You are on page 1of 47

araey_nddud

Rabu, 21 Maret 2012


ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.T DENGAN THYPOID DI RUANG
INAYAH KAMAR 11 PKU MUHAMMADIYAH GAMBONG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.T DENGAN THYPOID


DI RUANG INAYAH KAMAR 11
PKU MUHAMMADIYAH GAMBONG

PENGKAJIAN
Tanggal masuk RS : 10-05-2011
Jam masuk RS : 19.45 WIB
Tanggal pengkajian : 15-05-2011
Jam pengkajian : 20.30 WIB
Pengkaji : Ira Indra Imawati
1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : An.T
Tempat/tgl lahir : Kebumen,06-11-2006
Umur : 4,6 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Bahasa yang dimengerti : Jawa/Indonesia
Dx Medis : Thypoid
No Rekam Medis : 0198092

Orang tua/wali :
Nama ayah/ibu/wali : Tn.K
Pekerjaan ayah/ibu/wali : Buruh
Alamat ayah/ibu/wali : Wonorejo,1/2 karanganyar
2. KELUHAN UTAMA
Pasien panas .

3. RIWAYAT KELUHAN SAAT INI


Pada tanggal 10 mei 20011 pukul 19.45 WIB klien di bawa ke IGD PKU Muhammadiyah
Gombong dengan keluhan panas sejak 5 hari yang lalu,pusing,mual,lemes,.Pada saat di IGD
pasien mendapatkan terapy Aminopilin 2x300 g/l, amoxilin g/l, Infus RL 12tpm, puyer
(Paracetamol 250mg 3x1).Tanda tanda vital Nadi di IGD; 110 x/mnt, suhu; 40º C, RR ; 16x/mnt.
BB: 12Kg
Pasien dibawa ke bangsal inayah sekitar jam 20.00 WIB. Pada saat di ruangan Kondisi klien
tampak lemas,akral hangat,pusing,pasien mual,tidak mau makan, tanda tanda vital; S: 3880C, N:
100x/m, R:20x/m.

4. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


1. Prenatal :
Selama kehamilan ibu klien melakukan ANC ke bidan secara teratur sesuai dengan anjuran dari
bidan, selama hamil tidak ada keluhan dan penyakit yang diderita ibu klien
2. Perinatal dan post natal :
An. N lahir spontan ditolong bidan, BBL 3,2kg, langsung menangis.
3. Penyakit yang pernah diderita :
Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah sakit yang mengharuskan dirawat di RS, baru kali
ini.
4. Hospitalisasi/tindakan operasi :
Klien belum pernah mengalami hospitalisasi sebelum sakit yang sekarang.
5. Injuri/kecelakaan :
Ibu klien mengatakan anaknya belum pernah mengalami kecelakaan.
6. Alergi :
Ibu klien mengatakan anaknya tidak mempunyai riwayat alergi demikian juga dengan keluarga,
tidak ada yang mempunyai riwayat alergi.
7. Imunisasi dan tes laboratorium :
Ibu klien mengatakan anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap.
8. Pengobatan :
Apabila klien sakit ibu klien membawa ke bidan atau dokter.

5. RIWAYAT SOSIAL :
1. Yang mengasuh :
Yang mengasuh klien adalah ibunya sendiri
2. Hubungan dengan anggota keluarga :
Hubungan dengan keluarga dan orang lain baik, komunikasi masih belum lancar karena masih
dalam taraf perkembangan.
3. Hubungan dengan teman sebaya :
Hubungan dengan teman sebaya baik
4. Pembawaan secara umum :
Klien nampak pendiam, kooperatif, tidak takut dengan petugas

6. RIWAYAT KELUARGA
1. Sosial ekonomi :
Ibu klien sebagai seorang ibu rumah tangga dan bapak klien sebagai buruh.
2. Lingkungan rumah :
Ibu klien mengatakan lingkungan rumahnya cukup bersih dan ventilasi udara cukup, lantai
rumah dari semen, jumlah jendela 6 buah, tidak ada sumber polusi yang dekat dengan rumahnya.
3. Penyakit keluarga :
Tidak ada anggota keluarga, saudara yang mempunyai penyakit menular ataupun menurun.

7. PENGKAJIAN TINGKAT PERKEMBANGAN SAAT INI


1. Personal sosial
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa memakai baju, gosok gigi dengan bantuan
ibunya, cuci dan mengeringkan tangan, menyebutkan nama temanya.
2. Motorik halus
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa membuat menara dari 6 kubus,meniru garis
vertikal.
3. Bahasa
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa bicara cukup mengerti, menyebut 4 gambar,
mengatakan 2 nama kegiatan
4. Motorik kasar
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa melompat dan melempar bola lengan ke atas
Interpretasi
Pertumbuhan dan perkembangan normal

8. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN KLIEN


1. Pemeliharaan kesehatan :
Selama ini apabila anaknya sakit atau ada anggota keluarga yang sakit maka akan priksa ke
bidan kalau tidak sembuh dibawa ke dokter ataupun di bawa ke rumahsakit
2. Nutrisi :
Saat ini klien mendapatkan diet bubur kasar ,ibu klien mengatakan klien susah makan sejak
sebelum sakit biasanya hanya makan pagi dan sore saja dan paling hanya 8- 10 sendok makan,
pada saat dikaji ibu klien mengatakan klien makan hanya 1-3 sendok. Ibu klien mengatakan
anaknya muntah.
3. Cairan :
Sebelum sakit klien minum susu 1-3 gelas perhari, selama sakit klien minum susu 1 gelas dan
kadang minum air putih serta mendapatkan terapi cairan IV RL.
4. Aktivitas :
Sebelum sakit klien tidak ada keluhan dalam aktifitasnya, dapat bermain dengan teman-teman
sebayanya di rumah, sekarang klien hanya tiduran, tidak bisa beraktifitas seperti biasanya, ADL
dibantu oleh ibunya dan perawat.
5. Tidur dan istirahat :
Sebelum sakit klien tidur sekitar pukul 19.30 s.d 05.00, tidur siang 2x dengan konsistensi 1 jam ,
pada saat sakit klien tidur sekitar jam 20.00 sampai jam 05.00, tidur siang sekitar 3 jam dengan
konsistensi 1 jam.
6. Eliminasi :
Sebelum sakit klien biasanya BAB 1x /hari BAK: 4-6x/hari
Pada saat dikaji klien BAB 1x konsistensi padat dan BAK 3-4x/hari
7. Pola hubungan :
Hubungan dengan orang tua baik, dengan orang lain dan perawat baik.
8. Koping atau temperamen dan disiplin yang diterapkan :
Orang tua klien memberikan kebebasan kepada anaknya untuk bermain bersama teman-
temannya asalkan tidak melebihi waktunya beristirahat.
9. Kognitif dan persepsi :
Tidak ada keluhan tentang penglihatan, penciuman, pendengaran dan perabaan, klien berumur
4,6 tahun kemampuan kognitifnya baik,
10. Konsep diri :
Ibu klien mengatakan pingin anaknya cepat sembuh karena tidak tega melihat anaknya sakit.
11. Seksual dan menstruasi :
Klien berjenis kelamin perempuan usia 4,6 tahun, belum mengalami menstruasi.
12. Nilai :
Tidak ada nilai-nilai keluarga yang bertentangan dengan kesehatan.

9. PEMERIKSAAN FISIK :
1. Keadaaan umum :
1. Tingkat kesadaran : composmentis.
2. S: 3880C, N: 100x/m, R:20x/m.
3. BB; 11 kg ,TB; 105 cm , LLA ; 18 cm , LK; 49 cm,LD; 60cm
2. Kulit :
Warna sawo matang, kulit teraba hangat, kuku pendek dan bersih, turgor kulit menurun,
3. Kepala :
Bentuk mesochepal, warna rambut hitam, lurus, tersisir rapi dan bersih.
4. Mata :
Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis.
5. Telinga :
Simetris, discharge (-) bersih, bentuk normal.
6. Hidung :
Simetris, discharge (-), bentuk normal,
7. Mulut :
Simetris, mukosa bibir kering, gigi normal, bersih, karies (-),
Lidah kotor/ putih
8. Leher :
JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran limponodi.
9. Dada :
Paru-paru
I : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
P : tidak ada nyeri tekan
P : sonor
A : vesikuler

Jantung
S1-S2 murni, tak ada murmur, bising (-).
10. Payudara :
Tak ada keluhan, simetris.
11. Abdomen :
I : terlihat membesar
A : bunyi bising usus 10x/m
P :perut kembung, agak keras
P :bunyi thimpany
12. Genetalia :
Tak ada keluhan.
13. Muskuleskeletal :
Tak ada keluhan, pergerakan sendi sesuai jenis, ROM baik.
14. Neurologi :
Normal, tak ada keluhan.

10. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG


a.Lab darah
Tanggl :15-05-2011
Pukul :10.44 WIB
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Bilirubin total 0,90 mg/dl 0.00-1.00
Bilirubin direk 0.30 mg/dl < 0,20
SGOT 22.0 u/l 40.0 u/l
SGPT 23.0 u/l 41.0 u/l
Leokosit 12.61 4.80-10.80
Eritrosit 4.52 4.20- 5.40
Hemoglobin 11,9 g/dl 12-16 g/dl
Hematokrit 34.9 % 37-47 g/dl
MCV 77.2 79-99
MCH 34.1 g/dl 33.0-47.0
Trombosit 178x 10 /ul 82.0-95.0
HbSag Negative negatif
Gol. Darah O -
Widal (+)

C. Terapi
Tanggal Per-oral Per-interal
1. Ceftriaxon 2x 3 mg
Paracetamol 250 mg 2. Dexa 3 x2 mg
Ctm 3x1 3. Sotatic 2x 1 ½
4. N. 500 /drip
Curliv 2x1 5. Inffus RL 20 tpm
6. D5 15 tpm

1. ANALISA DATA

No Data Etiologi Problem


1 DS : ibu Klien mengatakan anaknya badan nya Proses infekksi Hipertermi
panas salmonella thypi
DO :
1. klien tampak lemas,
2. akral teraba hangat
3. Suhu: 3880C
4. Nadi: 100x/ menit
5. RR: 20x/ menit
2 DS: Proses inflamasi nyeri
P: ibu pasien mengatakan anak nya nyeri bila
untuk beraktifitas/bergerak hilang apabila saat
beristirahat.
Q : ibu pasien mengatakan nyeri anak nya
seperti ditusuk-tusuk
R: ibu Pasien mengatakan nyeri anak nya pada
perut bagian kanan atas.
S: Skala nyeri 4
T: nyeri timbul hingga 5 menit
DO:
Wajah pasien tampak menahan nyeri
N :100x/mnt
S : 38 C
RR: 20x/mnt
Ps lemah, ps tampak gelisah, ps merintih
kesakitan
Nafsu makan menurun, mual (+)
Konjungtiva anemis
Akral hangat
Pasien menangis
3 DS : - ibu klien mengatakan klien makan susah Anoreksia ( mual dan Resiko nutrisi
hanya 1-3 sendok.
muntah) kurang dari
6. Ibu klien mengatakan anaknya muntah ± 2-3x
kebutuhan
setiap makan
7. ibu Klien mengatakan anaknya badan nya
panas
DO :
8. klien muntah
9. BB : 11 kg
10. Porsi makan dari RS hanya dimakan 1-3
sendok

2. PRIORITAS MASALAH
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
salmonella thypi
2. Nyeri b.d proses inflamasi
3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d
anoreksia ( mual & muntah)

3. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnoses Tujuan intervensi
1 Hipertermi Setelah dilakukan tindakan
1. Mengobserfasi tanda – tanda vital
berhubungan keperawatan selama 2 x 24
2. Pantau aktifitas kejang
dengan proses jam diharapkan suhu tubuh
ifeksi salmonella normal engan 3. KH: Pantau hidrasi
thypi Mempertahaankan suhu
4. Berikan kompres air biasa
tubuh dalam batas normal
5. Pemberian terapi 0bat anti piretik sesuai
program
2 Nyeri b.d proses Setelah dilakukan tindakan a.monitor KU
inflamasi keperawatan selama 2x24 b.kaji tingkat nyeri intensitas dan skala
jam diharapkan nyeri nyeri
berkurang,dengan KH: c.jelaskan penyebab nyeri
Skala nyeri menjadi 3 d.ajarkan teknik distraksi relaksasi(nafas
Pasien nampak lebih rileks dalam)
1. Pasien mampu e.posisikan pasien senyaman mungkin
mengontrol nyeri
f.kolaborasi dengan tim medis pemberian
obat analgesik
3 Resiko nutrisi Setelah dilakukan tindakan
1. Kaji pola dan kebiasaan makan
kurang dari keperawatan selama 2 x 24
2. Observasi adanya muntah
kebutuhan b.d jam kebutuhan nutrisi
anoreksia ( mual, adekuat dengan 3. kriteria Menganjurkan keluarga untuk memberi
muntah) hasil :
makanan dalam porsi kecil tapi sering dan
2. Klien tidak muntah
3. Porsi makan yang tidak merangsang produksi asam (biskuit)
disediakan habis
4. Memberikan terapi pemberian cairan dan
nutrisi sesuai program
5. Memberikan terapi pemberian anti
emetik sesuai program
1. IMPLEMENTASI
1. Hipertermi b.d proses infeksi salmonella thypi
Tgl Implementasi Respon pasien Ttd
15-05-
1. Mengukur tanda – tanda1.vital S: 37,80 C, N: 100x/m, R:20x/m.
2011
2. Memantau aktifitas kejang
3. Menganjurkan keluarga untuk
2. Pasien tidak mengalami kejang
memberikan sedikit minum tapi
sering
3. Klien sedikit-sedikit mau minum
4. memberikan kompres hangat
5. memberikan terapi sesuai
program
4. Pasien dikompres pake air hangat

5. Terapi diberikan
16-05-
1. Mengukur kembali tanda6.– S: 36,8C, N: 100x/m, R:20x/m.
2011
tanda vital
2. Memantau kembali aktifitas
7. Pasien tidak mengalami kejang
kejang
3. Menganjurkan kembali
keluarga untuk memberikan
8. Klien sedikit-sedikit mau minum
sedikit minum tapi sering
4. memberikan kompres hangat
5. memberikan kembali terapi
9. Pasien sudah tidak dikompres
sesuai program

10. Terapi diberikan

2. Nyeri b.d proses inflamasi

Tgl Implementasi Respon pasien Ttd


1. Monitor KU / TTV
15-05-2011 Keadaan pasien lemah
2. Mengkaji skala nyeri N : 100 x/mnt
3. Memberikan posisi yang nyaman. R : 20 x/mnt
4. Mengajarkan teknik relaksasi S : 37 C
5. Memberikan motivasi untuk
kompres air hangat pada bagian Skala nyeri 4
yang sakit
6. Memberikan terapi obat analgesik

-terapi masuk

1. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia ( mual, muntah)


Tgl Implementasi Respon pasien Ttd
15-05-2011
1. Mengkaji pola dan kebiasaan Klien makan hanya 1-3sdm
makan
2. Mengobservasi adanya klien sudah muntah 1x
muntah
3. Menganjurkan keluarga untuk Ibu klien mengatakan anaknya masih
susah makan
memberi makanan dalam porsi
kecil tapi sering dan tidak
merangsang produksi asam
(biskuit)
4. Memberikan terapi
pemberian cairan dan nutrisi
sesuai program
Infus RL terpasang 20tpm
5. Memberikan terapi
pemberian anti emetik sesuai
program

Terapi diberikan
16-05-2011
6. Mengkaji kembali pola 1.
dan Klien menghabiskan ¼ porsi dari RS
kebiasaan makan
7. Mengobservasi kembali
2. Klien sudah tidak muntah terus
adanya muntah
8. Menganjurkan kembali pada
3. Klien terlihat makan biskuit,pisang
keluarga untuk memberi
makanan dalam porsi kecil tapi
sering dan tidak merangsang
produksi asam
9. Memberikan kembali terapi
pemberian cairan dan nutrisi
sesuai program
10. Memberikan kembali terapi
4. Infus RL terpasang 20 tpm
pemberian obat anti emetik
sesuai program

5. Terapi diberikan

2. EVALUASI

Hari / tanggal SOAP Ttd


Rabu S: ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak panas
18-05-2011 O: klien masih tampak lemas,
1. klien sudah tdak muntah
2. Suhu: 36 C
3. Nadi: 90x/ menit
4. RR: 20x/ menit
A: masalah teratasi sebagian
P: pertahankan intervensi
Rabu S: ibu Pasien mengatakan ,anak nya sudah tidak nyeri
18-05-2011
perut
O: pasien nampak rileks
A: Masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
Motivasi pasien untuk tetap melakukan teknik
relaksasi distraksi (nafas dalam) bila nyeri timbul
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik

Rabu S:
18-5-2011 - S: ibu klien mengatakan ,klien setiap habis makan
sudah berkurang muntah nya.
O: klien masih muntah 1x
5. BB : 11kg
6. Porsi makan dari RS hanya dimakan ¼ porsi
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.T DENGAN THYPOID
DI RUANG INAYAH KAMAR 11
PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Disajikan Sebagai Tugas


Pada Pembelajaran Anak
Program Pendidikan S1 Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Gombong

Oleh :
Pupupt Dwi Utmi
( A1.0800462 )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2011

PENGESAHAN

Lembar pengesahan :

Laporan Kasus
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.T DENGAN THYPOID DI RUANG INAYAH
KAMAR 11 PKU MUHAMMADIYAH GAMBONG

Telah disetujui pada hari / tanggal :

Pembimbing lahan Mahasiswa

( Tulo Bariyem, S.Kep ) (Puput Dwi Utami)

Pembimbing Akademik

(Tyas, S.kep.Ns)
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Di Indonesia demam thypoid jarang dijumpai secara epidemic , tetapi lebih sering
bersifat seporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang menimbulkan lebih dari satu
kasus pada orang-orang serumah. Pasien anak yang ditemukan berumur diatas 1 tahun.
Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan
bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan
mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002)
Masa inkubasi demam thypoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari)
bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam
keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002)
BP RSUD Kebumen adalah salah satu Rumah Sakit daerah yang mengelola berbagai
penyakit, termasuk penyakit thipoid. Bangsal Melati adalah salah satu bangsal di BP RSUD
Kebumen yang mengelola pasien anak. Di Bangsal Melati pada bulan april terdapat 10 pasien
anak yang menderita penyakit thypoid.
Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada
umumnya seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, serta suhu
badan yang meningkat.
Pada minggu kedua maka gejala/tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam
remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung, bisa disertai gangguan
kesadaran dari ringan sampai berat. Lidah tifoid dan tampak kering, dilapisi selaput kecoklatan
yang tebal, di bagian ujung tepi tampak lebih kemerahan. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)
2. Konsep Dasar
1. Definisi
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan
urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella.
( Bruner and Sudart, 1994 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
Thypi
( Arief Maeyer, 1999 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan
paratyphoid abdominalis
( Syaifullah Noer, 1996 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever,
enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis
(.Seoparman, 1996).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang
disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
(Mansoer Orief.M. 1999).

Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah
suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang dapat
menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.

2. ETIOLOGI
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. Ada dua sumber
penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier
adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi
dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

C.PATOLOGI ANATOMI
Susunan saluran pencernaan terdiri dari : Oris (mulut), faring (tekak), esofagus
(kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestinum minor (usus halus), intestinum mayor (usus
besar ), rektum dan anus. Pada kasus demam tifoid, salmonella typi berkembang biak di usus
halus (intestinum minor). Intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang
berpangkal pada pilorus dan berakhir pada seikum, panjangnya  6 cm, merupakan saluran
paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang terdiri dari :
lapisan usus halus, lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan
otot memanjang (muskulus longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).
Usus halus terdiri dari duodenum (usus 12 jari), yeyenum dan ileum. Duodenum disebut
juga usus dua belas jari, panjangnya  25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri pada
lengkungan ini terdapat pankreas. Dari bagian kanan duodenum ini terdapat selapu t lendir yang
membukit yang disebut papila vateri. Pada papila vateri ini bermuara saluran empedu (duktus
koledikus) dan saluran pankreas (duktus wirsung/duktus pankreatikus). Dinding duodenum ini
mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini disebut kelenjar
brunner yang berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.
Yeyenum dan ileum mempunyai panjang sekitar  6 meter. Dua perlima bagian atas
adalah yeyenum dengan panjang  23 meter dari ileum dengan panjang 4 – 5 m. Lekukan
yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan
peritonium yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.
Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri dan vena
mesenterika superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritonium yang
membentuk mesenterium. Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang
tegas.
Ujung dibawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantaraan lubang yang bernama
orifisium ileoseikalis. Orifisium ini diperlukan oleh spinter ileoseikalis dan pada bagian ini
terdapat katup valvula seikalis atau valvula baukhim yang berfungsi untuk mencegah cairan
dalam asendens tidak masuk kembali ke dalam ileum.
Mukosa usus halus. Permukaan epitel yang sangata luas melalui lipatan mukosa dan
mikrovili memudahkan pencernaan dan absorbsi. Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan sub
mukosa yang dapat memperbesar permukaan usus. Pada penampang melintang vili dilapisi oleh
epitel dan kripta yag menghasilkan bermacam-macam hormon jaringan dan enzim yang
memegang peranan aktif dalam pencernaan.
Didalam dinding mukosa terdapat berbagai ragam sel, termasuk banyak leukosit. Disana-sini
terdapat beberapa nodula jaringan limfe, yang disebut kelenjar soliter. Di dalam ilium terdapat
kelompok-kelompok nodula itu. Mereka membentuk tumpukan kelenjar peyer dan dapat berisis
20 sampai 30 kelenjar soliter yang panjangnya satu sentimeter sampai beberapa sentimeter.
Kelenjar-kelenjar ini mempunyai fungsi melindungi dan merupakan tempat peradangan pada
demam usus (tifoid). Sel-sel Peyer’s adalah sel-sel dari jaringan limfe dalam membran mukosa.
Sel tersebut lebih umum terdapat pada ileum daripada yeyenum. ( Evelyn C. Pearce, 2000)
D.PATOFISIOLOGI
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan
5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui
Feses.

Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi
kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan
hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman
salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke
dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk
ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman
berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel
retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan
bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.

Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia
bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada
patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam
disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat
pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.

E..KOMPLIKASI

a. Komplikasi intestinal

1) Perdarahan usus

2) Perporasi usus

3) Ilius paralitik
b. Komplikasi extra intestinal

1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis,


tromboplebitis.
2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer, sindroma
Guillain bare dan sidroma katatonia.
F.PENATALAKSANAAN
1. Perawatan
1. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi
perdarahan usus.

2. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi
perdarahan.

2. Diet
Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
2. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
Diposkan oleh araey_enduud di 18:51
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Jumat, 11 Mei 2012
ASKEP PADA ANAK DENGAN THYPOID

TINJAUAN TEORITIS

I. Pengertian
 Demam Tipoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella
tiphii yang menyerang saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu,
gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. (Buku Pedoman Penatalaksanaan
Penyakit, hal 117).
 Demam Tipoid adalah penyakit infeksi akut usus halus. (Kapita Selekta Kedokteran, jilid 1, hal
421)
 Demam Tipoid adalah penyakit menular yang bersigat akut yang ditandai dengan bakteremia,
perubahan pada system retikuloendotenial yang bersifat difus pembentukan mikroabses dan
ulserasi nodus payer di distal ileum. (Ilmu Penyakit Anak, hal 1).

II. Etiologi
Etiologi demam tipoid adalah salmonella tiphii, dimana mikroorganisme ini merupakan bakteri
gram negative yang motif, bersifat aerob dan tidak membentuk sopra. Salmonella tiphii dapat
tumbuh dalam semua media yang selektif. Bakteri ini memfregmentasi glukosa dan manosa
tetapi tidak dapat memfregmentasi laktosa. Salmonella tiphii bahwa dapat hidup dalam tubuh
manusia. Sumber penularan berasal dari tinja dan urin karier, dari penderita pada fase akut dan
fase penyembuhan.

III. Manifestasi Klinik


Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada
umumnya, yaitu :
 Demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan
tidak enak di perut, batuk dan epiktaksis.
 Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardi relative, lidah
tipoid, hepatomegali, splenomegali, meteorismus, dan gangguan kesadaran.

IV. Patogenesis

Salmonella Typhosa

Saluran Cerna

Diserap Oleh Usus Halus

Bakteri
Memasuki Aliran Darah Sistemik

Kelenjar Limpoid Hati Limpa Endotoksin

Usus Halus

Tukak Hepatumegali Splenomegali Demam


Pendarahan dan Perforasi Nyeri Perabaan

V. Penatalaksanaan
1. Pemberian antibiotic; untuk menghentikan dan memusnakan penyebaran kuman. Antibiotik
yang dapat digunakan :
a. Kloramfenikoldosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500 mg, diberikan selama demam
dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 4 x 250 mg selama
5 hari kemudian. Penelitian terakhir (Nelwan, dkk di RSUP Persahabatan), penggunaan
kloramfenikol masih memperlihatkan hasil penurunan suhu 4 hari, sama seperti obat-obat terbaru
dari jenis kuinolon.

b. Ampisilin / Amoksilin; dosis 50 – 150 mg / kg BB, diberikan selama 2 minggu.


c. Kotrimoksasol; 2 x 2 tablet (a tablet mengandung 400 mg sulfametoksasol 80 mg trimetoprim,
diberikan selama 2 minggu pula.
d. Sefalosporin generasi II dan III. Di Sub bagian Penyakit Tropik dan Infeksi FKUI RSCM,
pemberian sefalosporin berhasil mengatasi demam tipoid dengan baik. Demam pada umumnya
mengalami reda pada hari ke-3 atau menjelang hari ke-4.
2. Istirahat dan perawatan professional; bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat
pertumbuhan. Pasien harus tirah baring absolute sampai minimal 7 hari bebas demam atau
kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap sesuai dengan pulihnay kekuatan
pasien. Dalam perawatan perlu sekali dijaga hygiene perseorangan, kebersihan tempat tidur,
pakaian dan peralatan yang dipakai oleh pasien. Pasien dengan kesadaran menurun, posisinya
perlu diubah-ubah untuk mencegah dekubitus dan pneumonia nipostatik. Defekasi dan buang air
kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi abstipasi dan retensi urin.
3. Diet dan terapi penunjang (simtomatis dan suportif)
Pertama pasien diberi bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai tingkat
kesembuhan pasien. Juga perlu diberikan vitamin dan mineral yang cukup untuk mendukung
keadaan umum pasien.
VI. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah tepi : Leukopenia, Limfositosis, Aneosinofilia, Anemia, Trombositopenia.
2. Pemeriksaan sum-sum tulang : menunjukan gambaran hiperaktif sum-sum tulang.
3. Biakan empedu : terdapat basil salmonella typhosa pada urin dan tinja. Jika pada pemeriksaan
selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan basil salmonella typhosa pada urin dan tinja,
maka pasien dinyatakan betul-betul sembuh.
4. Pemeriksaan widal : didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau lebih, sedangkan titer
terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna untuk menegakkan diagnosis
karena titer H dapat tetap tinggi setelah dilakukan imunisasi atau bila penderita telah lama
sembuh

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


DENGAN TYPHUS ABDOMINALIS

1. Pengkajian :
a. Identitas Pasien :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Agama :
Suku/Bangsa :
Tanggal MRS :
Tanggal Pengkajian :
Ruangan :
Diagnosa Medis :
No. Me. Reg :
b. Identitas Penanggung :
 Nama Ayah :
Agama :
Pendidikan :
Alamat :
Umur :
 Nama Ibu :
Agama :
Umur :
Pendidikan :
Alamat :

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
 Keluhan Utama : demam
Utama : demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu
nyertai : anoreksia, nyeri perut, nyeri kepala, jual, muntah, batuk, diare.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu


 Riwayat Kehamilan / Persalinan
 Prenatal
- Kondisi ibu saat hamil
- Ada kelainan / tidak, pecahnya ketuban dini
- Nutrisi yang dikonsumsi / obat-obatan yang dipakai
- Berapa kali priksa kehamilan di RS / puskesmas
- Dapat diimunisasi / tidak
 Natal
- Lahir premature / aterm atau posaterm
- Lahir spontan / dengan alat atau spontan
- Letak bokong atau sungsang atau normal
- Ditolong oleh siapa
- Ada cacat bawaan
 Neonatal
- Kondisi bayi waktu lahir
- BB / PB apgar score
- Warna kulit waktu lahir
- Ada masalah / tidak setelah lahir / aspirasi
 Post Natal
- Lamanya ibu dirawat di RS setelah persalinan
- Bagaimana produksi ASI setelah persalinan
- Apa bayi bisa menetek dengan baik
 Riwayat Tumbuh Kembang
Bagaimana riwayat tumbuh kembang bayi
 Riwayat Imunisasi

c. Pola Kebiasaan
epat dan dangkal
 Makan dan minum : tidak ada nafsu makan
 Eliminasi : BAK : tidak terganggu
stensi encer, berbau busuk
 Pergerakan yang berhubungan dengan sikap : aktivitas terbatas karena kelemahan
ngguan karena sering defekasi
 Memilih, mengenakan dan melepaskan pakaian : karena adanya kelemahan tubuh
maka pasien memerlukan bantuan dalam mengenakan dan melepaskan pakaian
 Suhu tubuh : terjadi peningkatan
 Kebersihan dan kesegaran tubuh : perlu bantuan orang lain dalam membersihkan tubuh
 Mencegah dan menghindari bahaya : pasien rentang terhadap bahaya karena kelemahan fisik
 Beribadah sesuai keyakinan : umumnya pasien lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
 Komunikasi dengan orang lain : komunikasi terbatas karena adanya kelemahan, adanya
keterbatasan dalam mengerjakan dan melaksanakan sesuai dengan kemampuan pasien
 Berpartisipasi dalam bentuk rekreasi : pasien kurang berminat dalam melakukan rekreasi
 Belajar memuaskan keingintahuan yang mengarah pada perkembangan kesehatan : pasien
banyak bertanya-tanya tentang penyakitnya

d. Pemeriksaan fisik
 KU : lemah
 Kesadaran: kompos mentis
 TTV : - Tekanan darah : meningkat
- Nadi : cepat
- Respirasi : cepat dan dangkal
- Suhu : meningkat
 Kepala : nyeri tekan, simetris
 Mata : simetris
 Hidung : simetris
 Mulut : bibir kering dan lidah beslag
 Ekstremitas : pergerakan terbatas
 Thoraks : normal
 Kulit : pucat
 Abdomen : - nyeri tekan
- kembung
 Berat badan : terjadi penurunan berat badan
 Tinggi badan :
 Anus : kemerahan karena seringnya defekasi
 Neurology : ada gerak reflek
 Pemeriksaan penunjang : - uji serologis
- darah
- isolasi krem
ANALISA DATA

No Data Dampak Masalah Masalah


Ds
1 : Pasien mengatakan Biakan empedu dan widal Peningkatan suhu
badannya terasa panas tubuh
Do :
- Suhu badan meningkat Terjadi peradangan
- Bradikardi relatif
Peningkatan suhu tubuh
2 Ds : Pasien mengeluh Kekurangan
Peningkatan suhu tubuh
merasa mual disertai volume cairan
dengan demam
Do : Intake cairan peroral yang
- Pasien muntah kurang
- Suhu tubuh meningkat
Kekurangan volume cairan

3Ds : pasien mengeluh mual dan Perubahan nutrisi


Anoreksia
tidak ada nasu makan kurang dari yang
Do : pasien muntah dibutuhkan tubuh
muntah

pemasukan cairan

perubahan nutrisi kurang


dari yang dibutuhkan
4 Ds : - Gangguan pola
Proses peradangan pada
Do : Feses encer eliminasi
usus halus

Diare
Gangguan pola eliminasi
Ds5: Pasien mengatakan merasa Keterbatasan
Kelemahan
lemah aktivitas terutama
Do : Pasien tampak lemas dalam memenuhi
Imobilisasi kebutuhan sehari-
hari dalam hal
Keterbatasan aktivitas nutrisi eliminasi,
terutama dalam memenuhi dan personal
kebutuhan sehari-hari hygiene
dalam hal nutrisi, eliminasi
dan personal hygiene
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Peningkatan suhu Suhu tubuh kembali- Observasi tanda-- Mengetahui keadaan
tubuh b/d proses normal dengan tanda vital umum pasien
peradangan usus criteria hasil ; terutama suhu
halus, ditandai Ds : tidak demam tubuh tiap 2 – 4 - Mengurangi
dengan : Do : tanda-tanda vital jam. peningkatan suhu
Ds : Pasien mengatakan dalam batas normal- Berikan kompres tubuh
badan terasa panas dingin. - Memberikan suasana
Do : Suhu tubuh - Atur suhu yang menyenangkan
meningkat ruangan yang dan menghilangkan
Bradikardi relatif nyaman. ketidaknyamanan.
2 Kurangnya volume Kebutuhan cairan - Jelaskan kepada- Agar pasien dapat
cairan b/d terpenuhi dengan pasien tentag mengetahui tentang
peningkatan suhu criteria hasil : pentingnya cairan pentingnya cairan dan
tubuh, intake cairan Ds : - tidak mual dapat memenuhi
peroral yang kurang - tidak demam- Monitor dan kebutuhan cairan.
(mual, muntah), Do : - muntah catat intake dan - Untuk mengetahui
ditandai dengan : - suhu tubuh dalam output cairan keseimbangan intake
Ds : merasa mual disertai batas normal da output cairan
dengan demam - Kolaborasi
Do : - muntah dengan dokter - Untuk mengetahui
- bradikardi dalam pemberian pemberian dosis yang
relative antiemetik tepat
3 Diare b/d proses Pola eliminasi - Kaji pola - Untuk mengetahui
peradangan pada sesuai dengan eliminasi pasien output dan dapat
usus halus ditandai kebiasaan sehari- ditentukan intake yang
dengan : hari dengan criteria- Berikan sesuai
Ds : - hasil : minuman oralit - Untuk
Do : feses encer Ds : - menyeimbangkan
Do : konsistensi - Kolaborasi elektrolit
normal dengan dokter - Untuk mengetahui
dalam obat dosis yang tepat
menghentikan diare
4 Perubahan nutrisi Kebutuhan nutrisi - Berikan - Untuk menimbulkan
kurang dari yang terpenuhi dengan makanan yang selera pasien dan
dibutuhkan tubuh b/d criteria hasil : tidak merangsang mengembalikan status
mual, muntah, Ds : - tidak demam saluran cerna, nutrisi
anoreksia ditandai - mual dan sajikan dalam
dengan : berkurang keadaan hangat
Ds : mengeluh mual Do : - tidak ada - Monitor dan - Untuk mengetahui
dan tidak ada nafsu muntah catat makanan keseimbangan haluaran
makan - porsi makan tidak yang dihabiskan dan masukan
Do : muntah dihabiskan pasien
5 Intoleransi aktivitas Kebutuhan sehari- - Kaji kemampuan
- Untuk mengetahui
terutama dalam hari terpenuhi pasien dalam tingkat kemampuan
memenuhi kebutuhan setelah diberi memenuhi pasien
sehari-hari dalam hal tindakan kebutuhan sehari-
nutrisi, eliminasi, keperawatan dengan hari
personal hygiene b/d criteria hasil : - Bantu pasien - Agar kebutuhan
kelemahan dan Ds : pasien mengatakan dalam melakukan pasien dapat terpenuhi
imobilisasi ditandai tidak lemah aktivitas
dengan : Do : tampak rileks
Ds : pasien
mengatakan lemah
Do : tampak lemas
DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, jilid I. Media Aesculapius : Jakarta.
1999.
2. suriadi dan Yuliani, Rita. Asuhan Keperawatan pada anak. Cv Sagung Seto. Jakarta : 2001.

You might also like