Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asma
Global Initiative for Asthma (GINA) tahun 2006 mendefinisikan asma sebagai
ganggguan inflamasi kronik saluran napas yang disertai oleh peranan berbagai
sel, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada orang yang rentan,
inflamasi ini menyebabkan episode mengi berulang, sesak napas, rasa dada
tertekan, dan batuk, khususnya malam atau dini hari. Gejala ini biasanya
berhubungan dengan penyempitan jalan napas yang luas, tapi bervariasi, yang
Menurut Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) 2004 definisi asma adalah
setelah aktifitas fisik, serta terdapat riwayat asma atau atopi lain pada pasien dan
Sekitar 300 juta manusia di dunia menderita asma dan diperkirakan akan terus
meningkat hingga mencapai 400 juta pada tahun 2025 (Ratnawati, 2011)
11
12
pervalensi asma anak meningkat dua kali lipat pada dua dekade terakhir. Di
Amerika, National Health Survey tahun 2001 hingga 2009 mendapat prevalensi
asma meningkat dari 7,3% (20,3 juta orang) di tahun 2001 menjadi 8.2% (24,6
dari 4,2% pada tahun 1995 menjadi 5,4% pada tahun 2003. DKI Jakarta memiliki
prevalensi asma yang lebih besar yaitu 7,5% pada tahun 2007. Anak dan bayi
memiliki angka kejadian yang lebih tingi yaitu sekitar 10-85% dibandingkan pada
a. Faktor Genetik
1) Atopi/allergi
beratnya asma. Menurut laporan dari Inggris,pada anak usia 16 tahun dengan
riwayat asma atau mengi, akan terjadi serangan mengi dua kali lipat lebih banyak
jika anak pernah mengalami hay fever, rhinitis alergi atau eksema. Menurut
Buffum dan Settipane dalam Rahajoe dkk, (2008) anak dengan eksema dan uji
kulit positif menderita asma berat. Terdapat juga laporan bahwa anak dengan
13
mengi persisten dalam kurun waktu 6 tahun pertama kehidupan mempunyai kadar
IgE lebih tinggi daripada anak yang tidak pernah mengalami mengi, pada usia 9
bulan.
2) Hiperaktifitas Bronkus
3) Jenis Kelamin
Menurut laporan dari beberapa penelitian didapatkan bahwa prevalensi asma pada
anak laki laki sampai usia 10 tahun adalah1,5 sampai 2 kali lipat anak perempuan.
pernapasan, peningkatan pita suara dan terjadi peningkatan IgE pada laki-laki
yang cenderung membatasi respon bernapas. Pada orang dewasa, rasio ini
berubah menjadi sebanding antara laki laki dan perempuan pada usia 30 tahun
4) Ras
Menurut laporan dari Amerika Serikat, didapatkan bahwa prevalensi asma dan
kejadian serangan asma pada ras kulit hitam lebih tinggi daripada ras kulit putih
b. Faktor Lingkungan
asma.Alergen yang sering mencetuskan penyakit asma antara lain adalah serpihan
kulit binatang, tungau, debu rumah dan kecoa (Rahajoe dkk, 2008).
Beberapa makanan penyebab alergi makanan seperti susu sapi, ikan laut, kacang,
menyebabkan turunnya daya tahan tubuh dan dapat memicu reaksi alergi.
3) Obat obatan tertentu misalnya golongan aspirin, NSAID, beta bloker dan lain-
lain.
dihindari.
kimia alergen umum adalah nikel sulfat, neomisin sulfat, alkohol benzil, kobalt
klorida, zat, dll dan minyak aromatik alami seperti minyak mawar dan cengkeh
dan minyak kayu manis juga dapat menyebabkan alergi. Produk-produk yang
penggunaannya. Bisa berbahaya bagi orang yang sensitif atau alergi aroma
Kondisi emosional yang berlebih seperti stress dapat memicu serangan karena
mengganggu keseimbangan hormon dan kimia otak. Depresi dan rasa khawatir
Prevalensi asma pada anak yang terpajan asap rokok lebih tinggi daripada anak
yang tidak terpajan asap rokok. Resiko terhadap asap rokok sudah dimulai sejak
janin dalam kandungan, umumnya berlangsung terus setelah anak dilahirkan, dan
menyebabkan meningkatnya resiko. Pada anak yang terpajan asap rokok kejadian
eksaserbasi lebih tinggi, dan umumnya fungsi faal parunya lebih buruk daripada
anak yang tidak terpajan Steyer et al, (2003) dalam Rahajoe dkk, (2008).
aktifitas tertentu.
9) Perubahan cuaca
dapat menyebabkan asma lebih parah, epidemik yang dapat membuat asma lebih
Perubahan tekanan atmosfer dan suhu memperburuk asma. Ini umum terjadi
Asma timbul karena sesorang yang atopi terpapar dengan alergen yang ada dalam
masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan, kulit, saluran pencernaan, dan
lain-lain akan ditangkap oleh makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting
cells (APC). Setelah allergen diproses dalam dalam sel APC, selanjutnya oleh sel
tersebut, allergen dipresentasikan ke sel th. Sel th memberikan signal kepada sel
16
IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan basofil
yang ada dalam sirkulasi. Bila proses ini terjadi pada seseorang maka orang itu
sudah desentisasi atau baru menjadi rentan. Bila orang yang sudah rentan ini
terpapar kedua kali atau lebih dengan allergen yang sama, allergen tersebut akan
diikat oleh IgE yang sudah ada dalam permukaan mastosit dan basofil. Ikatan ini
akan menimbulkan influk Ca++ ke dalam sel dan perubahan di dalam sel yang
Anaphylaksis (ECF-A), trypase dan kinin. Hal ini akan menyebabkan timbulnya
tiga reaksi utama yaitu: kontraksi otot-otot polos baik yang besar maupun yang
peningkatan produksi mucus. Proses ini akan menimbulkan sesak, napas berbunyi
(wheezing), dan batuk yang produktif. Asma non alergik terjadi bukan karena
pemaparan allergen tetapi terjadi akibat beberapa faktor pencetus seperti infeksi
saluran pernapasan bagian atas, olah raga atau kegiatan jasmani yang berat dan
tekanan jiwa atau stress psikologi. Serangan asma ini terjadi akibat gangguan
saraf otonom terutama gangguan saraf simpatis yaitu blockade adrenergik beta
17
beta lebih dominan daripada adrenergik alfa. Pada sebagian penderita asma
1 2 3 4 5
Pulsus Paradoksus Tidak ada Ada Ada Tidak ada, tanda
(<10 (10-20 mmHg> (>20mmHg) kelelahan otot
mmHg> respiratorik
PEFR atau
FEV1(% nilai
dugaan/% nilai
terbaik)
Prabronkodilator >60% 40-60% <40%
Pasca <60%,
Bronkodilator >80% 60-80% respon<2jam
asma, serta pola obstruksi aliran udara di saluran napas. Klasifikasi berdasarkan
klinis, jumlah penggunaan agonis –β2 untuk mengatasi gejala, dan pemeriksaan
Pembagian derajat penyakit asma menurut GINA 2006 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Derajat Berat Asma Berdasarkan Gambaran Klinis (Sebelum Pengobatan)
Pembagian lain derajat penyakit asma dibuat oleh Phelan dkk (dikutip dari
Konsensus Pediatri Internasional III tahun 1998). Klasifikasi ini membagi derajat
Merupakan 75% populasi asma pada anak. Ditandai oleh adanya episode ˂ satu
kali tiap 4-6 minggu, mengi setelah aktifitas berat, tidak terdapat gejala diantara
episode serangan, dan fungsi peru normal diantara serangan. Tetapi profilaksis
Merupakan 20% populasi asma. Ditandai oleh frekuensi serangan yang lebih
sering dan timbulnya mengi pada aktifitas sedang, tetapi dapat dicegah dengan
pemberian agonis-β2. Gejala terjadi kurang dari 1x/minggu dan fungsi paru
dibutuhkan.
c. Asma persisten
Terjadi pada sekitar 5% anak asma. Ditandai oleh seringnya episode akut, mengi
pada aktifitas ringan dan diantara interval gejala dibutuhkan agonis-β2 lebih dari 3
kali/minggu karena anak terbangun di malam hari atau dada terasa berat di pagi
Pedoman Nasional Asma Anak Indonesia 2004 membagi asma menjadi 3 derajat
penyakit.
21
Tabel 2.3 Klasifikasi Derajat Asma pada Anak Menurut PNAA 2004
1 2 3 4 5
1 Frekuensi serangan <1x/bulan >1x/bulan Sering
3 Diantara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan
malam
7 Uji faal paru (di luar PEF/FEV1 >80% PEF/FEV1 60- PEF/FEV1<60%
serangan)* 80% Variabilitas 20-
30%
8 Variabilitas faal paru Variabilitas15% Variabilitas>30% Variabilitas
(bila ada serangan)* >50%
Menurut Pedoman Pengendalian Penyakit Asma tahun 2008 tata laksana pasien
kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam
genetiknya.
Dalam penatalaksanaan asma perlu adanya hubungan yang baik antara dokter
dan pasien sebagai dasar yang kuat dan efektif. Hal ini dapat tercipta adanya
pernyataan pasien.
yaitu:
e. Keadaan khusus seperti ibu hamil, hipertensi, diabetes mellitus dan lain - lain.
Serangan akut adalah episodik perburukan pada asma yang harus diketahui
pasien. Penatalaksanaan asma sebaiknya dilakukan oleh pasien di rumah dan bila
pemeriksaan faal paru, untuk selanjutnya diberikan pengobatan yang tepat dan
cepat.
2) Kortikosteroid sistemik
Pada serangan ringan obat yang digunakan hanya β2 agonis kerja cepat yang
singkat 3-5 hari. Pada serangan sedang diberikan β2 agonis kerja cepat dan
inhalasi, aminofilin iv atau drip. Pada anak belum diberikan ipratropium bromide
inhalasi maupun aminofilin iv. Bila diperlukan dapat diberikan oksigen dan
cairan intravena. Pada serangan berat pasien dirawat dan diberikan oksigen,
cairan iv, β2 agonis kerja cepat, ipratropium bromide inhalasi, kortikosteroid iv,
dan aminofilin iv (bolus atau drip). Apabila β2 agonis kerja cepat tidak tersedia
1) Edukasi
e) Kontrol teratur
2) Obat asma
Obat asma terdiri dari obat pelega dan pengontrol. Obat pelega diberikan pada
serangan asma dan diberikan dalam jangka panjang dan terus menerus.
25
a. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian
yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan
yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan
sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa
saji yaitu makanan dan minuman yang dijual untuk langsung dikonsumsi tanpa
proses pengolahan lebih lanjut. Ragam pangan jajanan antara lain: bakso, mie
27
goreng, nasi goreng, ayam goreng, burger, cakue, cireng, cilok, cimol, tahu,
Gizi dalam Mariana (2006) dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu:
b. Makanan jajanan yang diporsikan (menu utama), seperti pecel, mie bakso, nasi
sangat bermanfaat jika makanan yang dibeli itu sudah memenuhi syarat kesehatan
sehingga dapat melengkapi kebutuhan gizi anak. Disamping itu juga untuk
mengisi kekosongan lambung, karena setiap 3-4 jam sesudah makan lambung
mulai kosong. Melalui makanan jajanan anak bisa mengenal berbagai makanan
yang ada sehingga membantu anak untuk membentuk selera makan yang
beragam, sehingga saat dewasa anak dapat menikmati aneka ragam makanan.
Manfaat atau keuntungan dari kebiasaan jajanan bagi anak yakni (Khomsan,
2003):
28
beracun dan menggunakan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang tidak diizinkan
(Mudjajanto, 2006).
Menurut Kus dan Kusno (2007) terlalu sering dan menjadikan konsumsi makanan
b. Makanan yang tidak higienis dan aman, akan menimbulkan berbagai penyakit.
Sejumlah ahli sudah meneliti bahaya beberapa jenis bahan tambahan pangan,
e. Pemborosan.
29
Makanan jajanan yang sehat dan aman adalah makanan jajanan yang bebas dari
Konsumen, 2006)
a. Bahaya fisik dapat berupa benda asing yang masuk ke dalam pangan, seperti isi
b. Bahaya kimia dapat berupa cemaran bahan kimia yang masuk ke dalam pangan
atau karena racun yang sudah terkandung di dalam bahan pangan, seperti: cairan
Jajanan dikatakan tidak sehat atau berbahaya dikonsumsi apabila telah dicemari.
a. Segi gizi
b. Segi kontaminasi
a. Residu peptisida
Residu peptisida pada pangan dapat berasal dri penyemprotan tanaman pertanian,
b. Kemasan
(Pb), tembaga (Cu), mangan (Mn), Kobalt (Co) yang dapat menimbulkan reaksi
Bahan tambahan pada makanan dapat berdampak buruk pada kesehatan apabila
dikonsumsi secara terus menerus dan melebihi ambang batas pemakaian. Bahan
1) Pengawet (preservative)
Bahan pengawet pada dasarnya adalah senyawa kimia yang merupakan bahan
Pemakaian bahan pangan dengan dosis yang tidak tepat dan diawasi akan
seperti pewarna tekstil. Zat yang sering digunakan adalah Metahnil Yellow dan
Rhodamin B. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam
berat pada zat pewarna tersebut (Cahyadi, 2008). Zat ini akan berbahaya jika
terhirup, mengenai kulit, mengenai mata dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan
bisa iritasi pada saluran napas, gangguan pada mata dan bahaya kanker pada
digunakan untuk produk olahan pangan, industry, serta minuman dan makanan
bagi kesehatan manusia adalah: migraine dan sakit kepala, kehilangan daya ingat,
iritasi saluran napas, alergi, diare,dan kanker kandung kemih (Cahyadi, 2008)
Adapun kiat memilih pangan jajanan yang yang sehat dan aman yaitu: (Direktorat
a. Hindari pangan yang dijual di tempat terbuka, kotor dan tercemar, tanpa
b. Beli pangan yang dijual ditempat bersih dan terlindung dari matahari, debu,
hujan, angin dan asap kendaraan bermotor. Pilih tempat yang bebas dari serangga
dan sampah.
c. Hindari pangan yang dibungkus dengan kertas bekas atau koran. Belilah
pangan yang dikemas dengan kertas, plastik atau kemasan lain yang bersih dan
aman.
bahan tambahan pangan terlarang dan berbahaya. Biasanya pangan seperti itu
dijual dengan harga yang sangat murah. Amati komposisinya, bacalah dengan
kesehatan.
makanan. Warna makanan atau minuman yang terlalu menyolok atau jauh
Snack, krupuk, mi, es krim, es sirup, minuman gelas, berwarna terlalu mencolok
Makanan tidak sehat umumnya berasa tajam, misalnya sangat gurih, membuat
lidah bergetar dan tenggorokan gatal. Makanan ringan seperti mi, snack yang
dijual murah dengan rasa yang enak dan gurih sering ditambahkan vetsin/MSG
yang berlebihan.
g. Cium aromanya. Bau apek atau tengik, pertanda makanan sudah rusak.
33
Pada tahun 2005, Badan POM RI telah melakukan pengujian terhadap 861
memenuhi syarat keamanan pangan. Misalnya, es sirup atau buah (48.2%) dan
berbahaya dan tercemar bakteri patogen. Jenis lain yang tidak memenuhi syarat
adalah saus dan sambal (61.5%) serta kerupuk (56.3%). Dari total
Asma
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari University of Auckland,s
saji dapat memicu asma dan penyakit eksim. Sebanyak 15 jenis makanan yang
saji ada hubungannya dengan resiko asma dan eksim pada dua kelompok usia
yaitu anak-anak dan remaja. Peneliti menemukan fakta tiga porsi atau lebih
gejala asma sampai 39% di kalangan remaja, dan 27% resiko asma meningkat di
34
kalangan anak-anak. Makanan cepat saji merupakan makanan tidak sehat karena
Pada tahun 2011 sebuah penelitian tentang hubungan makanan cepat saji dan
menyimpulkan bahwa zat aditif dalam makanan olahan bisa memicu reaksi alergi
di Indonesia oleh (Oemiatih dkk, 2007), menemukan fakta bahwa kelompok yang
mengkonsumsi makanan pengawet satu kali/hari memiliki resiko 1,2 kali terkena
asma dibandingkan dengan yang tidak pernah mengkonsumsi. Pada tahun yang
variabel independent yang diduga kuat memiliki hubungan dengan penyakit asma
kecap, terasi) dan status ekonomi]. Dari analisis pada kebiasaan mengkonsumsi
asma.
Makanan jajanan yang tidak sehat sering mengandung bahan pengawet yang bisa
memicu penyakit asma. Zat yang bisa memperburuk kondisi asma meliputi
dalam makanan jajanan bisa memicu reaksi alergi pada beberapa anak dan
menyebabkan turunnya daya tahan tubuh. Zat tambahan yang paling sering
Sebuah penelitian dilakukan di New England untuk melihat peran sulfit pada
keluhan rasa panas, dan kaku di wajah diikuti nyeri dada, sakit kepala, mual