Professional Documents
Culture Documents
BAB IV
TINJAUAN KASUS
Pengkajian dilakukan pada tanggal 1 Juni 2010 pukul 13.00 WIB di Bangsal Kebidanan
Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu oleh Mahasiswi Poltekkes Depkes Palembang Jurusan
Kebidanan.
A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Nama : Ny.”R” Nama suami : Tn.”R”
Umur : 37 tahun Umur : 39 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia Suku/bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswsta
Alamat : Ngulak 3
2. Alasan Datang
Tanggal 1 Juni 2010 pukul 13.00 WIB Os Masuk Rumah Sakit,mengaku hamil 2 bulan anak
ke-6 Ibu mengeluh keluar darah pervaginam sejak sore kemarin, darah bergumpal-gumpal.
Ganti pembalut ± 6 kali atau ganti kain ± 4 kali sehari.
3. Data Kebidanan
a. Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun Warna : Merah Kehitaman
Siklus : 28 hari Jumlah : 2x ganti pembalut
Lamanya : 7 hari Dismenorhoe : (-)
b. Riwayat Perkawinan
Kawin : 1x dengan suami sekarang
Lamanya : 25 tahun
Umur waktu kawin : 12 tahun
4. Riwayat KB
Pernah mendengar tentang KB : Pernah
Pernah menjadi akseptor KB : Pernah
Jenis kontrasepsi yang terakhir digunakan : Suntik
Lama menjadi akseptor KB : 12 tahun(pil), 2 tahun (suntik)
Alasan berhenti : Ibu tahu ia hamil
5. Data Kesehatan
a. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita pasien
Menahun ( TBC, jantung, hipertensi ) : tidak ada
Menular ( TBC, HIV/AIDS, sifilis ) : tidak ada
Keturunan ( hipertensi, DM, jantung ) : tidak ada
b. Riwayat penyakit yang diderita keluarga
Menahun ( TBC, jantung, hipertensi ) : tidak ada
Menular ( TBC, HIV/AIDS, sifilis ) : tidak ada
Keturunan ( hipertensi, DM, jantung ) : tidak ada
c. Riwayat operasi yang pernah dijalani
SC : tidak ada
Appendiksitis : tidak ada
d. Riwayat keluarga / keturunan
Gemelli : tidak ada
Pagi : 1 piring nasi+1 butir telur Pagi: 1/5 piring nasi + dan air teh hangat
c. Pola Eliminasi
Sebelum hamil Selama hamil
- BAB - BAB
Frekuensi : 2x /hari Frekuensi : 2 x /hari
Warna : kuning Warna : kuning
Konsistensi : lembek Konsistensi : lembek
Penyulit : tidak ada Penyulit : tidak ada
- BAK - BAK
Frekuensi : 2x / hari Frekuensi : 3x / hari
Warna : kuning Warna : kuning
Penyulit : tidak ada Penyulit : tidak ada
d. Personal Hygiene
Sebelum hamil Selama hamil
7. Data Psikososial
Hubungan ibu dengan suami dan keluarga : baik
Tanggapan ibu, suami, dan keluarga terhadap kehamilan ini : senang
Pengambil keputusan dalam keluarga : musyawarah
Adat / kebiasaan yang mempengaruhi kehamilan : tidak ada
Rencana tempat bersalin : rumah sakit
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a) TB : 150 cm d) Tanda-tanda vital
b) BB KU : sedang
Sebelum Hamil : 54 kg Kesadaran : Compos Menthis
Sekarang : 54 kg TD : 130/80 mmhg
c) LILA : 23,5 cm Pulse : 84 x/ menit
Suhu : 36,9 ◦C
RR : 23 x/ menit
2. Pemeriksaan Kebidanan
a. inspeksi
Kepala
Rambut : Bersih dan tidak rontok
Hidung : Tidak ada polip
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
Mulut : Tidak ada caries
Muka : Tidak ada cloasmagravidarum
Leher
Pembengkakan kelenjar tiroid : Tidak ada pembengkakan
Pembesaran vena jugularis : Tidak ada pembesaran
Pembengkakan kelenjar lymfe : Tidak ada pembengkakan
Dada
Mammae : Simetris
Areola mammae : Hyperpigmentasi
Puting susu : Menonjol
Colostrums : (-)
Abdomen
Pembesaran : Simetris
Striae livide : Tidak ada
Linea nigra : Ada
Luka bekas operasi : Tidak ada
a : tidak ada oedema, tidak ada varises dan keluar darah pada vagina seperti ati ayam
(gumpalan)
Ekstremitas
Atas : simetris, tidak ada oedema
Bawah : simetris, tidak ada oedema, tidak ada varises
b. Palpasi
Tinggi Fundus Uteri : tidak teraba
Nyeri tekan :(-)
3. Pemeriksaan Penunjang
- Lab
Darah
HB : 9,6 gr %
Gol darah :A
Urine
PT :+
Protein : tidak dilakukan
USG : terlihat adanya sisa janin dalam cavum uteri.
4. Therapy
Pre operasi
Misoprostol 2x2 tab
Post operasi
Amoxicillin 3x1 tab
Mefenamat acid 3 x 1 tab
Methargin 3x1 tab
III. ANALISA DATA
Diagnosa : Abortus inkomplet
Masalah : Ibu merasa nyeri dan sakit pada daerah bawah perut
Keluar gumpalan darah seperti hati ayam
Kebutuhan : - KIE mengatasi nyeri
- KIE pola nutrisi
- KIE pada ibu tentang tanda bahaya apabila keluar darah lebih banyak
- KIE pada ibu tentang penyakitnya dan tindakan yang akan dilakukan
1V. PERENCANAAN
1. Informed consent
2. Observasi tanda vital ibu
3. Observasi perdarahan
4. Pemasangan Infus RL Gtt xx x/m
5. Persiapan pemeriksaan laboratorium
6. Memberikan semangat dan keyakinan kepada ibu bahwa operasi akan berjalan lancar.
7. Persiapan operasi dari pihak pasien, dokter, alat, dan tempat.
8. Memberi tahu ibu bahwa ibu harus puasa sebelum dan sesudah operasi
9. Memberi tahu ibu tentang tindakan operasi.
V. IMPLEMENTASI
1. Melakukan informed consent kepada keluarga sebelum operasi
2. Melakukan observasi tanda vital ibu
3. Melakukan observasi perdarahan
4. Mengambil sampel darah untuk di uji lab.
5. Pemasangan infuse dengan gtt xx x/ menit
6. Menjelaskan kepada ibu mengenai prosedur operasi
7. Melakukan persiapan operasi
8. Manganjurkan keluarga Ibu untuk memberikan semangat dalam menghadapi operasi.
VI. EVALUASI
1. Inform consent telah dilakukan dan keluarga setuju.
2. Hasil Observasi keadaan ibu,
KU : Sedang
Kesadaran : CM
ANALISA
gnosa : P4A0 Post kuretase atas indiksasi abortus incompletus
salah: : ibu merasa lemas karena masih pengaruh diazepam.
butuhan : - KIE Perbaikan KU ibu
- KIE tentang nutrisi ibu
PERENCANAAN
1. Mengobservasi Tanda-tanda vital Ibu
2. Melakukan observasi perdarahan
3. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi obat.
EVALUASI
1. Observasi keadaan ibu,
Vital sign
TD : 130/80 mmHg
Pulse : 84x/ menit
RR : 23x/ menit
Suhu : 36 C
2. Perdarahan tidak aktif
3. Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi:
- Infus RL masih terpasang gtt xx x/menit
4. Setelah diberikan terapi, KU Ibu membaik
ASSESMENT :
- Diagnosa : P4A0 post kuret hari ke-1 atas indikasi inkomplet
- Masalah : Ibu masih merasa lemas setelah kuretase
- Kebutuhan : -KIE tentang Nutrisi
-KIE tentang istirahat
PLANNING
1. Observasi TVI,perdarahan
2. Mobilisasi dini
IMPLEMENTASI
EVALUASI
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada ibu hamil Ny “R” Juni 2010 pukul 13.00 WIB di
Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin provinsi sumatera selatan,
didapatkan informasi bahwa nyonya “R” keadaan umumnya sedang, tekanan darahnya 130 /
80 mmHg , RR = 23x/menit, suhu = 36,5 C dan Nadi 84x/menit. Berdasarkan hasil anamnesa
HPHT = 29 Maret 2010, dan TP = 05 januari 2011, ibu mengaku hamil kurang lebih 2 bln,
ibu hamil anak ke 6, nafsu makan menurun kurang lebih 1 bulan, nyeri perut (+) , sakit
pinggang (+), keluar darah bergumpal dari kemaluan ibu.
Pada pemeriksaan fisik hasil inspeksi terlihat keluar flek dari vagina, dan yang
lainnya tidak ada kelainan, tidak teraba ballottement . diagnose Ny “R” G6P4A1 Hamil 9
minggu 1 hari dengan Abortus Inkomplet.
Abortus Inkomplet adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta
(seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang
merupakan tanda utama abortus inkomplet ( Obstetri Williams, hlm 581 tahun 2002 ).
Penatalaksanaan Abortus Inkomplet pada buku kapita selekta jilid I, tahun 2005:
Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat
(RL) dan selekas mungkin di transfuse darah.
Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan egometrin 0,2
mgintramuskular.
Bila janin sudah keluar, tapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara
manual
Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi
Penatalaksanaan Abortus Inkomplet pada buku pelayanana kesehatan maternal dan Neonatal
tahun 2006 :
● Tentukan besar uterus ( tafsiran usia kehamilan ), kenali dan atasi setiap komplikasi (
perdarahan hebat, syok, infeksi/sepsis)
● hasil konsepsi yang terperangkap pada servik yang disertai perdarahan hingga ukuran sedang,
dapat dikeluarkan secara xdigital/ cuman ovum. Setelah itu evaluasi perdarahan:
- Bila perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg/oral
- Bila perdaranan terus berlangsung evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM atau D&K (
pilihan tergantung dari usia kehamilan, pembukaan serviks dan keberadaan bagian-bagian
janin )
● bila tak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika profilaksi (ampisilin 500 mg/oral atau
doksisiklin 100 mg)
● bila terjadi infeksi, beri ampisilin 1 g dan metronidazon 500 mg setiap 8 jam
● bila terjadi perdarahan hebat dan usia kehamilan dibawah 16 minggu, segera lakukan evakuasi
dengan AVM
● bila pasien tampak anemik, beri sulfas ferosus 600 mg perhari selama 2 minggu ( anemia
sedang ) atau tranfusi darah ( anemia berat ).
Pada beberapa kasus, abortus inkomplet erat kaitannya dengan abortus tidak aman, oleh
sebab itu, perhatikan hal-hal berikut ini :
1. Pastikan tidak ada komplikasi berat seperti sepsis, perforasi uterus atau cedera intra-abdomen
( mual, muntah, nyeri punggungm, demam, perut kembung, nyeri perut bawah, dinding perut
tegang, nyeri berlanjut.
2. Bersihkan ramuan tradisional, jamu, bahan kautik, kayu atau benda-benda lainnya dari region
genetalia.
3. Berikan boster tetanus toksoi 0,5 mg bila tampak luka kotor pada dinding vagina atau kanalis
servisis dan pasien pernah diimunisasi
4. Bila riwayat pemberian imunisasi tidak jelas, beri sirup anti tetanus (ATS) 1500 unit
IMdiikuti dengan pemberian tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu
5. Konseling untuk kontrasepsi pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
BAB II
LANDASAN TEORI
ABORTUS INCOMPLET
Pendahuluan
Istilah Abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup
diluar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena
jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat hidup terus,
maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500
gram atau kurang dari 20 minggu (Dikutip dari Buku Ilmu Kebidanan).
1. Pengertian Abortus
Abortus atau keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan.
Dibawah ini dikemukakan beberapa definisi para ahli tentang abortus
EASTMEN : Abortus ialah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum
sanggup hidup sendiri diluar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya
terletak antara 400 – 1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu.
JEFFCOAT : Abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28
minggu.
HOLMER : Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16, dinamakan proses
plasentasi belum siap.
(Sinopsis Obstetri Jilid I, 2002)
Frekuensi
Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15%. Namun demikian,
frekuensi keguguran yang pasti sukar ditentukan, karena abortus buatan banyak yang tidak
dilaporkan, kecuali bila terjadi komplikasi. Juga karena sebagian keguguran spontan hanya
disertai gejala dan tanda ringan, sehingga wanita tidak datang ke dokter atau rumah sakit.
Menurut SIEGLER dan EASTMAN, abortus terjadi pada 10% kehamilan. RS Pringadi
Medan juga mendapati angka 10% dari seluruh kehamilan. Menurut EASTMAN, 80% dari
abortus terjadi pada bulan ke 2-3 kehamilan, sementara SIEMENS mendapatkan 76%
(Sinopsis Obstetri Jilid I, 2002).
Patologi
Pada permulaan, terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan
sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena benda yang
dianggap asing, maka uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada kehamilan di bawah
8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili korealis belum menembus
desidua terlalu dalam; sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu, telah masuk agak dalam,
sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal, karena itu akan banyak terjadi
perdarahan (Sinopsis Obstetri Jilid I, 2002).
Pemeriksaan Penunjang
- Tes kehamilan : Positif (+) bila janin masih hidup, bahkan 2-3 mg, setelah abortus
- Pemeriksaan Dooppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
- Permeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.
3. Klasifikasi
Abortus dapat dibagi atas 2 bagian :
1. Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun
medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
2. Abortus Provakotus (induced abortion)
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus
ini lalu dibagi lagi menjadi :
a. Abortus medisinalis (abortus theraupetica)
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat
membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis), biasanya perlu mendapat persetujuan
2 sampai 3 tim dokter ahli.
b. Abortus kriminalis
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis.
5. Komplikasi Abortus
1. Perdarahan (hemorrhage)
2. Perforasi : sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oelh tenaga yang
tidak ahli.
3. Infeksi dan tetanus
4. Payah ginjal akut
5. Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh :
a. Perdarahan yang banyak disebut syok hemoragik
b. Infeksi berat atau sepsis disebut syok septik atau endoseptik
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 30 hari
Lamanya : 6-7 hari
Banyaknya : 3 x ganti softex
Keluhan : Tidak ada
HPHT : 10-12-2007
TP : 17-09-2008
Umur kehamilan saat ini 12 minggu
4. Riwayat persalinan lalu
Hamil ke Tgl / Thn Lahir Tempat Persalinan Usia Kehamilan Jenis Persalinan Penolong
Penyulit Persalinan Jenis Kelamin BB / PB Lahir Keadaan Anak
1 1996 BPS 9 bulan Normal, pervaginam Bidan Tidak ada perempuan 3200 gr
50 cm Sehat
8. Imunisasi
Sudah mendapatkan imunisasi calon pengantin
9. Kontrasepsi
Ibu menggunakan KB pil
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Baik
2. Tanda vital : TD : 110/70 mmHg
Pols : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
Temp : 37,00 C
3. Tinggi badan : 160 cm
4. Berat badan : sebelum hamil : 48 kg
Saat hamil : 48,5 kg
5. Ukuran lila : 24 cm
6. Inspeksi :
a. Rambut : Terlihat bersih, tidak ada ketombe dan tidak mudah rontok
b. Mata : Bentuk mata simetris, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva
pucat, sklera tidak ikterik.
c. Hidung : Bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada pembesaran polip hidung
d. Gigi dan mulut : Tidak ada kelainan bentuk pada mulut, tidak terdapat stomatitis, keadaan
gigi bersih, tidak ada caries pada gigi, tidak ada gigi yang berlubang, jumlah gigi atas dan
bawah lengkap.
e. Telinga : Keadaan bersih, bentuk simetris, tidak ada kotoran
f. Leher : a. Tidak ada pembesaran tyroid
b. Tidak ada pembesaran kelenjar limphe
c. Tidak ada pembengkakan vena jugularis
g. Dada : Bentuk payudara simetris kanan dan kiri, papila menonjol, colostrum belum keluar,
keadaan payudara bersih, belum ada hyperpigmentasi areola mamae.
h. Abdomen : Keadaan pembesaran abdomen sesuai dengan usia kehamilan, tidak ada linea
nigra tidak ada bekas operasi. Terasa sedikit nyeri dibagian perut.
i. Genetalia eksterna : Tidak ada flour albus
Tidak ada oedema
Bekas luka episiotomi : tidak ada
Hygiene : baik
Haemoroid : tidak ada
Perdarahan : Terdapat perdarahan
j. Ekstremitas
Atas : Bentuk simetris, turgor kulit baik, dapat digunakan dengan baik, tidak ada kecacatan
Bawah : Bentuk simetris, keadaan kuku bersih, keadaan kulit baik.
7. Palpasi
Leopold I : TFU 2 jari di atas simphisis
Leopold II : Tidak dilakukan
Leopold III : Tidak dilakukan
8. Auskultasi
Tidak dilakukan
9. Perkusi : Reflek patela positif
2. Masalah
- Ibu kelihatan lemas, kesakitan dan cemas
- Gangguan cairan dan elektrolit
Dasar :
a. Ibu mengatakan nyeri pada perut bagian bawah
b. Keluar darah pervaginam
c. Ibu mengatakan takut apabila terjadi keguguran
3. Kebutuhan
a. Terapi sesuai dengan kebutuhan
b. Melakukan rujukan ke ruang bersalin
c. Pemenuhan cairan dan nutrisi
d. Istirahat total atau bedrest total
e. Berikan ibu rasa aman dan nyaman
f. Dukungan psikologis
V. Rencana Management
1. Jelaskan pada ibu kondisinya saat ini
a. Libatkan keluarga agar memberi dukungan pada ibu
b. Berikan ibu rasa aman dan nyaman
c. Anjurkan ibu untuk menenangkan pikiran dan perasaannya
2. Pemenuhan cairan dan nutrisi
a. Pasang cairan infus
b. Anjurkan pada ibu untuk makan dan minum yang cukup
c. Libatkan keluarga agar membantu ibu untuk makan dan minum yang cukup
3. Dukungan psikologis
a. Anjurkan ibu untuk tetap tenang, beristighfar dan berdo’a
b. Yakinkan pada ibu bahwa tim medis akan membantu ibu dengan baik
c. Libatkan keluarga untuk terus memberi dukungan pada ibu
VI. Pelaksanaan
1. Menjelaskan pada ibu kondisinya saat ini
a. Melibatkan keluarga agar memberi dukungan pada ibu
b. Memberikan ibu rasa aman dan nyaman
c. Menganjurkan ibu untuk menenangkan pikiran dan perasaannya
2. Memenuhi cairan dan nutrisi ibu
a. Memasang cairan infus
b. Menganjurkan pada ibu untuk makan dan minum yang cukup
c. Melibatkan keluarga untuk membantu ibu agar makan dan minum yang cukup
3. Memberi dukungan psikologis
a. Menganjurkan ibu untuk tetap tenang, beristighfar dan berdo’a
b. Meyakinkan ibu, bahwa tim medis akan membantu ibu dengan baik
c. Melibatkan keluarga untuk terus memberi dukungan pada ibu
4. Mengevaluasi perdarahan, kontraksi uterus dan tanda-tanda vital
VII. Evaluasi
1. Ibu mengerti kondisinya saat ini
a. Keluarga berjanji untuk memberikan bantuan psikologis pada ibu
b. Ibu mengatakan sudah merasa lebih aman dan nyaman
c. Ibu mengatakan pikiran dan perasaannya sudah lebih tenang
2. Kebutuhan cairan dan nutrisi ibu sudah terpenuhi]
a. Ibu sudah diberikan cairan infus
b. Ibu sudah makan dan minum dan ibu juga berjanji akan makan dan minum yang cukup
c. Keluarga berjanji akan membantu ibu untuk makan dan minum yang cukup
3. Cemas ibu berkurang
a. Ibu mengatakan sudah lebih tenang
b. Ibu mengatakan, ia yakin bahwa tim medis akan membantunya dengan baik
c. Keluarga berjanji akan terus memberikan dukungan pada ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, Spog. 1998. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan.
Jakarta. EGC
Prof. dr. Abdul Bani Saifuddin, Spog. Mph. 2001. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal. Yayasan Bina Pustaka. Sarwono Prawirohardjo
Prof. Dr. dr. Sarwono Prawirohardjo. 1992. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Prof. Dr. dr. Rustam Mochtar, MPH. 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC
PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul
“Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Abortus”. Adapun makalah yang penulis
buat merupakan makalah penugasan kelompok dari mata kuliah Asuhan Kebidanan
IV.
Kehamilan karena beberapa alasan bisa berakhir pada abortus. Abortus
merupakan komplikasi tersering pada kehamilan, terjadi pada sekitar 15% jumlah
kehamilan yang dilaporkan. Beberapa hal dapat mengakibatkan kenaikan risiko
terjadinya aborsi, yaitu (1) dilihat dari terjadinya aborsi pada kehamilan sebelumnya,
(2) 25-50% dari semua wanita yang pernah mengalami abortus spontan, 50%
diantaranya diakibatkan kelainan kromosom, khususnya trisomi. Sehingga, risiko ini
akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia, (3) wanita berusisa 20-24 tahun
memiliki risiko 9% untuk keguguran, untuk perempuan 45 tahun ke atas sekitar 75%,
(4) keguguran yang berturut-turut pada usia subur, terjadi pada sekitar 1%
pasangan.
Oleh karena banyaknya kasus abortus maka di dalam makalah ini sangat
penting untuk membahas mengenai masalah abortus, mulai dari pengertian abortus,
klasifikasi abortus, etiologi abortus, patofisiologi abortus, cara penanganan abortus
serta komplikasi dari abortus. Sehingga petugas kesehatan khususnya bidan dapat
menurunkan angka terjadinya abortus yang dapat menyebabkan pula Angka
Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Indonesia.
Penulis menyadari, makalah ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kritik,
saran, dan masukan-masukan lain yang bersifat membangun dari pembaca
senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat dalam praktik promosi kesehatan ibu menyusui.
Yogyakarta, 6 Maret
2011
ttd
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu permasalahan yang sering terjadi pada ibu hamil adalah
keguguran atau abortus. Mengingat semakin berkembangnya pendidikan dan
pengetahuan masyarakat khususnya wanita dengan emansipasinya dalam turut
serta menghidupi ekonomi keluarga, membuat kejadian abortus menjadi cukup tinggi
dalam dekade terakhir. Didukung pula oleh pengaruh budaya barat dengan
pergaulan bebasnya menjadinya banyak kejadian kehamilan tidak diinginkan
menjadi meningkat sehingga kecenderungan kejadian abortus provocatus juga
meningkat. Bahkan semakin merebaknya klinik-klinik aborsi di tanah air, semakin
membuka peluang wanita untuk melakukan aborsi tanpa memikirkan akibatnya.
Pemerintah memberikan perhatian khusus kepada masalah kebidanan ini
mengingat permasalahan yang muncul selama masa kehamilan adalah sangat
kompleks yang meliputi masalah fisik, psikologis dan sosial (Sarwono, 1991).
Bahkan dengan kecenderunagn angka kematian pada ibu yang sangat tinggi yang
diakibatkan karena perdarahan, infeksi dan keracunan pada masa kehamilan,
menjadikan program pengawasan pada ibu hamil lebih diperketat dan ditingkatkan
melalui upaya ANC (Ante Natal Care).
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka kami mengangkat
permasalahan abortus sebagai makalah, mengingat permasalahan abortus sendiri
merupakan suatu permasalahan yang kompleks bagi ibu, suami atau pasangan
maupun keluarga.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan abortus?
2. Apa saja penyebab terjadinya abortus?
3. Bagaimana patofisiologi abortus?
4. Apa saja manifestasi klinis dari abortus?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang untuk abortus?
6. Apa saja klasifikasi abortus dan bagaimana penatalaksanaan setiap klasifikasi
tersebut?
7. Bagaimana komplikasi yang dapat ditimbulkan abortus?
8. Bagaimana penatalaksanaan pasca abortus?
C. Tujuan
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini yaitu agar mahasiswa
dapat mengerti dan memahami teori yang didapatkan selama proses belajar
mengajar sehingga dapat menerapkan secara nyata sesuai tugas dan wewenang
bidan, dan untuk menambah pengetahuan tentang abortus serta penanganannya.
Sedangkan tujuan khusus makalah ini, antara lain:
1. Mahasiswa mampu memahami definisi abortus.
2. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi abortus.
3. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi abortus.
4. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis abortus.
5. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang untuk abortus.
6. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi dan penatalaksanaan abortus.
7. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi yang ditimbulkan abortus.
8. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana penatalaksanaan pasca abortus.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)
pada atau sebelum kehamilan tersebut 20 minggu atau buah kehamialn belum
mampu untuk hidup di luar kandungan.
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi
luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Terminologi umum untuk
masalah ini adalah keguguran atau miscarriage.
Abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang
bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan. Terminologi untuk keadaan ini adalah
pengguguran, aborsi atau abortus provokatus.
B. Etiologi
Faktor risiko atau predisposisi yang diduga berhubungan dengan terjadinya abortus,
antara lain:
1. Faktor maternal seperti usia lanjut, pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan
dan toksoplasmosis.
2. Riwayat obstetri atau ginekologi yang kurang baik.
3. Riwayat infertilitas.
4. Adanya kelainan atau penyakit yang menyertai kehamilan (misalnya diabetes,
penyakit Imunologi sistemik dsb).
5. Berbagai macam infeksi (variola, CMV, toxoplasma, dsb).
6. Paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat2an, alkohol, radiasi,
dsb).
7. Trauma abdomen atau pelvis pada trimester pertama.
8. Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah
a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X.
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol.
9. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi
menahun.
10. Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada
trimester kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
C. Patogenesis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi kotaris belum menembus desidua
secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8
sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih
dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta. Hasil konsepsi
keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil
yang tak jelas bentuknya (lighted ovum) janin lahir mati, janin masih hidup, mola
kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
D. Manifetasi Klinis
1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan
kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
4. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus.
5. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium atau tidak bau busuk dari vulva.
b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau
busuk dario ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak
nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi
tidak menonjol dan tidak nyeri.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah
abortus.
2. Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.
F. Klasifikasi dan Penatalaksanaan
Berdasarkan jenisnya, abortus dapat dibagi menjadi empat, yaitu
1. Abortus spontan : terjadi dengan sendiri.
2. Abortus profokatus : disengaja.
3. Abortus profokatus terapetikus : dengan alasan kehamilan membahayakan
ibunya atau janin cacat.
4. Abortus profokatus kriminalis : tanpa alasan medis yang sah.
Sedangkan berdasarkan keadaan janin yang sudah dikeluarkan, abortus
dibagi atas :
1. Abortus Imminens
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan
tanpa adanya dilatasi serviks. Ciri-ciri abortus imminens yaitu perdarahan
pervaginam, dengan atau tanpa disertai kontraksi, serviks masih tertutup. Jika janin
masih hidup, umumnya dapat bertahan bahkan sampai kehamilan aterm dan lahir
normal. Jika terjadi kematian janin, dalam waktu singkat dapat terjadi abortus
spontan. Penentuan kehidupan janin dilakukan ideal dengan ultrasonografi, dilihat
gerakan denyut jantung janin dan gerakan janin. Jika sarana terbatas, pada usia di
atas 12-16 minggu denyut jantung janin dicoba didengarkan dengan alat Doppler
atau Laennec. Keadaan janin sebaiknya segera ditentukan, karena mempengaruhi
rencana penatalaksanaan atau tindakan.
Penatalaksanaan abortus imminens, antara lain:
a. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik
berkurang.
b. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan
tiap empat jam bila pasien panas.
c. Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati.
Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
d. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan preparat
hematinik misalnya sulfas ferosus 600 – 1.000 mg.
e. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
f. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk
mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
2. Abortus Insipiens
Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat, tetapi hasil konsepsi masih berada di dalam uterus. Ciri-ciri abortus
insipiens yaitu perdarahan pervaginam, dengan kontraksi makin lama makin kuat
makin sering, serviks terbuka.
Penatalaksanaan abortus insipiens, antara lain:
a. Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa
pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin.
b. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan,
tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus,
disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg
intramuskular.
c. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam
deksrtose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus
sampai terjadi abortus komplit.
d. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara manual.
Abortus Inkomplit
Abortus inkomplit adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus. Ciri-ciri abortus inklomplit yaitu perdarahan yang banyak, disertai kontraksi,
serviks terbuka, sebagian jaringan keluar.
Penatalaksanaan abortus inklomplit, antara lain:
a. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau
ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah.
b. Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan
ergometrin 0,2 mg intramuskular.
c. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara manual.
d. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
Abortus Komplit
Abortus kompletus adalah terjadinya pengeluaran lengkap seluruh jaringan
konsepsi sebelum usia kehamilan 20 minggu. Ciri-ciri abortus kompletus yaitu
perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup, ada keluar
jaringan, tidak ada sisa dalam uterus. Diagnosis komplet ditegakkan bila jaringan
yang keluar juga diperiksa kelengkapannya.
Penatalaksanaan abortus kompletus, antara lain:
a. Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 – 5 hari.
b. Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi
darah.
c. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
d. Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
Abortus Abortion
Kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi tanpa ada pengeluaran
selama lebih dari 4 minggu atau lebih (beberapa buku : 8 minggu). Biasanya
didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian menghilang spontan
atau menghilang setelah pengobatan.
Penatalaksaan abortus abortion, antara lain:
a. Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam
ovum lalu dengan kuret tajam.
b. Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum
atau ketika mengeluarkan konsepsi.
c. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan
gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dalatator
Hegar kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret
tajam.
d. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg lalu infus
oksitosin 10 IU dalam dektrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan
naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU
dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat satu
hari.
e. Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan
menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.
Abortus Septik
Sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi (misalnya dilakukan oleh
dukun atau awam). Bahaya terbesar adalah kematian ibu. Abortus septik harus
dirujuk kerumah sakit.
Penatalaksanaan abortus septik, antara lain:
a. Beri terapi obat, antara lain:
1) Obat pilihan pertama : penisilin prokain 800.000 IU intramuskular tiap 12 jam
ditambah kloramfenikol 1 gr peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam.
2) Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam
ditambah metronidazol 5000 mg tiap 6 jam.
3) Obat pilihan lainnya : ampisilin dan kloramfenikol, penisilin, dan metronidazol,
ampisilin dan gentamisin, penisilin dan gentamisin.
b. Tingkatkan asupan cairan.
c. Bila perdarahan banyak, lakukan transfusi darah.
d. Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat
lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.
Abortus terapeutik
Dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu, atas pertimbangan
atau indikasi kesehatan wanita di mana bila kehamilan itu dilanjutkan akan
membahayakan dirinya, misalnya pada wanita dengan penyakit jantung, hipertensi,
penyakit ginjal, korban perkosaan (masalah psikis). Dapat juga atas pertimbangan
atau indikasi kelainan janin yang berat.
Penatalaksanaan abortus terapeutik, antara lain:
a. Pada pasien yang menolak dirujuk beri pengobatan samadengan yang
diberikan pada pasien yang hendak dirujuk, selama 10 hari.
b. Rawat pasien di ruangan khusus untuk kasus infeksi.
a. Berikan antibiotik intravena, penisilin 10-20 juta IU dan streptomisin 2 gr.
b. Infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat disesuaikan kebutuhan cairan.
c. Pantau ketat keadaan umum, tekanan darah, denyut nadi dan suhu badan.
d. Oksigenasi bila diperlukan, kecepatan 6 – 8 liter per menit.
e. Pasang kateter Folley untuk memantau produksi urin.
f. Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, hematokrit, golongan darah serta
reaksi silang, analisi gas darah, kultur darah, dan tes resistensi.
g. Apabila kondisi pasien sudah membaik dan stabil, segera lakukan
pengangkatan sumber infeksi.
h. Abortus septik dapat mengalami komplikasi menjadi syok septik yang tanda-
tandanya ialah panas tinggi atau hipotermi, bradikardi, ikterus, kesadaran menurun,
tekanan darah menurun dan sesak nafas.
G. Komplikasi
1. Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi.
2. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah.
BAB III
CONTOH KASUS
Kasus:
Seorang ibu Ny. “N” Umur 28 tahun G2P1AOAh1 umur kehamilan 12
minggu pada tanggal 7 Maret 2012 datang ke RSUD Singaraja dengan keluhan
keluar flek-flek dari kemarin tgl 6 Maret 2012 dan mengeluh perutnya mules dan
belum mengeluarkan jaringan. Ibu mengatakan HPHTnya tanggal 14 Desember
2011. Setelah dilakukan pemeriksaan diketahui TD : 120/70mmHg, N : 83x/menit, R
: 20x/menit, S : 36,5oC, BB : 52kg dan TB : 155 cm. Pemeriksaan fisik pada
genatalia terdapat pengeluaran flek-flek, hasil pemeriksaan dalam tidak ada
pembukaan serviks, hasil USG janin masih ada dalam uterus, pp test positif, HB
11,3 gr%.
B. Data Subjektif
1. Alasan datang/dirawat
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan keluar flek-flek dari kemarin tgl 06-03-2012 dan mengeluh perutnya
mules dan belum mengeluarkan jaringan.
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun Siklus : 30 hari
Lama : 5 hari Teratur : teratur
Sifat darah : Cair Keluhan : Tidak ada
4. Riwayat perkawinan
Status perkawinan : Menikah Menikah ke : 1 (satu)
Usia menikah pertama kali : 25 Tahun Lama : 3 Tahun
8. Riwayat kesehatan
a. Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular, menurun dan menahanun)
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular (PMS, TBC, Hepatitis),
menurun (DM, Asma, Hipertensi), menahun (Jantung, Ginjal)
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga (menular, menurun dan
menahanun)
Ibu mengatakan dari pihak keluarga suami dan ibu tidak sedang menderita penyakit
menular (PMS, TBC, Hepatitis), menurun (DM, Asma, Hipertensi ), menahun (
Jantung, Ginjal )
c. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan dari pihak keluarga suami dan ibu tidak punya riwayat keturunan
kembar.
d. Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak ada riwayat oprasi
e. Riwayat alergi obat
Ibu mengatakan tidak ada riwayat alergi obat.
11. Data psikososial, spiritual, dan ekonomi ( pererimaan ibu/ suami/ keluarga terhadap
kelahiran, dukungan keluarga, hubungan dengan suami/ keluarga/ tetangga,
perawatan bayi, kegiatan ibadah, kegiatan social, keadaan ekonomi keluarga )
- Ibu mengatakan sangat senang dengan kehamilan ini.
- Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat mendukung kehamilan ini.
- Ibu mengatakan hubungan dengan suami,keluarga dan tetangga baik – baik saja.
- Ibu mengatakan akan melakukan perawataan bayi dengan baik
- Ibu mengatakan selalu taan dalam melaksanakaan sholat 5 waktu
- Ibu mengatakan selalu aktif dalam mengikuti kegiatan social.
- Ibu mengatakan keadaan ekonomi keluarga sangat baik.
12. Pengetahuan ibu ( tentang kehamilan,persalina, nifas )
- Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang kehamilan
- Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang persalinan
- Ibu mengatakan sudah mengetahui tentanng nifas
C. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Status emisional : Stabil
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 120/70mmHg Nadi : 83x/menit
Pernapasan : 20x/menit Suhu : 36,50c
BB : 52kg TB : 155 cm
2. Pemeriksaan fisik
a :Bentuk mesochepal, tidak ada benjolan abnormal,tidak ada nyeri tekan
:Bentuk oval, tidak ada bekas luka operasi,tidak pucat,tidak ada cloasma gravidarum.
:Simetris, tidak ada secret,sclera putih konjungtiva merah muda
g :Simetris. Tidak ada polip. Tidak ada secret, tidak ada gerak cuping hidung saat
bernafas
:Simetris. Tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi, tidak ada perdarahan gusi,
lidah bersih.
Telingga :Simetris, tidak ada serumen, Pendengaran baik.
:Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, parotis, limfe dan vena jugularis
:Tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada wheezing,pernafasan teratur.
ara :Simetris, putting susu menonjol, areola mammae hiperpigmentasi, tidak ada
benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan.
men :Pembesaran sesuai umur kehamilan, tidak ada bekas luka, tidak ada bekas
operasi, tidak ada linea nigra, tidak ada linea alba, tidak ada striae gravidarum.
Palpasi
Leopold I : fundus tegang
Leopold II : belum teraba
Leopold III : belum teraba
Leopold IV : belum teraba
Osborn test : Tidak dilakukan
Pemeriksaan Mc. Donald
TFU : - cm TBJ : - gram
Auskultasi
DJJ : - x/mnt
mitas atas : Simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap masing-masing 5, tidak ada odema,
tidak ada sianosis, kuku bersih warna merah muda.
mitas bawah : Simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap masing-masing 5, tidak ada odema,
tidak ada varices, reflek patella ada, kuku bersih warna merah muda.
alia luar : Terjadi pengeluaran flek-flek, tidak ada odema, tidak ada bekas luka operasi, tidak
ada pembesaran kelenjar bartholini.
Pemeriksaan panggul : Tidak dilakukan
(Bila perlu)
Periksa Dalam Tanggal: 07-03-2012 Pukul:10.10WIB
Indikasi : keluarnya flek-flek
Hasil : tidak ada pembukaan serviks
3. Pemeriksaan penunjang Tanggal:07-03-2012 Pukul:10.10 WIB
USG : Hasilnya janin masih ada di dalam uterus
4. Data Penunjang
Dilakukan pemeriksaan PP test dengan hasil postif
Dilakukan pemeriksaan HB dengan hasil HB : 11,3gr%
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan .
2. Faktor predisposisi terjadinya abortus yaitu faktor maternal, riwayat obstetri
yang kurang baik, riwayat infertilitas, adanya kelainan atau penyakit yang menyertai
kehamilan, berbagai macam infeksi, paparan dengan berbagai macam zat kimia,
trauma abdomen/pelvis pada trimester pertama, kelaianan pertumbuhan hasil
konsepsi, kelainan pada plasenta, kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi
serviks.
3. Patofisiologi terjadinya abortus yaitu berawal dari perdarahan
desiduabasalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi
terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus dan uterus berkontraksi.
4. Manifestasi klinik abortus yaitu terlambat haid atau amenore kurang dari 20
minggu, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat, perdarahan pervaginam, rasa mulas atau keram perut di daerah
atas simfisis.
5. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu tes kehamilan, pemeriksaan
Doppler atau USG, pemeriksaan kadar fibrinogen darah.
6. Berdasarkan jenisnya, abortus dapat dibagi menjadi empat yaitu abortus
spontan, abortus profokatus, abortus profokatus terapetikus dan abortus profokatus
kriminalis. Sedangkan berdasarkan keadaan janin yang sudah dikeluarkan, abortus
dibagi atas abortus imminens, abortus insipiens, abortus inkomplit, abortus komplit,
abortus abortion, abortus terapeutik dan abortus septik.
7. Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari abortus adalah perdarahan,
perforasi, syok, infeksi dan kelainan pembekuan darah.
8. Penatalaksanaan pasca abortus adalah mencari penyebab abortus,
observasi involusi uterus dan kadar B-hCG 1-2 bulan kemudian serta pasien
dianjurkan memakaian kontrasepsi kondom atau pil.
B. Saran
1. Untuk Petugas kesehatan
Meningkatkan peran tenaga kesehatan dalam fungsinya sebagai pelaksana
kesehatan, serta tertib meningkatkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki.
Seseorang tenaga kesehatan harus meningkatkan kerjasama yang baik dengan
petugas kesehatan yang lain serta dengan klien dan keluarga
2. Bagi klien
Untuk keberhasilan dalam asuhan kebidanan diperlukan kerjasama yang baik dari
klien dalam usaha memecahkan masalah klien
3. Bagi pendidikan
Lebih meningkatkan kualitas pendidikan sehingga mahasiswa dapat bekerja dilahan
praktek dengan baik