You are on page 1of 85

BAB III

PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN

3.1 SEKRETARIS
3.1.1 SUB BAGIAN PROGRAM DAN LAPORAN
A. PELAKSANAAN KEGIATAN BERSUMBER DANA APBD
1. Penyediaan jasa surat menyurat
Untuk menunjang kelancaran pelayanan administrasi perkantoran
dialokasikan dana sebesar Rp. 1.050.000,-. Alokasi dana ini
digunakan untuk pembayaran biaya pembelian materai. Realisasi
dana untuk kegiatan ini sebesar Rp. 930.000,- atau 88,6% dari
anggaran yang tersedia.

2. Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air, dan listrik


Untuk kegiatan ini dialokasikan dana sebesar Rp. 42.900.000,-
dengan rincian :
Persentase
Jasa Anggaran Realisasi
(%)
a. Telepon Rp. 15.000.000,- Rp. 11.973.210,- 80%
b. Air Rp. 2.400.000,- Rp. 1.800.000,- 75%
c. Listrik Rp. 18.000.000,- Rp. 15.539.832,- 86%
d. Internet Rp. 7.500.000,- Rp. 7.495.500,- 100%

Dana ini digunakan untuk pembayaran biaya rekening telepon dan


internet, air dan listrik. Pembayaran dilakukan setiap bulannya
sesuai dengan besarnya tagihan pada masing masing rekening.
Realisasi dana untuk kegiatan ini sebesar Rp. 36.809.542,- atau
85.8 % dari anggaran yang tersedia.

3. Penyediaan jasa kebersihan kantor


Untuk menjaga dan meningkatkan kebersihan saran pelayanan di
Puskesmas Silungkang, dialokasikan dana sebesar Rp. 8.000.000,-.
Dana ini digunakan untuk pembayaran biaya pembelian peralatan
kebersihan . Realisasi dana ini sebesar Rp. 7.973.950,- atau 100 %
dari anggaran yang tersedia.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 7


4. Penyediaan Alat tulis kantor
Dalam rangka memenuhi kebutuhan alat tulis kantor di Puskesmas
Silungkang dialokasikan dana sebesar Rp. 10.000.000,-. Dana yang
terealisasi untuk memenuhi kebutuhan alat tulis kantor sebesar Rp.
9.939.850,- atau 99 % dari anggaran yang tersedia.

5. Penyediaan barang cetakan dan penggandaan


Untuk kegiatan ini dialokasikan dana sebesar Rp. 11.750.000,-
dengan rincian :
Jasa Anggaran Realisasi Persentase
(%)
a. Cetak Rp. 5.000.000,- Rp. 4.920.000,- 98%
b. Photocopy Rp. 6.000.000,- Rp. 6.000.000,- 100%
c. Jilid Rp. 750.000,- Rp. 750.000,- 100%

Dana ini digunakan untuk pembayaran biaya cetak,


penggandaan/photocopy serta biaya jilid. Realisasi dana untuk
kegiatan ini sebesar Rp. 11.670.000,- atau 99,3 % dari anggaran
yang tersedia.

6. Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang undangan


Dalam rangka meningkatkan wawasan dan pengetahuan umum
petugas di Puskesmas Silungkang dianggarkan dana sebesar Rp.
1.440.000,-. Dana ini digunakan untuk pembayaran biaya
langganan Koran harian Singgalang dan pembelian buku panduan /
majalah kesehatan. Realisasi dana sebesar Rp. 1.230.000,- atau
85% dari anggaran yang tersedia.

7. Penyediaan bahan logistik kantor


Kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bahan logistic
di Puskesmas silungkang seperti bahan bakar minyak /genset/ gas
elpiji dan pengisian tabung oksigen ( isi ulang O2).
Untuk bahan bakar minyak /genset/ gas elpiji dianggarkan dana
sebesar Rp. 6.400.000,- dengan realisasi dana sebesar Rp.
5.500.980,- atau 86 % dari anggaran yang tersedia. Untuk pengisian
tabung oksigen (isi ulang O2) dianggarkan dana sebesar Rp.
11.000.000,- dengan realisasi dana sebesar Rp. 10.935.000,- atau
99 % dari anggaran yang tersedia.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 8


8. Penyediaan makanan dan minuman
Untuk kegiatan ini dialokasikan dana sebesar Rp. 73.000.000,-
dengan rincian :
Kegiatan Anggaran Realisasi %
a. Makan & minum
harian petugas Rp. 16.500.000,- Rp. 16.456.825,- 100%
jaga
b. Makan & minum
Rp. 5.000.000,- Rp. 4.594.500,- 92%
rapat
c. Makan & minum
Rp. 3.500.000,- Rp. 2.990.925,- 85%
tamu
d. Makan pasien Rp. 48.000.000,- Rp. 31.016.710,- 65%

Dana ini digunakan untuk belanja makan dan minum petugas jaga,
makan dan minum rapat, snack tamu yang berkunjung ke
Puskesmas Silungkang, Snack Dokter yang Referal ke Puskesmas
Silungkang dan belanja makan pasien. Adapun realisasi dana untuk
kegiatan ini sebesar Rp. 55.058.960,- atau 75.4 % dari anggaran
yang tersedia.

9. Penyediaan belanja alat listrik dan elektronik (lampu pijar,


baterai kering, flashdish)
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan penerangan di
Puskesmas Silungkang dianggarkan dana sebesar Rp. 5.000.000,-.
Dana ini digunakan untuk pembelian alat alat listrik dan baterai
kering. Realisasi dana sebesar Rp. 4.741.200,- atau 94.8 % dari
anggaran yang tersedia.

10. Penyediaan belanja bendera/ umbul2/ marawa/ spanduk/ papan


informasi
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dan
informasi di Puskesmas Silungkang dianggarkan dana sebesar Rp.
5.000.000,. Dana ini digunakan untuk membuat papan informasi,
plang nama, Realisasi dana sebesar Rp. 4.698.000,- atau 93.96%
dari anggaran yang tersedia.

11. Penyediaan belanja pemeliharaan gedung dan bangunan


Kegiatan ini bertujuan untuk pemeliharaan gedung dan bangunan
agar memberikan kenyaman dan ketentraman bagi pengunjung di
Puskesmas Silungkang, untuk itu dianggarkan dana sebesar Rp.
19.584.000,-. Dana ini digunakan untuk perbaikan bangunan
puskesmas silungkang dan puskesmas pembantu. Realisasi dana
sebesar Rp. 19.438.000,- atau 99 % dari anggaran yang tersedia.

12. Penyediaan belanja pemeliharaan peralatan dan mesin

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 9


Kegiatan ini bertujuan untuk perbaikan peralatan dan mesin yang
ada di Puskesmas Silungkang dianggarkan dana sebesar Rp.
2.000.000,-. Realisasi dana sebesar Rp. 1,769.400,- atau 88 % dari
anggaran yang tersedia.

13. Penyediaan belanja pemeliharaan jalan, irigasi dan jaringan


Kegiatan ini bertujuan untuk perbaikan jaringan yang ada di
Puskesmas Silungkang dianggarkan dana sebesar Rp. 1.000.000,-.
Dana ini digunakan untuk perbaikan jaringan telepon dan internet
Realisasi dana sebesar Rp. 828.000,- atau 83 % dari anggaran yang
tersedia.

14. Penyediaan belanja pemeliharaan asset tetap lainnya


Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pemeliharaan pada asset
(taman) di Puskesmas Silungkang agar lebih asri dan indah. Untuk
itu dianggarkan dana sebesar Rp. 2.000.000,- Realisasi dana
sebesar Rp. 1.545.000,- atau 90 % dari anggaran yang tersedia.

15. Pemeliharaan rutin / berkala kendaran Dinas/operasional


Untuk Kegiatan ini Puskesmas Rawat inap Silungkang
merealisasikan dana (SPJ) sesuai dengan yang telah dianggarkan
dan dialokasikan untuk operasional kendaraan Puskesmas
Silungkang berupa belanja service, penggantian suku cadang, bahan
bakar minyak dan pelumas serta STNK kendaraan
dinas/operasional setiap bulannya. Adapun dana ini Kuasa
Pengguna Anggarannya di Dinas Kesehatan dan Sosial Kota
Sawahlunto.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 10


3.2 BIDANG KESEHATAN KELUARGA
3.2.1 Kesehatan Ibu
A. Kegiatan Yang Di Danai BOK
1. Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil
a. Tujuan
Meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan yang
normal dan beresiko tinggi, sehingga ibu mendapatkan rasa
aman selama kehamilan dan dapat melahirkan dengan selamat,
serta mempunyai seorang Bayi yang sehat.

b. Proses
Memberikan Informasi tentang kehamilan ,persalinan dan
perawatan Bayi baru lahir serta KB Pascasalin terhadap ibu
hamil melalui tatap muka di dalam kelas . Metode
pelaksanaannya berupa penyampaian materi, sharing, tanya
jawab dan praktek senam hamil.

 Jumlah bumil yang datang di Posyandu S.Cacang tahap I


sebanyak 10 orang
 Jumlah bumil yang datang di Posyandu Bukik Kaciak
sebanyak 10 orang
 Jumlah bumil yang datang di Posyandu Balai- Balai sebanyak
26 orang
 Jumlah bumil yang datang di Posyandu Taratak Bancah
sebanyak 6 orang
 Jumlah bumil yang datang di Posyandu Suro Palo sebanyak
15 orang
 Jumlah bumil yang datang di Posyandu Lubuk Kubang
Sebanyak 15 orang

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 11


2. Kunjungan Bumil Resti
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ibu hamil dengan
resiko tinggi, dan melakukan penanganan dalam bentuk upaya
tindak lanjut dari resiko yang ada dengan memberikan penyuluhan
terhadap bumil dan keluarga serta memotivasi ibu untuk rajin
memeriksakan diri, bersalin dengan nakes dan segera ke fasilitas
kesehatan bila mengalami permasalahan selama kehamilannya.
Dalam kunjungan ini ada sebanyak 35 ibu hamil yang sudah di
kunjungi.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 12


3. Kunjungan Rumah Untuk Pemasangan Stiker P4K
Tujuan kegiatan P4K adalah :
a. Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya stiker p4k di
setiap rumah ibu hamil.
b. Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bila
terjadi komplikasi selama hamil,bersalin maupun nifas.
c. Adanya rencana persalinan yang aman disepakati antara ibu
hamil, suami, keluarga dgn bidan
d. Adanya rencana untuk menggunakan alat kontrasepsi setelah
melahirkan yang disepakati oleh ibu hamil, suami, keluarga dan
bidan
e. Adanya dukungan secara luas dari tokoh-tokoh masyarakat baik
formal maupun non formal, kader, dukun bayi dll dalam rencana
persalinan & KB setelah melahirkan sesuai dengan perannya
masing-masing
Perbandingan Stiker P4K yang terpasang dengan jumlah KI adalah
85,3%. Adapun penyebab belum terpasangnya stiker P4K pada
bumil yang KI adalah :
a. Malu orang lain tahu kalau ia hamil karena punya banyak anak ,
jarak anak dekat, hamil terlalu tua
b. Adanya mitos takut diguna-guna (palasik)
c. Ibu hamil yang tidak ada dirumah saat dikunjungi

4. Kunjungan Rumah Dalam Rangka Konseling KB


Tujuan konseling KB adalah memberikan pilihan pada ibu hamil
dan ibu nifas, dalam menentukan keputusan untuk ber KB.
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan
keluarga Berencana ( KB ) dan kesehatan reproduksi ( KR ). Dengan
melakukan konseling berarti petugas membantu ibu dalam memilih
dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan di gunakan sesuai
dengan pilihannya. Di samping itu dapat membantu ibu merasa

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 13


lebih puas dan. Konseling yang baik juga akan membantu ibu dalam
menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan
keberhasilan KB.
a. Proses :
- Kunjungan rumah kepada ibu hamil yang beresiko dan susah
untuk di ajak ber KB.
- Memberikan informasi yang baik dan benar kepada ibu dan
keluarganya, sehingga ibu mengerti dan keluarga bisa
memberikan dukungan kepada .bu untuk ikut KB setelah
melahirkan.
b. Hasil :
- KB baru tahun 2016 sebanyak 107 orang ( 6,6 % )
- KB Aktif tahun sebanyak 1019 orang ( 63,4% )

B.Program Dan Kegiatan Rutin


1. Kunjungan Ibu Hamil Trimester I & III ( K1 & K4 )
a. Tujuan
Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil di
masing - masing wilayah, sehingga akan menciptakan ibu hamil
yang sehat dan melahirkan seorang bayi yang sehat pula dalam
arti kata dapat menurunkan Angka Kematian Ibu ( AKI ) dan
Angka Kematian Bayi ( AKB ).
b. Proses
Pelayanan K1 & K4 Bumil dilakukan oleh petugas puskesmas
dalam wilayah kerjanya secara terus menerus tiap bulan dan
bekerja sama dengan kader ,dan anggota masyarakat lainnya
serta mengacu kepada prinsip pelayanan 10T, sehingga semua
ibu hamil dapat terpantau dan mendapat pelayanan sesuai
dengan standar pelayanan kebidanan.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 14


c. Hasil
- Target K1 untuk Tahun 2016 ditetapkan 98 %, sementara
pencapaian K1 adalah 85,3 % dengan jumlah ibu hamil 215
orang.
Hal ini dikarenakan memang menurunnya angka kehamilan di
wilayah kerja puskesmas Silungkang selama tahun 2016.

- Target K4 untuk tahun 2016 ditetapkan 92 %. Pencapaian


adalah 56,7 % dengan jumlah ibu hamil 143 orang. K IV yang
pencapaiannya dibawah target ini disebabkan oleh: masih
adanya ibu hamil yang melakukan KI pada trimester ke II
sehingga tidak bisa dimasukkan pada K IV, dan adanya ibu
hamil Abortus sebelum tercatat sebagai K4.

2. Deteksi resti bumil oleh nakes dan masyarakat


a. Tujuan
Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap ibu hamil resiko
tinggi dan bisa mendeteksi secara dini faktor resiko terhadap ibu
hamil, sehingga bisa dilakukan upaya tindak lanjut dari faktor
resiko tinggi yang ada.
b. Proses
Pemantauan ibu hamil resiko tinggi dilakukan oleh petugas
kesehatan dan kader dalam wilayah kerja Puskesmas
Silungkang, sehingga petugas mengetahui ibu hamil yang
mempunyai resiko dan bisa menangani faktor resiko sedini dan
sebaik mungkin,serta melaksanakn perkesmas kepada semua
Ibu hamil yang mempunyai faktor resiko,sehingga faktor resiko
yang ada dapat di antisipasi.
c. Hasil
Penemuan ibu hamil yang mempunyai faktor resiko, baik oleh
tenaga kesehatan (nakes) ataupun masyarakat dapat dipantau
dan dilakukan perkesmas oleh masing - masing PWS. Penemuan
ibu hamil resiko tinggi oleh nakes yaitu: sebanyak 26 0rang
(10,3%) dengan target 20% dan penemuan ibu hamil resiko
tinggi oleh masyarakat adalah 3 orang (1,5 %) dengan target
10%.
3. Persalinan Dan Pelaksanaan Kunjungan Nifas
a. Tujuan

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 15


Meningkatkan kualitas pelayanan persalinan dan masa nifas,
dalam arti kata seluruh persalinan harus ditolong oleh tenaga
kesehatan dengan penanganan yang tepat dan berkualitas.
Dengan meningkatnya pelayanan persalinan oleh tenaga
kesehatan, maka dapat ditekan resiko yang membahayakan bagi
ibu bersalin dan bisa diatasi sampai ibu melewati masa nifas
dengan kondisi yang sehat, sehingga dapat meminimalkan AKI
dan AKB.
b. Proses
Pelayanan persalinan dilakukan oleh dokter dan petugas
kesehatan baik di puskesmas, puskesmas pembantu, rumah
sakit dan bidan praktek swasta, serta melaksanakan
pemantauan Ibu nifas sampai masa nifas berakhir, dan Petugas
kesehatan juga memantau persalinan yang keluar dari wilayah
puskesmas dan dilaporkan setiap bulannya.
c. Hasil
Persalinan oleh tenaga kesehatan di tahun 2016 ini mencapai
78,8% dengan jumlah ibu bersalin sebanyak 190 orang,
sementara target persalinan tahun 2016 adalah 98%. Dimana
Persalinan dukun tidak ada.
Untuk pencapaian kunjungan nifas KF 3 adalah 76,7%

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 16


4. Kematian Ibu
Pada tahun 2016 tidak terdapat kasus Kematian ibu hamil,
bersalin, maupun nifas.

3.2.2 KIA dan Kesehatan Reproduksi

A. Kegiatan Bersumber Dana APBD dan BOK


1. Assesmen Evaluasi Pelaksanaan Penanggulanagn Kelainan pada
Anak Cerebral Palsy dan Anak dengan Berkebutuhan Khusus
Pembinaan pelayaan kesehatan anak dalam program
pembangunan kesehatan di fokuskan untuk menurunkan angka
kematian bayi dan meningkatkan kualitas hidup anak. Dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup anak, di kembangkan dan di
laksanakan berbagai upaya program kesehatan anak tanpa adanya
diskriminasi, yang berarti memberikan pelayanan kesehatan anak
kepada semua anak termasuk anak yang mengalami kelaianan yang
berada di panti anak terlantar (panti asuhan, lapas/rutan dan anak
penyandang cacat dan anak berkebutuhan khusus).

Upaya pemeliharaan kesehatan anak merupakan tanggung jawab


dan kewajiban bersama orang tua, keluarga, masyarakat dan
pemerintah pusat dan daerah. Anak yang di lahirkan wajib di
besarkan dan di asuh secara bertanggung jawab sehingga
memungkinkan anak tumbuh dan berkembang secara sehat dan
optimal. Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
anak sekaligus menurunkan angka kematian bayi dan balita adalah
dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada anak secara
terpadu. Anak yang ada kelainan dan cacat mempunyai hak yang
sama dengan anak yang normal.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 17


Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami
keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik, mental-intelektual,
sosial, maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam
proses pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan
anak-anak lain yang seusia dengannya. Anak mengalami proses
tumbuh kembang yang dimulai sejak dari dalam kandungan, masa
bayi, balita, usia sekolah dan remaja. Setiap tahapan proses tumbuh
kembang anak mempunyai ciri khas tersendiri, sehingga jika terjadi
masalah pada salah satu tahapan tumbuh kembang tersebut akan
berdampak pada kehidupan selanjutnya. Tidak semua anak
mengalami proses tumbuh kembang secara wajar sehingga terdapat
anak yang memerlukan penanganan secara khusus. Menurut WHO,
diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus
dari total populasi anak. Di Indonesia, belum ada data akurat tentang
jumlah dan kondisi anak berkebutuhan khusus, namun berdasarkan
data dari Badan Pusat Statistik Nasional tahun 2007, terdapat
82.840.600 jiwa anak dari 231.294.200 jiwa penduduk Indonesia,
dimana sekitar 8,3 juta jiwa diantaranya adalah anak berkebutuhan
khusus. Sedangkan jumlah anak dengan CP dan ABK di Kecamatan
Silungkang tahun 2016 adalah 33 orang.

Sekaitan dengan data tersebut maka perlu dilakukan assesmen


evaluasi pelaksanaan penanggulangan kelainan pada anak cerebral
palsy dan anak dengan berkebutuhan khusus dilaksanakan dengan
kegiatan pemberian materi tentang anak dengan Cerebral Palsy dan
Anak berkebutuhan Khusus, kosultasi dan bimbingan, pelayanan
fisioterapi, pelayanan kesehatan oleh dokter spesialis mata dan
dokter spesialis anak serta sosialisasi tentang perawatan anak
dengan ABK dan CP di delapan desa.

Kegiatan ini dinilai cukup berdampak, ditandai dengan:


a. Terdatanya anak dengan ABK. Data tahun 2016 sebanyak 33
orang,
b. Terpenuhinya kebutuhan kesehatan anak ABK
c. Meningkatnya pengetahuan orang tua dalam memberikan
perawatan ABK di rumah secara mandiri.
d. Adanya keterlibatan masyarakat seperti Forum Komunitas Anak
CP dan ABK dalam bentuk kegiatan Rehabilitasi Medik Berbasis
Masyarakat.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 18


e. Pemeriksaan Kesehatan dan therapy pada ABK di laksanakan di
Puskesmas Silungkang

2. Skrining Hypotiroid Kongenital


Derajat kesehatan anak tidaklah dapat dipisahkan dengan upaya
peningkatan kesehatan ibu. Masa bayi merupakan priode kritis. Anak
adalah buah hati dan merupakan generasi penerus keluarga dan
bangsa. Semua keluarga menginginkan bayinya normal, tetapi
kadang – kadang terjadi hal yang diluar kehendak manusia, salah
satunya adalah kelainan bawaan hipotiroid Kongenital atau hipotiroid
neonatal.

Hypotiroid Kongenital artinya kekurangan hormone tiroid pada


bayi baru lahir yaitu hormone yang dikeluarkan oleh kelenjer gondok.
Hipotiroid atau kelenjer gondok. Hipotiroid Kongenital adalah
kekurangan hormone tiroid sejak dalam kandungan dan Kota
Sawahlunto merupakan daerah endemic ringan yaitu di Kecamatan
Silungkang di Desa Taratak Bancah. Meskipun kelainan ini jarang
tetapi mungkin saja terjadi pada bayi siapapun tidak memandang
orangnya.

Kegiatan Skringing Hypotiroid Kongenital yang dilakukan adalah


Pengambilan sampel darah tumit bayi baru lahir pada kertas saring
yang dilakukan oleh Bidan di Puskesmas, Pustu dan Polindes, serta
Bidan di Rumah Sakit. Pemeriksaan sampel darah bayi di lakukan di
Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Dari hasil pemeriksaan SHK
pada bayi baru lahir di Kota Sawahlunto menyatakan bahwa tidak
ada ditemukan kasus kekurangan hipotiroid kongenital pada bayi.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 19


Kegiatan ini dinilai cukup berdampak karena dapat mendeteksi
kelainan hipotiroid kongenital pada bayi baru lahir sejak dini dan
tidak adanya penolakan dari masyarakat untuk dilakukan
pemeriksaan SHK yang merupakan sudah meningkatnya kepedulian
masyarakat terhadap kebutuhan kesehatan terhadap bayi baru lahir.

3. Kegiatan Pelayanan Neonatal


a. Cakupan Neonatus
Selama neonatus harus dilakukan kunjungan minimal 3 kali yang
dikenal dengan kunjungan neonatus (KN1, KN2, KN3). Kunjungan
neonatus ini dilakukan oleh petugas kesehatan dengan tujuan
untuk memantau dan memberikan pelayanan kesehatan demi
menjaga kesehatan neonatus dari segala permasalahan kesehatan
yang mungkin timbul karena kita tahu neonatus sangat rentan
terhadap permasalahan kesehatan/infeksi. Pelaksanaan
Kunjungan Neonatus ini harus dengan dengan menggunakan
format MTBM dan buku KIA.

Disamping memberikan pelayanan kepada neonatus juga


dilakukan pelayanan kepada ibu nifas yang dikenal dengan
kunjunan nifas. Tujuannya sama, untuk memantau dan
memberikan pelayanan kesehatan agar kesehatan ibu nifas dapat
terjaga dari kemungkinan infeksi tau permasalahan kesehatan
lain.

Bila dilihat cakupan KN1, KN2, dan KN 3 atau KN lengkap pada


tahun 2016 tidak mencapai target yang ditetapkan. Bila

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 20


dibandingkan dengan tahun 2015 untuk KN1, KN2, dan KN3
mengalami penurunan.

b. Cakupan Bayi Berat lahir Rendah (BBLR)


Pada Tahun 2016 ditemukan 7 bayi BBLR (3,2%). Ini merupakan
dampak dari permasalahan kesehatan yang dialami ibu selama
kehamilannya, karena menurut hasil penelitian ada hubungan
yang bermakna antara ibu hamil anemia dan KEK dengan BBLR,
terjadi penurunan jumlah BBLR tahun 2016 dibandingkan tahun
2015.

Upaya yang dilakukan diantaranya penyuluhan/konseling yang


diberikan kepada ibu hamil dan pelaksanaan kelas ibu hamil
sebagai langkah untuk memotivasi ibu hamil agar menjaga dan
memelihara kehamilannya.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 21


4. Pelacakan dan Pembahasan Kematian Maternal dan Perinatal
Kematian ibu dan bayi merupakan indikator derajat kesehatan
masyarakat yang menggambarkan kinerja pelayanan kesehatan
disuatu daerah.Tahun 2016 terdapat 2 kasus kematian bayi di
Kecamatan Silungkang yang penyebabnya yaitu BBLR dan Diare

B.Kegiatan Yang Tidak Didanai


1. Review dan Evaluasi Pelaksanaan Program KIA
Untuk menurunkan AKI dan AKB secara bermakna sesuai dengan
target yang ditetapkan, diperlukan berbagai upaya dan dilakukan
secara intensif melalui pelaksanaan program/kegiatan di
puskesmas. Upaya-upaya yang dilakukan itu diantaranya
meningkatkan manajemen program kesehatan ibu yang meliputi
perencanaan, pergerakan sasaran, pemantauan dan evaluasi.

Sebagaimana kita ketahui, salah satu faktor penting dalam upaya


penurunan angka kematian tersebut adalah penyediaan pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal yang terjangkau dan berkualitas.
Pelaksanaan pelayanan maternal dapat berjalan lancar apabila
manajemen kesehatan ibu tertata dengan baik yang akan
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan kesejahteraan
keluarga. Karena itu dilakukanlah review dan evaluasi pelaksanaan
program KIA secara berkala.

Kegiatan Review dan evaluasi pelaksanaan program KIA


dilaksanakan dengan mengadakan pertemuan sebanyak tiga kali
dengan peserta pengelola program ibu, anak, KB, pimpinan
Puskesmas, bidan Pustu dan polindes

2. Pelaksanaan Review Maternal dan Perinatal (RMP)


Saat ini status kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih jauh
dari harapan, ditandai dengan masih tingginya angka kematian ibu
(AKI) yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007) dan angka
kematian bayi (AKB) sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup. Hampir
sama dengan angka kematian ibu, angka kematian neonatal di
Indonesia juga masih menunjukkan adanya masalah akses dan
kualitas pelayanan kesehatan yang serius. Masalah kesehatan
neonatal selain terkait dengan kondisi saat ibu hamil dan bersalin
juga diakibatkan karena masalah kesehatan yang dialami bayi
setelah lahir yang menyangkut perawatan bayi baru lahir.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 22


RMP sebagai salah satu cara/metoda untuk mengkaji akar
penyebab terjadinya kematian dapat dimanfaatkan untuk menggali
permasalahan yang berperan atas kejadian morbiditas maupun
mortalitas yang berakar pada pasien/keluarga, petugas kesehatan,
manajemen pelayanan serta kebijakan pelayanan. Dari data RMP
diharapkan para pemberi pelayanan di tingkat pelayanan dasar dan
rujukan dapat menetapkan prioritas untuk mengatasi faktor-faktor
yang berpengaruh tersebut, sehingga diharapkan tidak terjadi lagi
kematian berulang dengan penyebab yang sama di masa yang akan
datang.

Kronologis kejadian kematian satu persatu dibahas secara


bersama, penyebab kematiannya dan langkah apa yang harus
dilakukan bila ditemukan gejala/keadaan yang sama pada saat
menangani kasus maternal dan bayi

3.2.3 Gizi
A. Kegiatan Yang Bersumber Dana APBD dan BOK
1. Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Kurang Energi Protein
(KEP), GAKI, Anemia Dan Zat Gizi Mikro Lainnya
Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi
kekurangan zat gizi makro dan zat gizi mikro pada balita dan ibu
hamil/nifas. Sesuai dengan amanat pembangunan gizi, salah satu
keberhasilan dalam pembangunan gizi adalah semua balita gizi
buruk mendapat perawatan. Rawatan dapat berupa rawat inap, rawat
jalan, pemberian makanan tambahan pemulihan dan pemberian
motivasi pada keluarga balita gizi buruk. Indikator ini dicantumkan
dalam indikator kinerja kunci dan standar pelayanan minimal bidang
gizi.
Sejalan dengan amanat pembangunan dibidang gizi tersebut,
dalam penatalaksanaan kasus kurang gizi pada balita, beberapa
kegiatan dilaksanakan yang meliputi :
a. Pelacakan kasus balita gizi buruk
Pelacakan kasus bertujuan untuk mengetahui penyebab muncul
masalah. Pelacakan dilakukan oleh Petugas Gizi Puskesmas dan
pembina wilayah. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam
pelacakan adalah melakukan pengukuran ulang antropometri
untuk mengetahui status gizi sebenarnya, selanjutnya dilakukan
wawancara dengan ibu balita untuk mendapatkan data umum (tk

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 23


pendidikan, pekerjaan dan umur orang tua) serta data khusus
(pemberian ASI, imunisasi, riwayat penyakit, berat badan lahir
dll), setelah data didapatkan selanjutnya dilakukan
penatalaksanaan sesuai kasus. Tahun 2016, didapatkan 10 kasus
gizi buruk dengan indikator berat badan menurut umur kurang
dari -3 standar deviasi (BB/U < -3 SD). Untuk lebih jelasnya
jumlah pelacakan kasus balita gizi buruk menurut Desa di
Wilayah Kerja Puskesmas Silungkang dapat dilihat pada tabel
terlampir

b. Balita Gizi buruk dapat rawatan


Dari 10 kasus balita gizi buruk berdasarkan BB/U, 1 balita
diantaranya menderita gizi buruk indikator berat badan menurut
tinggi badan kurang dari 3 Standar Deviasi (BB/TB < -3 SD). 1
balita yang terkategori gizi buruk berdasarkan BB/TB telah
dilakukan perawatan. Dari rawatan yang dilakukan 1 orang
(100%) mengalami perbaikan kondisi gizi menjadi normal. Data
perkembangan kondisi balita gizi buruk dapat rawatan menurut
Desa dapat dilihat secara rinci dapat dilihat pada tabel terlampir

c. Pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) bagi balita gizi


buruk
Dari hasil pelacakan akan diketahui apakah balita tergolong
keluarga miskin atau tidak. Jika balita berasal dari keluarga
miskin akan diberikan PMT-P untuk memperbaiki kondisi gizi.
Makanan tambahan yang diberikan berupa susu, kacang hijau,
telur dan biskuit yang disesuaikan dengan kebiasaan/kesukaan
masing-masing sasaran dengan demikian diharapkan penyerapan
bantuan lebih efektif. Unit cost PMT-P sebesar Rp 200.000,-
perbulan dan diberikan minimal selama 3 (tiga) bulan, jika 3 (tiga)
bulan pertama belum menunjukkan perbaikan, PMT-P dapat
diperpanjang sampai kondisi sasaran membaik.

Khusus untuk balita KEP yang disertai dengan penyakit TB paru,


pemberian PMT-P minimal selama 6 (enam) bulan atau selama
mengkonsumsi obat TB.

Jumlah balita dapat PMT-P sebanyak 5 orang dengan status gizi


awal (berdasarkan BB/U) sebagai berikut : gizi buruk sebanyak 5

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 24


orang, balita gizi kurang sebanyak 1 orang dan sangat kurang
sebanyak 4 orang, jika dilihat dari indikator BB/TB diketahui
balita sangat kurus sebanyak 1 orang, balita kurus 4 orang dan .
Selama pemberian makanan tambahan pemulihan, semua balita
dipantau status gizi dan tingkat konsumsi terhadap PMT-P yang
diberikan. Berdasarkan pemantauan status gizi berdasarkan
indicator berat badan menurut tinggi/panjang badan, didapatkan
perbaikan status gizi balita. Dari 5 orang balita yang mendapatkan
PMT-P, 5 orang (100,0%) mengalami peningkatan status gizi
menjadi normal. Perkembangan berat badan dan status gizi balita
dapat PMT secara rinci dapat dilihat pada tabel (terlampir)

d. Pemberian makanan tambahan pemulihan bagi ibu hamil Kurang


Energi Kronis (KEK)/anemia
Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) yang
diprioritaskan pada keluarga miskin dan keluarga tidak mampu.
Makanan tambahan yang diberikan berupa susu, kacang hijau,
telur dan biskuit yang disesuaikan dengan kebiasaan/kesukaan
masing-masing sasaran dengan demikian diharapkan penyerapan
bantuan lebih efektif. Unit cost PMT-P sebesar Rp 250.000,-
perbulan dan diberikan minimal selama 3 (tiga) bulan, jika 3 (tiga)
bulan pertama belum menunjukkan perbaikan maka pemberian
makanan tambahan dapat diperpanjang sampai kondisi sasaran
membaik.

Dari 11 orang ibu hamil yang dapat PMT-P, 3 orang diantaranya


menderita anemia dan KEK, 2 orang menderita anemia dan 6
orang menderita KEK. Dari 3 orang ibu hamil anemia dan KEK
yang mendapat PMT-P, 2 orang (66.7 %) diantaranya memiliki
kadar Hb normal namun jika dilihat dari LILA masih tetap KEK, 3
orang telah melahirkan dan sebanyak 3 orang (100 %) melahirkan
bayi dengan berat badan bayi ≥ 2500 gr, sedangkan dari 2 orang
ibu hamil anemia yang diberi PMT-P, 2 orang (100 %) diantaranya
memiliki kadar Hb ≥ 11 gr%, 1 orang ibu hamil telah melahirkan
dan melahirkan bayi dengan berat badan bayi ≥ 2500 gr. Dari 6
orang ibu hamil KEK yang mendapatkan PMT-P, semuanya
mengalami kenaikan berat badan dan 2 org (33,3 %) ukuran LILA
berubah > 23,5 cm setelah mendapat PMT, 6 orang telah

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 25


melahirkan dan 5 orang (83.3%) diantaranya melahirkan bayi
dengan berat badan bayi ≥ 2500 gr. Perkembangan berat badan
dan status gizi ibu hamil dapat PMTP menurut Puskesmas secara
rinci dapat dilihat pada tabel terlampir

e. Konseling balita kurang gizi ke dokter spesialis


Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui dengan tepat
diagnosa/penyakit penyerta yang diderita oleh balita kurang gizi.
Apabila diketahui balita tersebut menderita penyakit penyerta,
maka penyakit yang diderita akan langsung diobati, dengan
demikian diharapkan kondisi gizi balita dapat segera dipulihkan.
Balita yang telah dikonselingkan sebanyak 5 orang, . Dari 5 balita
tada yang mempunyai penyakit penyerta berupa kelainan tumbuh
kembang dan penyakit hemodialis bolusa. Pelaksanaan konseling
belum terlaksana dengan optimal, karena tidak semua balita gizi
buruk terutama dengan indikator berat badan menurut
tinggi/panjang dikonsulkan ke dokter ahli. walaupun telah
disepakati bahwa semua balita gizi buruk dikonsulkan secara
berkala setiap 6 (enam) bulan kecuali balita yang membutuhkan
konsultasi setiap bulan terkait dengan penyakit yang dideritanya.
Untuk tahun 2016, diharapkan protap yang telah dibuat terkait
penatalaksanaan gizi buruk dapat dilaksanakan oleh Puskesmas.

Untuk lebih jelas, jumlah balita yang dikonselingkan dapat dilihat


pada tabel terlampir.

f. Monitoring 2 (dua) mingguan balita Gizi buruk


Semua balita gizi buruk yang terdata dilakukan monitoring setiap
2 minggu, hal ini bertujuan untuk memberikan motivasi pada
keluarga balita untuk mampu menyediakan makanan bergizi
sekaligus memantau kondisi gizi dan kesehatannya selain itu juga
dimonitor tingkat konsumsi PMT-P yang diberikan pada balita
keluarga miskin sehingga masalah-masalah yang muncul baik
dari sisi kondisi kesehatan maupun hal yang terkait dengan
konsumsi PMT-P dapat diketahui secara cepat dan tepat untuk
dicarikan solusi. Selama tahun 2016 didapatkan 10 balita
tergolong gizi buruk BB/U <-3SD, dilakukan pemantauan setiap 2
minggu, namun pemantauan ini belum dilaporkan secara rutin
karena beberapa kendala diantaranya balita yang tidak berada

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 26


dirumah waktu dikunjungi dan adanya penerimaan yang kurang
baik dari ibu sasaran karena setiap 2 minggu dikunjungi.

g. Pendistribusian MP-ASI Biskuit


Salah satu Standar Pelayanan Minimal (SPM) gizi, dicantumkan
bahwa semua anak baduta (usia 6-24 bulan) wajib mendapatkan
MP-ASI (Makanan Pendamping ASI), hal ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan gizi anak baduta (usia 6-24 bulan) dari
keluarga miskin, selain mendapatkan ASI dari ibu, diberikan juga
MP-ASI, dengan demikian diharapkan status gizi baduta dapat
meningkat dan kejadian kekurangan gizi dapat dicegah secara
dini. Kekurangan gizi pada usia baduta akan berdampak buruk
pada perkembangan sel otak. Untuk menunjang terlaksananya
SPM ini, didistribusikan MP ASI Biskuit Kepada 12 Orang Balita
Gakin.

h. Monitoring Garam Tingkat Rumah Tangga


Pemeriksaan garam dapur tingkat rumah tangga dilakukan pada 5
Desa di Kecamatan Silungkang. Adapun cara pengambilan sampel
menggunakan metode lingkaran obat nyamuk,titik pusat Tempat-
tempat umum seperti kantor desa, sekolah, mesjid, dan lain-lain.
Sampel 26 KK Masing- Masing Desa. Selanjutnya garam diuji
kadar iodiumnya. Secara umum terjadi peningkatan kadar yodium
cukup pada garam yang diperiksa pada bulan september 2016
(100,0) jika dibandingkan pemantauan garam pada bulan Maret
2016 (95,4 %) angka ini mencapai target 93% . Kemungkinan
penyebabnya karna penyimpanan yang kurang benar, proses
yodisasi yang tidak sempurna sehingga pencampuran yodium
pada garam tidak merata karena garam yang bermerk sama
dibeberapa kedai lainnya mengandung cukup yodium

Upaya yang dilakukan pada desa dengan garam tidak baik adalah:

 Memeriksa kandungan yodium garam yang dijual dikedai/toko


di desa/kelurahan bersangkutan
 Melakukan pemeriksaan pada 10 (sepuluh) rumah berdekatan
dengan sampel garam dengan yodium tidak baik.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 27


 Melakukan pembinaan baik pada pedagang garam
didesa/kelurahan tersebut maupun pada ibu rumah tangga
agar dapat menyimpan garam dengan benar
Secara rinci, hasil monitoring garam rumah tangga yang
dilaksanakan ditingkat SD menurut Desa dapat dilihat pada tabel
terlampir

2. Skreening
Skrining dilakukan pada bulan Juli-Agustus pada 12 Sekolah
Dasar, 3 SLTP dan 1 SLTA yang ada dikota Sawahlunto. Kegiatan ini
bertujuan untuk mengetahui status gizi anak baru masuk sekolah
mulai dari tingkat sekolah dasar, SLTP maupun SLTA. Untuk tingkat
SD, kegiatan yang dilakukan berupa pengukuran berat badan, tinggi
badan dan pengukuran kadar hemoglobin dan kecacingan. Untuk
tingkat SLTP, skrining dilakukan pada remaja puteri dengan kegiatan
meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan, pengukuran kadar
Hb sedangkan tingkat SLTA dilakukan pada remaja puteri yang
kegiatannya meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan,
pengukuran kadar Hb dan Lingkar Lengan Atas. Dari kegiatan ini
diperoleh gambaran sebagai berikut :
a. Tingkat Sekolah Dasar (SD)
Anak dengan status gizi baik berdasarkan BB/U sebesar 79,1%,
status gizi normal berdasarkan TB/U sebanyak 84,2% dan anak
dengan status gizi normal berdasarkan BB/TB sebanyak 91,6%.
Murid dengan kadar Haemoglobin (Hb) ≥ 12 gr% sebesar 73,5 %
dan positif kecacingan sebesar 0,0%.

Dibandingkan Pada Tahun 2015 Anak dengan status gizi baik


menurut BB/U sebesar (81,4%), anak dengan status gizi normal
berdasarkan TB/U sebanyak (86,8%) dan anak dengan status gizi
normal berdasarkan BB/TB sebanyak ( 88,2%).

Berdasarkan Perbandingan data tahun 2014 dan 2013 diatas


terdapat penurunan status gizi murid.

Untuk penyebaran informasi khususnya tentang anemia dan Gizi


Seimbang dan dampaknya perlu ditingkatkan baik secara kualitas
maupun kuantitas sehingga kedepan diharapkan kejadian anemia
pada murid dapat diminimalkan. Hasil pemeriksaan status

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 28


kesehatan/gizi anak kelas I SD secara rinci dapat dilihat pada
tabel 8 (terlampir)

b. Tingkat SLTP/sederajat
Dari 71 orang remaja puteri, 58 orang (81,7%) status gizi normal
berdasarkan berat badan menurut tinggi badan, 5 orang (7.0%)
kelebihan berat badan tingkat ringan, 1 orang (1,5%) mengalami
kelebihan berat badan tingkat berat, 5 orang (7,0 %) mengalami
kurus tingkat ringan dan 2 orang (2,8%) mengalami kurus tingkat
berat sedangkan untuk kadar Hb dari 71 orang yang diperiksa
diketahui 70 orang (98,6%) dengan kadar Hb ≥ 12gr%, 1 orang
(1,4%) dengan kadar Hb 10-11,9 gr% dan 0 orang (0%) dengan
kadar Hb < 10gr%.

Upaya penyebaran informasi dan peningkatan motivasi dalam


upaya mencapai status gizi yang optimal tetap menjadi kegiatan
prioritas. Gambaran secara rinci hasil pemeriksaan status gizi dan
kadar Hb remaja puteri kelas I dapat dilihat pada tabel 9.
(terlampir)

c. SLTA/sederajat
Jumlah remaja puteri yang diukur status gizinya sebanyak 34
orang. Dari 20 orang remaja puteri 30 orang (88,2%) status gizi
normal berdasarkan berat badan menurut tinggi badan, 1 orang
( 3%) mengalami kelebihan berat badan tingkat ringan, 0 orang
(0,0%) menderita kelebihan berat badan tingkat berat, 3 orang
(8,8%) mengalami kurus tingkat ringan dan 0 orang (0%)
mengalami kurus tingkat berat sedangkan jika ditinjau dari kadar
Hb dari 34 orang yang diperiksa,sebanyak 31 orang (91,2%)
memiliki kadar Hb ≥ 12 gr% sedangkan kadar Hb 10-11,9 gr%
sebanyak 3 orang (8,8%) dan Hb < 10 gr% sebanyak 0 orang (0 %)

Pada Tahun ini Terjadi Peningkatan Kadar Hb remaja Putri


dibandingkan Tahun sebelumnya. Kondisi ini cukup
menggembirakan dan diharapkan kedepannya terus meningkat.
Apabila remaja puteri memiliki status gizi yang baik diharapkan
prestasi belajar meningkat dan merupakan langkah awal yang baik
jika suatu saat menjadi seorang ibu baik pada kondisi hamil dan
melahirkan diharapkan.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 29


Hasil pemeriksaan status gizi dan kadar Hb remaja puteri kelas I
SLTA dapat dilihat pada tabel terlampir

Upaya- Upaya yang perlu tetap dilakukan untuk meningkatkan


status gizi siswa dan mencegah anemia diantaranya adalah :
Memberikan motivasi pada remaja agar tidak melakukan
pembatasan makanan. Kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan
memberikan penyuluhan saat pelaksanaan kegiatan UKS
Dilakukan penyuluhan Anemia dan indeks masa tubuh dan pada
siswa SLTP dan SLTA agar siswa tersebut mampu untuk menilai
status gizi nya.
Pendistribusian Tablet Fe 1 kali Seminggu Sebanyak 1 Tablet

3. Pemantauan Balita Dapat PMT-P


Kegiatan ini bertujuan untuk memantau perkembangan status gizi
balita setelah mengkonsumsi PMT-P yang diberikan. Jumlah balita
dapat PMT-P sebanyak 5 orang dengan status gizi awal (berdasarkan
BB/U) sebagai berikut : berat badan sangat kurang sebanyak 4
orang, berat barang kurang 1 orang. Jika dilihat dari indikator
BB/TB, balita sangat kurus sebanyak 4 orang dan balita kurus
sebanyak 1 orang
Setelah mendapatkan PMT-P terdapat peningkatan status gizi
dimana dari 4 orang balita berat badan sangat kurang dapat PMT, 1
balita (25,0%) mengalami perbaikan ke status gizi berat badan
kurang. Dari 1 orang balita sangat kurus 100 % mengalami
perbaikan status gizi menjaadi normal. Dari 4 orang Balita Kurus 4
orang (100%) mengalami Perbaikan status gizi menjadi Normal

4. Pelacakan Balita Gizi Buruk


Kegiatan ini bertujuan untuk Mendeteksi penyebab munculnya
kasus gizi Buruk. Terjaringnyanya Balita Gizi Buruk untuk dapat
dilakukan penanganan perbaikan gizi lebih lanjut. Jumlah Semua
Gizi Buruk yang dilacak Sebanyak 10 Orang. Balita Gizi Buruk yang
dilacak didanai BOK sebanyak 10 orang

B. Kegiatan Yang Tidak Di Danai


1. Pemantauan Tumbuh Kembang Balita
Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah memburuknya keadaan
gizi, meningkatkan dan mempertahankan keadaan gizi baik pada
balita. Penimbangan dilaksanakan ditempat pelayanan kesehatan

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 30


seperti polindes, posyandu/pustu, Puskesmas dan Rumah Sakit.
Sasaran penimbangan adalah balita (0-60 bulan). Dari kegiatan
tersebut didapatkan balita yang ditimbang setiap bulannya rata-rata
sebanyak 866 orang dengan D/S sebesar 78,6%, balita yang naik
berat badannya rata-rata sebanyak 588 orang dengan N/D’ sebesar
74.1%, sedangkan rata-rata balita BGM setiap bulannya berjumlah 5
orang dengan cakupan BGM/D sebesar 0,6%. Selain itu untuk bayi
yang berumur 0-5 bulan dilakukan pemantauan status ASI
eksklusifnya. Dari pemantauan tersebut didapatkan bayi dengan ASI
eksklusif pada bulan Februari sebesar 71 anak (72,5%), bulan
Agustus sebesar 79 anak (73,8%) dan total cakupan ASI eksklusif
sebanyak 150 anak (73,2%).
Beberapa tindak lanjut yang dilakukan untuk meningkatkan
cakupan D/S, N/D’ dan cakupan ASI eksklusif adalah :
a. Mengaktifkan pokja Posyandu yang ada di desa/kecamatan dengan
salah satu kegiatan yang sudah dilaksanakan adalah advokasi ke
kecamatan untuk menyamakan persepsi tentang peran masing-
masing lintas sektor terkait baik dalam perannya untuk
meningkatkan peran serta masyarakat maupun untuk peningkatan
gizi.
b. Merealisasikan kebijakan yang telah ada untuk mengupayakan
petugas Puskesmas yang hadir ke Posyandu minimal 3 orang
sehingga kualitas pelaksanaan kegiatan termasuk konseling dapat
lebih meningkat.
c. Memberikan motivasi pada keluarga balita tentang pentingnya gizi
seimbang balita melalui kegiatan sosialisasi
d. Memberikan surat motivasi yang ditandatangani oleh Walikota
untuk ibu hamil, ibu bersalin dan balita yang tidak naik berat
badannya 2 kali berturut-turut dengan tujuan memberikan
informasi kesehatan yang perlu diketahui dan diaplikasikan oleh
ibu selama kehamilan, selama menyusui termasuk ASI eksklusif
dan memotivasi ibu agar dapat menyediakan makanan dengan gizi
seimbang
e. Melakukan kegiatan peningkatan pemahaman kader tentang ASI
eksklusif Pendistribusian Sertifikat ASI Ekslusif

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 31


2. Pojok Gizi
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi/nasehat
khususnya yang berkaitan dengan pola makan pada pasien terkait
dengan keluhan/penyakit yang dideritanya dengan demikian
diharapkan penyakit/keluhan tersebut dapat tertata laksana dengan
baik dan ini sangat menunjang pada percepatan penyembuhan
penyakit.
Langkah awal konseling diawali dengan pengukuran antropometri
untuk mengetahui angka kecukupan zat gizi perhari, selanjutnya
dilakukan anamnesa yang bertujuan untuk menggali kebiasaan
pasien bisa berupa pantangan-pantangan makan yang ada selama
serta hal lain termasuk kemungkinan alergi terhadap makanan
tertentu serta recall makanan 24 jam bertujuan untuk mengetahui
kualitas dan kuantitas makanan/zat gizi yang dikonsumsi. Langkah
selanjutnya diberikan nasehat mengenai jenis dan jumlah makanan
yang seharusnya dikonsumsi termasuk cara pengolahan yang benar
dan higienis.
Selama tahun 2016, terdapat lima penyakit/keluhan terbanyak
yang telah dikonsulkan pada tenaga gizi Puskesmas yaitu : Hipertensi
sebanyak 59 kasus, Ibu Hamil Normal sebanyak 54 kasus, Diabetes
Melitus sebanyak 30 kasus ,catin 29 orang dan Ibu Hamil KEK 27
Kasus. Pemanfaatan pojok gizi dibeberapa Puskesmas sudah cukup
optimal namun jika dilihat dari prosedur/langkah-langkah yang perlu
dilaksanakan pada kegiatan pojok gizi belum mengacu pada standar
prosedur, untuk mengatasi masalah tersebut pada tahun 2016,
konseling yang diberikan menggunakan soft ware sehingga konseling
lebih efektif dan berkualitas. Disamping itu hasil konseling dapat
langsung dicetak untuk diberikan pada klien/pasien.
Pojok gizi tidak hanya berfungsi untuk memberikan konseling
terhadap keluhan yang diderita pasien, tetapi dapat juga memberikan
penyuluhan/konseling pada pengunjung Puskesmas seperti
konseling tentang ASI eksklusif baik pada ibu hamil maupun ibu
menyusui. Sebagai gambaran pelaksanaan konseling gizi di dapat
lihat pada tabel terlampir

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 32


3. Pendistribusian Kapsul Vitamin A Pada Bayi dan Anak Balita
Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah dan menurunkan
prevalensi Kurang Vitamin A (KVA) pada balita. Distribusi kapsul
vitamin A dilakukan pada bulan Februari dan Agustus.
Pendistribusian dilakukan di Posyandu, Puskesmas dan kunjungan
rumah apabila balita tidak mengunjungi sarana pelayanan kesehatan
tersebut. Dari kegiatan tersebut telah didistribusikan kapsul vitamin
A bayi pada bulan Februari sebanyak 98 org(88.3%) dan anak balita
sebanyak 742 orang (84,3%). Sedangkan pada bulan Agustus telah
didistribusikan kapsul vitamin A bayi 91 (81.9%) pada dan anak
balita sebanyak 756 orang (85,9%). Untuk lebih jelasnya distribusi
kapsul vitamin A pada anak balita menurut Desa dapat dilihat pada
tabel terlampir.

4. Pendistribusian Obat Cacing


Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi
kecacingan pada murid sekolah dasar sekota Sawahlunto.
Pendistribusian dilakukan pada semua murid yang dilaksanakan
pada bulan Maret. Agar konsumsi obat cacing terlaksana secara
optimal maka setiap anak diharuskan membawa air minum
kesekolah dan wajib mengkonsumsi obat cacing didepan guru serta
petugas kesehatan selanjutnya diberikan penyuluhan tentang
manfaat obat cacing dilaksanakan sebelum murid mengkonsumsi
obat cacing. Dari pelaksanaan kegiatan ini, telah terdistribusi obat
cacing pada semua anak sekolah dasar, dimana pirantel
didistribusikan pada 1.377 anak (99,7%).

5. Pendistribusian Tablet Besi Pada Ibu Hamil


Kegiatan ini bertujuan untuk menurunkan prevalensi anemia
pada ibu hamil. Pendistribusian tablet besi dilakukan disarana
pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Pustu, Polindes dan
Posyandu dengan sasaran ibu hamil yang ada diwilayah kerja
Puskesmas dan harus mendapat tablet besi minimal 90 tablet selama
kehamilan. Khusus untuk ibu hamil anemia diberikan tablet besi 3
kali/hari. Cakupan bumil dapat Fe1 sebanyak 215 orang (85,3%)
sedangkan cakupan bumil dapat Fe3 sebanyak 186 orang (73,8%).
Namun semua ibu hamil pada pemerikasaan /kunjungan pertama
telah mendapat 1 bungkus tablet besi dan semua ibu hamil pada usia

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 33


kandungan 7 bulan sudah mendapat 3 bungkus atau lebih tablet
besi .
Jika dibandingkan dengan target masih belum mencapai target
yang diharapkan dimana target Fe1 sebesar 98% sedangkan untuk
Fe3 bumil dengan target sebesar 92%. Namun demikian untuk
kegiatan tahun 2016 agar kegiatan lebih berkualitas maka lebih
difokuskan pada :
 Monitoring tingkat konsumsi tablet besi dan konseling gizi pada
ibu hamil, hal ini bertujuan untuk mengetahui korelasi tingkat
konsumsi dengan kejadian anemia pada ibu hamil
 Memberikan pengetahuan serta mengubah perilaku ibu hamil agar
mau mengkonsumsi tablet besi yang diberikan sesuai yang
disarankan sehingga kejadian anemia pada ibu hamil dapat
diminimalkan.
 Meningkatkan penguasaan wilayah binaan sehingga semua
sasaran terpantau dan terlaporkan tepat waktu.
Cakupan tablet besi pada ibu hamil menurut Desa dapat dilihat
pada tabel terlampir.

6. Pendistribusian Tablet Besi dan Kapsul Vitamin A Pada Ibu Nifas


Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi
kekurangan zat besi dan vitamin A pada ibu nifas melalui
pendistribusian kapsul vitamin A dan tablet besi. Pendistribusian
dilakukan disarana pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Pustu,
Polindes dan Posyandu pada saat kunjungan rumah.
Sasaran adalah ibu nifas yang ada diwilayah kerja Puskesmas dan
harus mendapatkan tablet besi sebanyak 42 tablet, sedangkan
kapsul vitamin A yang harus dikonsumsi oleh ibu nifas sebanyak 2
buah, dengan prosedur pemberian 1 kapsul segera setelah ibu
melahirkan dan kapsul ke II diberikan 24 jam setelah pemberian
kapsul I. Jika ibu bersalin dengan dukun maka kapsul vitamin A
diberikan pada saat Kunjungan Neonatus (KN) I. Jika ditemukan ibu
nifas yang belum mendapatkan kapsul vitamin A selama masa nifas
maka wajib diberi kapsul vitamin A dengan prosedur yang sama.
Dari pelaksanaan kegiatan tersebut, didapatkan cakupan ibu nifas
dapat kapsul vitamin A dan Fe sebanyak 190 orang (78,8%),
pencapaian masih dibawah target dimana target pada renstra sebesar
95%.Namun Semua Ibu Nifas sudah Mendapatkan tablet tambah
darah dan Fe.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 34


Gambaran cakupan ibu nifas dapat kapsul vitamin A dan tablet
besi menurut Desa dapat dilihat pada tabel terlampir

7. Pendistribusian MP-ASI Pada Baduta


Kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi baduta,
pemberian MP-ASI minimal selama 3 bulan. MP-ASI diberikan pada
semua baduta gakin. Jumlah balita dapat MP-ASI sebanyak 12
orang, 9 orang (75 %) mengalami kenaikan berat badan, sedangkan 3
org (25 % ) tidak naik bb nya. Berhubung masih ada balita yang
tidak naik bb nya maka perlu dilakukan :
 Monitoring dan pemberian motivasi pada ibu sasaran agar MP-ASI
yang diberikan dapat dimanfaatkan secara optimal
 Memotivasi ibu agar memberikan makanan bergizi sesuai dengan
kebutuhan anak
Status tumbuh balita yang mendapat MP-ASI menurut Desa dapat
dilihat pada tabel terlampir.

8. Status Gizi Lansia


Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi gizi lansia yang
dilihat melalui pengukuran antropometri dan kadar Haemoglobin.
Pengukuran dilaksanakan 1 (satu) kali dalam setahun di 6 Posyandu
lansia yg ada, Pengukuran dilakukan pada 116 orang dengan hasil
sebagai berikut :
 Dari pengukuran tersebut diketahui lansia gemuk 11 orang
(9,5%). Obesitas3 (2,6 %), Normal 86 (74,1%) dan kurus 16
(13,8%). Hb < 10 sebanyak 2 (1,7 %), 10-11,9 sebanyak 71 (61,2%)
dan > 12 sebanyak 43 (37,1 %).
Hasil pemeriksaan tersebut menggambarkan bahwa masalah gizi
ditemukan pada lansia. Untuk itu kegiatan yang perlu dilakukan
adalah memberikan penyuluhan, konseling dan pemberian motivasi
pada lansia agar dapat mengkonsumsi makanan bergizi dan beragam
serta seimbang sehingga masalah-masalah yang ada dapat
diminimalisasi. Status gizi lansia secara rinci dapat dilihat pada
tabel terlampir.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 35


3.3. BIDANG PENINGKATAN PELAYANAN KESEHATAN
3.3.1 REKAM MEDIS
1. Melayani pasien yang berkunjung ke Puskesmas
Setiap pasien yang berkunjung ke Puskesmas akan dilayani baik itu
pasien umum maupun asuransi kesehatan (Askes, JPKM, Jamkesmas,
Jamkesda, BPJS dan lain-lain). Pelayanan untuk pendaftaran pasien
dilakukan sampai pukul 12.00 WIB untuk hari senin sampai dengan
kamis dan sabtu, sedangkan untuk hari jumat dilakukan sampai
dengan pukul 11.00 WIB.
Hasil dari pelaksanaan pelayanan pasien di Puskesmas dapat
terciptanya tertib administrasi dan adanya Rekam medis terhadap
kunjungan pasien di Puskesmas

2. Mencari status rekam medis pasien


Setiap pasien yang berobat ke Puskesmas akan dicatat riwayat
penyakitnya dalam status rekam medis pasien. Untuk itu setiap pasien
yang berobat ke Puskesmas agar membawa kartu berulang berobat
(kartu nomor rekam medis) guna mengetahui riwayat penyakit pasien
pada waktu sebelumnya. Bagi pasien yang baru akan dibuatkan status
rekam medisnya.
Permasalahan yang terjadi selama menyiapkan status rekam medis
pasien adalah masih ada pasien yang berkunjung ke Puskesmas tidak
membawa kartu berulang berobat sehingga proses persiapan status
pasien menjadi lambat.

3. Merekap jumlah kunjungan setiap hari


Kunjungan pasien baik pasien baru maupun pasien lama dilakukan
perekapan setiap hari agar tergambar jumlah kunjungan pasien
berdasarkan kelompok kunjungan apakah kunjungan pasien umum
atau pasien dengan kartu jaminan kesehatan.

4. Membuat laporan setoran karcis harian


Tujuan dari membuat laporan setoran karcis harian agar tergambar
jumlah pungutan retribusi dari kegiatan pelayanan baik pelayanan di
IGD, labor maupun tindakan medis lainnya.
Dengan adanya laporan setoran karcis, dapat tergambar perencanaan
akan kebutuhan pengobatan pasien dari segi tindakan, obat maupun
kebutuhan pelayanan dilaboratorium.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 36


5. Membuat laporan kunjungan
Dengan adanya laporan kunjungan dapat menggambarkan kondisi
kunjungan pasien ke puskesmas yaitu berupa kunjungan pasien sehat,
pasien sakit, pasien umum dan pasien dengan kartu jamina kesehatan.

6. Merekap jumlah kunjungan luar gedung


Rekapan kunjungan luar gedung untuk mengetahui total kunjungan
pasien baik dalam gedung maupun luar gedung. Untuk kunjungan
dalam gedung, dapat dilihat dari jumlah pasien yang mendaftar di loket
pendaftaran. Sedangkan kunjungan luar gedung dapat dilihat dari
kegiatan petugas yang melakukan kunjungan terhadap pasien sakit
yang dirawat dirumah.
Berdasarkan tabel di bawah ini diketahui bahwa terjadinya penurunan
kunjungan pasien ke Puskesmas dimana pada tahun 2015 kunjungan
pasien sebanyak 21.633 kunjungan sedangkan pada tahun 2016
sebanyak 21.084 kunjungan.
TABEL I
PERBEDAAN JUMLAH KUNJUNGAN
PUSKESMAS SILUNGKANG
TAHUN 2015 & 2016

JUMLAH JUMLAH
NO BULAN
Tahun 2015 Tahun 2016
1 Januari 1.625 2.036
2 Februari 1.820 2.007
3 Maret 1.745 1.775
4 April 1.995 1.888
5 Mei 1.708 1.805
6 Juni 1.711 1.752
7 Juli 1.496 1.458
8 Agustus 1.749 1.838
9 September 1.877 1.596
10 Oktober 1.960 1.743
11 Nopember 2.127 1.560
12 Desember 1.820 1.626
TOTAL 21.633 21.084

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 37


7. Merekap kunjungan rawat jalan
Kunjungan rawat jalan direkap setiap harinya setelah selesai jam
pelayanan. Tujuannya untuk memudahkan rekapan kunjungan pasien
setiap bulan dan laporan yang dikirim ke Dinas Kesehatan tepat pada
waktu.
Berdasarkan tabel di bawah, diketahui bahwa cakupan kunjungan
pasien rawat jalan mengalami penurunan disbanding tahun
sebelumnya. Dimana pada tahun 2015 cakupan pasien rawat jalan
sebanyak 1.609 sedangkan pada tahun 2016 sebanyak 506 kunjungan.
TABEL 2
PERBANDINGAN CAKUPAN PASIEN RAWAT JALAN
PUSKESMAS SILUNGKANG
TAHUN 2015 & 2016

BARU
NO BULAN
2015 2016
1 JANUARI 46 66
2 FEBRUARI 53 52
3 MARET 111 79
4 APRIL 77 69
5 MEI 59 28
6 JUNI 58 15
7 JULI 71 14
8 AGUSTUS 195 35
9 SEPTEMBER 325 14
10 OKTOBER 275 45
11 NOPEMBER 266 44
12 DESEMBER 73 45
TOTAL 1.609 506

8. Memasukkan status rekam medis pada rak penyimpanan setiap hari


Setiap petugas yang ada dipelayanan poliklinik baik poli umum, KIA,
Anak, KB maupun poli gigi, status pasien harus diserahkan kembali ke
rekam medis setelah jam pelayanan. Tujuannya agar status rekam
medis pasien tidak tercecer dan kerahasiaan dari riwayat penyakit
pasien dapat terjaga. Akan tetapi permasalahan yang terjadi selama ini,
masih ada petugas di poliklinik tidak mengembalikan status pasien ke
ruangan rekam medis setelah melakukan pelayanan kepada pasien.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 38


Bagi petugas rekam medis, setelah petugas poli menyerahkan status
rekam medis pasien, status tersebut langsung disimpan dalam rak
penyimpanan status sesuai dengan urutan nomor rekam medisnya.

9. Melayani kunjungan pasien dokter spesialis


Puskesmas Silungkang bekerjasama dengan dokter spesialis untuk
kegiatan pelayanan kesehatan. Kunjungan dokter spesial dilaksanakan
setiap hari senin, selasa, kamis dan sabtu.
Jadwal Kunjungan Dokter Spesialis
Hari Spesialis
Senin Spesialis kandungan
Spesialis syaraf
Selasa Spesialis paru
Kamis Spesialis mata
Spesialis penyakit dalam
Sabtu Spesialis THT

10. Menerima retribusi dan setoran dari IGD, Pustu dan polindes
Setiap kegiatan / tindakan medis yang dilakukan pemungutan atau
biaya terhadap tindakan baik itu di IGD, Pustu maupun di polindes,
harus disetorkan ke bagian loket untuk selanjutnya disetorkan ke
bagian penerima di Dinas Kesehatan sebagai PAD dari Puskesmas
Silungkang. Setoran dari IGD, Pustu dan Polindes diterima setiap
minggunya.

3.3.2 Poli Umum

1. Pelayanan Poli Umum


Pelayanan poli umum dilaksanakan setiap hari kerja mulai pukul 08.00
WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB. Jumlah kunjungan pasien pada
tahun 2016 sebanyak 21.431 kunjungan

2. Pelayanan Dokter Spesialis


Selain pelayanan dokter umum, juga dilakukan pelayanan dokter
spesialis diantaranya spesialis kandungan, spesialis penyakit dalam,
spesialis syaraf, spesialis paru, spesialis mata dan spesialis THT.
Pelayanan dokter spesialis bertujuan agar masyarakat mendapatkan
pelayanan kesehatan yang lebih optimal selain itu untuk akses dari
tempat tinggal pasien tidak terlalu jauh dibandingkan ke RSUD
Sawahlunto.

3. Laporan Kematian
Data kematian dibuat bertujuan untuk mengetahui jumlah kematian
yang ada di wilayah kerja Puskesmas Silungkang serta penyakit
penyebab dari kematian tersebut. Pada tahun 2016 jumlah kematian

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 39


yang ada diwilayah kerja Puskesmas Silungkang sebanyak 49 kasus
kematian.

4. Laporan 20 Penyakit terbanyak

Grafik 1
Daftar 20 Penyakit Terbanyak Puskesmas Silungkang
Tahun 2016

Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa kasus penyakit terbanyak


di Puskesmas Silungkang tahun 2016 adalah penyakit ISPA dengan
jumlah kunjungan sebanyak 3.471 kasus, diikuti dengan penyakit
hipertensi, gastritis dan penyakit otot dan jaringan.

3.3.3 UGD dan Rawat Inap

Pelayanan UGD dan rawat inap merupakan satu kesatuan dari


pelayanan yang ada di Puskesmas Silungkang. Tujuan dengan adanya
pelayanan UGD dan rawat inap ini adalah dapat memberikan
pelayanan kepada masyarakat dengan keadaan pasien yang emergency
secara cepat, tepat yang sesuai dengan standar operasional pelayanan
(SOP) yang merupakan pelayan dasar pertolongan pertama UGD, di
UGD Puskesmas Silungkang tidak hanya melayanani pasien yang
gawat darurat saja tetapi juga pasien yang berobat jalan. Pelayanan di
UGD Puskesmas Silungkang dilaksanakan dalam waktu 24 jam dengan
memiliki petugas jaga.

Grafik 2
Cakupan Kunjungan Pasien UGD dan Rawat Inap Puskesams
Silungkang Berdasarkan Kartu Jaminan Kesehatan
Tahun 2016

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 40


Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa kunjungan pasien UGD
dan Rawat Inap Puskesmas Silungkang adalah pasien umum yang
tidak memiliki kartu jaminan kesehatan atau pasien umum dengan
jumlah kunjungan sebanyak 1.471 kunjungan.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 41


Grafik 3
Kondisi pasien rawat inap Puskesmas Silungkang
Tahun 2016

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa dari 236 pasien rawat inap,
pasien yang pulang karena sembuh sebanyak 174 pasien, yang dirujuk
ke RSUD sebanyak 62 pasien dan pasien pulang paksa sebanyak 10
pasien.

Grafik 4
Kondisi Pasien Luar Wilayah yang di Rawat
Di Puskesmas Silungkang
Tahun 2016

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa dari 21 pasien rawat inap,


pasien yang pulang karena sembuh sebanyak 16 pasien dan yang
dirujuk ke RSUD sebanyak 5 pasien.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 42


3.3.4 Perkesmas
Perkesmas adalah ujung tombak pelayanan kesehatan
perorangan maupun masyarakat karena merupakan bentuk pelayanan
kesehatan dasar yang paling dekat dengan masyarakat yang berprinsip
memberikan pelayanan secara terpadu, terjangkau dan bermutu. Untuk
melakukan hal tersebut dibuatlah beberapa program kesehatan yang
terdiri dari program wajib dan integrasi diantara program yang
terintegrasi adalah Perawatan Kesehatan masyarakat ( Perkesmas ).
Keperawatan kesehatan masyarakat merupakan perpaduan antara
keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran aktif
masyarakat yang mengutamakan usaha promotif dan preventif tanpa
menggabaikan usaha kuratif dan rehabilitative secara
berkesinambungan dan holistic. Pelayanan perkesmas meliputi :
individu, kelompok, dan masyarakat diseluruh tingkatan usia, tujuan
utama program ini adalah meningkatkan kemandirian masyarakat
dalam mengatasi masalah keperawatan dan kesehatan.
Dipuskesmas silungkang pelayanan perkesmas dilakukan didalam
gedung melalui pelayanan rawat jalan dan rawat inap serta pelayanan
luar gedung dengan mengunjungi rumah klien pada program Home
Care. Kasus – kasus yang ditangani adalah :
1) Ibu hamil dengan resiko
2) Anak Resiko tinggi
3) Masalah Gizi
4) Penyakit Menular
5) Usia Lanjut Resiko Tinggi
6) Penyakit Tidak Menular
7) Penyakit lainnya yang tidak tercakup pada kasus lain
Pelaksanaan program perkesmas untuk setiap kegiatan / kasus
yang dilaksanakan adalah sama, yang membedakannya adalah hasil
akhirnya saja berupa tingkat kemandirian keluarga ataupun individu
serta pembuatan administrasi untuk mendapatkan dana transportasi
petugas. Kegiatan dimulai dari penemuan kasus yang bisa melalui jalur
formal seperti : informasi dari Puskesmas, puskesmas pembantu,
rujukan balik dari rumah sakit, serta pelaporan PWS atau kader
posyandu. Jalur informal seperti : pelaporan dari keluarga maupun
masyarakat. Setelah kasus ditemukan maka ditentukan apakah layak
untuk melakukan kunjungan rumah (home care) atau cukup melakukan
perawatan jalan saja.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 43


Setelah itu dilakukan proses keperawatan mulai dari
pengkajian,analisis data, penegakan diagnose, rencana dan tindakan
keperawatan diakhiri dengan evaluasi. Untuk perencanaan dan tindakan
pada kasus disesuaikan dengan masalah kesehatan yang dihadapi klien
ataupun keluarga. Jika diperlukan perawatan maka yang turun adalah
Ners ataupun perawat, jika pengobatan penyakit maka dokter yang
turun dan seterusnya. Semua dilakukan secara komperehensif dan
berkesinambungan. Setelah dilakukan evaluasi kasus maka ditentukan
tingkat kemandirian klien / keluarga dan dievaluasi apakah asuhan
keperawatan keluarga / individu perlu dilanjutkan atau diakhiri.

3.3.5 Farmasi, Makanan dan Minumam


1. Pelaksanaan Gudang Obat dan Apotek
Setiap pertengahan bulan obat di jemput ke Gudang Farmasi Kota.
Setiba di puskesmas, disusun dan dimasukan ke stok obat. Lalu obat
di distribusikan ke apotek, IGD dan pustu sesuai dengan kebutuhan
yang telah di buat di LPLPO.
Di apotek obat langsung di suplay dari gudang obat puskesmas. Obat
di distribusikan ke pasien melalui resep dokter puskesmas. Pemakaian
obat di rekap tiap hari sehingga didapat pemakaian obat per bulannya.
Setiap tanggal 25 dilakukan stok opname dan tutup buku untuk
membuat laporan bulanan yang meliputi pemakaian 20 obat terbanyak,
jumlah kunjungan resep tiap bulannya, pemakaian obat generik,
peresepan dan laporan narkotika dan psikotropika.

2. Program Farmasi, Makanan dan Minuman


Program farmakmin meliputi pembinaan dan pemeriksaan IRTP, sarana
distribusi OMKA dan warung sekolah. Program ini dilakukan dalam
beberapa tahap dalam tahun 2016 seperti IRTP yang diperiksa dalam 2
tahap (tahap 1 Januari – Juni dan tahap 2 Juli - Desember), sarana
distribusi makmin 4 tahap (tahap 1 Januari – Maret, tahap 2 April –
Juni, tahap 3 Juli – September dan tahap 4 Oktober – Desember) dan
PJAS dalam 2 tahap (tahap 1 Januari – Juni dan tahap 2 Juli -
Desember).
Pembinaan dan pemeriksaan dilakukan secara langsung ke tempat –
tempat sarana produksi dan distribusi pangan dan obat. Di tahun 2016
ini jumlah sarana IRTP sama dengan jumlah sarana IRTP tahun 2015
yaitu 90 sarana IRTP. Pada sarana Distribusi makmin terdapat 90
sarana juga dan PJAS ada 12 kantin sekolah.

3.3.6 Poli Gigi

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 44


Tabel 3
Pencapaian Program Kesehatan Gigi Dan Mulut
Tahun 2016

N
Kegiatan Target Jumlah Pencapaian %
o

1 Jumlah penderita baru 4 % jumlah 405 673 166%


penduduk

2 Jumlah murid kelas 80% jumlah 249 221 88,7%


selektif yang mendapat murid
pengobatan menyeluruh selektif

3 Jumlah SD yang 80% jumlah 12 12 100%


melaksanakan sikat gigi SD
missal

Jumlah kunjungan 2 x th (TK) 7 14 100%


petugas puskesmas ke TK
4

5 Jumlah kunjungan 2 x th (SD) 24 35 146%


petugas puskesmas ke SD

Jumlah kunjungan 2 x th (SMP) 6 10 167 %


petugas puskesmas ke
6
SMP

7 Jumlah kunjungan 2x th (SMA) 1 4 200%


petugas puskesmas ke
SMA

8 Jumlah SD UKGS yang di 12 12 12 100%


bina

9 Jumlah desa dibina 5 desa 5 5 100%

10 Jumlah kunjungan 3 x th / desa 15 16 107%


petugas Puskesmas ke (5 desa)
Desa untuk pembinaan
kesehatan gigi SD untuk
pembinaan kesehatan Gigi
dan mulut

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa setiap kunjungan dan


kegiatan yang dilaksanakan semuanya mencapai target (melebihi dari
target yang ditetapkan)

3.3.7 Kesehatan Jiwa


A. Kegiatan Bersumber Dana BOK
1. Sosialisasi kesehatan jiwa dan napzah

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 45


Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan jiwa dan napzah. Agar terjaganya
kesehatan jiwa di masyarakat

2. Kunjungan rumah pasien Jiwa Psikosa


Tujuan kegiatan ini dilakukan untuk mengunjungi pasien gangguan
jiwa yang berobat ke Pelayanan Kesehatan dan yang dilaporkan
oleh keluarga atau masyarakat. Kunjungan ini dilakukan bersama
PWS, Pemegang Program Perkesmas dan Program Jiwa.

Kegiatan ini dilakukan pada 15 pasien gangguan jiwa, pasien yang


dikunjungi adalah pasien yang mengamuk, pasien yang baru
pulang dari RSJ HB Sa’anin dan pasien yang berobat ke pelayanan
kesehatan serta pasein yang jarang kontrol ke pelayanan
kesehatan.

Permasalah yang dihadapi banyak dari keluarga yang tidak peduli


terhadap kesehatan jiwa anggota keluarganya sehingga banyak di
antara penderita gangguan jiwa yang mengalami putus obat.
Grafik 4
Pencapaian Kunjungan Psikosa tahun 2015 dan 2016

Terjadinya penurunan jumlah kunjungan penderita gangguan


psikosa dari tahun 2015 sebanyak 208 kunjungan dan tahun 2016
sebanyak 197 kunjungan hal ini diakibatkan adanya kunjungan
dari panti sosial Bengkulu yang datang kerumah sasarn gangguan
jiwa dam memberikan obat pasien sehingga pasein jarang kontrol
ke puskesmas

Grafik 5
Kunjungan Pasien Neurosa Tahun 2015 dan Tahun 2016

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 46


Kunjungan pasien neurosa pada tahun 2015 sebanyak 8 kunjungan
dan tahun 2016 sebanyak 18 kunjungan terjadi peningkatan
kunjungan karena dulu kunjungan dari muarokalaban pada tahun
2015 tidak ada dan meningkat pada tahun 2016 sebanyak 6
kunjungan.hal ini mengambarkan adanya kesadaran masyarakat
dalam meningkatkan kesehatan jiwa anggota keluarganya.

C. Kegiatan Yang Tidak Di Danai


1. Kegiatan Penanganan Pasien Gangguan Jiwa
Tujuan kegiatan ini dilakukan untuk mengunjungi pasien gangguan
jiwa yang berobat ke Pelayanan Kesehatan dan yang dilaporkan
oleh keluarga atau masyarakat. Kunjungan ini dilakukan bersama
PWS, Pemegang Program Perkesmas dan Program Jiwa.

Kegiatan ini dilakukan pada 10 pasien gangguan jiwa, pasien yang


dikunjungi adalah pasien yang mengamuk, pasien yang baru
pulang dari RSJ HB Sa’anin dan pasien yang berobat ke pelayanan
kesehatan.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 47


2. Kegiatan Penanganan Pasien Jiwa Pasung
Dari hasil kegiatan kelapangan ditemukan satu pasien pasung.
Setelah kami mengunjungi pasien ini,kami menyarankan pasien ini
untuk dirujuk ke RSJ HB Sa’anin untuk pengobatan lebih lanjut.
Kami menggambarkan tujuan pasien dirawat di RSJ HB Sa’anin.
Tujuan nya agar pasien bias berinteraksi dengan teman – teman
yang dirawat d RSJ HB Sa’anin dan bias lebih mandiri dalam
mengurus diri sendiri. Misalnya mandi, menyisir rambut dan mau
berinteraksi dengan teman – temannya seperti bersalaman dan
menyebutkan namanya

Setelah kami jelaskan dan beberapa kali kunjungan keluarga masih


belum mau pasien untuk di rujuk.

Permasalahan dalam setiap penanganan kasus pasien jiwa adalah


Keluarga pasien menolak untuk dirujuk ke RSJ HB Sa’anin
meskipun ada kartu jaminan kesehatan.

3.3.8 Laboratorium

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 48


A. Kegiatan Yang Di Danai
1. Pemeriksaan Hb Pada Posyandu Lansia
Puskesmas Silungkang memiliki 5 posyandu Lansia. Pada
pelaksanaannya disamping melakukan kegiatan pelayanan
pengobatan juga melayani pemeriksaan HB minimal sekali dalam
setahun pada masing -masing posyandu dan juga pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya anemia pada lansia
yang sangat rentan dengan HB rendah

2. Pemeriksaan Hb Ibu Hamil Pada Posyandu Balita


Untuk mengejar Bumil yang tidak memeriksakan HBnya ke
Puskesmas baik itu pemeriksaan HB K1 maupun K4 untuk itu
maka dilaksanakanlah pemeriksaan Hb di Posyandu Balita

B. Kegiatan Yang Tidak Di Danai


1. Pelayanan Laboratorium Sederhana
Laboratorium Sederhana merupakan Laboratorium yang melakukan
pelayanan pemeriksaan tingkat dasar atau pelayanan yang memakai
alat-alat yang masih manual seperti Hb, darah rutin reduksi urine,
dan lain-lain

2. Pelayanan Laboratorium Klinik dan Pemeriksaan penunjang


Laboratorium Puskesmas Silungkang disamping menerima layanan
pemeriksaan sederhana juga melayani pemeriksaan kimia klinik dan
pemeriksaan penunjang, seperti Widal, Rematoid faktor dll.

3. TB
Puskesmas Silungkang merupakan puskesmas PRM yaitu Puskesmas
Rujukan Mikroskopis dimana Puskesmas melakukan crosscheck TB
dari Puskesmas Satelit yang ada di Kota Sawahlunto

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 49


4. Melakukan Rujukan Pemeriksaan TB Paru ke BLK Padang
Puskesmas Silungkang sebagai puskesmas PRM, berfungsi sebagai
Puskesmas yang bertanggung jawab untuk merujuk slide Tb kembali
ke BLK padang. Slide yang dikirim adalah secara acak.sebanyak 20
slide per triwulan

5. Menerima dan melaksanakan uji PME (Pemantapan Mutu


Eksternal) Lab dari BLK (Balai Laboratorium Kesehatan) Propinsi
Sumatera Barat
Laboratorium Puskesmas Silungkang setiap 2 x setahun menerima
PME (Pemantapan Mutu Eksternal) dari BLK Padang dimana BLK
akan memberikan sampel pemeriksaan yang telah diperiksa terlebih
dahulu diantaranya Urin, Feces/kecacingan, BTA Sputum dan
Malaria

6. Pencatatan dan Pelaporan Pemeriksaan


Tabel 4
Data Perbandingan Pencapaian Target Pemeriksaan Laboratorium
Tahun 2016

NO JENIS PEMERIKSAAN PENCAPAIAN TAHUN %

1. DARAH 3456 384


2. URINE 886 196,8
3. FECES 1 0,66
4. BTA SPUTUM 96 53,3
JUMLAH 4.439

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan


Pemeriksaan tahun 2016 mengalami kenaikan di bandingkan tahun
2015, hal ini karna adanya alat penunjang pemeriksaan
Laboratorium yang sudah diperbaiki.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 50


3.3.4 BIDANG P2PL
3.4.1 IMUNISASI
A. Kegiatan Bersumber Dana APBD
1. Pelaksanaan BIAS di Sekolah Dasar (Imunisasi Campak, DT dan
Td)
Kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) bertujuan untuk
mempertahankan pencapaian Eliminasi Tetanus Neonatorum,
pengendalian penyakit Difteri dan reduksi penyakit Campak dalam
jangka panjang melalui imunisasi DT,Td dan Campak pada murid di
Sekolah Dasar .

BIAS merupakan kegiatan imunisasi tambahan dalam rangka


penguatan kekebalan tubuh yang didapat oleh murid dari imunisasi
rutin pada waktu bayi, imunisasi di sekolah ini dilaksanakan 1 kali
dalam setahun di semua Sekolah Dasar .

Pelaksanaan BIAS dilakukan oleh dokter puskesmas dan petugas


imunisasi serta pws sekolah ke seluruh sekolah di wilayah kerjanya
masing-masing dengan membawa peralatan yang diperlukan seperti
jarum suntik, vaksin, safety box, kit anafilatik syok dan buku hasil
kegiatan. Di dalam kelas petugas kesehatan didampingi oleh
masing-masing guru kelas, sebelum imunisasi dimulai murid
diberikan informasi tentang manfaat imunisasi yang akan diberikan.

Jadwal dan hasil pelaksanaan kegiatan BIAS Campak pada Bulan


september 2016 yang melibatkan 241 murid SD kelas 1,tinggal kelas
12 orang sasaran ril 229 orang, dengan jumlah murid yang
diimunisasi sebanyak 217 orang atau 95 %, yang mana 10 orang
menolak 5 orang sakit,

BIAS DT pada Bulan November 2016 yang melibatkan 241 Murid SD


kelas 1, tinggal kelas 12 sasaran ril 229 dengan jumlah murid yang
diimunisasi sebanyak 213 orang atau 93%, 9 orang menolak, 5 orang
sakit.

BIAS Td pada Bulan November 2015 yang melibatkan murid SD


kelas II sebanyak 211 orang ,tinggal kelas 8 orang, sasaran ril 203
yang di imunisasi 196 orang atau 96.5 % sakit 4,menolak 2 orang.

Murid kelas III sebanyak 238 orang, tinggal kelas 912 orang,
sasaran ril 226 orang dengan jumlah murid yang diimunisasi kelas

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 51


III sebanyak 218 orang atau 95.7% dan sakit 6 orang, menolak 3
orang.

Pelaksanaan BIAS disekolah juga didukung dengan adanya


pemberian sertifikat status T5 dosis kepada murid wanita yang tamat
dari SD dengan syarat bahwa murid tersebut sudah lengkap
mendapatkan imunisasi TT nya mulai dari bayi sampai TT yang
diberikan terakhir di kelas III SD. Seorang wanita yang telah
mendapatkan imunisasi TT dan berada pada status T5 maka akan
memberikan kekebalan terhadap penyakit Tetanus Neonatorum
selama ± 25 tahun, sehingga pada saat menjadi calon pengantin dan
menjadi ibu hamil tidak lagi memerlukan suntik TT. Selanjutnya
akan dapat menurunkan angka kematian ibu melahirkan dan anak
lahir dengan penyakit Tetanus Neonatorum.

Dari hasil pelaksanaan BIAS baik yang dilakukan di SD belum


semua murid dapat di imunisasi pada hari pelaksanaan karena
adanya murid yang sakit, absensi dan lain-lain, namun petugas
kesehatan selalu melakukan upaya seperti melakukan kunjungan
ulang atau sweeping ke sekolah yang bersangkutan dan
memberikan saran kepada guru kelas agar murid yang belum
diimunisasi datang ke puskesmas.

Selain kegiatan-kegitaan yang bersifat rutin juga ada kegiatan


imunisasi yang bersifat khusus yang terdiri dari pelaksanaan
sweeping Imunisasi TT WUS dalam rangka Eliminasi Tetanus
Neonatorum, sweeping Imunisasi Campak dalam rangka Reduksi
Campak dan pelaksanaan sweeping imunisasi secara umum pada
daerah – daerah dengan angka drop out tinggi. Untuk tahun 2016
Dinas Kesehatan Kota Sawahlunto menetapkan target kontak
pertama 100% dan kontak lengkap 95% sedangkan untuk target
desa/kelurahan Universal Cild Imunitation (UCI) adalah 90% dengan
indikator BCG, DPT-HB3, Polio 4 dan Campak.

Cakupan imunisasi kontak pertama dan lengkap secara tingkat kota


semua antigen belum mencapai target. Secara umum dapat
dianalisaa bahwa Imunisasi HB-Uniject bayi umur 0-7 hari
merupakan indikator sederhana yang menyatakan bahwa
jangkauan / aksesibilitas pelayanan kesehatan terhadap neonatus

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 52


pada tahun 2016 jumlah bayi yang mendapatkan HB uniject pada
umur 0-7 hari sebanyak 187 orang atau 84,2% artinya seluruh bayi
yang baru lahir sudah mendapatkan kontak pertama, karena HB
Uniject ini harus diberikan pada umur 0-7 hari dalam rangka
pencegahan penyakit Hepatitis.

Pada tahun 2016 Kota Sawahlunto memulai pemakaian vaksin


pentavalen (DPT/HB-Hib ) yaitu dalam satu vial terdapat lima jenis
antigen. orang tua sasaran merasakan adanya kemudahan dan lebih
efisien dari segi waktu karena adanya pengurangan jumlah
penyuntikan dari yang sebelumnya sasaran mendapatkan suntikan
sebanyak 9 kali yaitu HB-Uniject, BCG, HB1 s/d HB3, DPT1 s/d
DPT3 dan Campak setelah dipakainya vaksin pentavalen ini maka
jumlah suntikan berkurang menjadi 6 kali saja yaitu HB uniject,
BCG, DPT-HB1 s/d DPT-HB3.

Menurut program imunisasi DPT/HB-Hib1 dijadikan indikator


kontak pertama, secara tingkat Kota pencapaian DPT-HB-HIB 1 yaitu
190 orang atau 88 %, namun pada tingkat puskesmas masih ada
yang dibawah target, sedangkan Imunisasi DPT/HB-Hib3 polio4 175
orang 81.0 % dan Campak 169 orang 78,2 % ,merupakan indikator
kontak lengkap sekaligus menyatakan tingkat perlindungan atau
efektifitas Program imunisasi

Grafik 6
Persentase Desa/Kelurahan UCI dan Non UCI
Di Kota Sawahlunto Tahun 2015 dan 2016

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 53


Dari grafik di atas terlihat bahwa untuk tahun 2016 jumlah
desa/kelurahan UCI menurun dibandingkan dengan tahun
sebelumnya dimana dari 5 desa hanya 1 desa/kelurahan yang UCI
sedangkan 4 Desa/kelurahan lain belum mencapai UCI.

2. Kegiatan Penanganan Vaksin dan Pemeliharaan Refrigerator


Tujuan kegiatan ini adalah menjaga keamanan dan mutu vaksin
serta memenuhi kebutuhan vaksin di Puskesmas sehingga tidak ada
tempat /posyandu yang tidak melakukan imunisasi kepada
sasarannya karena kekurangan vaksin rutin. Kegiatan ini diawali
dari analisa stok vaksin di Puskesmas mulai dari vaksin BCG,
DPT/HB-Hib, Polio, DT, TT, Hepatitis.B uniject dan Campak
kemudian dibuat surat permintaan vaksin yang di butuhkan untuk
setiap bulannya. Di tingkat puskesmas perencanaan berdasarkan
stock vaksin yang ada di buku stock vaksin, jika sisa stock vaksin
tidak sampai untuk persiapan satu bulan maka wasor imunisasi
menjemput vaksin ke Dinkes kota (setiap bulan), vaksin dibawa
dengan menggunakan cold box dan semua vaksin dipastikan dalam
kondisi baik pada Vaccine Vial Monitor (VVM) di A kemudian
disimpan dalam refrigerator di puskesmas dimana vaksin diletakkan
sesuai dengan sifat sensitifitasnya terhadap beku maupun panas,
memantau suhu vaksin pada alat pengontrol suhu , apabila suhu
vaksin melebihi dari standar yang telah ditetapkan maka harus
diturunkan agar vaksin yang ada tidak rusak (Refrigerator dengan
suhu +2oC s/d +8oC dan freezer dengan suhu -5oC s/d -25oC).

Setiap mengeluarkan vaksin dari refrigerator / cold chain selalu


memakai sistem VVM pada kotak vaksin yaitu VVM pada kondisi B
atau segera dipakai, kondisi C dan D vaksin rusak atau tidak dapat
dipakai, sistem EEFO (Early Expiredate First Out) yaitu vaksin yang
expire datenya lebih dekat, kemudian sistem FIFO (First In First Out)
yaitu vaksin yang pertama masuk refrigerator.

Pada tahun 2010 puskesmas silungkang sudah mengunakan vaccine


carrier dan menggunakan refrigerator/cold chain yang sesuai
standar kesehatan sehingga suhu dan keamanan vaksin lebih terjaga
dan tidak lagi memakai lemari es rumah tangga.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 54


Pada tahun 2016 tanggal 29 november 2016 puskesmas silungkang
mendapatakan kulkas baru dengan merek DUMETIC TCW 3000.
Setiap refrigerator harus dapat dipelihara dengan baik agar tidak
mudah rusak yaitu dengan cara :

a. Perawatan Harian
 Memeriksa suhu Refrigerator/cold chain kemudian catat
suhu pada buku grafik suhu atau kartu suhu.
 Menghindarkan seringnya buka-tutup pada
Refrigerator/cold chain
b. Mingguan
 Membersihkan bagian luar Refrigerator/cold chain untuk
menghindari karat (korosif)
 Memeriksa kontak listrik pada stop kontak, upayakan
jangan kendor.
c. Bulanan
 Membersihkan bagian luar dan dalam Refrigerator/cold
chain.
 Membersihkan karet seal pintu dan periksa kerapatannya
dengan selembar kertas. Bila perlu beri bedak atau talk.
 Memeriksa engsel pintu Refrigerator/cold chain, bila perlu
beri pelumas.
 Pencairan bunga es
Semua kegiatan diatas sudah dilakukan dengan baik oleh petugas
imunisasi puskesmas.

3.4.2 P2M
A. Kegiatan Bersumber Dana APBD dan BOK
1. Kegiatan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
a) Pegendalian Penyakit Malaria
Malaria adalah salah satu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk
jenis Anopheles, walaupun ditularkan oleh nyamuk, penyakit
malaria sebenarnya merupakan suatu penyakit ekologis. Penyakit
ini sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang
memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dan berpotensi
melakukan kontak dengan manusia dan menularkan parasit
malaria. Contoh faktor-faktor lingkungan itu antara lain hujan,
suhu, kelembaban, arah dan kecepatan angin, ketinggian. Air

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 55


merupakan faktor esensial bagi perkembang-biakan nyamuk.
Karena itu dengan adanya hujan bisa menciptakan banyak tempat
perkembangbiakan nyamuk akibat genangan air yang
tidakdialirkan di sekitar rumah atau tempat tinggal. Nyamuk dan
parasit malaria juga sangat cepat berkembang biak pada suhu
sekitar 20-27 derajat C, dengan kelembaban 60-80 %.

Secara teoritis, nyamuk bisa terbang sampai 2-3 km, namun


pengaruh angin, jarak terbang nyamuk bisa mencapai 40 km.
Bahkan dengan perkembangan sarana transportasi, nyamuk bisa
mencapai daerah yang jauh dengan menumpang alat transportasi.
Para ahli juga memperkirakan bahwa perubahan iklim global telah
turut mempengaruhi penyebaran nyamuk malaria. Nyamuk
anopheles yang biasanya hanya ditemukan di daerah dataran
rendah sekarang bahkan bisa ditemukan di daerah pengunungan,
yang tingginya di atas 2000 m dari permukaan laut.

Salah satu faktor lingkungan yang juga mempengaruhi


peningkatan kasus malaria adalah penggundulan hutan, terutama
hutan-hutan yang dibuka untuk keperluan pembukaan lahan
atau jalan-jalan kendaraan bermotor. Akibat rusaknya lingkungan
ini, nyamuk yang umumnya hanya tinggal di hutan, dapat
berpindah ke pemukiman manusia, kerusakan hutan dapat
menghilangkan musuh-musuh alami nyamuk sehingga kepadatan
nyamuk menjadi tidak terkontrol. Malaria juga sulit diberantas
karena keberadaan nyamuk itu sendiri yang mencapai ratusan
spesies. Tidak kurang dari 2000 spesies nyamuk anopheles hidup
di muka bumi. Dari jumlah ini, “hanya” kira-kira 80 spesies
dimiliki oleh Indonesia dan sekurang-kurangnya 22 spesies
anopheles dengan tempat perindukan yang berbeda-beda

Kegiatan pemantauan terhadap adanya kejadian penyakit-


penyakit menular dilaksanakan disepanjang tahun 2014,
kegiatan ini dapat berjalan lancar karena ditunjang dengan
adanya jejaring epidemiologi penyelenggara pelayanan kesehatan
di setiap unit pelayanan dan pustu, Tidak hanya petugas
kesehatan saja yang berperan aktif didalam memberikan laporan
kasus-kasus penyakit ini, namun masyarakat, kader, TOMA dan

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 56


Lintas Sektor/terkait lainnya juga berhak memberikan informasi-
informasi dengan cepat.
Untuk tahun 2016 terjadi penurunan kasus malaria dibandingkan
dengan tahun 2015, walaupun tidak terjadi peningkatan kasus
malaria tetapi kewaspadaan dini terhadap penyakit menular selalu
dilaksanakan oleh puskesmas dan jajarannya, dengan adanya
petugas surveilans yang ada di pustu lebih memudahkan untuk
mengetahui adanya penyakit-penyakit menular yang sedang
terjangkit di wilayah kecamatan Silungkang. Beberapa kasus
penyakit menular yang ada di wilayah kecamatan Silungkang
tidak mengelompok pada satu daerah dan tidak terjadi kematian.
Tabel 5
Distribusi Kasus Malaria Per desa Wilayah Kerja Puskesmas Silungkang
Periode Tahun 2014 s/d 2016

KASUS MALARIA
NO Desa THN THN THN
2014 2015 2016
1 Silungkang Oso 0 0 0

2 Silungkang duo 0 0 0

3 Silungkang tigo 0 0 0

4 Muarokalaban 0 1 0

5 Taratak Bancah 1 0 0

Puskesmas 1 1 0

Pada tahun 2016 API wilayah puskemas Silungkang juga tidak


terdapat angka API di area merah.

b) Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)


Demam Berdarah Dengue (DBD) ditularkan oleh nyamuk Aedes
Aegyti yang tempat perindukannya pada air tergenang yang tidak
kontak langsung dengan tanah, didalam bak mandi, ban bekas,
tempayan, dispenser, pot-pot bunga yang berisi air, pada baju
yang bergelantungan dan lain-lain serta mempunyai kebiasaan
menggigit pada pagi dan sore hari. penderita DBD yang dilakukan
penyelidikan epidemologi lapangan ternyata penderita pernah
melakukan perjalanan ke daerah endemis lainnya serta ditemukan
nya tempat perindukan nyamuk Aedes Aegypti di lingkungan

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 57


rumah penderita tersebut. Untuk menentukan suatu daerah
tersebut endemis DBD atau tidak, ada stratifikasinya yaitu :
• Daerah Endemis adalah Daerah yang dalam tahun terakhir
setiap tahun ada penderita DBD
• Daerah Sporadis adalah daerah yang dalam 3 tahun terakhir
terdapat penderita DBD tetapi tidak setiap tahun.
• Daerah Potensial adalah Daerah yang dalam 3 tahun terakhir
tidak pernah ada penderita DBD, tetapi penduduknya padat,
mempunyai hubungan transportasi yang ramai dengan wilayah
yang lain dan presentase rumah yang ditemukan jentik lebih
atau sama dengan 5%.
• Daerah Bebas yaitu Daerah yang tidak pernah ada penderita
DBD selama 3 tahun terakhir dan presentase rumah yang
ditemukan jentik kurang dan 5%.

Distribusi gejala DBD yaitu hampir semua kasus menunjukkan


gejala demam mendadak yang diikuti rash kemerahan, adanya
sebagian kasus yang menunjukkan tanda-tanda perdarahan,
trombositopenia <100.000 iu dan hematokrit yang meningkat
tajam lebih dari 20%.
Tabel 6
Distribusi Kasus DBD Per desa Wilayah Kerja Puskesmas Silungkang
Periode Tahun 2014 s/d 2016

KASUS DBD
NO Desa THN THN THN
2014 2015 2016
1 Silungkang Oso 1 2 3
2 Silungkang duo 0 1 6
3 Silungkang tigo 0 5 7
4 Muarokalaban 3 18 18
5 Taratak Bancah 0 1 1
Puskesmas 4 28 35

Dari tabel di atas Kasus DBD Wilayah kerja puskesmas


silungkang selama tiga tahun ini terdapat peningkatan kasus,
pada tahun 2016 yaitu 35 kasus dan tidak ada yang meninggal
serta tidak terjadi KLB dan dilakukan kunjungan rumah untuk
penyelidikan epidemiologi dan pemeriksaan jentik nyamuk.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 58


Foto : Kunjungan rumah dalam rangka Penyelidikan Epidemiologi DBD

Jika dilihat dari Vektor penular DBD yaitu nyamuk Aedes Aegypti
yang mengigit pada waktu pagi sampai dengan sore hari dan jam
tersebut adalah jam dimana manusia baik laki-laki dan
perempuan yang berusia dari 5 tahun s/d > 54 Tahun melakukan
aktifitas yang cukup tinggi, jadi mempunyai kesempatan yang
sama untuk dapat digigit nyamuk penular DBD selain fakto-faktor
lingkungan yang sangat mendukung untuk tempat perindukan
nyamuk Aedes tersebut.

Berdasarkan kunjungan rumah terhadap penderita DBD di tahun


2016 dari hasil penyelidikan epidemiologi yang dilakukan maka
diambil beberapa tindakan dan upaya pengendalian vektor
penular DBD yaitu :
1) Terhadap Penderita DBD
Tindakan terhadap penderita DBD Puskesmas akan merujuk
pasien ke rumah sakit untuk mendapatkan pemeriksaan labor
yang lebih lengkap dan perawatan yang intensif.

2) Terhadap Lingkungan
Tindakan terhadap lingkungan dalam rangka pemutusan mata
rantai penular penyakit DBD adalah melakukan Pemberantasan
Sarang Nyamuk dan Gerakan 3M plus karena kegiatan ini dapat
memutuskan mata rantai perkembangbiakan nyamuk sampai
pada telur dan larvanya.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 59


3) Memberikan penyuluhan keliling kepada masyarakat untuk
melakukan gerakan 3M plus yaitu menguras, menutup,
mengubur barang-barang bekas serta memelihara ikan
pemakan jentik.

2. Pengendalian Penyakit TB Paru


Penemuan Kasus BTA Positif dan Pemeriksaan Suspek, Pemberian
MakananTambahan (PMT) Pada Penderita TB Baru Pada Tahap
Intensif.

TBC adalah penyakit yang sangat menular dan mempunyai angka


kematian yang sangat tinggi, ditularkan oleh organisme
Mycobacterium Tuberculosis complek.

TBC bukan merupakan penyakit keturunan dan bukan disebabkan


oleh kutukan atau guna-guna. Kebanyakan TBC meyerang paru-
paru, tetapi dapat juga menyerang bagian tubuh lainnya, seperti
kelenjar getah bening, selaput otak, kulit, tulang dan bagian tubuh
lainnya.
Seseorang dicurigai menderita TBC bila menunjukan gejala batuk
berdahak selama 2 minggu atau lebih, kadang-kadang dahaknya
bercampur darah, selain itu dapat disertai gejala sebagai berikut:
 Sesak nafas dan nyeri dada
 Berkeringat pada malam hari walaupun tidak melakukan
kegiatan.
 Badan lemah, rasa kurang enak badan, demam meriang lebih
dari sebulan.
 Berat badan dan nafsu makan menurun

Cara penularan TBC yaitu :


 Sumber penularan adalah dahak penderita TBC yang
didalamnya mengandung kuman TBC
 Jika dalam dahak seseorang ditemukan adanya kuman TBC,
berarti orang tersebut pasti menderita penyakit TBC yang
sangat menular.
 Bila penderita batuk atau bersin, kuman yang ada di dalam
paru-parunya akan menyebar ke udara.
 Penularan terjadi jika seseorang menghirup udara yang
mengandung kuman TBC.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 60


Untuk mengetahui seseorang TBC adalah :
 Melakukan pemeriksaan dahak tersangka TB dengan
mikroskop.
 Seseorang dipastiklan menderita TBC jika dahaknya
mengandung kuman TBC.
 Bila dalam dahaknya tidak ditemukan kuman TBC, namun
gejalanya mengarah ke TBC maka pemeriksaan dilanjutkan
dengan pemeriksaan sinar Rontgen.
 Bila pemeriksaan sinar Rontgen hasilnya positif, maka orang
itu dinyatakan sebagai penderita TBC Rontgen Positif.

Cara pemeriksaan dahak :


 Untuk memastikan seseorang menderita TBC atau tidak, maka
perlu dilakukan pemeriksaan dahak 3 kali (SPS, Sewaktu, Pagi
dan Sewaktu)
 Sewaktu (S) : dahak diambil di unit pelayanan kesehatan pada
waktu kunjungan pertama kali.
 Pagi (P) : dahak diambil pada pagi hari berikutnya dirumah,
segera setelah bangun tidur pagi, kemudian dibawa dan
diperiksa di unit pelayanan.
 Sewaktu (S) : Dahak diambil di unit pelayanan pada saat
menyerahkan dahak pagi.

Penderita dinyatakan sembuh apabila hasil pemeriksaan ulang


dahak pada satu bulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir
pengobatan tidak diketemukan adanya kuman dan yang dapat
menyatakan kesembuhan penderita TBC adalah petugas kesehatan.

Perkiraan penemuan BTA Positif dalam tahun 2016 sebanyak 18


kasus dengan perkiraan suspek 180 ternyata kasus BTA positif yang
ditemukan sebanyak 3 kasus dengan CDR 16,6 % dari pemeriksaan
suspek 96 orang (53,3%) dan dilakukan kunjungan rumah untuk
pemantauan pengobatan, kontak serumah penderita dan pemberiaan
PMT.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 61


Foto: Kunjungan rumah penderita Tb paru

Pencapaian CDR belum mencapai target 70% hal ni disebabkan oleh


beberapa factor seperti masyarakat juga masih enggan
memeriksakan batuknya ke puskesmas karena masih mengangap
batuk tersebut hanya batuk biasa dan masih ada penderita Tb yang
malu dengan penyakitnya.
Jika dievaluasi di tingkat desa maka dapat dilihat bahwa ada desa
yang mengalami peningkatan dan penurunan dalam penemuan
suspek TB dan TB BTA Positif. Tidak ada desa yang CDR nya >70% ,
hal ini dapat dilihat pada grafik dan tabel berikut

Grafik 7
Persentase Penemuan Kasus Baru BTA Positif CDR (70 %)
Perdesa Puskesmas Silungkang Tahun 2015 dan 2016

Tabel 7

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 62


Penemuan TB Paru BTA Positif
Perdesa Wilayah Kerja Puskesmas Silungkang Tahun 2015 dan 2016

PENEMUAN TB PARU BTA


TARGET
NO Desa POSITIF
2015 2016 2015 % 2016 %
1 Silungkang Oso 2 2 0 0 0 0

2 Silungkang duo 2 3 1 33,3 2 66,6

3 Silungkang tigo 4 4 1 25 1 25

4 Muarokalaban 8 8 1 12,5 0 0

5 Taratak Bancah 1 1 1 100 0 0

Puskesmas 17 18 4 22,2 3 16,6

Grafik 8
Distribusi Kasus TB Paru BTA Positif Berdasarkan jenis kelamin
Puskesmas Silungkang Pada Tahun 2016

Grafik 9
Persentase Penemuan Suspek Diantara Perkiraan Suspek
Per Desa Puskesmas Silungkang Tahun 2015 dan 2016

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 63


Tabel 8
Penemuan Suspek TB Paru Perdesa Puskesmas Silungkang
Tahun 2015 dan 2016

TARGET PENEMUAN SUSPEK TB PARU


NO Desa
2015 2016 2015 % 2016 %
1 Silungkang Oso 20 20 17 85 17 85
2 Silungkang duo 20 20 23 76,6 18 60
3 Silungkang tigo 40 40 30 75 20 50
4 Muarokalaban 80 90 40 50 31 38,75
5 Taratak Bancah 10 10 3 30 10 100
Puskesmas 170 180 113 62,7 96 53,3

Tabel 9
Prorsi Pasien Tb Bta Positif Diantara Suspek Per Desa
Puskesmas Silungkang Tahun 2015 DAN 2016

Dari tabel diatas terlihat bahwa proporsi TB BTA positif diantara


suspek yang diperiksa dahaknya jika dilihat tingkat desa mempunyai
angka yang rendah 5-15% yaitu Silungkang Tigo dan ada satu desa
yang masih 0 ,hal ini disebabkan karena adanya penjaringan suspek
yang rendah.

Persentase pasien tuberculosis paru BTA positif diantara pasien


tuberculosis paru harus tercatat karena ini adalah indikator untuk
mengambarkan prioritas penemuan pasien TB menular diantara
seluruh pasien TB paru yang diobati. Angka ini sebaiknya jangan
kurang dari 65%, namun untuk puskesmas silungkang tahun 201
terdapat 34,73% proporsi TB BTA Positif diantara suspek. Jika angka
ini terlalu jauh dari 65% berarti mutu diagnosa rendah dan kurang
memberikan prioritas untuk menemukan pasien yang menular
(pasien BTA positif).

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 64


Untuk kasus TB Anak ditemukan karena adanya TB dewasa di
sekitarnya, diagnosa TB anak ditentukan berdasarkan gambaran
klinis dan pemeriksaan penunjang seperti uji tuberkulin,
pemeriksaan laboratorium dan foto rontgen dada. Adanya riwayat
kontak dengan pasien TB dewasa BTA positif, uji tuberkulin positif
dan foto rontgen mengarah pada TB merupakan bukti kuat yang
mengatakan anak telah sakit TB. Adanya kontak dengan penderita
BTA positif dapat menjadi sumber penularan.

Selain tanda-tanda diatas untuk mendiagnosa TB anak juga


ditetapkan oleh pakar kesehatan dunia dengan melakukan sistem
skor yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang
dijumpai. Parameter sistim skoring yaitu:
a. Adanya kontak dengan penderita TB positif
b. Adanya Uji Tuberkulin positif
c. Berat badan turun/keadaan gizi yang buruk
d. Demam tanpa sebab yang jelas ≥ 2 minggu
e. Batuk ≥ 3 minggu\
f. Adanya pembesaran kelenjar limfe koli/aksia, inguinal ≥ 1 cm
jumlah ≥ 1 dan tidak nyeri
g. Adanya pembengkakan tulang / sendi panggul, lutut
h. Adanya foto rontgen toraks kesan TB

Yang perlu diperhatikan adalah diagnosa dengan sistim skoring ini


ditegakkan oleh dokter, foto rontgen bukan alat diagnostik utama
pada TB anak, anak akan didiagnosis TB jika dijumpai jumlah skor
≥6.

Jumlah kasus TB anak tahun 2016 yaitu 1 kasus sedangkan tahun


2015 jumlah kasus TB Anak sebanyak 2 orang. Untuk proporsi
pasien TB anak diantara seluruh pasien TB dimana angka ini
merupakan salah satu indikator untuk mengambarkan ketepatan
dalam mendiagnosa TB pada anak.

Untuk tahun 2016 juga terdapat pasien TB yang kambuh yaitu


sebanyak 1 orang hal ini disebabkankan ketidak patuhan penderita
minum obat, penderita minum OAT dengan tuntas namun karena
status gizi kurang dan lingkungan keluarga yang juga penderita.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 65


angka kesembuhan di tahun 2015 ini 100% Beberapa hal yang akan
dicapai pada tahun kedepan dalam rangka percepatan pencapaian
penemuan kasus TB ;
1) Pemeriksaan kontak serumah jika ditemukan kasus TB pada
anak.
2) Integrasi antara kegiatan kesling dengan penemuan kasus TB
pada saat pemeriksaan rumah bersama dengan petugas kesling
puskesmas.
3) Petugas laboratorium melakukan kunjungan ke pustu/polindes
untuk pemeriksaan sputum suspek TB secara rutin setiap
minggunya dan melaporkan ke Dinkes Kota.
4) Peningkatan penyuluhan dan promosi kesehatan mengenai TB
ke pada anak sekolah, masyarakat, TOMA dan lintas sektor.

3. Pengendalian Penyakit HIV/AIDS


AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrom) merupakan
sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan
tubuh yang didapat, AIDS disebabkan oleh virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus) yang hidup didalam 4 cairan tubuh
manusia yaitu cairan darah, sperma, vagina dan air susu ibu.

Penderita HIV positif adalah seseorang yang telah terinfeksi virus HIV
yang dapat menularkan penyakitnya walaupun nampak sehat dan
tidak menunjukan gejala penyakit apapun, sedangkan penderita
AIDS adalah seseorang yang menunjukan tanda-tanda dari
sekumpulan gejala penyakit yang memerlukan pengobatan setelah
sekian waktu terinfeksi HIV.

Pada tahun 2016 kasus HIV /AIDS yang positif 1 tersangka dirujuk
ke RSUD Sawahlunto.

4. Pengendalian Penyakit (P2) Filariasis / Kaki Gajah


Penyakit Kaki Gajah atau Filariasis adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis
nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak
mendapatkan pengobatan, dapat menimbulkan cacat menetap
berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan
maupun laki-laki.

Cara Penularan

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 66


Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk yang menghisap darah
seseorang yang telah tertular sebelumnya. Darah yang terinfeksi dan
mengandung larva dan akan ditularkan ke orang lain pada saat
nyamuk yang terinfeksi menggigit atau menghipas darah orang
tersebut. Tidak seperti Malaria dan Demam berdarah, Filariasis
dapat ditularkan oleh 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles,
Culex, Mansonia, Aedes & Armigeres. Karena inilah, Filariasis dapat
menular dengan sangat cepat.

Gejala klinis
Gejala Filariais Akut dapat berupa:
 Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang
bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat
 Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah
lipatan paha, ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan,
panas dan sakit
 Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan
sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan
kearah ujung (retrograde lymphangitis)
 Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan
kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah
serta darah
 Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang
terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema)

Gejala klinis yang kronis berupa pembesaran yang menetap


(elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar
(elephantiasis skroti).

Diagnosis
Bila seseorang tersangka Filariasis ditemukan tanda-tanda dan
gejala klinis, diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan darah jari
yang dilakukan mulai pukul 20.00 malam waktu setempat.
Seseorang dinyatakan sebagai penderita Filariasis, apabila dalam
darah ditemukan mikrofilaria.
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan:
 Berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk penular

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 67


 Membersihkan tanaman air pada rawa-rawa yang merupakan
tempat perindukan nyamuk, menimbun, mengeringkan atau
mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk
 Membersihkan semak-semak disekitar rumah
Berdasarkan adanya 3 kasus dengan jumlah penduduk Kota
Sawahlunto maka angka microfilaria rate (MF Rate) > 1% maka Kota
Sawahlunto melaksanakan Pemberian Obat Massal Pencegahan
Filariasis (POMP) tahap 4 yang telah dilakukan pada tanggal 1
Oktober 2016 yang dicanangkan oleh Walikota Sawahlunto dan
kemudian dilanjutkan ke posyandu yang ada di Kota Sawahlunto,
saat pengobatan sasaran yang minum obat adalah yang berumur >2
tahun s/d 65 tahun dalam keadaan sehat.

Pemberian Obat Masal Pencegahan Filariasis adalah memberikan


obat anti filariasis (DEC &Albendazole) kepada semua penduduk di
daerah endemis filaria, Pemberian Obat Masal Pencegahan Filariasis
dilakukan terhadap semua penduduk sasaran, satu tahun sekali,
sedikitnya selama 5 (lima) tahun berturut-turut.

Manfaat obat anti filariasis atau disebut juga obat pencegahan


filariasis :
 Menghentikan perkembangbiakan cacing filariasis
 Mencegah semua penduduk dari penularan filariasis
 Melindungi anak anda tertular filariasis
 Mengobati cacingan

Pelaksanaan Program Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP)


Filariasis Di Kota Sawahlunto Bulan Oktober 2016. Kegiatan POMP
Filariasis di Kota Sawahlunto di canangkan pada tanggal 1 Oktober
2016 oleh Walikota Sawahlunto dan kemudian dilanjutkan dengan
minum obat serentak di Posyandu se Kota Sawahlunto, tanggal 3
Oktober dilanjutkan kembali secara serentak khusus untuk sekolah
SD s/d SLTA semua wilayah kerja puskesmas Silungkang, minum
obat ini sebaiknya didepan petugas.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 68


Foto: Pemberian obat Filariasis di Sekolah Tahap IV

Sebelum kegiatan pencenangan dilaksanakan dilakukan terlebih


dahulu advokasi terhadap pemangku kebijakan, sosialisasi ke
petugas, kader dan masyarakat, menyebarkan informasi melalui
leaflet, spanduk, poster dan radio.

Pada saat pelaksanaan POMP filariasis terdapat sasaran yang


ditunda dulu minum obatnya yaitu : anak-anak usia < 2 tahun, ibu
hamil, Penderita gangguan fungsi hati, Penderita gangguan fungsi
ginjal, orang yang sedang sakit berat sedang menjalani pengobatan
intensif, penderita filariasis dengan serangan akut (tunggu sampai
sembuh), Balita marasmus/kwasiorkor, Penduduk usia lanjut (70
tahun lebih) dan Penderita dalam serangan epilepsi (ayan)

Tabel
DAFTAR DOSIS OBAT PENCEGAHAN FILARIASIS

UMUR (Tahun) DEC (100 mg) Albendazole (400mg)

2–5 1 1

6 – 14 2 1

> 14 3 1

Pada saat pelaksanaan penduduk yang minum obat dibagi menjadi tiga
sasaran yaitu sasaran dengan kelompok umur > 2-5 tahun, 6-14
tahun dan 15-65 tahun.
Hasil pencapaian minum obat dari total jumlah penduduk sebanyak
86,06% atau 8.193 jiwa dari 9.497 jiwa jumlah penduduk. Cakupan

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 69


minum obat memiliki target yang sudah ditetapkan oleh Kemenkes
RI yaitu 65% dari total penduduk dan 85% dari jumlah sasaran.

Apabila dilihat dari wilayah kerja puskesmas maka Hanya Desa


taratak bancah yang tidak mencapai target hal ini disebabkan
karena penduduk memiliki rasa takut akan efek samping yang
ditimbulkan serta sebagian para pemuda kurang peduli dengan
pengobatan

Tabel
Cakupan Hasil Kegiatan Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP)
Filariasis Di Puskesmas Silungkang Bulan Oktober 2016
(Tahun Keempat)

Cakupan Pddk Minum


Obat
(%) (%)
Pddk Pddk
Jum
minum minum
N Jml Pddk
Desa obat obat
o Pddk Sasa 2-5 6-14 >15 All
dari dari
ran TH Th Th ages
jumlah jumlah
pddk sasaran

1 Slkg Oso 1520 1435 95 289 883 1267 83,36 88,29


2 Slkg Duo 1183 1104 73 219 687 979 82,76 88,68
3 Slkg Tigo 2165 2032 168 346 1215 1729 79,86 85,09
4 MKB 4689 4393 326 806 2836 3968 84,62 90,33
5 T.Bancah 507 472 46 62 311 419 82,64 88,77
TOTAL 10064 9436 708 1722 5932 8362 83,09 88,62

Dari efek samping yang ditimbulsetelah minum obat tidakada yang


berat hanya ada beberapa gejala seperti pusing, mual, muntah,
diare, kelur cacing, mengantuk dan lain-laian.

Cakupan minum obat paling banyak pada kelompok usia 15-65


tahun yaitu 69% sedangkan yang paling rendah pada usia 2-5 tahun
yaitu 9%, sedangkan jika dilihat dari jenis kelamin hampir sama
persentase minum obat antara jenis kelamin perempuan dan laki-
laki seperi pada pie diagram berikut :
Diagram
Distribusi Sasaran POMP Filariasis Berdasarkan jenis kelamin
Puskesmas Silungkang Pada Tahun 2

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 70


B. Kegiatan-Kegiatan Pengendalian Penyakit Lainya Yang Tidak
Didanai.
1. Pengendalian Penyakit (P2) Rabies
Penyakit rabies merupakan penyakit menular akut dari susunan
syaraf pusat yang disebabkan virus rabies yang ditularkan oleh
Hewan Penular Rabies (HPR) seperti anjing, kucing, kera dan lain-lain
melalui gigitan dan non gigitan. Rabies menyerang semua umur dan
jenis kelamin. Penegakan diagnosa dilakukan dengan memotong
kepala hewan yang mengigit dan mengirimkannya ke laboratorium di
Baso-Kabupaten Agam, namun kenyataan yang ada sekarang ini
setiap kali HPR mengigit manusia, tidak dilakukan observasi tapi
masyarakat langsung meminta Vaksin Anti Rabies (VAR) karena rasa
kuatirnya. Penyuntikan dengan VAR diberikan pada hari ke 0
sebanyak 2 dosis secara intramuskuler di lengan kanan dan kiri,
suntikan ke dua dilanjutkan pada hari ke 7 sebanyak 1 dosis dan hari
ke 21 sebanyak 1 dosis.Di Kota Sawahlunto untuk tahun 2016
mengalami peningkatan kasus gigitan HPR yaitu kasus dengan di
VAR sebanyak 60 kasus dan di SAR sebanyak 2 kasus, dimana sudah
adanya observasi terhadap HPR tersebut oleh masyarakat seperti pada
grafik berikut

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 71


DIAGRAM 6
JUMLAH KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR)
DAN JUMLAH YANG DI VAKSINASI ANTI RABIES (VAR)
PER PUSKESMAS SE KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2016

Jika dilihat per wilayah kerja puskesmas maka di kasus gigitan yang
paling banyak selama dua tahun terakhir berada pada desa
Silungkang oso dan Silungkang Duo. Jika dilihat dengan pemberian
VAR maka tidak semua kasus gigitan yang diberi VAR ini
menandakan bahwa sudah adanya pemberian selektif terhadap
kasus gigitan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
penanggulangan kasus gigitan yaitu :
 Penyuluhan ke pada masyarakat tentang bahaya rabies serta cara
pencegahannya.
 Melakuan pencucian luka gigitan HPR dengan sabun atau
deterjen dengan air mengalir selama 10 – 15 menit.
 Melakukan observasi HPR yang sudah menggigit manusia
sebelum dilakukan pemberian VAR.

2. Pengendalian Penyakit (P2) Diare


Diare adalah buang air besar lembek, cair bahkan seperti air yang
frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali dalam sehari) dan ada
juga yang disertai muntah, dehidrasi, lendir dan darah dalam tinja
serta gejala lain, salah satu penyebab diare dapat disebabkan oleh
air yang dikonsumsi, berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium
sampel air masyarakat yang diambil oleh sanitarian, hasilnya terlihat
bahwa tingginya angka E.Coli didalam air yang dikonsumsi
masyarakat.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 72


DIAGRAM
PERSENTASE PENEMUAN KASUS DIARE PER PUSKESMAS SILUNGKANG
TAHUN 2015 DAN 2016

Dari grafik di atas terlihat bahwa adanya penurunan penemuan


kasus diare pada tahun 2015 terdapat 98,8% sedangkan tahun 2016
yaitu 89,8%, hal ini disebabkan salah satunya karena disamping
adanya kepemilikan jamban dan peningkatan warga untuk CTPS.
Dalam rangka penurunan angka diare di Puskesmas Silungkang
maka dilakukan beberapa hal sebagai berikut :
 Pemeriksaan Ecoli dan kimia air, jika hasil pemeriksaan
laboratorium terdapat jumlah ecoli yang melebihi standar yang
diperbolehkan maka dibagikan tabung kaporit dan
pembubuhan kaporit pada sarana air bersih yang beresiko
rendah dan sedang.
 Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang
kesehatan lingkungan.

3. Pengendalian Penyakit (P2) Kusta


Penyakit kusta adalah penyakit menular menahun yang disebabkan
oleh kuman kusta (mycobacterium Leprae) yang menyerang syaraf
tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya kecuali susunan syaraf pusat.
kegiatan RVS (Rapid Village Survey), RVS bertujuan untuk
menemukan penderita kusta sedini mungkin tanpa adanya cacat
yang menetap.

4. Pengendalian Penyakit (P2) Infeksi Saluran Pernafasan Akut


(ISPA/ILI) dan Pneumonia.
Pelakasanaan kegiatan program ISPA dititik beratkan pada
penemuan kasus Pneumonia pada balita, target yang ditetapkan

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 73


untuk penemuan kasus adalah 10% dari jumlah pencapaian Kasus
pneumonia tersebut dapat dilihat pada grafik berikut :
DIAGRAM 8
KASUS ISPA (PNEUMONIA BALITA) PUSKESMAS SILUNGKANG
TAHUN 2015 DAN 2016

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa penemuan kasus pneuomonia


tahun 2015 berjumlah 14 kasus (12,17%) dimana terdapat
penurunanan dari tahun 2016 12 kasusu (10,9%) capaian tersebut
belum memenuhi target karena masih banyak petugas berangapan
bahwa yang dikatakan pneumonia tersebut apabila adanya tarikan
dada luar ke bagian dalam sementara hal tersebut adalah diagnosa
untuk pneumonia berat.sedangkan penemuan kasus ILI/IISPA
berjumlah 3795 kasus.

3.4.3 PTM
A. Kegiatan Bersumber Dana BOK
1. Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM)
Transisi epidemiologi adalah perubahan pola penyakit dan kematian
dari penyakit infeksi (menular) ke penyakit tidak menular (PTM).
Posisi Indonesia saat ini berada pada pertengahan transisi
epidemiologi dimana penyakit tidak menular meningkat drastis
sementara penyakit menular masih menjadi penyebab kematian
utama. PTM mempunyai faktor resiko yang sama yaitu konsumsi
rokok, pola makan tidak seimbang terutama konsumsi buah dan
sayur, kurang gerak dan pencemaran lingkungan. Sebagian besar
faktor resiko tersebut muncul secara bersamaan dalam pola hidup
atau saling berhubungan satu sama lainnya, Mengerikannya lagi,

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 74


PTM kini tidak hanya menyerang mereka yang berusia lanjut.
Fenomena terbaru mencatat, dalam kurun waktu lima tahun
terakhir, jumlah penderita diabetes dan hipertensi di Tanah Air
mulai mengalami peningkatan pada penduduk yang menginjak usia
relatif muda dan produktif, yakni 45 tahun. Di Indonesia, PTM
diperkirakan menyebabkan 64% tingkat kematian. Selain PTM,
penyakit kelainan pada jantung menjadi penyebab kematian tertinggi
dengan jumlah 30%, diikuti oleh kanker dengan jumlah 13%.

Di Puskesmas Silungkang tahun 2016 kunjungan kasus baru


penyakit tidak menular sebanyak 1298 kasus, penyakit menular
yang ada di Puskesmas Silungkang yaitu Hipertensi, Jantung
Koroner, Stroke, Diabetes Melitus, Kanker Leher rahim, kanker
Payudara, Penyakit Paru Obstrektif kronik (PPOK), Asthma,
Osteoporosis, Gagal Ginjal Kronik, Kecelakaan Lalu lintas Darat dan
KDRT. Kunjungan yang tertinggi adalah penyakit hipertensi yaitu
908 ( 70,6%) dari total kunjungan yg ada.

Jika dilihat dari usia terjangkitnya maka di Puskesmas Silungkang


penyakit menular tersebut sudah ada pada usia remaja yaitu 18-26
tahun dan paling tinggi kasus PTM ini pada usia 35 tahun keatas,
berikut adalah data jumlah kasus dan umur penderita PTM di
Puskesmas Silungkang :

TABEL
KASUS PENYAKIT TIDAK MENULAR
DI PUSKESMAS SILUNGKANG TAHUN 2016
No Penyakit Tidak Menular Jumlah
1 Hipertensi 908
2 Penyakit Jantung Koroner 57
3 Stroke 13
4 Diabetes Melitus 79
5 Kanker Leher Rahim 0
6 Kanker Payudara 2
7 Penyakit Paru Obstrektif Kronik (PPOK) 33
8 Asthma 128
9 Osteoporosis 0
10 Gagal Ginjal Kronik 4
11 Kecelakaan Lalu Lintas Darat 58
12 KDRT 4
13 Obesitas 1

TABEL

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 75


KASUS PENYAKIT TIDAK MENULAR BERDASARKAN KELOMPOK
UMUR DI PUSKESMAS SILUNGKANG TAHUN 2016
Umur
No Penyakit Tidak Menular 18- Jml
25-3435-4445-54 55-64 65-74 ≥75
24

1 Hipertensi 8 24 92 220 138 268 158 908

2 Peny. Jantung Koroner 0 4 11 13 7 16 6 57

3 Stroke 0 0 2 2 5 2 2 13

4 Diabetes Melitus 0 1 12 35 7 13 11 79

5 Kanker Leher rahim 0 0 0 0 0 0 0 0

6 kanker Payudara 1 1 0 0 0 0 0 2

Penyakit Paru Obstrektif


7 0 1 4 3 12 8 12
kronik (PPOK) 40

8 Asthma 3 30 26 13 11 30 15 12

9 Osteoporosis 0 0 0 1 0 0 0 1

10 Gagal Ginjal Kronik 0 0 0 2 0 0 0 2

11 Kecelakaan Lalu lintas


Darat 29 8 8 11 0 0 2 58

12 KDRT 0 0 0 0 0 0 0 0

13 Obesitas 0 0 0 1 0 0 0 1

14 Kanker Nasopharing 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 41 69 155 300 180 337 206 1298

TABEL
KASUS PENYAKIT TIDAK MENULAR BERDASARKAN JENIS KELAMIN
DI PUSKESMAS SILUNGKANG TAHUN 2016
Jenis Kelamin
No Penyakit Tidak Menular
Laki-laki Wanita Total

1 Hipertensi 335 573 908


2 Peny. Jantung Koroner 25 32 57
3 Stroke 6 7 13
4 Diabetes Melitus 29 50 79
5 Kanker Leher rahim 0 0 0
6 kanker Payudara 0 2 2

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 76


7 Penyakit Paru Obstrektif kronik (PPOK) 32 18 40
8 Asthma 69 59 128
9 Osteoporosis 0 1 1
10 Gagal Ginjal Kronik 0 2 2
11 Kecelakaan Lalu lintas Darat 37 21 58
12 KDRT 0 0 0
13 Obesitas 1 0 1
Total 534 764 1298

Tahun 2016 kematian akibat penyakit tidak menular di Puskesmas


Silungkang adalah 36 kasus dan diantaranya disumbangkan oleh
kasus Lansia 11 (30,6%) kemudian Jantung dan Hipertensi, seperti
yang terlihat pada grafik berikut :

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 77


DIAGRAM
KEMATIAN AKIBAT PENYAKIT TIDAK MENULAR DI PUSKESMAS
SILUNGKANG TAHUN 2016

Untuk mencegah terjadinya kecacatan dan kematian maka perlu


sedari dini penduduk usia 18 tahun ke atas untuk melakukan
pemeriksaan dini kesehatannya terutama yang mempunyai faktor
resiko seperti jarang olahraga, obesitas merokok, minum alkhohol
atau gaya hidup sehari-hari yang tidak sehat untuk datang ke Pos
pembinaan terpadu (POSBINDU) yang ada di Puskesmas Silungkang.

3.4.4 KESEHATAN LINGKUNGAN


A. KEGIATAN BERSUMBER DANA APBD dan DANA BOK
1. Pengawasan rumah dengan sarana sanitasi
Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dimulai
dari komunitas terkecil di rumah tangga. Bila masing masing rumah
tangga telah menerapkan pola hidup sehat, maka akan terbentuk
komunitas yang sehat. Untuk melihat sejauhmana rumah tangga
telah menerapkan pola hidup sehat, dimulai dari kondisi rumah itu
sendiri apakah telah sesuai dengan yang telah dipersyaratkan.
Kegiatan pemeriksaan rumah dilaksanakan oleh kader kesehatan
lingkungan dan tenaga kesehatan yang terlatih atau kader kesling
didampingi oleh tenaga sanitarian Puskesmas. Dengan
menggunakan format penilaian dalam buku pedoman teknis
penilaian rumah sehat yang dikeluarakan oleh Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI tahun

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 78


2007, observasi / pengamatan langsung dilakukan ke rumah
sasaran.

Dalam pelaksanaan penilaian rumah sehat didasarkan pada konsep


teori Hendrik L Blum. Dimana Derajat Kesehatan Masyarakat
dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu Lingkungan, Perilaku, pelayanan
kesehatan dan Keturunan. Sementara dalam melakukan penilaian
rumah sehat, ada 3 komponen utama penilaian yaitu, kelompok
komponen rumah, sarana sanitasi, dan kelompok perilaku. Bobot
komponen rumah (31%), Bobot sarana sanitasi (25%) serta Bobot
Perilaku (44%). Pada formulir pemeriksaan terdapat item-item
pemeriksaan terhadap sarana sanitasi, fisik rumah dan perilaku
penghuni yaitu dengan memberi skor pada masing-masing item,
diakhir pemeriksaan dilakukan penjumlahan semua skor. Untuk
rumah sehat dengan skor 1068 s/d 1200 dan apabila kecil dari
1.068 dikategorikan rumah kurang sehat, jika kondisi ini ditemukan
maka petugas langsung memberikan pembinaan berupa saran-saran
untuk perbaikan rumah serta akibat yang ditimbulkan apabila
kondisi rumah tidak sehat agar pemilik rumah termotivasi untuk
meningkatkan kondisi rumahnya.
Grafik I
Perbandingan Rumah Sehat Tahun 2015 dan 2016
Puskesmas Silungkang

Jumlah rumah sehat yang ada di wilayah kerja Puskesmas


Silungkang sama dengan tahun sebelumnya, dimana jumlah rumah
sehat pada tahun 2015 sebanyak 1.873 rumah (85,1 %) dan di tahun
2016 sebanyak 1.873 rumah (85,1 %).

Grafik 2
Perbandingan Jamban Sehat Tahun 2015 dan 2016
Puskesmas Silungkang

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 79


Sarana sanitasi lainnya yaitu jamban yang memenuhi syarat
kesehatan mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya
sebanyak 82,6% sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 82,3% hal ini
disebabkan karena adanya program pembangunan jamban
masyarakat bersama TNI yang di khususkan untuk masyarakat yang
kurang mampu.

Selain rumah sehat dan jamban, sarana sanitasi lain yag diperiksa di
antaranya SAB, SPAL dan tempat pengolahan sampah. Dari hasil
pemeriksaan yang dilakukan diketahui bahwa SPAL yang memenuhi
syarat kesehatan mengalami penurunan dibanding tahun
sebelumnya. Dimana SPAL yang memenuhi syarat pada tahun 2016
sebesar 81,8% menurun dibandingkan tahun 2015 sebesar 81,9%
(Grafik 3). Sedangkan untuk sarana air bersih (SAB) yang memenuhi
syarat kesehatan mengalami penurunan dibanding tahun
sebelumnya yaitu 82,8% karena dari hasil IS SAB sarana dengan
tingkat pencemaran risiko tinggi mengalami penurunan
dibandingkan dari tahun sebelumnya (Grafik 4). Selain itu, tempat
pengolahan sampah di rumah tangga yang memenuhi syarat sama
dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 56,2% (Grafik 5). Hal ini
disebabkan karena sudah adanya perubahan perilaku masyarakat
dalam membuang sampah yang ditandai dengan meningkatnya
jumlah tempat penampungan sampah sementara yang dibangun oleh
masyarakat secara swadaya. Selain itu, Kecamatan Silungkang
mendapat tambahan bantuan becak motor sampah sebanyak 1 unit
untuk wilayah Silungkang Oso sehingga sampah dari TPS dapat
diangkut setiap hari.

Grafik 3
Perbandingan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 80


Tahun 2015 dan 2016 Puskesmas Silungkang

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 81


Grafik 4
Perbandingan Sarana Air Bersih (SAB)
Tahun 2015 dan 2016 Puskesmas Silungkang

Grafik 5
Perbandingan Pemeriksaan Tempat Pembuangan Sampah (TPS)
Tahun 2015 dan 2016 Puskesmas Silungkang

2. Pengawasan dan Pembinaan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)


Tempat-Tempat Umum (TTU)

Kegiatan pemeriksaan dan pengawasan TTU/TPM ditujukan


terhadap kondisi sanitasi meliputi sanitasi dasar (keadaan jamban,
SAB, SPAL, dan tempat sampah) dan pemilik/penanggung jawab
serta karyawan dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh dokter
pemerintah 1 kali dalam 6 bulan. Jika karyawan tersebut mengidap
penyakit infeksi maka pemilik TPM/TTU harus memeriksakan
karyawannya untuk mendapatkan pengobatan. Pada akhir
pemeriksaan petugas memberi saran melalui buku TPM yang
ditinggalkan untuk perbaikan TTU/TPM.

Pemeriksaan dan pengawasan TTU/TPM dilakukan 2 (dua) kali


dalam setahun. Jumlah TTU yang terdaftar berkurang bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2015

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 82


jumlah TTU terdaftar berjumlah 230 buah dibandingkan tahun 2016
sebanyak 222 buah. Dari jumlah tersebut telah dilakukan
pemeriksaan pada tahap I dan tahap II. Sementara dari jumlah
tersebut, secara persentase jumlah TTU yang memenuhi syarat
sedikit mengalami peningkatan, bila dibandingkan pada tahun
sebelumnya, dimana pada tahap I di tahun 2016 jumlah TTU yang
memenuhi syarat sebanyak 90,5% meningkat dari tahun 2015
sebanyak 90,4%. Akan tetapi pada pemeriksaan tahap II jumlah TTU
yang memenuhi syarat mengalami sedikit penurunan yaitu 89,2%
dibanding tahun 2015 yaitu sebanyak 90,4%. Hal ini disebabkan
karena fasilitas sarana sanitasi masih kurang tersedia dengan baik
di tempat-tempat umum (TTU).

Grafik 6
Perbandingan Pemeriksaan Tempat – Tempat Umum (TTU) Tahap I
Tahun 2015 dan 2016 Puskesmas Silungkang

Grafik 7
Perbandingan Pemeriksaan Tempat – Tempat Umum (TTU) Tahap II
Tahun 2015 dan 2016 Puskesmas Silungkang

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 83


Penurunan jumlah sarana juga terjadi pada Tempat Pengelolaan
Makanan/Minuman (TPM). Bila pada tahun 2015 jumlah TPM
sebanyak 273 TPM, maka pada tahun 2016 berkurang menjadi 238
TPM. Dari hasil pengawasan dan pemeriksaan terhadap TPM yang
dilakukan dua kali setahun didapatkan jumlah Tempat pengelolaaan
makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan
mengalami peningkatan yang cukup berarti, bila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Baik pada tahap I maupun pada tahap ke
II. Dimana pada tahun 2016 jumlah TPM yang memenuhi syarat
pada tahap I sebanyak 87,8% meningkat dibandingkan pada periode
yang sama tahun 2015 sebanyak 86,8%. Pada pemeriksaan tahap II,
jumlah TPM yang memenuhi syarat juga mengalami peningkatan,
dimana pada tahun 2016 jumlah TPM yang memenuhi syarat pada
tahap II sebanyak 88,7% meningkat di periode yang sama tahun
2015 sebanyak 85%. Berdasarkan hasil pemeriksaan TPM tersebut
diharapkan kepada pengelola untuk tetap mempertahankan dan
meningkatkan kualitas TPM, tidak saja dalam segi rasa dan
penyajian makanan tetapi juga sarana sanitasi tempat pengolahan
makanan untuk menarik minat pengunjung.

Grafik 8
Perbandingan Pemeriksaan Tempat Pengolahan Makanan (TPM) Tahap I
Tahun 2015 dan 2016 Puskesmas Silungkang

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 84


Grafik 9

Perbandingan Pemeriksaan Tempat Pengolahan Makanan (TPM) Tahap II


Tahun 2015 dan 2016 Puskesmas Silungkang

Untuk lebih berkualitasnya tempat pengolahan makanan dan rumah


makan ini ke depannya diharapkan adanya payung hukum berupa
peraturan daerah mengenai tata cara pelaksanaan pengawasan
Tempat Pengelolaan Makanan dan Minuman termasuk didalamnya
rumah makan, restoran, industri makanan rumah tangga dan
sebagainya. Didalam peraturan daerah tersebut memuat pemberian
sanksi dan denda bagi pengelola TPM yang tidak mengindahkan
aturan. Sehingga dengan adanya payung hukum berupa Perda
tersebut, akan memberikan kewibawaan petugas dalam melakukan
pengawasan dan pembinaan TPM, yang pada gilirannya akan
meningkatkan tingkat kualitas TPM yang lebih baik dan lebih jauh
lagi akan meningkatkan performance Kota Sawahlunto sebagai
daerah kunjungan wisata utama di Sumatera Barat bahkan di
Indonesia akan terwujud.

3. Pengawasan Kualitas Air (Pengambilan Sampel Air Minum


Masyarakat dan DAMIU)
Kegiatan pengawasan kualitas air minum merupakan kegiatan
monitoring dan surveilans terhadap penyediaaan air minum. Peran
utama kegiatan surveilans terhadap sistem penyediaaan air minum
adalah pertama menjamin sarana penyediaaan air minum tetap
beroperasi melayani masyarakat secara maksimal yang kedua
mengkaji keamanan, kenyamanan air minum yang didistribusikan
kepada masyarakat secara konsisten terlindung dari kontaminasi
bahan yang membahayakan kesehatan.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 85


Pengawasan kualitas air minum bukan merupakan kegiatan yang
berdiri sendiri. Kegiatan ini berhasil dan berkembang berkelanjutan
bila menggunakan pendekatan yang terintegrasi dan menyeluruh
dengan pembangunan air minum, promosi higiene dan kesehatan
serta kegiatan sanitasi dan pengelolaan limbah.

Sesuai dengan tupoksi Dinas Kesehatan dalam melakukan kegiatan


pengawasan kualitas air minum mengacu kepada Permenkes Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum,
dan Permenkes Nomor 736/Menkes/Per/VI/2010 dalam
melaksanakan kegiatan pengawasan kualitas Air minum. Kegiatan
ini bertujuan agar air minum yang di konsumsi masyarakat tidak
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan. Rangkaian kegiatan
pengawasan kualitas air minum meliputi inspeksi sanitasi,
pengambilan sampel air, pengujian kualitas air, analisis hasil
pemeriksaan laboratorium, pemberian rekomendasi dan Tindak
Lanjut.

Dalam pelaksanaannya pengawasan kualitas air minum dilakukan


secara internal dan eksternal. Pengawasan kualitas air minum
secara internal merupakan pengawasan yang dilakukan oleh
penyelenggaraan air minum untuk menjamin kualitas air minum
yang diproduksi memenuhi syarat kesehatan sebagaimana diatur
dalam Permenkes 492/Menkes /Per/IV/2010.

Selama ini pengawasan kualitas air minum secara internal oleh


penyelenggara air minum seperti PDAM dan Depot Air Minum, belum
berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini dikarenakan adanya
anggapan bahwa kegiatan pengawasan kualitas air minum
merupakan tanggung jawab Dinas Kesehatan dan Puskesmas.

Melalui kegiatan pembinaan dan pertemuan koordinasi lintas sektor


terkait, diharapkan kepada penyelenggara air minum untuk dapat
melakukan pemeriksaan kualitas air minum secara berkala sesuai
yang telah disyaratkan peraturan dan perundangan yang berlaku.

Sementara pengawasan kualitas air minum secara eksternal


merupakan tanggung jawab Sanitrarian, yang dilaksanakan terhadap
penyelenggara air minum seperti PDAM (Perusahaan Daerah Air
Minum), Depot Air Minum dan sumber air bersih yang digunakan
masyarakat.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 86


Untuk melakukan pengawasan kualitas air minum secara eksternal,
terlebih dahulu diawali dengan kegiatan inspeksi sanitasi sarana air
bersih yang bertujuan untuk melihat kondisi fisik sarana, dan
tingkat pencemarannya. Jumlah sarana air bersih yang di inspeksi
sanitasi berkurang jumlahnya dari tahun 2015, dimana pada tahun
2016 jumlah sarana air bersih yang di inspeksi sebanyak 1.889
sarana, sedangkan di tahun 2015 sebanyak 1.894 sarana.

Grafik 10
Perbandingan Hasil IS SAB Tahun 2015 dan 2016

Dari hasil inspeksi sanitasi sarana air bersih, didapatkan sarana air
bersih dengan tingkat pencemaran tinggi sebanyak 325 sarana (17,2
%), mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2015
sebanyak 370 sarana (19,5%). Selanjutnya jumlah sarana air bersih
dengan tingkat pencemaran sedang berjumlah 374 sarana (19,8%)
atau meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2015 yang
berjumlah 352 (18,6%). Sementara jumlah sarana air bersih dengan
resiko pencemaran rendah dari segi jumlah sarana mengalami
penurunan dari 1.269 sarana (67%) tahun 2015 menurun menjadi
1.190 sarana (63,0%) di tahun 2016.

Upaya yang dilakukan terhadap sarana air bersih dengan tingkat


resiko pencemaran tinggi adalah melakukan perbaikan sarana.
Artinya petugas sanitarian memberikan penyuluhan dan
menyarankan kepada pemilik atau penanggung jawab sarana air
bersih untuk menghentikan sementara penggunaan sarana air bersih
sebelum dilakukan perbaikan sarana dimaksud, sementara untuk
sarana air bersih dengan tingkat resiko pencemaran sedang dan
rendah, upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan pengujian
kualitas air minum.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 87


Kegiatan pemeriksaan kualitas air minum dilakukan secara
bertahap setiap 3 bulan sekali, yang dimulai pada bulan Maret,
Juni, September dan Desember 2016. Dari hasil sampel yang tidak
memenuhi syarat disarankan untuk perbaikan sarana serta
pembubuhan kaporit. Pemeriksaan sampel dilaksanakan di
Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Solok

Hasil Pemeriksaan sampel sebagai berikut :


a) Berdasarkan Permenkes Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010
tentang persyaratan kualitas air minum disebutkan bahwa
kandungan bakteri E. Coli dan bakteri Coliform dalam 100 ml
sampel harus 0 (Nol). Sementara dari jumlah 31 sampel air
yang diperiksa, tidak ada satupun sampel yang memenuhi
syarat.
Upaya yang dilakukan terhadap sarana air bersih dengan hasil
kualitas air tidak memenuhi syarat, adalah melakukan
pembubuhan kaporit, dengan menggunakan tabung kaporit yang
terbuat dari pipa PVC. Sementara terhadap pemilik sarana atau
pengelola sarana diberikan penyuluhan tentang pengelolaan
sarana air bersih yang baik memenuhi syarat kesehatan.
b) Untuk pemeriksaan kimia, hanya diperiksa sebanyak 5 sampel,
dan dari hasil pemeriksaan tidak ada parameter yang
menyimpang dari ambang batas baku mutu baik baku mutu
untuk air bersih (Permenkes no.416 tahun 1990) maupun baku
mutu untuk air minum (Permenkes no. 492 tahun 2010).
c) Selanjutnya kegiatan pengawasan kualitas air minum Depot Air
Minum isi ulang (DAMIU) dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali.
Jumlah DAMIU di Kecamatan Silungkang sama dengan jumlah
tahun sebelumnya yaitu sebanyak 7 buah. Dari 7 buah Depot air
minum isi ulang yang telah dilakukan pemeriksaan kualitas
airnya secara berkala, masih ada beberapa DAMIU yang belum
memenuhi syarat, ditandai adanya angka E. Coli tinja dan
angka Coliform. Bila merujuk kepada Permenkes Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum persyaratan kualitas air minum,
disebutkan bahwa kandungan bakteri E.Coli dan Coliform harus
0 (Nol)

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 88


Upaya yang telah dilakukan oleh Puskesmas bersama Dinas
Kesehatan dan Sosial Kota Sawahlunto dalam memberikan rasa
aman dan nyaman kepada masyarakat terutama berkaitan dengan
air minum dari depot air minum ini adalah melakukan pemeriksaan
dan pengujian secara berkala setiap 3 bulan sekali. Kemudian
melakukan pemasangan “Stiker Laik Sehat“ terhadap depot yang
telah memenuhi syarat kesehatan, yaitu bila dari hasil pemeriksaan
kualitas air minum menunjukan angka kuman /bakteri E.coli dan
bakteri Coliform tinja 0 (Nol).

Sementara terhadap Depot Air Minum yang masih ditemukan angka


E.Coli Tinja dan Coliform tidak dipasang “Stiker Laik Sehat“ tetapi
dilakukan pembinaan dan bimbingan teknis antara lain, agar
pemilik/pengusaha depot air minum untuk segera melakukan
pemeriksaan ulang, yang didahului dengan melakukan pembersihan
ataupun penggantian peralatan seperti saringan mikro filter, lampu
sterilisasi, ozon dan peningkatan perilaku hidup bersih bagi
karyawan/operator depot air minum.

4. Klinik Sanitasi
Klinik sanitasi merupakan suatu sarana bagi masyarakat untuk
mengatasi masalah kesehatan lingkungan dan pemberantasan
penyakit melalui konseling dan konsultasi dari petugas puskesmas.
Tujuan dari klinik sanitasi adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat melalui upaya preventif dan promotif yang
dilakukan secara terpadu, terarah dan terus menerus.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 89


Grafik 11
Perbandingan Pencapaian Kunjungan Klinik Sanitasi
Tahun 2015 dan 2016

Proses kegiatan ini dimulai dari pasien/klien yang mendaftar di loket


(MR) setelah mendapat kartu status seterusnya diperiksa oleh
petugas poli umum dan KIA, apabila ditemukan kasus penyakit yang
berhubungan erat dengan faktor lingkungan, maka yang
bersangkutan dirujuk ke klinik sanitasi, demikian juga halnya
dengan pasien yang dirawat pada unit rawatan Puskesmas. Proses
pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi bertitik tolak kepada SOP yang
ada pada ruangan klinik sanitasi. Petugas sanitasi juga akan
membuat perencanaan tindak lanjut ke rumah pasien apabila
diperlukan, selain itu juga melaksanakan kunjungan orang sehat
(klien) untuk konsultasi masalah kesehatan lingkungan yang
dihadapi. Pada tahun 2016 terjadi peningkatan kunjungan
pasien/klien ke klinik sanitasi yaitu sebanyak 232 orang dan yang
ditindaklanjuti sebanyak 126 orang. Dari 232 kunjungan
pasien/klien, yang dikonseling pada umumnya penyakit yang
berhubungan dengan lingkungan adalah ISPA, Diare, Penyakit Kulit
dan DBD (Demam Berdarah Dengue).

5. Pemicuan di sekolah melalui permainan sanitasi


Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kualitas sanitasi
pada masyarakat khususnya di wilayah kerja Puskesmas
Silungkang, salah satu kelompok sasaran untuk perubahan
peribahan perilaku adalah kelompok anak sekolah. Dimana anak-
anak di usia sekolah lebih cepat memahami dan mempraktekkan
bagaimana berperilaku hidup sehat dan bersih serta dapat memotori
keluarga dalam perubahan perilaku yang lebih baik.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 90


Kegiatan pemicuan ini dilaksanakan di seluruh sekolah yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Silungkang. Metode penyuluhan yang
digunakan adalah dengan cara melakukan permainan ular tangga
sanitasi. Dimana cara permainan tersebut sama dengan cara
bermain ular tangga. Akan tetapi pertanyaan untuk setiap memulai
permainan adalah yang berhubungan dengan kesehatan.

Dengan metode belajar sambil bermain ini diharapkan siswa paham


dan ingat tentang materi kesehatan yang disampaikan dan bisa juga
mengingatkan kepala anggota keluarga dirumah tentang pentingnya
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

3.5 BIDANG INFORMASI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT
A. PELAKSANAAN KEGIATAN BERSUMBER DANA APBD KOTA
Pelaksanaan dari kegiatan yang didanai oleh APBD kota tidak terlalu
bermasalah ini disebabkan karena setelah kegiatan selesai, terutama
SPJ akan langsung dibayarkan

B. PELAKSANAAN KEGIATAN BERSUMBER DANA BOK


Pelaksanaan kegiatan yang bersumber dana BOK berjalan dengan baik,
hanya saja ada sedikit permasalah ini disebabkan karena pencairan
dana agak lamban, pencairan dana baru dilaksanakan pertengahan
tahun padahal kegiatan sudah dilaksanakan pada awal tahun.

C. PELAKSANAAN KEGIATAN YANG TIDAK DANAI


Pelaksanaan kegiatan yang tidak didanai tetap dilaksanakan sesuai
jadwal yang sudah dibuat pada awal tahun dan juknis yang telah
ditetapkan, tidak ada kegiatan yang tidak dilaksanakan walaupun tidak
didanai.

Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang Tahun 2016 BAB III| 91

You might also like