You are on page 1of 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Diare

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair
(setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat.

Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar, encer atau cair lebih dari tiga kali
sehari.

2.2 Etiologi Diare

Infeksi merupakan penyebab utama diare, baik oleh bakteri, parasit, maupun virus. Penyebab
lain yang dapat menimbulkan diare adalah toksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang
berlangsung lama, kemoterapi, impaksi fekal (overflow diarrhea),atau berbagai kondisi lain
seperti keadaan psikologis. Pada anak-anak, diare dapat juga disebabkan karna ketidak cocokan
terhadap susu tertentu.

 Infeksi : virus (Rotavirus, Adenovirus, Norwalk), bakteri (Shigella, Salmonella,


E.Coli, Vibrio), parasit (protozoa: E. Histolytica, G. Lamblia, Balantidium
coli ; cacing perut: Askaris, Trikuris, Strongiloideus ; jamur: Kandida)
 Malabsorbsi: karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak, atau protein.
 Makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
 Psikologis : rasa takut dan cemas

4
2.3 Patogenesis Diare

Diare akibat infeksi terutama ditularkan secara fekal oral. Hal ini disebabkan masukan
minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja ditambah dengan ekskresi yang buruk,
makanan yang tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa dimasak.

Penularannya adalah transmisi orang ke orang melalui aeorosolisasi (Norwalk,


Rotavirus), tangan yang terkontaminasi (Clostridium difficile) atau melalui aktivitas seksual.

Pathogenesis diare yang disebabkan infeksi bakteri terbagi dua, yaitu:

1. Bakteri noninvansif ( enterotoksigenik)


Toksin yang diproduksi bakteri akan terikat pada mukosa usus halus, namun tidak
merusak mukosa. Toksin meningkatkan kadar sikllik AMP di dalam sel,
menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus yang diikuti air, ion
karbonat, kation natrium dan kalium. Bakteri yang termasuk golongan ini adalah V.
cholera, Enterotoksigenik E.coli (ETEC), C.perfringers, S.aureus dan vibro-
nonaglutinabel.
Secara klinis dapat ditemukan diare berupa air seperti cucian beras dan
meninggalkan dubur secara deras dan banyak (voluminous). Keadaan ini disebut
diare sekretorik isotonic voluminal.
2. Bakteri enteroinvansif
Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan
bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lender dan darah. Bakteri
yang termasuk dalam golongan ini adalah Enteroinvansive E.coli (EIEC),
S.paratyphi B, S.typhimurium, S.enteriditis, S.choleraesuis, Shigela, Yersinia, dan
perfringens tipe C.

Penyebab diare lainnya, seperti parasit, menyebabkan kerusakan berupa ulkus besar
(E.histolytica), kerusakan vili yang penting untuk penyerapan air, elektrolit, dan zat makanan (G.
lambdia)

5
2.4 Patofisiologi Diare

 Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intensinal


merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit
yang berlebihan.
 Cairan, sodium, potasium dan bikarbonat berpinah dari rongga ektraseluler ke
dalam tinjaa, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit, dan
dapat terjadi asidosis metabolik.

Diare yang terjadi merupakan proses dari ;


 Transport aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam
usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya
sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel
mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan
kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
 Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi
cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom
malabsorbsi.
 Meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi
Intestinal

2.5 Manifestasi Klinis Diare

Pasien dengan diare akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri perut sampai
kejang perut, demam, dan diare. Terjadinya renjatan hippovolemik harus dihindari. Kekurangan
cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit
menurun, serta suara menjadi serak. Gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolic akan
menyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan Kusmaul). Bila terjadi
renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (lebih dari 120 kali/menit), tekanan darah
menurun sampai tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin, dan
kadang sianosis. Kekurangan kalium dapat menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal dapat

6
menurun sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tak segera diatasi dapat timbul
penyakit berupa nekrosis tubular akut.

2.6 Faktor-faktor Penyebab Diare pada Masyarakat

2.6.1 Faktor Pendidikan

Menurut penelitian, ditemukan bahwa kelompok ibu dengan status pendidikan SLTP ke
atas mempunyai kemungkinan 1,25 kali memberikan cairan rehidrasi oral dengan baik pada
balita dibanding dengan kelompok ibu dengan status pendidikan SD ke bawah. Diketahui juga
bahwa pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap morbiditas anak balita. Semakin
tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin baik tingkat kesehatan yang diperoleh si anak.

2.6.2 Faktor Umur

Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita yang berumur 12-24
bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibanding anak umur 25-59 bulan.

2.6.3 Faktor Lingkungan

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang
dominan, yaitu: sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi
bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman
diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan
dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.

2.6.4 Faktor Gizi

Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh karena itu, pengobatan
dengan makanan yang baik merupakan komponen utama penyembuhan diare tersebut. Bayi dan
balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal karena diare. Hal ini disebabkan karena
dehidrasi dan malnutrisi. Faktor gizi dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = 100-90, kurang =
<90-70, buruk = <70 dengan BB per TB.

7
2.6.5 Faktor Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor-faktor penyebab diare.


Kebanyakan anak mudah menderita diare berasal dari keluarga besar dengan daya beli yang
rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak mempunyai penyediaan air bersih yang memenuhi
persyaratan kesehatan.

2.6.6 Faktor Makanan/minuman yang dikonsumsi

Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air minum yang tidak
dimasak dapat juga terjadi sewaktu mandi dan berkumur. Kontak kuman pada kotoran dapat
langsung ditularkan pada orang lain apabila melekat pada tangan dan kemudian dimasukkan ke
mulut dipakai untuk memegang makanan. Kontaminasi alat-alat makan dan dapur.
Bakteri yang terdapat pada saluran pencernaan:

 Bakteri : Etamuba coli, salmonella, sigella.


 Virus : Enterovirus, rota virus.
 Parasit : Cacing (Ascaris, Trichuris) Jamur (Candida albikan).

2.6.7 Faktor terhadap Laktosa (Susu kaleng)

Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan. Pada bayi yang
tidak diberi ASI resiko untuk menderita diarelebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh
dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar. Menggunakan botol susu,
penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman sehingga menyebabkan diare.
Dalam ASI mangandung antibodi yang dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman
penyebab diare seperti Sigella dan V. Cholerae.

2.7 Epidemiologi Diare

Secara umum, epidemiologi diare adalah ilmu yang mempelajari bagaimana diare itu
menyebar dan menjangkiti manusia. Sebagian besar epidemioligi atau penyebaran penyakit diare
disebabkan karna faktor lingkungan dan sanitasi lingkungan yang buruk. Lingkungan yang tidak

8
bersih tersebut dapat menjadi pemicu timbulnya bakteri-bakteri penyebab diare di dalam tubuh
manusia

2.7.1 Air

Air yang kita gunakan untuk keperluan sehari-hari bila memiliki kebersihan yang minim
dapat membawa bakteri masuk ke dalam perut dan berdiam diri di dalam usus besar. Akibatnya,
bakteri penyebab diare itu leluasa menyerang dan menginfeksi usus manusia

2.7.2 Tanah

Tanah memang kotor. Sepertinya itu sudah merupakan kodrat yang diberikan oleh tuhan.
Pada tanah terdapat bakteri E.coli . untuk menghindari bakteri tersebut masuk ke dalam perut,
membiasakan mencuci bahan makanan dan memasak hingga matang adalah langkah yang tepat.

2.7.3 Tangan

Tangan yang kotor berisiko mengandung bakteri dan virus. Membiasakan diri untuk
mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar dan melakukan berbagai aktivitas merupak
cara paling ampuh untuk mengurangi resiko terserang penyakit.

2.7.4 Lalat

Lalat sering hinggap pada kotoran. Pada kotoran tersebut terdapat bakteri penyebab diare.
Bila lalat hinggap pada makanan, maka akan menyebabkan makanan itu tercemar. Penularan
dapat terjadi bila seseorang memakan makanan yang tercemar ini.

2.8 Pencegahan Diare

Ada beberapa cara yang efektif untuk mencegah diare, yaitu:

 Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting
 Meminum air minum sehat, atau air minum yang telah diolah, antara lain dengan cara
merebus atau pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi

9
 Pengelolaan sambah dengan baik dan sanitasi lingkungan yang baik
 Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban
dengan tangki septik
 Memberikan ASI pada bayi hingga usia 24 bulan.

2.9 Pengobatan Diare

Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi)
dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti salah makan,
bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis
pasien.

Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas penyebab
diare .seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare dan spasmolitik
yang membantu menghilangkan kejang perut yang tidak menyenangkan.

Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter


akan menentukan obat yang disesuaikan dengan penyebab diarenya misal bakteri, parasit.
Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan sebaiknya diminum sesuai petunjuk
dokter.

Sebenarnya usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara berlebihan tapi juga
elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare ini kemudian dapat menimbulkan
dehidrasi. Dehidrasi inilah yang mengancam jiwa penderita diare.

Penggolongan Obat Diare:

A. Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri penyebab diare seperti
antibiotika, sulfonamide, kinolon dan furazolidon.
1. Racecordil
Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi,
mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap

10
sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan
ketergantungan. Racecordil yang pertama kali dipasarkan di Perancis pada 1993
memenuhi semua syarat ideal tersebut.
2. Loperamide
Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara memperlambat
motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus.
Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek
konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Efek
samping yang sering dijumpai adalah kolik abdomen (luka di bagian perut),
sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi.
3. Nifuroxazide
Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap
Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan
Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan.
Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare yang disebabkan oleh E. coli &
Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik, baik digunakan untuk anak-
anak maupun dewasa.
4. Dioctahedral smectite

Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik berstruktur filitik,


secara in vitro telah terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan menyerap
toksin, bakteri, serta rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik mukus lambung dan
melawan mukolisis yang diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga dapat memulihkan
integritas mukosa usus seperti yang terlihat dari normalisasi rasio laktulose-
manitol urin pada anak dengan diare akut.

B. Obstipansia untuk terapi simtomatis (menghilangkan gejala) yang dapat menghentikan


diare dengan beberapa cara:
1. Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi
air dan elektrolit oleh mukosa usus seperti derivat petidin (difenoksilatdan
loperamida), antokolinergik (atropine, ekstrak belladonna)

11
2. Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak (tannin)
dan tannalbumin, garam-garam bismuth dan alumunium.
3. Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada permukaannya dapat
menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau
yang adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini adalah
juga musilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan luka-lukanya
dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin (suatu karbohidrat yang
terdapat antara lain sdalam buah apel) dan garam-garam bismuth serta
alumunium.
C. Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang seringkali
mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan oksifenonium.

Tiga cara dasar terapi di rumah bagi anak adalah:

1. Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi
 Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti cairan oralit, makanan cair
(sup, air tajin, minuman yoghurt) atau air matang. Gunakan larutan oralit untuk
anak.
 berikan larutan ini sebanyak yang anak mau.
 teruskan pemberian hingga diare berrhenti.
2. Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
 Teruskan ASI atau susu yang biasanya diberikan kepada anak
 Untuk anak < 6 bulan dan belum mendapat makanan padat dapat diberikan susu
yang dicairkan dengan aira sebanding selama 2 hari
 Bila anak ≥ 6 bulan atau telah mendapat makanan padat:
- Berikan bubur atau campuran tepung lainnya, bila mungkin dicampur
dengan kacang-kacangan, sayur, daging atau atau ikan, tambahkan 1 atau
2 sendok teh minyak sayur tiap porsi.
- Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menambah kalium.
- Berikan makanan yang segar, masak dan haluskan atau tumbuk dengan
baik.
- Dorong anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 6 kali sehari.
12
- Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti dan berikan makanan
tambahan setiap hari selama 2 minggu.
3. Bawa anak kepada petugas bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita sebagai
berikut:
 Buang air besar cair sering kali
 Muntah berulang-ulang
 Sangat haus sekali
 Makan atau minum sedikit
 Demam
 Tinja berdarah

Tabel 2.1 kebutuhan oralit per kelompok umur

Umur Jumlah oralit Jumlah oralit yang


yang diberikan disediakan dirumah
tiap b.a.b
< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari (2 bungkus)
1-4 bulan 100-200 ml 600-800 ml/hari, 3-4 bungkus
> 5 tahun 200-300 ml 800-1.000 ml/hari, 4-5 bungkus
Dewasa 300-400 ml 1.200-2.800 ml/hari

Cara memberikan oralit:

1. Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak di bawah 2 tahun
2. Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua
3. Bila anak muntah, tunggulah 10 menit. Kemudian berikan cairan lebih sedikit.
4. Bila diare berlanjut setelah bungkus oralit habis, berikan cairan seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya.

Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO, tiap 1 liter mengandung 3,5 g/l natrium klorida, 2,5
g/l natrium bikarbonat, 1,5 g/l kalium klorida, dan 20 g/l glukosa. Elektrolit yang dikandung

13
meliputi natrium 90 mMol/l, klorida 80 mMol/l, kalium 20 mMol/l, bikarbonat 30 mMol/l, dan
glukosa 111 mMol/liter.

14

You might also like