You are on page 1of 50

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
yang optimal. (1)
Angka kematian ibu merupakan salah satu indikasi yang menentukan derajat
kesehatan suatu bangsa. Di Indonesia masalah ibu dan anak merupakan prioritas dalam upaya
peningkatan status kesehatan masyarakat, sesuai dengan target MDG’s 2015 (Millenium
Development Gold), Angka Kematian Ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup.
Data organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2007, memperkirakan bahwa
setiap tahun sejumlah 500 orang perempuan meninggal dunia akibat komplikasi kehamilan,
persalian dan nifas, fakta ini mendekati terjadinya 1 kematian setiap menit dan diperkirakan
99% kematian tersebut terjadi di Negara-negara berkembang yang tertinggi dengan 450
kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu
di Sembilan Negara maju dan 51 negara persemakmuran.(2)
Menurut SDKI Angka Kematian Ibu pada tahun 2007 mencapai 228 per 100.000
kelahiran hidup. Jumlah ini mengalami penurunan signifikan dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya jumlah kematian ibu mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
kematian ibu masih terbilang tinggi bila di bandingkan dengan Negara-negara lainnya yaitu
Brunei Darussalam dan Singapura masing-masing 13 dan 14 per 100.000 kelahiran hidup. (3)
Pada tahun 2009, AKI di Jawa Barat adalah 258 per 100.000 kelahiran hidup.
Menurun dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai 583 per 100.000 kelahiran. (2)
Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia kabupaten Garut pada Tahun 2009 Angka
Kematian Ibu mencapai 219 per 100.000 kelahiran hidup.(4)
Upaya kesehatan reproduksi salah satunya adalah menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu hamil dan bersalin. Adapun penyebab langsung dari kematian ibu di Indonesia
adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, toksemia gravidarum.(5) Perdarahan sebanyak
30% dari total kasus kematian, eklamsi (keracunan kehamilan) 25%, infeksi 12%. Salah satu
dari ketiga ketiga faktor tersebut adalah perdarahan, perdarahan dapat terjadi pada saat
kehamilan, persalinan dan masa nifas. Perdarahan yang terjadi pada kehamilan, bisa terjadi
pada awal kehamilan maupun kehamilan lanjut, dengan besar angka kejadiannya 3% pada
kehamilan lanjut dan 5% pada awal kehamilan. Perdarahan yang terjadi pada awal kehamilan
meliputi abortus, mola hidatidosa dan kehamilan ektopik. (6) Pada kehamilan lanjut antara lain
meliputi Solutio Plasenta dan Plasenta Previa. Dari kasus perdarahan diatas ternyata
didapatkan besar kasus paling tinggi adalah perdarahan pada awal kehamilan yang dari salah
satu perdarahan awal kehamilan tersebut terdapat kehamilan molahidatidosa.
Molahidatidosa adalah Tumor jinak dari trofoblast dan merupakan kehamilan
abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematous, janin
biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematous itu hidup dan
tumbuh terus menerus, sehingga gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah
anggur. Penyebab pasti terjadinya kehamilan Mola hidatidosa belum diketahui pasti, namun
ada beberapa faktor yang memengaruhinya yaitu faktor ovum, imunoselektif trofoblast, usia,
keadaan sosio-ekonomi yang rendah, paritas tinggi, defisiensi protein, infeksi virus dan faktor
kromosom yang jelas, dan riwayat kehamilan mola sebelumnya. Jenis pada molahidatidosa
yaitu Molahidatidosa Komplet (MHK) dan Molahidatidosa Parsial (MHP). Angka kematian
yang diakibatkan oleh kehamilan Molahidatidosa berkisar antara 2,2% - 5,7%. (1,6,7)
Pada kehamilan Molahidatidosa jika tidak dilakukan penanganan secara komprehensif
maka masalah kompleks dapat timbul sebagai akibat adanya kehamilan dengan
Molahidatidosa yaitu TTG (Tumor Trofoblast Gestasional) dimana TTG ini terbagi menjadi 2
macam yaitu: Choriocarcinoma non Villosum dan Choriocarcinoma Villosum yang bersifat
hematogen dan dapat bermetastase ke vagina, paru-paru, ginjal, hati bahkan sampai ke otak.
Dengan presentasi kejadian tersebut adalah 18-20% keganasan. (7)
Penatalaksanaan pada Molahidatidosa ada tiga tahap yaitu perbaikan keadaan umum
ibu, pengeluaran jaringan mola dengan cara Kuretase atau Histerektomi, dan pemeriksaan
tindak lanjut yaitu follow up selama 12 bulan, dengan mengukur kadar β-HCG dan mencegah
kehamilan selama 1 tahun. Tindak lanjut serta penatalaksanaan saat ini berpusat pada
pengukuran serial kadar β-HCG serum untuk mendeteksi Tumor Trofoblast Persisten. (8)
Penyakit ini, baik dalam bentuk jinak atau ganas, banyak ditemukan di Negara Asia,
sedangkan di Negara bagian Barat lebih jarang. Angka di Indonesia umumnya berupa angka
Rumah Sakit yaitu RSCM, untuk Mola Hidatidosa berkisar 1:50 sampai 1:141 kehamilan.
Angka ini jauh lebih tinggi disbanding Negara-negara barat dimana insidennya berkisar
1:1000 sampai 1:2500 kehamilan untuk kejadian Molahidatidosa. (7)
Sedangkan frekuensi kejadian Molahidatidosa di RSU dr. Slamet Garut tahun 2009
sebanyak 37 kasus dari jumlah kehamilan sebanyak 1730 dan ditemukan angka untuk
Molahidatidosa 1:47 kehamilan pada tahun 2009.
Pada tanggal 05 Mei 2010 saat pencarian Data Sekunder berupa Rekam Medik kasus
Molahidatidosa, penulis menemukan 1 kasus yaitu pada Ny. S dengan diagnosa
Molahidatidosa, yang dirawat di RSU dr. Slamet Garut di Gedung Kalimaya selama 3 hari
terhitung mulai tanggal 26 April 2011 – 28 April 2011. Apabila pada kasus Molahidatidosa
tidak dilakukan penanganan secara komprehensif maka kemungkinan dapat terjadi keganasan
menjadi Tumor Trofoblast Gestasional (TTG) atau koriokarsinoma.
Dari fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk mengangkat kasus pada Ny. S
G1P0A0 Gravida 4 – 5 minggu dengan Molahidatidosa di Gedung Kalimaya RSU dr. Slamet
Garut.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada laporan kasus ini
adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ny. S G1P0A0 Gravida 4 – 5 minggu
dengan Molahidatisoda di Gedung Kalimaya RSU dr. Slamet Garut?”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu menganalisis Asuhan Kebidanan pada Ny. S G1P0A0 Gravida 4 – 5 minggu dengan
Molahidatidosa di Gedung Kalimaya RSU dr. Slamet Garut.
1.3.2 Tujuan Khusus
 Mampu menganalisis Data Subjektif Asuhan Kebidanan pada Ny. S G1P0A0 Gravida 4 – 5
minggu dengan Molahidatidosa di Gedung Kalimaya RSU dr. Slamet Garut.
 Mampu menganalisis Data Objektif Asuhan Kebidanan pada Ny. S G1P0A0 Gravida 4 – 5
minggu dengan Molahidatidosa di Gedung Kalimaya RSU dr. Slamet Garut.
 Mampu menganalisis hasil Analisa Asuhan Kebidanan pada Ny. S G 1P0A0 Gravida 4 – 5
minggu dengan Molahidatidosa di Gedung Kalimaya RSU dr. Slamet Garut.
 Mampu menganalisis Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan pada Ny. S G1P0A0 Gravida 4 – 5
minggu dengan Molahidatidosa di Gedung Kalimaya RSU dr. Slamet Garut.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis

Dengan mengetahui bagaimana Asuhan Kebidanan ini, diharapkan dapat menambah


wawasan dan pengetahuan penulis dalam penatalaksanaan klien dengan kehamilan Mola
hidatidosa
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Dengan penyusunan laporan kasus ini diharapkan agar menjadi bahan masukan, informasi,
maupun untuk pengembangan materi perkuliahan bagi mahasiswa dan menambah bahan
perpustakaan di Akademi Kebidanan Yayasan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Indonesia.
1.4.3 Bagi Instansi Kesehatan
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang sesuai dengan Asuhan
Kebidanan dengan Mola Hidatidosa.
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
Daftar Istilah
BAB I Pendahuluan
BAB II Tinjauan Teori
BAB III Tinjauan Kasus
BAB IV Pembahasan Tinjauan Kasus
BAB V Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Molahidatidosa
Molahidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis
langka, vaskularisasi dan edematous, janin biasanya meninggal akan tetapi vilus-vilus yang
membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah
sebagai segugus sebuah anggur.(6)
Molahidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili korialisnya
mengalami perubahan hidrofobik. (9)
Molahidatidosa merupakan kehamilan yang secara genetik tidak normal yang muncul
dalam bentuk kelainan perkembangan plasenta. (10)
Molahidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas
plasenta atau calon placenta dan disertai dengan degenerasi kistik vili dan perubahan
hidropik. Hamil anggur atau molahidatidosa adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak
yang terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan “ bakal janin “ sehingga terbentuk
jaringan permukaan membran (vili-vili) mirip gerombolan buah anggur. (11)
2.2 Patofisiolagi
2.2.1 Molahidatidosa komplet (MHK). (12)
MHK merupakan kehamilan abnormal tanpa embrio yang seluruh vili korialisnya mengalami
degenerasi hidrofik yang menyerupai anggur. Seluruh gen kehamilan berasal dari ayah,
umumnya dengan jumlah diploid 46XX, tanpa ada jaringan jarring terlihat. (10, 12)
2.2.2 Molahidatidosa parsial (MHP). (12)
Seperti pada MHK, tetapi disini masih ditemukan embrio atau janin yang biasanya mati
sebelum trimester pertama. Walaupun pernah dilaporkan adanya MHP dengan bayi aterm.
Pada kasus ini, kehamilan terdiri dari tiga unsur gen (misal, XXY 69, XXX 69, XYY 69 ).
(10, 12)

Tabel 1.1 Klasifikasi trofoblas dikemukakan oleh ACOG 1993 (13)


Klasifikasi subklasifikasi Criteria
A . Jinak A .1. MHK  Janin tak ada
Molahidatidosa  Hidropik degenerasi
difus
 Sel trofoblas
hyperplasia difus
 Stoma jaringan
trofoblas difus
 Bentukan sisik difus
 Kriotipe 46XX-45XY
A . 2. MHP
 Menjadi sumber ganas
65-70 %

 Janin ada
 Hidropik degenerasi
local
 Hyperplasia trofoblas
local
 Stroma – jaringan
trofoblas yang tidak ikut
serta diinfiltrasi
 Bentukan sisik jelas
 Kriotipe 69XXX-
69XYY
 Menjadi sumber ganas
10-15%

Table 1.2 gambaran molahidatidosa parsial dan sempurna (8)


Gambaran Mola parsial Mola sempurna
Kariotipe Umumnya 69 XXY atau 69 46XX atau 46XY
XXX
Patologi

Janin Sering dijumpai Tidak ada

Amnion, sel darah Sering dijumpai Tidak ada


merah janin

Edema Vilus Bervariasi, fokal Difus

Proliferasi Trofoblast Bervariasi , fokal,ringan sedang Bervariasi ringan –berat,

Gambaran Klinis

Diagnosis Missed abortion Gestasi mola

Ukuran Uterus Kecil untuk masa kehamilan 50% besar untuk masa
kehamilan
Jarang
Kista teka-lutein 25-30%
Jarang
Penyulit medis Sering
Kurang dari 5-10%
Penyakit pasca mola 20%

2.3 Etiologi (11)


Penyebab molahidatidosa belum diketahui secara pasti, namun ada faktor-faktor penyebabnya
adalah :
1. Faktor ovum (11,14)
Pembuahan sel telur dimana intinya telah hilang atau tidak aktif lagi oleh sebuah sel
sperma.
2. Imunoselektif dari trofoblas (14)
Perkembangan molahidatidosa diperkirakan disebabkan oleh kesalahan respon imun
ibu terhadap invasi oleh trofoblas. Akibatnya vili mengalami distensi kaya nutrient.
Pembuluh darah primitive di dalam vilus tidak terbentuk dengan baik sehingga embrio ‘
kelaparan’, mati, dan diabsorpsi, sedangkan trofoblas terus tumbuh dan pada keadaan tertentu
mengadakan invasi kejaringan ibu.
3. Usia (8,12)
Faktor usia yang dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat terjadi kehamilan mola.
Prekuensi molahidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia subur relatif
tinggi. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pada usia berapa pun dalam usia subur dapat
terjadi kehamilan mola.
4. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah (12)
Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan sosial ekonomi
yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga
mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
5. Paritas tinggi
Pada ibu yang berparitas tinggi, cenderung beresiko terjadi kehamilan molahidatidosa karena
trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetik yang dapat diidentifikasikan
dengan penggunaan stimulandrulasi seperti klomifen atau menotropiris (pergonal). Namun
juga tidak dapat dipungkiri pada primipara pun dapat terjadi kehamilan molahidatidosa. (7, 9)
6. Defisiensi protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh sehubungan dengan
pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim dan buah dada ibu, keperluan akan zat protein pada
waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan
pertumbuhan pada janin tidak sempurna. (7, 9)

7. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas (11)


Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya
mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu menimbulkan penyakit ( desease ). Hal ini sangat
tergantung dari jumlah mikroba ( kuman atau virus ) yang termasuk virulensinya seta daya
tahan tubuh.
8. Riwayat kehamilan mola sebelumnya (8)
Kekambuhan molahidatidosa dijumpai pada sekitar 1-2% kasus. Dalam suatu kejadian
terhadap 12 penelitian yang total mencangkup hampir 5000 Kelahiran, frekwensi mola adalah
1,3%. Dalam suatu ulasan tentang molahidatidosa berulang tapi pasangan yang berbeda bisa
disimpulkan bahwa mungkin terdapat “ masalah oosit primer “.

2.4 Gambaran klinik (8,9,10,11,)


Gambaran klinik yang biasanya timbul pada ibu hamil dengan molahidatidosa adalah :
1. Amenore dan tanda-tanda kehamilan.
2. Perdarahan pevaginam berulang. Darah cenderung berwarna kecoklatan. Pada keadaan lanjut
kadang keluar gelembung mola.
3. Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
4. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DJJ sekalipun uterus sudah
membesar setinggi pusat atau lebih.
5. Hipertensi akibat kehamilan, Preeklamsia atau eklamsia yang terjadi sebelum usia kehamilan
24 minggu, dan biasa menetap sampai trimester dua.
6. Sesak napas.
7. Tidak ada aktifitas janin.
8. Mual muntah yang menetap atau menjadi parah, karena diakibatkan kadar β-hCG meningkat.
9. Scanning ultrasonic menunjukkan bayangan badai salju dan tidak terlihat janin, dan seperti
sarang tawon.
10. Kadar tiroksin plasma pada wanita dengan kehamilan mola sering meningkat, tetapi jarang
menyebabkan gejala klinis hipertiroidisme.

2.5 Diagnosis (11,15)


2.5.1 Anamnesa / keluhan
a) terdapat gejala hamil muda
b) kadang kala ada tanda toxemia gravidarum
c) terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur warna merah tua atau kecoklatan.
d) Pembesaran uterus tidak sesuai ( lebih besar ) dari usia kehamilan seharusnya.
e) Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan ( tidak selalu ada).

2.5.2 Pemeriksaan Fisik


Inspeksi
a) Muka dan kadang – kadang badan kelihatan pucat kekuning – kuningan yang disebut muka
mola (mola face) atau muka terlihat pucat.
b) Bila gelembung mola keluar dapat dilihat jelas.
Palpasi
a) Uterus membesar tidak seuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek.
b) Tidak teraba bagian – bagian janin dan ballotemen, juga gerakan janin.
c) Adanya fenomena harmonica: darah dan gelembung mola keluar dan fundus uteri turun lalu
naik karena terkumpulnya darah baru.
d) Adanya pembesaran kelenjar tiroid, menunjukan adanya komplikasi tiroktoksikosis.
Auskultasi
a) Tidak terdengar DJJ
b) Terdengar bising dan bunyi khas
Periksa Dalam
Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian janin, terdapat
perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina, seerta evaluasi keadaan servik.

2.5.3 Pemeriksaan penunjang


Reaksi Kehamilan
Kadar HCG yang jauh lebih tinggi dari kehamilan biasa. Pada kehamilan biasa kadar
HCG darah paling tinggi 100.000 IU/L, sedangkan pada molahidatidosa bisa mencapai
5.000.000 IU/L.
Uji Sonde
Sonde dimasukan secara pelan – pelan dan hati – hati kedalam serviks kanalis dan
kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, kemungkinan mola.
Foto Rontgen
Tidak terlihat tulang – tulang janin pada kehamilan 3 – 4 bulan.
USG
Akan terlihat bayangan badai salju dan tidak terlihat janin, dan seperti sarang tawon.

2.6 Diagnosis Banding (9, 15)


1. Kehamilan dengan mioma uteri
2. Abortus
3. Hidramnion
4. Kehamilan ganda (gemeli)
2.7 Komplikasi (9, 11, 15)
Komplikasi molahidatidosa meliputi:
1. Perdarahan hebat
2. Anemia
3. Infeksi
4. Syok
5. Perforasi uterus
6. Keganasan 18 – 20 % kasus
2.8 Penatalaksanaan Medik (11)
1. Penanganan yang bisa dilakukan pada molahidatidosa adalah : diagnosis dini akan
menguntungkan prognosis .
2. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan dimana sumber daya
sangat terbatas, dapat dilakukan evaluasi klinik dengan fokus pada :
Riwayat haid terakhir dan kehamilan ;
Perdarahan tidak teratur dan spotting;
Pembesaran abnormal uterus;
Pelunakan serviks dan corpus uteri;
Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin;
3. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera
4. Antisipasi komplikasi ( krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus)
5. Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun .
2.9 Penanganan (8, 9,11,12,15,16)
Karena molahidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak jarang disertai
penyulit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera dikeluarkan .Terapi
molahidatidosa terdiri dari tiga tahap, yaitu :
2.9.1 Perbaikan Keadaan Umum
Perbaikan keadaan umum pada pasien molahidatidosa, yaitu :
a) Koreksi dehidrasi
b) Transfusi darah bila ada anemia (Hb 8 gr% atau kurang ),juga untuk memperbaiki syok.
c) Bila ada gejala preeklamsia dan hiperemesis gravidarum diobati sesuai protocol
penanganannya .
d) Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis dikonsul ke bagian penyakit dalam .
2.9.2 Pengeluaran jaringan mala dengan cara kuretase dan histerektomi
a) Kuretase ( suction curetase ) (17)
1) Definisi
Kuret adalah pembersihan sisa-sisa jaringan yang ada dalam rahim .
2) Faktor Resiko
a. Usia ibu yang lanjut
b. Riwayat obstetri/ginekologi yang kurang baik .
c. Riwayat infertilitas
d. Adanya kelainan/penyakit yang menyertai kehamilan
e. Berbagai macam infeksi
f. Paparan dengan berbagai macam zat kimia
g. Trauma abdomen/ pelvis pada trimester pertama
h. Kelainan kromosom
3) Teknik Pengeluaran Jaringan
Pengeluaran jaringan yaitu setelah serviks terbuka ( primer maupun dengan dilatasi ),
jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan kuretase.
a. Sondage, menentukan posisi ukuran uterus .
b. Masukan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 900 untuk melepaskan jaringan,
kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut .
c. Sisa abortus dikeluarkan dengan tumpul, gunakan sendok terbesar yang bisa masuk .
d. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua, dengan eksplorasi jari maupun kuret .
4) Risiko Yang Mungkin Terjadi
a. Perdarahan
b. Pengerokan yang terlalu dalam akan meninggalkan cerukan atau lubang di dinding rahim .
c. Gangguan haid
d. Infeksi
5) Persiapan Sebelum Oprasi
a) Informed consend
b) Puasa
c) Cek darah, darah harus tersedia dan sudah di lakukan crossmatching .
6) Kuretase Pada Pasien Molahidatidosa
a. Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai ( pemeriksaan darah rutin, kadar beta Hcg
dan foto toraks) keculai bila jaringan mola sudah keluar sepontan .
b. Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan laminaria stift (LS) dan
dilakukan kuretase 24 jam kemudian .
c. Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan pasang infus dengan tetesan infus
oksitosin 10 IU dalam 500 cc dextrose 5 % .
d. Kuretase dilakukan 2 kali dengan interval waktu minimal 1 minggu .
e. Seluruh jaringan mola hasil kerokan dikirim ke labolatorium PA.
7) Teknik Suction Curetase: (13)
a. Dilatasi seviks kanalis dengan busi terbesar yang dapat di masukkan.
b. Pilihlah kanula yang paling besar dan dapat dimasukkan kedalam kanalis servikalis.
c. Serviks dipegang dengan tenakulum
d. Menjelang dilakukan suction curetase, oksitosin disuntikkan ataun secara drip sehingga
suction akan selalu diikuti dengan makin kecilnya uterus
e. Tangan kiri diletakkan pada fundus uteri dengan tujuan untuk mengikuti turunnya fundus
uteri dan merasakan bahwa tidak teerjadi perforasi karena kanula.
f. Setelah suction kuretase, ikuti dengan kuret tajam dan besar sehingga dapat dijamin
kebersihannya.
b) Histerektomi (8,9,11,12,13)
1) Syarat melakukan histerektomi adalah : (11,13)
a) Pertimbangan usia yang sudah lanjut, diatas usia 40 tahun dan usia anak cukup.
b) Terjadi perdarahan banyak setelah kuretase untuk menyelamatkan jiwa penderita
c) Resisten teerhadap obat kemoterapi.
d) Dugaan perforasi pada mola destruen
e) Sejak semula sudah tergolong penyakit trofoblas resiko tinggi
f) Dugaan sulitnya melakukan pengawasan ikutan
2) Histerektomi yang dilakukan dapat dilaksanakan : (13)
a) Pada Mola hidatidosa in toto ( in situ )
b) Segera setelah suction curetase berakhir
c) Pada koriokarsinoma dengan pertimbangan khusus
3) Tekhnik Operasi
Teknik operasi sampai saat ini belum dijumpai secara utuh diberbagai pustaka. Oleh karena
itu,kami menganjurkan teknik operasi sebagai berikut : (13)
a) Jangan terlalu banyak melakukan manipulasi uterus sehingga dapat mengurangi mestastase
saat operasi berlangsung.
b) Lakukan langkah histerektomi dengan mencari dulu pembuluh darah yang besar dipotong
dan diikat sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan perdarahan.
c) Lakukan vaginal alcohol tampon padat sehingga tercecernya sel trofoblas dari uterus segera
mengalami denaturasi dan dapat mengalami kemungkinan hidup untuk mestastase
d) Jika dapat dilakukan, serviks dijahit sehingga kanalis servikalis tertutup dan mengurangi
kemungkinan tercecernya sel trofoblas saat operasi berlangsung.
e) Mestastase durante operationum, dapat dilindungi dengan kemoterapi drip ( belum umum di
Indonesia ) tetapi kami anjurkan dan evaluasi hasilnya,
4) Filosofi Operasi Pada Histerektomi : (13)
a) Trauma yang terjadi haruslah minimal
b) Lindungi organ penting pelvis dari trauma, yaitu : ureter, pembuluh darah dan Vesika
urinaria .
c) Kurangi komplikasi operasi, infeksi, perdarahan, dan trauma organ pelvis atau kenali
secepatnya bila terjadi trauma untuk segera melakukan rekontruksi
d) Hindari terjadinya prolapsus vaginal stump
e) Upayakan agar tidak terjadi komplikasi pascaoperasi
Operasi khususnya di Indonesia dengan KU rendah dan anemia, tindakan operasi dengan
hilangnya darah minimal sangat penting karena darah adalah RED ( Rare, Expensive,
Dangerous ). (13)
Kami anjurkan agar saat melakukan operasi diberikan profilaksis kemoterapi sehingga
dapat memperkecil aktivitas sel-sel trofoblas ganas yang kebetulan dapat masuk kepembuluh
darah atau tercecer pada vagina, untuk tumbuh dan berkembang. (13)
2.9.3 Pemeriksaan tindak lanjut : (8,9,11)
Tujuan utama tindakan lanjut adalah deteksi dini setiap perubahan yang
mengisyaratkan keganasan. Pemeriksaan tindak lanjut pada pasien molahidatidosa meliputi :
(8)

1) Cegah kehamilan selama masa tindak lanjut, sekurang-kurangnya satu tahun


2) Ukur kadar β hCG setiap 2 minggu, walaupun sebagian menganjurkan pemeriksaan setiap
minggu, belum terbukti adanya manfaat yang nyata.
3) Tunda terapi selama kadar serum tersebut terus berkurang. Kadar yang meningkat atau
mendatar mengisyaratkan perlunya evaluasi dan biasanya terapi.
4) Setelah kadar normal yaitu setelah mencapai batas bawah pengukuran pemeriksaan
dilakukan setiap 6 bulan, lalu setiap 2 bulan untuk total 1 tahun.
5) Tindak lanjut dapat dihentikan dan kehamilan diijinkan setelah 1 tahun
Karena itu, tindak lanjjut serta penatalaksanaan saat ini berpusat pada pengukuran serial
kadar β hCG serum untuk mendeteksi tumor trofoblas persisten. (8)
A. follow up pasca evakuasi (18)
Mulai minggu ke 2 sampai dengan minggu ke-12 pasca evakuasi jaringan molanmia,
penderita di anjurkan untuk melakukan follow up setiap 2 minggu, pemeriksaan yang
dilakukan adalah :
a) Pemeriksaan β hCG dengan cara RIA / IRMA / EIA
b) Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan :
 Besar dan involusi uterus
 Adak tidaknya perdarahan pervaginam atau hemoptoe
 Ada tidaknya tanda-tanda metastasis (vagina, paru-paru,dll)
Bila pada setiap kali follow kadar β hCG menurun dan kurvanya mengikuti kurva
regresi β hCG normal dan secara klinis tidak ada tanda-tanda atau gejala-gejala pertumbuhan
baru jaringan trofoblast maka follow up dilakukan dengan pola yang sama sampai minggu
ke-12 pascaevakuasi jaringan molanya dan bila pada minggu ke-12 kadar β hCG <5mu/ml
dilanjutkan dengan follow up tahap berikutnya.
Diagnosis adanya pertumbuhan baru jaringan trofoblast dengan pemeriksaan β hCG
ditetapkan dengan criteria yang dianjurkan :
a) Kadar β hCG ≥1000Miu/ml pada minggu ke-4
b) Kadar β hCG ≥100Miu/ml pada minggu ke-6
c) Kadar β hCG ≥30 Miu/ml pada minggu ke-8
Bila β hCG melebihi batas-batas diatas dan atau secara klinis ada tanda-tanda
pertumbuhan baru jaringan trofoblast,maka selanjutnya pernderita dikelola sebagai tumor
trofoblast gestasional.
B. Cara Pencegahan Kehamilan yang Baru Pasca Mola (18)
Terdapat berbagai kontroversi mengenai pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal
pasca molahidatidosa terhadap prognosis penderitanya dikemudian hari .Selama follow up
sampai dengan 12 bulan pasca molahidatidosa pengguna dianjurkan menggunakan KB
kondom. Pemakaian IUD tidak dianjurkan karena efek samping perdarahan pada akseptor
IUD akan menyulitkan diagnosis adanya pertumbuhan baru jaringan trofoblast, sedang
pengguna KB hormonal tidak dianjurkan karena dampaknya terhadap timbulnya TTG pasca
mola controversial, sehingga dianggap lebih aman menggunakan KB kondom.

C. Kriteria Penghentian Follow Up Pascamola (18)


Penderita dianjurkan untuk tidak hamil selama 12 bulan pascaevakuasi mola.
Penderita dianggap sembuh bila sampai dengan follow up 12 bulan tidak ada pertumbuhan-
pertumbuhan baru jaringan trofoblast atau bila penderita ternyata sudah hamil normal lagi
kurang dari 12 bulan setelah evakuasi mola. Pengertian sembuh tidak berarti bahwa tidak
mungkin terjadi TTG dimasa yang akan datang karena sifat sel trofoblast dormant.
Gambar 1.1
Kurva Regresi Kadar β-HCG normal (18)
Minggu ke (t)
Tampak pada kurva diatas pada kasus kasus yang berkembang menjadi TTG kurva
regresinya sudah mulai menyimpang sejak minggu ke-2 pascaevakuasi dan pada pemantauan
minggu ke-4 dan ke-6 paenyimpangannya makin nyata. Kemoterapi mulai diberikan pada
minggu ke-6.
Pengelolaan koriokarsinoma klinis sama dengan pengelolaan kariokarsinoma yakni
dikelola seperti TTG dengan menggunakan skor prognostic WHO 1983 sebagai panduan
pemberian kemoterapi.

2.10 Penanganan Molahidatidosa di RSU Dr.Slamet Garut


A. Pemeriksaan USG untuk menegakkan diagnosis penyakit trofoblast gestasional merupakan
salah satu pemeriksaan yang baku di RSU dr. Slamet Garut.
B. Setelah ditegakkan diagnosis Molahidatidosa selanjutnya diupayakan untuk melakukan
evakuasi jaringan mola.
C. Sebelum evakuasi dilakukan, cari terlebih dahulu ada tidaknya penyulit berupa
tiroktoksikosis dan preeklampsia dan hal-hal lain yang dapat memperburuk prognosis
penderita. Upaya evakuasi baru dilakukan bila penyulit sudah diobati dan teratasi.
D. Bila terdapat perdarahan yang mengancam, maka sekalipun ada penyulit lain perlu dilakukan
segera pengeluaran jaringan mola untuk mengatasi perdarahan.
E. Untuk menghindarkan kematian penderita akibat krisis tiroid di RSU dr.Slamet Garut kasus
mola dengan tiroktoksikosis dikelola bersama dengan bagian penyakit dalam subagian
endokrin.
F. Evakuasi jaringan mola dapat dilakukan dengan cara :
 Kuret tajam
 Kuretase vakum
 Histerektomi
G. Kuretase dilakukan dua kali bila ditemukan tinggi fundus uteri lebih dari 20 minggu setelah
hari ke-7 post curetase.
H. Histerektomi dilakukan bila ditemukan pada kasus mola resiko tinggi yang sudah mempunyai
anak cukup.
I. Kriteria Molahidatidosa Risiko tinggi di RSU dr.Slamet Garut
 Ukuran uterus >20 minggu
 Umur penderita >35 tahun
 Hasil PA ( kuretase ) menunjukan gambar proliferasi trofoblast berlebihan
 β hCG praevakuasi ≥100.000 mIU/ml ( RIA/IRMA)
1.Follow up Pasca Evakuasi
Di RSU dr.Slamet Garut berlaku Protap Follow Up Ketat pada kasus mola
pascaevakuasi. Pada penderita mola resiko rendah follow up dilakukan mulai 2 minggu
pascaevakuasi dan pada mola resiko tinggi dimulai 2 minggu setelah mendapat kemoterapi
profilaksis.
Protap follow Up di RSU dr.Slamet Garut adalah sebagai berikut :
a) Mulai minggu ke-2 sampai dengan minggu ke-12 pascaevakuasi jaringan mola, penderita
dianjurkan untuk melakukan follow up setiap 2 minggu. Pemeriksaan yang dilakukan adalah :
 Pemeriksaan β hCG dengan cara RIA / IRMA
 Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan : besar involusi uterus, ada tidaknya perdarahan
pervaginam,ada tidaknya tanda-tanda metastasis ( vagina,paru-paru,otak dll).
b) Mulai bulan ke-4 sampai dengan bulan ke-6 follow up dilakukan setiap bulan dengan
tatacara follow up yang sama dengan yang sebelumnya. Dan pada bulan ke-6 dilakukan foto
toraks AP untuk menyingkirkan kemungkinan adanya metastasis di paru-paru. Bila
perkembangan menunjukkan keadaan yang baik maka selanjutnya :
c) Mulai bulan ke-8 sampai bulan ke-12 dianjurkan follow up setiap 2 bulan. Bulan ke-12
dilakukan kembali foto thoraks AP untuk maksud yang sama dengan bulan ke-6
Gambar 1.2
Konsep Penatalaksanaan Molahidatidosa (Penyakit Trofoblast) (13)
2.11 Prognosis
Kematian pada molahidatidosa disebabkan karena perdarahan, infeksi, eklampsia,
payah jantung atau tirotoksokosa. Di Negara maju, kematian karena mola hampir tidak ada
lagi, tetapi di Negara berkembang masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2% dan 5,7%.
Sebagian besar dari pasien mola akan segera sehat kembali setelah jaringannya dikeluarkan,
tetapi ada sekelompok wanita yang kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi
koriokarsinoma. (7)
Mortalitas akibat mola saat ini telah praktis berkurang menjadi nol oleh diagnosis
yang lebih dini dan terapi yang tepat. Pada kehamilan mola tahap lanjut, wanita yang
bersangkutan biasanya anemik dan mengalami perdarahan akut. Infeksi dan sepsis pada kasus
ini dapat menyebabkan morbiditas serius. (8)
Hampir 20% molahidatidosa komplit berlanjut menjadi keganasan, sedangkan mola
hidatidosa parsial jarang. Mola yang terjadi berulang serta disertai tirotoksikosis atau kista
lutein memiliki kemungkinan menjadi ganas lebih tinggi. (9)
2.12 Asuhan Kebidanan (18)
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan, dan tanggung jawab bidan
dalam pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki kebutuhan dan atau masalah
kebidanan.
Tujuan asuhan kebidanan adalah menjamin kepuasan dan keselamatan ibu dan
bayinya sepanjang siklus reproduksi, mewujudkan keluarga bahagia dan berkualitas melalui
pemberdayaan perempuan dan keluarganya dengan menumbuhkan rasa percaya diri.

2.13 Dokumentasi Kebidanan


2.13.1 Pengertian
Dokumentasi kebidanan adalah merupakan bukti pencatatan dan pelaporan
berdasarkan komunikasi tertulis yang akurat dan lengkap yang dimiliki oleh bidan dalam
melakukan asuhan kebidanan dan berguna untuk kepentingan klien, tim kesehatan dan
kalangan bidan sendiri.
Dokumentasi kebidanan memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai berikut :
sebagai aspek administrasi, aspek medis, aspek hukum, aspek keuangan, aspek penelitian,
aspek pendidikan, aspek dokumentasi, aspek jaminan mutu, aspek akreditasi, aspek statistik,
aspek komunikasi.
Ada beberapa persyaratan dokumentasi kebidanan yang perlu diketahui, yaitu
kesederhanaan, keakuratan, ketepatan, kelengkapan, kejelasan dan keobjektifan.
2.13.2 Teknik dan Model Dokumentasi Kebidanan
Adapun beberapa teknik dalam dokumentasi kebidanan adalah :
a) Teknik dalam bentuk naratif, merupakan teknik pencatatan pada umumnya banyak
digunakan pada dokumentasi kebidanan dalam bentuk narasi.
b) Teknik flowsheet/checklist,merupakan bentuk catatan perkembangan aktual yang dirancang
untuk memperoleh informasi dari pasien secara spesifik menurut parameter yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Adapun model dokumentasi kebidanan adalah model SOAP, SOAP umumnya digunakan
untuk pengkajian awal pasien meliputi data Subjektif, Objektif, Analisa dan Penatalaksanaan.
a) Data subjektif adalah berisi data dari pasien melalui anamnesis yang merupakan ungkapan
langsung atau segala bentuk pernyataan atau keluhan dari pasien dan data pasien dari rekam
medik.
b) Data objektif adalah data yang didapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik. Data
yang diobservasi dari hasil pemeriksaan oleh bidan atau tenaga kesehatan atau data
penunjang.
c) Analisa adalah berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi
diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta perlu tidaknya dilakukan
tindakan segera.
d) Penatalaksanaan adalah proses kegiatan membuat perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi
terhadap kasus atau diagnose yang telah ditegakkan berdasarkan interpretasi data yang
ditujukan kepada klien post kuretase atas indikasi molahidatidosa. Serta mengusahakan
tercapainya kondisi klien seoptimal mungkin.
2.14 Manajemen Kebidanan Menurut Varney
Manajemen kebidanan Varney mengemukakan bahwa penatalaksanaan kebidanan
merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisaskan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah. Adapun manajemen
kebidanan itu sendiri terdiri dari 7 langkah yaitu pengumpulan data, interpretasi data dasar,
identifikasi data dasar, identifikasi diagnose atau masalah potensial, identifikasi kebutuhan
yang memerlukan penanganan segera, rencana yang menyeluruh, pelaksanaan perencanaan
dan evaluasi. Adapun langkah-langkah asuhan kebidanan menrut Varney 1997 :
1. Mengumpulkan semua data dasar yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara
keseluruhan.
2. Menginterpretasikan data dasar untuk mengidentifikasi diagnose atau masalah
3. Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.
4. Identifikasi dan menetapkan kebutuhan trhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien
5. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan
keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
6. Pelaksanaan perencanaan langsung asuhan secara efisien dan aman
7. Mengevaluasi keefktivan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen
proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.
Gambar 1.3 Keterkaitan antara manajemen kebidanan dan system pendokumentasian
SOAP (DEPKES RI, 2003) (19)

7 langkah Varney SOAP


1. Pengumpulan data dasar Subjektif (hasil Anamnesis)
Objektif (Hasil
Pemerikasaan)
2. Interpretasi Data: Diagnosis, Analisa (Analisis dan
Masalah, Kebutuhan Interpretasi Data)
3. Identifikasi Diagnosis atau  Diagnosis dan Masalah
Masalah Potensial  Diagnosis atau Masalah
4. Identifikasi Kebutuhan yang Potensial
Memerlukan Penanganan Segera
Secara Mandiri, Konsultasi atau
Kolaborasi
5. Rencana Asuhan : Penatalaksan(Tindakan
 Melengkapi data: Tes Diagnostik Segera, Dokumentasi
(Laboratorium) Implemenatsi dan Evaluasi)
 Pendidikan atau Konseling  Asuhan Mandiri
 Rujukan  Kolaborasi
 Follow Up  Tes Diagnostik/ Tes
6. Pelaksanaan Laboratorium
 Konseling
7. Evaluasi
 Follow Up
2.14.1 Pendokumentasian manajemen kebidanan pada ibu hamil (19)

Langkah 1. Pengkajian Data

a. Pengkajian Data Ibu


Data yang harus dikumpulkan pada ibu hamil meliputi: Biodata (yaitu identitas baik ibu
maupun suami), data subjektif, data objektif (yang terdiri atas pemeriksaan fisik, pemeriksaan
panggul, dan pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan penunjang lainnya).

Biodata yang dikumpulkan dari ibu hamil dan suaminya meliputi: Nama, Umur, Agama,
Suku/bangsa, Pendidikan, Pekerjaan dan Alamat lengkap.

Data Subjektif dari ibu hamil yang harus dikumpulkan meliputi:

a. Riwayat perkawinan terdiri atas status perkawinan, perkawinan ke berapa, umur ibu saat
perkawinan, dan lama perkawinan.
b. Riwayat menstruasi meliputi HPHT, siklus haid, perdarahan pervaginan, dan keputihan.
c. Riwayat kehamilan sekarang meliputi riwayat ANC, gerakan janin, tanda bahaya/penyulit,
keluhan utama, obat yang dikonsumsi (termasuk jamu), dan kekhawatiran ibu.
d. Riwayat obstetri (Gravida ke...... Para Ke...... Abortus ke......anak hidup (AH)......) meliputi
perdarahan pada kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu, hipertensi dalam kehamilan,
persalinan dan nifas yang lalu, BB lahir kurang dari 2500 gram atau lebih dari 4000 gram
serta masalah selama kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.
e. Riwayat KB meliputi jenis metode yang dipakai, waktu, tenaga dan tempat saat
pemasangan/pelepasan, keluhan/alasan berhenti.
f. Riwayat Kesehatan/Penyakit ibu dan keluarga meliputi penyakit jantung, hipertensi, DM,
TBC, Ginjal, Asma, Epilepsi, Hati, Malaria, Penyakit kelamin, HIV/AIDS.
g. Riwayat Kecelakaan, Operasi, Alergi obat atau makanan
h. Imunisasi TT
i. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari meliputi pola nutrisi, eliminasi, personal hygene,
aktifitas dan istirahat.
j. Riwayat psikososial meliputi pengetahuan dan respon ibu terhadap kehamilan dan kondisi
yang dihadapi saat ini, jumlah keluarga dirumah, respon keluarga terhadap kehamilan,
dukungan keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, tempat melahirkan dan
penolong yang diinginkan ibu.
Data Objektif dari ibu hamil yang harus dikumpulkan meliputi:

a. Pemeriksaan fisik ibu hamil, meliputi;


1) Keadaan umum, meliputi: tingkat energy, keadaan emosi, postur badan ibu selama
pemeriksaan, TB dan BB.
2) Tanda-tanda Vital (TTV) meliputi: tekanan darah, suhu badan, frekuensi denyut nadi, dan
pernafasan.
3) Kepala dan Leher, meliputi: edema wajah, kloasma gravidarum, mata (kelopak mata pucat
dan warna sklera), mulut (rahang pucat, kebersihan, keadaan gigi caries,karang, atau tonsil),
Leher (pembesaran kelenjar tiroid dan pembuluh limfe)
4) Payudara, meliputi: bentuk dan ukuran, hiperpigmentasi areola, keadaan putting susu,
kolostrum/cairan lain, retraksi, massa dan pembesaran kelenjar limfe.
5) Abdomen, meliputi: adanya bekas luka, hiperpigmentasi (linea nigra,striae gravidarum),
TFU, palpasi abdomen dan DJJ.
6) Ekstremitas, meliputi: edema tangan dan kaki, pucat pada kuku jari, varises, reflex patella.
7) Genetalia, meliputi: luka, varises, kondiloma, cairan (warna, konsistensi, jumlah, dan bau),
keadaan kelenjar bartholini (pembengkakan, cairan, kista), nyeri tekan, hemoroid, dan
kelainan lain.
8) Inspekulo, meliputi: keadaan serviks (cairan/darah, luka, pembukaan), keadaan dinding
vagina (cairan/darah, luka).
9) Pemeriksaan bimanual untuk mencari letak serviks, adakah dilatasi dan nyeri tekan atau
nyeri goyang.
10) Punggung, ada kelainan bentuk atau tidak.
11) Kebersihan kulit.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada ibu hamil adalah
pemeriksaan melalui sample urin maupun sample darah. Pemeriksaan sample urin untuk
keperluan pemeriksaan tes kehamilan (PP test), warna urin, bau, kejernihan, protein urin, dan
glukosa urin.
Pemeriksaan darah ibu hamil antara lain bertujuan untuk memeriksa hemoglobin,
golongan darah, hematokrit darah, faktor rhesus, rubella, VDRL/RPR dan HIV. Pemeriksaan
HIV harus dilakukan dengan persetujuan ibu hamil.
Langkah 2. Interpretasi data dasar
Ada empat kemungkinan diagnosis pada ibu hamil, yaitu:
a) Hamil normal (sertakan usia kehamilan)
b) Hamil normal dengan masalah khusus (keluarga, masalah psikososial, KDRT, masalah
keuangan dan lain-lain)
c) Hamil dengan penyakit komplikasi (hipertensi, anemia, preeklamsi, PJT/IUGR, ISK,
penyakit kelamin, dan lain-lain). Kondisi ini memerlukan tindakan rujukan untuk konsultasi
atau penanganan bersama.
d) Hamil dengan keadaan darurat (perdarahan, eklamsi, KPD, dan lain-lain). Memerlukan
tindakan rujukan segera.
Contoh diagnosis kebidanan:
Diagnosa: G2P1A0 gravida 16 minggu fisiologis
Masalah: wasir berdarah dan sedih karena tidak menginginkan kehamilannya.
Langkah 3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial
Contoh kasus:
Seorang wanita datang ke balai KIA dengan wajah pucat, keringat dingin, tampak kesakitan,
mulas-mulas hilang timbul, TFU sesuai usia kehamilan.
Masalah potensial: Ibu tersebut inpartu, kehamilan cukup bulan, atau anemia.
Langkah 4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan segera
Contoh kasus:
Kadar Hb ibu hamil pada pemeriksaan ANC 9,5 gr% hamil 16 minggu, nafas kurang,
keputihan banyak warnanya hijau muda, gatal dan berbau.
Kebutuhan segera: konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau pemeriksaan diagnosis
(laboratorium).
Langkah 5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Rencana asuhan menyeluruh bagi ibu hamil normal antara lain: konseling gizi, latihan fisik,
perubahan fisiologis, kebersihan diri, kunjungan ulang berikutnya, pertolongan bila terjadi
tanda bahaya, rencana dan persiapan persalinan, pengambil keputusan jika terjadi komplikasi
dan pemberian tablet Fe serta imunisasi TT sesuai jadwal. Begitupun dengan rencana asuhan
bagi ibu hamil dengan komplikasi dan keadaan darurat rencana asuhan disusun sesuai dengan
kebutuhan.

Langkah 6. Pelaksanaan perencanaan


Pada langkah ini melaksanakan asuhan yang telah direncanakan secara efektif, efisien dan
aman. Manajemen efisien berhubungan dengan waktu, biaya, serta peningkatan mutu asuhan
Langkah 7. Evaluasi
Manajemen asuhan merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu adanya
evaluasi. Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan. Kategori
efektif apabila keadaan klien membaik, kategori belum efektif apabila keadaan klien tetap
atau memburuk maka perlu pengulangan kembali dari awal setiap asuhan yang belum efektif.
Manajemen kebidanan yang terdiri atas 7 langkah ini merupakan proses berfikir
dalam mengambil keputusan klinis dalam memberikan asuhan kebidanan yang dapat
diaplikasikan atau diterapkan dalam setiap situasi.

BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 26 April 2011 No. CM : 01. 38. 26. 57

Jam : 14.00 WIB No. Reg : 1529

3.1 Pengkajian Subjektif


A. Biodata
Nama : Ny. S Nama Suami : Tn. T

Umur : 21 tahun Umur : 30 tahun

Pendidikan : SD Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh

Alamat Kp. Cikandang Alamat Kp.


: Rt. 02/Rw. 09 : Cikandang
Desa Rt. 02/Rw.
Cikandang 09 Desa
Kecamatan Cikandang
Cikajang Kecamatan
Kabupaten Cikajang
Garut Kabupaten
Garut

B. Alasan datang
Ibu datang ke Rsu. Dr. Slamet rujukan dari PKM DTP Cikajang dengan diagnosa perdarahan.
C. Keluhan Utama
Ibu mengaku hamil ± 2 bulan, mengeluh keluar darah seperti ati ayam dari jalan lahir, ada
gelembung seperti telur ikan, darah membasahi 1 pembalut per hari, ibu mengaku mengalami
perdarahan ± 10 hari.
D. Riwayat Haid
Ibu mengatakan pertama kali mendapatkan haid pada saat usia kehamilan 14 tahun, siklusnya
teratur, lamanya 7 hari, banyaknya darah biasa dan tidak ada keluhan nyeri haid.
E. Riwayat Kehamilan Sekarang
 Jumlah kehamilan: Ibu mengatakan ini kehamilannya yang pertama, tidak pernah mengalami
keguguran
 HPHT : Ibu mengatakan hari pertama haid terakhirnya tanggal 27 Maret 2011
 Pemeriksaan Kehamilan: Ibu mengatakan telah memeriksakan kehamilannya 1 kali ke Bidan, 4
hari yang lalu.
 Keluhan selama hamil : Ibu mengatakan selama hamil sering pusing.
F. Riwayat Kesehatan/Penyakit yang di derita sekarang dan dulu
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit jantung, penyakit paru-paru, penyakit ginjal,
penyakit liver, penyakit DM, penyakit tiroid, Epilepsi, Hipertensi, Asma dan penyakit
lainnya.
G. Riwayat Sosial Ekonomi
 Status Perkawinan: Ibu mengatakan ini pernikahannya yang pertama, lama menikah 1 tahun.
Usia ibu saat menikah 20 tahun dan usia suami saat menikah 29 tahun.
 Riwayat KB: Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnnya.
3.2 Pengkajian Data Objektif
 Keadaan Umum: Baik
 Kesadaran: Compos Mentis
 Tanda-tanda Vital:
TD: 110/60 mmHg N: 88 x/menit R: 20 x/menit S: 37 ºC
 Mata
Konjungtiva tidak anemis, sklera putih.
 Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tirod, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
 Thorak
Bentuk simetris, bunyi jantung I = bunyi jantung II murni regular.
 Abdomen
Cembung dan lembek
 Ekstremitas
Atas: Tidak ada oedema
Bawah: Tidak ada oedem dan tidak ada varises
 Genetalia
Pemeriksaan dalam: Vulva dan Vagina tidak ada keluhan, pembukaan tertutup.
3.3 Analisa
Mola hidatidosa
3.4 Penatalaksanaan
Melakukan asuhan sesuai dengan advzis dokter, yaitu:
1. Melakukan persetujuan dengan ibu dan keluarga, bahwa akan dilakukan pemeriksaan dan
pengobatan kepada ibu.
2. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa ibu akan di rawat inap selama beberapa hari demi
kesembuhan ibu.
3. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa ibu akan dilakukan kuretase demi keselamatan jiwa
ibu.
4. Memasang infus RL
5. Memantau tanda-tanda vital ibu
6. Memantau perdarahan
7. Melakukan pemeriksaan Lab (Hematologi)
Hasil: Hemoglobin = 12.6 gr/dl
Hematokrit = 37 %
Leukosit = 8.200/mm3
Trombosit = 335.000/mm3
Eritrosit = 4.23 juta/mm3

Tabel 1.3 Catatan Perkembangan Pasien


TANGGAL JAM CATATAN PERKEMBANGAN KLIEN

26 April 2011 21.00 S: Ibu masih mengeluh nyeri perut bagian bawah dan
pendarahan

O: KU: Baik, Kesadaran: CM

TD: 110/70 mmHg, N: 80x/mnt , R: 20x/mnt, S:


36ºC

A: Molahidatidosa

P: 1. Memberitahu ibu bahwa rencananya besok akan


dilakukan kuretase

2. Menganjurkan ibu untuk mulai puasa

3. Mencukur bulu pubis

4. Melakukan pemasangan LS di VK

5. Mempersiapkan alat kesehatan (perlengkapan


kuret)

27 April 2010 07.00 Visite Dokter


S: Ibu mengatakan masih ada perdarahan

O: KU: Baik, Kesadaran: CM

TD: 120/80 mmHg, N: 82 x/mnt, R: 20 x/mnt, S:


36,5ºC

Mata: ca -/-, si -/-

Abdomen: Datar, lembek

TFU: Tidak teraba

PP test: (+)

Bab/Bak: -/+

A: Mola hidatidosa

P: Kuretase oleh dokter

LAPORAN OPERASI

Tanggal 27-04-2011

Jam Operasi Mulai: 09.40 Jam Operasi Selesai: 09.50 Lama Operasi: 10
menit

Operator : dr. R .Sp. OG Ahli Anestesi : dr. H .Sp.


An
Asisten I : Zr. A
Asisten Anestesi :N
Asisten II : Zr. S
Jenis Anestesi : NU

Diagnosa Pra-bedah : Indikasi Operasi :


Molahidatidosa Molahidatidosa

Diagnosa Pasca bedah : Jenis Operasi :


Molahidatidosa Kuretase+IUD
Kategori Operasi : Sedang Desinfeksi Kulit : Betadine
10%

Jaringan yang dieksisi : Dikirim ke PA

Singkatan perjalanan operasi:

Pasien diletakkan pada posisi litotomi, dilakukan tindakan anestesi, dan


antiseptik di daerah vulva dan sekitarnya. Dipasang spekulum bawah dan
dipegang oleh asisten, dengan pertolongan spekulum atas, bibir portio
dijepit dengan fensterklem, sonde masuk sedalam 11 cm, dilakukan vakum
kuretase secara sistematis dan hati-hati dengan sendok kuret no.7. Berhasil
dikeluarkan jaringan 20 gram dan darah 20 cc.

16.00 S: Kel (-)

O: KU: Baik, Kesadaran: CM

A: Post Curretase a/i Molahidatidosa

P: 1. Mengobservasi Keadaan Umum

2. Mengobservasi Pendarahan pervaginam

3. Transfusi

4. Mengobservasi TTV

5. Menyajikan makan

22.001. Mengobservasi Keadaan Umum


2. Mengobservasi TTV
3. Memberikan Terapi sesuai advis dokter
28 April 2010 07.00 Visite dokter

S: Kel (-)

O: KU: Baik, Kesadaran: CM


TD: 110/70 mmHg, N: 82 x/mnt, R: 20x/mnt, S:
36,5ºC

Mata: ca -/-, si -/-

Abdomen: datar, lembut

TFU: Tidak teraba

PP test: (+)

Bab/Bak: -/+

D: Post Kuretase a/i Mola hidatidosa

P: 1. Klien boleh pulang

2. Pemberian obat:

Cefadroxil 10 cap, 2x1 cap sehari

As. Mefenamat 10 tab, 3x1 tab sehari

Ferro Sulfat 10 tab, 1x1 tab sehari

3. Memberitahu ibu dan keluarga untuk kontrol ulang


2 minggu kemudian, dengan membawa surat
kontrol yang diberikan ke Puskesmas setempat.

12.00 Pasien pulang dengan alasan sembuh


BAB IV
PEMBAHASAN TINJAUAN KASUS
Dalam pembahasan ini penulis akan menganalisis hasil pengkajian terhadap Ny. S,
yang dibandingkan dengan menggunakan konsep teori yang telah dibahas, meliputi data
Subjektif, Objektif, Analisa dan Penatalaksanaan.
4.1 Subjektif
Penulis mendapatkan data Subjektif ini melalui rekam medik yaitu:
a) Umur
Menurut Cunningham dalam bukunya, Obstetri William, bahwa pada kehamilan
molahidatidosa, faktor usia yang dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat terjadi
kehamilan Molahidatidosa. Frekuensi molahidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal
atau akhir usia subur relatif tinggi.
Pada kasus Ny. S, ditemukan usia ibu adalah 21 tahun pada saat kehamilan tersebut, hal
ini menyatakan bahwa teori tidak sesuai dengan yang ditemukan dilapangan bahwa usia
subur pun bisa beresiko hamil Molahidatidosa.

b) Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


Berdasarkan teori dari berbagai sumber, gambaran klinik yang biasanya timbul pada ibu
hamil dengan Molahidatidosa adalah Amenore dan tanda-tanda kehamilan, perdarahan
pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna kecoklatan. Pada keadaan lanjut kadang
keluar gelembung Mola, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan, tidak terabanya
bagian janin pada palpasi dan tidak terdengar BJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi
pusat atau lebih.
Pemeriksaan ANC, berdasarkan kebijakan program, karena setiap wanita hamil
memerlukan paling sedikit 4 kali kunjungan selama kehamilannya. Yaitu satu kali selama
trimester pertama (sebelum 14 minggu) dan dua kali selama trimester kedua (sebelum 14-28
minggu) dan dua kali selama trimester tiga (antara 28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36).
(Depkes, 2002)
Pada kasus Ny. S ditemukan bahwa, keluhan perdarahan dari jalan lahir seperti ati ayam,
dan ada gelembung seperti telur ikan. Sesuai gambaran klinik pada teori, sesuai dengan teori
hal tersebut merupakan tanda pasti kehamilan Molahidatidosa. Untuk ANC, ibu mengatakan
selama hamil pernah memeriksakan kehamilannya 1 kali ke bidan, hal ini sesuai dengan
kebijakan program pemerintah memeriksakan kehamilan 1 kali pada trimester ke satu
sebelum usia kehamilan 14 minggu.
Menurut teori, riwayat kehamilan mola sebelumnya, kembali mengalami kehamilan mola
dijumpai sekitar 1- 2 % kasus. Dalam suatu kejadian terhadap 12 penelitian yang totalnya
mencakup hampir 5000 kelahiran, frekuensi mola adalah 1,3 %. Dalam ulasan tentang
molahidatidosa berulang tapi dari pasangan berbeda, bisa disimpulkan bahwa mungkin
terdapat “masalah oosit primer”.
Menurut teori, ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan molahidatidosa karena
trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetik yang diidentifikasikan dan
penggunaan stimulan drulasi seperti klomifen atau menotropiris (pergonal). (6,7)
Pada Ny. S ditemukan bahwa saat itu kehamilan yang pertama dan tidak pernah
mengalami keguguran sebelumnya. Hal ini menyatakan bahwa teori tidak sesuai dengan yang
ditemukan dilapangan bahwa ibu primipara dan tidak memiliki riwayat kehamilan mola
sebelumnya pun bisa beresiko hamil molahidatidosa.

c) Riwayat penyakit lalu dan sekarang


Menurut teori, infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas, dapat memengaruhi
terjadinya kehamilan mola, infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita
hamil. Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan
penyakit (desease), hal ini sangat tergantung pada jumlah mikroba yang masuk dan
virulensinya serta daya tahan tubuh.
Menurut teori pada kehamilan mola ibu akan mengalami Hipertensi akibat kehamilan,
preeklamsi atau eklamsi yang terjadi sebelum usia kehamilan 24 minggu.
Pada kasus Ny. S tidak ditemukan bahwa ibu mengalami infeksi yang disebabkan oleh
virus, maupun penyakit berat lainnya. Dan pada saat hamil ibu tidak mengalami hipertensi
maupun preeklamsi/eklamsi. Dalam hal ini tidak ditemukan kesesuaian teori dengan
kenyataan di lapangan.

d) Pola Nutrisi
Menurut Sarwono dalam bukunya, Ilmu Kebidanan YBP-SP, kekurangan atau kelebihan
nutrisi dapat menyebabkan kelainan yang tidak diinginkan pada wanita hamil tersebut.
Kekurangan makanan dapat menyebabkan anemia, abortus, partus prematurus, inersia uteri,
dsb. Bahan makanan tidak perlu mahal, akan tetapi cukup akan zat gizi, seperti diketahui
selama hamil zat gizi yang dibutuhkan meningkat, antara lain untuk pertumbuhan plasenta,
pertambahan volume darah, dsb.
Menurut teori protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh
sehubungan dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim, dan payudara ibu. Keperluan
akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam
makanan mengakibatkan pertumbuhan janin tidak sempurna, kekurangan protein merupakan
salah satu faktor yang memengaruhi terjadinya kehamilan mola.
Berdasarkan tinjauan kasus pada Ny. S tidak ada pernyataan tentang bagaimana pola
nutrisi ibu, sedangkan pola nutrisi ibu sangat penting untuk dianamnesis, untuk mengetahui
apakah terdapat kekurangan protein pada ibu. Sehingga pada kasus Ny. S, tidak ditemukan
penyebab yang pasti mengapa ibu mengalami kehamilan mola.

e) Pola kebiasaan merokok (Toxic habit)


Menurut teori, bahaya rokok pada ibu hamil antara lain dapat melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah, mudah mengalami abortus, partus prematurus terganggunya suplai
oksigen dari ibu ke janin, gangguan pada pembuluh darah bahkan dapat memengaruhi
terjadinya kehamilan molahidatidosa. Maka dari itu sebaiknya wanita hamil dilarang
merokok dan menjauhi diri dari asap rokok. Bahaya perokok pasif tak ubahnya dengan
perokok aktif.
Berdasarkan tinjauan kasus pada Ny. S tidak ada pernyataan tentang pola kebiasaan
merokok (toxic habit). Sehingga pada kasus Ny. S, tidak ditemukan penyebab yang pasti
mengapa ibu mengalami kehamilan mola.

f) Riwayat Sosial Ekonomi


Menurut teori, keadaan social ekonomi rendah merupakan faktor yang memengaruhi
terjadinya kehamilan Molahidatidosa, karena dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat
gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangan janin, dengan keadaan social ekonomi rendah maka untuk memenuhi zat-zat
gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan
dan perkembangan janinnya.
Pada kasus Ny. S tidak ditemukan jumlah penghasilan dari suaminya. Hal ini mengalami
kesenjangan dari teori dengan kenyataannya di lapangan, sehingga penyebab kehamilan mola
tidak diketahui dengan pasti. Ibu menggunakan fasilitas Jamkesmas, ibu mengatakan program
tersebut sangat membantu ibu untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan.
4.2 Objektif
Penulis mendapatkan data Subjektif ini melalui rekam medik dan data yang
diobservasi dari hasil pemeriksaan bidan/tenaga kesehatan dan data penunjang.

a) Berat Badan dan Tinggi Badan


Pada pemeriksaan kehamilan perhatikan BB ibu sesuai dengan TB ibu dan pertambahan
BB ibu dengan usia kehamilannya. Kesesuaian BB dengan TB ibu dapat diukur dengan
menghitung “Index Massa Tubuh”. Apabila IMT ibu berada di kategori rendah, ibu
kemungkinan mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) yang dapat berpengaruh pada
terjadinya kehamilan mola.
Pada kasus Ny. S tidak didapatkan keterangan BB ibu sekarang maupun sebelum hamil
serta TB ibu. Sehingga tidak didapatkan data mengenai IMT ibu, keadaan ini mempersulit
menentukan faktor penyebab kehamilan mola pada ibu.

b) Tanda-tanda Vital
Menurut Mansjor, dalam bukunya kapita selekta kedokteran apabila kenaikan tekanan
darah sistolik labih dari 30 mmHg atau mencapai ≥ 140 mmHg, dan kenaikan tekanan darah
diastolic lebih dari 15 mmHg atau mencapai ≥ 90 mmHg, pertimbangkan adanya preeklamsi,
eklamsi atau hipertensi dalam kehamilan. Pada kehamilan mola dapat terjadi hipertensi akibat
kehamilan, preeklamsi, eklamsi yang terjadi sebelum usia kehamilan 24 minggu.
Menurut sarwono, dalam bukunya Onkologi dan ginekologi adanya tiroktoksikosis pada
penderita mola dengan gejala-gejala, nadi istirahat ≥ 100 x/menit tanpa ada sebab lain yang
jelas.
Pada kasus Ny. S ditemukan bahwa tekanan darah ibu sebesar 110/60 mmHg, nadi ibu
sebesar 88 x/menit pada saat masuk RS, hal ini menunjukan tidak adanya hipertensi akibat
kehamilan, dan tidak ada gejala tiroktoksikosis pada kehamilan mola ibu berdasarkan teori
yang telah dijelaskan.

c) Wajah
Menurut mansjoer, dalam bukunya kapita selekta kedokteran, muka dan kadang-kadang
badan kelihatan pucat kekuning-kuningan yang disebut muka mola (mola face) atau muka
terlihat pucat.
Pada kasus Ny. S, wajah ibu tidak pucat, dilihat dari data pemeriksaan mata yang
hasilnya, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik. Hal ini menunjukan tidak sesuai
antara teori yang dikemukakan dengan kenyataan di lapangan.

d) Leher
Menurut teori, adanya pembesaran kelenjar tiroid, menunjukan adanya komplikasi
tiroktoksikosis. Yang diakibatkan oleh kehamilan mola karena kadar β-HCG yang
meningkat.
Pada kasus Ny. S pada pemeriksaan leher tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar
tiroid, berarti ibu tidak mengalami hipertiroidisme yang akan berangsur menjadi
tiroktoksikosis.

e) Abdomen
Menurut teori, tanda-tanda atau gambaran klinik pada kehamilan Mola hidatidosa adalah
uterus membesar tidak sesuai usia kehamilan, teraba lembek, tidak teraba bagian-bagian janin
dan bellotement, juga gerakan janin, tidak terdengar DJJ dan adanya fenomena harmonica
(darah dan gelembung mola keluar dan fundus uteri turun lalu naik lagi karena terkumpulnya
darah baru).
Pada kasus Ny. S dilihat dari pemeriksaan abdomen pada rekam medik ditemukan
abdomen cembung dan lembek. Hal tersebut telah menggambarkan adanya kehamilan
molahidatidosa.

f) Genitalia
Menurut teori, pada kehamilan molahidatidosa, terdapat pengeluaran darah dan
gelembung mola dari jalan lahir, sementara keadaan serviks tertutup.
Pada kasus Ny. S dilihat dari pemeriksaan genitalia pada rekam medik terdapat hasil
vulva dan vagina tidak ada keluhan dan tidak ada pembukaan. Gejala klinis ini mengarah
pada adanya kehamilan molahidatidosa pada ibu.

g) Data Penunjang
Menurut teori, pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan untuk menunjang diagnosa
pada kehamilan Molahidatidosa adalah reaksi kehamilan, kadar β-HCG yang jauh lebih
tinggi dari kehamilan biasa, uji sonde dimasukkan secara perlahan dan hati-hati ke dalam
kanalis servikalis dan kavum uteri, bila tidak ada tahanan, kemungkinan kehamilan mola,
foto rontgen tidak terlihat tulang-tulang janin pada kehamilan 3-4 bulan dan USG akan
terlihat bayangan badai salju dan tidak terlihat janin, seperti sarang tawon.
Pada kasus Ny. S pada data rekam medik dan wawancara mendalam pada pemberi
asuhan. pada pemeriksaan darah pada tanggal 26 April 2011 dengan hasil: Hemoglobin=
12.6 gr/dl, Hematokrit= 37 %, Leukosit= 8.200/mm3, Trombosit= 335.000/mm3, Eritrosit=
4.23 juta/mm. Pemeriksaan PP test pada tanggal 27 April 2011 jam 07.00 hasilnya positif.
Dari data tersebut dapat diambil diagnosa bahwa kehamilan ibu adalah kehamilan
Molahidatidosa diperkuat berdasarkan pemeriksaan uji sonde di meja operasi pada tanggal 28
April 2011.
4.3 Analisa
Pada tahap penegakkan diagnosa pada kasus Ny. S ini adalah berdasarkan kesimpulan
dari hasil data Subjektif dan Objektif:
Subjektif:
a) Ibu mengatakan hamil kurang lebih 2 bulan, datang ke RSU dr. Slamet atas rujukan PKM
DTP Cikajang dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir, darah seperti ati ayam, ada
gelembung seperti telur ikan, darah membasahi 1 pembalut per hari, ibu mengaku mengalami
perdarahan ± 10 hari.
b) Menurut keterangan dari surat rujukan bahwa bahwa benar Ny. S pada saat itu mengalami
perdarahan.

Objektif:
a) Dilihat dari data rekam medik, hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada Ny. S (hasil
pemeriksaan abdomen, hasil pemeriksaan genetalia) merujuk pada adanya kehamilan
molahidatidosa pada ibu.
b) Dilihat dari data rekam medik, semua data penunjang (hasil pemeriksaan kimia darah, hasil
PP test, dan hasil uji sonde) menunjukan bahwa kehamilan ibu adalah kehamilan
molahodatidosa.
Berdasarkan hasil data subjektif dan objektif diatas yang telah dikaji, maka dapat
ditegakkan diagnosa “Molahidatidosa”. Dalam hal ini terdapat ketidaksesuaian aturan
penulisan sebuah diagnosa yang seharusnya adalah “ G1P0A0 gravida 4-5 minggu dengan
kehamilan Molahidatidosa”.
5.4 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada kasus Ny. S ini dilihat dari rekam medik sudah sesuai dengan
protap yang ada secara umum yakni perbaikan keadaan umum, pengeluaran jaringan mola,
serta pemeriksaan tindak lanjut.
Menurut sarwon, dalam bukunya Onkologi dan ginekologi, terdapat berbagai
kontroversi mengenai pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal pasca molahidatidosa
terhadap prognosis penderitanya dikemudian hari. Selama follow up sampai 12 bulan pasca
molahidatidosa penderita dianjurkan menggunakan KB kondom. Pemakaian IUD tidak
dianjurkan karena efek samping perdarahan pada akseptor IUD akan menyulitkan diagnosis
adanya pertumbuhan baru jaringan trofoblast. Sedangkan penggunaan KB hormonal tidak
dianjurkan karena dampaknya terhadap timbulnya TTG pascamola controversial, sehingga
dianggap lebih aman menggunakan KB kondom.
Pada kasus Ny. S yang ditemukan dalam rekam medik, pada laporan operasi, jenis
operasi yang dilakukan pada Ny. S ini adalah kuretase + IUD. Dalam hal ini, terdapat
ketidaksesuaian antara teori yang dijelaskan dengan kenyataan dilapangan. Setelah dilakukan
wawancara mendalam pada pemberi asuhan, bahwa pemasangan kontrasepsi IUD merupakan
kebijakan dari dokter sebagai operator pada operasi itu sendiri.
Pada penatalaksanaan ditemukan ketidaksesuaian antara kaidah penulisan yang benar
dengan kenyataan dilapangan, bahwa pada penatalaksanaan hendaknya mencantumkan
evaluasi per tindakan, sementara dalam rekam medik tidak terdapat adanya evaluasi baik
pada keseluruhan tindakan maupun evaluasi per tindakan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah penyusunan laporan kasus Asuhan Kebidanan pada Ny. S G1P0A0 Gravida 4 –
5 minggu dengan Molahidatidosa di Gedung Kalimaya RSU dr. Slamet Garut. Penulis
menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. S sudah cukup baik hal ini terbukti dengan
keadaan umum ibu sudah berangsur membaik, sehingga ibu bisa pulang dengan alasan sudah
sembuh.
2. Pada Tinjauan Kasus
a. Subjektif
Ibu mengatakan hamil kurang lebih 2 bulan, datang ke RSU dr. Slamet atas rujukan PKM
DTP Cikajang dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir, darah seperti ati ayam, ada
gelembung seperti telur ikan, darah membasahi 1 pembalut per hari, ibu mengaku mengalami
perdarahan ± 10 hari. Hal ini menunjukan adanya kehamilan molahidatidosa pada ibu.
b. Objektif
Pada data objektif penulis melihat dari data rekam medik semua data hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan pada Ny. S (hasil pemeriksaan abdomen, hasil pemeriksaan genetalia)
merujuk pada adanya kehamilan molahidatidosa pada ibu. Dan semua data penunjang (hasil
pemeriksaan kimia darah, hasil PP test, dan hasil uji sonde) menunjukan bahwa kehamilan
ibu adalah kehamilan molahodatidosa.
c. Analisa
Penegakkan diagnosa yang ditegakkan sesuai dengan data subjektif dan data objektif yaitu:
Diagnosa: Molahidatidosa
Penulisan diagnosa yang benar menurut aturan pendokumentasian yaitu:
Diagnosa: G1P0A0 gravida 4-5 minggu dengan kehamilan Molahidatidosa
d. Penatalaksanaan
Pada penatalaksanaan yang dilakukan kepada Ny. S adalah perbaikan keadaan umum,
pengeluaran jaringan mola, serta pemeriksaan tindak lanjut.
5.2 Saran
5.2.1 Untuk Klien
Diharapkan klien dengan kehamilan Molahidatidosa mendapatkan perawatan dan
penanganan yang komprehensif, serta melakukan follow up pasca mola selama 12 bulan
sesuai jadwal, supaya dapat mendeteksi sedini mungkin bila terjadi keganasan sampai pasien
benar-benar dikatakan sembuh atau sehat.
5.2.2 Untuk Sarana Kesehatan
Diharapkan sarana kesehatan untuk memberikan penanganan yang lebih baik lagi,
untuk meminimalkan kejadian kematian ibu akibat perdarahan khususnya yang diakibatkan
kehamilan Molahidatidosa dan kejadian keganasan akibat Molahidatidosa.
5.2.3 Untuk Akbid YPSDMI
Diharapkan bagi pendidikan, untuk memberi pengajaran lebih tentang studi kasus
khususnya Asuhan Kebidanan dengan Molahidatidosa, dengan melengkapi literatur-literatur
tentang Molahidatidosa.
contoh askeb patologi kebidanan

MANAJEMEN KEBIDANAN PATOLOGIS IBU HAMIL


DENGAN KEHAMILAN MOLAHIDATIDOsa
(VARNEY)

OLEH
SYAMRINA
KEBIDANAN

PRODI KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR


2011

MANAJEMEN KEBIDANAN PATOLOGIS IBU HAMIL Ny. “N”


DENGAN MOLAHIDATIDOSA DI RB KASIH IBU

No. Register : 113/ 11


Tanggal kunjungan : 12 Februari 2011,Jam 08.00 Wita
Tanggal Pengkajian : 12 Februari 2011, Jam 08.00 Wita
Nama Pengkajian : Widiawati

I. Pengumpulan Data Dasar


1. Identitas
Nama Ibu : Ny. N/ T. A
Umur : 25 / 26
Agama : Islam/Islam
Suku : Makassar/makassar
Pendidikan : SMA/SMA
Pekerjaan : IRT/Wiraswasta
Alamat : Mamoa 4 no 9
2. Anamnesa
Pada tanggal : 12- 02- 2011 Pukul : 08.00 WIB
Oleh : Mahasiswa

a. Alasan kunjungan saat ini


Ibu mengatakan hamil anak kedua dengan keluhan ibu merasakan keluar darah sedikit-
sedikit, ibu merasa pusing penglihatannya kunang-kunang, sering muntah-muntah yang
berlebihan dan sering gelisah
b. Riwayat kehamilan ini
HPHT 29 Oktober 2010, lamanya 6-7 hari, siklus 28 hari, banyaknya 2 x ganti pembalut
sehari, TP : 6 Agustus 2011
1) Tanda-tanda kehamilan
Hasil tes kehamilan tanggal 18 November 2010, hasil positif (+)
2) Pergerakan fetus dirasakan pertama kali pada umur kehamilan ibu belum merasakan
gerakan janin
3) Keluhan yang dirasakan
a) Rasa lelah : tidak ada keluhan
b) Mual dan muntah yang lama : ada
c) Nyeri perut : tidak ada keluhan
d) Saat kepala berat dan panas menggigil : tidakada keluhan
e) Penglihatan : tidak ada keluhan
f) Rasa nyeri/panas waktu BAK : tidak ada keluhan
g) Rasa gatal panas vagina dan sekitarnya : tidak ada keluhan
h) Pengeluaran pervaginam : darah keluar sedikit
i) Oedema : tidak ada oedema
4) Diet/makan
a) Sebelum hamil :ibu mengatakan biasanya makan 2-3 kali sehari dengan nasi, sayur, ikan
atau tempe, minum 7-8 gelas/hari
b) Saat hamil : ibu tidak mengalami perubahan makan 2-3 kali sehari, minum 7-8 gelas/hari
5) Pola eliminasi
a) Sebelum hamil :BAK 10 kali sehari, BAB 1 kali sehari
b) Saat hamil : BAK 10 kali sehari, BAB 1 kali sehari
6) Aktifitas
a) Sebelum hamil :Ibu mengatakan tidur siang 2 jam dan malam 9 jam dapat melakukan
pekerjaan rumah tangga seperti biasa
b) Saat hamil : Ibu mengatakan pola istirahat sama seperti sebelum hamil dan dapat melakkan
pekerjaan rumah tangga seperti biasa Personal hygiene
c) Sebelum hamil :mandi dan ganti pakaian 2 x sehari hygiene terjaga
d) Saat hamil : mandi dan ganti pakaian 2 x sehari hygiene terjaga
7) Seksualitas
a) Sebelum hamil :hubungan seksual dilakukan 3 x 1 minggu
b) Saat hamil : hubungan seksual dilakukan 3 x 1 minggu
8) Immunisasi : belum pernah mendapat immunisasi TT
9) Kontrasepsi yang pernah digunakan adalah alat kontrasepsi suntik
c. Riwayat persalinan yang lalu

No Tahun Tempat
Persalinan Usia kehamilan Jenis persalinan Penolong Penyulit Bayi Keadaan
Jk BB PB
1 2009 RB 9 bulan Spontan Bidan Tidak ada Laki-laki 3200 gram 49 cm Sehat

d. Riwayat kesehatan
1) Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita
a) Jantung : tidak ada
b) Tekanan darah tinggi : tidak ada
c) Hepar : tidak ada
d) DM : tidak ada
e) Anemia : tidak ada
f) PMS, HIV, AIDS : tidak ada
g) Campak : tidak ada
h) Tuberculosis : tidak ada
i) Gangguan mental : tidak ada
j) Operasi : tidak ada
k) Lain-lain : tidak ada

2) Perilaku kesehatan
a) Penggunaan alkohol/obat-obat sejenisnya
Ibu mengatakan tidak pernah mengkonsumsi alkohol atau obat-obat terlarang
b) Obat-obatan yang sering digunakan
Tidak ada
c) Merokok, makan sirih
Ibu mengatakan tidak pernah merokok atau makan sirih
d) Irigasi vagina/ganti pakaian dalam
Ibu mengatakan ganti pakaian dalam 2 x sehari
e. Riwayat sosial
1) Apakah kehamilan ini direncanakan/diinginkan :ya
2) Jenis kelamin yang diharapkan : laki-laki
3) Status perkawinan : sahmenurut agama
Jumlah : 1 kali
Lama perkawinan : 3 tahun
4) Susunan keluarga yang tinggal serumah : ibu tinggal berasama suami dan anak nya
5) Tempat ada petugas kesehatan yang diinginkan untuk membantu persalinan : ibu
mengatakan ingin bersalin di rumah bidan
f. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada penyakit keturunan
g. Psikologis : ibu mengatakan cemas dan takut kehilangan bayinya

3. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
2) Status emosional :gelisah
3) Tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Suhu tubuh : 380C
Denyut nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 22 x/menit
4) Tinggi badan : 164 cm
5) Berat badan :
a) Sebelum hamil : 54 kg
b) Setelah hamil : 57 kg
c) Kenaikan : 3 kg
6) Lila : 25 cm
b. Pemeriksaan fisik
1) Rambut : hitam, bersih,tidak mudah dicabut
2) Telinga : pendengaran baik, bersih, simetris kanan/kiri
3) Mata :
a) Kelopak mata : simetris, tidak ada oedema
b) Konjungtiva : pucat
c) Sclera : tidak ikterus
4) Hidung : septum nasal simetris tidak ada polips,fungsi penciuman normal
5) Mulut dan gigi : lidah tidak terdapat stomatitis, gigi tidak ada lubang dan caries
6) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan pembesaran vena
jugularis
7) Dada :
a) Bentuk : simetris kanan dan kiri
b) Jantung : terdengar lup dup teratur
c) Paru-paru : tidak ada bunyi ronchi wheezing
d) Payudara : membesar, putting susu menonjol
e) Pengeluaran : tidak ada pengeluaran
8) Abdomen :
a) Bekas luka operasi : tidak ada bekas luka operasi
b) Pemeriksaan Leopold : TFU 3 jari dibawah pusat
(1) Leopold I : terasa bulat, lebar
(2) Leopold II : tidak teraba bolotemen
(3) Leopold III : tidak dilakukan
(4) Leopol IV : tidak dilakukan
(5) TBJ : TFU – 12 x 155
: 20 - 12 x 155 = 1240 gram
c) Auskultasi
DJJ : tidak terdengar denyut jantung
9) Punggung dan pinggang
a) Posisi tulang belakang : lordosis
b) Nyeri : tidak nyeri
10) Genetalia eksternal : dilakukan pemeriksaan genetalia eksternal menggunakan speculum
terlihat adanya pengeluaran darah pervaginam dan terlihat
gelembung-gelembung mola
seperti buah anggur
11) Ekstremitas
a) Atas : simetris kanan/kiri, tidak ada oedema, tidak ada kelainan, berfungsi dengan baik,
kuku jari tidak pucat
b) Bawah : simetris kanan/kiri, tidak ada kelainan, berfungsi dengan baik, kuku jari tidak
pucat, tidak ada varices, reflek patella (+) kanan kiri

c. Pemeriksaan panggul : tidak dilakukan


Pemeriksaan dengan speculum, darah atau vesikel yang menyerepuai buah anggur dapat
terlihat di dalam vagina atau ostium uteri

d. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
HB : 8 gr%
Protein urine : tidak dilakukan
2) Pemeriksaan kadar Beta HCG darah
3) Foto toraks ada gambaran emboli udara
4) USG : tidak terlihat rangka janin, terlihat gelembung-gelembung mola seperti buah anggur
gambaran seperti sarang tawon, seperti badai salju
5) Dilakukan percobaan sonde

II. Identifikasi Masalah, Diagnosa dan Kebutuhan


1. Diagnosa
Ibu G2P1A0 umur kehamilan 16 minggu TFU 20 cm dengan molahidatidosa
Dasar :
a. HPHT : 29 Oktober 2010
b. TP : 6 Agustus 2011
c. TFU : 20 cm
d. Palpasi
Tidak teraba adanya balotmen, TFU lebih tinggi dari pada umur kehamilan tidak teraba
adanya janin
e. Auskultasi : tidak terdengar denyut jantung janin
f. Ibu mengatakan terjadi perdarahan sedikit terlihat disekitar vagina
g. Pada pemeriksaan dengan speculum tidak ada luka/lesi, terdapat sedikit pengeluaran darah
dan kadang-kadang keluar gelembung
h. Peningkatan kadar Beta HCG darah atau urine
i. Pada foto torak terlihat gambaran emboli udara
j. USG tidak terlihat kerangka janin, terlihat adanya gelembung-gelembung mola seperti buah
anggur

2. Masalah
a. Gangguan psikologis
Dasar :
1) Ibu mengatakan cemas dengan kehamilannya
2) Ibu nampak lemah dan mata kuyu
b. Keterbatasan beraktifitas
Dasar :
1) Ibu mengatakan malas beraktifitas
2) Ibu mengatakan vaginanya sering keluar darah
c. Gangguan pemenuhan cairan dan nutrisi
Dasar :
1) Ibu malas makan dan minum
2) Ibu tampak lemas
3) Ibu tampak pucat

3. Kebutuhan
a. Dukungan
Dasar :
1) Ibu tampak lemah
2) Ibu merasa cemas dengan kehamilannya
b. Pemenuhan cairan dan nutrisi
Dasar :
1) Ibu malas makan dan minum
2) Ibu tampak lemas
3) Ibu tampak pucat
c. Bedtres
Dasar :
1) Ibu sering mengeluarkan darah dari vaginanya
2) Ibu sulit beraktifitas
III. Identifikasi Masalah Potensial atau Diagnosa Lain
Menyebabkan tumor ganas dari troboflast dan biasanya timbul setelah kehamilan
molahidatidosa, ini disebut juga choriocarsinoma

IV. Evaluasi Kebutuhan Segera


Kolaborasi dengan dokter dan rujukan
V. Perencanaan
1. Beritahu ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini
2. Anjurkan ibu untuk istirahat
3. Anjurkan ibu untuk memeriksakan keadaannya lebih lanjut
4. Penuhi kebutuhan gizi
a. Beritahu ibu tentang makan makanan yang bergizi
b. Anjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi
5. Anjurkan untuk melakukan rujukan
a. Anjurkan untuk melakukan kuretase isap di Dokter spesialis kandungan
b. Beritahu ibu manfaat kuretase isap
c. Beritahu ibu bahaya molahidatidosa
6. Berikan konseling pada ibu
a. Jelaskan keadaan ibu saat ini
b. Jelaskan pada ibu kapan ibu bisa hamil lagi

VI. Pelaksanaan
1. Menjelaskan ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini bahwa ketika dilakukan
pemeriksaan leopold uterus teraba bulat lebar tetapi tidak teraba balotement, tinggi fundus
uteri 20 cm, TBJ 1240 gram melebihi umur kehamilan saat ini dan ketika pemeriksaan DJJ
tidak terdengar denyut jantung janin, kemudian pada saat dilakukan USG ditemukan
gelembung-gelembung mola seperti buah anggur dan gambaran badai salju libatkan keluarga
untuk memberikan dukungan pada kehamilan ibu tersebut saat ini
2. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
a. Istirahat tidur lebih kurang 8-9 jam perhari
b. Ibu dilarang untuk melakukan aktifitas yang berat-berat karena dapat menyebabkan
perdarahan yang parah pada vagina ibu
3. Menganjurkan ibu untuk memeriksakan keadaannya lebih lanjut kedokter, agar ibu dan
keluarganya mengetahui keadaan kehamilan ibu saat ini
4. Menjelaskan pada ibu tentang gizi yang baik yang mengandung protein, vitamin,
karbohidrat, lemak, mineral yang dapat mencukupi kebutuhan kehamilan ibu saat ini seperti
nasi, sayur, lauk misal : tempe, tahu, ikan, hati, daging, buah dan susu.
5. Menganjurkan untuk melakukan rujukan
a. Menganjurkan untuk melakukan kuretase isap di dokter spesialis kandungan.
b. Memberitahu ibu manfaat kuretase isap, tujuannya agar ibu dapat hamil lagi dan
membersihkan uterus dari sisa jaringan gelembung-gelembung mola yang seperti buah
anggur
c. Memberitahu ibu bahaya kehamilan mola atau hamil anggur, kehamilan molahidatidosa ini
harus digugurkan segera setelah diagnosa ditentukan karena dapat bertalnjut menjadi
choriocarsinoma yaitu tumor ganas dari troboflast yang biasa timbul setelah kehamilan
molahidatidosa.
6. Memberikan konseling pada ibu
a. Menjelaskan pada ibu bahwa kehamilan ibu ini adalah kehamilan mola tipe komplet
(klasik) yang tidak ditemukan janin yang gelembung itu biasanya sebesar butir kacang hijau
sampai sebesar buah anggur, gelembung ini dapat mengisi diseluruh cavum uteri pada
pemeriksaan USG juga terlihat seperti sarang tawon, seperti badai salju, terdapat gelembung-
gelembung menyerupai buah anggur, kemudian pada pemeriksaan Beta HCG kadar
gonadtropin chorion dalam darah dan air kencing sangat tinggi, pada foto toraks terdapat
emboli udara.
b. Ibu dapat hamil lagi, bila uterus ibu dilakukan kuretase agar dapat membersihkan jaringan-
jaringan mola yang seperti buah anggur tersebut, kehamilan mola ini dapat terjadi pada
wanita yang terkena infeksi, defisiensi makanan dan genetik faktor resiko sosial ekonomi
rendah, usia dibawah 20 tahun dan paritas tinggi.ibu dapat hamil lagi setelah jarak 2 tahun
dari kehamilan ini.

VII. Evaluasi
1. Ibu dan keluarga mengerti tentang kondisi ibu saat ini
2. Ibu bersedia untuk banyak istirahat dan mengurangi
aktifitas/pekerjaan berat
3. Ibu bersedia untuk memeriksakan keadaannya lebih lanjut ke dokter
4. Ibu mengerti tentang gizi
5. Ibu bersedia untuk melakukan kuretase isap

You might also like