Professional Documents
Culture Documents
3.1 SEKRETARIS
3.1.1 SUB BAGIAN PROGRAM DAN LAPORAN
A. PELAKSANAAN KEGIATAN BERSUMBER DANA APBD
1. Penyediaan jasa surat menyurat
Untuk menunjang kelancaran pelayanan administrasi perkantoran
dialokasikan dana sebesar Rp. 1.050.000,-. Alokasi dana ini
digunakan untuk pembayaran biaya pembelian materai. Realisasi
dana untuk kegiatan ini sebesar Rp. 930.000,- atau 88,6% dari
anggaran yang tersedia.
Dana ini digunakan untuk belanja makan dan minum petugas jaga,
makan dan minum rapat, snack tamu yang berkunjung ke
Puskesmas Silungkang, Snack Dokter yang Referal ke Puskesmas
Silungkang dan belanja makan pasien. Adapun realisasi dana untuk
kegiatan ini sebesar Rp. 55.058.960,- atau 75.4 % dari anggaran
yang tersedia.
b. Proses
Memberikan Informasi tentang kehamilan ,persalinan dan
perawatan Bayi baru lahir serta KB Pascasalin terhadap ibu
hamil melalui tatap muka di dalam kelas . Metode
pelaksanaannya berupa penyampaian materi, sharing, tanya
jawab dan praktek senam hamil.
3.2.3 Gizi
A. Kegiatan Yang Bersumber Dana APBD dan BOK
1. Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Kurang Energi Protein
(KEP), GAKI, Anemia Dan Zat Gizi Mikro Lainnya
Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi
kekurangan zat gizi makro dan zat gizi mikro pada balita dan ibu
hamil/nifas. Sesuai dengan amanat pembangunan gizi, salah satu
keberhasilan dalam pembangunan gizi adalah semua balita gizi
buruk mendapat perawatan. Rawatan dapat berupa rawat inap, rawat
jalan, pemberian makanan tambahan pemulihan dan pemberian
motivasi pada keluarga balita gizi buruk. Indikator ini dicantumkan
dalam indikator kinerja kunci dan standar pelayanan minimal bidang
gizi.
Sejalan dengan amanat pembangunan dibidang gizi tersebut,
dalam penatalaksanaan kasus kurang gizi pada balita, beberapa
kegiatan dilaksanakan yang meliputi :
a. Pelacakan kasus balita gizi buruk
Pelacakan kasus bertujuan untuk mengetahui penyebab muncul
masalah. Pelacakan dilakukan oleh Petugas Gizi Puskesmas dan
pembina wilayah. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam
pelacakan adalah melakukan pengukuran ulang antropometri
untuk mengetahui status gizi sebenarnya, selanjutnya dilakukan
wawancara dengan ibu balita untuk mendapatkan data umum (tk
Upaya yang dilakukan pada desa dengan garam tidak baik adalah:
2. Skreening
Skrining dilakukan pada bulan Juli-Agustus pada 12 Sekolah
Dasar, 3 SLTP dan 1 SLTA yang ada dikota Sawahlunto. Kegiatan ini
bertujuan untuk mengetahui status gizi anak baru masuk sekolah
mulai dari tingkat sekolah dasar, SLTP maupun SLTA. Untuk tingkat
SD, kegiatan yang dilakukan berupa pengukuran berat badan, tinggi
badan dan pengukuran kadar hemoglobin dan kecacingan. Untuk
tingkat SLTP, skrining dilakukan pada remaja puteri dengan kegiatan
meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan, pengukuran kadar
Hb sedangkan tingkat SLTA dilakukan pada remaja puteri yang
kegiatannya meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan,
pengukuran kadar Hb dan Lingkar Lengan Atas. Dari kegiatan ini
diperoleh gambaran sebagai berikut :
a. Tingkat Sekolah Dasar (SD)
Anak dengan status gizi baik berdasarkan BB/U sebesar 79,1%,
status gizi normal berdasarkan TB/U sebanyak 84,2% dan anak
dengan status gizi normal berdasarkan BB/TB sebanyak 91,6%.
Murid dengan kadar Haemoglobin (Hb) ≥ 12 gr% sebesar 73,5 %
dan positif kecacingan sebesar 0,0%.
b. Tingkat SLTP/sederajat
Dari 71 orang remaja puteri, 58 orang (81,7%) status gizi normal
berdasarkan berat badan menurut tinggi badan, 5 orang (7.0%)
kelebihan berat badan tingkat ringan, 1 orang (1,5%) mengalami
kelebihan berat badan tingkat berat, 5 orang (7,0 %) mengalami
kurus tingkat ringan dan 2 orang (2,8%) mengalami kurus tingkat
berat sedangkan untuk kadar Hb dari 71 orang yang diperiksa
diketahui 70 orang (98,6%) dengan kadar Hb ≥ 12gr%, 1 orang
(1,4%) dengan kadar Hb 10-11,9 gr% dan 0 orang (0%) dengan
kadar Hb < 10gr%.
c. SLTA/sederajat
Jumlah remaja puteri yang diukur status gizinya sebanyak 34
orang. Dari 20 orang remaja puteri 30 orang (88,2%) status gizi
normal berdasarkan berat badan menurut tinggi badan, 1 orang
( 3%) mengalami kelebihan berat badan tingkat ringan, 0 orang
(0,0%) menderita kelebihan berat badan tingkat berat, 3 orang
(8,8%) mengalami kurus tingkat ringan dan 0 orang (0%)
mengalami kurus tingkat berat sedangkan jika ditinjau dari kadar
Hb dari 34 orang yang diperiksa,sebanyak 31 orang (91,2%)
memiliki kadar Hb ≥ 12 gr% sedangkan kadar Hb 10-11,9 gr%
sebanyak 3 orang (8,8%) dan Hb < 10 gr% sebanyak 0 orang (0 %)
JUMLAH JUMLAH
NO BULAN
Tahun 2015 Tahun 2016
1 Januari 1.625 2.036
2 Februari 1.820 2.007
3 Maret 1.745 1.775
4 April 1.995 1.888
5 Mei 1.708 1.805
6 Juni 1.711 1.752
7 Juli 1.496 1.458
8 Agustus 1.749 1.838
9 September 1.877 1.596
10 Oktober 1.960 1.743
11 Nopember 2.127 1.560
12 Desember 1.820 1.626
TOTAL 21.633 21.084
BARU
NO BULAN
2015 2016
1 JANUARI 46 66
2 FEBRUARI 53 52
3 MARET 111 79
4 APRIL 77 69
5 MEI 59 28
6 JUNI 58 15
7 JULI 71 14
8 AGUSTUS 195 35
9 SEPTEMBER 325 14
10 OKTOBER 275 45
11 NOPEMBER 266 44
12 DESEMBER 73 45
TOTAL 1.609 506
10. Menerima retribusi dan setoran dari IGD, Pustu dan polindes
Setiap kegiatan / tindakan medis yang dilakukan pemungutan atau
biaya terhadap tindakan baik itu di IGD, Pustu maupun di polindes,
harus disetorkan ke bagian loket untuk selanjutnya disetorkan ke
bagian penerima di Dinas Kesehatan sebagai PAD dari Puskesmas
Silungkang. Setoran dari IGD, Pustu dan Polindes diterima setiap
minggunya.
3. Laporan Kematian
Data kematian dibuat bertujuan untuk mengetahui jumlah kematian
yang ada di wilayah kerja Puskesmas Silungkang serta penyakit
penyebab dari kematian tersebut. Pada tahun 2016 jumlah kematian
Grafik 1
Daftar 20 Penyakit Terbanyak Puskesmas Silungkang
Tahun 2016
Grafik 2
Cakupan Kunjungan Pasien UGD dan Rawat Inap Puskesams
Silungkang Berdasarkan Kartu Jaminan Kesehatan
Tahun 2016
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa dari 236 pasien rawat inap,
pasien yang pulang karena sembuh sebanyak 174 pasien, yang dirujuk
ke RSUD sebanyak 62 pasien dan pasien pulang paksa sebanyak 10
pasien.
Grafik 4
Kondisi Pasien Luar Wilayah yang di Rawat
Di Puskesmas Silungkang
Tahun 2016
N
Kegiatan Target Jumlah Pencapaian %
o
Grafik 5
Kunjungan Pasien Neurosa Tahun 2015 dan Tahun 2016
3.3.8 Laboratorium
3. TB
Puskesmas Silungkang merupakan puskesmas PRM yaitu Puskesmas
Rujukan Mikroskopis dimana Puskesmas melakukan crosscheck TB
dari Puskesmas Satelit yang ada di Kota Sawahlunto
Murid kelas III sebanyak 238 orang, tinggal kelas 912 orang,
sasaran ril 226 orang dengan jumlah murid yang diimunisasi kelas
Grafik 6
Persentase Desa/Kelurahan UCI dan Non UCI
Di Kota Sawahlunto Tahun 2015 dan 2016
a. Perawatan Harian
Memeriksa suhu Refrigerator/cold chain kemudian catat
suhu pada buku grafik suhu atau kartu suhu.
Menghindarkan seringnya buka-tutup pada
Refrigerator/cold chain
b. Mingguan
Membersihkan bagian luar Refrigerator/cold chain untuk
menghindari karat (korosif)
Memeriksa kontak listrik pada stop kontak, upayakan
jangan kendor.
c. Bulanan
Membersihkan bagian luar dan dalam Refrigerator/cold
chain.
Membersihkan karet seal pintu dan periksa kerapatannya
dengan selembar kertas. Bila perlu beri bedak atau talk.
Memeriksa engsel pintu Refrigerator/cold chain, bila perlu
beri pelumas.
Pencairan bunga es
Semua kegiatan diatas sudah dilakukan dengan baik oleh petugas
imunisasi puskesmas.
3.4.2 P2M
A. Kegiatan Bersumber Dana APBD dan BOK
1. Kegiatan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
a) Pegendalian Penyakit Malaria
Malaria adalah salah satu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk
jenis Anopheles, walaupun ditularkan oleh nyamuk, penyakit
malaria sebenarnya merupakan suatu penyakit ekologis. Penyakit
ini sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang
memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dan berpotensi
melakukan kontak dengan manusia dan menularkan parasit
malaria. Contoh faktor-faktor lingkungan itu antara lain hujan,
suhu, kelembaban, arah dan kecepatan angin, ketinggian. Air
KASUS MALARIA
NO Desa THN THN THN
2014 2015 2016
1 Silungkang Oso 0 0 0
2 Silungkang duo 0 0 0
3 Silungkang tigo 0 0 0
4 Muarokalaban 0 1 0
5 Taratak Bancah 1 0 0
Puskesmas 1 1 0
KASUS DBD
NO Desa THN THN THN
2014 2015 2016
1 Silungkang Oso 1 2 3
2 Silungkang duo 0 1 6
3 Silungkang tigo 0 5 7
4 Muarokalaban 3 18 18
5 Taratak Bancah 0 1 1
Puskesmas 4 28 35
Jika dilihat dari Vektor penular DBD yaitu nyamuk Aedes Aegypti
yang mengigit pada waktu pagi sampai dengan sore hari dan jam
tersebut adalah jam dimana manusia baik laki-laki dan
perempuan yang berusia dari 5 tahun s/d > 54 Tahun melakukan
aktifitas yang cukup tinggi, jadi mempunyai kesempatan yang
sama untuk dapat digigit nyamuk penular DBD selain fakto-faktor
lingkungan yang sangat mendukung untuk tempat perindukan
nyamuk Aedes tersebut.
2) Terhadap Lingkungan
Tindakan terhadap lingkungan dalam rangka pemutusan mata
rantai penular penyakit DBD adalah melakukan Pemberantasan
Sarang Nyamuk dan Gerakan 3M plus karena kegiatan ini dapat
memutuskan mata rantai perkembangbiakan nyamuk sampai
pada telur dan larvanya.
Grafik 7
Persentase Penemuan Kasus Baru BTA Positif CDR (70 %)
Perdesa Puskesmas Silungkang Tahun 2015 dan 2016
Tabel 7
3 Silungkang tigo 4 4 1 25 1 25
4 Muarokalaban 8 8 1 12,5 0 0
Grafik 8
Distribusi Kasus TB Paru BTA Positif Berdasarkan jenis kelamin
Puskesmas Silungkang Pada Tahun 2016
Grafik 9
Persentase Penemuan Suspek Diantara Perkiraan Suspek
Per Desa Puskesmas Silungkang Tahun 2015 dan 2016
Tabel 9
Prorsi Pasien Tb Bta Positif Diantara Suspek Per Desa
Puskesmas Silungkang Tahun 2015 DAN 2016
Penderita HIV positif adalah seseorang yang telah terinfeksi virus HIV
yang dapat menularkan penyakitnya walaupun nampak sehat dan
tidak menunjukan gejala penyakit apapun, sedangkan penderita
AIDS adalah seseorang yang menunjukan tanda-tanda dari
sekumpulan gejala penyakit yang memerlukan pengobatan setelah
sekian waktu terinfeksi HIV.
Pada tahun 2016 kasus HIV /AIDS yang positif 1 tersangka dirujuk
ke RSUD Sawahlunto.
Cara Penularan
Gejala klinis
Gejala Filariais Akut dapat berupa:
Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang
bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat
Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah
lipatan paha, ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan,
panas dan sakit
Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan
sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan
kearah ujung (retrograde lymphangitis)
Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan
kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah
serta darah
Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang
terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema)
Diagnosis
Bila seseorang tersangka Filariasis ditemukan tanda-tanda dan
gejala klinis, diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan darah jari
yang dilakukan mulai pukul 20.00 malam waktu setempat.
Seseorang dinyatakan sebagai penderita Filariasis, apabila dalam
darah ditemukan mikrofilaria.
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan:
Berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk penular
Tabel
DAFTAR DOSIS OBAT PENCEGAHAN FILARIASIS
2–5 1 1
6 – 14 2 1
> 14 3 1
Pada saat pelaksanaan penduduk yang minum obat dibagi menjadi tiga
sasaran yaitu sasaran dengan kelompok umur > 2-5 tahun, 6-14
tahun dan 15-65 tahun.
Hasil pencapaian minum obat dari total jumlah penduduk sebanyak
86,06% atau 8.193 jiwa dari 9.497 jiwa jumlah penduduk. Cakupan
Tabel
Cakupan Hasil Kegiatan Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP)
Filariasis Di Puskesmas Silungkang Bulan Oktober 2016
(Tahun Keempat)
Jika dilihat per wilayah kerja puskesmas maka di kasus gigitan yang
paling banyak selama dua tahun terakhir berada pada desa
Silungkang oso dan Silungkang Duo. Jika dilihat dengan pemberian
VAR maka tidak semua kasus gigitan yang diberi VAR ini
menandakan bahwa sudah adanya pemberian selektif terhadap
kasus gigitan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
penanggulangan kasus gigitan yaitu :
Penyuluhan ke pada masyarakat tentang bahaya rabies serta cara
pencegahannya.
Melakuan pencucian luka gigitan HPR dengan sabun atau
deterjen dengan air mengalir selama 10 – 15 menit.
Melakukan observasi HPR yang sudah menggigit manusia
sebelum dilakukan pemberian VAR.
3.4.3 PTM
A. Kegiatan Bersumber Dana BOK
1. Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM)
Transisi epidemiologi adalah perubahan pola penyakit dan kematian
dari penyakit infeksi (menular) ke penyakit tidak menular (PTM).
Posisi Indonesia saat ini berada pada pertengahan transisi
epidemiologi dimana penyakit tidak menular meningkat drastis
sementara penyakit menular masih menjadi penyebab kematian
utama. PTM mempunyai faktor resiko yang sama yaitu konsumsi
rokok, pola makan tidak seimbang terutama konsumsi buah dan
sayur, kurang gerak dan pencemaran lingkungan. Sebagian besar
faktor resiko tersebut muncul secara bersamaan dalam pola hidup
atau saling berhubungan satu sama lainnya, Mengerikannya lagi,
TABEL
KASUS PENYAKIT TIDAK MENULAR
DI PUSKESMAS SILUNGKANG TAHUN 2016
No Penyakit Tidak Menular Jumlah
1 Hipertensi 908
2 Penyakit Jantung Koroner 57
3 Stroke 13
4 Diabetes Melitus 79
5 Kanker Leher Rahim 0
6 Kanker Payudara 2
7 Penyakit Paru Obstrektif Kronik (PPOK) 33
8 Asthma 128
9 Osteoporosis 0
10 Gagal Ginjal Kronik 4
11 Kecelakaan Lalu Lintas Darat 58
12 KDRT 4
13 Obesitas 1
TABEL
3 Stroke 0 0 2 2 5 2 2 13
4 Diabetes Melitus 0 1 12 35 7 13 11 79
6 kanker Payudara 1 1 0 0 0 0 0 2
8 Asthma 3 30 26 13 11 30 15 12
9 Osteoporosis 0 0 0 1 0 0 0 1
12 KDRT 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Obesitas 0 0 0 1 0 0 0 1
14 Kanker Nasopharing 0 0 0 0 0 0 0 0
TABEL
KASUS PENYAKIT TIDAK MENULAR BERDASARKAN JENIS KELAMIN
DI PUSKESMAS SILUNGKANG TAHUN 2016
Jenis Kelamin
No Penyakit Tidak Menular
Laki-laki Wanita Total
Grafik 2
Perbandingan Jamban Sehat Tahun 2015 dan 2016
Puskesmas Silungkang
Selain rumah sehat dan jamban, sarana sanitasi lain yag diperiksa di
antaranya SAB, SPAL dan tempat pengolahan sampah. Dari hasil
pemeriksaan yang dilakukan diketahui bahwa SPAL yang memenuhi
syarat kesehatan mengalami penurunan dibanding tahun
sebelumnya. Dimana SPAL yang memenuhi syarat pada tahun 2016
sebesar 81,8% menurun dibandingkan tahun 2015 sebesar 81,9%
(Grafik 3). Sedangkan untuk sarana air bersih (SAB) yang memenuhi
syarat kesehatan mengalami penurunan dibanding tahun
sebelumnya yaitu 82,8% karena dari hasil IS SAB sarana dengan
tingkat pencemaran risiko tinggi mengalami penurunan
dibandingkan dari tahun sebelumnya (Grafik 4). Selain itu, tempat
pengolahan sampah di rumah tangga yang memenuhi syarat sama
dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 56,2% (Grafik 5). Hal ini
disebabkan karena sudah adanya perubahan perilaku masyarakat
dalam membuang sampah yang ditandai dengan meningkatnya
jumlah tempat penampungan sampah sementara yang dibangun oleh
masyarakat secara swadaya. Selain itu, Kecamatan Silungkang
mendapat tambahan bantuan becak motor sampah sebanyak 1 unit
untuk wilayah Silungkang Oso sehingga sampah dari TPS dapat
diangkut setiap hari.
Grafik 3
Perbandingan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Grafik 5
Perbandingan Pemeriksaan Tempat Pembuangan Sampah (TPS)
Tahun 2015 dan 2016 Puskesmas Silungkang
Grafik 6
Perbandingan Pemeriksaan Tempat – Tempat Umum (TTU) Tahap I
Tahun 2015 dan 2016 Puskesmas Silungkang
Grafik 7
Perbandingan Pemeriksaan Tempat – Tempat Umum (TTU) Tahap II
Tahun 2015 dan 2016 Puskesmas Silungkang
Grafik 8
Perbandingan Pemeriksaan Tempat Pengolahan Makanan (TPM) Tahap I
Tahun 2015 dan 2016 Puskesmas Silungkang
Grafik 10
Perbandingan Hasil IS SAB Tahun 2015 dan 2016
Dari hasil inspeksi sanitasi sarana air bersih, didapatkan sarana air
bersih dengan tingkat pencemaran tinggi sebanyak 325 sarana (17,2
%), mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2015
sebanyak 370 sarana (19,5%). Selanjutnya jumlah sarana air bersih
dengan tingkat pencemaran sedang berjumlah 374 sarana (19,8%)
atau meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2015 yang
berjumlah 352 (18,6%). Sementara jumlah sarana air bersih dengan
resiko pencemaran rendah dari segi jumlah sarana mengalami
penurunan dari 1.269 sarana (67%) tahun 2015 menurun menjadi
1.190 sarana (63,0%) di tahun 2016.
4. Klinik Sanitasi
Klinik sanitasi merupakan suatu sarana bagi masyarakat untuk
mengatasi masalah kesehatan lingkungan dan pemberantasan
penyakit melalui konseling dan konsultasi dari petugas puskesmas.
Tujuan dari klinik sanitasi adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat melalui upaya preventif dan promotif yang
dilakukan secara terpadu, terarah dan terus menerus.