Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga makalah
“PRINSIP PERAWATAN PADA BAYI DAN ANAK PENDERITA HIV DAN AIDS
ATAU DENGAN ORANG TUA HIV DAN AIDS” ini dapat tersusun hingga selesai.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih atas masukan dan sumber dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan materi dengan baik.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca, karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,
kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.Kami mengucapkan terima kasih pada dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingannya selama kami mengikuti mata kuliah tersebut.
Penyusun
Daftar isi
Cover
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I Pendahuluan
BAB II pembahasan
2.3 Pemenuhan kebutuhan nutrisi untuk ibu dan anak dengan HIV/AIDS ......
3.2 saran
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 2000 terjadi peningkatan penyebaran epidemi HIV secar nyata
melalui pekerja seks komersial, tetapi ada fenomena baru penyebaran HIV/AIDs
melali pengguna narkoba suntik, tahun 2002 HIV sudah menyebar ke rumah tetangga
(Depkes RI,2003)
Sejauh lebih dari 6,5 juta perempuan indonesia jadi populasi rawan tertular
HIV. Lebih dari 24.000 perempuan usai subur telah terinfeksi HIV, dan ada program
pencegahan, lebih dari 30% di antaranya melahirkan bayi yang tertular HIV. Pada
tahun 2015, diperkirakan akan terjadi penularan pada 38.500 anak yang dilahirkan
dari ibu yang terinfeksi HIV. Sampai tahun 2006 diperkirakan 4.360 anak terkena
HIV dan separuh diantaranya meninggal dunia. Saat ini diperkirakan 2.320 anak
terinfeksi HIV.
Anak yang didiagnosa HIV juga akan menyebabkan terjadinya trauma emosi
yang mendalam bagi keluarganya. Orang tua harus menghadapi masalah berat dalam
perawatan anak , pemberian kasih sayang, dan sebagainya sehingga dapat
mempengaruhi pertumbuhan mental anak. Rang tua memerlukan waktu untuk
mengatasi masalah emosi, syok, kesedihan, penolakan, perasaan berdosa, cemas,
marah dan berbagai perasaan lainnya. Dukungan nutrisi, pemberian ARV,
psikososial, dan perawatan paliatif membantu anak menghadapi HIV/AIDS.
1.3 Tujuan
a. Untuk menjelaskan tentang pengertian HIV dan AIDS
b. Untuk menjelaskan cara mencegah penularan HIV pada wanita dan anak
c. Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi yang baik pada wanita dan anak dengan
HIV dan AIDS
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep HIV dan AIDS
2.1.1 Pengertian
2.1.2 Etiologi
HIV adalah virus RNA dan merupakan parasit obligat intra sel .Dalam
bentuknya yang asli ia merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang
atau melukai sampai ia masuk ke sel host ( sel target ).
a) Retrovirus mengandung kapsid sebelah dalam yang disusun dari protein struktur
yang dirujuk pada ukurannya.
b) Protein struktural utama adalah p24, terdeteksi dalam serum penderita yang
terinfeksi dengan beban virus tinggi.
c) Kapsid virion mengandung dua kopi RNA helai tunggal dan beberapa molekul
transkriptase balik. Transkriptase balik adalah polimerase DNA virus yang
menggabung nukleosid menjadi DNA dengan menggunakan RNA virus sebagai
model. ( Behrman, dkk , 1999 : 1128 )
d) HIV merupakan retrovirus sitopatik tidak bertransformasi mendorong
terjadinya immunodefisiensi dengan merusak sel T sasaran ( target )
e) Selubung ( envelope ) lipid HIV-I berasal dari membran sel pejamu yang
terinfeksi saat budding, yang mengandung dua glikoprotein virus, gp120 dan
gp41. gp120 penting pada pengikatan pada molekul CD4 pejamu untuk memulai
infeksi virus.
f) Ditemukan beberapa gen yang tidak ditemukan pada retrovirus lain, yaitu tat,
vpu, vip, nef, dan rev.tat dan rev, mengatur transkripsi HIV dan karenanya dapat
dipakai sebagai target terapi.
Virus diisolasi dari sel limfosit, serum cairan serebrospinal, dan semua sekresi
dari penderita yang terinfeksi.
Penolong persalinan dapat terpapar hepatitis dan HIV di tempat kerjanya melalui
:
1. Percikan darah atau cairan tubuh pada mata, hidung, mulut atau melalui
diskontinuitas permukaan kulit (luka atau lecet kecil).
2. Luka tusuk akibat jarum yang terkontaminasi atau peralatan tajam lainnya,
baik saat prosedur dilakukan atau saat memproses peralatan.
Persalinan dan kelahiran bayi bisa terjadi di luar institusi, baik di rumah,
klinik bersalin swasta, polindes, atau puskesmas. Jika proses ini berlangsung di
rumah, hati-hati agar benda-benda yang terkontaminasi tidak menyentuh daerah
yang telah dibersihkan dan disiapkan untuk suatu prosedur.
Prinsip pemberian ART pada wanita dan anak hampir sama dengan
dewasa, tetapi pemberian ART pada ibu dan anak memerlukan perhatian khusus
tentang dosis dan toksisitasnya terutama pada anak – anak. Sistem kekebalan bayi
mulai dibentuk dan berkembang selama beberapa tahun pertama. Efek obat ART
pada bayi dan anak juga akan berbeda degan orang dewasa (Depkes RI, 2003).
2.4 Nutrisi
Pemberian nutrisi pada bayi dan anak dengan HIV/AIDS tidak berbeda
dengan anak yang sehat, hanya saja asupan protein dan kalorinya perlu
ditingkatkan. Selain ini juga perlu diberikan multivitamin, dan antioksidan untuk
mempertahankan kekebalan tubuh dan menghambat replikasi virus HIV.
Sebaiknya dipilih bahan makanan yang resiko alerginya rendah dan dimasak
dengan baik untuk mencegah terjadinya infeksi oportunistik. Sayur dan buah –
buahan juga harus dicuci dengan baik an sebaiknya dimasak sebelum diberikan
pada anak. Pemberian nutrisi pada ODHA.
Bayi yang sudah terinfeksi HIV sebaiknya diberikan ASI eksklusif selama
4-6 bulan karena terbukti mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat infeksi
selain HIV. Namun jika bayi belum terbukti positif, sebaiknya ibu tidak menyusui
bayinya karena dapat terjadi transmisi vertikal HIV ke bayi sebesar 10-20%,
terutama jika puting ibu lecet atau radang. Namun bila tidak tersedia air bersih
dan keluarga tidak mampu membeli air susu formula untuk bayi, serta tidak
terjamin kesinambungan dan keamanan pemberian susu formula, bayi sebaiknya
diberikan ASI eksklusif, selanjutnya baru disapih karena resiko bayi meninggal
akibat kurang gizi lebih besar dari pada meninggal karena GIV/AIDS. (Depkes
RI,2003). Pemberia PASI sebaiknya menggunakan cangkir dan bukan botol
karena cangkir lebih mudah dibersihkan. Makanan campuran (ASI,
susu,makanan, dan angka kematian bayi (Nursalam et al., 2005).
Pemberian nutrisi pada bayi dan anak juga harus disertai dengan
pemantauan stast nutrisi yang dapat dilakukan dengan menggunakan A-B-C-
D,yaitu Antropometri, Biochemical Data, Clinical Sign, and Symptops, serta Diet
(Nursalam et al.,2005). Pengukuran antropometri meliputi pengukuran TB dan
BB untuk mengetahui indeks masa tubuh, serta pengukuran lengan atas untuk
mengetahui seberapa jauh kekurangan zat gizi makro, misalnya kekurangan
energi protein (Nursalam et al.,2005). Pemeriksaan laboratorium yang penting
misalnya Hb, albumin, prealbumin, kolestrol, trigliserida, fungsi hati, dan kadar
zat gizi mikro dalam darah,misalnya zat besi, magnesium, aam folat, vit B12,
vitamin A, dan lain – lain (Nursalam et al.,2005). Pemeriksaan tanda klinis
mencakup pemeriksaan dan atau tidaknya infeksi oportunistik pada sistem
pencernaan, sistem pernafasan, sistem integumen dan persarafan (Nursalam et
al.,2005). Sedangkanpemeriksaan diet dilakukan dengan menanyakan pola makan
untuk mengetahui pla makan dan asupan zat gizi serta mengetahui potensi
kekurangan zat gizi (Nursalam et al.,2005).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
AIDS merupakan masalah kesehatan onternasional yang perlu segera
ditanggulangi yang perlu segera di tanggulangi. AIDS berkembang secara pendemi
hampir di setiap negara indibesia termasuk, Indonesia.
Cara paling efektif dan efesien untuk menanggulangi infeksi HIV pada anak
secara universal adalah dengan mengurangi penularan dan ibu ke anaknya. Upaya
pencegahan transmisi HIV pada anak menurut WHO dilakukan 4 strategi yaitu:
1. Mencegah penularan HIV pada wanita usia subur
2. Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada wanita HIV
3. Mencegah penularan HIV dan ibu HIV hamil ke anak yang akan dilahirkannya
dan memberikan dukungan
4. Layanan dan perawatan berkesinambungan bagi pengidap HIV
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini dapat menjadi pedoman kita sebagai pencegahan
penularan HIV dari ibu ke anak diharapkan akses layanan dan cakupan pelayanan
PPIA sebagai salah satu upaya pengendalian HIV dan AIDS di indonesia akan lebih
komperhensif, sehingga upaya untuk mengeliminasi penularan HIV dari ibu ke anak
dapat dicapai pada sesuai tujuan menuju titik nol.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, dkk (1999) Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15. Jakatra : EGC