You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang unik karena memilki perbedaan dengan individu
lainnya. Sikap timbul karena adanya stimulus, terbentuknya suatu sikap itu banyak
dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan. Sikap seseorang tidak
selamanya tetap, ia dapat berkembang ketika mendapatkan pengaruh baik dari dalam
maupun dari luar yang bersikap positif dan mengesankan.
Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial tertentu, misalnya : ekonomi,
politik, agama, dan sebagainya. Didalam perkembangannya sikap banyak dipengaruhi
oleh lingkungan, norma atau group. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan sikap antara
individu yang satu dengan yang lain. Sikap tidak akan terbentuk tanpa interaksi manusia
terhadap suatu objek. Sikap selalu berubah, perubahan itu terjadi dipengaruhi oleh
beberapa faktor.

Untuk itu Dalam makalah ini penulis akan menguraikan mengenai pengertian
sikap, komponen sikap, tingkatan-tingkatan sikap dan indikatornya, teori-teori perubahan
sikap, faktor-faktr perubahan sikap, indikator sikap terhadap kesehatan, dan pengukuran
sikap.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian sikap ?
2. Apa saja komponen sikap ?
3. Apa saja fungsi sikap ?
4. Apa saja faktor pembentukan sikap ?
5. Apa saja tingkatan- tingkatan sikap dan indikatornya ?
6. Apa saja faktor perubahan sikap ?
7. Apa saja teori perubahan sikap ?
8. Apa saja indikator sikap terhadap kesehatan ?
9. Bagaimana cara pengukuran sikap ?
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
 Untuk mengetahui pengertian sikap
 Untuk mengetahui apa saja komponen sikap

1
 Dapat mengetahui apa saja funsgi sikap
 Dapat mengetahui apa saja faktor pembentukan sikap
 Dapat mengetahui apa saja tingkatan-tingkatan sikap dan indikatornya
 Dapat mengetahui faktor-faktor perubahan sikap
 Dapat mengetahui teori perubahan sikap
 Dapat mengetahui indikator sikap terhadap kesehatan
 Dapat mengetahui cara pengukuran sikap

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian sikap

2
Sikap adalah juga respons tertutup sesorang terhadap stimulus atau objek tertentu,
yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak
senanf, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Campbell (1950)
mendefinisikan sangat sederhana yakni “An individual’s attitude is syndrome of response
consistensy with regard to object.” Jadi jelas, disini dikatakan bahwa sikap itu suatu
sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu
melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.
Newcomb salah seorang ahli psikolog sosial menyatakan bahwa sikap merupakan
kesiapan atau keseediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau
aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau (reaksi tertutup)

B. Komponen pokok sikap


Menurut Allport (1954) sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok,
Yaitu :
1. Kepercayaan atau keyakinan, ide, konsep terhadap objek.
Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap
objek. Sikap orang terhadap penyakit kusta misalnya, berarti bagaimana pendapat
atau keyakinan orang tersebut terhhadap penyakit kusta.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana
penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek.
Seperti contoh butir tersebut, berarti bagaimana orang menilai terhadap penyakit
kusta, apakah penyakit yang bisa saja atau penyakit yang membahayakan
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan
komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-
ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan).
Misalnya, tentang contoh sikap terhadap penyakit kusta diatas, adalah apa yang
dilakukan sesorang bila ia menderita penyakit kusta.
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama mementuk sikap yg utuh. Dalam
menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, fikiran, Keyakinan, dan emosi memegang
peranan penting. Contoh : seorang ibu mendengar (tahu) penyakit demam
berdarah(penyebabnya, cara penularan, cara pencegahan, dan sebagainya). Pengetahuan
ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya keluarganya, terutama
anaknya tidak kena penyakit demam berdarah. Dalam beroikir ini komponen emosi dan
keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat untuk melakukan 3m agar anaknya

3
tidak terserang demam berdarah. Ibu ini mempunyai sikap tertentu yakni penyakit demam
berdarah.

C. Fungsi Sikap
Menurut Katz (1964) dalam buku Wawan dan Dewi (2010) sikap mempunyai beberapa
fungsi, yaitu:
1) Fungsi instrumental (fungsi penyesuaian/fungsi manfaat)
Fungsi ini berkaitan dengan sarana dan tujuan. Orang memandang sejauh mana
obyek sikap dapat digunakan sebagai sarana atau alat dalam rangka mencapai tujuan.
Bila obyek sikap dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang
akan bersifat positif terhadap obyek tersebut. Demikian sebaliknya bila obyek sikap
menghambat pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif terhadap obyek
sikap yang bersangkutan..
2) Fungsi pertahanan ego
Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan ego
atau akunya. Sikap ini diambil oleh seseorang pada waktu orang yang bersangkutan
terancam keadaan dirinya atau egonya.
3) Fungsi ekspresi nilai
Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk
mengekspresikan nilai yang ada pada dirinya. Dengan mengekspresikan diri
seseorang akan mendapatkan kepuasan dapat menunjukkan kepada dirinya. Dengan
individu mengambil sikap tertentu akan menggambarkan keadaan sistem nilai yang
ada pada individu yang bersangkutan.
4) Fungsi pengetahuan
Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti dengan pengalaman-
pengalamannya. Ini berarti bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu
obyek, menunjukkan tentang pengetahuan orang terhadap obyek sikap yang
bersangkutan.

D. Faktor Pembentukan sikap


Pada dasarnya sikap bukan merupakan suatu pembawaan, melainkan hasil interaksi
antara individu dengan lingkungan sehingga sikap bersifat dinamis. Sikap dapat pula
dinyatakan sebagai hasil belajar, karenanya sikap dapat mengalami perubahan.
Sesuai yang dinyatakan oleh Sheriff & Sheriff (1956), bahwa sikap dapat berubah karena
kondisi dan pengaruh yang diberikan. Sebagai hasil dari belajar, sikap tidaklah terbentuk

4
dengan sendirinya karena pembentukan sikap senantiasa akan berlangsung dalam
interaksi manusia berkenaan dengan objek teretntu (Hudaniah, 2003).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, antara lain:
1. Faktor internal, yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif
sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak.
a) Faktor Genetik dan Fisiologik
Faktor ini berperan penting dalam pembentukan sikap melalui kondisi – kondisi
fisiologik.
Misalnya waktu masih muda, individu mempunyai sikap negatif terhadap obat-
obatan, tetapi ia menjadi biasa setelah menderita sakit sehingga secara rutin harus
mengkonsumsi obat – obatan tertentu.
b) Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk
apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi
yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan
lebih lama berbekas. Menurut Oskamp, dua aspek yang secara khusus memberi
sumbangan dalam membentuk sikap.
c. Kebudayaan
B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan (termasuk
kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain
daripada pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement
(penguatan, ganjaran) yang dimiliki.
Contoh : Sikap orang kota dan orang desa berbeda terhadap kebebasan dalam
pergaulan.
d. Faktor Emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman
pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara
dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan
sikap yang lebih persisten dan lebih tahan lama.
Contoh: Prasangka (sikap tidak toleran, tidak fair)

2. Faktor Eksternal, yaitu keadaan – keadaan yang ada di luar indivuidu yang
merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.

5
a. Pengaruh orang tua
Orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan anak-anaknya. Sikap
orang tua akan dijadikan role model bagi anak-anaknya.
Misalnya, orang tua pemusik, akan cenderung melahirkan anak-anak yang juga
senang musik.
b. Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat
Pada umumnya, individu bersikap konformis (sesuai) atau searah dengan sikap
orang orang yang dianggapnya penting. Ada kecenderungan bahwa seorang
individu berusaha untuk sama dengan teman sekelompoknya. Kecenderungan ini
antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
Misalnya seorang anak nakal yang bersekolah dan berteman dengan anak - anak
santri kemungkinan akan berubah menjadi tidak nakal lagi.
c. Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio,
mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru
bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa
informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam
mempersepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
Misalnya, media massa banyak digunakan oleh partai politik untuk mempengaruhi
masyarakat dalam pemilihan umum.
d. Institusi / Lembaga Pendidikan dan Agama
Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat
dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan
konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah
antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan
dari pusat keagamaan serta ajaran - ajarannya.

E. Tingkat-tingkat sikap berdasarkan intensitasnya


1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang
diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang terhadap periksa hamil (antenatal care),
dapat diketahui atau diukur dari kehadiran ibu untuk mendengarkan penyuluhan
tentang antenatal care di lingkungannya
2. Menanggapi (responding)

6
Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya, seorang ibu yang mengikuti
penyuluhan antenatal care tersebut diminta bertanya atau menanggapi oleh penyuluh,
kemudia ia menjawab dan menangapinya.
3. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap
objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan
mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.
Contohnya, ibu mendiskusikan antenatal care dengan suaminya, atau bahkan
mengajak tetangganya untuk mendengarkan penyuluhan antenatal care.
4. Bertanggung jawab ( responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang
telah diyakininnya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan
keyakinanya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang
mencemoohkan atau adanya risiko lain. Contonya ibu yang sudah mau mengikuti
penyuluhan antenatal care, ia harus berani untuk mengorbankan waktunya, atau
mungkin kehilangan penghasilannya, atau diomeli mertuanya karena meninggalkan
rumah dan sebagainya.

F. Perubahan Sikap
Menurut Sarlito W. Sarwono (2009: 203), sikap dapat berubah
melalui 4 cara yaitu:
1) Adopsi, yaitu kejadiaan kejadian dan peristiwa peristiwa yang terjadi berulang ulang
dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri individu dan
mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.
2) Diferensiasi, dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan
dengan bertambahnya usia, maka ada hal hal yang sebelumnya dianggap sejenis,
sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap objek tersebut dapat
terbentuk sikap tersendiri pula.
3) Integrasi, Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai
pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal tertentu sehingga akhirnya terbentuk
sikap mengenai hal tersebut.
4) Trauma, trauma merupakan pengalaman yang terjadi secara tiba tiba dan
menegangkan yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa yang bersangkutan.
Pengalaman- pengalaman yang traumatis juga menyebabkan perubahan sikap

7
G. Teori Perubahan sikap
1) Teori Rosenberg
Teori Rosenberg dikenal dengan Teori Affective-Cognitive Consistency dalam hal
sikap, dan teori tersebut juga kadang-kadang disebut teori dua faktor karena
didalamnya memusatkan perhatian pada hubungan komponen kognitif dan
komponen afektif. Rosenberg menambahkan bahwa pengertian kognitif dalam sikap
tidak hanya mencakup tentang pengetahuan-pengetahuan yang berhubungan dengan
objek sikap, melainkan juga mencakup kepercayaan tentang hubungan antara objek
sikap dengan sistem nilai yang ada dalam diri individu. Komponen afektif
berhubungan dengan bagaimana perasaan yang timbul pada diri seseorang yang
menyertai sikap baik bersifat positfi atau juga negatif terhadap objek sikap.
2) Teori Festinger
Teori Festinger dikenal dengan teori Disonansi Kognitif (The Cognitive Disonance
Theory). Dasar dari teori ini adalah jika seseorang memiliki dua ide dan pikiran yang
bersifat simultan dan saling berkontradiksi, maka orang tersebut akan mengalami
disonansi kognitif, misalnya, seorang perokok yang mengerti bahwa merokok dapat
mengakibatkan penyakit kanker paru-paru.

H. Indikator sikap terhadap kesehatan


Indikator adalah variabel yang membantu kita dalam mengukur perubahan-
perubahan yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung (WHO, 1981).
Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian orang terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, yang mencangkup sekurang-kurangnya 4
variabel yaitu :
1) Sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular (jenis penyakit, tanda-tanda,
gejala, penyebab, cara penularan, cara pencegahan, cara mengatasi atau
menanganinya sementara).
2) Sikap terhdap faktor-faktor yang terkait/ memperngaruhi kesehatan.
Antara lain : gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan air limbah, pe,bunagan
kotoran manusia, pembuangan sabah, perumahan sehat, polusi udara, dan
sebagainya.
3) Sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional maupun tradisional
4) Sikap untuk menghindari kecelakaan, baik kecelakaan rumah tangga maupun
kecelakaan lalu lintas, dan kecelakaan ditempat-tempat umum.

I. Pengukuran sikap

8
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Pengukuran
sikap secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
tentang stimulus atau objek yang bersangkutan. Misalnya, bagiaman pendapat responden
tentang keluarga berencana, dan sebgainya. Pertanyaan secara langsung juga dapat
dilakukan dengfan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau
“tidak setuju” terhadap pernyataan-pernyataan terhadap objek tertentu, dengan
menggunakan skala lickert. Misalnya : beri pendapat anda tentang pernyataan-pernyatan
di bawah ini dengen memberikan penilaian sebagai berikut :
5: bila sangat setuju
4 : bila setuju
3 : bila baisa aja
2 : bila tidak setuju
1 : bila sangat tidak setuju
Contoh : 1. Demam berdarah adalah penyakit yang sangat berbahaya
2. Anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan kematian ibu
3. Penderita HIV/AIDS tidak perlu dikucilkan atau diisolasi, dan
Sebagainya.
Sikap juga dapat diukur dari pertayaan-pertanyaan secara tidak langsung, misalnya :
1. Apabila anda diundang untuk mendengarkan ceramah tentang Napza, apakah anda
mau hadir ?
2. Seandainya akan dibangun polindes, di desa ini apakah anda mau membantu dana ?
dans sebagainya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa : Sikap adalah juga respons
tertutup sesorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor
pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senanf, setuju-tidak setuju, baik-
tidak baik, dan sebagainya). Campbell (1950) mendefinisikan sangat sederhana yakni

9
“An individual’s attitude is syndrome of response consistensy with regard to object.” Jadi
jelas, disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam
merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan,
perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.
Sikap tidak akan terbentuk tanpa interaksi manusia terhadap suatu objek.
Sikap selalu berubah, perubahan itu terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Yaitu faktor adopsi, difrensiasi, integrasi, dan trauma.

B. Saran
Demikian makalah ini penulis susun, semoga dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya mengenai proses perubahan sikap dan indikatornya dalam
kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

10
Notoadmojo,Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta

Anonim a. 2008. Faktor – Faktor yang mempengaruhi sikap ( Online ) http: // www.Sikap. Com

Sri Utami Rahayuningsih . 2008. Sikap ( Attitude ) (Online ) http:// www.Atttitude,blogspot.


Com

11

You might also like