You are on page 1of 14

MAKALAH KEPERAWATAN HIV DAN AIDS

PRINSIP PERAWATAN PADA BAYI DAN ANAK PENDERITA HIV DAN


AIDS ATAU DENGAN ORANG TUA HIV DAN AIDS

Dosen pengampu : Dr. Eva Nirmala, SP., PK

Disusun oleh :

1. Endro Nopfantiyanto Akas (01.2.16.00537)


2. Kezia (01.2.16.00544)
3. Meilinda Krisna Puspasari (01.2.16.00547)
4. Septi Arum Pradana (01.2.16.00558)
5. Tigo Charismayana (01.2.16.00560)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS BAPTIS KEDIRI


PRODI KEPERAWATAN SRATA 1
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga makalah
“PRINSIP PERAWATAN PADA BAYI DAN ANAK PENDERITA HIV DAN AIDS
ATAU DENGAN ORANG TUA HIV DAN AIDS” ini dapat tersusun hingga selesai.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih atas masukan dan sumber dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan materi dengan baik.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca, karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,
kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.Kami mengucapkan terima kasih pada dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingannya selama kami mengikuti mata kuliah tersebut.

Sekian dan terima kasih.

Kediri,14 maret 2018

Penyusun
Daftar isi

Cover

Kata pengantar

Daftar isi

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar belakang .............................................................................................(1)


1.2 Rumusan masalah ........................................................................................(1)
1.3 Tujuan ...........................................................................................................(2)

BAB II pembahasan

2.1 Konsep HIV dan AIDS .................................................................................

2.2 Prinsip pencegahan........................................................................................

2.3 Pemenuhan kebutuhan nutrisi untuk ibu dan anak dengan HIV/AIDS ......

BAB III penutup

3.1 kesimpulan .................................................................................................

3.2 saran

Daftar pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 2000 terjadi peningkatan penyebaran epidemi HIV secar nyata
melalui pekerja seks komersial, tetapi ada fenomena baru penyebaran HIV/AIDs
melali pengguna narkoba suntik, tahun 2002 HIV sudah menyebar ke rumah tetangga
(Depkes RI,2003)

Sejauh lebih dari 6,5 juta perempuan indonesia jadi populasi rawan tertular
HIV. Lebih dari 24.000 perempuan usai subur telah terinfeksi HIV, dan ada program
pencegahan, lebih dari 30% di antaranya melahirkan bayi yang tertular HIV. Pada
tahun 2015, diperkirakan akan terjadi penularan pada 38.500 anak yang dilahirkan
dari ibu yang terinfeksi HIV. Sampai tahun 2006 diperkirakan 4.360 anak terkena
HIV dan separuh diantaranya meninggal dunia. Saat ini diperkirakan 2.320 anak
terinfeksi HIV.

Anak yang didiagnosa HIV juga akan menyebabkan terjadinya trauma emosi
yang mendalam bagi keluarganya. Orang tua harus menghadapi masalah berat dalam
perawatan anak , pemberian kasih sayang, dan sebagainya sehingga dapat
mempengaruhi pertumbuhan mental anak. Rang tua memerlukan waktu untuk
mengatasi masalah emosi, syok, kesedihan, penolakan, perasaan berdosa, cemas,
marah dan berbagai perasaan lainnya. Dukungan nutrisi, pemberian ARV,
psikososial, dan perawatan paliatif membantu anak menghadapi HIV/AIDS.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian HIV dan AIDS?
b. Bagaimana pemenuhan nutrisi yang baik pada wanita dan anak dengan HIV dan
AIDS?
c. Bagaimana cara mencegah penularan HIV pada wanita dan anak?

1.3 Tujuan
a. Untuk menjelaskan tentang pengertian HIV dan AIDS
b. Untuk menjelaskan cara mencegah penularan HIV pada wanita dan anak
c. Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi yang baik pada wanita dan anak dengan
HIV dan AIDS
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep HIV dan AIDS
2.1.1 Pengertian

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindroma yang


menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang
diketahui untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi tersebut sepertii
keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan
sebagainya ( Rampengan & Laurentz ).
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh manusia (H. JH. Wartono). AIDS merupakan kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh (dr. JH. Syahlan, SKM. dkk,
1997 : 17).
Jadi, HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia
yang menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang
relatif lama dapat menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS sendiri adalah suatu
sindroma penyakit yang muncul secara kompleks dalam waktu relatif lama
karena penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.

2.1.2 Etiologi

Sindrom immunodefisiensi didapat pediatrik (AIDS) disebabkan oleh


virus immunodefisiensi manusia / Human Immunodeficiency virus (HIV) tipe 1
(HIV-1) yang melekat dan memasuki limfosit T helper CD4+ , yang juga
ditemukan dalam jumlah yang lebih rendah pada monosit dan makrofag.

HIV-I merupakan retrovirus yang termasuk pada subfamili Lentivirus.


Juga sangat dekat dengan HIV-II, yang menyebabkan penyakit yang sama.

HIV adalah virus RNA dan merupakan parasit obligat intra sel .Dalam
bentuknya yang asli ia merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang
atau melukai sampai ia masuk ke sel host ( sel target ).

a) Retrovirus mengandung kapsid sebelah dalam yang disusun dari protein struktur
yang dirujuk pada ukurannya.
b) Protein struktural utama adalah p24, terdeteksi dalam serum penderita yang
terinfeksi dengan beban virus tinggi.
c) Kapsid virion mengandung dua kopi RNA helai tunggal dan beberapa molekul
transkriptase balik. Transkriptase balik adalah polimerase DNA virus yang
menggabung nukleosid menjadi DNA dengan menggunakan RNA virus sebagai
model. ( Behrman, dkk , 1999 : 1128 )
d) HIV merupakan retrovirus sitopatik tidak bertransformasi mendorong
terjadinya immunodefisiensi dengan merusak sel T sasaran ( target )
e) Selubung ( envelope ) lipid HIV-I berasal dari membran sel pejamu yang
terinfeksi saat budding, yang mengandung dua glikoprotein virus, gp120 dan
gp41. gp120 penting pada pengikatan pada molekul CD4 pejamu untuk memulai
infeksi virus.
f) Ditemukan beberapa gen yang tidak ditemukan pada retrovirus lain, yaitu tat,
vpu, vip, nef, dan rev.tat dan rev, mengatur transkripsi HIV dan karenanya dapat
dipakai sebagai target terapi.
Virus diisolasi dari sel limfosit, serum cairan serebrospinal, dan semua sekresi
dari penderita yang terinfeksi.

2.2 Cara Penularan

Penularan ke ibu bisa akibat hubungan seksual yang tidak


nyaman,pemakaian narkoba injeksi dengan jarum suntik bergantian dengan
pengidap HIV, tertualr melalui darah, penggunaan alat kesehatan yang tidak steril,
serta alat untuk menoreh kulit. Penyebab terjadinya infeksi HIV pada wanita
secara berurutan dari yang terbesar adalah pemakaian obat terlarang melalui
injeksi 51%, wanita heteroseksual 34% tranfusi darah 8% dan tidak diketahui
sebanyak 7%. Penularan HIV ke bayi dan anak bisa dari ibu ke anak, penularan
melalui darah, penularan melalui hubungan seksual.

Penularan juga terjadia selama proses persalinan melalui tranfusi


fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran mukosa bayi dengan darah
atau sekresi maternal saat melahirkan. Semakin lama proses melahirkan smeakin
besar risiko penularan sehingga lama persalinan bisa dicegah dengan operasi
postpartum melalui ASI, risiko bayi tertular melalui ASI dari ibu yang positif
sekitar 10%.

2.3 Cara mencegah


Peenerapan dan prinsip prinsip pemberantasan penyakit infeksi adaalah
merupakan bagian yang sangat penting pada pelaksanaan perawatan sehari-hari
yang efktif. Dengan mematuhi pentunjuk tentang cara pencegahan menularan
infeksi melalui darah seperti hepatitis B merupakan cara yang lebih dari cukup
untuk mencegah npenularan HIV. Sarana pelayanan kesehatan termasuk RS,
klinik beroabt jalan, atau dimana saja baik di rumahsakit atau di masyarakat
dimana pelayanan kesehatan diberikan secara langsung (misalnya perawatan di
rumah, pusat imunisasi, klinik bergerak, dan lain-lain).
Penularana dilaporkan snagat jarang terjadi dari penderita kepada perawat
melalui luka tusuk karena jarum suntuk atau terpaparnya selaput lender pada
darah. Infeksi dapat melewati dari pendertita ke penderita yang lain melalui
penggunaan ulang. Jartum suntik yang tidak disterilkan secara baik. Petugas-
peutgas yang memberikan pertolongan pertama seperti petugas paramedic.
Petugas teknis medis pada gawat darurat. Petugas penegak hukum, petugas
pemadam kebakaran dan penjaga keselamatan tidak mempunyai resiko yang lebih
tinggi daripada perawat yang bekerja pada ruang rawat darurat di rumah sakit.
Pemberantsan penyakit infeksi di sarana pelayanan kesehatan terdiri dari :
a. Tindakan pencegahan yang berhubungan dengan darah dan cairan tubuh yang
lain.
b. Tindakaan pencegahan yang berhubungan dengan suntikan dan penusukan
kulit.
c. Penggunaan yang efektif dari sterilisais dan desinfeksi.
Pada Negara Negara yang mempunyai system pelayanan kesehatan yang terbatas
mungkin tak mungkin untuk melaksanakan semua anjuran yang ditulis di bawah
ini. Bila anggaran yang tersedia terbatas sehinggga menghalangi pelaksanaan
salah sati dari anjuran tersebut, tindakan-tindakan haruslah dipikirkan.
Tindakan-tindakan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan kesehatan :
1. Meminimalkan infeksi yang disebabkan mikroorganisme (bakteri, virus,
jamur).
2. Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa (hepatitis dan
HIV/AIDS).

Penolong persalinan dapat terpapar hepatitis dan HIV di tempat kerjanya melalui
:
1. Percikan darah atau cairan tubuh pada mata, hidung, mulut atau melalui
diskontinuitas permukaan kulit (luka atau lecet kecil).
2. Luka tusuk akibat jarum yang terkontaminasi atau peralatan tajam lainnya,
baik saat prosedur dilakukan atau saat memproses peralatan.

Defenisi tindakan-tindakan dalam pencegahan infeksi :


1. Asepsis atau teknik aseptik
Asepsis atau teknik aseptik adalah semua usaha yang dilakukan dalam
mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang mungkin akan
menyebabkan infeksi. Caranya adalah menghilangkan dan/atau menurunkan
jumlah mikroorganisme pada kulit, jaringan dan benda-benda mati hingga
tingkat aman.
2. Antisepsis
Antisepsis adalah usaha mencegah infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh
lainnya.
3. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan
bahwapetugas kesehatan dapat menangani secara aman benda-benda (peralatan
medis, sarung tangan, meja pemeriksaan) yang terkontaminasi darah dan cairan
tubuh. Cara memastikannya adalah segera melakukan dekontaminasi terhadap
benda-benda tersebut setelah terpapar/ terkontaminasi darah atau cairan tubuh.
4. Mencuci dan membilas
Mencuci dan membilas adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua darah, cairan tubuh atau benda asing (debu, kotoran)
dari kulit atau instrumen.
5. Disinfeksi
Disinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir
semua mikroorganisme penyebab penyakit pada benda-benda mati atau
instrumen.
6. Disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
Disinfeksi tingkat tinggi (DTT) adalah tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri, dengan cara
merebus atau cara kimiawi.
7. Sterilisasi
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), termasuk endospora bakteri
pada benda-benda mati atau instrumen.

Prinsip-prinsip pencegahan infeksi yang efektif berdasarkan :


a) Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap
dapat menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat
asimptomatik (tanpa gejala).
b) Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.
c) Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan
dan telah bersentuhan dengan kulit tak utuh, selaput mukosa, atau darah
harus dianggap terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan harus
dilakukan proses pencegahan infeksi secara benar.
d) Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah
diproses dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi.
e) Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total tetapi dapat dikurangi
hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan
infeksi yang benar dan konsisten.
Tindakan-tindakan pencegahan infeksi meliputi :
1) Cuci tangan
2) Memakai sarung tangan
3) Memakai perlengkapan pelindung
4) Menggunakan asepsis atau teknik aseptik
5) Memproses alat bekas pakai
6) Menangani peralatan tajam dengan aman
7) Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan sampah
secara benar.

Persalinan dan kelahiran bayi bisa terjadi di luar institusi, baik di rumah,
klinik bersalin swasta, polindes, atau puskesmas. Jika proses ini berlangsung di
rumah, hati-hati agar benda-benda yang terkontaminasi tidak menyentuh daerah
yang telah dibersihkan dan disiapkan untuk suatu prosedur.
Prinsip pemberian ART pada wanita dan anak hampir sama dengan
dewasa, tetapi pemberian ART pada ibu dan anak memerlukan perhatian khusus
tentang dosis dan toksisitasnya terutama pada anak – anak. Sistem kekebalan bayi
mulai dibentuk dan berkembang selama beberapa tahun pertama. Efek obat ART
pada bayi dan anak juga akan berbeda degan orang dewasa (Depkes RI, 2003).

2.4 Nutrisi
Pemberian nutrisi pada bayi dan anak dengan HIV/AIDS tidak berbeda
dengan anak yang sehat, hanya saja asupan protein dan kalorinya perlu
ditingkatkan. Selain ini juga perlu diberikan multivitamin, dan antioksidan untuk
mempertahankan kekebalan tubuh dan menghambat replikasi virus HIV.
Sebaiknya dipilih bahan makanan yang resiko alerginya rendah dan dimasak
dengan baik untuk mencegah terjadinya infeksi oportunistik. Sayur dan buah –
buahan juga harus dicuci dengan baik an sebaiknya dimasak sebelum diberikan
pada anak. Pemberian nutrisi pada ODHA.
Bayi yang sudah terinfeksi HIV sebaiknya diberikan ASI eksklusif selama
4-6 bulan karena terbukti mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat infeksi
selain HIV. Namun jika bayi belum terbukti positif, sebaiknya ibu tidak menyusui
bayinya karena dapat terjadi transmisi vertikal HIV ke bayi sebesar 10-20%,
terutama jika puting ibu lecet atau radang. Namun bila tidak tersedia air bersih
dan keluarga tidak mampu membeli air susu formula untuk bayi, serta tidak
terjamin kesinambungan dan keamanan pemberian susu formula, bayi sebaiknya
diberikan ASI eksklusif, selanjutnya baru disapih karena resiko bayi meninggal
akibat kurang gizi lebih besar dari pada meninggal karena GIV/AIDS. (Depkes
RI,2003). Pemberia PASI sebaiknya menggunakan cangkir dan bukan botol
karena cangkir lebih mudah dibersihkan. Makanan campuran (ASI,
susu,makanan, dan angka kematian bayi (Nursalam et al., 2005).
Pemberian nutrisi pada bayi dan anak juga harus disertai dengan
pemantauan stast nutrisi yang dapat dilakukan dengan menggunakan A-B-C-
D,yaitu Antropometri, Biochemical Data, Clinical Sign, and Symptops, serta Diet
(Nursalam et al.,2005). Pengukuran antropometri meliputi pengukuran TB dan
BB untuk mengetahui indeks masa tubuh, serta pengukuran lengan atas untuk
mengetahui seberapa jauh kekurangan zat gizi makro, misalnya kekurangan
energi protein (Nursalam et al.,2005). Pemeriksaan laboratorium yang penting
misalnya Hb, albumin, prealbumin, kolestrol, trigliserida, fungsi hati, dan kadar
zat gizi mikro dalam darah,misalnya zat besi, magnesium, aam folat, vit B12,
vitamin A, dan lain – lain (Nursalam et al.,2005). Pemeriksaan tanda klinis
mencakup pemeriksaan dan atau tidaknya infeksi oportunistik pada sistem
pencernaan, sistem pernafasan, sistem integumen dan persarafan (Nursalam et
al.,2005). Sedangkanpemeriksaan diet dilakukan dengan menanyakan pola makan
untuk mengetahui pla makan dan asupan zat gizi serta mengetahui potensi
kekurangan zat gizi (Nursalam et al.,2005).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
AIDS merupakan masalah kesehatan onternasional yang perlu segera
ditanggulangi yang perlu segera di tanggulangi. AIDS berkembang secara pendemi
hampir di setiap negara indibesia termasuk, Indonesia.
Cara paling efektif dan efesien untuk menanggulangi infeksi HIV pada anak
secara universal adalah dengan mengurangi penularan dan ibu ke anaknya. Upaya
pencegahan transmisi HIV pada anak menurut WHO dilakukan 4 strategi yaitu:
1. Mencegah penularan HIV pada wanita usia subur
2. Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada wanita HIV
3. Mencegah penularan HIV dan ibu HIV hamil ke anak yang akan dilahirkannya
dan memberikan dukungan
4. Layanan dan perawatan berkesinambungan bagi pengidap HIV

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini dapat menjadi pedoman kita sebagai pencegahan
penularan HIV dari ibu ke anak diharapkan akses layanan dan cakupan pelayanan
PPIA sebagai salah satu upaya pengendalian HIV dan AIDS di indonesia akan lebih
komperhensif, sehingga upaya untuk mengeliminasi penularan HIV dari ibu ke anak
dapat dicapai pada sesuai tujuan menuju titik nol.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Nursalam,M.Nurs.2007.Asuhan Keperawatan pada pasien terinfeksi


HIV/AIDS.Jakarta.Salemba Medika
Robbins, dkk (1998) Dasar Patologi Penyakit. Edisi 5. Jakarta : EGC

Behrman, dkk (1999) Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15. Jakatra : EGC

Betz, Cecily L (2002) Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC

You might also like