Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Ninda Ayu Risnaningtyas
15.02.10.26
2. Fungsi Fisiologis
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya
rangsangan reseptor nyeri yang dimaksud adalah niciceptor, merupakan
ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak
memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada
visera, persendian, dinding arteri, hati dan kandung emepedu. Reseptor
nyeri dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan.
Stimulus tersebut dapat berubah zat kimiawi seperti histamin, bradikinin,
prostagladin, dan macam-macam asam yang dilepas apabila terdapat
kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang
lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis.
3. Proses Fisiologi Nyeri
Fisiologi nyeri meliputi resepsi, persepsi, dan reaksi. Impuls saraf
yang dihasilkan stimulus nyeri menyebar disepanjang saraf eferen. Saraf
ini mengkonduksi 2 serabut nyeri, serabut A-delta bermielinasi dan cepat
serta serabut c lambat. Serabut A-delta dan serabut C menstransmisikan
impuls akan melepaskan mediator biokimia yang mengaktifkan respon
nyeri. Kemudian neurotransmiter dilepaskan menyebabkan transmisi
sinapsis saraf perifer yang menstramisikan impuls nyeri ke sistem saraf
pusat, lalu neuroregulator dilepaskan untuk menghambatkan stimulasi
nyeri respon refleks protektif melalui A-delta umpan balik ke medula
spinalis merangsang implus motorik ke otot perife menyebabkan
kontruksi, otot menarik diri dari sumber nyeri.
(Saryono,2010)
4. Faktor yang mempengaruhi nyeri
a. Usia
Perbedaan usia dalam berespon nyeri anak kecil memiliki
kesulitan untuk memahami dan mengekspesikan nyeri. Pada lansia
mereka lebih memilih untuk tidak melaporkan nyeri karena, persepsi
nyeri yang harus merekan terima , menyangkal merasakan nyeri yang
harus mereka terima karena takut akan konsekuensi atau tindakan
medis yang dilakukan dan akan penyakit dari rasa nyeri itu.
b. Jenis kelamin
Seorang laki-laki berpendapat bahwa mereka harus lebih berani
sehingga tertanam prinsip mereka lebih tahan terhadap nyeri
dibanding wanita.
c. Kebudayaan
Beberapa kebudaayan meyakini bahwa memperlihatkan nyeri
adalah sesuatu yang wajar namun ada kebudayaan yang mengajarkan
untuk menutup perilaku untuk tidak memperlihatkan nyeri.
d. Makna nyeri
Makna nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dn adaptasi
terhadap nyeri.
e. Perhatian
Sesorang yang mampu mengalihkan perhatian , sensasi nyeri akan
berkurang. Karena upaya pengalihan dihubungkan dengan respon
nyeri yang menurun.
f. Ansietas
Ansietas sering meningkatkan persepsi nyeri dan nyeri dapat
menimbulkan ansietas (kondisi yang ditandai dengan kecemasan
berlebihan)
g. Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri yang menurunkan
kemampuan koping.
h. Pengalaman nyeri
Seseorang dengan pengalaman nyeri akan lebih terbentuk koping
yang baik dibanding orang dengan pertama terkena nyeri, makan akan
mengganggu koping.
i. Gaya koping
Klien sering menemukan cara untuk mengembangkan koping
terhadap efek fisiologis dan psikologis. Gaya koping ini berhubungan
dengan pengalaman nyeri.
j. Dukungan keluarga dan sosial
Kehadiran keluarga atau orang yang dicintai akan meminimalkan
persepsi nyeri.
(Aziz,2006)
T (Time) : lama waktu serangan atau frekuensi nyeri, kapan
nyeri dirasakan, apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu yang
sama setiap harinya, berapa sering nyeri kembali kambuh.
3. Pemeriksaan Fisik
a. TTV : tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu
b. Perilaku : meletakkan tangan dipaha, tungkai, dan paha atau
meletakkan tangan pada daerah yang dirasakan nyeri.
c. Ekspresi : wajah memerah, gelisah, pucat.
(Aziz,2006)
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul menurut Nanda Internatianal Diagnosa
Keperawatan (2015) adalah sebagai berikut :
1. Nyeri Akut (00132)
2. Nyeri Kronis (00133)
3. Intoleran Aktivitas (00093)
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri Akut (00132)
Domain 12 : kenyamanan
Kelas 1 : kenyamanan fisik
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual dan potensial atau yang
digambarkan sebagai kerusakan (Internasional Association for the study
of pain) ; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga
berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau diprediksi.
Batasan karakteristik :
a. Bukti nyeri dengan menggunakan daftar periksa nyeri untuk pasien
yang tidak dapat mengungkapkannya.
b. Diaforesis
c. Dilatasi pupil
d. Ekspresi wajah nyeri
e. Fokus menyempit
f. Fokus pada diri sendiri
g. Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri
h. Keluhan tentang karakterikstik nyeri dengan menggunakan standar
instrumen nyeri.
i. Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas
j. Mengekspresikan perilaku
k. Perilaku distraksi
l. Perubahan pada parameter fisiologis
m. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
n. Perubahan selera makan
o. Putus asa
p. Sikap melindungi area nyeri
Faktor yang berhubungan :
a. Agen cidera bilogis ( infeksi,iskemia,neoplasma)
b. Agen cider fisik (abses, amputasi, luka bakar, terpotong)
c. Agen cidera kimiawi (luka bakar, kapsainsin, metilen klorida)
Intervensi (NIC)
a. Evaluasi pengalaman nyeri mas lampau
b. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
c. Kurangi faktor presifirasi nyeri
d. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
e. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
f. Anjarkan tentang teknik nonfarmakologi
g. Tingkatkan istirahat
h. Monitor penerimaan pasien tentang manajem nyeri
i. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil.
2. Nyeri Kronis (00133)
Domain 12 : kenyamanan
Kelas 1 : kenyamanan fisik
Definisi : pengalaman sensorik da emosional tidak
menyenangkan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau
digambarkan sebagai suatu kerusakan (International Association for study
of pain) ; awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan
hingga berat, terjadi konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat
diantisipasi atau prediksi dan berlangsung lebih dari 3 bulan.
Batasan karakteristik :
a. Anoreksia
b. Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk
pasien yang tidak mengungkapkannya.
c. Ekpresi wajah nyeri
d. Fokus pada diri sendiri
e. Hambatan kemampuan meneruskan aktivitas sebelumnya
f. Keluhan tentang intensitas menggunakan standart skala nyeri
g. Keluhan tentang karakteristik standar instrumen nyeri
h. Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas
i. Perubahan pola tidur
Faktor yang berhubungan :
1) Agen pencedera
2) Cedera Modula Spinalis
3) Cedera Otot
4) Cedera tabrakan
5) Distres emosi
6) Fraktur
7) Gangguan genetik
8) Gangguan imun
9) Gangguan iskemik
10) Gangguan metabolik
11) Gangguan Muskuloskeletal
12) Gangguan pola tidur
13) Infiltrasi tumor
14) Isolasi sosial
15) Gender wanita
16) Keletihan
17) Kerusakan sistem saraf
18) Ketidakseimbangan
19) Kompresi otot
20) Konstusio
21) Malnutrisi
22) Mengangkat bebab berat
23) Pasca trauma
24) Riwayat mutilasi genital
Intervensi (NIC)
Pain manajemen
1) Monitor kepuasan klien terhadap manajemen nyeri
2) Tingkatkan istirahat dan tidur yang adekuat
3) Kelola anti analgenik
4) Jelaskan pada pasien penyebab nyeri
5) Lakukan teknik non farmakologi(relaksasi, messase)
Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai
kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri diantaranya :
1) Hilangnya perasaan nyeri
2) Menurunnya intensitas nyeri
3) Adnya respon fisilogis yang baik
4) Pasien mampu melakukan ADL tanpa nyeri
(Aziz,2006)
DAFTAR PUSTAKA