You are on page 1of 2

BAB IV

ANALISIS KASUS

Seorang laki-laki, 55 tahun, datang dengan keluhan utama tidak bisa


berkemih. Tidak bisa berkemih dapat mewakili banyak kemungkinan kelainan
pada saluran kemih bawah atau lower urinary tract seperti neurogenic bladder,
neck bladder kontraktur, karsinoma prostat, benign prostatik hyperplasia (BPH),
prostatitis, batu uretra, striktur uretra, ruptur uretra, meatal stenosis, fimosis,
paraphimosis. Semua penyakit yang disebutkan di atas menyebabkan gejala
saluran kemih bawah (LUTS). Berdasarkan anamnesis, LUTS yang didapatkan
pasien ini yaitu gejala iritatif berupa frekuensi sedangkan gejala obstruktif berupa
mengedan, hesitansi, pancaran urin lemah, dan terminal dribbling.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien memiliki riwayat
gejala obstruktif yang lebih menonjol dibandingkan gejala iritatif mendukung
diagnosis BPH ditambah dengan pemeriksaan rectal toucher didapatkan prostat
membesar dengan permukaan licin, konsistensi padat kenyal, tidak ada nodul,
tidak ada nyeri tekan. Pasien berusia 55 tahun dan memiliki riwayat sirkumsisi,
menyingkirkan diagnosis dari meatal stenosis, phimosis dan paraphimosis. Tidak
ditemukannya riwayat kencing berbatu, dysuria, hematuria, ditambah tidak ada
riwayat operasi prostat dan pemasangan kateter dalam waktu lama menyingkirkan
diagnosis dari neck bladder kontraktur, batu uretra, ruptur uretra dan striktur
uretra. Tidak ada riwayat trauma sekitar abdomen dan genital maupun trauma
pada daerah tulang belakang, penyakit akibat trauma. Pasien menyangkal riwayat
stroke, diabetes mellitus, dan pada rectal toucher didapatkan tonus sfingter ani
baik menyingkirkan kemungkinan neurogenik bladder. Pasien juga menyangkal
menggunakan obat-obatan dalam waktu lama menyingkirkan kemungkinan gejala
disebabkan oleh efek samping penggunaan obat.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis pasien dengan GCS 15
(E4M6V5), tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 82x/menit , pernapasan 22x/menit
dan temperatur 36,5oc dalam batas normal, tidak menunjukkan tanda-tanda adanya

39
inflamasi. Pasien menyangkal adanya riwayat demam dan tidak ditemukannya
nyeri tekan saat dilakukan rectal toucher menghilangkan kemungkinan prostatitis.
Pada rectal toucher didapatkan stingter ani normal, refleks bulbocavernosus
positif, mukosa rectal normal, ampula tidak collapse, konsistensi prostat kenyal,
sulcus medianus prostat tidak teraba, lobus kanan dan kiri prostat simetris, tidak
ada nodul, tidak ada nyeri tekan, feses ada, coklat, darah tidak ada. Pada
karsinoma prostat biasanya pada rectal toucher teraba prostat dengan konsistensi
keras, teraba nodul, dan mungkin lobus prostat tidak simetris. Namun diagnosis
karsinoma prostat hanya dapat disingkirkan dengan pemeriksaan histologi.
Dilakukan pemeriksaan laboraturium dan radiologi. Tidak ditemukan
kelainan pada hasil pemeriksaan laboraturium. Pada pemeriksaan USG TUG
didapatkan, prostat membesar (3,25 x 4,63 x 4,05 cm, volume ± 30,47 cc). Hasil
tersebut mendukung diagnosis utama yaitu Benign Prostat Hiperplasia (BPH).
Tampak penebalan pada dinding vesika urinaria (± 0,58 cm) sebagai komplikasi
pada pasien ini. Tidak ditemukan batu pada vesika urinaria menyingkirkan LUTS
yang disebabkan oleh batu vesika urinaria.
Terapi awal yang diberikan kepada pasien berupa pemasangan kateter
yang dilakukan di rumah sakit Siti Khodijah sebelum dirujuk ke RSMH.
Tatalaksana selanjutnya yang akan diberikan yaitu Informed Consent mengenai
prosedur dan risiko untuk dilakukan tindakan transurethral resection of the
prostate (TUR-P) karena gejala sudah menyebabkan obstruksi (retensi urin).

40

You might also like