You are on page 1of 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kesehatan ibu dan anak merupakan indikator penting dalam mengukur

derajat kesehatan suatu negara dimana status kesehatan ibu dan anak dapat

dilihat dari angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).

Angka kematian ibu di Indonesia pada tahun 1997 sebesar 334 per

100.000 kelahiran hidup dalam waktu 10 tahun terakhir turun menjadi 226

per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2007), namun hasil SDKI 2012

meningkat menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. (Kemenkes RI,

2014). Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat

800 perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan dan

kelahiran anak. Pada tahun 2013 lebih dari 289.000 perempuan meninggal

selama dan setelah kehamilan dan persalinan (WHO, 2014). Faktor-faktor

yang menyebabkan kematian ibu di Indonesia yaitu kelompok kehamilan

beresiko. Kelompok kehamilan resiko tinggi di Indonesia pada tahun 2007

sekitar 34%. Kategori dengan resiko tinggi tunggal mencapai sekitar

22,4% dengan rincian umur ibu 34 tahun sebesar 3,8% jarak kelahiran 3

orang) sebesar 9,4% (Kemenkes RI, 2014).

1
1.2 TUJUAN

1. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang kehamilan yang

tidak di inginkan pada remaja

2. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang risiko

kehamilan usia muda diluar nikah

3. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang penanganan

kehamilan dengan risiko tinggi

4. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang perilaku

berisiko pada masa pubertas

5. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang faktor yang

dapat meningkatkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian

bayi (AKB)

6. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang pencegahan

AKI dan AKB

7. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang klasifikasi

kematian maternal

8. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang cara melakukan

audit maternal perinatal

9. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang tugas pokok

dokter di puskesmas

10. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang penyebab aborsi

2
1.3 MANFAAT

Manfaat dari penyusunan laporan pleno LBM I yang berjudul

“Kesehatan Ibu, Anak dan Remaja” adalah agar mahasiswa FK Unizar

mampu memahami dan menjelaskan permasalahan-permasalahan yang ada

didalam skenario dengan baik.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 DATA TUTORIAL

Hari/tanggal sesi 1 : Senin, 30 April 2018

Hari/tanggal sesi 2 : Jumat, 04 Mei 2018

Tutor : dr. Aida Nurwidya, M.M.R.

Moderator : Dimas Agung Okoputra

Sekretaris : Lalu Wisnu Aditya Wardana

2. 2 SKENARIO LBM I

“Kesehatan Ibu, Anak dan Remaja”

Seorang siswi SMA di antar temannya ke puskesmas di karenakan

mengalami perdarahan hebat di jalan lahir. Siswi tersebut telah melakukan

berbagai cara untuk menggugurkan kandungannya, ia pergi ke dukun

beranak untuk menggugurkan kandungannya, dia mendapat informasi

dukun beranak dari keluarganya, yang juga pernah menggugurkan

kandungan karena anaknya yang banyak dan masih kecil-kecil. Siswi

tersebut juga mencoba minum obat penggugur kandungan. Saat tiba di

Puskesmas keadaan siswi tersebut sudah tidak dapat ditolong. Puskesmas

4
melakukan pencatatan untuk melakukan audit kematian maternah

perinatal. Dokter puskesmas mengatakan bahwa pasien memiliki risiko

tinggi kehamilan dan terlambat dibawa ke puskesmas. Dengan kejadian

seperti ini, memberikan kontribusi terhadap tingginya angka kematian ibu

akibat kehamilan dan persalinan di Indonesia.

2. 3 PEMBAHASAN LBM

I. Klarifikasi Masalah

1. Audit Kematian Maternal Perinatal : kegiatan untuk menelusuri

sebab kesakitan dan kematian ibu dan perinatal dengan aksud

mencegah pesakitan dan kematian di masa depan.

2. Puskesmas : Unit pelaksana teknis dinas kabupaten atau kota yang

bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan

disuatu wilayah kerja.

3. Angka Kematian Ibu : jumlah kematian ibu akibat kehamilan,

persalinan dan pasca persalinan.

II. Identifikasi Masalah

1. Jelaskan tentang kehamilan pada remaja !

2. Jelaskan tentang kehamilan yang tidak di inginkan pada remaja !

3. Apa saja perilaku berisiko pada masa pubertas ?

4. Jelaskan risiko kehamilan usia muda diluar nikah ?

5
5. Jelaskan apa saja yang dapat menyebabkan keguguran dan obat-

obat yang dapat menyebabkan keguguran ?

6. Bagaimana cara melakukan audit kematian maternal perinatal dan

apa saja yg dibutuhkan melakukan audit ?

7. Apa saja tugas pokok dokter di puskesmas ?

8. Jelaskan faktor risiko dan faktor penyebab meningkatnya angka

kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) !

9. Apa saja klasifikasi kematian maternal dan perinatal ?

10. Bagaimana upaya penanggulangan dan pencegahan AKI dan

AKB ?

11. Bagaimana penanganan kehamilan berisiko tinggi ?

III. Brain Storming

1. Jelaskan tentang kehamilan pada remaja !

Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita usia

antara 14–19 tahun baik melalui proses pra nikah atau nikah. Hamil di

luar nikah yang terjadi pada remaja di Indonesia yang

pemerintahannya tidak peduli dengan masyarakat belum bergerak

secara signifikan dalam masalah ini, akan menimbulkan hal-hal yang

lebih besar di kemudian hari. Hal masa depan pun menjadi masalah

misalnya malu terhadap teman, lingkungan dan juga masa remaja yang

sudah musnah. Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah

berat. Pasalnya, emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang.

6
Sementara kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat

dalam kandungan, adanya rasa penolakan secara emosional ketika si

ibu mengandung bayinya. (Ubaydillah, 2000).

Hal-hal yang mengakibatkan terjadinya kehamilan remaja

kurangnya pengetahuan mengenai hubungan seksual. Dari jumlah

remaja yang hamil pada pranikah dapat disimpulkan bahwa banyak

remaja masih minim pengetahuannya akan hubungan seksual.

pengetahuan yang setenga-tengah justru tidak hanya mendorong

remaja untuk mencoba-coba, tapi juga menimbilkan salah presepsi Hal

yang mengakibatkan terjadinya kehamilan remaja diantaranya adalah :

a) Orang Tua

Perhatian dan peran orang tua amat berpengaruh besar

terhadap perkembangan mental dan kejiwaan sianak. Anak yang

tidak merasakan ketentraman didalam keluarganya akan cenderung

mencari ketentraman diluar dengan berbagai cara, ada kalanya

mereka melakukan hal-hal yang banyak diantaranya yang

cenderung melakukan hal –hal negative sebagai bentuk kesalahan

mereka terhadap orang tuanya.

b) Teman, Tetangga dan Media.

Pergaulan yang salah serta penyampaian dan

penyalahgunaan dari media elektronik yang salah. Dapat membuat

para remaja berpikiran bahwa seks bukanlah hal yang tabu lagi tapi

7
merupakan sesuatu yang lazim Semakin majunya IPTEK membuat

para remaja semakin mudah untuk mendapatrkan informasi-

informasi mengenai seks dan apabila hal ini tidak didasari dengan

perkembangan mental yang kuat maka dapat membuat para remaja

terjerumus kearah pergaulan yang salah dan sehingga terciptalah

perbuatan-perbuatan yang tidak sesyuai dengan norma dan agama

yang berlaku.

c) Pengetahuan Yang Minim

Pengetahuan yang minimum,Ditambah Rasa Ingin Tahu

Yang Berlebihan.Pengetahuan seksual yang setengah-setengah

mendorong gairah seksual sehingga tidak bisa dikendalikan. Hal

ini akan meningkatkan resiko dampak negatif seksual. Dalam

keadaan orang tua yang tidak terbuka mengenai masalah seksual,

remaja akan mencari informasi tersebut dari sumber yang lain,

teman-teman sebaya, buku, majalah, internet, video atau blue film.

Mereka sendiri belum dapat memilih mana yang baik dan perlu

dilihat atau mana yang harus dihindari.

d) Perubahan Zaman

Pada zaman modern sekarang ini, remaja sedang

dihadapkan pada kondisi sistem-sistem nilai, dan kemudian sistem

nilai tersebut terkikis oleh sistem yang lain yang bertentangan

8
dengan nilai moral dan agama, seperti fashion dan film yang begitu

intensif sehingga remaja dihadapkan ke dalam gaya pergaulan

hidup bebas, termasuk masalah hubungan seks di luar nikah.

e) Perubahan Kadar Hormon

Pada remaja meningkatkan libido atau dorongan seksual

yang membutuhkan penyaluran melalui aktivitas seksual.

f) Semakin Cepatnya Usia Pubertas

Semakin cepatnya usia pubertas (berkaitan dengan tumbuh

kembang remaja), sedangkan pernikahan semakin tertunda akibat

tuntutan kehidupan saat ini menyebabkan “masa-masa tunda

hubungan seksual” menjadi semakin panjang. Jika tidak diberikan

pengarahan yang tepat maka penyaluran seksual yang dipilih

beresiko tinggi.

2. Jelaskan tentang kehamilan yang tidak di inginkan pada remaja !

A. Definisi Kehamilan yang tidak di inginkan (KTD)

Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu

kehamilan yang karena suatu sebab, maka keberadaannya tidak

diinginkan oleh salah satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut.

KTD disebabkan oleh faktor kurangnya pengetahuan yang lengkap

dan benar mengenai proses terjadinya kehamilan dan metode

9
pencegahan kehamilan akibat terjadinya tindak perkosaan dan

kegagalan alat kontrasepsi.

B. Penyebab Kehamilan Tidak Diinginkan

Idealnya, kehamilan terjadi karena memang diharapkan

oleh pasangan. Pada kenyataanya, kehamilan dapat terjadi diluar

rencana dan harapan perempuan, diantaranya terjadi karena :

1. Ibu yang menderita penyakit tertentu

2. Bayi diduga akan lahir cacat

3. Indikasi psikologis, seperti depresi berat, ada konflik batin atau

ketakutan

4. Kehamilan Usia Dini

Kehamilan pada usia dini, di bawah 19 tahun tentu saja berisiko.

Remaja yang hamil, apalagi bila kehamilan tersebut tidak diinginkan,

secara psikologis belum matang, berakibat perawatan diri dan kehamilan

tidak optimal. Kehamilan remaja meningkatkan risiko lahir mati,

kelahiran kurang bulan (premature), bayi berat lahir rendah, risiko

keracunan kehamilan (preeklamsia) 50% lebih tinggi, dan yang pasti

mengurangi kesempatan si ibu mendapatkan pendidikan dan pekerjaan.

Kehamilan usia dini, selain berakibat kurang baik bagi tubuh, juga

berakibat hilangnya kesempatan untuk mendapat pendidikan formal.

Padahal, pendidikan formal yang baik merupakan salah satu syarat

10
(meskipun tidak harus) agar dapat bersaing di masa depan. Alangkah

baiknya jika sekolah-sekolah tetap mau menerima siswa yang hamil, atau

minimalnya memberikan cuti, bukannya mengeluarkan. Alangkah

malangnya siswa yang hamil/menghamili, yang telah mengalami berbagai

masalah yang berat, harus diperberat masalahnya dengan ‘ditutup’ masa

depannya melalui pengeluaran siswa oleh pihak sekolah.

Begitu besarnya kasus kehamilan di luar nikah dikalangan remaja,

yang tidak saja merugikan remaja itu sendiri tapi juga masyarakat karena

kehilangan remaja-remaja potensialnya.

Disamping itu terdapat beberapa resiko medis akibat dari kehamilan pada

usia dini, diantaranya :

1. Rahim (uterus) baru siap melakukan fungsinya setelah umur 20 th,

karena baru pada usia ini fungsi hormonal melewati masa kerjanya yang

maksimal.

2. Sistem hormonal belum stabil maka terjadi ketidakteraturnya

menstruasi hal yang sama terjadi bila remaja tersebut tersebut

mengalami kehamilan ketidakteraturan tersebut membuat kehamilan

menjadi tidak stabil, mudah terjadi perdarahan, terjadilah abortus atau

kematian janin.

3. Terlalu dininya usia kehamilan dan persalinan memperpanjang

kehamilan rentang reproduksi aktif. Hal ini akan meningkatkan resiko

timbulnya kanker leher rahim dikemudian hari.

11
4. Lebih cenderung mengakibatkan anemia.

5. Kehamilan remaja, pada usia 16 tahun jarang menghasilkan bayi yang

sehat.

6. Remaja yang hamil lebih sering keracunan kehamilan seperti mual

muntah yang hebat, TD tinggi, kejang-kejang bahkan kematian.

C. Dampak Yang Timbul

Unwanted pregnancy selalu berkaitan erat dengan praktek

pengguguran kandungan yang tidak aman (unsafe abortion). Wanita yang

tidak menginginkan kehamilan tentu akan berusaha untuk menggugurkan

kandungannya. Seribu satu alasan dikemukakan untuk membujuk tenaga

medis mau menggugurkan kehamilannya, mulai masih sekolah, belum

punya pekerjaan tetap, anak sebelumnya masih kecil, jarak operasi sesar

sebelumnya terlalu dekat, sudah banyak anak, usia sudah tua dan lain-lain.

Lebih sialnya wanita-wanita tersebut kebanyakan harus menghadapi

sendiri sakit dan kebingungan. Gadis-gadis hamil stres ditinggal pacarnya

yang tidak bertanggung jawab. Ibu-ibu kesal saat disalahkan suaminya

kenapa bisa hamil. Padahal, kehamilan tidak mungkin terjadi kalau bukan

‘perbuatan’ kedua belah pihak. Kondisi ini sering menyebabkan

kebingungan, bisa berujung putus asa.

Angka kehamilan yang tidak diinginkan akibat kegagalan KB masih

cukup tinggi, dan 30–50% diantaranya menjalani aborsi tidak aman.

Kondisi ini turut menyumbang tingginya kematian ibu hamil di Indonesia,

yaitu 450 dari 100.000 kelahiran hidup, masih menjadi yang tertinggi di

12
Asia. Pada tahun 2001 PKBI menangani 6000 kasus, 80 persen

diantaranya adalah kehamilan tak diinginkan oleh pasangan yang sudah

menikah. Ini menandakan KTD sudah menjadi masalah sosial. Apabila

fenomena gunung es juga berlaku untuk kasus KTD maka jumlah KTD

keseluruhan akan menjadi berlipat. Sangat logis apabila diperkirakan

bahwa jumlah aborsi di Indonesia adalah 2,5 juta sampai dengan 3 juta per

tahunnya.

Sekitar 2 juta wanita di Indonesia setiap tahun menjalani aborsi. Dari

jumlah tersebut ada sekitar 900 wanita yang melakukan aborsi yang tidak

aman. Sementara itu untuk tindakan aborsi di seluruh dunia tercatat 46 juta

dengan 20 juta diantaranya merupakan aborsi tidak aman. Aborsi tidak

aman ini dilakukan oleh tukang urut, dukun pijat, dukun beranak yang

sangat berbahaya karena penolongnya tidak terlatih atau berkompeten,

dilakukan di tempat yang tidak higienis, peralatan medis tidak tersedia dan

tidak memenuhi standar minimal, serta metode atau prosedur tindakan

aborsi yang dilakukan sangat berbahaya dan tidak dapat

dipertanggungjawabkan secara medis. Akibatnya adalah kematian wanita

akan menjadi salah satu risiko yang didapat dari tindakan aborsi tidak

aman tersebut.

13
3. Apa saja perilaku berisiko pada masa pubertas ?

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) tahun 2012,

masalah-masalah yang dialami anak muda, di antaranya adalah (BKKBN,

2008; Johnson and Malow-Iroff, 2008; CDC, 2012) :

1) perilaku- perilaku yang berkontribusi terhadap tindak kekerasan dan

kecelakaan yang tidak disengaja,

2) penggunaan obat-obatan terlarang dan merokok

3) melakukan hubungan seks yang tidak aman, yang berdampak terhadap

tingginya human immunodeficiency virus/HIV

4) diet yang tidak aman,

5) aktivitas fisik yang tidak adekuat

Remaja lebih rentan berperilaku berisiko disebabkan oleh pengaruh-

pengaruh psikososial, yaitu kemampuan yang terbatas untuk berpikir logis,

kemampuan mengatur emosi yang lemah, serta pengaruh teman sebaya.

4. Jelaskan risiko kehamilan usia muda diluar nikah ?

Pada saat ini banyak sekali menemui kejadian atau kasus kehamilan

pada remaja putri,bahkan kasus tersebut paling banyak dialami pada saat

para remaja putri belum menikah alias hamil di luar nikah. Padahal,

kehamilan di usia muda memiliki resiko yang tinggi , tidak hanya merusak

masa depan remaja yang bersangkutan, tetapi juga sangat berbahaya untuk

kesehatannya.

14
Selain itu juga jika remaja hamil karena hubungan bebas diluar nikah

akan besar kemungkinan anak tidak memiliki orang tuang yang lengkap.

Dan juga bisa menjadi beban mental untuk ibunya dan aib bagi

keluarganya.

Kehamilan di bawah umur memuat risiko yang tidak kalah berat.

Pasalnya, emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara

kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan,

adanya rasa penolakan secara emosional ketika si ibu mengandung

bayinya. (Chariroh 2004).

Mengapa beresiko untuk kesehatan? , Di karenakan perempuan yang

belum dewasa, memiliki organ reproduksi yang belum kuat untuk

berhubungan intim dan melahirkan, sehingga gadis dibawah umur

memiliki resiko 4 kali lipat mengalami luka serius dan meninggal akibat

melahirkan.

Berikut ini resiko atau bahaya yang mengancam gadis dibawah umur saat

hamil di usia muda (Di bawah 20 tahun) :

1. Secara ilmu kedokteran ,organ reproduksi untuk gadis dengan umur

dibawah 20 tahun ia belum siap untuk berhubungan seks atau

mengandung, sehingga jika terjadi kehamilan berisiko mengalami

tekanan darah tinggi (karena tubuhnya tidak kuat). Kondisi ini

biasanya tidak terdeteksi pada tahap-tahap awal, tapi nantinya

menyebabkan kejang-kejang, perdarahan bahkan kematian pada ibu

atau bayinya.

15
2. Kondisi sel telur pada gadis dibawah 20 tahun , belum begitu

sempurna, sehingga dikhawatirkan bayi yang dilahirkan mengalami

cacat fisik.

3. Berisiko mengalami kanker serviks (kanker leher rahim), karena

semakin muda usia pertama kali seseorang berhubungan seks, maka

semakin besar risiko daerah reproduksi terkontaminasi virus.

Beberapa risiko medis lain yang kemungkinan akan dialami, diantaranya :

1. Kurangnya perawatan kehamilan

Remaja perempuan yang sedang hamil, terutama jika tidak memiliki

dukungan dari orang tua, dapat berada pada risiko tidak mendapatkan

perawatan kehamilan yang memadai. Kehamilannya menjadi genting,

terutama pada bulan-bulan pertama kehamilan.

2. Keguguran

Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja.

misalnya : karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran

yang sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat

menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka

kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat

menimbulkan kemandulan.

16
3. Tekanan darah tinggi

Remaja perempuan yang hamil memiliki risiko lebih tinggi terkena

tekanan darah tinggi dibandingkan dengan wanita hamil yang berusia

20-30 tahun. Kondisi tersebut disebut dengan pregnancy-induced

hypertension. Remaja perempuan yang hamil juga memiliki risiko

lebih tinggi dari preeklamsia. Preeklamsia merupakan kondisi medis

berbahaya yang merupakan komninasi dari tekanan darah tinggi

dengan kelebihan protein dalam urin, pembengkakan tangan dan

wajah, serta kerusakan organ.

4. Kelahiran premature

Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan

bawaan. Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi

terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat

badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang

dan juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun. cacat bawaan

dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan,

pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan

(ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat

bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses

pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan

(gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat

perutnya sendiri. Ibu yang hamil pada usia muda biasanya

17
pengetahuannya akan gizi masih kurang, sehingga akan berakibat

kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan

demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur,

berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.

5. Berat lahir bayi rendah

Remaja perempuan yang hamil berisiko lebih tinggi untuk melahirkan

bayi dengan berat badan yang rendah. Hal tersebut karena bayi

memiliki waktu yang kurang dalam rahim untuk tumbuh. Bayi lahir

dengan berat badan rendah biasanya memiliki berat badan sekitar

1.500-2.500 gram.

6. Penyakit menular seksual (PMS)

Untuk remaja yang berhubungan seks selama kehamilan, penyakit

menular seksual seperti klamidia dan HIV adalah perhatian utama.

PMS ini dapat naik melalui serviks dan menginfeksi rahim dan

pertumbuhan bayi.

7. Anemia kehamilan / kekurangan zat besi.

Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan

kurang pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia

muda.karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami

anemia. tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk

18
meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah

janin dan plasenta.lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah

merah akan menjadi anemis.

8. Depresi postpartum

Remaja perempuan yang hamil mungkin lebih berisiko mengalami

depresi postpartum, yaitu depresi yang dimulai setelah melahirkan

bayi. Remaja perempuan yang merasa down dan sedih, baik saat hamil

atau setelah melahirkan, harus berbicara secara terbuka dengan dokter

atau orang lain yang mereka percaya. Depresi dapat mengganggu

merawat bayi yang baru lahir.

9. Merasa sendirian dan terkucilkan

Khusus untuk remaja yang berpikir tidak dapat memberitahu orang

tuanya bahwa sedang hamil, merasa takut, terisolasi, dan merasa

sendiri dapat menjadi masalah nyata.

10. Kematian ibu yang tinggi.

Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena

perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena gugur

kandung juga cukup tinggi.yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga

non profesional (dukun).

19
Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara lain :

A. Risiko bagi ibunya :

1. Mengalami perdarahan.

Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena

otot rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi. selain itu juga

disebabkan selaput ketuban stosel (bekuan darah yang tertinggal

didalam rahim).kemudian proses pembekuan darah yang lambat dan

juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir.

2. Kemungkinan keguguran / abortus.

Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran.

hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga abortus yang

disengaja, baik dengan obat-obatan maupun memakai alat.

3. Persalinan yang lama dan sulit.

Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun

janin.penyebab dari persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan

letak janin, kelainan panggul, kelaina kekuatan his dan mengejan serta

pimpinan persalinan yang salahKematian ibu.

4. Kematian pada saat melahirkan yang disebabkan oleh perdarahan dan

infeksi.

20
B. Dari bayinya :

1. Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan.

Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). hal

ini terjadi karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan

berkurang.

2. Berat badan lahir rendah (BBLR).

Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram.

kebanyakan hal ini dipengaruhi kurangnya gizi saat hamil, umur ibu

saat hamil kurang dari 20 tahun. dapat juga dipengaruhi penyakit

menahun yang diderita oleh ibu hamil.

3. Cacat bawaan.

Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat

pertumbuhan.hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya

kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus rubela serta faktor gizi

dan kelainan hormon.

4. Kematian bayi

Kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau

kematian perinatal.yang disebabkan berat badan kurang dari 2.500

gram, kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), kelahiran

kongenital serta lahir dengan asfiksia (Wilopo, 2009).

21
5. Jelaskan apa saja yang dapat menyebabkan keguguran dan obat-obat

yang dapat menyebabkan keguguran ?

Penyebab keguguran (abortus) antara lain :

1. Kelainan kromosom

Kondisi ini disebabkan adanya kerusakan pada sel telur atau sperma

sehingga kromosom tidak dicetak dengan benar. Embrio yang

dihasilkan jadi memiliki kelainan kromosom. Biasanya pasangan yang

2 kali atau lebih berturut-turut mengalami keguguran disarankan

melakukan tes medis untuk ini.

2. Kelainan rahim dan leher rahim yang lemah

Jika bentuk rahim abnormal maka embrio tidak bisa tumbuh atau tidak

mendapatkan makanan yang dibutuhkan sehingga tak dapat bertahan

hidup. Umumnya kelainan rahim ini mempengaruhi sekitar 10 persen

kasus keguguran.

Sedangkan leher rahim yang lemah juga membuat rahim tidak kuat

menahan janin yang semakin hari tumbuh membesar, ketika serviks

melemah maka janin bisa mengalami keguguran.

3. Gangguan sistem kekebalan tubuh (imunologi)

Pada beberapa kasus tubuh perempuan kadang menganggap sperma

sebagai benda asing, sehingga antibodi di dalam tubuh akan

menyerang jaringan tubuh sendiri termasuk embrio yang dihasilkan.

22
4. Penyakit yang tidak diobati seperti gangguan tiroid atau diabetes tidak

terkontrol

Gangguan tiroid dan diabetes yang tidak terkontrol menyebabkan

lingkungan rahim yang tidak menguntungkan. Dampak dari kondisi ini

adalah membuat embrio sulit untuk bertahan hidup.

5. Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)

Perempuan dengan PCOS memiliki kadar hormon testosteron yang

terlalu tinggi sehingga menyebabkan ovulasi dan menstruasi yang tidak

teratur. PCOS ini menyebabkan resisten insulin yang mencegah

kematangan lapisan endometrium.

6. Adanya infeksi bakteri

Beberapa bakteri bisa meningkatkan risiko keguguran seperti

mycoplasma hominis dan ureaplasma urealyticum yang hidup dalam

saluran alat kelamin laki-laki dan perempuan sehat. Pada perempuan,

infeksi bakteri ini membuat endometrium (lapisan rahim) meradang

sehingga sulit bagi embrio untuk berkembang.

23
7. Gaya hidup merokok, alkohol, narkoba dan racun dari lingkungan

Narkoba seperti nikotin bisa masuk ke plasenta dan mengganggu

suplai darah serta pertumbuhan janin, perokok memiliki risiko 2 kali

lebih tinggi alami keguguran dibanding non-perokok.

Konsumsi 2 minuman alkohol sehari membuat perempuan sulit hamil

dan mengalami keguguran, sedangkan perempuan yang bekerja di

lingkungan tertentu seperti peternakan, kamar operasi dan laboratorium

memiliki risiko keguguran lebih tinggi meski alasannya belum

diketahui.

Obat-Obatan yang dapat menyebabkan keguguran antara lain :

Obat aborsi yang dijual gelap (tanpa resep dokter) sebenarnya

bukanlah obat yang diracik khusus untuk menggugurkan kandungan. Obat

seperti misoprostol diproduksi untuk mengobati tukak lambung (maag).

Namun, diketahui bahwa obat ini bisa memicu kontraksi dan meluruhkan

dinding rahim. Efek tersebut dapat mengakibatkan gugurnya janin dalam

kandungan.

Aborsi dengan obat misoprostol (misalnya merek Cytotec dan Noprostol)

biasanya digunakan saat usia kehamilan di bawah 12 minggu. Dalam

beberapa kasus, misoprostol digunakan bersamaan dengan obat

mifepristone. Namun, mifepristone cenderung sulit didapatkan dan

harganya jauh lebih mahal daripada misoprostol. Hanya dokter dan tenaga

kesehatan yang bisa menentukan apakah obat-obatan tersebut aman

24
dikonsumsi bagi seseorang. Dokter jugalah yang punya pertimbangan

seberapa dosis yang harus digunakan, aturan pemakaian, serta obat-obatan

lain yang harus Anda konsumsi untuk meredakan gejala yang muncul

akibat gugurnya janin. Maka, jika digunakan tanpa anjuran dan

pengawasan dokter, resiko munculnya efek samping yang berbahaya akan

semakin besar.

6. Bagaimana cara melakukan audit kematian maternal perinatal dan

apa saja yg dibutuhkan melakukan audit ?

Pelaksanaan Audit Maternal Perinatal (AMP) terdiri dari tujuh langkah

berurutan yang melibatkan seluruh komponen tim AMP: Tim Manajemen,

Tim Pengkaji, dan Komunitas Pelayanan (Depkes RI, 2010).

a. Langkah 1. Identifikasi kasus kematian dan pelaporan data kematian

Informasi tentang kejadian kematian dapat diperoleh secara formal

maupun informal. Seluruh kematian maternal, perinatal/neonatal

harus dilaporkan kepada tim manajemen AMP.

b. Langkah 2. Registrasi dan Anonimasi

Sekretariat AMP Kabupaten/Kota pada waktu menerima berkas yang

dikirimkan membuat bukti penerima berkas. Bukti penerimaan berkas

itu juga berisi pernyataan komitmen dari tim manajemen AMP untuk

menjaga kerahasiaannya. Registrasi diikuti kegiatan anonimasi, yaitu

25
proses memberikan nomor kode kasus dan menghilangkan seluruh

identitas pasien.

c. Langkah 3. Pemilihan kasus dan pengkajiannya, serta penjadwalan

pengkajian.

Setelah kasus- kasus kematian yang akan dikaji ditetapkan, langkah

selanjutnya adalah memilih pengkaji (internal dan eksternal).

Sekretariat AMP Kabupaten /Kota selanjutnya menyusun jadwal

pelaksanaan pertemuan pengkaji.

d. Langkah 4. Penggandaan dan pengiriman bahan kajian

Bahan kajian yang telah dinyatakan lengkap, kemudian digandakan

untuk arsip dan dikirim kepada pengkaji internal dan eksternal

sehingga dapat diterima beberapa hari sebelum pelaksanaan kajian.

e. Langkah 5. Pertemuan pengkajian kasus

Presentasi kasus oleh para petugas yang terlibat tidak diperkenankan

lagi dilakukan. Sebagai gantinya, data mengenai kasus meninggal

diwakili oleh formulir yang telah diisi selengkap mungkin. Ada tiga

hal yang harus dilakukan oleh tim pengkaji ketika melakukan

pertemuan pengkajian kasus: analisis kematian, klasifikasi penyebab

kematian, penyusunan rekomendasi.

26
f. Langkah 6. Pendataan dan pengolahan hasil kajian

Pertemuan pengkajian kasus diakhiri dengan pendataan hasil kajian,

agar dapat diolah(ditabulasi, dihitung, dan dibandingkan),maka harus

ada kesepakatan tentang data apa saja yang dihasilkan dan dicatat

dari pertemuan AMP.

g. Langkah 7. Pemanfaatan Hasil Kajian

Hasil kajian dapat dimanfaatkan untuk keperluan

pembelajaran/pembinaan ditujukan kepada seluruh komponen

komunitas pelayanan. Untuk keperluan perencanaan, hasil kajian dan

rekomendasi akan didistribusikan oleh sekretariat AMP kepada

seluruh komponen komunitas pelayanan sesuai kebutuhannya. Waktu

pengiriman disesuaikan dengan waktu dilakukannya penyusunan

rencana kerja tahunan pihak – pihak bersangkutan.

Yang dibutuhkan dalam melakukan audit :

Audit maternal perinatal juga dapat berfungsi sebagai alat pemantauan

dan sistem rujukan. Agar fungsi ini berjalan dengan baik, maka

dibutuhkan :

1) Pengisian rekam medis yang lengkap dengan benar di semua tingkat

pelayanan kesehatan.

2) Pelacakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas dengan

cara otopsi verbal, yaitu wawancara kepada keluarga atau orang lain

27
yang mengetahui riwayat penyakit atau gejala serta tindakan yang

diperoleh sebelum penderita meninggal sehingga dapat diketahui

perkiraan sebab kematian.

IV. Rangkuman Permasalahan

Kurangnya edukasi dan


informasi tentang
seksualitas pada remaja
diluar nikah

Masalah kesehatan
pada ibu

Berdampak pada janin


yang ada dalam
kandungan

V. Learning Issue

1. Apa saja tugas pokok dokter di puskesmas ?

2. Jelaskan faktor risiko dan faktor penyebab meningkatnya angka

kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) !

3. Apa saja klasifikasi kematian maternal dan perinatal ?

28
4. Bagaimana upaya penanggulangan dan pencegahan AKI dan AKB ?

5. Bagaimana penanganan kehamilan berisiko tinggi ?

VI. Referensi

Astuti, Maya. 2010. Buku Pintar Kehamilan. Jakarta : EGC

Badudu, Z. 2012. Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan. Bandung: Erlangga.

Chariroh (2004). Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

Perkawinan dan Perceraian Suami Istri Usia Muda di Pasuruan.

Universitas Muhammadiyah Malang.

Depkes RI. 2010. Pedoman Audit Maternal Perinatal (AMP).

Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Depkes RI. 2014. Kematian Maternal dan Perinatal. Pusat Data

Dan Informasi: Kementrian Kesehatan RI

Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC. Hal 891-892.

Pickett G, Hanlon JJ. 1995, Kesehatan Masyarakat Admisnistrasi

dan Praktik 9th ed Trans. Mukti AG. Jakarta: EGC

Rochjati, Poedji. 2011. Skrening Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya :

AUP

Wilopo, S.A (2009). Kita Selamatkan Remaja dari Aborsi

dalam Rangka Pemantapan Keluarga Berkualitas 2019. BKKBN.

29
VII. Pembahasan Learning Issue

1. Apa saja tugas pokok dokter di puskesmas ?

TUGAS POKOK : 1 Melakukan pemeriksaan dan pengobatan penderita

2 Melaksanakan pelayanan kesehatan di Puskesmas secara

kolaborasi sesuai dengan kondisi pasien

3 Melakukan tindakan medis

4 Memberikan pelayanan rujukan

5 Menerima konsultasi tentang pelayanan kesehatan yang

dibutuhkan oleh pasien dan keluarga pasien

6 Memberikan pelayanan surat-surat yang berhubungan

dengan hasil pemeriksaan kesehatan

7 Membina pengelolaan yang berkaitan dengan obat-obatan

(Farmasi) Puskesmas

8 Mengkoordinir pelayanan kesehatan yang dilaksanakan

9 Berkoordinasi lintas program, lintas sektor

10 Menghadiri pertemuan atau rapat terkait dengan pelayanan

kesehatan

11 Meningkatkan upaya kesehatan di lingkungan sekolah

dengan penyuluhan, pembinaan kader UKS

12 Melaksanakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) di

posyandu balita, lansia dan kelompok masyarakat

TUGAS INTEGRASI : 1 Melaksanakan tugas kedinasan lain

30
2 Melaksanakan tugas sebagai Tim Peningkatan Kinerja

Puskesmas

3 Melaksanakan tugas sebagai Komite Mutu Puskesmas

4 Bersama-sama dengan Kepala Puskesmas melaksanakan

fungsi managemen Puskesmas

5 Bertanggungjawab dan melaporkan kegiatan pelayanan

kesehatan yang dilaksanakan kepada Kepala Puskesmas

2. Jelaskan faktor risiko dan faktor penyebab meningkatnya angka

kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) !

Penyebab Kematian Maternal dan Perinatal antara lain :

A. Kematian Maternal

a) Faktor reproduksi meliputi :

1. Usia, Usia paling aman untuk kehamilan dan persalinan adalah

20-30 tahun.

2. Paritas, Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau

dari sudut kematian maternal.

3. Kehamilan tidak di inginkan

B. Komplikasi obstetric

a) Perdarahan pada abortus

Perdarahan pervaginam yang terjadi pada kehamilan trimester I

umumnya disebabkan oleh abortus, dan hanya sebagian kecil

saja karena sebab-sebab lainnya.

31
b) Kehamilan ektopik

Penyakit radang panggul, penyakit hubungan seksual atau

infeksi pada paska abortus sering merupakan factor predisposisi

pada kehamilan ektopik.

c) Perdarahan pada kehamilan trimester III

Penyebab utama perdarahan ini adalah plasenta previe dan

solusio plasenta.

d) Perdarahan post partum

Disebabkan oleh atonia uteri atau sisa plasenta sering

berlangsung sangat banyak dan cepat. renjat an karena

perdarahan banyak segera akan disusul dengan kematian

maternal, jika masalah ini tidak dapat di atasi secara cepat dan

tepat oleh tenaga yang terampil dan fasilitas pelayanan

kesehatan yang memadai.

e) Infeksi nifas

Terjadi pada pertolongan persalinan yang tidak mengindahkan

syarat-syarat asepsis-antisepsis, partus lama, ketuban pecah dini

dan sebagainya.

f) Gestosis

Primipara dan gravida pada usia 35 tahun merupakan kelompok

resiko tinggi untuk gestosis.

g) Distosia

32
Panggung kecil, persalinan pada usia sangat muda, kelainan

presentasi janin, letak lintang dapat menyebabkan timbulnya

distosia.

h) Pengguguran kandungan

Pengguguran kandungan secara illegal, merupakan penyebab

kematian maternal yang penting. Sisa jaringan, serta tindakan

yang tidak steril serta tidak aman secara medis akan berakibat

timbulnya perdarahan dan sepsis.

C. Faktor-faktor pelayanan kesehatan

a) Kurangnya kemudahan untuk pelayanan kesehatan maternal

b) Asuhan medic yang kurang baik

c) Kurangnya tenaga terlatih dan obat-obat penyelamat jiwa.

Penyebab Kematian Perinatal

Sebab utama kematian perinatal di Rumah Sakit Dr.Cipo Mangunkusumo,

Jakarta, ialah :

1. Infeksi

2. Asfiksia neonatorum

3. Trauma kelahiran

4. Cacat bawaan/kelainan kongenital

5. Penyakit yang berhubungan dengan prematuritas dan dismaturitas

6. Imaturitas, dll.

33
3. Apa saja klasifikasi kematian maternal dan perinatal ?

Kematian maternal adalah kematian seorang wanita saat masa hamil

atau dalam 42 hari setelah terminasi kehamilan, terlepas dari durasi dan

lokasi kehamilan, dari setiap penyebab yang berhubungan dengan atau

diperburuk oleh kehamilan atau pengelolaannya, tetapi bukan dari sebab-

sebab kebetulan atau insidental (Depkes RI, 2014).

Klasifikasi kematian maternal ada tiga menurut Manuaba (2007) yaitu

kematian maternal langsung, kematian maternal tidak langsung, dan

kematian nonmaternal.

1. Kematian maternal langsung mencakup kematian maternal akibat

penyulit obstetri pada kehamilan, persalinan, atau masa nifas, dan

akibat dari intervensi, kelalaian, kesalahan terapi, atau rangkaian

kejadian yang disebabkan oleh faktor-faktor tersebut. Contohnya

adalah kematian maternal akibat perdarahan karena ruptur uteri.

2. Kematian maternal tidak langsung mencakup kematian maternal yang

tidak secara langsung disebabkan oleh kausa obstetri, melainkan

akibat penyakit yang sudah ada sebelumnya (seperti malaria, anemia,

HIV/AIDS, dan penyakit kardiovaskular) atau suatu penyakit yang

timbul saat hamil, melahirkan, atau masa nifas, tetapi diperberat oleh

adaptasi fisiologis maternal terhadap kehamilannya. Contohnya adalah

kematian maternal akibat penyulit stenosis mitral.

34
3. Kematian non maternal adalah kematian maternal yang terjadi akibat

kecelakaan atau kausa insidental yang tidak berkaitan dengan

kehamilan. Contohnya adalah kematian akibat kecelakaan lalu lintas.

Kematian perinatal adalah kematian bayi sejak berumur 28 minggu

dalam uterus, kematian baru lahir sampai kematian bayi yang berumur 7

hari di luar kandungan (Depkes RI, 2014).

4. Bagaimana upaya penanggulangan dan pencegahan AKI dan AKB ?

A. Upaya menurunkan Angka Kematian Ibu

Telah banyak upaya yang dilakukan dalam menurunkan AKI dan

AKB. Upaya tersebut diantaranya adalah mulai tahun 1987 telah

dimulai program safe motherhood dan mulai tahun 2001 telah

dilancarkan Rencana Strategi Nasional making pregnancy safer

(MPS). Adapun pesan kunci MPS adalah :

1. Setiap persalinan, ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih

2. Setiap komplikasi Obstetri dan neonatal mendapatkan pelayanan

yang adekuat

3. Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan

kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi

keguguran.

35
B. Upaya penanggulangan Angka Kematian Ibu saat ini :

a. Dibentuknya AMP di puskesmas

Audit Maternal Perinatal (AMP) menurut Departemen Kesehatan

adalah suatu kegiatan untuk menelusuri kembali sebab kesakitan

dan kematian ibu dan perinatal dengan tujuan mencegah

kesakitan dan kematian yang akan datang. AMP merupakan

suatu investigasi kualitatif mendalam mengenai penyebab dan

situasi di seputar kematian maternal dan perinatal atau neonatal

baik yang ditangani di fasilitas kesehatan termasuk bidan di desa

atau bidan praktek swasta secara mandiri, maupun di rumah.

Dari kegiatan ini dapat ditentukan :

1. Sebab dan faktor-faktor terkait dalam kesakitan / kematian

ibu dan perinatal

2. Tempat dan alasan berbagi sistem dan program gagal dalam

mencegah kematian

3. Jenis intervensi yang dibutuhkan

Dasar terjadinya kematian dan kesakitan maternal dan

perinatal/neonatal seharusnya dapat diungkap tanpa harus

membuka identitas pihak yang terkait kepada asesor. Adapun

umpan balik untuk kepentingan pembelajaran, pembinaan, dan

perbaikan tetap dapat diberikan kepada pihak yang bersangkutan

karena identitas pihak yang terkait diketahui oleh Koordinator

AMP Kabupaten/Kota.

36
b. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED)

Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) adalah

pelayanan untuk menanggulangi kasus kegawatdaruratan obstetri

dan neonatal yang terjadi pada ibu hamil, ibu bersalin maupun

ibu dalam masa nifas dengan komplikasi obstetri yang

mengancam jiwa ibu maupun janinnya. PONED merupakan

upaya pemerintah dalam menanggulangi Angka Kematian Ibu

(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yang

masih tinggi dibandingkan di Negara-negara Asean lainnya.

Pelayanan obstetri dan neonatal regional merupakan upaya

penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu

dalam bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi

Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit dan Pelayanan Obstetri

Neonatal Emergency Dasar (PONED) di tingkat Puskesmas.

Puskesmas PONED adalah puskesmas yang memiliki fasilitas

dan kemampuan memberikan pelayanan untuk menanggulangi

kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal selama 24 jam.

Sebuah Puskesmas PONED harus memenuhi standar yang

meliputi standar administrasi dan manajemen, fasilitas bangunan

atau ruangan, peralatan dan obat-obatan, tenaga kesehatan dan

fasilitas penunjang lain. Puskesmas PONED juga harus mampu

memberikan pelayanan yang meliputi penanganan preeklampsi,

eklampsi, perdarahan, sepsis, sepsis neonatorum, asfiksia,

37
kejang, ikterus, hipoglikemia, hipotermi, tetanus neonatorum,

trauma lahir, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), sindroma

gangguan pernapasan dan kelainan kongenital.

Alur pelayanan puskesmas PONED, setiap kasus emergensi yang

datang di setiap puskesmas mampu PONED harus langsung

ditangani, setelah itu baru melakukan pengurusan administrasi

(pendaftaran, pembayaran alur pasien). Pelayanan yang diberikan

harus mengikuti Prosedur Tetap (PROTAP).

Pelayanan yang Diberikan Puskesmas PONED :

Puskesmas PONED harus memiliki tenaga kesehatan yang telah

dilatih PONED yaitu TIM PONED (Dokter dan 2 Paramedis).

Pelayanan yang dapat diberikan puskesmas PONED yaitu

pelayanan dalam menangani kegawatdaruratan ibu dan bayi

meliputi kemampuan untuk menangani dan merujuk :

1. Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia)

2. Tindakan pertolongan Distosia Bahu dan Ekstraksi Vakum

pada Pertolongan Persalinan

3. Perdarahan post partum

4. infeksi nifas

5. BBLR dan Hipotermi, Hipoglekimia, Ikterus,

Hiperbilirubinemia, masalah pemberian minum pada bayi

6. Asfiksia pada bayi

38
7. Gangguan nafas pada bayi

8. Kejang pada bayi baru lahir

9. Infeksi neonatal

10. Persiapan umum sebelum tindakan kedaruratan Obstetri –

Neonatal antara lain Kewaspadaan Universal Standar.

c. Gerakan Sayang Ibu (GSI)

Gerakan Sayang Ibu (GSI) merupakan upaya untuk

meningkatkan pemberdayaan perempuan dan mempercepat

penurunan angka kematian ibu dan bayi yang masih tinggi dan

merupakan gerakan masyarakat bekerja sama dengan

pemerintah. Dengan demikian, yang dimaksud dengan GSI

adalah suatu gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat bekerja

sama dengan pemerintah untuk meningkatkan perbaikan kualitas

hidup perempuan (sebagai sumber daya manusia) melalui

berbagai kegiatan yang mempunyai dampak terhadap upaya

penurunan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan, dan

nifas, serta kematian bayi.

GSI yang kegiatannya ditunjang oleh Tim Pokja dan Tim Satgas

GSI diarahkan agar mampu mendorong masyarakat untuk

berperan aktif dan mengembangkan potensinya dengan

melahirkan ide-ide kreatif dalam melaksanakan GSI di

daerahnya. Kegiatan-kegiatanya antara lain :

39
1. Melaksanakan pendataan ibu hamil, memberikan kode-kode

terten tu untuk memberi tanda bagi ibu hamil beresiko

tinggi (tanda biru), untuk yang normal diberi tanda kuning.

Ini pertama kali dikembangkan di Sumatera Selatan, lalu

dikembangkan di daerah lain.

2. Melaksanakan kegiatan KIE (Komunikasi, Informasi,

Edukasi), melalui pengajian dan penyuluhan bagi calon

pengantin, bisa juga dikembangkan dalam bentuk nyanyian,

tarian, operet, puisi sayang ibu. Hendaknya juga didukung

oleh para Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB),

Petugas Depag, Dinas Kesehatan dan sebagainya.

3. Menyediakan Pondok Sayang Ibu. Ide ini pertama kali

dicetuskan di Lampung.

4. Menggalang Dana Bersalin (Arlin) dari masyarakat sebagai

bentuk kepedulian.

5. Menggalang sumbangan donor darah untuk membantu

persalinan.

6. Menyediakan Ambulans Desa, bisa berupa becak, mobil

roda empat milik warga yang dipinjamkan.

d. Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K)

Pemerintah telah melakukan upaya penurunan jumlah kematian

ibu dan bayi dengan meningkatkan cakupan maupun kualitas

pelayanan. Peningkatan kemampuan tenaga kesehatan pada

40
Puskesmas Rawat Inap dengan PONED di wujudkan untuk

menanggulangi permasalahan dan kondisi kematian ibu dengan

“penyebab langsung.” Sedangkan Program Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) diharapkan

mampu menyelesaikan masalah atau kondisi ”tidak langsung”

yang menyebabkan ibu dan bayi meninggal.

Kementerian Kesehatan RI telah meluncurkan Program

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

dengan stiker yang telah terbukti mampu meningkatkan secara

signifikan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

dan Buku KIA sebagai informasi dan pencatatan keluarga yang

mampu meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan ibu, bayi,

dan balita. Dengan tercatatnya ibu hamil secara tepat dan akurat

serta dipantau secara intensif oleh tenaga kesehatan dan kader di

wilayah tersebut, maka setiap kehamilan sampai persalinan dan

nifas diharapkan dapat berjalan dengan aman dan selamat.

Manfaat dari P4K adalah meningkatkan cakupan dan kualitas

pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin. Ibu nifas dan bayi

baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan

masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan

persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan

dan bayi baru lahir bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang

41
sehat. Dengan sasaran semua ibu hamil yang ada di wilayah

tersebut.

C. Upaya pencegahan Angka Kematian Bayi

Angka kematian bayi baru lahir dapat dicegah dengan intervensi

lingkungan dan perilaku. Upaya penyehatan lingkungan seperti

penyediaan air minum, fasilitas sanitasi dan higienitas yang memadai,

serta pengendalian pencemaran udara mampu meredam jumlah bayi

meninggal. “Untuk itu pemerintah tidak lelah mengampanyekan

pentingnya upaya kesehatan lingkungan dan perilaku hidup sehat”.

Perawatan sederhana seperti pemberian air susu ibu (ASI) dapat

menekan AKB. Telah terbukti, pemberian ASI eksklusif dapat

mencegah 13% kematian bayi dan bahkan 19/0 jika dikombinasikan

dengan makanan tambahan bayi setelah usia 6 bulan.

D. Upaya penanggulangan Angka Kematian Bayi

Dari gambaran penyakit penyebab kematian neonatal di Indonesia,

dan permasalahan kesehatan neonatal yang kompleks dimana

dipengaruhi oleh faktor medis, sosial dan budaya (sama dengan

permasalahan kesehatan maternal) maka :

1. Bidan di desa atau petugas kesehatan harus mampu melakukan :

a) Perawatan terhadap bayi neonatal

b) Promosi perawatan bayi neonatal kepada ibunya

42
c) Pertolongan pertama bayi neonatal yang mengalami

gangguan atau sakit.

2. Kepala puskesmas dan jajarannya mempunyai komitmen yang

tinggi dalam melaksanakan :

a) Deteksi dan penanganan bayi neonatal sakit

b) Persalinan yang ditolong/didampingi oleh tenaga kesehatan

c) Pembinaan bidan di desa dan pondok bersalin di desa

d) PONED dengan baik dan lengkap (obat, infus, alat-alat

emergensi)

e) Organisasi transportasi untuk kasus rujukan

3. Kepala Dinkes Dati II dan atau RS Dati II dan jajarannya

mempunyai komitmen yang tinggi dalam melaksanakan :

a) Fungsi RS Dati II sebagai PONEK 24 jam

b) Sistem yang tertata sehingga memberi kesempatan kepada

keluarga bayi neonatal dari golongan tidak mampu untuk

mendapatkan pelayanan standar, termasuk pertolongan

gawat darurat di RS Dati II dengan biaya terjangkau

c) Pelayanan berkualitas yang berkesinambungan

d) Pembinaan teknis profesi kebidanan untuk bidan yang

bekerja Puskesmas/desa melalui pelatihan, penyegaran

pengetahuan dan keterampilan, penanganan kasus rujukan.

4. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan

neonatal.

43
5. Bagaimana penanganan kehamilan berisiko tinggi ?

Semakin dini masalah dideteksi, semakin baik penanganan yang dapat

diberikan bagi kesehatan ibu hamil maupun bayi.Juga harus diperhatikan

bahwa pada beberapa kehamilan dapat mulai dengan normal, tetapi

mendapatkan masalah kemudian.Oleh karenanya sangat penting bagi

setiap ibu hamil untuk melakukan ANC atau pemeriksaan kehamilan

secara teratur, yang bermanfaat untuk memonitor kesehatan ibu hamil dan

bayinya, sehingga bila terdapat permasalahan dapat diketahui secepatnya

dan diatasi sedini mungkin. Juga hiduplah dengan cara yang sehat (hindari

rokok, alcohol, dll),serta makan makanan yang bergizi sesuai kebutuhan

anda selama kehamilan.

Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah dengan pemeriksaan dan

pengawasan kehamilan yaitu deteksi dini ibu hamil risiko tinggi atau

komplikasi kebidanan yang lebih difokuskan pada keadaan yang

menyebabkan kematian ibu.Pengawasan antenatal menyertai kehamilan

secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-

langkah dalam persiapan persalinan.Diketahui bahwa janin dalam

rahim dan ibunya merupakan satu kesatuan yang saling

mengerti.Pengawasan antenatal sebaiknya dilakukan secara teratur

selama hamil. Oleh WHO dianjurkan pemeriksaan antenatal minimal 4

kali dengan 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali

pada trimester III (Rumus l-l, 2-l, 3-2).

44
Adapun tujuan pengawasan antenatal adalah diketahuinya secara dini,

keadaan risiko tinggi ibu dan janin, sehingga dapat :

1. Melakukan pengawasan yang lebih intesif

2. Memberikan pengobatan sehingga risikonya dapat dikendalikan

3. Melakukan rujukan untuk mendapatkan tindakan yang adekuat

4. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu. (Manuaba, 1998)

Tujuan Kunjungan Ulang :

a. Kunjungan 1, hingga usia kehamilan 16 minggu dilakukan untuk :

1. Penapisan dan pengobatan anemia

2. Perencanaan persalinan

3. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya

b. Kunjungan II (24-28 minggu ) dan kunjungan III (32 minggu)

dilakukan untuk :

1. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya

2. Penapisan pre-eklampsi; gemelli, infeksi alat reproduksi dan

saluran perkemihan

3. Mengulang perencanaan persalinan

c. Kunjungan IV (36 minggu sampai lahir)

1. Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III

2. Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi

3. Memantapkan rencana persalinan

4. Mengenali tanda-tanda persalinan

45
A. Upaya Pencegahan

Usaha untuk pencegahan penyakit kehamilan dan persalinan tergantung

pada berbagai faktor dan tidak semata-mata tergantung dari sudut medis atau

kesehatan saja.Faktor sosial ekonomi juga sangat berpengaruh. Karena pada

umumnya seseorang dengan keadaan sosial ekonomi rendah tidak akan

terlepas dari kemiskinan, dan ketidaktahuan sehingga mempunyai

kecenderungan untuk menikah pada usia muda dan tidak berpartisipasi dalam

keluarga berencana.

Disamping itu keadaan sosial ekonomi yang rendah juga akan

megakibatkangizi ibu dan perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan yang

jelek. Transportasi yang baik disertai dengan ketersediaannya pusat-pusat

pelayanan yang bermutu akan dapat melayani ibu hamil untuk mendapatkan

asuhan anenatal yang baik, cakupannya luas, dan jumlah pemeriksaan yang

cukup.

Di negara maju setiap wanita hamil memeriksakan diri sekitar 15 kali

selama kehamilannya. Sedangkan di Indonesia pada kehamilan resiko rendah

dianggapcukup bila memeriksakan diri 4-5 kali. Jadi secara garis besar dapat

disimpulkan bahwa usaha yang dapat dilakukan untuk pencegahan penyulit

pada kehamilan dan persalinan adalah :

1. Asuhan antenatal yang baik dan bermutu bagi setiap wanita hamil.

2. Peningkatan pelayanan, jaringan pelayanan dan sistem rujukan kesehatan.

3. Peningkatan pelayanan gawat darurat sampai ke lini terdepan.

46
4. Peningkatan status wanita baik dalam pendidikan, gizi, masalah kesehatan

wanita dan reproduksi dan peningkatan status sosial ekonominya.

5. Menurunkan tingkat fertilitas yang tinggi melalui program keluarga

berencana.

Risiko terjadinya 4 Terlambat 3 Terlalu

A. Pengertian

Empat terlalu adalah hamil terlalu muda (primi muda) usia ibu < 20

tahun, hamil/ bersalin terlalu tua (grande multi) usia ibu > 35 tahun, terlalu

dekat jarak kehamilan atau persalinannya < dari 2 tahun, dan terlalu banyak

anak (anak lebih dari 4).

I. Resiko 4 Terlalu

1. Terlalu Muda (Primi Muda)

Terlalu Muda (Primi Muda) adalah ibu hamil pertama pada usia kurang

dari 20 tahun. Dimana kondisi panggul belum berkembang secara optimal

dan kondisi mental yang belum siapmenghadapi kehamilan dan

menjalankan peran sebagai ibu (BKKBN, 2007:4)

Risiko yang dapat terjadi pada kehamilan terlalu muda (primi muda)

adalah :

1) Bayi lahir belum cukup bulan

2) Perdarahan dapat terjadi sebelum bayi lahir

3) Perdarahan dapat terjadi setelah bayi lahir

47
2. Terlalu Tua (Primi Tua)

Terlalu Tua (Primi Tua) adalah ibu hamil pertama pada usia ≥ 35 tahun.

Pada usia ini organ kandungan menua, jalan lahir tambah kaku, ada

kemungkinan besar ibu hamil mendapat anak cacat, terjadi persalinan

macet dan perdarahan.

Risiko yang dapat terjadi pada kehamilan terlalu tua(primi tua ≥ 35 tahun)

adalah :

1. Hipertensi/tekanan darah tinggi

2. Pre-eklamspsi

3. Ketuban pecah dini: yaitu ketuban pecah sebelum persalinan dimulai

4. Persalinan macet: ibu yang mengejan lebih dari 1 jam, bayi tidak dapat

lahir dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan lahir biasa.

5. Perdarahan setelah bayi lahir

6. Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah/BBLR < 2500gr

3. Terlalu Dekat Jarak Kehamilan

Terlalu Dekat Jarak Kehamilan adalah jarak antara kehamilan satu dengan

berikutnya kurang dari 2 tahun (24 bulan). Kondisi rahim ibu belum pulih,

waktu ibu untuk menyusui dan merawat bayi kurang.

Risiko yang mungkin terjadi pada kehamilan jarak dekat adalah :

1. Keguguran

2. Anemia

3. Bayi lahir belum waktunya

48
4. Berat badan lahir rendah (BBLR)

5. Cacat bawaan

6. Tidak optimalnya tumbuh kembang balita

4. Terlalu Banyak Anak (Grande Multi)

Terlalu Banyak Anak (Grande Multi) adalah ibu pernah hamil atau

melahirkan lebih dari 4 kali atau lebih. Kemungkinan akan di temui

kesehatan yang terganggu, kekendoran pada dinding perut, tampak pada

ibu dengan perut yang menggantung.

Risiko yang dapat terjadi pada kehamilan terlalu banyak anak (4 kali

melahirkan) adalah :

1. Kelainan letak, persalinan letak lintang

2. Robekan rahim pada kelainan letak lintang

3. Persalinan lama

4. Perdarahan pasca persalinan

II. Resiko 3 Terlambat

Jika kondisi ibu semakin memburuk ketika penyakit yang dideritanya saat

hamil menjadi komplikasi, dan ada faktor lain selain obstetrik, yaitu faktor

eksternal seperti pendidikan, sosial ekonomi, kultur dan geografis. Yang

disebut dengan istilah "tiga terlambat"

1. Terlambat Merujuk, disebabkan karena terlambat dalam mengenali

tanda bahaya kehamilan dan persalinan, terlambat mengambil

49
keputusan. Biasanya disebabkan oleh taraf pendidikan yang rendah,

sehingga cenderung dibiarkan dan tidak dibawa untuk diperiksa ke

Bidan/dokter.

2. Terlambat Sampai ke Rumah sakit, yang dimulai dengan diskusi yang

terlalu lama sehingga terlambat mengambil keputusan, yang akhirnya

terlambat sampai ke Rumah Sakit. Faktor keterlambatan ini dapat pula

karena kondisi ekonomi dan letak geografis yang tidak strategis. Bagi

orang-orang yang tinggal di tempat terpencil, terlambat sampai ini

karena Transportasi ke rumah sakit/puskesmas jauh apalagi jika harus

menyewa kapal untuk menyebrang ke kota.

3. Terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat, karena sudah

terlambat sampai sehingga dalam penanganannya pun terlambat

juga. Kondisi ibu sudah makin melemah, ditambah lagi bila

sesampainya disana, fasilitasnya kurang lengkap atau tenaga medisnya

kurang. Akhirnya benar-benar terlambat ditangani.

50
BAB III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Dari hasil diskusi SGD kelompok III LBM 1 yang berjudul “Kesehatan

Ibu, Anak, dan Remaja” membahas tentang bagaimana pentingnya

memberi edukasi sedini mungkin tentang bahaya malakukan hubungan

seksual pada usia remaja diluar nikah. Untuk mencegah hal tersebut perlu

banyak pihak yang mendukung seperti orang tua, keluarga, pendidikan di

sekolah, di masyarakat dan pemerintah. Seharusnya pemerintah juga lebih

tegas untuk menangani kasus pembelian obat penggugur kandungan bebas

dipasaran, serta dinas kesehatan lebih mengedukasi dukun-dukun beranak

untuk tidak bebas melakukan praktek menggugurkan kandungan.

51
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Maya. 2010. Buku Pintar Kehamilan. Jakarta : EGC

Badudu, Z. 2012. Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan. Bandung: Erlangga.

Chariroh (2004). Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

Perkawinan dan Perceraian Suami Istri Usia Muda di Pasuruan.

Universitas Muhammadiyah Malang.

Depkes RI. 2010. Pedoman Audit Maternal Perinatal (AMP).

Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Depkes RI. 2014. Kematian Maternal dan Perinatal. Pusat Data

Dan Informasi: Kementrian Kesehatan RI

Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC. Hal 891-892.

Pickett G, Hanlon JJ. 1995, Kesehatan Masyarakat Admisnistrasi

dan Praktik 9th ed Trans. Mukti AG. Jakarta: EGC

Rochjati, Poedji. 2011. Skrening Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya :

AUP

Widyantoro, Ninuk. 2009. Memahami Seksualitas dan Kesehatan


Reproduksi Remaja. Jakarta : Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan

Wilopo, S.A (2009). Kita Selamatkan Remaja dari Aborsi

dalam Rangka Pemantapan Keluarga Berkualitas 2019. BKKBN.

52

You might also like