Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi dan
sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan
koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosi. Upaya
kesehatan jiwa dapat dilakukan oleh perorangan, lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, lingkungan masyarakat yang
didukung sarana pelayanan kesehatan jiwa dan sarana lain seperti keluarga dan
lingkungan sosial. Lingkungan tersebut selain menunjang upaya kesehatan jiwa
juga merupakan stressor yang dapat mempengaruhi kondisi jiwa seseorang, pada
tingkat tertentu dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam kondisi gangguan
jiwa (Yusuf, 2015).
Meningkatnya pasien dengan gangguan jiwa ini disebabkan banyak hal.
Kondisi lingkungan sosial yang semakin keras diperkirakan menjadi salah satu
penyebab meningkatnya jumlah masyarakat yang mengalami gangguan
kejiwaan. Apalagi untuk individu yang rentan terhadap kondisi lingkungan
dengan tingkat kemiskinan terlalu menekan. Penatalaksanaan keperawatan klien
dengan gangguan jiwa adalah pemberian terapi modalitas yang salah satunya
adalah Terapi Aktifitas Kelompok (TAK). Terapi aktivitas kelompok merupakan
salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok klien yang
mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktifitas digunakan sebagai terapi,
dan kelompok digunakan sebagai target asuhan (Yosep,2014).
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam
rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu
fokus terapi adalah membuat sadar diri (self-awareness). Peningkatan hubungan
interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya. Kelompok adalah suatu
system social yang khas yang dapat didefinisikan dan dipelajari. Sebuah
kelompok terdiri dari individu yang saling berinteraksi, interelasi,
interdependensi dan saling membagikan norma social yang sama (Stuart &
Sundeen, 1998 dalam Yosep, 2014).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) ?
2. Apa tujuan dari TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)?
3. Apa jenis-jenis TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)?
4. Siapa sasaran dan keanggotaan TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)?
5. Bagaimana mekanisme dan pelaksanaan TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)?
6. Apa tugas dan peran therapis secara umum dalam TAK (Terapi Aktivitas
Kelompok)?
7. Bagaimana tahap-tahap TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)?
8. Apa peran perawat TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)?
9. Apa keuntungan dan kerugian TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)?
10. Apa saja metode dalam TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)?
11. Apa saja faktor kuratif dalam TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)?
12. Bagaimana evaluasi dalam TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan tentang pengertian TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)
2. Menjelaskan tentang tujuan dari TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)
3. Menjelaskan tentang jenis-jenis TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)
4. Menjelaskan tentang sasaran dan keanggotaan TAK (Terapi Aktivitas
Kelompok)
5. Menjelaskan tentang mekanisme dan pelaksanaan TAK (Terapi Aktivitas
Kelompok)
6. Menjelaskan tentang tugas dan peran therapis secara umum dalam TAK
(Terapi Aktivitas Kelompok)
7. Menjelaskan tentang tahap-tahap TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)
8. Menjelaskan tentang peran perawat TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)
9. Menjelaskan tentang keuntungan dan kerugian TAK (Terapi Aktivitas
Kelompok)
10. Menjelaskan tentang saja metode dalam TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)
11. Menjelaskan tentang faktor kuratif dalam TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)
12. Menjelaskan tentang evaluasi dalam TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tujuan Umum.
a. Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (Reality Testing).
b. Membentuk sosialisasi.
c. Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran tentang
hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensif
(bertahan terhadap stress) dan adaptasi.
d. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis
seperti kognitif dan afektif.
2. Tujuan Khusus.
a. Melatih pemahaman identitas diri.
b. Penyaluran emosi.
c. Meningkatkan ketrampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-
hari.
d. Bersifat rehabilitatif. Pasien-pasien rehabilitatif adalah mereka yang
telah sembuh secara medis, tetapi perlu disiapkan fungsi dan
kemampuan untuk persiapkan mandiri dan sosial ditengah masyarakat.
Dari segi rehabilitasi terapi kelompok bertujuan meningkatkan
kemampuan empati dan meningkatkan pengetahuan tentang masalah-
masalah kehidupan dan pemecahannya.
Indikasi dan Kontraindikasi
Topik atau masalah bisa ditentukan oleh therapist atau atas usulan
pasien. Selain itu juga diterapkan bahwa anggota bebas membicarakan apa saja,
bebaskan juga untuk mengkritik termasuk mengkritik therapist, therapist sendiri
sebaiknya bersikap moderat dan menghindari kata yang dianggap sebagai
perintah.
Tugas Therapist
G. Tugas Therapist
Untuk mencapai tujuan dari terapi kelompok baik yang terapeutik
maupun rehabilitatif terapi ataupun pemimpin kelompok hendaknya mampu
(Yosep,2014) :
1. Mengembangkan kejujuran di antara anggota kelompoknya.
2. Menimbulkan rasa saling menghormati dan saling menerima di antara
anggota kelompok.
3. Mampu mengontrol tingkah laku yang tidak dapat diterima anggota
kelompoknya.
4. Mengarahkan anggota kelompok untuk beradaptasi dengan semua
anggota.
5. Membawa anggota kelompok untuk mampu mengemukaka masalah
mendengarkan keluhan-keluhan dan memberikan saran terhadap keluhan
tersebut.
6. Tidak membeda-bedakan anggota kelompok.
7. Menjalin hubungan dengan anggota dan antaranggota.
8. Melibatkan diri dalam kelompok dan memberikan perhatian penuh.
1. Tahap ketidakpastian.
Pada fase ini terdapat banyak keluhan yang dirasakan oleh
anggota kelompok di antaranya keraguan-raguan, perasaan tidak cocok
di antara anggota, rasa permusuhan terhadap pemimpin. Pada fase ini
anggota sering merasa bahwa setiap komentar atau interpresentasi
pemimpin adalah kritikan terhadap mereka, sehingga pemimpin harus
sering mengingatkan pada kelompok bahwa yang dikatakannya
hanyalah merupakan suatu komentar bukan suatu kritikan.
2. Tahap Overagresif.
Pada fase ini persilihan sering diabaikan oleh kelompok dan
pemimpin. Rasa tertarik mulai muncul pada anggota kelompok yang
sekaligus merupakan membawa rasa takut bagi mereka. Rasa tertarik ini
mungkin merupakan awal terbentuknya suatu hubungan intim, dan hal
ini merupakan suatu yang dibenci oleh sebagian besar klien dengan
terapi kelompok.
3. Tahap Regresi.
Regresi tidak muncul dari suatu keinginan untuk memanipulasi
orang lain secara spontan. Pertama anggota merasa cemas dan ada
keinginan untuk meninggalkan anggota yang regres. Sehingga saat ini
penting bagi pemimpin untuk bertindak dan menanyakan pada anggota
yang mengalami regres tentang apa yang dialaminya sehingga
memudahkan pemimpin untuk mengarahkan perilakunya kepada
kenyataan.
4. Tahap Adaptasi.
Pada tahap ini anggota kelompok mulai menerima anggota lain
terhadap kelemahan dan kecacatan, sementara tingkah laku kepada yang
lainnya dapat diterima. Hal ini tidak berarti anggota-anggota dalam fase
ini tidak merespon kepada yang lain secara irasional. Jika hal ini terjadi,
keefektifan terapi kelompok akan menurun secara drastis, dengan
demikian pemimpin harus mengontrol kelompok tersebut secara terus
menerus sehingga konflik akan terhindari.
L. Peran Perawat dalam Terapi Kelompok.
1. Bertindak sebagai moderat atau pengawas diskusi kelompok.
2. Mengevaluasi diskusi kelompok untuk menambah pengalaman therapy
kelompok.
3. Mengadakan pendekatan pada kelompok secara efektif.
4. Memotivasi penderita agar aktif dalam kegiatan yang dilakukan.
5. Menciptakan suasana therapeutik.
6. Memberikan kesempatan pada penderita untuk bekerja sama antara penderita
dengan penderita dengan perawat.
7. Memberikan bimbingan dan pengarahan pada penderita yang pasif dan
hiperaktif (Yosep,2014).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan
sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang
dipimpin atau arahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang
telah terlatih. Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara
kelompok untuk memberikan stimulasi bagi klien dengan gangguan
interpersonal. Terdapat beberapa jenis terapi pada terapi aktivitas kelompok
seperti : terapi aktivitas kelompok (tak) stimulasi sensori, orientasi realitas,
sosialisasi, stimulasi persepsi, stimulasi persepsi peningkatan harga diri, dan
stimulasi persepsi mengontrol halusinasi. Peran serta anggota kelompok dalam
terapi kelompok terutama diwujudkan dalam bentuk : perkenalan, pembentukan
agenda, konfidensilitas, menggali ide-ide dan perasan yang muncul dalam
kelompok serta pada tahap transisi. Peran perawat dalam terapi kelompok yaitu
bertindak sebagai moderat atau pengawas diskusi kelompok, mengevaluasi
diskusi kelompok untuk menambah pengalaman therapy kelompok, mengadakan
pendekatan pada kelompok secara efektif, memotivasi penderita agar aktif dalam
kegiatan yang dilakukan, menciptakan suasana therapeutik, memberikan
kesempatan pada penderita untuk bekerja sama antara penderita dengan
penderita dengan perawat serta memberikan bimbingan dan pengarahan pada
penderita yang pasif dan hiperaktif.
DAFTAR PUSTAKA
Yosep, Iyus & Titin Sutini. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa Dan Advance
Mental Health Nursing. Bandung: Refika Aditama.
Yusuf, Ahmad,dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.