You are on page 1of 10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KLIEN POST PARTUM DENGAN RIWAYAT


HAEMORRHAGE POST PARTUM ATONIA UTERI

PENGERTIAN
Post partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik
fisik maupun psikososial terhadap proses melahirkan. Dimulai segera setelah
bersalin sampai tubuh menyesuaikan secara sempurna dan kembali
mendekati keadaan sebelum hamil (6 minggu). Masa post partum dibagi
dalam tiga tahap : Immediate post partum dalam 24 jam pertama, Early post
partum period (minggu pertama) dan Late post partum period (minggu kedua
sampai minggu ke enam). Potensial bahaya yang sering terjadi adalah pada
immediate dan early post partum period sedangkan perubahan secara
bertahap kebanyakan terjadi pada late post partum period. Bahaya yang
paling sering terjadi itu adalah perdarahan paska persalinan atau HPP.
Perdarahan paska persalinan atau HPP adalah terjadinya perdarahan yang
banyak dari saluran genital segera setelah lahir sampai 6 minggu post partum
(Linda K. Brown. 1994). Menurut Willams & Wilkins (1988) perdarahan
paska persalinan adalah perdarahan yang terjadi pada masa post partum yang
lebih dari 500 cc segera setelah bayi lahir. Tetapi menentukan jumlah
perdarahan pada saat persalinan sulit karena bercampurnya darah dengan air
ketuban serta rembesan dikain pada alas tidur. POGI, tahun 2000
mendefinisikan perdarahan paska persalinan adalah perdarahan yang terjadi
pada masa post partum yang menyebabkan perubahan tanda vital seperti
klien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, dalam pemeriksaan fisik
hiperpnea, sistolik < 90 mmHg, nadi > 100 x/menit dan kadar HB < 8 gr %.

A. Etiologi
Penyebab perdarahan dibagi menjadi dua sesuai dengan jenis perdarahan yaitu
1. Penyebab perdarahan paska persalinan dini :
a. Perlukaan jalan lahir : ruptur uteri, robekan serviks, vagina dan
perineum, luka episiotomi.

1
b. Perdarahan pada tempat menempelnya plasenta karena : atonia uteri,
retensi plasenta, inversio uteri.
c. Gangguan mekanisme pembekuan darah.
2. Penyebab perdarahan paska persalinan terlambat biasanya disebabkan
oleh sisa plasenta atau bekuan darah, infeksi akibat retensi produk
pembuangan dalam uterus sehingga terjadi sub involusi uterus.

B. Faktor predisposisi
Beberapa kondisi selama hamil dan bersalin dapat merupakan faktor
predisposisi terjadinya perdarahan paska persalinan, keadaan tersebut
ditambah lagi dengan tidak maksimalnya kondisi kesehatannya dan nutrisi
ibu selama hamil. Oleh karena itu faktor-faktor haruslah diketahui sejak awal
dan diantisipasi pada waktu persalinan :
1. Trauma persalinan
Setiap tindakan yang akan dilakukan selama proses persalianan harus
diikuti dengan pemeriksaan jalan lahir agar diketahui adanya robekan
pada jalan lahir dan segera dilakukan penjahitan dengan benar.
2. Atonia Uterus
Pada kasus yang diduga berisiko tinggi terjadinya atonia uteri harus
diantisipasi dengan pemasangan infus. Demikian juga harus disiapkan
obat uterotonika serta pertolongan persalinan kala III dengan baik dan
benar.
3. Jumlah darah sedikit
Keadaan ini perlu dipertimbangkan pada kasus keadaan itu jelek,
hipertensi saat hamil, pre eklampsia dan eklamsi.
4. Kelainan pembekuan darah
Meskipun jarang tetapi bila terjadi sering berakibat fatal, sehingga perlu
diantisipasi dengan hati-hati dan seksama.

C. Patofisiologi
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus
masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam

2
stratum spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya
plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan
menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga
perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus,
akan menghambat penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan
yang banyak. Keadaan demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan
paska persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan seperti
robekan servix, vagina dan perinium.

D. Gambaran klinik
Untuk memperkirakan kemungkinan penyebab perdarahan paska persalinan
sehingga pengelolaannya tepat, perlu dibenahi gejala dan tanda sebagai
berikut :
Gejala dan tanda Penyulit Diagnosa
penyebab
• Uterus tidak • Syok • Atonia
berkontraksi dan • Bekuan darah pada uteri
lembek serviks atau pada
• Perdarahan segera posisi terlentang
setelah bayi lahir akan menghambat
aliran darah keluar

E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan umum
a. Ketahui secara pasti kondisi ibu bersalin sejak awal
b. Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman
c. Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat
d. Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila
dihadapkan dengan masalah dan komplikasi
e. Atasi syok jika terjadi syok

3
f. Pastikan kontraksi berlangsung baik ( keluarkan bekuan darah,
lakukan pijatan uterus, beri uterotonika 10 IV dilanjutkan infus 20
ml dalam 500 cc NS/RL dengan tetesan 40 tetes/menit ).
g. Pastikan plasenta telah lahir lengkap dan eksplorasi kemungkinan
robekan jalan lahir
h. Bila perdarahan tidak berlangsung, lakukan uji bekuan darah.
i. Pasang kateter tetap dan pantau cairan keluar masuk
j. Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama paska persalinan dan
lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya.
2. Penatalaksanaan khusus
Atonia uteri
 Kenali dan tegakan kerja atonia uteri
 Sambil melakukan pemasangan infus dan
pemberian uterotonika, lakukan pengurutan uterus
 Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak ada
laserasi jalan lahir
 Lakukan tindakan spesifik yang diperlukan :
 Kompresi bimanual eksternal yaitu menekan uterus
melalui dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua
belah telapak tangan yang melingkupi uteus. Bila perdarahan
berkurang kompresi diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat
kembali berkontraksi atau dibawa ke fasilitas kesehata rujukan.
 Kompresi bimanual internal yaitu uterus ditekan
diantara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan
dalam vagina untuk menjempit pembuluh darah didalam
miometrium.
 Kompresi aorta abdominalis yaitu raba arteri
femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut
genggam tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus,
tegak lurus dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna
vertebralis, penekanan yang tepat akan menghetikan atau
mengurangi, denyut arteri femoralis.

4
F. Pengkajian
1. Identitas : Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35
tahun.
2. Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, limbung,
keluar keringat dingin, kesulitan nafas, pusing, pandangan berkunang-
kunang.
3. Riwayat kehamilan dan persalinan : Riwayat hipertensi dalam kehamilan,
preeklamsi / eklamsia, bayi besar, gamelli, hidroamnion, grandmulti
gravida, primimuda, anemia, perdarahan saat hamil. Persalinan dengan
tindakan, robekan jalan lahir, partus precipitatus, partus lama/kasep,
chorioamnionitis, induksi persalinan, manipulasi kala II dan III.

4. Riwayat kesehatan : Kelainan darah dan hipertensi

5. Pengkajian fisik :

 Tanda vital :

• Tekanan darah : Normal/turun ( kurang dari 90-100 mmHg)

• Nadi : Normal/meningkat ( 100-120 x/menit)

• Pernafasan : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit )

• Suhu : Normal/ meningkat

• Kesadaran : Normal / turun

 Fundus uteri/abdomen : lembek/keras, subinvolusi

 Kulit : Dingin, berkeringat, kering, hangat, pucat, capilary refil


memanjang

 Pervaginam : Keluar darah, robekan, lochea ( jumlah dan jenis )

5
 Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang

G. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pervaginam

3. Cemas/ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman


kematian

4. Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan

5. Resiko shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan.

H. Rencana tindakan keperawatan


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam

Tujuan : Mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume


cairan

Rencana tindakan :

1. Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya


tetap terlentang.

Dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return dan


memungkinkan darah keotak dan organ lain.

2. Monitor tanda vital

Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat

3. Monitor intake dan output setiap 5-10 menit

Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi ginjal

4. Evaluasi kandung kencing

Kandung kencing yang penuh menghalangi kontraksi uterus

5. Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya


diletakan diatas simpisis.

6. Batasi pemeriksaan vagina dan rektum

6
Trauma yang terjadi pada daerah vagina serta rektum meningkatkan
terjadinya perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada
serviks / perineum atau terdapat hematom

7. Berikan infus atau cairan intravena

Cairan intravena mencegah terjadinya shock.

8. Berikan uterotonika ( bila perdarahan karena atonia uteri )

9. Berikan antibiotik

10. Berikan transfusi whole blood ( bila perlu )

Whole blood membantu menormalkan volume cairan tubuh.

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pervaginam

Tujuan : Tanda vital dan gas darah dalam batas normal

Rencana keperawatan :

1. Monitor tanda vital tiap 5-10 menit

Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda vital

2. Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu
kulit

Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di


jaingan perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu
kulit yang dingin

3. Kaji ada / tidak adanya produksi ASI

Perfusi yang jelek menghambat produksi prolaktin dimana


diperlukan dalam produksi ASI

4. Tindakan kolaborasi :

 Monitor kadar gas darah dan PH ( perubahan kadar gas darah


dan PH merupakan tanda hipoksia jaringan )

 Berikan terapi oksigen ( Oksigen diperlukan untuk


memaksimalkan transportasi sirkulasi jaringan ).

7
3. Cemas/ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman
kematian

Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan


mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang.

Rencana tindakan :

1. Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan

Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya

2. Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )

Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon


fisiologis

3. Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung


memberikan dukungan emosi

4. Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan

5. Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya

Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas

6. Kaji mekanisme koping yang digunakan klien

Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme


koping yang tepat.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan

Tujuan : Tidak terjadi infeksi ( lokea tidak berbau dan TV dalam batas
normal )

Rencana tindakan :

1. Catat perubahan tanda vital

Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan indikasi terjadinya infeksi

2. Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus


yang lembek, dan nyeri panggul

Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya bakterimia,

8
shock yang tidak terdeteksi

3. Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea

Infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran lokea


yang berkepanjangan

4. Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi


saluran nafas, mastitis dan saluran kencing

Infeksi di tempat lain memperburuk keadaan

5. Tindakan kolaborasi

• Berikan zat besi ( Anemi memperberat keadaan )

• Beri antibiotika ( Pemberian antibiotika yang tepat diperlukan


untuk keadaan infeksi ).

I. Kriteria/Standart keberhasilan tindakan keperawatan (Evaluasi)


Semua tindakan yang dilakukan diharapkan memberikan hasil :

1. Tanda vital dalam batas normal :

a. Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg

b. Denyut nadi : 70-80 x/menit

c. Pernafasan : 20 – 24 x/menit

d. Suhu : 36 – 37 oc

2. Kadar Hb : Lebih atau sama dengan 10 g/dl

3. Analisa Gas Darah dalam batas normal

4. Klien dan keluarganya mengekspresikan bahwa dia mengerti tentang


komplikasi dan pengobatan yang dilakukan

5. Klien dan keluarganya menunjukkan kemampuannya dalam


mengungkapkan perasaan psikologis dan emosinya

6. Klien dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari

7. Klien tidak merasa nyeri

9
8. Klien dapat mengungkapkan secara verbal perasaan cemasnya.

10

You might also like