perkusi : menggunakan jari, ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi. Kemudian
menggunakan palu perkusi, ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan
pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding
perut atau tidak
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output jumlah
maupun kualitas baik.
Kriteria hasil: TTV stabil, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik.
Intervensi :
Tujuan :
Intervensi :
Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar.
Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda
infeksi
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar.
Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat
menyebabkan infeksi.
Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama selama masa
perdarahan
Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu;
senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system
reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.
Batasi pengunjung dan ajari pengunjung untuk mencuci tangan yang baik.
Tujuan :
Intervensi :
Intervensi :
Tujuan :
-tampak rileks
Intervensi :
Tujuan :
Intervensi :
Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit.
Terangkan hal-hal seputar Mola Hidatidosa yang perlu diketahui oleh klien dan
keluarga.
Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan
pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi
kecemasan klien dan keluarga.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Contoh Kasus:
Ny.N datAng ke RS Bersalin Kasih Ibu pada tanggal 11 februari 2007,pukul 08.00
dengan keluhan keluar darah sedikit-sedikit pada vaginanya,klien merasa
pusing,penglihatan berkunang-kunang,sering muntah-muntah yang berlebihan
sering gelisah.
I. DATA SUBYEKTIF
1. BIODATA
a. Nama : Ny. N
b. Umur : 25 tahun
d. Umur : 26 tahun
e. Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
3 Tahun)
g. Agama : Islam
h. Pendidikan : SMA
2. RIWAYAT KEPERAWATAN/KESEHATAN
a. Keluhan Utama :
Latar belakang budaya : budaya klien tidak mempengaruhi kesehatan dari klien,
klien tidak ada pantangan mengkonsumsi makanan apa pun
Riwayat Kebidanan
1) riwayat haid :
ü Menarche : 14 tahun
G2P10001
KEHAMILAN
PERSALINAN
NIFAS
ANAK
KB
No
Suami ke
Keluhan
Usia kehamilan
Penolong
Cara persalinan
Penyulit
Sex
BBL
Usia
Mual, pusing
38 mggu
Bidan
Pervaginam
Tidak
Ada
Baik
Lk
3200 gr
1 thn
suntik
HAMIL INI
Riwayat kehamilan sekarang:
-perawatan payudara
b. Pola aktivitas_latihan
Sebelum Hamil: klien dapat melakukan pekerjaan rumah tangga seperti biasa
Saat Hamil : klien mengatakan masih bisa melakukan pekerjaan rumah tangga
seperti biasa
c. Pola nutrisi-metabolisme
Sebelum hamil : klien mengatakan biasanya makan 2-3 kali sehari dengan
nasi,sayur,ikan/tempe, minum 7-8 gelas/hari
Saat hamil : klien tidak mengalami perubahan, makan 2-3 kali sehari, minum 7-8
gelas/hari. Disertai mual dan muntah yang sering
d. Pola eliminasi
e. Pola tidur-istirahat
Sebelum hamil: klien mengatakan tidur siang 2 jam dan malam 9 jam dengan
nyenyak
Saat hamil: klien mengatakan pola istirahatnya sama seperti sebelum hamil
f. Pola kognitif-perseptual
Saat hamil: klien mengatakan saat ada masalah, klien menggunakan mekanisme
koping yang baik
Pola seksual-reproduksi
Tanda-tanda vital:
Nadi: 80x/menit
Pernapasan: 22x/menit
Tinggi badan:164 cm
Berat badan:54 kg
Pemeriksaan fisik (head to toe):
Kepala:
Leher
Dada
Abdomen
Genetalia: bersih, tidak ada penyakit kelamin, ada pengeluaran darah pervaginam
dan terlihat gelembung-gelembung mola seperti anggur
Ekstrimitas:tidak ada edema, tidak ada varises, reflek patella (+) kanan kiri
Pemeriksaan penunjang:
1) Laboratorium
HB : 9 gr%
Analisa Data
Data
Etiologi
Masalah Keperawatan
DS :
- Hb. 9 mg%
DS:
c) CRT 3 detik
d) TD:110/80, nadi
80x/menit, suhu
37C.
e) Hb: 9 gr%
f) perdarahan 100cc,
bergumpal.
DS :
akibat perdarahan.
DS :
DO :
-BB:54kg, TB:164cm
Resiko kurangnya kebutuhan nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah yang
berlebihan.
ü Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka tidak terjadi devisit volume cairan,
antara intake dan output jumlah maupun kualitasnya baik.
ü Kriteria hasil: TTV stabil, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik.
ü Intervensi :
Intervensi :
ü Intervensi :
Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit
Terangkan hal-hal seputar Molahidatidosa yang perlu diketahui oleh klien dan
keluarga
Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan
pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi
kecemasan klien dan keluarga.
Dx 4 : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi
vulva lembab.
ü kriteria hasil: TTV dalam batas normal, Ekspresi tenang, Hasil laboraturium
dalam batas normal.
ü Intervensi :
Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar.
Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda
infeksi
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar.
e .Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama selama masa
perdarahan
Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu;
senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system
reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.
Batasi pengunjung dan ajari pengunjung untuk mencuci tangan yang baik.
ü Tujuan :
ü Intervensi :
Rasional :
Rasional :
Rasional :
Makanan yang hangat dan bervariasi dapat menbangkitkan nafsu makan klien
Rasional :
Rasional :
Sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau teman dapat meningkatkan
pemasukan dan menormalkan fungsi makanan
5.4 Implementasi
Waktu
Implementasi
Hasil
08.00
08.15
08.20
TD:110/80, nadi:80x/menit
Waktu
implementasi
Hasil
Memberikan tablet Fe 500 mg/hari sesuai advise dokter TD: 110/80, nadi:
80x/menit, RR: 20x/menit, suhu: 37C
09.30 Mengkaji kondisi keluaran/dishart yang keluar; jumlah, warna dan bau
Membatasi klien dan mengajari klien untuk mencuci tangan yang baik1.
Perdarahan pervaginam warna merah segar bergumpal, peradarahan pervaginam
100cc.
Setelah diberikan penjelasan, klien mengetahui tentang penting perawatan vulva
hygiene.
Suhu 37C
2.klien menyatakan mau makan sedikit dan sering dan juga bervariasi jenis
makanan
5.5 Evaluasi
A
P
bergumpal
-TTV: TD:110/80
Nadi:80x/menit
Suhu: 37C
Rr:20x/menit
- Mukosa:agak lembab
- Turgor kulit:membaik
- Hb:10gr%
- Turgor kulit:membaik
- Perdarahan:100cc/hari
Lanjutkan intervensi
Intervensi dihentikan
- Tidak ada tanda-tanda infeksi (tidak demam, vulva tidak merah, tidak
bengkak, tidak keluar nanah)
Masalah teratasi
Intervensi dihentikan
- BB: 55kg
- TB:164cm
- Albumin: 4gr/dl
- Hb: 10gr%
Masalah teratasi
Intervensi dihentikan
BAB iV
Teori pada Pasien dengan Diagnosa Mola Hidatidosa, salah satu gejalanya pasien
akan mengatakan nyeri. Tetapi pada Ny. N tidak timbul gejala nyeri pada
kehamilan mola hidatidosa karena memang persepsi dan toleransi terhadap nyeri
pada pasien satu dan pasien yang lain sangat berbeda.
Nyeri merupakan suatu perasaan tidak nyaman yang betul-betul subyektif dan
hanya orang yang menderinya yang dapat menjelaskan serta mengevaluasinya.
Nyeri dapat timbul oleh beberapa stimulasi tetapi reaksi terhadap nyeri tidak
dapat diukur dengan obyektif. Dan respon seseorang terhadap nyeri dipengaruhi
oleh emosi, tingkat kesadaran, latar belakang budaya, pengalaman masa lalu
tentang nyeri dan pengertian nyeri, sehingga dapat menganggu kemampuan
seseorang untuk beristirahat, konsentrasi serta kegiatan-kegiatan yang biasa
dilakukan (Barbara Engram, 1999).
Intensitas nyeri dapat ditemukan dengan berbagai cara salah satunya adalah
bertanya kepada klien tentang nyeri atau ketidaknyamanan. Metode lain adalah
bertanya kepada klien untuk mengurangi bagaimana gawatnya nyeri yang
mendatangkan ketidaknyamanan dengan menggunakan skala 0 sampai 10.
dimana skala 0-3 ringan, skala 4-6 nyeri sedang, skala 7-10 nyeri berat (Barbara C.
Long, 1996).
Teori pada Pasien dengan Diagnosa Mola Hidatidosa, salah satu gejalanya pasien
akan mengatakan nyeri, dan masalah nyeri ini dikaji dengan menggunakan
pendekatan P, Q, R, S, T. Dimana P : nyeri meningkat ketika darah keluar
pervaginam, Q : frekuensi nyeri sering, berlangsung sebentar dan terasa seperti
diremas-remas, R : nyeri terjadi pada abdomen bagian bawah, S : skala nyeri 4 – 5
(sedang), T : nyeri berlangsung sebentar tapi sering ketika darah keluar
pervaginam. Serta klien tampak menahan sakit ketika perutnya dipalpasi. Kondisi
ini akan menyebabkan masalah keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri.
Untuk mengatasi masalah nyeri ini pada klien dengan Mola Hidatidosa, intervensi
dapat dibuat dengan tujuan agar nyeri berkurang atau hilang dengan jangka waktu
2 x 24 jam dengan kriteria hasil ekspresi wajah tenang, rileks, pasien tidak
mengeluh nyeri setelah dilakukan tindakan keperawatan. Adapun perencanaan
yang dibuat adalah sebagai berikut :
a. tentukan sifat, lokasi dan Durasi nyeri, hal ini dilakukan untuk membantu
menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar untuk perbandingan dan
evaluasi terhadap terapi
c. ajarkan tehnik relaksasi dan nafas dalam hal tersebut dilakukan untuk
memfokuskan kepada perhatian tertentu atau menurunkan ketegangan otot
d. berikan lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk mengalihkan rasa nyeri
rasionalnya dengan lingkungan tenang maka dapat membantu dalam menurunkan
tingkat ansietas dan karenanya mereduksi ketidaknyamanank
Pada Ny. N tidak timbul gejala nyeri pada kehamilan mola hidatidosa karena
memang persepsi dan toleransi terhadap nyeri pada pasien satu dan pasien yang
lain sangat berbeda. Inilah salah satu alasan respon nyeri perlu dikaji dengan teliti.
Penyebab spesifik mungkin sulit ditemukan, namun umumnya sifat dan letak lesi
yang mendatangkan nyeri dapat ditentukan dari data-data klinis. Dua macam
serabut saraf meneruskan rangsangan nyeri : pada kulit dan otot. Serabut A
meneruskan rasa nyeri tajam setempat dan serabut C dari visceral uterus dan
otot-otot kurang meneruskan rasa nyeri tumpul setempat. Serabut-serabut aferen
ini mempunyai badan-badan sel disebelah dorsal akar ganglion, beberapa akson
menyilang garis tengah dan naik ke medulla, otak tengah dan tallamus. Rasa nyeri
dirasakan di korteks girus post sentralis, yang dapat menerima impuls yang datang
dari dua sisi tubuh. Rasa tidak nyeri pada pasien karena impuls tida dapat
diteruskan ke medulla, otak tengah dan tallamus.
Mola Hidatidosa ditandai oleh kelainan vili korialis, yang terdiri dari proliferasi
trofoblastik dangan derajat yang bervariasi dan edema sroma vilus. Mola biasanya
menempati kavum uteri, tetapi kadang-kadang tumor ini ditemukan dalam tuba
falopii dan bahkan dalam ovarium. Perkembangan penyakit trofoblastik ini amat
menarik, dan ada tidaknya jaringan janin telah digunakan untuk
menggolongkannya menjadi bentuk mola yang komplet (klasik) dan parsial
(inkomplet).
Johnson & Taylor. 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC
Share this:
Like this:
★Like
Posted by meyceria
Categories: Uncategorized
Tags:
« Older
Leave a Reply
Name (required)
E-Mail (required)
Website