You are on page 1of 4

ambang ginjal, CG akan meningkat mendekati CIn dengan meningkatnya PG.

Penggunaan CPAH untuk mengukur arus plasma ginjal efektif (effective renal plasma
flow = ERPF) telah dibahas sebelumnya.

Zat lain yang Disekresi oleh Tubulus


Selain PAH, derivat asam hipurat lain seperti merah fenol, dan zat warna sulfonftalein
lain, penisilin, dan beberapa zat warna beriodeum disekresi secara aktif kecairan tubulus. Zat
lain yang dibentuk oleh tubuh (endogen) dan juga disekresi oleh tubulus ialah beberapa sulfat
etereal, steroid dan glukuronida lainnya, serta asam 5-hidroksiindolasetat, metabolit utama
serotonin (lihat Bab 4).

Umpan Balik Tubuloglomerular dan Imbangan Glomerulotubular


Umpan balik dari tubulus ginjal akan memengaruhi proses filtrasi glomerulus.
Meningkatnya kecepatan alir cairan yang melalui ansa Henle pars asendens dan bagian awal
tubulus distal akan menurunkan laju filrtasi glomerulus nefron tersebut, dan sebaliknya,
penurunan kecepatan alir akan meningkatkan LFG (Gambar 38-14). Proses ini disebut
Umpan balik tubuloglomerular, yang cenderung akan mempertahankan jumlah cairan yang
sampai ditubulus distal. Sensor (reseptor) untuk respons ini mungkin makula densa, dan LFG
akan diatur melalui vasokonstriksi atau vasodilatasi arteriol aferen. Vasokontriksi ini mungkin
diperantarai oleh trombokson A2.
Peningkatan LFG akan menyebabkan peningkatan reabsorpsi zat-zat terlarut, dengan
akibatnya air juga meningkat, terutama ditubulus proksimal, sehingga dengan demikian
persentase zat terlarut yang direabsorpsi dipertahankan tetap. Proses ini disebut imbangan
glomerulotubular, yang terutama berhubungan dengan proses reabsorpsi Na+. Perubahan
reabsorpsi Na+ terjadi dalam beberapa detik setelah perubahan filtrasi, sehingga tentunya
sangat kecil kemungkinan peran faktor humoral diluar ginjal. Salah satu faktor yang berperan
ialah tekanan onkotik dikapiler peritubulus. Bila LFG tinggi, terjadi peningkatan yang relatif
besar pada tekanan onkotik plasma yang sampai di arteriol eferen dan cabang-cabang
kapilernya. Hal ini akan meningkatkan reabsorpsi Na+ dari tubulus. Namun, adanya
mekanisme intrarenal lain yang turut berperan belum diketahui dengan pasti.

Sindrom Fanconi
Bila jumlah ATP di sel tubulus proksimal berkurang akibat pengaruh toksin,
gangguan-gangguan yang didapat seperti defisiensi vitamin D, ataupun kelainan kongenital
seperti intoleransi fruktosa herediter, akan didapatkan penurunan transpor Na+. Keluar sel
tubulus melalui pompa Na+-K+ ATPase dan akibatnya terjadi pola penurunan transpor aktif
sekunder yang umum yang mengenai glukosa, asam amino, H+, dan fosfat. Keadaan ini
disebut sindrom fanconi, dengan gejala asidosis metabolik, glikosuria, asiduria amino, dan
fosfaturia.

EKSKRESI AIR
Dalam keadaan normal sebanyak 180 L cairan difiltrasi oleh glomerulus tiap hari,
sedangkan volume urine rata-rata tiap hari sekitar 1 L. Jumlah zat terlarut yang sama juga
dapat diekresikan per 24 jam dalam urine yang hanya bervolume 500 mL dengan kepekatan-
kepekatan yang sargat rendah, yaitu 30 mosm/kg (Tabel 38-7). Nilai-nilai ini menunjukkan 2
hal yang akan direabsorpsi sisa air yang telah mengalami filtrasi dapat bervariasi tanpa
mempengaruhi jumlah total zat terlarut yang diekresi. Dengan demikian, bila urine pekat,
terjadi retensi air dibandingkan zat terlarut; dan bila urine encer terjadi, terjadi ekskresi air
yang lebih dibandingkan zat terlarut. Kedua hal ini memiliki arti penting dalam konservasi
dan pengaturan osmolalitas cairan tubuh. Pengaturan ekskresi air terutama dilakukan oleh
hormon vasopresin yang bekerja pada duktus koligentes.

Tubulus Proksimal
Banyak zat yang ditranspor secara aktif dari cauran dilumen tubulus proksimal,
namun cairan yang diperoleh melalui mikropunksi ternyata masih isoosmotik sampai ke
ujung tubulus proksimal (Gambar 38-9). Di tubulus proksimal ini, air akan keluar dari
tubulus secara pasif akibat perbedaan osmotik yang dihasilkan oleh transpor aktif zat terlarut,
sehingga keadaan isotonik tetap dapat dipertahankan. Perpindahan air ini dipermudah oleh
adanya kanal air dimembran apikal sel epitel tubulus proksimal. Protein yang membentuk
kanal air ditubulus proksimal adalah Akuaporin-2, yang 42% homolog dengan akuaporin-1,
berada di sel-sel duktus koligentes, dan memprantarai jawaban sel-sel ini atas rangsang
vasopresin (lihat di bawah dan Bab 14). Akuaporin-3 ditemukan dibagian basolateral
membran

Tabel 38-7. Perubahan dalam metabolisme air pada manusia akibat pengaruh
vasopresin. Pada tiap keadaan, jumlah beban osmotik yang diekskresi ialah 700 moms/hari.
LFG Persentase Volume Konsentrasi Penambahan
Air Urine Urine atau
(mL/mnt
Terfiltrasi (L/h) (moms/kh Kehilangan
)
yang H2O) Air pada Zat
Direabsorpsi Terlarut
(L/h)
Urine isotonik 125 98,7 2,4 290
dibanding plasma
Vasopresin 125 99,7 0,6 1400 Penambahan
(antidiuresis 1,9
maksimal)
Tanpa vasopresin 125 87,1 23,3 30 Kehilangan
(diabetes insipidus 20,9
sempurna)

duktus koligentes dan mempermudah transpor ereum dan gliserol, dan juga air. Akuaporin-4
terdapat diotak, dan akuaporin-5 terdapat dikelenjar saliva dan lakrimal dan sistem respirasi.
Meskipun akuaporin-1 tidak dipengaruhi vasoprosin, protein ini memainkan peran
utama untuk konservasi air. Bila akuaporin-1 dilumpuhkan pada tikus, permeabilitas air
ditubulus proksimal turun 80%, dan berat badan tturun 35% dan osmlolitas plasma meningkat
sampai 500 mosm/kg H2O kalu dipajan terhadap dehidrasi sekalipun akuaporin-2, -3, dan -4
masih utuh.
Rasio konsentrasi dicairan tubulus dengan konsentrasi di plasma (TF/P) zat yang tidak
dapat direabsorpsi seperti inulin sekitar 2,5-3,3 di ujung tubulus proksimal, sehingga dapat
disimpulkan bahwa 60-70% zat terlarut yang difiltrasi dan 60-70% air yang difiltrasi diangkut
sampai ujung tubulus proksimal ini (Gambar 38-15).

Ansa Henle
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ansa Henle nefron jukstamedularis
memanjang sampai ke piramis medula ginjal sebelum mengalirkan cairannya ke tubulus
kontortus distal di korteks, dan semua duktus koligentes akan kembali melalui piramis
medula untuk sampai ujung piramis dan akhirnya bermuara di pelvis renis. Ada peningkatan
osmolalitas interstisium yang bertahap di piramis, osmolalitas normal di ujung papila kira-
kira 1200 moms/kg H2O, atau kira-kira 4 kali plasma. Pars desendens ansa Henle bersifat
permeabel terhadap air, tetapi pars asendensnya tidak permeabel (Tabel 38-8). Na+, K+ dan
Clˉ mengalami kontransport keluar dari lumen ansa Henle pars asendens bagian tabel (baca
uraian berikut). Dengan demikian, cairan di ansa Henle pars desendens menjadi hipertonik
karena air akan ditarik oleh interstisium yang hipertonik. Di pars asendens, cairan tubulus
menjadi lebih encer, sehingga saat sampai di ujung cairan ini akan bersifat hipotonik terhadap
plasma karena perpindahan Na+ dan Clˉ keluar dari lumen tubulus. Saat melalui ansa Henle
sekitar 15% dari air yang difiltrasi telah direabsorpsi, sehingga sekitar 20% air yang difiltrasi
mencapai tubulus distal dan nilai TF/P inulin kira-kira 5.
Mekanisme transpor di pars asendens bagian yang tebal bergantung pada karier yang
mengangkut satu Na+, satu K+, dan dua Clˉ dari lumen tubulus ke dalam sel (Gambar 38-16).
Na+ ditranspor secara aktif keluar dari sel epitel tubulus ini menuju ke interstisium oleh
pompa Na+-Ka+ ATPase, dan bagian tubulus ginjal ini mengandung lebih banyak pompa
Na+-Ka+ ATPase dari pada bagian lain tubulus. K+ berdifusi secara pasif kembali ke lumen
tubulus. Satu Clˉ berdifusi secara pasif ke interstisium, dan satu lagi mengalami ke transpor
bersama dengan K+.
Pengangkut Na+-K+-2 Clˉ di lengan asenden tebal mempunyai 12 domain
tranmembran, dengan terminal amino dan karboksil intrasel. Pengangkut ini adalah anggota
golongan pengangkut yang ditemukan di

Tabel 38-8. Permeabilitas dan transpor zat-zat di beberapa segmen nefron


Permeabilitas Transpor aktif
H2O Ureum NaCl Na+
Ansa Henle
Pars desendens 4+ + ± 0
Bagian tipis
Pars asendens 0 + 4+ 0
Bagian tipis
Pars asendens 0 ± ± 4+
Bagian tebal
Tubulus ± ± ± 3+
kontortus distal
Duktus
koligentes
Bagian korteks 3+ 0 ± 2+
Bagian medula 3+ 0 ± 1+
luar
Bagian medula 3+ 3+ ± 1+
dalam

banyak lokasi lain termasuk kelenjar ludah, saluran cerna dan saluran napas.

Tubulus Distal
Tubulus distal, terutama bagian awalnya, pada hakikatnya merupakan lanjutan ansa
Henle pars asendens bagian tebal. Bagian tubulus distal ini relatif tidak permeabel terhadap
air, dan reabsorpsi zat-zat terlarut yang lebih banyak daripada pelarut (air) akan lebih
meningkat keenceran cairan tubulus. Kira-kira 5% dari air yang difiltrasi akan direabsorpsi di
segmen ini.

Duktus Koligentes
Duktus koligentes terdiri dari dua bagian yaitu: bagian kortikal dan bagian medula
yang mengalirkan cairan filtrat dari daerah korteks menuju pelvis renis. Perubahan-perubahan
osmolalitas dan volume di duktus koligentes bergantung pada banyaknya vasopresin yang
bekerja pada duktus. Hormon antidiuretik ini berasal dari kelenjar hipofisis dan akan
meningkatkan permeabilitas duktus koligentes terhadap air melalui pembentukan cepat kanal
air akuaporin-2 di membran luminal sel prinsipal (baca Bab 14). Bila vasopresin cukup
banyak untuk menimbulkan antidiuresis yang maksimal, air akan pindah dari cairan tubulus
hipotonik yang memasuki duktus koligentes bagian kortikal ke interstisium korteks, sehungga
cairan tubulus tersebut menjadi isotonik. Dengan cara ini, sebanyak 10% air yang difiltrasi
akan direabsorpsi. Cairan isotonik di tubulus ini kemudian dialirkan ke duktus koligentes
bagian medula dengan rasio TF/P inulin kira-kira 20. Ada tambahan 4,7% atau lebih yang
direabsorpsi ke interstisium medula yang hipertonik, sehingga dapat terbentuk urine yang
pekat dengan rasio TF/P inulin yang lebih besar daripada 300. Pada manusia, osmolalitas

You might also like