Professional Documents
Culture Documents
KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem yang diterapkan untuk
melalui suatu sistem assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan faktor risiko,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dan tindak lanjut dari insident
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko (Dep Kes RI,
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
Denpasar, 2011).
kesehatannya secara optimal. Oleh karena itu pada saat memberikan asuhan
berinteraksi dengan pasien selama 24 jam penuh, karena keselamatan pasien dan
9
10
Dalam upaya pencapaian tujuan keselamatan pasien ini, setiap rumah sakit
berikut:
sakit
person, wrong site, wrong prosedure (Draft SPM RS:100% tidak terjadi
rumah sakit.
11
keselamatan pasien.
adanya hubungan antara (1) lama tinggal/ lengths-of-stay , infeksi saluran kemih,
12
renjatan, atau henti jantung pada pasien-pasien penyakit dalam, dan (2) failure to
rescue , yang didefinisikan sebagai kematian pasien yang disebabkan oleh salah
satu komplikasi yang mengancam kehidupan yaitu pneumonia, renjatan atau henti
jantung, perdarahan saluran pencernaan atas, sepsis atau thrombosis vena dalam
Penelitian yang dilakukan oleh Hickam, et al. (2003) terhadap 115 literatur
menemukan bahwa kejadian merugikan yang paling sering dialami oleh pasien
adalah ulkus dekubitus, infeksi yang diperoleh di rumah sakit dan pasien jatuh.
merugikan yang paling sering dialami oleh pasien sebagai akibat dari kurangnya
saat ini secara terus menerus dikembangkan. Banyak lembaga yang berupaya
1995; Institute of Medicine , 1999, 2001, 2005; Joint Commision, 2007 dalam
Montalvo, 2007). Mulai tahun 2007, WHO Collaborating Center For Patient
Rumah Sakit, yaitu : (1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike,
secara benar saat serah terima pasien, (4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi
tubuh yang benar, (5) Kendalikan cairan elektrolit pekat, (6) Pastikan akurasi
pemberian obat pada pengalihan pelayanan, (7) Hindari salah cateter dan salah
sambung gelamng, (8) Gunakan alat injeksi sekali pakai, dan (9) Tingkatkan
kebersihan tangan unuk pencegahan infeksi nosokomial (WHO, 2007 dalam Tim
semua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
Solutions dari WHO (2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International
dengan sumber manusia (dokter, perawat, dan lain-lain) yang cukup dan telah
bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas
permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara intrinsik
yang menyeluruh.
mengidentifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan yang
lokasi di rumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi yang lain.
Adapun maksud dari sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan
sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan dan kedua
rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code, dan lain-
atau prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi untuk dapat
sedikitnya dua identitas pasien (nama, tanggal lahir atau nomor rekam
medik)
dengan ketentuan biru untuk laki-laki dan merah muda untuk perempuan,
merah untuk pasien yang mengalami alergi dan kuning untuk pasien dengan
produk darah.
tindakan/prosedur.
komunikasi yang efektif antar para pemberi layanan. Komunikasi yang dilakukan
secara efektif, akurat , tepat waktu, lengkap, jelas, dan yang mudah dipahami oleh
pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon. Komunikasi yang
16
mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan
prosedur untuk perintah lisan dan telepon termasuk mencatat perintah yang
perintah membacakan kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan dan
melakukan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca ulang
Selemen penilaian pada sasaran II ini terdiri dari beberapa hal sebagai
berikut:
lisan atau menerima intruksi lewat telepon dan pasang stiker ‟SIGN HERE‟
keadaan pasien kritis, melaksanakan serah terima pasien antara shift (hand
Perhatian
menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, manajemen rumah sakit harus
berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien agar terhindar dari
17
serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang
tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan
atau prosedur juga dapat mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan
elektrolit konsentrat, seperti di IGD atau kamar operasi, serta pemberian label
sengaja/kurang hati-hati.
berikut :
1. Melakukan sosialisasi dan mewaspadai obat Look Like dan Sound Alike
3. Menerapkan agar Obat yang tergolong HIGH ALERT berada di tempat yang
(Benar Instruksi Medikasi, Pasien, Obat, Masa Berlaku Obat, Dosis, Waktu,
Tindakan Operasi
dan tepat- pasien. Salah lokasi, salah pasien, salah prosedur, pada operasi
Kesalahan ini merupakan akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang
dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk
adekuat, penelaahan ulang catatan medis yang kurang tepat, budaya yang tidak
dari WHO Patient Safety (2009), juga di The Joint Commission’s Universal
Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person Surgery.
Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan atas satu
pada tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten
di rumah sakit dan harus dibuat oleh operator yang akan melakukan
tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan
19
harus terlihat sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi operasi dilakukan
pada semua kasus termasuk sisi (laterality), multipel struktur (jari tangan,
dan pasien yang benar; memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging),
hasil pemeriksaan yang relevan tersedia dan diberi label dengan baik serta
tepat. Time out dilakukan di tempat dimana tindakan akan dilakukan, tepat
sebelum tindakan dimulai, dan melibatkan seluruh tim operasi. Rumah sakit
tanda spidol skin marker pada sisi operasi (Surgical Site Marking) yang tepat
dengan cara yang jelas dimengerti dan melibatkan pasien dalam hal ini (Informed
Consent)
risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan yang diberikan. Pencegahan dan
dengan pelayanan kesehatan merupakan hal yang menjadi perhatian besar bagi
kemih, infeksi pada aliran darah dan pneumonia. Pusat dari eliminasi infeksi
ini maupun infeksi-infeksi lain adalah kegiatan cuci tangan (hand hygiene)
yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca di kepustakaan WHO, dan
tangan efektif.
3. Memberikan tanggal dengan menggunakan spidol atau tinta yang jelas setiap
melakukan prosedur invasif (infuse, dower cateter, CVC, WSD, dan lain-lain)
risiko pasien dari cedera karena jatuh. Jumlah kasus jatuh cukup bermakna
sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat inap. Dalam konteks masyarakat
yang dilayani, pelayanan yang disediakan, dan fasilitasnya rumah sakit perlu
risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat
dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.
21
1. Melakukan pengkajian risiko jatuh pada pasien yang dirawat di rumah sakit.
3. Memberikan tanda bila pasien berisiko jatuh dengan gelang warna kuning
hanya terbatas pada litigasi oleh pasien maupun petugas kesehatan, tetapi
dapat digabungkan dari tingkat lokal sampai tingkat nasional dengan menjaga
dalam pengobatan dan perawatan lebih lanjut, dan melibatkan pasien dalam
Keselamatan Pasien Rumah Sakit harus ada beberapa standar yang wajib dimiliki
kesehatan.
penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang
rencana dan hasil pelayanan, pengobatan dan prosedur untuk pasien termasuk
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
keterlibatan pasien yang merupakan patner dalam proses pelayanan. Karena itu di
rumah sakit harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya
tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan
Kriteria:
pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumah
sakit.
seluruh tahap pelayanan transaksi antar unit pelayanan dapat berjalan baik
dan lancar.
konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
Standar IV. Rumah sakit mesti mendesain proses baru atau memperbaiki proses
a. Setiap rumah sakit melakukan proses perencanaan yang baik dengan mengacu
pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien-petugas pelayanan
kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat dan faktor-faktor
lain yang berpotensi resiko bagi pasien sesuai dengan ”Tujuh langkah menuju
b. Setiap rumah sakit melakukan pengumpulan data kinerja antara lain yang
KTD/KNC, dan secara proaktif melakukan evaluasi suatu proses kasus resiko
d. Setiap rumah sakit menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk
pasien terjamin.
KTD/KNC
keselamatan pasien.
keselamatan pasien.
pasien.
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan
dengan insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang
analisis akar masalah (RCA) kejadian pada saat program keselamatan pasien
mulai di laksanakan.
h. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan
disiplin.
i. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan
a. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap
orientasi bagi staf baru yang memuat topik tentang keselamatan paien sesuai
setiap kegiatan inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang
pelaporan insiden.
Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien.
eksternal
a. Man
yang aman, peralatan dan lingkungan perawatan yang aman serta akumulasi
pengetahuan ilmiah yang terintegrasi serta berfokus pada keselamatan pasien yang
2002).
merupakan bagian dari apa yang akan dilakukan perawat. Akan tetapi keselamatan
pasien merupakan perwujudan dari komitmen perawat terhadap kode etik untuk
dukungan terhadap staf serta adanya komunikasi efektif merupakan upaya yang
kesadaran perawat akan tugas dan tanggung jawabnya dalam mendukung tujuan
b. Money
sebagian besar tenaga kerja di rumah sakit adalah tenaga profesional, salah
pesan bahwa kinerja dan kemampuan adalah penting, dan yang ketiga
dengan memperhatikan jenis alat, bahan, ukuran, dan jumlah yang dibutuhkan.
31
d. Methodes
kinerja staf merupakan hal yang sangat penting. Jika dikaitkan dengan mutu dan
target, prosedur kerja, dan penampilan kerja staf melalui fungsi pengendalian dan
pengawasan secara optimal merupakan suatu hal yang sangat penting agar staf
dapat secara konsisten menjaga kualitas kinerjanya yang berorientasi pada mutu
e. Market
hanya diberikan kepada staf rumah sakit, tetapi juga kepada pasien, keluarga,
ini dimaksudkan agar penerapan standar keselamatan pasien menjadi suatu budaya
organisasi yang dapat menggambarkan mutu pelayanan dari rumah sakit tersebut.
2.2.1 Pengertian
Motivasi berasal dari kata motif (motive) yang artinya adalah rangsangan
dorongan dan pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut
sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
seseorang secara optimal, hal ini disebabkan karena motivasi merupakan kondisi
dorongan dan kesukaan yang mendorong individu untuk berperilaku kerja guna
ekstrinsik yang ditampilkan dalam perilaku yng terdiri dari respons instrinsik dan
melakukan atau mencapai sesuatu. Jadi motivasi adalah interaksi instrinsik dan
ekstrinsik yang dapat dilihat dengan adanya perilaku atau penampilan (Sadili,
untuk melakukan sesuatu atau bekerja adalah berfokus pada tiga kebutuhan dasar
atau berprestasi, b) Kebutuhan akan afiliasi atau ikatan hasrat untuk berhubungan
antar pribadi yang ramah dan karib, c) Kebutuhan akan kekuasaan (power)
dikemukan oleh Maslow yaitu : a) fisiologis (rasa lapar, haus, dan kebutuhan
fisik dan emosional) c) sosial (di terima baik, rasa memiliki, kasih sayang)
2. Teori Herzberg
pribadi sesama pegawai, atasan dan bawahan, kondisi lingkungan kerja dan
terdiri dari motif berprestasi, afiliasi dan motif berkausa. Adapun motif tersebut
yaitu dorongan untuk diterima orang lain dan bersatu, pegawai yang bermotif
affiliasinya diterima, diakui dan dihargai orang lain, dan c) motif berkuasa, yaitu
dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk menguasai atau mempengaruhi
orang lain.
Agar seseorang dapat melakukan sesuatu yang diharapkan, maka harus ada
1. Perangsang positif
yang disediakan untuk pegawai yang berprestasi. Rangsangan positif ini dapat
berupa hadiah, pengakuan promosi, dan atau melibatkan pegawai tersebut dalam
2. Perangsang negatif.
menyenangkan berupa hukuman bagi pegawai yang berbuat kesalahan atau tidak
konsisten. Bagi Perawat Komitmen kerja adalah identifikasi kekuatan yang terkait
dengan nilai-nilai dan tujuan untuk memelihara keanggotaan dalam rumah sakit
keterikatan individu terhadap tujuan dan mempunyai keinginan untuk tetap berada
dalam rumah sakit (Mathis dan Jackson, 2001) Komitmen perawat dan bidan
terhadap rumah sakit ditunjukkan dengan prestasi yang lebih baik dengan terlibat
Anggota dan Budaya Kerja terhadap Kinerja Tim Koordinasi, Monitoring, dan
anggota dengan kinerja Tim Kormonev Nasional dengan nilai Uji t 2,300 dan Uji
signifikan komitmen kerja terhadap kinerja (nilai t 0,25 dan P=0,000). Semua
1. Menciptakan rasa aman, suasana kerja yang kondusif serta lakukan promosi
secara regular
terhadap nilai dan tujuan rumah sakit untuk menjaga kesesuaian antara visi
komitmen kerja yang tinggi, perawat menjadi lebih giat bekerja dan mempunyai
motivasi kuat untuk berprestasi. Komitmen kerja juga dapat menumbuhkan rasa
37
kepemilikan terhadap rumah sakit, karena ingin tetap bertahan menjadi anggota
kerja adalah keinginan kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi, kemauan
berusaha dan bekerja keras untuk mencapai tujuan organisasi, keyakinan dan
terhadap visi dan misi rumah sakit, peraturan rumah sakit, asuhan keperawatan,
berikut.
1. Inisiatif
melaksanakan Askep dan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan. Dalam
Pernyataan visi dan misi harus sesuai dengan kebutuhan rumah sakit dan
dan misi rumah sakit. Dalam penelitian ini subvariabel visi dan misi rumah sakit
diukur dengan indikator pemahaman terhadap visi dan misi rumah sakit yang
sudah disosialisasikan kepada perawat dengan dijabarkan visi dan misi rumah
karena ada sanksi bagi yang melanggar. Peraturan dapat berupa tata tertib yang
rumah sakit. Pada penelitian ini subvariabel peraturan rumah sakit diukur dengan
indikator kepatuhan terhadap peraturan rumah sakit yang diterapkan secara adil.
4. Asuhan Keperawatan
bantuan orang lain. Dalam penelitian ini subvariabel Askep diukur dengan
indikator melaksanakan askep sesuai dengan SOP dan menerapkan Askep sesuai
Indikator kinerja klinik adalah variabel yang diukur dengan prestasi kerja
perawat dalam waktu tertentu. Dalam penelitian ini IKK dirumuskan dalam
dan penilaian kinerja perawat yang dikaitkan dengan indikator kinerja klinik.
2.4.1 Pengertian
dalam suatu rumah sakit dan dikelola khusus untuk perawatan pasien dengan
melalui terapi intensif yang menunjang (suport fungsi vital tubuh) pasien tersebut
selama situasi kritis. Terapi suportif dengan obat dan alat meliputi fungsi
bertujuan agar ancaman kematian dapat dikurangi dan harapan sembuh kembali
Fasilitas pelayanan intensif dapaat berupa alat dan obat – obat emergensi,
tempat tidur khusus yaitu tempat tidur pasien yang dapat diatur ketinggian atau
posisi kepala, kaki, dan kemiringan secara mekanis atau elektris. Di atas tempat
exmination lamp, sphygnomanometer, kotak kontak, out let gasdan bed side
monitor.
sakit berat dan kritis yang mengancam jiwa dengan melibatkan tenaga terlatih
pasien.
Indikasi pasien yang dirawat diruang intensif dibagi dalam beberapa prioritas
yaitu :
41
obatan vasoaktif kontinyu dan lain-lain. Contoh pasien kelompok ini antara lain :
pasien ini adalah : pasien yang menderita penyakit dasar jantung paru, atau ginjal
akut dan berat atau yang telah mengalami pembedahan mayor, pasien kelompok 2
Pasien yang termasuk prioritas ini adalah pasien dengan sakit kritis, dan
tidak stabil dimana status kesehatannya baik penyakit yang mendasari maupun
mendapat manfaat dari terapi yang diberikan. Contoh pasien ini adalah pasien
sumbatan jalan nafas, atau pasien menderita penyakit jantung atau paru terminal
terapi intensif untuk mengatasi penyakit akut, tapi usaha terapi mungkin tidak
Indikasi pasien keluar dari ruang intensif juga dibagi dalam beberapa
kriteria :
kebutuhan untuk terapi intensif sudah tidak ada lagi atau bila terapi telah gagal
manfaat dari terapi intensif kontinyu sangat kecil. Misalnya pasien dengan tiga
atau lebih gagal sistem organ yang tidak berespon terhadap pengelolaan agresif.
sudah tidak ada lagi, tetapi mereka mungkin dikeluarkan lebih dini bila
Misalnya pasien dengan penyakit lanjut (penyakit paru kronis, penyakit jantung
atau liver terminal, karsinoma yang telah menyebar luas, dan lain-lain yang telah
tidak berespon terhadap terapi intensif untuk penyakit akutnya, yang prognosis
jangka pendek secara statistik rendah, dan yang tidak ada terapi yang potensial
aksesori lengkap dan baik, dan laik pakai. Dalam memenuhi persyaratan tersebut
g. Ruang ber-AC
dokter spesialis dari berbagai disiplin ilmu, tenaga keperawatan dan tenaga lain
(pekerja kesehatan, tata usaha, tenaga medis non perawatan, teknisi, analis).
44
tingkat dasar yakni perawat dengan pendidikan SPK, Perawat tingkat I yakni
masyarakat, baik sakit maupun sehat , yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia.
mengancam nyawa.
8. Bersikap tanggap dan perhatian terhadap keluhan dan kabutuhan pasien serta
uraian tugas lain sebagaimana perawat pada umumnya. Adapun uraian tugas
yang berlaku.
digunakan.
kemampuannya
9. Membantu pasien untuk latihan gerak (mobilisasi) kepada semua pasien yang
10. Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur secara bergilir sesuai
daftar dinas.
dengan ketentuan.
12. Memindahkan pasien ke ruangan bila pasien sudah stabil atau sesuai indikasi.
14. Melaksanakan serah terima tugas saat pergantian dinas secara tertulis maupun
lisan.
Keselamatan Pasien
pengobatan . Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman (Dep Kes RI, 2006). Keselamatan pasien
merupakan suatu sistem untuk mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
yang seharusnya diambil (TKPRS RSUP Sanglah Denpasar, 2011). Taylor, et al.
optimal. Oleh karena itu pada saat memberikan asuhan keperawatan kepada
Penelitian yang dilakukan oleh Hickam, et al. (2003) terhadap 115 literatur
menemukan bahwa kejadian merugikan yang paling sering dialami oleh pasien
adalah ulkus dekubitus, infeksi yang diperoleh di rumah sakit dan pasien jatuh.
merugikan yang paling sering dialami oleh pasien sebagai akibat dari kurangnya
konsisten. Bagi Perawat Komitmen kerja adalah identifikasi kekuatan yang terkait
dengan nilai-nilai dan tujuan untuk memelihara keanggotaan dalam rumah sakit
keterikatan individu terhadap tujuan dan mempunyai keinginan untuk tetap berada
dalam rumah sakit (Mathis dan Jackson, 2001) Komitmen perawat dan bidan
48
terhadap rumah sakit ditunjukkan dengan prestasi yang lebih baik dengan terlibat
seseorang secara optimal, hal ini di sebabkan karena motivasi merupakan kondisi
kerja guna mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapatkan kepuasan atas
sesuatu. Jadi motivasi adalah interaksi instrinsik dan ekstrinsik yang dapat dilihat
motivasi merupakan kemauan yang kuat untuk berusaha ke tingkat yang lebih
tinggi atau lebih baik untuk mencapai tujuan organisasi, tanpa mengabaikan
melakukan sesuatu atau bekerja adalah berfokus pada tiga kebutuhan dasar yaitu:
berprestasi, b)kebutuhan akan afiliasi atau ikatan hasrat untuk berhubungan antar
pribadi yang ramah dan karib, c) kebutuhan akan kekuasaan (power) kebutuhan
yang mendorong seseorang untuk menguasai atau mendominasi orang lain (Sigit,
komitmen kerja yang tinggi, perawat menjadi lebih giat bekerja dan mempunyai