You are on page 1of 2

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT- OBATAN DI PUSEKMAS MANDIANGIN

Unit Gawat Darurat (UGD) adalah area yang dirancang dan digunakan untuk
memberikan standar perawatan gawat darurat untuk pasien yang membutuhkan perawatan
akut atau mendesak. Unit ini memiliki tujuan utama yaitu untuk menerima, melakukan
triase, menstabilisasi, dan memberikan pelayanan kesehatan akut untuk pasien, termasuk
pasien yang membutuhkan resusitasi dan pasien dengan tingkat kegawatan tertentu.
Instalasi gawat darurat juga menyediakan pelayanan untuk korban kecelakaan dan situasi
bencana. Terdapat beberapa tipe pasien khusus yang biasanya ditemui di UGD yang
mungkin membutuhkan pemeriksaan dan tindakan yang khusus antara lain pasien dengan
trauma mayor, pasien lansia, anak-anak dan remaja, pasien dengan gangguan jiwa, pasien
dengan penyakit infeksius, dan pasien yang terpapar bahan kimia, biologi atau kontaminasi
radiologi

. Pada Tahun 2015 jumlah kunjungan pasien UGD adalah 830 orang dan pasien
rawat inap 117 orang. Pada tahun 2016 terjadi peningkatan pasien menjadi 1176 orang dan
pasien rawat inap 151 orang. Trend peningkatan pasien sebesar 42% untuk kunjungan UGD
dan 29% untuk pasien rawat inap. Puskesmas Mandiangin merupakan Puskesmas
Perawatan yang terletak di jalan lintas Sarolangun Jambi

Puskesmas Mandiangin merupakan Puskesmas Perawatan yang terletak di jalan


lintas Sarolangun Jambi Karena letaknya yang berada di jalan lintas ini, maka rentan terjadi
kecelakaan. Pada tahun 2016 tercatat 139 kasus kecelakaan lalu lintas yang ditangani di
UGD. Selain kasus kecelakaan lalu lintas, kasus lainnya yang ditangani di IGD adalah obs.
Febris. Tercatat kunjungan pasien dengan Obs. Febris dengan jumlah ±20 kasus setiap
bulannya. Kasus lainnya yang sering ditangani adalah kasus kecelakaan non lalu lintas (
jatuh dari pohon, trauma kena kayu, kecelakaan di jam sekolah, dll ).

Penggunaan injeksi antibiotik merupakan pilihan terapi dalam penangan kasus di


UGD. Injeksi antibiotik yang digunakan adalah cefotaxime dan ceftriaxone yang
merupakan antibiotik sefalosporin golongan ketiga. Antibiotik ini memiliki efek
bakterisidal dengan cara memecah enzim dinding sel dan menghambat enzim dalam
sintesis dinding sel. Antibiotik ini sangat stabil terhadap hidrolisis beta laktamease, maka
digunakan sebagai alternatif lini pertama pada bakteri yang resisten terhadap Penisilin.
Cefotaxime dan ceftriaxone juga memiliki aktivitas spectrum yang lebih luas terhadap
organisme gram positif dan gram negatif.
Pada Tahun 2016 jumlah penggunaan injeksi cefotaxime adalah sebanyak 323 vial
dan ceftriaxone sebanyak 48 vial. Dengan trend peningkatan pasien UGD dari Tahun 2015
ke 2016 sebanyak 42 % dan pasien rawat inap sebanyak 29%, maka diperkirakan pada
Tahun 2017 penggunaan cefotaxime meningkat menjadi 436 vial dan ceftriaxone menjadi
65 vial. Selain injeksi antibiotik, injeksi lainnya yang digunakan di UGD adalah injeksi
antiemetik yaitu ondansetron sebanyak 348 ampul dan injeksi NSAID yaitu ketorolac
sebanyak 70 ampul.

Demikianlah gambaran penggunaan obat-obatan di Unit Gawat Darurat ini Kami


sampaikan. Besar harapan Kami agar kebutuhan obat injeksi di Puskesmas Mandiangin
tersebut dapat dipenuhi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sarolangun.

Hormat Kami,
Kepala Puskesmas Mandiangin

dr. Sat Joga Agus Widi Nugroho


NIP. 1950303 200907 1 001

You might also like