You are on page 1of 20

LAPORAN TUGAS PROYEK EKOLOGI PENCEMAR

KONDISI PENCEMARAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH


DI TPA KOTA MANCANI KOTA PALOPO

KELOMPOK VII

Namping (1603409010)
Sasa (1603409024)
Bella Triana (1603409035)
Rahmat (1603409037)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2018

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan tugas proyek Ekologi Pencemar “Kondisi Pencemaran dan Pengolahan


Limbah” yang di susun oleh:

Nama : Namping 1603409010


Sasa 1603409024
Bella Triana 1603409035
Rahmat 1603409037

Kelas : Biologi/ IVA


Kelompok : VII (Tujuh)

Telah diperiksa dan dikoreksi oleh dosen penanggung jawab yang


bersangkutan serta dinyatakan diterima.

Palopo, 20 Mei 2018

Dosen Penanggung Jawab

Nur Muhajirah Yunus, S.Pd., M.Kes.


NIDN. 0914088802

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang


maha pengasih dan penyayang yang telah memberikan rahmat, hidayah dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini. Tidak
lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi laporan ini agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam laporan ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini.

Palopo, 20 Mei 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................2
C. Manfaat.........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
A. Pengertian Sampah........................................................................................3
B. Pengertian Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA)................................4
C. Pemilihan Lokasi TPA Sampah.....................................................................5
D. Pengolahan TPA Sampah..............................................................................6
BAB III METODE PRAKTIKUM..........................................................................9
A. Waktu dan Tempat.........................................................................................9
B. Prosedur Praktikum.......................................................................................9
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN................................................................10
A. Hasil............................................................................................................10
B. Pembahasan.................................................................................................11
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN..................................................................14
A. Kesimpulan.................................................................................................14
B. Saran............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................15
LAMPIRAN...........................................................................................................16

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh manusia untuk
meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi
yang maju identik dengan tingkat kehidupan yang lebih baik. Jadi kemajuan
industri dan teknologi berdampak positif terhadap lingkungan hidup karena
meningkatkan kualitas hidup manusia. Namun di sisi lain manusia juga ketakutan
akan adanya pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh kemajuan industri
dan teknologi tersebut.
Dampak pencemaran lingkungan tidak hanya berpengaruh dan berakibat
kepada lingkungan alam saja, tetapi berakibat dan berpengaruh terhadap
kehidupan tanaman, hewan dan juga manusia. Pencemaran yang masuk melalui
jalur makanan dan berada dalam daur pencemaran lingkungan cepat atau lambat
akan sampai juga dampaknya pada manusia. Oleh sebab itu manusia dalam
upayanya memperoleh kualitas dan kenyamanan hidup yang lebih baik, perlu juga
untuk memperhatikan hal-hal apakah yang nantinya akan membuat terjadinya
kerusakan lingkungan. Sehingga kita akan membuat suatu upaya agar lingkungan
alam yang kita keruk SDA-Nya, segera dilakukan proses rehabilitasi terhadap
alam untuk mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah lagi (Ruslan, 1988).
Di samping itu, pola konsumsi masyarakat memberikan kontribusi dalam
menimbulkan jenis sampah yang semakin beragam, antara lain, sampah kemasan
yang berbahaya dan/atau sulit diurai oleh proses alam. Selama ini sebagian besar
masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna,
bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam
mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu
sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemprosesan akhir
sampah. Padahal, timbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi tempat
pemrosesan akhir sampah berpotensi melepas gas metan (CH4) yang dapat
meningkatkan emisi gas rumah kaca dan 31 memberikan kontribusi terhadap
pemanasan global yang semakin meningkat di bumi yang kita huni ini.

1
Kebijakan pemerintah Kabupaten Luwu dalam pengolahan TPA sampah
yaitu menggunakan metode Lahan Urug Terkendali (Controlled Landfill). Prinsip
pengolahan metode Lahan Urug Terkendali adalah secara periodik sampah yang
telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah kemudian dilakukan perataan dan
pemadatan sampah.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan karakteristik fisik lokasi TPA Mancani
Kota Palopo
2. Untuk mengetahui bagaimana proses pengolahan sampah di lokasi TPA
Mancani Kota Palopo

C. Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari praktikum ini yaitu mengetahui
karakteristik fisik lokasi TPA Mancani dan mengetahui proses pengolahan sampah
di lokasi TPA Mancani Kota Palopo serta melatih kerja sama.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sampah
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
suatu proses. Menurut Arifin (2001) “Sampah adalah suatu yang tidak berguna
lagi,di buang oleh pemiliknya atau pemakai semula’’. Sampah di definisikan oleh
manusia menurut keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak
ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah
selama alam tersebut berlangsung. Akan tetapi, karena dalam kehidupan manusia

2
didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat di bagi menurut jenis-
jenisnya. Dewasa ini, fenomena sampah menjadi perhatian serius, karena saling
menyangkut dampak kesehatan terhadap warga maupun lingkungan agar terhindar
dari penyakit, juga dapat menyebabkan terjadinya bencana alam seperti alam,
longsor dan lain-lain.
Setiap hari jumlah sampah terus bertambah, tidak hanya sampah-sampah
organik yang dapat terdekradasi secara alami oleh lingkungan. Jumlah sampah
yang semakin menumpuk dan semakin mengganggu keseimbangan sisitem
lingkungan. Jumlah sampah yang semakin banyak menyebabakan nilai higienis
lingkungan berkurang dan menimbulkan banyak wabah penyakit bagi manusia
dan komponen hidup lainnya.
Pencemaran, menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No
02/MENKLH/1988, adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat,energi,
dan/atau komponen lain kedalam air/udara, dan/atau berubahnya tatanan
(komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas
air/udara menjadi kurang atau tidakdapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukkannya. Pencemaran dibedakan menjadi:
1. Pencemaran tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia
masuk dan mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi
karena kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri.

2. Pencemaran udara
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia,
atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan
manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau
merusak properti.
3. Pencemaran air
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat
penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas

3
manusia. Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus
kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi.
B. Pengertian Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA)
Tempat Pembuangan Akhir Sampah atau TPA adalah tempat
mengkarantinakan sampah atau menimbun sampah yang diangkut dari sumber
sampah sehingga tidak mengganggu lingkungan (Damanhuri E, 1990).
Sebelum kita membuat atau merencanakan membangun Tempat
Pambuangan Akhir Sampah, terlebih dahulu harus dilakukan Study Amdal karena
suatu TPA Sampah sudah pasti akan menimbulkan dampak negatif. Dengan
melalui Study Amdal maka beberapa dampak negatif yang telah diprediksi akan
timbul diusahakan dikelola sehingga tidak melampaui nilai ambang batas yang
telah ditetukan oleh Pemerintah RI dalam Peraturan Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (AMDAL).
Bila melalui Study Amdal tersebut lokasi terpilih tidak memenuhi syarat
maka harus dicari lagi lokasi lain yang sesuai dengan SK_SNI mengenai TPA
Sampah dan hasil dari Study Amdal dampak negatip yang diprediksi akan timbul
tersebut harus dikelola sehingga tidak mencemari lingkungan.secara umum
Sampah di bedakan menjadi dua yaitu:
a. Sampah organik atau sampah basah atau sampah hayati adalah sampah yang
mudah mumbusuk, seperti sampah sisa dapur, daun-daunan, sayur- sayuran,
buah-buahan, dan sebagainya.
b. Sampah anorganik atau sampah kering atau sampah non-hayati adalah
sampah yang sukar atau tidak dapat membusuk, seperti logam, kaleng,
plastik, kaca, dan sebagainya (Yuliana, 2001).
C. Pemilihan Lokasi TPA Sampah
Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 125/KPTS/1991
tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Pembuangan Akhir Sampah, dijelaskan
kriteria pemilihan lokasi TPA sebagai berikut;
1. Kriteria Regional, yaitu kriteria yang digunakan untuk menentukan zona
layak-tidaknya penempatan TPA, sebagai berikut;
a. Kondisi geologi; yaitu tidak berlokasi pada daerah besar yang aktif dan bukan
pada zona bahaya geologi.

4
b. Kondisi hidrogeologi; yaitu tidak memiliki muka air tanah kurang dari 3
meter, tidak boleh kandungan tanah lebih 10-6cm/det, jarak terhadap sumber
air minum harus lebih besar dari 100 meter dari hilir aliran.
c. Kemiringan zona harus kurang dari 20 %.
d. Jarak dari bandara harus lebih besar dari 3.000 mtr.
e. Tidak pada daerah lindung dan daerah banjir periodik ( 25 thn).
f. Kriteria penyisih yaitu kriteria untuk memilih lokasi terbaik yaitu dari kriteria
regional ditambah dengan kriteria berikut;
a) Iklim yang meliputi: intensitas hujan kecil. arah angin dominan tidak
menuju kepermukiman.
b) Utilitas, tersedia lebih lengkap.
c) Lingkungan biologis meliputi: daya dukung kurang menunjang flora dan
fauna, habitat kurang bervariasi.
d) Kondisi tanah meliputi: produktifitas tanah rendah, kapasitas besar,
tersedia tanah penutup yang cukup, status tanah tidak bervariasi.
e) Kepadatan penduduk rendah.
f) Masih dalam wilayah administrasi Kabupaten berangkutan.
g) Memiliki zona penyangga yang cukup, untuk bau dan kebisingan.
h) Estetika lingkungan (tidak terlihat dari keramaian dan jalan umum).
i) Biaya pengelolaan dan pengolahan yang murah.
Sejalan dengan itu, berdasarkan pedoman penyusunan tata ruang wilayah
dan kota Tahun 1997, faktor pertimbangan penentuan lokasi TPA sebagai berikut;
1. Di luar kawasan lindung (cagar alam, tangkapan air, hutan lindung)
2. Jauh dari sumber air bersih dan daerah rawan bencana
3. Di luar aktifitas perkotaan, tetapi memiliki akses pencapaian yang baik
4. Mempertimbangkan kecenderungan perkembangan kota
5. Berlokasi pada lahan-lahan non produktif
6. Berorientasi pada pemanfaatan jangka panjang
7. Tidak harus dibatasi oleh wilayah administrasi.

D. Pengolahan TPA Sampah


Menurut Ryadi (1986), cara pembuangan akhir sampah merupakan salah
satu aspek strategis dalam sistem pengolahan sampah. Beberapa metode
pengolahan sampah dalam penerapannya adalah sebagai berikut;
1. Open Dumping
Cara ini cukup sederhana yaitu dengan membuang sampah pada suatu
legokan atau cekungan tanpa mengunakan tanah sebagai penutup sampah, cara ini

5
sudah tidak direkomendasi lagi oleh Pemerintah RI karena tidak memenuhi syarat
teknis suatu TPA Sampah, open dumping sangat potensial dalam mencemari
lingkungan, baik itu dari pencemaran air tanah oleh leachate (air sampah yang
dapat menyerap kedalam tanah), lalat, bau serta binatang seperti tikus, kecoa,
nyamuk dll.
2. Control Landfill
Control landfill adalah TPA sampah yang dalam pemilihan lokasi maupun
pengoperasiannya sudah mulai memperhatikan Syarat Teknis (SK-SNI) mengenai
TPA sampah.Sampah ditimbun dalam suatu TPA Sampah yang sebelumnya telah
dipersiapkan secara teratur, dibuat barisan dan lapisan (sel) setiap harinya dan
dalam kurun waktu tertentu timbunan sampah tersebut diratakan dipadatakan oleh
alat berat seperti buldozer maupun track loader dan setelah rata dan padat
timbunan sampah lalu ditutup oleh tanah, pada control landfill timbunan sampah
tidak ditutup setiap hari, biasanya lima hari sekali atau seminggu sekali.Secara
umum control landfill akan lebih baik bila dibandingkan dengan open dumping
dan sudah mulai dipakai diberbagai kota di Indonesia.
3. Sanitary Landfill
Sanitary landfill adalah sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan
dengan cara sampah ditimbun di TPA sampah yang sudah disiapkan sebelumnya
dan telah memenuhi syarat teknis, setelah ditimbun lalu dipadatkan dengan
menggunakan alat berat seperti buldozer maupun track loader, kemudian ditutup
dengan tanah sebagai lapisan penutup setiap hari pada setiap akhir kegiatan. Hal
ini dilakukan terus menerus secara berlapis-lapis sesuai rencana yang telah
ditetapkan.
4. Improved Sanitary Landfill
Improved sanitary landfill merupakan pengembangan dari sistem sanitary
landfill, dilengkapi dengan instalasi perpipaan sehingga air sampah atau leachate
dapat dialirkan dan ditampung untuk diolah sehingga tidak mencemari
lingkungan, bila air sampah yang telah diolah tersebut akan dibuang keperairan
umum, maka harus memenuhi peraturan yang telah ditentukan oleh Pemerintah
RI, mengenai buangan air limbah. Pada improved sanitary landfill juga dilengkapi

6
dengan fasilitas pengelolaan Gas yang dihasilkan oleh proses dekomposisi
sampah di landfill
5. Semi Aerobic Sanitary Landfill
Sistem ini merupakan pengembangan dari teknik improved sanitary landfill,
dimana usaha untuk mempercepat proses penguraian sampah oleh bakteri
(dekomposisi sampah) dengan memompakan udara (oksigen) kedalam timbunan
sampah. Teknologi ini sangat mahal tetapi sangat aman terhadap lingkungan.
6. Inceneration; cara ini dilakukan dengan cara membakar sampah.
7. Composting: cara pengolahan sampah untuk kebutuhan pupuk tanaman.
8. Individual Inceneration; setiap orang atau rumah tangga membakar sendiri
sampahnya.
9. Recycling: cara ini memanfaatkan dan mengolah kembali sebagian sampah,
seperti kaleng, kertas, plastik, kaca/botol dan lain-lain.
10. Hog Feeding: cara pengolahan dengan sengaja mengumpulkan jenis sampah
basah (gerbage) untuk digunakan sebagai makanan ternak.
Sejalan dengan itu, Wardhana (1995) menjelaskan bahwa walaupun sudah
disediakan TPA, namun karena sampah yang dihasilkan terus bertambah, sehingga
TPA ikut semakin meluas. Oleh karena itu, perlu dipikirkan lebih lanjut
bagaimana mengurangi jumlah limbah padat (sampah) sampai ke TPA dengan
memanfaatkan kembali limbah padat tersebut melalui daur ulang dan sistem
pengomposan.

7
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Adapun waktu dilaksanakan praktikum pada hari Minggu tanggal 13 Mei
2018 pada pukul 09.00 WITA-selesai bertempat di TPA Mancani Kota Palopo.

B. Prosedur Praktikum
Adapun prosedur yang di lakukan pada saat pengambilan data yaitu dengan
cara sebagai berikut :
1. Teknik observasi ( pengamatan)
Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan hasil deskripsi secara umum
mengenai keadaan atau kondisi lokasi yang di amati.
2. Teknik interview ( wawancara)
Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data primer maka menggunakan
teknik wawancara. Wawancara yang pelaksanaanya di lakukan secara bebas dan
menggunakan pertanyaan–pertanyaan terbuka yang di lakukan sacara porposive

8
dengan narasumber atau responden yang dalam hal ini adalah pengawas di sekitar
kawasan tempat pembuagan akhir sampah.
3. Dokumentasi
Dokumentasikan mulai dari awal hingga selesai, mulai pencatatan,
reportase, dokumentasi foto dan video. Susunlah scrip untuk dokumentasi agar
bisa di presentasikan di akhir praktikum.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Proses Pengelolaan Sampah di TPA Mancani Kota Palopo

TPA Proses
TPS
penimbangan

B.Intalasi
Pengolahan
pengolahan limbah cair
lindi
C. Zona
D.
Sumur dan pembuangan
Pengolahan
pompa lindi Pemulung sampah
pupuk organik
sampah
E. Penutupan
Limbah daun
Kolam dengan media
disortir
anaerob tanah
F. Pengaliran
Kolam Digiling dan
melalui pipa
Fakultatif dicampur
G. pupuk
Kolam kandang Kompos
wetland Filter
Pembusukan
selama 1
Output /
minggu
rawa-rawa

9
Pemeriksaan Dikeringkan
air lindi dan diayak

Kompos

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara terhadap narasumber yang
terkait yaitu Bapak Jamaluddin selaku pengawas di TPA Mancani Kota Palopo,
dimana TPA Mancani Kota Palopo sudah berjalan selama 10 tahun. TPA Mancani
Kota Palopo cukup berperan dalam upaya menekan dampak negatif yang
ditimbulkan dari tumpukan sampah. Proses yang kurang maksimal menyebabkan
munculnya pencemaran yang lain, seperti timbulnya pencemaran air atau
pencemaran tanah. Pencemaran air terjadi disebabkan proses pengelolaan air lindi
atau air limbah sampah tersebut belum bisa menjadikan hasil akhirnya menjadi air
dengan kualitas normal, proses tersebut hanya mampu mengurangi bau busuk,
kadar Zat Padat Terlarut (TDS), kadar Besi (Fe), kadar Nitrat (NO3), kadar Sulfat
(SO4), kadar Amoniak (NH3)serta kadar Klorida (Cl) dari sebelum diolah hingga
setelah diolah. Selain pencemaran air, dampak negatif yang diakibatkan dari
proses pengolahan sampah di TPA Mancani ialah pencemaran tanah. Pencemaran
tanah ditimbulkan dari proses pembuatan gas Metana yang menggunakan media
tanah untuk menutup atau menimbun sampah. Dengan begitu, hal tersebut dapat
mengakibatkan lubang-lubang yang dapat mengakibatkan kerusakan tanah serta
memperbesar peluang terjadinya bencana alam. Sebagian besar tanah yang
digunakan bercampur dengan sampah anorganik sehingga terkesan kotor dan
kurang enak dipandang, dimana terdapat banyak lalat dan menimbulkan bau yang
tidak sedap (Slamet, 2002).
Meskipun dampak yang ditimbulkan terkesan negatif, namun di sekitar TPA
Mancani terdapat banyak hewan yang hidup dan tumbuhan yang tumbuh subur
bahkan diatas tumpukan sampah yang telah ditutup dengan tanah serta di tempat
penyaluran air lindi. Hal tersebut menunjukan bahwa proses adaptasi makhluk
hidup disekitar TPA cukup sempurna, sebab dengan adaptasi makhluk hidup
tersebut mampu bertahan hidup dengan baik meskipun habitatnya cukup tercemar.

10
Kondisi atau keadaan makhluk hidup disekitar TPA tidak akan sebaik makhluk
hidup ditempat yang bersih dan tidak tercemar.
Metode pembuangan akhir sampah yang dilakukan di TPA Mancani Kota
Palopo adalah Control Landfill. Control landfill adalah TPA sampah yang dalam
pemilihan lokasi maupun pengoperasiannya sudah mulai memperhatikan Syarat
Teknis (SK-SNI) mengenai TPA sampah. Sampah ditimbun dalam suatu TPA
Sampah yang sebelumnya telah dipersiapkan secara teratur, dibuat barisan dan
lapisan (sel) setiap harinya dan dalam kurun waktu tertentu timbunan sampah
tersebut diratakan dipadatakan oleh alat berat seperti buldozer maupun track
loader dan setelah rata dan padat timbunan sampah lalu ditutup oleh tanah, pada
control landfill timbunan sampah tidak ditutup setiap hari, biasanya lima hari
sekali atau seminggu sekali. Tanah yang ditimbun terdapat pipa untuk menyaring
sisa air yang berasal dari tumpukan sampah, ijuk, pasir, kerikil, dan arang
digunakan untuk menetralisir zat-zat yang ada ditanah (Alex S, 2012).
Beberapa sampah berasal dari kegiatan rumah tangga, kegiatan pasar,
kegiatan komersial, kegiatan perkantoran, institusi pendidikan, dan kegiatan
lainnya yang menghasilkan limbah sejenis sampah kota.
Sampah diangkut dari TPS-TPS di Kota Palopo dengan menggunakan truk-
truk yang diangkut oleh petugas kebersihan Kota Palopo. Sampah yang diangkut
ke TPA dapat dijadikan sumber pendapatan bagi beberapa orang.
Proses pengolahan sampah organik yang ada di TPA di pilah dengan
menggunakan tenaga manusia untuk diolah menjadi pupuk kompos yang
dimanfaatkan sebagai pupuk untuk taman kota Palopo. Sampah organik yang
dijadikan kompos adalah sampah berupa dedaunan. Limbah daun ini disortir,
kemudian digiling dan dicampur pupuk kandang. Setelah itu, dilakukan
pembusukan selama satu minggu, kemudian dikeringkan dan diayak. Akan tetapi
pupuk dari limbah daun ini hanya digunakan untuk tanaman jangka pendek.
Pengolahan Air Lindi dilakukan dengan menggunakan tawas untuk
netralisasi. Jumlah kolam lindi di TPA Mancani ada 10 kolam, setiap kolam
dilapisi dengan membran yang tidak tembus air sehingga air lindi tidak
mencemari lingkungan. Air lindi boleh dialirkan ke lingkungan jika pada kolam
terakhir ikan bisa hidup. TPA Mancani dalam pengolahan air lindi masih belum

11
optimal, karena pengelolahan air lindi ini masih belum bisa dimanfaatkan sebagai
pupuk cair. Kolam pengelolahan air lindi ini terdapat sumur pantau, dimana airnya
sudah bersih dan tidak menimbulkan bau.
Pengelolahan limbah dari rumah tangga yang berupa lumpur tinja
(misalnya lumpur tinja dari sedot WC) di TPA Mancani telah diadakan
penanganan khusus yaitu dengan cara lumpur tinja tersebut diletakkan pada bak
penampung kemudian lumpur tinja dipompa menuju bak inhok kemudian
dialirkan ke kolam aerobik yang akan bermuara ke kolam maturasi yang bertujuan
untuk dilakukan kontrol air jika menunjukkan skala 0,5 kadar air tersebut layak
keluar untuk saluran irigasi yang sebelumnya juga diuji pada kolam yang terdapat
disekitar pengelolaan lumpur tinja dengan adanya bio indikator yang berupa ikan.
Apabila ikan-ikan tersebut beratarti air tersebut tidak layak di salurkan ke saluran
irigasi. Pada kolam maturasi terjadi proses pengendapan lumpur tinja, lalu menuju
ke bak akhir yaitu bak pengering untuk dijadikan kompos yang dikelola oleh TPA
Mancani.

12
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari pengamatan yang dilakukan di TPA Mancani Kota Palopo dapat
disimpulkan bahwa :
1. Sampah memberikan dampak negatif dan dampak positifnya. Dampak negatif
berupa pencemaran terutama pencemaran tanah sehingga menimbulkan
bebagai dampak negatif lainnya dari berbagai segi, misalnya kesehatan
yaitumenimbulkan mudahnya penyebaran penyakit, sedangkan dampak
positifnyayaitu warga disekitar TPA termasuk para pemulung menjadikan
sampah sebagai mata pencaharian mereka untuk dijual kepada para pengepul.
2. Metode pembuangan akhir sampah yang dilakukan di TPA Mancani Kota
Palopo adalah controll landfill
3. Proses pengelolaan sampah di TPA Mancani Kota Palopo untuk menekan
dampak negatif dari sampah ialah mengolah menjadi pupuk organik atau
pupuk kompos, mengolah menjadi biogas atau tenaga listrik dari gas metana
serta mengolah limbah cair atau air lindi.
B. Saran
Saran kami agar masyarakat tidak membuang sampah disembarang tempat
dan memanfaatkan beberapa jenis sampah untuk diolah. Berdasarkan hasil
wawancara kepada pengawas TPA Mancani Kota Palopo terdapat keluhan seperti
kurangnya alat berat yang digunakan. Saran untuk praktikan berikutnya agar
ketika mengunjungi TPA sebaiknya pada hari kerja, karena akan memperoleh data
yang lebih detail dan menjaga kerja sama serta lebih serius lagi dalam
pengamatan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Damanhuri E. 1990. Penelitian Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir


(TPA) Sampah dan Pengelolaan Sampah Tepat Guna. Bandung.

Ruslan H.P. 1988. Ekologi Lingkungan Pencemaran. Satya Wacana. Semarang.

Ryadi, W. 1986. Pedoman Teknis Pengelolaan Persampahan. Direktorat


Penyehatan Lingkungan Permukiman, Lembaga Penelitian Universitas
Indonesia, Jakarta.

Wardhana W. A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset.


Yogyakarta.

Alex S. 2012. Sukses Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk Organik.


Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Slamet, J. S. 2002. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta

Arifin F. 2001. Tinjauan Geohidrologi Sebagai Salah Satu Pertimbangan Dalam


Pemilihan Lokasi TPA Sampah (Studi Kasus TPA Sampah Tamangapa
Makassar). Prorgam Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar.

Yuliana. 2001. Studi Pengelolaan Sampah di Kabupaten Enrekang Ditinjau Dari


Aspek Pewadahan dan Pengangkutan. Jurusan Planologi Universitas 45,
Makassar.

LAMPIRAN

14
Timbunan Sampah di TPA Mancani Pemerataan sampah yang dilakukan
oleh alat berat

Pengelolahan Limbah daun Alat-alat yang digunakan dalam


pembuatan kompos limbah daun

Kompos Limbah Daun Kolam Penampungan Air Lindi

15
Sumur Pantau Air Lindi Tanah yang dilapisi kerikil dan pipa

Timbunan sampah yang telah


ditanami tumbuhan

16

You might also like