You are on page 1of 12

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN TEKANAN DARAH PASIEN

HIPERTENSI DI PUSKESMAS MOJOLANGU KOTA MALANG


The Relationship Between Quality of Sleep with Blood Pressure of Hypertension Patient
in Mojolangu PHC, Malang

Wahid Nur Alfi1, Roni Yuliwar2


1
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Malang, nuralfiwahid@gmail.com
2
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Malang, r.yuliwar@gmail.com
Alamat Korespondensi: Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang, Jl Besar Ijen No 77 C
Malang, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
WHO memperkirakan pada tahun 2020 Penyakit Tidak Menular (PTM) akan menyebabkan 73% kematian dan
60% seluruh kesakitan di dunia (WHO, 2013). Penyakit hipertensi di Indonesia banyak diderita oleh perempuan
dengan persentase sebesar 28,8% dan sering tidak menunjukkan gejala serta baru disadari setelah menyebabkan
gangguan organ. National Heart, Lung, and Blood Institut dari United States Department of Health and Human
Services menginformasikan bahwa kurang tidur atau kualitas tidur yang buruk meningkatkan risiko tekanan
darah tinggi, penyakit jantung, dan penyakit lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
kualitas tidur dengan tekanan darah pasien hipertensi di Puskesmas Mojolangu Kota Malang. Jenis penelitian
ini adalah observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien hipertensi di Puskesmas Mojolangu. Penelitian ini menggunakan total populasi dan tidak ada
pengambilan sampel. Besar sampel diperoleh berdasarkan periode waktu dan diperoleh besar sampel sejumlah
30 dengan menetapkan beberapa kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel dependennya yaitu tekanan darah dan
variabel independennya adalah kualitas tidur. Analisis data menggunakan uji koefisien kontingensi. Hasil
penelitian menunjukkan mayoritas responden dengan tekanan darah tidak normal sebanyak 53,3% berjenis
kelamin perempuan, 43,3% berada dalam kelompok umur 41-60 tahun, 66,7% dengan kualitas tidur buruk. Ada
hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan kuat hubungan 0,649.
Kesimpulan penelitian, sebagian besar responden yang memiliki kualitas tidur buruk akan memiliki kenaikan
tekanan darah, sehingga perlu dilakukan penyuluhan dan pendampingan pada penderita hipertensi.

Kata Kunci: kualitas tidur, tekanan darah, pasien hipertensi

ABSTRACT
WHO estimate that, in 2020 non-communicable disease causes of death 73% and 60% of all morbidity in the
world (WHO, 2013). In Indonesia, hypertension is suffered by women with 28.8% and often shows no symptoms,
only realized after causing organ disorders. The National Heart, Lung, and Blood Institute of the United States
Department of Health and Human Services informs that less sleep or poor sleep quality increases the risk of
high blood pressure, heart disease and other diseases. This study aims to determine the relationship between
the quality of sleep with blood pressure in hypertensive patients in Mojolangu Public Health Center, Malang.
The type of this research is observational analytic with cross sectional design. Population in this research is all
patient of hypertension in Mojolangu Public Health Center. This study uses total population. The sample size
is generated based on the time period and a sample size of 30 is obtained by specifying some inclusion and
exclusion criteria. The dependent variable is blood pressure and the independent variable is sleep quality.
Analizing data by coeficient contingency. The result of this research are respondents with abnormal blood
pressure were 53.3% female, 43.3% were in the 41-60 years old, 66.7% with poor sleep quality. There is a
relationship between the quality of sleep with blood pressure in hype rtensive patients with a strong relationship
(0.649). The conclusion is respondents who have poor quality of sleep have an increase in blood pressure, so
there are needs to be counseling and menthoring for hypertensive patients.

Keywords: quality of sleep, blood pressure, hypertension patient

©2018 FKM_UNAIR All right reserved. Open access under CC BY – SA license doi: 10.20473/jbe.v6i1.2018. 25-36
Received 11 July 2017, received in revised form 22 August 2017, Accepted 14 September 2017, Published online: 18 March 2018
26 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 25-36

PENDAHULUAN Data Riskesdas (2013), menunjukkan bahwa


prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat
Pada abad ke-21, insiden dan prevalensi
melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar
Penyakit Tidak Menular (PTM) diperkirakan akan
25,8%, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%),
mengalami peningkatan secara cepat. Keadaan ini
Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur
akan menjadi tantangan utama masalah kesehatan
(29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Provinsi Jawa
di masa yang akan datang. WHO memprediksikan
Timur prevalensi hipertensinya sebesar 26,2%.
bahwa pada tahun 2020 sebanyak 73% kematian
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, jumlah
disebabkan karena adanya suatu penyakit tidak
penderita hipertensi di Indonesia dilihat dari jenis
menular (PTM) serta menyebabkan jumlah
kelaminnya lebih banyak pada perempuan yaitu
kesakitan di dunia mencapai angka 60% (WHO,
sebesar 28,8% dibandingkan dengan laki-laki yang
2013). Saat ini, hipertensi merupakan salah satu
hanya 22,8%.
penyakit tidak menular yang menjadi perhatian
Ada beberapa faktor risiko yang menimbulkan
utama yang cukup serius. Hipertensi memiliki
terjadinya hipertensi antara lain genetik, jenis
pengertian sebagai suatu penyakit yang ditandai
kelamin, umur, diet, obesitas, gaya hidup seperti
dengan adanya peningkatan tekanan darah di atas
merokok dan konsumsi alkohol (Udjianti, 2010).
nilai normal, yaitu nilai sistolik >140 mmHg dan
Hipertensi seringkali tidak menimbulkan adanya
atau diastolik >90 mmHg (American Heart
suatu gejala tertentu pada penderitanya, sehingga
Association, 2014).
banyak dari penderita hipertensi baru sadar terkena
Menurut World Health Organization (WHO)
penyakit tersebut ketika telah menimbulkan
dan The International Society of Hypertension
berbagai gangguan organ seperti gangguan fungsi
(ISH) tahun 2003, sebanyak 3 juta orang dengan
jantung atau stroke. Tidak sedikit bahwa hipertensi
penyakit hipertensi di seluruh dunia meninggal
ditemukan secara tidak sengaja ketika dilakukan
dunia dari 600 juta penderita hipertensi di seluruh
suatu pemeriksaan kesehatan rutin. Hipertensi
dunia. Berdasarkan Global Status Report on
umumnya dijuluki dengan “The Silent Killer”.
Noncommunicable Disease tahun 2010 dari WHO
Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa
menunjukkan bahwa sebesar 40% negara
semakin tinggi tekanan darah, semakin tinggi pula
berkembang mengalami hipertensi. Afrika
risiko penyakit kardiovaskular, stroke, dan
merupakan kawasan dengan penderita hipertensi
serangan jantung (Kowalski, 2010).
paling tinggi dengan persentase sebanyak 46%,
Hipertensi sering dikaitkan dengan kondisi
kemudian Asia Tenggara dengan persentase
lemah saat terbangun pada pagi hari. Orang dengan
sebanyak 36% dan kawasan Amerika dengan
hipertensi akan sering mengatakan bahwa mereka
persentase kejadian hipertensi sebanyak 35%.
mengalami rasa nyeri ataupun perasaan mudah
WHO (2013) menyebutkan bahwa satu dari tiga
lelah, rasa yang tidak nyaman pada tubuh, kesulitan
orang dewasa di seluruh dunia memiliki tekanan
untuk bernafas, bahkan kesulitan dalam memulai
darah tinggi dan peningkatan tersebut terjadi seiring
tidur (Dalimartha, 2008). Orang dengan gejala
dengan bertambahnya usia, yaitu satu dari sepuluh
tersebut akan memiliki gangguan untuk tidur.
orang berusia 20-an dan 30-an sampai lima dari
Banyak faktor dapat mempengaruhi kualitas
sepuluh orang berusia 50-an.
maupun kuantitas tidur, diantaranya: adanya suatu
Provinsi Jawa Timur, berdasarkan hasil
penyakit, kondisi lingkungan, rasa kelelahan, gaya
pengukuran yang dilakukan di dalam unit
hidup, stres emosional, adanya stimulan tertentu,
pelayanan kesehatan primer, pemerintah swasta, di
minum alkohol, diet, merokok, medikasi, dan
dalam maupun di luar gedung pada penduduk yang
motivasi (Mubarak, 2008). Beberapa penelitian
berusia lebih dari atau sama dengan 18 tahun pada
diatas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang
tahun 2016 diperoleh hasil penderita hipertensi
mengalami gangguan tidur tidak hanya disebabkan
mencapai 935.736 penduduk dengan proporsi laki-
oleh faktor tunggal, melainkan dari beberapa faktor.
laki sebesar 387.913 penduduk dan perempuan
Misalnya seseorang yang memiliki suatu penyakit
sebesar 547.823 penduduk. Hal ini dapat menjadi
yang menimbulkan rasa nyeri, mereka akan
suatu masalah besar apabila tidak ada penanganan
mengalami gangguan ketika tidur karena
dan pengendalian secara tepat karena dapat
merasakan ketidaknyaman fisik yang berakibat
berdampak pada penurunan produktivitas dan
kepada berkurangnya jumlah jam untuk tidur.
meningkatknya kematian akibat komplikasi dari
Gejala lain yang biasa dialami oleh pasien
penyakit hipertensi (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
hipertensi yaitu rasa sakit kepala, pandangan mata
Timur, 2016).
kabur, perasaan mudah marah, sulit untuk tidur,
Wahid Nur Alfi., Roni Yuliwar., Hubungan Kualitas Tidur Dengan ... 27

nyeri pada dada, pusing, denyut jantung lebih kuat berusia 1 tahun sampai dengan 3 tahun atau sekitar
dan lebih cepat (Anggraini, 2014). masa anak-anak akan memiliki jam tidur antara 10-
Tekanan darah secara normal akan mengalami 12 jam/hari dan biasanya 25% dari siklus tidurnya
penurunan saat sedang tidur normal (sekitar 10- merupakan tidur REM. Pada usia pra-sekolah (usia
20%) dibandingkan jika seseorang tersebut dalam 3 tahun sampai dengan 6 tahun), seseorang akan
kondisi sadar. Kondisi ini bisa terjadi karena memiliki jumlah jam tidur kurang lebih 11 jam/hari.
seseorang ketika sedang dalam kondisi tidur, maka Pada anak usia sekolah (usia 6 tahun sampai dengan
aktifitas simpatis akan mengalami penurunan 12 tahun), jumlah jam tidur semakin berkurang
sehingga tekanan darah seseorang ketika tidur juga yaitu kurang lebih 10 jam/hari pada malam hari.
akan mengalami penurunan. Ketika seseorang Ketika seseorang berada pada usia remaja yaitu usia
mengalami gangguan ketika tidur, maka yang 12 tahun sampai dengan usia 18 tahun, jumlah jam
terjadi adalah tidak adanya penurunan tekanan tidur sekitar 7-8,5 jam/hari.
darah saat orang tersebut tertidur. Hal ini dapat Pola tidur normal pada dewasa muda (usia 18
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi yang tahun sampai dengan 40 tahun) tidak jauh beda
dapat mengakibatkan komplikasi yang lebih berta dengan jumlah jam tidur ketika usia remaja yaitu
seperti penyakit kardiovaskuler. Seseorang sekitar 7-8 jam/hari, 20-25% tidur REM. Pada usia
seharusnya mengalami penurunan tekanan darah dewasa menengah (usia 40 tahun sampai dengan
yang normal sebesar 5%. Jika setiap 5% penurunan usia 60 tahun), jumlah jam tidur sama dengan ketika
secara normal yang seharusnya terjadi dan ternyata seseorang berada pada usia dewasa muda yaitu
hal tersebut tidak dialami oleh seseorang, maka sekitar 7-8 jam/hari, 20% tidur REM. Terdapat
orang tersebut memiliki kemungkinan sebesar 20% perbedaan dengan pola tidur pada usia dewasa
mengalami peningkatan pada tekanan darah. Selain muda, pada usia dewasa menengah, seseorang
kondisi diatas, faktor lain yang bisa menyebabkan mungkin akan mengalami insomnia dan sulit untuk
kualitas tidur seseorang menjadi buruk adalah tidur. Usia dewasa tua (usia >60 tahun) tidur sekitar
adanya suatu kebiasaan waktu tidur yang relatif 6 jam/hari, 20-25% tidur REM dan individu dapat
pendek juga dihubungkan dengan terjadinya mengalami insomnia dan sering terjaga sewaktu
peningkatan tekanan darah terutama pada kalangan tidur. Pada usia ini, tahap IV NREM akan
remaja. Insomnia dengan durasi tidur yang singkat mengalami penurunan, bahkan kadang tidak ada
yang objektif juga dihubungkan dengan risiko (Mubarak, 2008).
hipertensi, seperti obstructive sleep apneu Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas
syndrome (OSAS), restless legs syndrome (RLS), Mojolangu Kota Malang, angka kejadian hipertensi
dan lain-lain (Calhoun, 2012) selama tahun 2012 mencapai 2.730 kasus
Kualitas tidur adalah karakter tidur yang hipertensi. Ini merupakan penyakit tertinggi kedua
diperlihatkan oleh individu. Kualitas tidur yang terjadi selama tahun 2012 di wilayah kerja
merupakan suatu kognitif, penilaian mengenai Puskesmas Mojolangu. Kunjungan rata-rata
persepsi tidur seseorang (saat tidur nyenyak, penderita hipertensi setiap bulannya mencapai 100-
persepsi tentang pergerakan selama tidur dan 120 penderita. Dari empat responden yang
pengkajian umum dari kualitas tidur) (Rohmawati, menderita hipertensi, setelah dilakukan wawancara
2012). Kualitas tidur didefinisikan sebagai suatu dua orang diantaranya mengatakan mengalami
fenomena yang sangat kompleks yang meliputi gangguan tidur seperti sering merasa pusing
berbagai domain seperti penilaian terhadap lama sehingga tidak bisa tidur dengan nyenyak yang
waktu tidur, gangguan yang terjadi pada saat tidur, mengakibatkan tekanan darahnya menjadi tinggi.
masa laten saat tidur, disfungsi tidur pada siang Aspek pola tidur maupun lama tidurnya juga dapat
hari, efisiensi tidur, kualitas tidur, serta pemakaian dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti rasa
obat tidur. Jika salah satu dari tujuh domain diatas pusing, ataupun lamanya menderita hipertensi.
mengalami suatu gangguan, dapat menimbulkan Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
penurunan pada kualitas tidur (Albert, 2012). dilakukan oleh Sagala (2011), mengenai kualitas
Setiap orang memiliki pola tidur yang tidak tidur dan faktor-faktor gangguan tidur pada
sama tergantung dari kelompok usianya. Ketika penderita hipertensi dimana hasil penelitian
seseorang masih bayi usia 1 bulan sampai dengan menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak
18 bulan, akan memiliki jam tidur antara 12-14 dapat tidur dengan baik. Hal itu bisa dilihat dari
jam/hari. Bayi yang mengalami berat badan lahir jumlah pasien yang memiliki waktu tidur pada
rendah (BBLR) akan memiliki jam tidur lebih lama malam hari 5-6 jam sebanyak 37%, pasien yang
dibandingkan dengan jam tidur pada bayi normal membutuhkan lama waktu untuk tertidur 31-60
yaitu antara 14-18 jam/hari. Ketika seseorang menit sebanyak 37% serta pasien dengan frekuensi
28 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 25-36

terbangun 1-2 kali sebanyak 60%. Sebagian besar yang sesuai dengan tujuan dari penelitian ini,
responden mengalami faktor yang menimbulkan ditetapkan beberapa kriteria inklusi pada sampel
ganggguan saat tidur baik itu gangguan fisik seperti yang dipilih, antara lain yaitu subyek penelitian
pusing sebanyak 86%, perasaan tidak nyaman merupakan penderita hipertensi baik hipertensi
sebanyak 83%, sulit bernafas sebanyak 37%, sukar kategori ringan, sedang atau hipertensi berat,
untuk tidur sebanyak 60%, mudah mengalami lelah subyek penelitian bukan merupakan seseorang yang
sebanyak 80%, maupun faktor lingkungan seperti bekerja dengan adanya pembagian shift kerja
kebisingan sebanyak 57%, sorot lampu di dalam karena hal tersebut akan mempengaruhi hasil
ruangan yang terlalu terang sebanyak 43% serta penelitian. Selain itu, ada kriteria eksklusi dalam
kondisi suhu di ruangan atau kamar tidur yang penelitian ini yaitu subyek penelitian memiliki
terlalu panas sebanyak 77%. penyakit lain atau komplikasi lain dari hipertensi
National Heart, Lung, and Blood Institut dari seperti penyakit jantung ataupun stroke, subyek
United States Department of Health and Human penelitian sedang hamil karena jika subyek
Services (2009), menyebutkan bahwa kurang tidur penelitian sedang dalam kondisi hamil maka
atau kualitas tidur yang buruk dapat meningkatkan dikhawatirkan hipertensi yang dialami merupakan
risiko tekanan darah menjadi tinggi, penyakit efek atau komplikasi akibat kehamilannya sehingga
jantung, dan kondisi medis lainnya. Oleh karena itu, akan berpengaruh pada hasil penelitian.
diperlukan adanya penanganan fakor penyebab dari Pengukuran tekanan darah dalam penelitian ini
gangguan tidur pada penderita hipertensi agar tidak dilakukan secara langsung kepada responden yang
mengganggu kualitas tidur pada pasien hipertensi dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berada di
yang akan mengakibatkan peningkatan tekanan Puskesmas yaitu dokter dan perawat.
darah. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui Puskesmas Mojolangu Kota Malang dengan cara
hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah pada melakukan wawancara pada responden yang
pasien hipertensi di Puskesmas Mojolangu Kota berkunjung ke Puskesmas Mojolangu. Waktu
Malang. pengambilan data dalam penelitian ini yaitu pada
bulan Januari 2014.
METODE Data yang dikumpulkan berupa data primer
yaitu variabel independen yang terdiri dari umur,
Penelitian ini merupakan penelitian
jenis pekerjaan, tingkat hipertensi, dan lama
observasional analitik dimana peneliti melakukan
menderita hipertensi. Variabel dependen yaitu
penelitian dengan melakukan wawancara melalui
kualitas tidur pada penderita hipertensi. Data
kuesioner dengan tidak memberikan suatu
sekunder juga dikumpulkan untuk mendukung
perlakuan apapun terhadap subyek penelitian.
penelitian. Data sekunder yang dikumpulkan
Peneliti menggunakan kuesioner untuk mengukur
berupa data jumlah penderita di wilayah kerja
kualitas tidur dari Pittsburgh Sleep Quality Index
Puskesmas Mojolangu pada tahun 2012. Data yang
(PSQI) yang telah dimodifikasi dan disesuaikan
sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan uji
dengan karakter responden penelitian di wilayah
koefisien kontingensi untuk melihat kuat hubungan
kerja Puskesmas Mojolangu Kota Malang.
antara variabel independen terhadap variabel
Pengukuran tekanan darah dilakukan oleh petugas
dependen.
puskesmas, sehingga peneliti hanya melihat hasil
dari pengukuran tekanan darah yang telah
HASIL
dilakukan oleh petugas puskesmas. Desain atau
rancang bangun penelitian ini adalah cross Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
sectional. Mojolangu Kota Malang dengan melibatkan 30
Populasi dalam penelitian ini adalah semua responden yang menderita hipertensi sedang
penderita hipertensi yang berkunjung ke puskesmas maupun berat. Hasil dari penelitian akan disajikan
Mojolangu Kota Malang pada bulan Januari 2014. dalam bentuk tabel meliputi distribusi frekuensi
Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan responden berdasarkan jenis kelamin, distribusi
berdasarkan periode waktu dan didapatkan besar frekuensi responden berdasarkan kelompok usia,
sampel sebanyak 30 orang. Seluruh pasien distribusi frekuensi responden berdasarkan tekanan
hipertensi yang berkunjung ke puskesmas dan darah, distribusi frekuensi responden berdasarkan
memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh peneliti kualitas tidur, serta tabel hasil uji koefisien
serta bersedia menjadi responden akan diambil kontingensi yang menunjukkan seberapa kuat
menjadi subjek penelitian. Sebagaimana sampel
Wahid Nur Alfi., Roni Yuliwar., Hubungan Kualitas Tidur Dengan ... 29

hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan memiliki tekanan darah yang tidak normal dengan
darah pada pasien hipertensi. rata-rata tekanan darah sistolik adalah 170-190
Distribusi frekuensi responden berdasarkan mmHg.
jenis kelamin dapat diketahui sebagaimana pada Tabel 4 mengenai distribusi frekuensi responden
tabel berikut: berdasarkan kualitas tidur, dapat diketahui bahwa
dari 30 responden yang, 22 orang diantaranya
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden (73,3%) memiliki kualitas tidur yang buruk.
Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Jumlah Persentase Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden
Kelamin (n) (%) Berdasarkan Kualitas Tidur
Laki-laki 8 26,7 Kualitas Tidur Jumlah Persentase
Perempuan 22 73,3 (n) (%)
Total 30 100
Baik 8 26,7
Buruk 22 73,3
Tabel 1 mengenai distribusi frekuensi responden 30 100
Total
berdasarkan jenis kelamin, menunjukkan bahwa
sebagian besar pasien hipertensi di Puskesmas
Hasil Tabel 5 menunjukkan bahwa pada
Mojolangu Kota Malang berjenis kelamin
kelompok dengan tekanan darah tidak normal
perempuan, yaitu berjumlah 22 orang (73,3%).
sebagian besar responden (72,7%) berjenis kelamin
Rata-rata perbandingan kunjungan pada tahun 2012
perempuan. Hal yang sama juga tampak pada
di setiap bulannya antara laki-laki dan perempuan
kelompok yang memiliki tekanan darah normal,
adalah 1:3.
sebagian besar responden (75,0%) berjenis kelamin
perempuan. Hasil uji koefisien kontingensi
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden
diperoleh nilai 0,023, yang artinya kuat hubungan
Berdasarkan Kelompok Usia
antara jenis kelamin dengan kejadian tekanan darah
Usia Jumlah Persentase tinggi memiliki hubungan yang sangat lemah.
(n) (%) Pada kelompok hipertensi sebagian besar
18-40 tahun 3 10 responden berada dalam kelompok umur 41-60
41-60 tahun 17 56,7 tahun. Hal yang sama juga tampak pada kelompok
>60 tahun 10 33,3 yang memiliki tekanan darah normal sebagian besar
Total 30 100 responden (50,0%) berada dalam kelompok umur
41-60 tahun. Uji koefisien kontingensi digunakan
Tabel 2 mengenai distribusi frekuensi responden dalam mengetahui kuat hubungan antara faktor
berdasarkan kelompok usia, dapat diketahui bahwa risiko dan output. Hal ini karena penelitian ini
frekuensi responden yang menderita hipertensi menggunakan total populasi dan tidak ada
berdasarkan kelompok usia paling banyak adalah penghitungan sampel, sehingga tidak bisa
kelompok usia 41-60 tahun sebanyak 17 orang dilakukan uji statistik dan hanya bisa melihat kuat
(56,7%). Pasien dengan usia terendah yaitu usia 36 hubungan antara faktor risiko dengan output. Hasil
tahun dan usia tertinggi yaitu 85 tahun. uji koefisien kontingensi diperoleh nilai 0,291, yang
artinya antara kelompok umur dengan kenaikan
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden tekanan darah memiliki kuat hubungan yang lemah.
Berdasarkan Tekanan Darah Pada kelompok tekanan darah yang tidak
Tekanan Darah Jumlah Persentase normal, sebagian besar responden (90,9%)
(n) (%) mempunyai kualitas tidur buruk, sedangkan pasien
Normal 8 26,7 dengan kualitas tidur yang baik sebesar 9,1%. Hasil
Tidak Normal 22 73,3 uji koefisien kontingensi diperoleh nilai 0,649, yang
Total 30 100 artinya antara kualitas tidur buruk dengan tekanan
darah pada pasien hipertensi di wilayah kerja
Tabel 3 mengenai distribusi frekuensi responden Puskesmas Mojolangu Kota Malang memiliki
berdasarkan tekanan darah, dapat diketahui bahwa hubungan yang kuat.
sebagian besar atau sebanyak 22 responden (73,3%)
30 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 25-36

Tabel 5. Hubungan antara Jenis Kelamin, Umur dan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Penderita
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Mojolangu Kota Malang Tahun 2014
Variabel Tekanan Darah Total Kekuatan
Normal Tidak Normal Hubungan
n % n % N %
Jenis Kelamin
Laki-laki 2 25,0 6 27,3 8 26,7 0,023
Perempuan 6 75,0 16 72,7 22 73,3
Umur
18-40 tahun 2 25,0 1 4,5 3 10,0
0,291
41-60 tahun 4 50,0 13 59,1 17 56,7
>60 tahun 2 25,0 8 36,4 10 33,3
Kualitas Tidur
Baik 8 100 2 9,1 10 33,3 0,649
Buruk 0 0 20 90,9 20 66,7
Total 8 100 22 100 30 100

PEMBAHASAN kadar High Density Lipoprotein (HDL) sehingga


wanita yang belum menopause tersebut akan
Karakteristik Responden Menurut Jenis
terlindungi secara alami. Faktor pelindung dalam
Kelamin
mencegah terjadinya proses arterosklerosis lainnya
Hasil penelitian yang telah dilakukan, dilihat yaitu adanya kadar kolesterol HDL yang tinggi.
dari karakteristik responden menurut jenis kelamin Wanita yang berada pada masa premenopause
menunjukkan bahwa sebagian besar penderita dianggap mempunyai imunitas yang berasal dari
hipertensi berjenis kelamin perempuan yaitu efek perlindungan estrogen. Ketika memasuki
sebanyak 22 orang (73,3%). Dari hasil uji kuat waktu menopause, hormon estrogen yang selama
hubungan diperoleh hasil bahwa antara jenis ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan
kelamin dengan tekanan darah pada penderita sedikit demi sedikit mulai berkurang. Proses ini
hipertensi memiliki kuat hubungan yang sangat akan terus berlanjut, kuantitas dari hormon estrogen
lemah. akan berkurang secara alami sesuai dengan umur
Faktor jenis kelamin memiliki pengaruh dengan wanita yang umumnya terjadi pada saat umur 45–
terjadinya hipertensi, dimana laki-laki cenderung 55 tahun sebelum lanjut usia, bahkan setelah
lebih banyak menderita hipertensi daripada wanita, memasuki usia 65 tahun prevalensi hipertensi pada
untuk kenaikan tekanan darah sistolik memiliki wanita lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki
rasio sekitar 2,29 dan untuk kenaikan tekanan darah yang diakibatkan oleh faktor hormonal (Bansil,
diastolik rasionya sebesar 3,76. 2011).
Hasil penelitian pada Tabel 5 didapatkan hasil Jenis kelamin adalah faktor risiko yang tidak
bahwa sebagian besar resonden yang memiliki bisa dimodifikasi, sehingga cara pengendaliannya
tekanan darah tidak normal berjenis kelamin bisa dilakukan dengan cara merubah gaya hidup
perempuan walaupun tidak memiliki hubungan untuk lebih sehat karena hipertensi dapat terjadi
yang kuat. Penelitian yang dilakukan oleh Lina baik pada laki-laki dan juga perempuan.
(2013), menunjukkan bahwa jenis kelamin
perempuan memiliki risiko lebih besar untuk Karakteristik Responden Menurut Umur
terkena penyakit hipertensi. Perempuan dengan
Karakteristik responden berdasarkan kelompok
paparan asap rokok yang tinggi, ibu, anak
umur didapatkan bahwa kelompok umur tertinggi
perempuan, atau saudara perempuan sebagai
yaitu umur 41-60 tahun yaitu sebanyak 17 orang
perokok pasif juga memiliki potensi untuk
(56,7%), kemudian pada kelompok umur >60 tahun
mengalami penyakit hipertensi. Hipertensi sering
sebanyak 10 orang (33,3%), dan pada kelompok
terjadi pada wanita lanjut usia.
umur 18-40 tahun sejumlah 3 orang (10%). Dari
Wanita dengan kondisi belum mengalami masa
hasil uji koefisien kontingensi pada Tabel 5,
menopause cenderung memiliki perlindungan dari
didapatkan hasil bahwa antara umur dengan
penyakit kardiovaskuler, karena dalam tubuh
kenaikan tekanan darah memiliki kekuatan
wanita tersebut terdapat suatu hormon yaitu hormon
hubungan yang lemah. Hasil ini berbeda dengan
estrogen yang memilik peran dalam meningkatkan
Wahid Nur Alfi., Roni Yuliwar., Hubungan Kualitas Tidur Dengan ... 31

berbagai penelitian bahwa usia merupakan salah tidur yang buruk. Para remaja dalam penelitian
satu faktor yang mempengaruhi meningkatnya tersebut memperlihatkan adanya perasaan lelah,
tekanan darah atau kejadian hipertensi. Faktor usia gelisah, lesu, menguap atau mengantuk, aktivitas di
merupakan faktor risiko yang dimiliki oleh semua sekolah menjadi terganggu, dan bahkan mengalami
orang dan merupakan faktor risiko yang tidak dapat gangguan konsentrasi ketika sedang menerima
dikendalikan. Ada beberapa penelitian yang pelajaran di sekolah. Beberapa hasil tersebut, dapat
menunjukkan hubungan usia dengan kejadian disimpulkan bahwa jika semakin banyak usia
hipertensi, salah satunya adalah penelitian yang produktif yang terkena penyakit hipertensi maka
dilakukan oleh Pande Putu Adnyani dan I Wayan dikhawatirkan produktivitas akan mengalami
Sudhana (2014), menunjukkan bahwa prevalensi penurunan. Komplikasi akibat kejadian hipertensi
hipertensi ditemukan paling banyak pada rentang juga semakin meningkat sehingga dapat
usia 50 sampai dengan 79 tahun. Penelitian lain meningkatkan pula angka kematian dini yang salah
yang dilakukan di India pada tahun 2014 oleh satunya bisa diakibatkan karena hipertensi.
Manimunda, et. al., juga menunjukkan hasil yang
signifikan antara peningkatan umur dengan Hubungan Kualitas Tidur dengan Hipertensi
kejadian hipertensi.
Hasil penelitian pada Tabel 5 menunjukkan
Tingginya hipertensi sejalan dengan
bahwa pasien yang memiliki kualitas tidur baik
bertambahnya umur seseorang. Semakin tua umur
adalah sebanyak 10 orang (33,3%) dan semuanya
seseorang maka struktur pada pembuluh darah
mengalami hipertensi derajat 2 atau hipertensi
besar juga akan mengalami perubahan. Pembuluh
sedang. Responden yang mengalami hipertensi
darah besar akan menjadi lebih sempit dan
berat atau hipertensi derajat 3, tidak ada yang
terjadinya kekakuan pada dinding pembuluh darah
memiliki kualitas tidur baik (0%). Untuk responden
yang mengakibatkan meningkatnya tekanan darah
yang memiliki kualitas tidur kurang adalah
sistolik pada orang tersebut (Rahajeng, 2009).
sebanyak 15 orang (50%) atau setengah dari sampel
Selain itu, teori lain juga mengemukakan bahwa
yang diambil dalam penelitian ini. Terdapat 13
usia lanjut akan menimbulkan suatu konsekuensi
orang (43,3%) yang memiliki kualitas tidur kurang
yaitu meningkatnya morbiditas dan mortalitas
tersebut mengalami penyakit hipertensi sedang atau
berbagai penyakit kardiovaskuler seperti hipertensi.
hipertensi derajat 2, sedangkan 2 orang (6,7%) yang
Semakin banyak populasi lansia, maka jumlah
lainnya mengalami penyakit hipertensi berat atau
penderita hipertensi juga mengalami kenaikan
hipertensi derajat 3. Responden yang memiliki
(Yogiantoro, 2009).
kualitas tidur jelek yaitu sebanyak 5 orang (16,7%)
Meskipun dalam penelitian ini antara umur
dengan 2 orang (6,7%) mengalami penyakit
dengan kenaikan tekanan darah memiliki hubungan
hipertensi sedang atau hipertensi derajat 2 dan 3
yang lemah, tetapi dari hasil tersebut menunjukkan
orang (10%) mengalami penyakit hipertensi berat
bahwa sebagian besar orang yang mengalami
atau hipertensi derajat 3.
tekanan darah tidak normal berada dalam kelompok
Hasil analisis dengan uji koefisien kontingensi
umur 41-60 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian
didapatkan hasil nilai 0,649. Hal ini menunjukkan
yang dilakukan oleh Lina (2013), yang
bahwa antara kualitas tidur dengan tekanan darah
menyebutkan bahwa terjadi peningkatan risiko
pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
hipertensi pada umur >40 tahun karena pada usia
Mojolangu Kota Malang memiliki hubungan yang
tersebut akan terjadi perubahan pada struktur
kuat. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan
pembuluh darah yang mengakibatkan naiknya
bahwa orang dengan kualitas tidur buruk, lebih
tekanan darah.
rentan untuk mengalami peningkatan tekanan darah
Beberapa hasil penelitian diatas yang
pada penderita hipertensi.
menunjukkan bahwa semakin bertambah usia maka
Bansil et al., (2011) dalam penelitiannya
akan memiliki risiko yang lebih besar mengalami
mengemukakan bahwa orang dewasa dengan
peningkatan tekanan darah atau terjadi hipertensi,
gangguan tidur, waktu tidur yang relatif pendek,
maka dapat dilakukan pencegahan dengan
serta buruknya kualitas tidur, memiliki 1,84 kali
memodifikasi gaya hidup menjadi lebih sehat.
kemungkinan lebih besar terkena hipertensi
Karena dengan terjadinya transisi epidemiologi,
dibandingkan dengan orang dewasa yang tidak
hipertensi sudah mulai banyak dialami oleh
terdapat gangguan dalam tidurnya, jumlah tidur
kalangan usia muda atau golongan usia produktif.
yang pendek, ataupun kualitas tidur yang buruk.
Penelitian yang dilakukan oleh Lumantow (2016),
Kualitas tidur seseorang yang buruk atau
menunjukkan bahwa terjadi perubahan tekanan
memiliki kebiasaan durasi tidur yang pendek juga
darah pada remaja karena adanya gangguan pola
32 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 25-36

memiliki hubungan terhadap terjadinya berakibat pada naiknya tekanan darah. Seseorang
peningkatan tekanan darah seseorang. Tidak dengan usia paruh baya, akan lebih rentan
terpenuhinya antara kualitas tidur dan kuantitas mengalami kenaikan tekanan darah tinggi apabila
tidur tidak hanya menyebabkan gangguan secara memiliki jumlah waktu tidur yang kurang (Bansil,
fisik saja tetapi juga dapat mengakibatkan rusaknya 2011).
memori serta kemampuan kognitif seseorang. Pola tidur dikatakan baik jika seseorang ketika
Apabila ini dibiarkan dan terus-menerus terjadi tidur memiliki durasi tidur yang sesuai dengan
selama bertahun-tahun, maka komplikasi yang kebutuhan berdasarkan umurnya, bisa tidur dengan
lebih berbahaya sangat mungkin untuk terjadi nyenyak dan tidak terbangun disebabkan karena
seperti serangan jantung, stroke, sampai adanya suatu hal yang mengganggu di sela-sela
permasalahan pada psikologis seperti depresi atau waktu tidur. Pola tidur dikatakan buruk ketika orang
gangguan perasaan yang lainnya (Potter, 2012). mempunyai durasi tidur kurang dari kebutuhan
Bruno, et al., (2013), menyatakan bahwa sesuai dengan umurnya, memulai tidur terlalu larut
kualitas tidur yang buruk memiliki hubungan yang malam dan bangun tidur terlalu cepat, tidur tidak
signifikan dengan kekebalan terhadap pengobatan bisa nyenyak karena sering terbangun yang
pada perempuan dengan hipertensi, sedangkan diakibatkan karena suatu hal. Ada waktu yang
kekebalan terhadap pengobatan pada jenis kelamin optimal dan harus dilakukan oleh seseorang untuk
laki-laki yang hipertensi memiliki hubungan memulai tidur pada malam hari, yaitu pada saat
dengan umur, diabetes melitus, serta obesitas. Tidur waktu menunjukkan jam 10 malam (Hidayat,
yang kurang dapat merujuk kepada kondisi kualitas 2008).
tidur yang buruk. Kurangnya waktu tidur dapat Kualitas tidur yang buruk, selain berpengaruh
mengakibatkan terjadinya hipertensi pada pada naiknya tekanan darah juga dapat
seseorang. mempengaruhi status kesehatan jangka panjang
Menurut Javaheri et al., (2008), data terkait seperti meningkatnya indeks masa tubuh dan
hubungan antara peningkatan tekanan darah karena depresi pada orang dewasa (Shittu, 2016). Selain
kondisi kualitas tidur seseorang yang buruk pada berpengaruh pada tekanan darah, IMT, dan depresi,
orang dewasa sudah banyak, kualitas tidur kualitas tidur yang buruk juga dapat berpengaruh
merupakan salah satu faktor yang penting dalam terhadap kualitas hidup seseorang serta
mempertahankan status kesehatan seseorang selain berhubungan dengan meningkatnya mortalitas.
dari gaya hidup, efisiensi tidur yang rendah Orang yang tidur antara 7 sampai 8 jam pada malam
memiliki risiko terhadap terjadinya penyakit hari, memiliki angka mortalitas terendah (Stanley,
hipertensi, pengoptimalan jumlah waktu tidur dapat 2007).
membantu untuk mencegah terjadinya hipertensi. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti
Pemantauan kualitas dan kuantitas tidur sebagai kepada responden dengan menggunakan kuesioner
upaya dalam meningkatkan status kesehatan PSQI dapat diketahui bahwa sebagian besar
masyarakat sangat penting dilakukan. Oleh karena responden yang memiliki kualitas tidur kurang dan
itu, pengetahuan mengenai jumlah waktu yang buruk disebabkan karena responden sulit untuk
harus dipenuhi untuk tidur, fungsi dari tidur serta memulai tidur, tidak bisa tertidur dalam waktu 30
faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur menit bahkan lebih, sering terbangun karena harus
seseorang sangat penting, agar kualitas tidur dapat ke kamar mandi, rasa pegal pada tubuh, nyeri dan
terpenuhi dengan baik. pusing pada kepala yang menyebabkan responden
Tidur memiliki peran yang penting dalam tidur tidak nyenyak dan tidur terlalu larut malam,
menjaga sistem imunitas tubuh, sistem selain itu ada beberapa resonden yang harus bangun
metabolisme, daya ingat, pembelajaran, serta fungsi terlalu cepat karena harus mempersiapkan
penting lainnya. Seseorang dengan waktu tidur keperluan untuk bekerja. Hasil penelitian tersebut
cukup serta memiliki kualitas yang optimal, akan sama dengan hasil penelitian yang telah dilakukan
mempengaruhi aktivitas orang tersebut. Orang oleh Roshifanni (2017), bahwa sebagian besar
dengan waktu tidur yang kurang akan menjadi responden memiliki masalah yang sering
kurang fokus ketika melakukan aktivitas, merasa mengganggu ketika tidur dan menyebabkan
mudah lelah, serta memiliki mood yang jelek. kualitas tidur mereka menjadi buruk.
Kurang tidur yang buruk dalam jangka waktu yang Menurut Hidayat (2008), kuantitas dan kualitas
lama akan berdampak pada meningkatnya tekanan tidur di pengaruhi oleh banyak faktor. Kualitas tidur
darah. Aktivitas saraf simpatik akan meningkat jika akan menunjukkan kalau ada kemampuan pada diri
seseorang memiliki durasi tidur yang pendek individu untuk melakukan kegiatan tidur dan
sehingga orang tersebut mudah stress yang dapat mendapat jumlah jam istirahat sesuai dengan
Wahid Nur Alfi., Roni Yuliwar., Hubungan Kualitas Tidur Dengan ... 33

kebutuhan. Salah satu faktor yang mempengaruhi sering serta memiliki tahapan selama tidur yang
hal tersebut yaitu jika orang tersebut memiliki atau berubah, misalnya sering mengalami perpindahan
menderita suatu penyakit yang bisa mempengaruhi dari tidur tahap 3 dan tidur tahap 4 ke tidur tahap 2
kebutuhan tidur. Penyakit itu sendiri bisa membuat yang dangkal, sehingga seseorang dengan kondisi
kebutuhan tidur seseorang semakin besar, seperti penyakit tertentu akan cenderung memiliki kualitas
seseorang yang memiliki penyakit yang diakibatkan tidur yang buruk dan berakibat pada naiknya
oleh adanya suatu infeksi (infeksi limpa), sehingga tekanan darah.
orang dengan kondisi tersebut akan Menurut Hidayat (2008), faktor lain yang
membutuhkankan waktu yang lebih banyak untuk mempengaruhi kualitas tidur seseorang adalah
tidur guna mengatasi rasa letih yang dirasakan. latihan dan kelelahan. Keletihan yang diakibatkan
Ada kondisi sakit yang membuat seseorang karena melakukan suatu aktivitas yang cukup tinggi
mempunyai tidur yang kurang, bahkan mereka akan membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak
sampai tidak bisa untuk tidur. Suatu penyakit yang guna menjaga keseimbangan energi yang telah
menimbulkan rasa nyeri, rasa tidak nyaman pada dikeluarkan. Hal ini dapat dilihat pada orang
fisik (seperti mengalami kesulitan untuk bernafas), dengan aktivitas seharian penuh dan mengalami
ataupun masalah suasana hati seperti rasa cemas rasa lelah. Hal ini menyebabkan seseorang akan
yang berlebihan, depresi, stres dapat menimbulkan cenderung lebih cepat untuk bisa tertidur karena
ada masalah pada tidur seseorang. Salah satu tahap tidur pada gelombang lambatnya akan
penyakit yang sering menimbulkan gangguan diperpendek. Rasa lelah yang dihasilkan dari suatu
seperti rasa nyeri atau pusing adalah penyakit pekerjaan yang menyebabkan rasa letih yang
hipertensi, sehingga seseorang dengan penyakit berlebihan atau suatu pekerjaan dengan tingkat stres
hipertensi cenderung akan terbangun pada pagi hari yang tinggi akan membuat seseorang sulit tidur.
akibat rasa ketidaknyamanan atau rasa pusing Kejadian ini biasanya cenderung terjadi dan dialami
tersebut. Hal ini menyebabkan kurangnya jumlah pada anak usia sekolah dan usia remaja. Kondisi
waktu tidur dan menimbulkan kualitas tidur yang fisik yang lelah ditambah dengan tuntutan yang
buruk dan dapat berakibat pada naiknya tekanan tinggi, dapat membuat anak usia sekolah atau usia
darah. Padahal untuk rata-rata jumlah jam tidur remaja menjadi tingkat stresnya bertambah yang
yang harus dipenuhi oleh seseorang yang berada bisa mengganggu waktu tidurnya dan dapat
pada antara usia 40 tahun sampai 60 tahun adalah berakibat pada buruknya kualitas tidur yang
7-8 jam per hari (Hidayat, 2008). dimiliki oleh anak usia sekolah atau usia remaja
Selain faktor diatas, ada faktor lain yang (Lumantow, 2016).
menimbulkan gangguan pola tidur seseorang yaitu Faktor lainnya yang berhubungan terhadap
gangguan hormon. Ada hormon yang dapat kualitas tidur seseorang adalah adanya stres
mempengaruhi pola tidur antara lain ACTH psikologis. Kondisi psikologis merupakan suatu
(Adreno Corticotropin Hormone), GH (Growth kondisi yang sangat erat kaitannya dengan kondisi
Hormone), TSH (Tyroid Stimulating Hormone), otak dan pikiran seseorang. Kondisi psikologis
dan LH (Luteinizing Hormone). Kelenjar hipofisis dapat terjadi pada seseorang jika orang tersebut
anterior akan mensekresi hormon-hormon tersebut memiliki ketegangan pada jiwanya. Hal tersebut
lewat hipotalamus. Sistem ini bisa mempengaruhi dapat diketahui pada saat orang dengan masalah
terjadinya pengeluaran neurotransmitter psikologis seperti kecemasan, stres, dll mengalami
norepinefrin, dopamin, serotonin yang memiliki kegelisahan yang berlebihan sehingga orang
fungsi dalam mengatur siklus tidur dan bangun tersebut akan mengalami kesulitan untuk tidur.
pada seseorang. Metabolisme tubuh menjadi lambat Menurut Mubarak (2007), keadaan ansietas atau
diakibatkan karena adanya gangguan pada hormon rasa cemas dan depresi biasanya cenderung
tiroid seperti hipotiroid, hal itu mengakibatkan mengganggu waktu tidur pada orang tersebut.
terhambatnya pembuluh darah sehingga aliran Kondisi kecemasan yang dialami seseorang
darah dalam tubuh menjadi tidak lancar dan akan tersebut bisa membuat kadar nor-epinephrine darah
berakibat pada meningkatnya tekanan darah meningkat melalui simulasi sistem syaraf simpatis.
(Bansil, 2011). Keadaan inilah yang menimbulkan siklus tidur
Komplikasi dari hipertensi yaitu penyakit NREM tahap IV dan tidur REM menjadi kurang
jantung koroner, hal ini sering dikarakteristikkan serta orang tersebut akan lebih sering terjaga saat
dengan episode nyeri dada secara tiba-tiba serta mereka tidur. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa
denyut jantung dengan irama tidak teratur. seseorang dengan tingkat stres psikologis yang
Seseorang yang memiliki penyakit jantung koroner tinggi akan berdampak pada siklus tidurnya yang
biasanya mengalami frekuensi terbangun lebih
34 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 25-36

mengakibatkan kualitas tidur orang tersebut dalam hal ini adalah suatu dorongan atau keinginan
menjadi buruk. untuk tidur. Seperti saat melakukan kegiatan
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi kualitas lainnya, tidurpun perlu motivasi untuk tidur dari diri
tidur adalah faktor obat-obatan. Orang yang sendiri, jadi meskipun orang tersebut sudah berada
memiliki suatu penyakit akan cenderung untuk di lingkungan yang nyaman atau yang lainnya jika
mengkonsumsi obat-obatan tertentu sehingga tidak memiliki motivasi untuk segera tidur juga
membuat kaitan yang sangat erat. Ada jenis obat akan sulit untuk memulai tidur. Orang yang
yang membuat tidur bertambah lama, ada juga jenis mempunyai dorongan atau keinginan untuk
obat yang mengurangi jumlah waktu tidur dari mencegah agar tidak tertidur bisa menyebabkan
biasanya. Seperti orang dengan suatu penyakit yang gangguan pada proses tidur seseorang.
mengharuskan dirinya mengkonsumsi golongan Beberapa faktor yang dapat menyebabkan atau
obat-obatan diuretik. Orang dengan konsumsi obat mempengaruhi kualitas tidur seseorang,
jenis diuretik pasti akan mengalami gangguan dikendalikan dengan baik, maka kenaikan tekanan
selama tidurnya dan dapat menjadi sesuatu hal yang darahpun kemungkinan besar juga dapat
dapat memicu terjadinya insimnia, karena obat dikendalikan sehingga tidak menimbulkan
golongan ini akan membuat seseorang yang komplikasi pada orang dengan penyakit hipertensi.
mengkonsumsinya menjadi sering untuk
melakukan buang air kecil. Selain obat golongan SIMPULAN DAN SARAN
diuretik, obat golongan anti depresan juga dapat
menekan kondisi tidur REM seseorang, kafein akan Simpulan
membuat syaraf simpatis menjadi meningkat yang
Berdasarkan dari hasil pembahasan, dapat
akan menimbulkan orang mengalami kesulitan
disimpulkan bahwa sebagian besar penderita
ketika akan tidur, golongan lain seperti beta bloker
hipertensi berjenis kelamin perempuan.
memiliki dampak pada terjadinya insomnia, selain
Karakteristik responden berdasarkan usia,
itu seseorang dengan konsumsi golongan narkotik
didapatkan bahwa sebagian besar responden yang
ini akan mudah sekali mengantuk karena obat-
menderita hipertensi berada pada kelompok usia
obatan ini dapat menekan REM (Hidayat, 2008).
41-60 tahun.
Faktor lain adalah dari faktor nutrisi seseorang.
Rata-rata responden yang hipertensi memiliki
Orang dengan kebutuhan nutrisi yang cukup, akan
kualitas tidur yang buruk. Sebagian besar
mempermudah seseorang tersebut dalam proses
responden mengungkapkan alasan mereka
tidur. Proses tidur dapat terjadi dengan cepat jika
memiliki kualitas tidur jelek karena sering
memiliki protein yang tinggi karena adanya
terbangun untuk ke kamar mandi pada malam hari,
tryptophan (asam amino dari protein yang dicerna).
sering merasa sakit dan pusing kepala sehingga
Tetapi, jika seseorang memiliki asupan gizi yang
membuat tidur tidak nyenyak, sulit memulai tidur
kurang, maka akan berpengaruh pada kecepatan
dan bahkan ada yang tidak bisa tertidur
dalam proses tidur dan bahkan akan mengalami
sampaidengan 30 menit.
kesulitan untuk tidur.
Faktor lingkungan juga dapat berpengaruh pada
Saran
kualitas tidur seseorang. Lingkungan merupakan
salah satu penyebab gangguan tidur yang sulit Faktor yang menyebabkan kualitas tidur yang
untuk dikendalikan. Proses untuk tidur dapat lebih kurang dan jelek pada penderita hipertensi di
cepat terjadi jika kondisi lingkungan di sekitar juga wilayah kerja Puskesmas Mojolangu Kota Malang
mendukung, yaitu aman dan nyaman. Menurut merupakan faktor yang bisa dikendalikan. Oleh
Tarwoto (2011), perubahan suasana pada suatu sebab itu, beberapa saran yang bisa dilakukan
lingkungan seperti suasana gaduh maka akan antara lain memberikan penyuluhan kesehatan
berakibat pada terhambatnya tidur seseorang. untuk masyarakat yang tinggal di wilayah kerja
Seseorang yang tinggal di daerah dengan Puskesmas Mojolangu Kota Malang mengenai
lingkungan yang bising, ramai, dan gaduh, faktor risiko hipertensi dan faktor risiko yang bisa
memiliki risiko lebih besar untuk terganggu waktu mempengaruhi peningkatan tekanan darah pada
tidurnya sehingga kualitas tidur pun menjadi buruk. orang dengan hipertensi khususnya. Selain itu, juga
Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur perlu ditekankan mengenai pentingnya pemenuhan
seseorang yaitu faktor yang berasal dari diri sendiri kebutuhan waktu tidur pada malam hari sesuai
orang tersebut berupa motivasi. Kita tahu bahwa dengan usianya sehingga masyarakat lebih peduli
motivasi adalah suatu hal yang mendorong atau mengenai kebutuhan tidur mereka pada malam hari,
keinginan yang ada dalam diri seseorang yang serta perlu adanya sosialisasi mengenai dampak
Wahid Nur Alfi., Roni Yuliwar., Hubungan Kualitas Tidur Dengan ... 35

dari pola atau kualitas tidur yang buruk bagi Disorders, Sleep Duration, Quality Of Sleep,
kesehatan. And Hypertension: Result From The
Upaya peningkatan pemantauan atau National Health And Nutrition Examination
pendampingan pada orang dengan hipertensi dan Survey, 2005 To 2008. The Journal Of
pada populasi yang memiliki risiko yang tinggi Clinical Hypertension, 13(10): pp. 739-743.
misalnya pada lansia. Selain itu bagi petugas https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/219
kesehatan di puskesmas perlu menerapkan sistem 74761 [Sitasi 8 Agustus 2017].
skrining kesehatan yang lebih baik lagi bukan Bruno, R. M., Palagini, L., Gemignani, A., Virdis,
hanya orang dengan keluhan tertentu saja tetapi A., Di Giulio., Ghiadoni, L., et al. 2013. Poor
diterapkan pada seluruh pengunjung puskesmas Sleep Quality And Resistant Hypertension.
agar pasien hipertensi dapat ditemukan dengan Sleep Medicine. Journal. Sleepmedicine
maksimal serta dapat diketahui mengenai faktor 14(11): pp. 1157-1163.
risikonya, sehingga dengan kegiatan skrining https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2399
kesehatan yang tepat diharapkan kejadian 3872 [Sitasi 15 Agustus 2017].
hipertensi serta komplikasi karena hipertensi Dalimartha, S., Purnama, B. T., Sutarina, N.,
khususnya di wilayah kerja Puskesmas Mojolangu Mahendra., Darmawan, R. 2008. Care Your
Kota Malang dapat diatasi dengan baik dan dapat Self Hipertensi. Jakarta. Penebar Plus.
menurunkan angka kejadian hipertensi di Jawa Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2017. Profil
Timur maupun Indonesia. Provinsi Jawa Timur Tahun 2016. Surabaya.
Selain itu, perlu juga untuk selalu Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
memperhatikan kebutuhan waktu tidur kita pada http://www.dinkes.jatimprov.go.id [Sitasi 23
malam hari, karena waktu tidur pada malam hari November 2017].
tidak dapat digantikan dengan waktu tidur pada Hidayat, A. A. A. 2008. Pengantar Konsep Dasar
siang hari. Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.
Javaheri, S., Isser, A. S., Rosen., Carol, L., Redline,
REFERENSI S. 2008. NIH Public Acces. Circulation,
118(10): pp. 1034-1040.
Albert. 2012. Hubungan Antara Kualitas Tidur
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P
Dengan Tekanan Darah Pada Mahasiswa
MC2798149/ [Sitasi 7 Agustus 2017].
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Kowalski, R. E. 2010. Terapi Hipertensi: Program
Utara Tahun Masuk 2009. Skripsi. Medan.
8 Minggu Menurunkan Tekanan Darah
Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas
Tinggi Dan Mengurangi Resiko Serangan
Sumatera Utara.
Jantung Dan Stroke Secara Alami. Bandung.
American Heart Association (AHA). 2014.
Qanita.
Understand Blood Pressure Readings.
Lina, N., Chatarina, U. W. 2013. Pengaruh Paparan
http://www.heart.org/idc/groups/heart-
Asap Rokok Di Rumah Pada Wanita
public/@wcm/@gsa/documents/downloada
Terhadap Kejadian Hipertensi. Jurnal
ble/ucm_484095.pdf [12 Oktober 2017].
Berkala Epidemiologi, 1(2): pp. 244-253.
Anggraini, D. 2014. Faktor-Faktor Yang
Lumantow, I., Rompas, S., Onibala, F. 2016.
Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi
Hubungan Kualitas Tidur Dengan Tekanan
Pada Laki-Laki Berusia 40-65 Tahun Di
Darah Pada Remaja Di Desa Tombasian Atas
Puskesmas Bitung Barat Kota Bitung. Jurnal
Kecamatan Kawangkoan Barat. E-Jurnal
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Keperawatan (e-Kp), 4(1): pp. 1-6.
Sam Ratulangi. Jurnal Unsrat.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/art
http://fkm.unsrat.ac.id/wp-content/up;loads/
icle/view/11905/11494 [Sitasi 23 November
2015/02/Jurnal-Daisy-Tri-Anggraini-
2017].
Santoso-101511058-Epidemiologi.pdf
Manimunda, S. P., Sugunan, A. P., Benegal, V.,
[Sitasi 22 November 2017].
Balakrishna, N., Rao, M. V., Pesala, K.S.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
2011. Association Of Hypertension With
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset
Risk Factor & Hypertension Related
Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta.
Behaviour Among The Aboriginal
Badan Penelitian dan Pengembangan
Nicobarese Tribe Living In Car Nicobar
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Island, India. Indian J Med Res: pp 287-293.
Bansil, P., Kuklina, E.V., Merrit., Robert, K., Yoon,
http://www.ijmr.org.in [Sitasi 4 Januari
P. W. 2011. Association Beetwen Sleep
2018].
36 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 25-36

Mubarak, W. I. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Shittu, R., Issa, B. A., Olanrewaju, G.T., Odeigah,
Manusia (Teori Dan Aplikasi Dalam L. O., Sule, A.G., Sanni, M. A., et al. 2014.
Praktik). Jakarta. EGC. Association Between Subjective Sleep
Potter, P.A., A.G, Perry. 2012. Buku Ajar Quality, Hyertension, Depression And Body
Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, Mass Index In A Nigerian Family Practice
Dan Praktik Edisi 4 Vol. 2. Jakarta. EGC. Setting. J Sleep Disorder Ther, 3(2): pp. 1-5.
Rahajeng, E., Tuminah, S. 2009. Prevalensi https://www.omicsonline.org/open-access/
Hipertensi Dan Determinannya Di association-between-subjective-sleep-
Indonesia. Jakarta. Pusat Penelitian quality-hypertension-depression-and-body-
Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian mass-index-in-a-nigerian-2167-0277-3-
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik 157.php?aid=23765 [Sitasi 28 November
Indonesia. 2017].
Rohmawati, Z. 2012. Korelasi Antara Frekuensi Stanley, M., Bare, P. G. 2007. Buku Ajar
Senam Lansia Dengan Kualitas Tidur Pada Keperawatan Gerontik (Gerontological
Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Nursing: A Health Promotion/Protection
Unit Budi Luhur Bantul Yogyakarta Tahun Approach), Edisi 2. Jakarta. EGC.
2012. Skripsi. Yogyakarta. Program Studi Tarwoto, Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar
Ilmu Keperawatan STIKES ‘Aisyiyah. Manusia Dan Proses Keperawatan. Jakarta.
http://opac.say.ac.id/951/1/NASKAH%20P Salemba Medika.
UBLIKASI.pdf [Sitasi 22 November 2017]. Udjianti, J.W. 2010. Keperawatan Kardiovaskular.
Roshifanni, S. 2017. Risiko Hipertensi Pada Orang Jakarta. Salemba Medika.
Dengan Pola Tidur Buruk (Studi Di WHO. 2013. A Global Brief On Hypertension:
Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya). Silent Killer, Global Public Health Crises
Jurnal Berkala Epidemiologi, 4(3): pp. 408- (World Health Day 2013). Geneva. WHO.
419. Surabaya. Fakultas Kesehatan http://ish-world.com/downloads/pdf/global_
Masyarakat Universitas Airlangga. http://e- brief_hypertension.pdf [Sitasi 8 Agustus
journal.unair.ac.id/index.php/JBE/article/vie 2017].
w/1631/2545 [Sitasi 8 Agustus 2017]. Yogiantoro, M. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Sagala, V. P. 2011. Kualitas Tidur Dan Faktor- Dalam Jilid Ii Hipertensi Esensial Edisi V.
Faktor Gangguan Tidur Pada Penderita Jakarta. Interna Publishing.
Hipertensi. Skripsi. Medan. Universitas
Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id/handle/12345678
9/38841 [Sitasi 22 November 2017].

You might also like