Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. A
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
1. 2. Anamnesis
Keluhan Utama:
Bercak kemerahan yang terasa gatal dan panas di lengan kanan atas
Keluhan Tambahan:
Tidak ada.
Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSPAD Gatot Soebroto dengan
keluhan terdapat bercak kemerahan di kulit lengan kanan atas pasien sejak 4 hari
SMRS. Awalnya pasien menempelkan koyo di bagian lengan kanan atas tersebut
pada malam hari kemudian keesokan harinya, saat pasien melepas koyonya,
muncul bercak kemerahan yang terasa gatal. Kemerahan yang timbul mengikuti
1
bentuk koyo. Bercak kemerahan tersebut disertai bintil-bintil kecil yang terasa
gatal dan panas. Gatal dirasakan terus menerus sehingga pasien sering
menggaruknya dan keluar darah dari tempat garukan. Keluhan gatal tidak
bertambah saat pasien berkeringat.
Selama ini pasien hanya memberikan minyak kutus-kutus dan untuk mengatasi
gatalnya. Namun, tidak ada perbaikan yang dirasakan dengan pemberian minyak
kutus kutus tersebut.
Kisaran 6 bulan yang lalu pasien mengatakan timbul keluhan yang sama pada
punggungnya setelah pemakaian koyo. Keluhan tersebut berupa bercak
kemerahan berebentuk seperti koyo disertai bintil-bintil yang terasa gatal. Padahal
sebelumnya pasien pernah memakai koyo di punggungnya namun tidak
mengalami keluhan tersebut. Pasien mengaku tidak mengobati keluhannya itu dan
keluhannya sembuh sendiri setelah beberapa hari.
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien.
Tidak ada riawayat alergi di keluarga pasien.
2
Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : tidak dilakukan
Nadi : 84 x /menit
Pernapasan : 16 x /menit
Suhu : Afebris
Status Generalis
Kepala : Normosefal, simetris
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-.
THT : Normotia, normosepta, faring tidak hiperemis
Leher : Kelenjar tiroid dan KGB tidak teraba membesar
Jantung : Bunyi jantung 1 dan 2 reguler, murmur -, gallop –
Paru : Gerak napas kedua dada simetris, ronki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Nyeri tekan - , bising usus + normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-/-)
3
Gambar 1. Bercak Eritema pada Regio Brachialis dextra
Gambar 2. Tampak bercak dari dekat terdapat ekskoriasi pada sisi-sisi bercak
4
1.5 Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada
1.6 Resume
Ny. A, perempuan, 50 tahun, datang dengan keluhan bercak eritem
pada regio brachialis dextra yang timbul setelah pemakaian koyo. Pruritus +,
Panas +. Sebelumnya pernah timbul bercak eritem disertai papulovesikel di
punggung karena pemakaian koyo namun sembuh sendiri. Pasien berusaha
mengatasi keluhannya dengan mengolesi lesi degan minyak kutus-kutus namun
keluhan tidak berkurang.
1.10 Penatalaksanaan
Non medikamentosa
Menjaga kebersihan diri serta tidak menggaruk lesi agar tidak timbul
infeksi.
5
Medikamentosa
Sistemik
Topikal
1.10 Prognosis
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
2.2 Definisi
2.3 Epidemiologi
7
2.4 Etiologi
8
untuk fleksibilitas dan penguat pada perekat. Bahan pengawet pada
makanan, parfum atau pewangi ruangan juga dapat menjadi penyebab
yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari.3,4
2.5 Patogenesis
9
melepaskan sitokin yang memperkuat respon inflamasi pada kulit. Fase ini
berlangsung antara 24-48 jam.1,2
1. Tangan
10
2. Lengan
3. Wajah
4. Telinga
5. Leher
Penyebab kalung dari nikel, cat kuku (yang berasal dari ujung
jari), parfum,alergen di udara, zat warna pakaian.
6. Badan
7. Genitalia
11
Penyebabnya dapat antiseptik, obat topikal, nilon, kondom,
pembalut wanita, alergen yang berada di tangan, parfum, kontrasepsi,
deterjen. Bila mengenai daerah anal, mungkin disebabkan oleh obat
antihemoroid.
1. Uji Tempel
12
dilarutkan dalam vaselin atau minyak mineral. Produk yang diketahui
bersifat iritan, misalnya deterjen, hanya diuji bila diduga keras penyebab
alergi. Apabila pakaian, sepatu, atau sarung tangan yang dicurigai
penyebab alergi, maka uji tempel dilakukan dengan potongan kecil bahan
tersebut yang direndam dalam air garam yang tidak dibubuhi bahan
pengawet, atau air dan ditempelkan dikulit dengan memakai finn chamber,
dibiarkan sekurang – kurangnya 48 jam. Perlu diingat bahwa hasil positif
dengan alergen bukan standar untuk menyingkirkan kemungkinan terkena
iritasi.2
(allergyspecialist.com.au)
13
2. Tes dilakukan sekurang – kurangnya satu minggu setelah
pemakaian kortikostiroid sistemik dihentikan (walaupun dikatan bahwa uji
tempel dapat dilakukan pada pemakaian prednison kurang dari 20 mg/hari
atau dosis ekuivalen kortikosteroid lain), sebab dapat menghasilkan reaksi
negatif palsu. Sedangkan antihistamin sistemik tidak mempengaruhi hasil
tes, kecuali diduga karena urtikaria kontak
3. Uji tempel dibuka setelah dua hari, kemudian dibaca;
pembacaan kedua dilakukan pada hari ke – 3 sampai ke – 7 setelah
aplikasi
4. Penderita dilarang melakukan aktivitas yang menyebbakan
uji tempel menjadi longgar (tidak menempel dengan baik), karena
memberikan hasil negatif palsu. Penderita juga dilarang mandi sekurang –
kurangnya dalam 48 jam, dan menjaga agar punggung selalu kering
setelah dibuka uji tempelnya sampai pembacaan terakhir selesai
5. Uji tempel dengan bahan standar jangan dilakukan terhadap
penderita yang mempunyai riwayat tipe urtikaria dadakan (innediate
urticaria type), karena dapat menimbulkan urtikaria generalisata bahkan
reaksi anafilaksis. Pada penderita semacam ini dilakukan tes dengan
prosedur khusus.
14
5 = iritasi : seperti terbakar,pustul,atau purpura
7 = excited skin
2.8 Diagnosis
15
hendaknya dilakukan ditempat yang cukup terang, pada seluruh kulit
untuk melihat kemungkinan kelaianan kulit lain karena sebab – sebab
endogen. Setelah itu dilakukan verifikasi dengan patch test.1, 2,
2.10 Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
Medikamentosa
a. Terapi Topikal
16
b. Terapi Sistemik
2.11 Pencegahan
2.12 Prognosis
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Castanedo, T., & Zug KA. Allergic Contact Dermatitis. In: Goldsmith,
L.A., Katz, S.I., Gilchrest, B.A., Paller, A.S., Leffell, D.J., Wolff, K. editor
Fitzpatrick's Dermatology In General Medicine. 8th ed. New York: The
McGraw-Hill Companies, Inc; 2012. p. 152-164.
2. Sularsito, S.A., Djuanda, S. Dermatitis. In: Djuanda, A., Hamzah, M., &
Aisah, S., editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Ed. 6., Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011. p. 130-138
3. Pigatto, P. Martelli A. Marsili C. Fiocchi A. Contact dermatitis in children.
Italian Journal of Pediatrics. 2010; 36:2
4. Widman, T.J., Oostman, H., Storrs, F.J. Allergic Contact Dermatitis from
Medical Adhesive Bandages in Patients Who Report Having a Reaction to
Medical Bandages. Dermatitis.2008;19(1):(32-37)
5. Kemenkes. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayaan
Kesehatan Tingkat Pertama. Edisi Revisi. Jakarta. 2014. p. 325-326
6. Gil, S. Isabella, NL. Christina, NK. Review of allergic contact dermatitis:
scratching the surface [Internet] world journal of dermatology. 2015. p.
95-102 [diakses tanggal 21 Agustus 2018]. Available from
hhtps://www.wjgnet.com/2218-6190/full/v4/i2/95.htm
18