You are on page 1of 100

NURSING BEAUTY

Home | Pages | Archives

HAMIL ANGGUR(MOLA HIDATIDOSA)

April 14, 2012 11:12 am

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulilaahirabbi’alaamin,puji syukur senangtiasa kami panjatkan kehadirat


Allah SWT, karena atas berkat limpahan rahmat, karunianya dan hidayahnya kami
dapat menyelesaikan makalah
”Asuhan Keperawatan pada Ibu dengan kehamilan Mola Hidatidosa”

ini.Selain bertujuan untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah maternitas II

makalah ini juga disusundengan maksud agar pembaca dapat memperluas ilmu
dan pengetahuan tentang bagaiamana teori tentang Mola Hidatidosa serta
asuhan keperawatannya .

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca
dan dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surabaya,20Februari 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LataBelakang……………………………………………………………………………..1

1.2 RumusaMasalah…………………………………………………………………………1
1.3 Tujua………………………………………………………………………………………..2

1.4 Manfaat……………………………………………………………………………………..2

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1. KONSEP DASAR TEORI

2.1.1 Pengertian Mola Hidatidosa…………………………………………………3

2.1.2 Etiologi Mola Hidatidosa…………………………………………………….5

2.1.3 patofisiologi Mola Hidatidosa………………………………………………6

2.1.4 Tanda dan Gejala ……………………………………………………………….8

2.1.5Komplikasi…………………………………………………………………………8

2.1.6 Gambarandiagnostik…………………………………………………………..8

2..1.7Penatalaksanaan………………………………………………………………..10
2.2.KONSEP DASAR KEPERAWATAN

2.2.1Pengkajian.………………………………………………………12

2.2.2 DiagnosaKeperawatan………………………………………….16

2.2.3IntervensiKeperawatan………………………………………….16

BAB III CONTOH KASUS

3.1 Pengkajian kehamilan……………………………………………………22 3.2


Diagnosa………………………………………………………………………………………..28 3.3
Intervensi………………………………………………………………..28 3.4
Implementasi…………………………………………………………….30 3.5
Evaluasi………………………………………………………………………….31

BAB IV KESENJANGAN KASUS DAN TEORI

4.1Kesenjangan……………………………………………………………………………………….33

4.2Kesimpulan…………………………………………………………………………………………34

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Mola Hidatidosa ialah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri tumor jinak (benigna)
dari chorion penyebab embrio mati dalam uterus tetapi plasenta melanjutkan sel-
sel trophoblastik terus tumbuh menjadi agresif dan membentuk tumor yang
invasif, kemudian edema dan membentuk seperti buah anggur, karakteristik mola
hidatiosa bentuk komplet dan bentuk parsial, yaitu tidak ada jaringan embrio dan
ada jaringan embrio.

Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih.


Biasanya tidak ada janin, hanya pada mola parsialis kadang-kadang ada janin.
Gelembung itu sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur.
Gelembung ini dapat mengisi seluruh cavum uteri. Di bawah mikroskop nampak
degenerasi hydrotopik dari stoma jonjot, tidak adanya pembuluh darah dan
proliferasi trofoblast. Pada bagian pemeriksaan kromosom didapatkan poliploidi
dan hampir pada semua kasus mola susunan sex chromatin adalah wanita.

Pada mola hidatidosa, ovaria dapat mengandung kista lutein kadang-kadang


hanya pada satu ovarium, kadang-kadang pada kedua-duanya. Kista ini berdinding
tipis dan berisi cairan kekuning-kuningan dan dapat mencapai ukuran sebesar
sarung tinju atau kepala bayi. Kista lutein terjadi karena perangsangan ovarium
oleh kadar gonadotropin chorion yang tinggi, kista ini hilang sendiri setelah mola
dilahirkan.
1.2 Rumusan Masalah

apa definisi dari mola hidatidosa ?

apakah etiologi dari mola hidatidosa ?

bagaimana patofisiologi dari mola hidatidosa ?

bagaimana tanda dan gejala dari mola hidatidosa ?

bagaimana gambaran diagnostik dari mola hidatidosa ?

bagaimana penatalaksanaan pada klien dengan mola hidatidosa ?

bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan mola hidatidosa ?

1.3Tujuan

Agar mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian dari mola hidatidosa


Agar mahasiswa mengetahui dan memahami etiologi dari mola hidatidosa

Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tanda dan gejala dari mola
hidatidosa

Agar mahasiswa mengetahui komplikasi dari mola hidatidosa

Agar mahasiswa mengetahui gambaran diagnostik dari mola hidatidosa

Agar mahasiswa mengetahui penatalaksanaan dari mola hidatidosa

Agar mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada

Klien dengan mola hidatidosa

1.3 Manfaat

Setelah membuat makalah mola hidatidosa ini, mahasiswa diharapkan dapat


mengetahui dan memahami pengertian mola hidatidosa, etiologi mola hidatidosa,
patofisiologi mola hidatidosa, tanda dan gejala mola hidatidosa, komplikasi mola
hidatidosa, gambaran diagnostic mola hidatidosa, penatalaksanaan mola
hidatidosa, serta membuat dan mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien
dengan mola hidatidosa.
BAB II

Tinjauan Teori
2.1 Konsep Dasar Teori

2.1.1 Pengertian

Mola Hidatidosa ditandai oleh kelainan vili korialis, yang terdiri dari proliferasi
trofoblastik dangan derajat yang bervariasi dan edema sroma vilus. Mola biasanya
menempati kavum uteri, tetapi kadang-kadang tumor ini ditemukan dalam tuba
falopii dan bahkan dalam ovarium. Perkembangan penyakit trofoblastik ini amat
menarik, dan ada tidaknya jaringan janin telah digunakan untuk
menggolongkannya menjadi bentuk mola yang komplet (klasik)

dan parsial (inkomplet)

Karakteristik Mola Hidatidosa bentuk komplet dan parsial :

Gambaran

Mola parsial (inkomplet)

Mola Komplet (klasik)

Jaringan embrio atau janin

Ada

Tidak ada

Pembengkakan hidatidosa pada vili

Fokal
Difus

Hyperplasia

Fokal

Difus

Inklusi stroma

Ada

Tidak ada

Lekukan vilosa

Ada

Tidak ada
Mola Hidatidosa Komplet (klasik)

Vili korialis berubah menjadi kumpulan gelembung yang jernih. Gelembung-


gelembung atau vesikula ini bervariasi ukurannya mulai dari yang mudah terlihat
sampai beberapa cm, dan bergantung dalam beberapa kelompok dari tangkai
yang tipis. Massa tersebut dapat tumbuh cukup besar sehingga memenuhi uterus,
yang besarnya bisa mencapai ukuran uterus kehamilan normal lanjut. Berbagai
penelitian sitogenetik terhadap kehamilan mola komplet, menemukan komposisi
kromosom yang paling sering (tidak selalu) 46XX, dengan kromosom sepenuhnya
berasal dari ayah.

Fenomena ini disebut sebagai androgenesis yang khas ovum dibuahi oleh sebuah
sperma haploid yang kemudian mengadakan duplikasi kromosomnya sendiri
setelah miosis. Kromosom ovum bias tidak terlihat atau tampak tidak aktif. Tetapi
semua mola hidatidosa komplet tidak begitu khas dan kadang-kadang pola
kromosom pada mola komplet biSA 46XY. Dalam keadaan ini dua sperma
membuahi satu ovum yang tidak mengandung kromosom. Variasi lainnya juga
pernah dikemukakan misalnya 45X. jadi mola hidatidosa yang secara morfologis
komplet dapat terjadi akibat beberapa pola kromosom.

Mola Hidatidosa Parsial (inkomplet)

Kalau perubahan hidatidosa bersifat fokal serta belum begitu jauh dan masih
terdapat janin atau sedikitnya kantong amnion, keadaan ini digolongkan sebagai
mola hidatidosa parsial. Pada sebagian vili yang biasanya avaskuler terjadi
pembengkakan hidatidisa yang berjalan lambat, sementara vili lainnya yang
vaskular dengan sirkulasi darah fetus plasenta yang masih berfungsi tidak
mengalami perubahan. Hyperplasia trofoblastik yang terjadi, lebih bersifat fokal
dari pada generalisata. Katiotipe secara khas berupa triploid, yang bias 69XXY atau
69XYY dengan satu komplemen maternal tapi biasanya dengan dua komplemen
haploid paternal. Janin secara khas menunjukkan stigmata triploidi yang
mencakup malformasi congenital multiple dan retardasi pertumbuhan.
2.1.2 Etiologi

Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor


penyebabnya adalah :

Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan

Imunoselektif dari tropoblast: yaitu dengan kematian fetus,pembuluh darah pada


stroma villi menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi
hyperplasia.

Keadaan sosio-ekonomi yang rendah: keadaan sosial ekonomi akan berpengaruh


terhadap pemenuhan gizi ibu yang pada akhirnya akan mempengaruhin
pembentukan ovum abnormal yang mengarah pada terbentuknya mola
hidatidosa.
Paritas tinggi: ibu dengan paritas tinggi, memiliki kemungkinan terjadinya
abnormalitas pada kehamilan berikutnya,sehingga ada kemungkinan kehamilan
berkembang menjadi mola hidatidosa.

Kekurangan protein:sesuai dengan fungsi protein untuk pembentukan jaringan


atau fetus sehingga apabila terjadi kekurangan protein saat hamil menyebabkan
gangguan pembentukan fetus secara sempurna yang menimbulkan jonjot-jonjot
korion.

Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas

2.1.3 Patofisiologi

Jonjot-jonjot korion tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan kista-


kista kecil seperti anggur. Biasanya didalamnya tidak berisi embrio. Secara
histopatologik kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan
bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola adalah satu janin tumbuh dan
yang satu lagi menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi,
mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari satu cm. mola parsialis adalah
bila dijumpai janin dan gelembung-gelembung mola.

ü Secara mikroskopik terlihat trias :

1) Proliferasi dari trofoblast

2) Degenerasi hidropik dari stroma vili dan kesembaban


3) Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma.

Sel-sel langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dan adanya sel
sinsisial giantik (syncytial giant cell). Pada kasus mola banyaak kita jumpai ovarium
dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau lebih. Kista lutein akan
berangsur-angsur mengecil dan hilang setelah mola hidatidosa sembuh.

2.1.4 Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala yang biasanya timbul pada klien dengan ”mola hidatidosa”
adalah :

a.Amenore dan tanda-tanda kehamilan

b.Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada


keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.

c.Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.


d.Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DJJ sekalipun

uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih.

e.Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.

f. hiperemesis lebih sering terjadi, lebih keras dan lebih lama.

g. mungkin timbul preeklampsia dan eklampsia. Terjadinya preeclampsia dan

eklampsia sebelum minggu kedau empat menuju kearah mola hidatidosa.

h.kadar gonadotropin tinggi dalam darah serum pada hari ke 100 atau lebih
sesudah

periode menstruasi terakhir.

2.1.5 Komplikasi

Perdarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak segera ditolong dapat berakibat
fatal.

Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia.


Infeksi sekunder.

Perforasi karena kegananasan dan Karena tindakan.

Menjadi ganas (PTG) pada kira-kira 18%-20% kasus akan menjadi mola destruens
atau koriokarsinoma.

2.1.6 Gambaran Diagnostik

Kita harus mempertimbangkan kemungkinan data-data tentang menstruasi atau


uterus hamil yang lebih lanjut membesar akibat mioma, hidramnion, atau
terutama akibat janin lebih dari satu.

ü Ultrasonografi

Ketapatan diagnostic yang terbesar diperoleh dari gambaran USG yang khas pada
mola hidatidosa keamanan dan ketepatan pada pemeriksaan sonografi membuat
pemeriksaan ini menjadi prosedur pilihan. Tetapi kita harus ingat bahwa beberapa
stuktur lainnya dapat memperlihatkan gambaran yang serupa dengan gambaran
mola hidatidosa, termasuk mioma uteri dengan kehamilan dini dan kehamilan
dengan janin lebih dari satu. Tinjauan cermat mengenai riwayat penyakit bersama
hasil evaluasi pemeriksaan USG yang cermat dan kalau perlu diulang satu atau dua
minggu kemudian, harus bias menghindari diagnose mola hidatidosa lewat USG
yang keliru ketika kehamilan sebenarnya normal.
ü Amniografi

Penggunaan bahan radiopak yang dimasukkan kedalam uterus secara


transabdominal akan memberikan gambaran radiografik khas pada mola
hidatidosa. Cavum uteri ditembus dengan jarum untuk amniosintesis. 20ml
hypaque disuntikkan segera dan 5 hingga 10 menit kemudian difoto
anteroposterior. Pola sinar x seperti sarang tawon, khas ditimbulkan oleh bahan
kontraks yang mengelilingi gelembung-gelembung corion. Pada kehamilan normal
terdapat sedikit resiko abortus akibat penyuntikan bahan kontraks hipertonik intra
amnion. Dengan semakin banyaknya sarana USG yang tersedia, teknik
pemeriksaan amniografi sudah jarang dipakai lagi.

ü Pengukuran kadar corionic gonadotropin

Pengukuran kadar corionic gonadotropin kadang-kadang digunakan untuk


membuat diagnose jika metode pengukuran secara kuantitatif yang andal telah
tersedia, dan variasinya cukup besar pada sekresi gonadotropin dalam kehamilan
normal sudah dipahami khusus kenaikan kadar gonadotropin yang kadang-kadang
menyertai kehamilan dengan janin lebih dari satu.

ü Uji Sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke


dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar
setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara
Acosta-Sison)

ü 2.1.7 Penatalaksanaan
Kuretase isap (suction curettage)

Apabila pasien menginginkan keturunan di kemudian hari, penanganan yang


dipilih adalah evakuasi jaringan mola dengan kuretase isap. Dua sampai empat
unit darah harus tersedia karena evakuasi dapat disertai dengan kehilangan darah
yang banyak.setelah evakuasi awal, kontraksi uterus dirangsang dengan oksitosin
intravena untuk mengurangi kehilangan darah.jaringan-jaringan sisa dibersikan
dengan kuretase tajam.spesimennya dikirim secara terpisah ke laboratorium
patologi.

Histerektomi abdominal

Pada mola ini merupakan suatu alternatif lain bagi pasien yang tidak lagi
menginginkan kehamilan di kemudian hari.Histerektomi menyingkirkan
kemungkinan berfungsinya sel-sel trofoblastik yang tertinggal di dalam uterus
setelah kuretase isap dan mengurai resiko penyakit trofoblastik residual sampai 3-
5%.keputusan mengenai salpingo-ooforektomi adalah tersendiri.setelah
pengeluaran mola dan pengurangan stimulas chorionic gonadotropin,kista teka-
lutein ovarium mengalami regresi secara spontan. Pengangkatan dengan
pembedahan hanya diperlukan bila ada kaitan dengan

torsi atau perdarahan.

Program lanjut
Setelah evakuasi suatu kehamilan mola pasien diamati dengan seksama terhadap
serangkaian titer chorionic gonadotropin (HCG), menggunakan
radioimmunoassay untuk submit beta, setiap satu atau dua minggu sampai
negative. Hilangnya HCG secara sempurna diperkirakan terjadi dalam 9-15 minggu
setelah pengosongan uterus. Pasien disarankan untuk menghindari kehamilan
sampai titer chorionic gonadotropin negative selama satu tahun. Biasanya
diberikan kontrasepsi oral estrogen-progestin. Pelvis diperiksa secara berkala
untuk menilai ukuran uterus, adneksa untuk kista teka-lutein, dan traktus genitalis
bagian bawah untuk metastase.

Apabila 2 titer chorionic gonadotropin yang berurutan stabil (plateu) atau


meningkat atau apabila tampak adanya metastase, pasien harus dievaluasi
terhadap keganasan neoplasia tropoblastik gestasional dan kemoterapi. Hamper
15-20% pasien dengan Mola Hidatidosa berkembang gejala keganasan ssetetal
kuretase isap. Dari kelompok ini hamper 80% menderita penyakit trofoblastik non
metastatic sedangkan yang 20% menderita metastase keluar batas uterus, paling
sering ke paru-paru atau vagina. Selain titer chorionic gonadotropin yang
persisten atau meningkat, gejala keganasan neoplsia trofoblastik gestasional
meliputi perdarahan pervaginam yang persisten, pendarahan intra abdominal dan
lesi perdarahan di paru-paru, hepar, otak, atau ogan-organ lainnya.
2.2 Konsep Dasar Keperawatan

2.2.1 PENGKAJIAN

a. Biodata

1) Nama

Sebagai identitas bagi pelayanan kesehatan/Rumah Sakit/ Klinik atau catat apakah
klien pernah dirawat disini atau tidak.

2) Umur

Digunakan sebagai pertimbangan dalam memberikan terapi dan tindakan, juga


sebagai acuan pada umur berapa penyakit/kelainan tersebut terjadi. Pada
keterangan sering terjadi pada usia produktif 25 – 45 tahun.

3) Alamat

Sebagai gambaran tentang lingkungan tempat tinggal klien apakah dekat atau jauh
dari pelayanan kesehatan khususnya dalam pemeriksaan kehamilan.
4) Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga akan memudahkan dalam


pemberian penjelasan dan pengetahuan tentang gejala / keluhan selama di rumah
atau Rumah Sakit.

5) Status Perkawinan

Dengan status perkawinan mengetahui berapa kali klien mengalami kehamilan


Mola Hidatidosa atau hanya sakit karena penyakit lain yang tidak ada
hubungannya dengan kehamilan.

6) Agama

Untuk mengetahui gambaran dan spiritual klien sehingga memudahkan dalam


memberikan bimbingan keagamaan.

7) Nama Suami

Agar diketahui siapa yang bertanggung jawab dalam pembiayaan dan pemberian
persetujuan dalam perawatan.

8) Pekerjaan
Untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari dari klien, sehingga
memungkinkan menjadi faktor resiko terjadinya kehamilan Mola Hidatidosa.

b. Keluhan utama

Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang.

c. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang : Yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit
atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid,
pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.

Riwayat penyakit masa lalu : Mengkaji riwayat penyakit pada masa lalu yang
pernah diderita oleh klien misalnya Diabetes Mellitus, penyakit jantung,
hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit
lainnya.

Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien,
jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.

Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit
menular yang terdapat dalam keluarga.

Riwayat kesehatan reproduksi :

Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau,
warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta
keluhan yang menyertainya.
d. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas

Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini,
bagaimana keadaan kesehatan anaknya.

Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta
keluhan yang menyertainya.

e. Riwayat pemakaian obat

Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat
lainnya.

g. Pola aktivitas sehari-hari

Kaji mengenai aktivitas, sirkulasi, pernapasan, cairan, eliminasi,


kenyamanan/nyeri, keamanan, baik sebelum dan saat sakit.

Aktivitas : kelemahan, kesulitan ambulasi.

Sirkulasi : Takikardia, berkeringat, pucat, hipotensi (tanda syok) dan edema


jaringan.

Pernapasan : pernapasan dangkal, takipnea.


Cairan :

v Anoreksia, mual/muntah; haus.

v Muntah proyektil.

v Membran mukosa kering, lidah bengkak, turgor kulit buruk.

Eliminasi :

v Ketidakmampuan defekasi dan flatus.

v Diare (kadang-kadang).

v Cegukan; distensi abdomen.

v Penurunan haluaran urine, warna gelap.

v Penurunan/tak ada bising usus (ileus); bunyi keras hilang timbul, bising usus
kasar (obstruksi); kekakuan abdomen, nyeri tekan. Hiperesonan/timpani (ileus);
hilang suara pekak diatas hati (udara bebas dalam abdomen).

Kenyamanan/ nyeri : Nyeri abdomen, Distensi, kaku, nyeri tekan.

Keamanan : Riwayat inflamasi organ pelvik (salpingitis); infeksi pasca-melahirkan,


abses retroperitoneal.
g. Data psikososial

Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal
yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.

h. Status sosio-ekonomi

Kaji masalah finansial klien

i. Data spiritual

Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan yang
biasa dilakukan.

j. Pemeriksaan fisik

Inspeksi : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi


terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan,
bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya
keterbatasan fisik, dan seterusnya.

Palpasi : merasakan suatu edema, mengevaluasi edema, menentukan karakter


nadi, mencatat suhu, derajat kelembaban, mencubit kulit untuk mengamati turgor
dan tekstur kulit, menentukan tegangan/tonus otot, menentukan kekuatan
kontraksi uterus atau respon nyeri yang abnormal,

memperhatikan posisi janin.

Perkusi : menggunakan jari, ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi. Kemudian
menggunakan palu perkusi, ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan
pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding
perut atau tidak

Auskultasi : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk


bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.

k. Pemeriksaan laboratorium : darah dan urine serta pemeriksaan penunjang


rontgen, USG, biopsi, pap smear

2.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko tinggi terhadap devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.

Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan


sekunder.

Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan Penurunan komponen seluler


yang di butuhkan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel.

Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi.

Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri.

Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan.

2.2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN :

Resiko tinggi terhadap devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan


Tujuan :

Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output jumlah
maupun kualitas baik.

Kriteria hasil: TTV stabil, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik.

Intervensi :

Kaji kondisi status hemodinamika

Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki


karekteristik bervariasi

Ukur pengeluaran harian

Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah


dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal

Catat haluaran dan pemasukan

Rasional : Mengetahuai penurunanan sirkulasi terhadap destruksi sel darah


merah.

Observasi Nadi dan Tensi


Rasional : Mengetahui tanda hipovolume (perdarahan).

Berikan diet halus

Rasional : Memudahkan penyerapan diet

Nilai hasil lab. HB/HT

Rasional : Menghindari perdarahan spontan karena proliferasi sel darah merah.

Berikan sejumlah cairan IV sesuai indikasi

Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan tranfusi


mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif

Evaluasi status hemodinamika.

Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik.

Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva


lembab.

Tujuan :

Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan


kriteria hasil: TTV dalam batas normal, Ekspresi tenang, Hasil laboraturium dalam
batas normal.

Intervensi :

Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau

Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar.
Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda
infeksi

Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan

Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar.

Lakukan perawatan vulva

Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat
menyebabkan infeksi.

Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi

Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi;


demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi

Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama selama masa
perdarahan
Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu;
senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system
reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.

Batasi pengunjung dan ajari pengunjung untuk mencuci tangan yang baik.

Rasional : Mencegah cross infeksi.

Observasi suhu tubuh.

Rasional : Mengetahui infeksi lanjut.

Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan Penurunan komponen seluler


yang di butuhkan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel.

Tujuan :

Tidak terjadi Perubahan perfusi jaringan selama perawatan perdarahan

kriteria hasil:-Hb dalam batas normal

-turgor kulit baik,vital sign dalam batas normal

-tidak ada mual muntah


-tidak ada perdarahan

Intervensi :

Kaji tanda vital, warna kulit, ujung jari

Rasional : Memberikan informasi mengenai perfusi

Pertahankan suhu lingkungan dan tubuh.

Rasional : Memperlancar vaskularisasi kejaringan perifer.

Nilai hasil lab.HB/HT dan jumlah SDM GDA.

Rasional : Mengidentifikasi/memperbaiki defisiensi untuk menurunkan resiko


perdarahan.

Berikan sel darah merah seuai program terapi.

Rasional : Memaksimalkan transportasi oksigen kejaringan.

Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi


Tujuan :

Klien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi

Kriteria hasil: klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang


diinginkan/diperlukan, melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang
dapat diukur

Intervensi :

Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas

Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan


masif perlu diwaspadai untuk mencegah kondisi klien lebih buruk

Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan

Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ


reproduksi

Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari

Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal

Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien


Rasional : Mengoptimalkan kondisi klien, pada Mola Hidatidosa, istirahat mutlak
sangat diperlukan

Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas

Rasional : Menilai kondisi umum klien

Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri

Tujuan :

Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami

Kriteria hasil:- klien mengungkapkan nyeri hilang/berkurang

-tampak rileks

-mampu beristirahat dengan tepat

Intervensi :

Kaji kondisi nyeri yang dialami klien


Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun
diskripsi.

Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya

Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri

Kolaborasi pemberian analgetika

Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian


analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik

Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan.

Tujuan :

Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit


meningkat

Kriteria hasil:-klien tenang

-klien dapat memahami informasi tentang penyakitnya

-klien dapat menerima kondisinya

Intervensi :
Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit.

Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas.

Kaji derajat kecemasan yang dialami klien.

Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian


objektif klien tentang penyakit.

Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan.

Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan


support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien.

Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama.

Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan


kecemasan.

Terangkan hal-hal seputar Mola Hidatidosa yang perlu diketahui oleh klien dan
keluarga.

Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan
pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi
kecemasan klien dan keluarga.
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Kehamilan :

Contoh Kasus:

Ny.N datAng ke RS Bersalin Kasih Ibu pada tanggal 11 februari 2007,pukul 08.00
dengan keluhan keluar darah sedikit-sedikit pada vaginanya,klien merasa
pusing,penglihatan berkunang-kunang,sering muntah-muntah yang berlebihan
sering gelisah.

I. DATA SUBYEKTIF

1. BIODATA
a. Nama : Ny. N

b. Umur : 25 tahun

c. Nama suami : Tn. A

d. Umur : 26 tahun

e. Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

f. Status Perkawinan : Menikah, sah menurut Agama (istri pertama, lama


pernikahan

3 Tahun)

g. Agama : Islam

h. Pendidikan : SMA

i. Alamat : : Nabang Baru No 13. Metro Timur


j. Diagnosa : Mola Hidatidosa

2. RIWAYAT KEPERAWATAN/KESEHATAN

a. Keluhan Utama :

Klien merasakan keluar darah sedikit-sedikit, klien merasa pusing penglihatannya


kunang-kunang, sering muntah-muntah yang berlebihan dan sering gelisah.

b. Riwayat keperawatan/kesehatan sekarang : klien mengatakan keluar darah


sedikit-sedikit selama 1 minggu dang anti pembalut 2-3 kali sehari.

c.Riwayat keperawatan/kesehatan masa lalu :

Penyakit Jantung : tidak ada

Penyakit Hipertensi : tidak ada

Penyakit Hepar : tidak ada

Penyakit DM : tidak ada

Penyakit Anemia : tidak ada

Penyakit PMS, HIV, AIDS : tidak ada

Penyakit Campak : tidak ada

Tuberculosis : tidak ada


Operasi : tidak ada

Riwayat keperawatan/kesehatan keluarga : keluarga klien tidak memiliki penyakit


keturunan.

Riwayat keperawatan/kesehatan lingkungan : lingkungan tempat tinggal klien baik


dan bersih, klien rajin membersihkan rumah, sehingga sedikit sekali ada dampak
yang berpengaruh buruk terhadap kesehatannya.

Riwayat psikososial : Dalam menghadapi kehamilan ini klien merasa senang


karena kehamilan yang kedua ini memang sudah direncanakan dan mendapat
dukungan dari suami dan keluarga

Latar belakang budaya : budaya klien tidak mempengaruhi kesehatan dari klien,
klien tidak ada pantangan mengkonsumsi makanan apa pun

Dukungan Keluarga :keluarga mendukung kehamilan kedua klien

Riwayat Kebidanan

1) riwayat haid :

ü Menarche : 14 tahun

ü Siklus haid : teratur 28-30 hari

ü Keluhan selama haid : Tidak ada keluhan selama haid

ü Hari pertama haid terakhir (HPHT) : HPHT 29 Oktober 2006


ü Tafsiran persalinan : 5 Agustus 2007

2) Riwayat perkawinan:sah menurut agama dan negara

3) Riwayat kehamilan dan persalinan

G2P10001

KEHAMILAN

PERSALINAN

NIFAS

ANAK

KB

No

Suami ke

Keluhan

Usia kehamilan

Penolong

Cara persalinan

Penyulit

Sex
BBL

Usia

Mual, pusing

38 mggu

Bidan

Pervaginam

Tidak

Ada

Baik

Lk

3200 gr

1 thn

suntik

HAMIL INI
Riwayat kehamilan sekarang:

- Pemeriksaan kehamilan sebelumnya: 1x

- Terapi yang diterima: tidak ada

- HE yang sudah didapat:-manfaat pemberian asi esklusif


-pemberian pola diet pada ibu hamil

-perawatan payudara

3. POLA-POLA FUNGSI KESEHATAN:

a. Pola persepsi-pemeliharaan kesehatan

Sebelum Hamil : mandi dan ganti pakaian 2x sehari hygiene terjaga

Saat Hamil :mandi dan ganti pakaian 2x sehari hygiene terjaga

b. Pola aktivitas_latihan

Sebelum Hamil: klien dapat melakukan pekerjaan rumah tangga seperti biasa

Saat Hamil : klien mengatakan masih bisa melakukan pekerjaan rumah tangga
seperti biasa

c. Pola nutrisi-metabolisme
Sebelum hamil : klien mengatakan biasanya makan 2-3 kali sehari dengan
nasi,sayur,ikan/tempe, minum 7-8 gelas/hari

Saat hamil : klien tidak mengalami perubahan, makan 2-3 kali sehari, minum 7-8
gelas/hari. Disertai mual dan muntah yang sering

d. Pola eliminasi

Sebelum hamil: BAK 10x sehari, BAB 1x sehari

Saat hamil: BAK 10x sehari, BAB 1x sehari

e. Pola tidur-istirahat

Sebelum hamil: klien mengatakan tidur siang 2 jam dan malam 9 jam dengan
nyenyak

Saat hamil: klien mengatakan pola istirahatnya sama seperti sebelum hamil

f. Pola kognitif-perseptual

Sebelum hamil: klien menjaga kesehatan diri sendiri dan keluarganya


Saat hamil:klien mengerti tentang kehamilannya dan memahami kehamilannya
sehingga klien berusaha untuk menjaga kesehatan diri sendiri dan janinnya

g. Pola toleransi-koping stress

Sebelum hamil: klien mengatakan saat ada masalah, klien menggunakan


mekanisme koping yang baik

Saat hamil: klien mengatakan saat ada masalah, klien menggunakan mekanisme
koping yang baik

h. Pola persepsi diri-konsep diri

Sebelum hamil: konsep diri klien baik

Saat hamil: setelah mengetahui kehamilannya dengan molla hidatidosa, klien


merasa cemas,gelisah

Pola seksual-reproduksi

Sebelum hamil : hubungan seksual dilakukan 3 x 1 minggu


Saat hamil : hubungan seksual dilakukan 1x 1 minggu

j. Pola hubungan dan peran

Sebelum hamil: klien menjalankan perannya sebagai ibu dengan baik

Saat hamil: klien menjalankan perannya sebagai ibu dengan baik

k. Pola nilai dan keyakinan

Sebelum hamil : taat menjalankankan ibadah

Saat hamil : taat menjalankan ibadah

II. DATA OBJEKTIF

Tanda-tanda vital:

Tekanan darah:110/80 mmhg

Nadi: 80x/menit

Suhu tubuh: 37,5 C

Pernapasan: 22x/menit

Tinggi badan:164 cm

Berat badan:54 kg
Pemeriksaan fisik (head to toe):

Kepala:

1) Rambut: hitam, rapi, bersih, tidak ada ketombe,tidak rontok

2) Muka: simetris, tidak ada edema

3) Mata: konjungtiva pucat, sclera tidak ikterus

4) Hidung: paten, tidak ada sinusitis, bentuk simetris

5) Gigi dan mulut: tidak ada karies, tidak stomatitis, bersih

6) Telinga: bersih, pendengaran baik, simetris kanan/kiri

Leher

1) Kelenjar tiroid:tidak ada pembesaran

2) Vena jugularis: tidak ada pembesaran

Dada

1) Jantung: terdapat Lup dup teratur


2) Paru:tidak ada bunyi ronchi dan wheezing , suara nafas vesikuler

3) Payudara: bentuk simetris, membesar, bentuk puting susu menonjol, tidak


ada hiperpigmentasi, tidak ada massa, tidak ada pengeluaran, bersih

Abdomen

1) Bentuk: uterus lebih besar dari usia kehamilan

2) Strie: terlihat sedikit

3) Linea: terlihat linea alba

4) Bising usus: 15x/mnt

5) Palpasi Leopold: TFU 3 jari dibawah pusat

6) DJJ: tidak terdengar denyut jantung janin

Genetalia: bersih, tidak ada penyakit kelamin, ada pengeluaran darah pervaginam
dan terlihat gelembung-gelembung mola seperti anggur

Ekstrimitas:tidak ada edema, tidak ada varises, reflek patella (+) kanan kiri

Pemeriksaan panggul luar:tidak dilakukan


Tafsiran berat janin: -

Pemeriksaan penunjang:

1) Laboratorium

HB : 9 gr%

Protein urine : tidak dilakukan

2) Pemeriksaan kadar Beta HCG darah : -

3) Foto toraks : tidak ada gambaran emboli udara

4) USG : tidak terlihat rangka janin, terlihat gelembung-gelembung mola seperti


buah anggur gambaran seperti sarang tawon, seperti badai salju.

Analisa Data

Data

Etiologi

Masalah Keperawatan

DS :

- Mengeluh perdarahan sudah 6 hari, badan lemah.


DO :

- Perdarahan pervaginal bergumpal.

- Hb. 9 mg%

- Kulit agak pucat

- Turgor kulit jelek

- TD:110/80, nadi:80x/menit, suhu: 37C, rr: 20x/menit.

DS:

- Klien menyatakan badannya lemah,dan mengeluh perdarahan selama 6hari

DO: a) akral dingin

b) turgor kulit buruk,


agak pucat.

c) CRT 3 detik

d) TD:110/80, nadi

80x/menit, suhu

37C.

e) Hb: 9 gr%

f) perdarahan 100cc,

warna merah segar

bergumpal.
DS :

- Klien menyatakan tidak tahu kalau dirinya hamil gelembung-gelembung


anggur.

- Klien menyatakan bingung apa yang harus dilakukan.

DO: klien terlihat gelisah.

DS:- klien mengeluh per

darahan selama 6 hari

DO: – Keadaan vulva


lembab dan kotor

akibat perdarahan.

- Td: 110/80, nadi:

80x/menit, suhu:37C, rr:22x/menit.

DS :

- Menyatakan dirinya sering mual dan muntah

DO :

-Klien tampak lemah, pucat

-Mual dan muntah 2 kali


sehari

-BB:54kg, TB:164cm

-perdarahan 100cc warna

merah segar bergumpa

-Albumin: 3,8 gr/dl

Perdarahan pervaginam akibat kerusakan jaringan intra uterus


Penurunan komponen seluler yang dibutuhkan untuk pengiriman nutrien sel
akibat perdarahan pervaginam
Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakitnya
Perdarahan yang mengakibat

kan kondisi vulva hygiene menjadi berkurang dan selalu lembab.


Mual dan muntah yang berlebihan
Devisit Volume Cairan
Perubahan perfusi jaringan
Cemas
Resiko tinggi infeksi
Resiko kurangnya kebutuhan nutrisi
3.2 Diagnosa Keperawatan :

Devisit Volume Cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam.

Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler


yang dibutuhkan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel akibat pendarahan.

Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakitnya.

Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva


lembab.

Resiko kurangnya kebutuhan nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah yang
berlebihan.

5.3 Intervensi Keperawatan :

Dx 1 : Devisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan pervaginam

ü Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka tidak terjadi devisit volume cairan,
antara intake dan output jumlah maupun kualitasnya baik.
ü Kriteria hasil: TTV stabil, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik.

ü Intervensi :

Kaji kondisi status hemodinamika

Rasional : Pengeluaran cairan pervaginam memiliki karakteristik bervariasi.

Observasi Nadi dan Tensi

Rasional : Mengetahui tanda hipovolemik (perdarahan).

Ukur intake dan output harian

Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah


dengan jumlah cairan yang hilang pervaginam

Anjurkan klien memenuhi kebutuhan cairan

Rasional : Motivasi untuk memenuhi kebutuhan cairan hariannya.

Berikan sejumlah cairan IV sesuai indikasi

Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan tranfusi


mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif
Dx 2: Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan Penurunan komponen
seluler yang di butuhkan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel.

Tujuan :Tidak terjadi Perubahan perfusi jaringan selama perawatan perdarahan

kriteria hasil:-Hb dalam batas normal

-turgor kulit baik,vital sign dalam batas normal

-tidak ada mual muntah

-tidak ada perdarahan

Intervensi :

Kaji tanda vital, warna kulit, ujung jari

Rasional : Memberikan informasi mengenai perfusi

Pertahankan suhu lingkungan dan tubuh.

Rasional : Memperlancar vaskularisasi kejaringan perifer.


Nilai hasil lab.HB/HT dan jumlah SDM GDA.

Rasional : Mengidentifikasi/memperbaiki defisiensi untuk menurunkan resiko


perdarahan.

Berikan sel darah merah seuai program terapi.

Rasional : Memaksimalkan transportasi oksigen kejaringan

Dx 3 : Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi


penyakitnya.

ü Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien tidak merasa cemas,


pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat

ü Kriteria hasil: – klien menjadi tenang

-klien dapat memahami informasi tentang penyakitnya

-klien dapat menerima kondisinya.

ü Intervensi :
Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit

Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas

Kaji derajat kecemasan yang dialami klien

Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penilaian


objektif klien tentang penyakit

Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan

Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan


support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien

Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama

Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan


kecemasan

Terangkan hal-hal seputar Molahidatidosa yang perlu diketahui oleh klien dan
keluarga

Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan
pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi
kecemasan klien dan keluarga.
Dx 4 : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi
vulva lembab.

ü Tujuan :Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan

ü kriteria hasil: TTV dalam batas normal, Ekspresi tenang, Hasil laboraturium
dalam batas normal.

ü Intervensi :

a.Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau

Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar.
Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda
infeksi

b. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan

Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar.

c .Lakukan perawatan vulva


Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat
menyebabkan infeksi.

d. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi

Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi;


demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi

e .Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama selama masa
perdarahan

Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu;
senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system
reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.

Batasi pengunjung dan ajari pengunjung untuk mencuci tangan yang baik.

Rasional : Mencegah cross infeksi.

Observasi suhu tubuh.

Rasional : Mengetahui infeksi lanjut.


Dx 5 : Resiko kurangnya kebutuhan nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah
yang berlebihan.

ü Tujuan :

Nutrisi kebutuhan harian klien akan terpenuhi.

ü Kriteria hasil:- Nafsu makan meningkat

- Porsi makan dihabiskan

ü Intervensi :

a. Kaji status nutrisi klien

Rasional :

Sebagai awal untuk menetapkan rencana pemberian nutrisi

b. Anjurkan makan sedikit demi sedikit tapi sering

Rasional :

Makan sedikit demi sedikit tapi sering, dapat membantu untuk


meminimalkan anoreksia

c. Anjurkan untuk makan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi

Rasional :
Makanan yang hangat dan bervariasi dapat menbangkitkan nafsu makan klien

d. Timbang berat badan sesuai indikasi

Rasional :

Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi

e. Tingkatkan kenyamanan lingkungan termasuk sosialisasi saat makan, anjurkan


orang terdekat untuk membawa makanan yang disukai klien

Rasional :

Sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau teman dapat meningkatkan
pemasukan dan menormalkan fungsi makanan

5.4 Implementasi

Dx 1 : Devisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan

Waktu

Implementasi

Hasil

08.00
08.15

08.20

08.30 Mengkaji kondisi status hemodinamika klien.

Mengobservasi Nadi dan Tensi Klien.

Mengukur jumlah intake dan output, menerangkan bahaya pengeluaran cairan


yang berlebihan.

Menganjurkan klien cukup banyak minum dan makan, mengajarkan cara


menentukan jumlah minum yang diperlukan selama perdarahan.

Memberikan sejumlah cairan IV sesuai indikasi dokter


. Perdarahan merah segar bergumpal :100cc

TD:110/80, nadi:80x/menit

Intake:1200cc, output: 1300cc, dan pasien telah memahami bahaya dari


pengeluaran cairan yang berlebihan.

Pasien menyatakan diri akan banyak minum dan makan.

Memberikan cairan Nacl o,9% ,1000 ml/hari

Dx 2: Perubahan perfusi jaringan berhubungan penurunan komponen seluler yang


dibutuhkan untuk pengiriman oksigen/ nutrien ke sel akibat perdarahan

Waktu

implementasi

Hasil

08.30 Mengaji tanda-tanda vital, warna kulit, ujung jari

Mempertahankan suhu lingkungan dan tubuh

Menilai hasil lab. HB/HT dan jumlah SDM GDA

Memberikan tablet Fe 500 mg/hari sesuai advise dokter TD: 110/80, nadi:
80x/menit, RR: 20x/menit, suhu: 37C

Pasien agak pucat, CRT: 3 detik


Hb: 10 gr%

Dx 3 : Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuanWaktu Implementasi


Hasil

09.00 1. Mengkaji tingkat pengetahuan atau persepsi klien dan keluarga


terhadap penyakit

Mengkaji derajat kecemasan yang dialami klien

Bantu Klien mengidentifikasi penyebab kecemasan

Menerapkan bahwa ibu saat ini sebenarnya hamil gelembung-gelembung anggur.

Menerangkan agar ibu banyak istirahat

Pasien dan keluarga belum mengetahui bahwa ibu hamil gelembung-gelembung


mola.

Setelah diberikan penjelasan tentang penyakitnya ibu memahami kondisi


penyakitnya.
Ibu menyatakan mau banyak istirahat.

Dx 4: Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi


vulva lembabwaktu Implementasi Hasil

09.30 Mengkaji kondisi keluaran/dishart yang keluar; jumlah, warna dan bau

Meneranakan kepada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan

Melakukan perawatan vulva

Menerangkan kepada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi

Menganjurkan pada suami untuk tidak melaukan hubungan senggama selama


masa perdarahan

Membatasi klien dan mengajari klien untuk mencuci tangan yang baik1.
Perdarahan pervaginam warna merah segar bergumpal, peradarahan pervaginam
100cc.
Setelah diberikan penjelasan, klien mengetahui tentang penting perawatan vulva
hygiene.

Setelah diberikan penjelasan, klien mengetahui tentang cara mengidentifikasi


tanda-tanda infeka dan harus segera lapor ke dokter/perawat.

Setelah dilakukan tindakan vulva hygiene, vulva klien bersih

Suhu 37C

Dx 5 : Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah


berlebihanWaktu implementasi Hasil

10.00 1. Mengkaji status nutrisi klien.

Menganjurkan klien makan sedikit demi sedikit tapi sering


Menganjurkan klien untuk makan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi

Menimbang berat badan klien sesuai indikasi

Tingkatkan kenyamanan lingkungan termasuk sosialisasi saat makan, anjurkan


orang terdekat untuk membawa makanan yang disukai klien

1.BB: 55 kg, TB: 164 cm, albumin: 4 gr/dl, Hb: 10 %

2.klien menyatakan mau makan sedikit dan sering dan juga bervariasi jenis
makanan

3.keluarga klien membawakan makanan kesukaan klien yang memenuhi standar


nutrisi dan zat gizi.

5.5 Evaluasi

Dx 1 : Devisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan pervaginam.

A
P

Klien menyatakan banyak minum

-Vol darah + 100cc keluar, warna merah segar

bergumpal

-TTV: TD:110/80

Nadi:80x/menit

Suhu: 37C

Rr:20x/menit

- Mukosa:agak lembab

- Turgor kulit:membaik

Masalah teratasi sebagian

Lanjutkan intervensi 2, 3, 4,5


Dx 2: Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang dibutuhkan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel akibat
perdarahan.

- Klien mengatakan badannya tidak lemah lagi

- Hb:10gr%

- Turgor kulit:membaik

- TTV: Td: 110/80, nadi: 80x/menit, suhu: 37C, rr:20x/menit


- Mual muntah: 1x/hari

- Perdarahan:100cc/hari

Masalah teratasi sebagian

Lanjutkan intervensi

Dx 3 :Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan.

- Klien megerti bahwa dirinya hamil gelembung-gelembung anggur dan harus


dikuret

- Klien menyatakan bahwa ia banyak istirahat

- Klien tampak tenang

- Klien menerima kondisinya


Masalah teratasi

Intervensi dihentikan

Dx 4: Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi


vulva lembab.

- Klien menyatakan jumlah perdarahannya berkurang dan rajin melakukan


perawatan vulva hygiene sendiri
- TTV: Td:110/80, nadi: 80x/menit, suhu: 37C, rr: 20x/menit

- Ekspresi wajah: pasien tampak tenang

- Tidak ada tanda-tanda infeksi (tidak demam, vulva tidak merah, tidak
bengkak, tidak keluar nanah)

Masalah teratasi

Intervensi dihentikan

Dx 5: Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah


berlebihan.

- klien menyatakan nafsu makan meningkat

- klien menyatakan porsi makan dihabiskan (porsi sedikit tapi sering)

- BB: 55kg
- TB:164cm

- Albumin: 4gr/dl

- Hb: 10gr%

Masalah teratasi

Intervensi dihentikan
BAB iV

Kesenjangan Teori dan Kasus

4.1 pembahasan kesenjangan teori dan kasus

Teori pada Pasien dengan Diagnosa Mola Hidatidosa, salah satu gejalanya pasien
akan mengatakan nyeri. Tetapi pada Ny. N tidak timbul gejala nyeri pada
kehamilan mola hidatidosa karena memang persepsi dan toleransi terhadap nyeri
pada pasien satu dan pasien yang lain sangat berbeda.

Nyeri merupakan suatu perasaan tidak nyaman yang betul-betul subyektif dan
hanya orang yang menderinya yang dapat menjelaskan serta mengevaluasinya.
Nyeri dapat timbul oleh beberapa stimulasi tetapi reaksi terhadap nyeri tidak
dapat diukur dengan obyektif. Dan respon seseorang terhadap nyeri dipengaruhi
oleh emosi, tingkat kesadaran, latar belakang budaya, pengalaman masa lalu
tentang nyeri dan pengertian nyeri, sehingga dapat menganggu kemampuan
seseorang untuk beristirahat, konsentrasi serta kegiatan-kegiatan yang biasa
dilakukan (Barbara Engram, 1999).

Intensitas nyeri dapat ditemukan dengan berbagai cara salah satunya adalah
bertanya kepada klien tentang nyeri atau ketidaknyamanan. Metode lain adalah
bertanya kepada klien untuk mengurangi bagaimana gawatnya nyeri yang
mendatangkan ketidaknyamanan dengan menggunakan skala 0 sampai 10.
dimana skala 0-3 ringan, skala 4-6 nyeri sedang, skala 7-10 nyeri berat (Barbara C.
Long, 1996).

Teori pada Pasien dengan Diagnosa Mola Hidatidosa, salah satu gejalanya pasien
akan mengatakan nyeri, dan masalah nyeri ini dikaji dengan menggunakan
pendekatan P, Q, R, S, T. Dimana P : nyeri meningkat ketika darah keluar
pervaginam, Q : frekuensi nyeri sering, berlangsung sebentar dan terasa seperti
diremas-remas, R : nyeri terjadi pada abdomen bagian bawah, S : skala nyeri 4 – 5
(sedang), T : nyeri berlangsung sebentar tapi sering ketika darah keluar
pervaginam. Serta klien tampak menahan sakit ketika perutnya dipalpasi. Kondisi
ini akan menyebabkan masalah keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri.

Untuk mengatasi masalah nyeri ini pada klien dengan Mola Hidatidosa, intervensi
dapat dibuat dengan tujuan agar nyeri berkurang atau hilang dengan jangka waktu
2 x 24 jam dengan kriteria hasil ekspresi wajah tenang, rileks, pasien tidak
mengeluh nyeri setelah dilakukan tindakan keperawatan. Adapun perencanaan
yang dibuat adalah sebagai berikut :

a. tentukan sifat, lokasi dan Durasi nyeri, hal ini dilakukan untuk membantu
menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar untuk perbandingan dan
evaluasi terhadap terapi

b. kaji stress psikologis klien / pasangan dan respon emosional terhadap


kejadian, hal tersebut dilakukan karena ansietas sebagai respon terhadap situasi
darurat dapat memperberat derajat ketidaknyamanan

c. ajarkan tehnik relaksasi dan nafas dalam hal tersebut dilakukan untuk
memfokuskan kepada perhatian tertentu atau menurunkan ketegangan otot

d. berikan lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk mengalihkan rasa nyeri
rasionalnya dengan lingkungan tenang maka dapat membantu dalam menurunkan
tingkat ansietas dan karenanya mereduksi ketidaknyamanank

e. kolaborasi untuk menghilangkan nyeri.


Dalam pelaksanaannya, perawat dapat melakukan semua perencanaan yang telah
dibuat, hal ini didukung dengan adanya peran aktif pasien dan keluarga mengikuti
proses keperawatan dan keinginan yang besar untuk segera sembuh dari
penyakitnya.

Pada Ny. N tidak timbul gejala nyeri pada kehamilan mola hidatidosa karena
memang persepsi dan toleransi terhadap nyeri pada pasien satu dan pasien yang
lain sangat berbeda. Inilah salah satu alasan respon nyeri perlu dikaji dengan teliti.
Penyebab spesifik mungkin sulit ditemukan, namun umumnya sifat dan letak lesi
yang mendatangkan nyeri dapat ditentukan dari data-data klinis. Dua macam
serabut saraf meneruskan rangsangan nyeri : pada kulit dan otot. Serabut A
meneruskan rasa nyeri tajam setempat dan serabut C dari visceral uterus dan
otot-otot kurang meneruskan rasa nyeri tumpul setempat. Serabut-serabut aferen
ini mempunyai badan-badan sel disebelah dorsal akar ganglion, beberapa akson
menyilang garis tengah dan naik ke medulla, otak tengah dan tallamus. Rasa nyeri
dirasakan di korteks girus post sentralis, yang dapat menerima impuls yang datang
dari dua sisi tubuh. Rasa tidak nyeri pada pasien karena impuls tida dapat
diteruskan ke medulla, otak tengah dan tallamus.

Rangsangan yang biasanya mendatangkan rasa nyeri pada uterus adalah


ketegangan dan kerengangan. Usia kehamilan pada Ny. N 15 minggu, 1 hari dan
TFU 3 jari dibawah pusat. Memang TFU lebih besar dari usia kehamilan normal
yang seharusnya pada usia 16 minggu TFU berada pada setengah pusat dan
sympisis pubis. Tapi otot-otot abdomen Ny. N tidak terlalu meregang sehinnga Ny.
N tidak merasakan nyeri. Factor psikologis Pasien juga sangat penting menentukan
rasa nyeri.
4.2 Kesimpulan

Mola Hidatidosa ditandai oleh kelainan vili korialis, yang terdiri dari proliferasi
trofoblastik dangan derajat yang bervariasi dan edema sroma vilus. Mola biasanya
menempati kavum uteri, tetapi kadang-kadang tumor ini ditemukan dalam tuba
falopii dan bahkan dalam ovarium. Perkembangan penyakit trofoblastik ini amat
menarik, dan ada tidaknya jaringan janin telah digunakan untuk
menggolongkannya menjadi bentuk mola yang komplet (klasik) dan parsial
(inkomplet).

Kehamilan mola hidatidosa merupakan kelainan kehamilan yang banyak


terjadi pada multipara yang berumur 35-45 tahun.Mengingat banyaknya kasus
mola hidatidosa pada wanita umur 35-45 tahun sangat diperlukan suatu
penanggulangan secara tepat dan cepat dengan penanganan tingkat
kegawatdaruratan obstetric. Observasi dini sangat diperlukan untuk memberikan
pertolongan penanganan pertama sehingga tidak memperburuk keadaan pasien.
Penerapan asuhan keperawatan sangat membantu dalam perawatan kehamilan
mola hidatidosa karena kehamilan ini memerlukan perawatan dan pengobatan
secara kontinyu sehingga keluarga perlu dilibatkan agar mampu memberikan
perawatan secara mandiri.Pendidikan kesehatan sangat diperlukan mengingat
masih banyaknya wanita-wanita khususnya yang berumur 35-45 tahun yang
kurang mengerti tentang kehamilan mola hidatidosa.
DAFTar Pustaka

Bagian obstetric & ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran


Bandung. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset
Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC

Cunningham, F Garry, dkk. 1995. Obstetri Williams. Jakarta : EGC

Johnson & Taylor. 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC

Mochtar, Rustam . 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I. Jakarta : EGC

Taber Ben-Zion. 1994. Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC

Share this:

Twitter

Facebook

Like this:

★Like

Be the first to like this.

Posted by meyceria

Categories: Uncategorized
Tags:

« Older

Leave a Reply

Name (required)

E-Mail (required)

Website

Notify me of follow-up comments via email.

Mobile Site | Full Site

Blog at WordPress.com. Theme: WordPress Mobile Edition by Alex King.

You might also like