You are on page 1of 55

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO BUNUH DIRI

1. MASALAH UTAMA
RESIKO BUNUH DIRI (RBD)

2. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien
untuk mengakhiri kehidupannya.
(Ade Herman, 2011)

Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko


untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat
mengancam nyawa.
(Nita Fitria, 2010)

Berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan bunuh diri.


Ada tiga macam perilaku bunuh diri, yaitu:

1. Isyarat bunuh diri


Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak
langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan:
“Tolong jaga anak - anak karena saya akan pergi jauh!” atau
“Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”

Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk


mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan
percobaan bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan
perasaan seperti rasa bersalah / sedih / marah / putus asa / tidak
berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal - hal negatif tentang
diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.

2. Ancaman bunuh diri


Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi
keinginan untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri
kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana
tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh
diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.

Walaupun dalam kondisi ini pasien belum pernah mencoba


bunuh diri, pengawasan ketat harus dilakukan. Kesempatan
sedikit saja dapat dimanfaatkan pasien untuk melaksanakan
rencana bunuh dirinya.
3. Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau
melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini,
pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum
racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat
yang tinggi.

Berdasarkan jenis - jenis bunuh diri diatas dapat dilihat data - data yang
harus dikaji pada tiap jenisnya.

2. Penyebab
1. HDR ( Harga Diri Rendah )
1. Pengertian
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga,
tidak berarti, rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif
terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
(keliat, 2011)

Harga diri rendah situasional merupakan perkembangan


persepsi negatif tentang harga diri sebagai respons
seseorang terhadap situasi yang sedang dialami.
(Wilkinson, 2012).

Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan


tentang diri atau kemampuan diri yang negative terhadap
diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal dalam mencapai keinginan.
(Herman, 2011)

Gangguan harga diri dapat dijabarkan sebagai perasaan


yang negatif terhadap diri sendiri, yang menjadikan
hilangnya rasa percaya diri seseorang karena merasa tidak
mampu dalam mencapai keinginan.
(Fitria, 2009).

2. Tanda dan Gejala


Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 :
20)
 Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit
dan akibat tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu
dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat
terapi sinar pada kanker
 Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini
tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit,
menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri.
 Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa,
saya tidak mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-
apa
 Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri.
Klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka
sendiri.
 Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil
keputusan, misalnya tentang memilih alternatif tindakan.
 Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah
disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin
mengakhiri kehidupan.
 ( Yosep, 2009)

2. Halusinasi
1. Pengertian
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori
yang salah.
( Stuart, 2007)

Halusinasi merupakan gangguan akan perubahan persepsi


sensori dimana klien mempersiapkan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi . Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang
mengalami suatu persepsi melalui panca indra tanpa
stimulus atau persepsi palsu.
( Maramis, 2005).

2. Tanda dan gejala


Gejala dan tanda seseorang yang mengalami halusinasi
adalah :

 Tahap 1 (comforting)
o Tertawa tidak sesuai dengan situasi
o Menggerakkan bibir tanpa bicara
o Bicara lambat
o Diam dan pikiranya dipenuhi pikiran yang
menyenangkan
 Tahap 2 (condemning)
o Cemas
o Konsentrasi menurun
o Ketidakmampuan membedakan realita
 Tahap 3
o Pasien cenderung mengikuti halusinasi
o Kesulitan berhubungan dgn orla
o Perhatian dan konsentrasi menurut
o Afek labil
o Kecemasan berat ( berkeringat, gemetar,
tidak mampu mengikuti petunjuk)
 Tahap 4 (controlling)
o Pasien mengikuti halusinasi
o Pasien tidak mampu mengendalikan diri
o Tidak mampu mengikuti perintah nyata
o Beresiko menciderai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan.

3. Waham
Waham adalah suatu kenyakinan yang dipertahankan secara kuat,
terus menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
(Budi Anna Keliat, 2006).

Gangguan isi pikir dapat diidentifikasi dengan adanya waham.


Waham atau delusi adalah kenyakinan yang salah secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain yang
bertentangan dengan realita normal.
(Stuart dan Sudden, 2004).

4. Tanda dan gejala


1. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya
(tentang agama, kebesaran, curiga, keadaan dirinya)
berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan
2. Klien tampak tidak mempercayai orang lain, curiga,
bermusuhan
3. Takut, kadang panik
4. Tidak tepat menilai lingkungan / realitas
5. Ekspresi tegang, mudah tersinggung
(Nita Fitria, 2009).

3. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala menurut Nita Fitria, 2009 adalah sebagai berikut :
1. Mempunyai ide untuk bunuh diri
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
4. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( biasanya
menjadi sangat patuh)
5. Mempunyai riwayat percobaan bunuh diri
6. Status emosional ( harapan, penolakan, cemas meningkat
dan panik)
7. Kesehatan mental ( secara klinis, klien kelihatan seperti
depresi, menyalahgunakan alkohol)
8. Konflik interpersonal
9. Latar belakang keluarga
10. Menjadi korban perikaku kekerasan
(Nita Fitria, 2009)

4. Akibat
Akibat perilaku bunuh diri adalah cedera atau kematian. Jika perilaku
bunuh diri mengakibatkan kematian maka tindakan yang dilakukan
adalah perawatan jenazah. Cedera yang disebabkan oleh perilaku bunuh
diri sangat dipengauhi oleh cara seseorang melakukan percobaan bunuh
diri, Jika perilaku bunuh diri dilakukan dengan menggantung maka
cedera yang terjadi adalah berupa jejas di leher. Jika minum racun maka
akan terjadi pencederaan di lambung dan saluran pencernaan. Untuk itu
intervensi yang dilakukan juga sangat tergantung dengan cedera yang
terjadi.

5. Jenis Bunuh Diri


1. Anomik
Bunuh diri yang diakibatkan faktor stres dan juga akibat faktor
ekonomi, faktor lingkungan yang penuh tekanan tampaknya
berperan dalam mendorong orang untuk melakukan bunuh diri
dan kategori bunuh didi anomik in tidak dapat diprediksikan.
2. Altruistik
Bunuh diri altruistik berkaitan dengan kehormatan seseorang
‘Harakiri’ yang sudah membudaya di jepang merupakan bentuk
bunuh diri altruistik. Seorang pejabat jepang akan bunuh diri
ketika mengalami kegagalan dalam melaksanakan tugasnya.
3. Egoistik
Bunuh diri tipe ini biasnya diakibatkan faktor dalam diri
seseorang, putus cinta atau putus harapan kerap membuat
seseorang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, bunuh diri
egoistik ini dapat diprediksikan. Pikiran tersebut dapat dikenali
dari ciri kepribadian serta respon seseorang terhadap kegagalan.

(Iyus Yosep, 2009)

6. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
1. Obat anti psikosis: Penotizin
2. Obat anti depresi: Amitripilin
3. Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam,
clobozam
4. Obat anti insomnia: Phneobarbital
2. Terapi modalitas
1. Terapi keluarga
 Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu
mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian
 BHSP
 Jangan memancing emosi klien
 Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan
dengan keluarga
 Berikan kesempatan klien mengemukaan pendapat
 Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk
mengemukakan masalah yang dialaminya
2. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan
sosial, atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain
untuk mengembalikan keadaan klien karena masalah
sebagian orang merupakan persaan dan tingkah laku pada
orang lain.
3. Terapi musik
Dengan musik klien terhibur,rileks dan bermain untuk
mengebalikan kesadaran klien

7. POHON MASALAH

Pohon Masalah Resiko Bunuh Diri - RBD

8. Data yang perlu dikaji


Data subyektif :
1. Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya
2. Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli
3. Mengungkapan tidak bisa apa – apa
4. Mengungkapkan dirinya tidak berguna
5. Mengkritik diri sendiri

Data obyektif :
6. Merusak diri sendiri
7. Merusak orang lain
8. Menarik diri dari hubungan sosial
9. Tampak mudah tersinggung
10. Tidak mau makan dan tidak tidur
9. Diagnosa Perawatan
Resiko Bunuh diri

10. Tindakan Perawatan


1. Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosa
keperawatan : Risiko Bunuh Diri
1. Tindakan keperawatan untuk pasien percobaan
bunuh diri.

Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat


Tindakan : Melindungi pasien

Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba


bunuh diri,maka saudara dapat melakukan tindakan
berikut:

 Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat


dipindahkan ketempat yang aman
 Menjauhkan semua benda yang berbahaya
(misalnya pisau, silet, gelas, tali pinggang)
 Memeriksa apakah pasien benar-benar telah
meminum obatnya, jika pasien mendapatkan obat
 Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa
saudara akan melindungi pasien sampai tidak ada
keinginan bunuh diri

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan


pasien percobaan bunuh diri
Tujuan: Keluarga berperan serta melindungi anggota
keluarga yang mengancam atau mencoba bunuh diri
Tindakan:

 Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi


pasien serta jangan pernah meninggalkan pasien sendirian
 Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat
menjauhi barang-barang berbahaya disekitar pasien
 Mendiskusikan dengan keluarga ja untuk tidak
sering melamun sendiri
 Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien
minum obat secara teratur

2. Isyarat Bunuh Diri dengan diagnosa harga diri rendah

1. Tindakan keperawatan untuk pasien isyarat bunuh


diri
Tujuan:
 Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
 Pasien dapat mengungkapkan perasaanya
 Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
 Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian
masalah yang baik
Tindakan keperawatan

 Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan


bunuh diri, yaitu dengan meminta bantuan dari keluarga
atau teman.
 Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
o Memberi kesempatan pasien
mengungkapkan perasaannya.
o Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan
perasaan yang positif.
o Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
o Membicarakan tentang keadaan yang
sepatutnya disyukuri oleh pasien
o Merencanakan aktifitas yang dapat pasien
lakukan
 Meningkatkan kemampuan menyelesaikan
masalah, dengan cara:
o Mendiskusikan dengan pasien cara
menyelesaikan masalahnya
o Mendiskusikan dengan pasien efektifitas
masing-masing cara penyelesaian masalah
o Mendiskusikan dengan pasien cara
menyelesaikan masalah yang lebih baik

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan


pasien isyarat bunuh diri
Tujuan : keluarga mampu merawat pasien dengan risiko
bunuh diri.
Tindakan keperawatan:
 Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala
bunuh diri
o Menanyakan keluarga tentang tanda dan
gejala bunuh diri yang penah muncul pada pasien.
o Mendiskusikan tentang tanda dan gejala
yang umumnya muncul pada pasien berisiko bunuh diri.
 Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari
perilaku bunuh diri
 Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan
keluarga bila pasien memperlihatkan tanda dan gejala
bunuh diri.
 Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien,
antara lain:
o Memberikan tempat yang aman.
Menempatkan pasien di tempat yang mudah diawasi,
jangan biarkan pasien mengunci diri di kamarnya atau
jangan meninggalkan pasien sendirian di rumah
o Menjauhkan barang-barang yang bisa
digunakan untuk bunuh diri. Jauhkan pasien dari barang-
barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri, seperti: tali,
bahan bakar minyak / bensin, api, pisau atau benda tajam
lainnya, zat yang berbahaya seperti obat nyamuk atau
racun serangga.
 Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan
pengawasan apabila tanda dan gejala bunuh diri
meningkat. Jangan pernah melonggarkan pengawasan,
walaupun pasien tidak menunjukan tanda dan gejala untuk
bunuh diri.
 Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara
tersebut di atas.
 Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat
dilakukan apabila pasien melakukan percobaan bunuh diri,
antara lain:
o Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau
pemuka masyarakat untuk menghentikan upaya bunuh diri
tersebut
o Segera membawa pasien ke rumah sakit atau
puskesmas mendapatkan bantuan medis
 Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas
kesehatan yang tersedia bagi pasien
o Memberikan informasi tentang nomor
telepon darurat tenaga kesehatan
o Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan
pasien berobat/kontrol secara teratur untuk mengatasi
masalah bunuh dirinya.
o Menganjurkan keluarga untuk membantu
pasien minum obat sesuai prinsip lima benar yaitu benar
orangnya, benar obatnya, benar dosisnya, benar cara
penggunakannya, benar waktu penggunaannya

DAFTAR PUSTAKA

3. Direja, Ade Hermawan Surya. 2011. Buku Asuhan


Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
4. Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan dari Aplikasi
Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Penatalaksanaan
Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika
5. Yosep, Iyus.2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama
LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

1. MASALAH UTAMA :
DEFISIT PERAWATAN DIRI

2. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Defisit keperawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa merupakan
defisit perawatan diri yang terjadi akibat adanya perubahan proses pikir
sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri
menurun.
( Keliat dan Akemat, 2007)
Menurut Potter, Perry (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis.

2. Tanda dan Gejala


Untuk mengetahui apakah pasien mengalami masalah kurang perawatan
diri maka tanda dan gejala dapat diperoleh melalui observasi pada
pasien yaitu:

1. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor,


gigi kotor, kulit berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.
2. Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan
rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak
sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien wanita
tidak berdandan.
3. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran,
dan makan tidak pada tempatnya.
4. Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri, ditandai
dengan BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan
diri dengan baik setelah BAB/BAK

3. Penyebab
Penyebab Defisit Perawatan Diri adalah isolasi sosial. (Budiana K,
Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Jilid 2). Isolasi sosial adalah adalah
opercobaan untuk mengindari interaksi dengan orang lain, menghindari
hubungan dengan orang lain.
Tanda - gejala isolasi social :

1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul


2. Menghindar dari orang lain
3. Komunikasi kurang / tidak ada
4. Tidak ada kontak mataTidak melakukan aktivitas sehari-
hari
5. Berdiam diri di kamar
6. Mobilitas kurang
7. Posisi janin saat tidur

4. Akibat
Akibat dari defisit perawatan diri adalah Gangguan Pemeliharaan
Kesehatan (Budiana K, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Jilid 2),
Gangguan pemelihaaan kesehatan ini bentuknya bisa bermacam-macam.
Bisa terjadinya infeksi kulit (scabies, panu, kurap) dan juga gangguan
yang lain seperti gastritis kronis (karena kegagalan dalam makan),
penyebaran penyakit orofecal ( karena hiegene bab/bak sembarangan)
dan lain-lain.

5. Pohon Masalah

Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri - DPD


6. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
1. Obat anti psikosis : Penotizin
2. Obat anti depresi : Amitripilin
3. Obat anti ansietas : Diasepam, Bromozepam,
Clobozam
4. Obat anti insomnia : Phneobarbital
2. Terapi
1. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu
mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian

 BHSP
 Jangan memancing emosi klien
 Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan
dengan keluarga
 Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat
 Dengarkan , bantu dan anjurkan pasien untuk
mengemukakan masalah yang dialaminya
2. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan
sosial, atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain
untuk mengembalikan keadaan klien karena masalah
sebagian orang merupkan perasaan dan tingkah laku pada
orang lain.
3. Terapi musik
Dengan musik klien terhibur, rileks dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran pasien.

7. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu dikaji


1. Masalah Keperawatan
1. Defisit Perawatan Diri
2. Isolasi Sosial
3. Gangguan Pemeliharaan Kesehatan
2. Data yang perlu dikaji
Data subyektif
1. Klien mengatakan dirinya malas mandi
2. Klien mengatakan malas makan
3. Klien mengatakan tidak tahu cara membersihkan
WC setelah bab/bak
Data Obyektif

4. Ketidakmampuan mandi dan membersihkan diri ;


kotor, berbau
5. Ketidakmampuan berpakaian; pakaian
sembarangan
6. Ketidakmampuan bab/bak secara mandiri : bab/bak
sembarangan

8. Diagnosa perawatan
1. Defisit Perawatan Diri
2. Isolasi Sosial

9. Tidakan keperawatan
1. Tindakan keperawatan untuk pasien kurang perawatan
diri.
Tujuan:

1. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara


mandiri
2. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara
baik
3. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara
mandiri
Tindakan keperawatan

4. Membantu klien dalam perawatan kebersihan diri


Untuk membantu klien dalam menjaga kebersihan diri
Saudara dapat melakukan tahapan tindakan yang meliputi:

 Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.


 Menyiapkan lat-alat untuk menjaga kebersihan diri
 Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
 Membimbing klien dalam kebersihan diri
5. Membantu pasien berdandan/berhias
Untuk pasien laki-laki membantu meliputi :

 Berpakaian
 Menyisir rambut
 Bercukur
Untuk pasien wanita, membantu meliputi :

 Berpakaian
 Menyisir rambut
 Berhias
6. Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara
mandiri
 Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
 Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB
dan BAK
 Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan
BAK

DAFTAR PUSTAKA
2. Aziz, F,dkk. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa
Semarang: RSJD Dr. Amino Gondhoutomo.2003
3. Keliat, B.A. 2007. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta:
EGC
4. Perry, Potter.2005. Buku Ajar FundamentalbKeperawatan.
Jakarta:EGC
LAPORAN PENDAHULUAN : HALUSINASI

1. MASALAH UTAMA
PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

2. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah.
( Stuart, 2007)
Halusinasi merupakan gangguan akan perubahan persepsi sensori
dimana klien mempersiapkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi .
Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang mengalami suatu persepsi melalui panca indra tanpa
stimulus atau persepsi palsu.
( Maramis, 2005)

2. Tanda dan gejala


Gejala dan tanda seseorang yang mengalami halusinasi adalah :

1. Tahap 1 (comforting)
1. Tertawa tidak sesuai dengan situasi
2. Menggerakkan bibir tanpa bicara
3. Bicara lambat
4. Diam dan pikiranya dipenuhi pikiran yang
menyenangkan
2. Tahap 2 (condemning)
1. Cemas
2. Konsentrasi menurun
3. Ketidakmampuan membedakan realita.
3. Tahap 3
1. Pasien cenderung mengikuti halusinasi
2. Kesulitan berhubungan dgn orla
3. Perhatian dan konsentrasi menurut
4. Afek labil
5. Kecemasan berat ( berkeringat, gemetar, tidak
mampu mengikuti petunjuk)
4. Tahap 4 (controlling)
1. Pasien mengikuti halusinasi
2. Pasien tidak mampu mengendalikan diri
3. Tidak mampu mengikuti perintah nyata
4. Beresiko menciderai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.

3. Penyebab
Penyebab perubahan sensori persepsi halusinasi adalah isolasi social.
Isolasi social adalah opercobaan untuk mengindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
Tanda-gejala isolasi social :

1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul


2. Menghindar dari orang lain
3. Komunikasi kurang / tidak ada
4. Tidak ada kontak mata
5. Tidak melakukan aktivitas sehari-hari
6. Berdiam diri di kamar
7. Mobilitas kurang
8. Posisi janin saat tidur

4. Akibat
Akibat dari perubahan sensoori persepsi halusinasi adalah resiko
mencederai diri sendiri,orang lain dan lingkungan. Adalah suatu suatu
perilaku maladaptive dalam memanifestasikanperasaan marah yang
dialami oleh sesorang. Perilaku tersebut dapat berupa menciderai diri
sendiri, melalukan penganiayaan terhadap orang lain dan merusak
lingkungan.
Marah sendiri merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan
sebagai suatu ancaman ( stuart dan Sundeen,1995). Perasaan marah
sendiri merupakan suatu hal yang wajar sepanjang perilaku yang
dimanifestasikan berada pada rentang adaptif.

5. Tanda dan gejala :


1. Data obyektif :
1. Mata merah
2. Pandangan tajam
3. Otot tegang
4. Nada suara tinggi
5. Suka berdebat
6. Sering memaksakan kehendak
7. Merampas makanan, memukul jika tidak senang
2. Data subyektif
1. Mengeluh merasa terancam
2. Mengungkapkan perasaan tak berguna
3. Mengungkapkan perasaan jengkel
4. Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-
debar, merasa tercekik, sesak dan bingung

6. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
1. Obat anti psikosis : Penotizin
2. Obat anti depresi : Amitripilin
3. Obat anti ansietas : Diasepam, Bromozepam,
Clobozam
4. Obat anti insomnia : Phneobarbital
2. Terapi
1. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu
mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian

 BHSP
 Jangan memancing emosi klien
 Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan
dengan keluarga
 Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat
 Dengarkan , bantu dan anjurkan pasien untuk
mengemukakan masalah yang dialaminya
2. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan
sosial, atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain
untuk mengembalikan keadaan klien karena masalah
sebagian orang merupkan perasaan dan tingkah laku pada
orang lain.

3. Terapi musik
Dengan musik klien terhibur, rileks dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran pasien.

7. POHON MASALAH

Pohon Masalah Halusinasi - Perubahan Sensori Persepsi

8. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


1. Masalah keperawatan
1. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
3. Isolasi sosial : menarik diri
2. Data yang perlu dikaji
1. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :

 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.


 Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa
lainnya.
Data Objektif :
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai:
berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang,
pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang barang.
2. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
Data Subjektif :

 Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak


berhubungan dengan stimulus nyata
 Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada
stimulus yang nyata
 Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
 Klien merasa makan sesuatu
 Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
 Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat
dan didengar
 Klien ingin memukul/melempar barang-barang
Data Objektif :

 Klien berbicara dan tertawa sendiri


 Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
 Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk
mendengarkan sesuatu
 Disorientasi
3. Isolasi sosial : menarik diri
Data Subyektif :

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak


tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri,
mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif :

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh


memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin
mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi
verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat
tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan
kebersihan
9. Diagnosa Keperawatan
Perubahan sensori persepsi : halusinasi

10. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa I : perubahan sensori persepsi halusinasi
Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar


untuk kelancaran hubungan interaksi seanjutnya
Tindakan :

1. Bina hubungan saling percaya dengan


menggunakan prinsip komunikasi terapeutik dengan cara :
 Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non
verbal
 Perkenalkan diri dengan sopan
 Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan
yang disukai
 Jelaskan tujuan pertemuan
 Jujur dan menepati janji
 Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa
adanya
 Berikan perhatian kepada klien dan perhatian
kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :

1. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap


2. Observasi tingkah laku klien terkait dengan
halusinasinya: bicara dan tertawa tanpa stimulus
memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada
teman bicara
3. Bantu klien mengenal halusinasinya
 Tanyakan apakah ada suara yang didengar
 Apa yang dikatakan halusinasinya
 Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu
, namun perawat sendiri tidak mendengarnya.
 Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu
 Katakan bahwa perawat akan membantu klien
4. Diskusikan dengan klien :
 Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan
halusinasi
 Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi,
siang, sore, malam)
5. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika
terjadi halusinasi (marah, takut, sedih, senang) beri
kesempatan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan :

1. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang


dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur, marah,
menyibukkan diri dll)
2. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika
bermanfaat ber pujian
3. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol
timbulnya halusinasi :
 Katakan “ saya tidak mau dengar”
 Menemui orang lain
 Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
 Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa
jika klien tampak bicara sendiri
4. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus
halusinasinya secara bertahap
5. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah
dilatih
6. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
7. Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita,
stimulasi persepsi
4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol
halusinasinya
Tindakan :

1. Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika


mengalami halusinasi
2. Diskusikan dengan keluarga (pada saat
berkunjung/pada saat kunjungan rumah):
 Gejala halusinasi yang dialami klien
 Cara yang dapat dilakukan klien dan keuarga untuk
memutus halusinasi
 Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi
dirumah, diberi kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan
bersama, bepergian bersama
 Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu
mendapat bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan resiko
mencederai diri atau orang lain
5. Klien memanfaatkan obat dengan baik
Tindakan :

1. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang


dosis, frekuensi dan manfaat minum obat
2. Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat
dan merasakan manfaatnya
3. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang
manfaat dan efek samping minum obat yang dirasakan
4. Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa
konsultasi
5. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6
benar.

DAFTAR PUSTAKA
6. Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC
7. Maramis, W.F.2005. Catatan Ilmu kedokteran Jiwa. Ed.9
Surabaya: Airlangga University Press.
8. Stuart, E.W& Sudden S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan
Jiwa (Terjemah). Jakarta:EGC
ORAN PENDAHULUAN : HARGA DIRI RENDAH

1. MASALAH UTAMA :
HARGA DIRI RENDAH

2. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti,
rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri (keliat, 2011). Harga diri rendah situasional merupakan
perkembangan persepsi negatif tentang harga diri sebagai respons
seseorang terhadap situasi yang sedang dialami.
(Wilkinson, 2012).

Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya
diri dan harga diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan(Herman,
2011). Gangguan harga diri dapat dijabarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, yang menjadikan hilangnya rasa percaya
diri seseorang karena merasa tidak mampu dalam mencapai keinginan.
(Fitria, 2009).

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu


dimana individu mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya
sendiri dan kemampuan yang dimiliki, yang menjadikan hilangnya rasa
kepercayaan diri akibat evaluasi negatif yang berlangsung dalam waktu
yang lama karena merasa gagal dalam mencapai keinginan.

2. Klasifikasi
Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana


individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami
perasaan negatif mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu
kejadian (kehilangan, perubahan).
2. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu
mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau
kemampuan dalam waktu lama.
3. Etiologi
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat
terjadi secara :

1. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja,
perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN,
dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :

1. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya :


pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat
yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter,
pemeriksaan perneal).
2. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh
yang tidak tercapai karena dirawat/ sakit/ penyakit.
3. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak
menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan
tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
2. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang
negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi
negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang
maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan
fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa. Dalam tinjauan
life span history klien, penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh
kembang, misalnya sering disalahkan, kurang dihargai, tidak
diberi kesempatan dan tidak diterima dalam kelompok (Yosep,
2007).

4. Tanda dan gejala


Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 : 20)

1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan


akibat tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih
karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada
kanker
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak
akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/
mengejek dan mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya
tidak mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien
tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan,
misalnya tentang memilih alternatif tindakan.
6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai
harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

5. Akibat
Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak
mampu bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik
diri. Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak
fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi
seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 1998 : 336).
Tanda dan gejala :

1. Data Subyektif :
1. Mengungkapkan untuk memulai hubungan /
pembicaraan
2. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan
dengan orang lain
3. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan
oleh orang lain
2. Data Obyektif :
1. Kurang spontan ketika diajak bicara
2. Apatis
3. Ekspresi wajah kosong
4. Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal
5. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak
mata saat berbicara
(Budi Anna Keliat, 2001)

6. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
1. Obat anti psikosis: Penotizin
2. Obat anti depresi: Amitripilin
3. Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam,
clobozam
4. Obat anti insomnia: Phneobarbital
2. Terapi modalitas
1. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu
mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian
 BHSP
 Jangan memancing emosi klien
 Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan
dengan keluarga
 Berikan kesempatan klien mengemukaan pendapat
 Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk
mengemukakan masalah yang dialaminya
2. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan
sosial, atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain
untuk mengembalikan keadaan klien karena masalah
sebagian orang merupakan persaan dan tingkah laku pada
orang lain.
3. Terapi musik
Dengan musik klien terhibur,rileks dan bermain untuk
mengebalikan kesadaran klien

7. Pohon Masalah
Pohon Masalah Harga Diri Rendah : Gangguan Konsep Diri

8. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah

9. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa I : harga diri rendah.
Tujuan umum:
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
Tujuan khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan
prinsip komunikasi terapeutik:
 Sapa klien dengan ramah secara verbal dan
nonverbal
 Perkenalkan diri dengan sopan
 Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan
yang disukai klien
 Jelaskan tujuan pertemuan
 Jujur dan menepati janji
 Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa
adanya
 Beri perhatian kepada klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki.
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien.
2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap
bertemu klien.
3. Utamakan memberi pujian yang realistik.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
1. Diskusikan kemampuan yang masih dapat
dilakukan.
2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya.
4. Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat
dilakukan setiap hari.
2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi
kondisi klien.
3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat
klien lakukan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba
kegiatan yang telah direncanakan.
2. Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang
cara mearwat klien dengan harag diri rendah.
2. Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien
dirawat.
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah

10. DAFTAR PUSTAKA


1. Fitria Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Laporan
Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
2. Fitria Nita. Dkk. 2013. Laporan Pendahuluan Tentang
Masalah Psikososial. Jakarta: Salemba Medika.
3. Herdman, T.H. 2012. International Diagnosis
Keperawatan. Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.
4. Keliat, B.A. 2006. Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas : CNHM(basic course). Buku Kedokteran. Jakarta:
EGC.
5. Keliat, B.A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas : CMHN(basic course). Buku Kedokteran. Jakarta:
EGC
6. Kusumawati, F. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.
7. Wilkinson A. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Buku Kedokteran : EGC
LAPORAN PENDAHULUAN : ISOLASI SOSIAL (ISOS)

1. MASALAH UTAMA
ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI
1. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Isolasi sosial adalah suatu sikap dimana individu menghindari dari
interaksi dengan orang lain. Individu marasa dirinya kehilangan
hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi
perasaan, pikiran prestasi, atau kegagalan . ia kesulian untuk
berhubungan secara spontan dengan orang lain (Balitbang, 2007).

2. Tanda dan Gejala


Data subyektif

 Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang


lain
 Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
 Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang
lain
 Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
 Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
 Pasien merasa tidak berguna
 Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

Data obyektif

 Tidak memiliki teman dekat


 Menarik diri
 Tidak komunikatif
 Tindakan berulang dan tidak bermakna
 Asyik dengan pikirannya sendiri
 Tak ada kontak mata
 Tampak sedih, afek tumpul
(Yosep iyus, 2009)

3. Penyebab
Penyebab dari isolasi sosial adalah harga diri rendah ( HDR ). Harga diri
rendah adalah Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak
berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif
terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah :

 Mengkritik diri sendiri


 Perasaan tidak mampu
 Pandangan hidup yang pesimis
 Penurunan produktifitas
 Penolakan terhadap kemampuan diri

4. Akibat
Akibat isolasi sosial adalah resiko perubahan sensori persepsi
halusinasi. Halusinasi adalah suatu keadaan yang merupakan gangguan
pencerapan (persepsi) panca indra tanpa ada rangsangan dari luar yg
dapat meliputi semua system penginderaan pada seseorang dalam
keadaan sadar penuh ( baik ).
Gejala Klinis :

 Bicara, senyum dan tertawa sendiri.


 Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
 Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata.
 Tidak dapat memusatkan perhatian.
 Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya), takut.
 Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.
(Budi Anna Keliat, 2009)

5. POHON MASALAH
Pohon Masalah Isolasi Sosial - Menarik Diri

6. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
 Obat anti psikosis : Penotizin
 Obat anti depresi : Amitripilin
 Obat anti ansietas : Diasepam, Bromozepam, Clobozam
 Obat anti insomnia : Phneobarbital

2. Terapi
1. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu
mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian

1. BHSP
2. Jangan memancing emosi klien
3. Libatkan klien dalam kegiatan yang
berhubungan dengan keluarga
4. Berikan kesempatan klien mengemukakan
pendapat
5. Dengarkan , bantu dan anjurkan pasien
untuk mengemukakan masalah yang dialaminya
2. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan
sosial, atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain
untuk mengembalikan keadaan klien karena masalah
sebagian orang merupkan perasaan dan tingkah laku pada
orang lain.

3. Terapi musik
Dengan musik klien terhibur, rileks dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran pasien.

7. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji


0. Masalah keperawatan:
0. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi…
1. Isolasi sosial: menarik diri
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
1. Data yang perlu dikaji
0. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi
Data Subjektif:

 Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak


berhubungan dengan stimulus nyata
 Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada
stimulus yang nyata
 Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
 Klien merasa makan sesuatu
 Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
 Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat
dan didengar
 Klien ingin memukul/melempar barang-barang
Data Objektif:

 Klien berbicara dan tertawa sendiri


 Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
 Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk
mendengarkan sesuatu
 Disorientasi
2. Isolasi Sosial : menarik diri
Data Subyektif : Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa,
tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri,
mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri. Data
Obyektif: Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh
memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin
mengakhiri hidup.

3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah


Data subyektif:

 Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak


tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data obyektif:

 Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh


memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin
mengakhiri hidup.

8. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial: Menarik diri

9. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa 1: Menarik diri
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi
halusinasi
Tujuan Khusus :

0. Klien dapat membina hubungan saling percaya


Tindakan :

 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan


prinsip komunikasi terapeutik dengan cara :
0. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non
verbal
1. Perkenalkan diri dengan sopan
2. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan
yang disukai
3. Jelaskan tujuan pertemuan
4. Jujur dan menepati janji
5. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa
adanya
6. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian
kebutuhan dasar klien
1. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan:

 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan


tanda-tandanya.
 Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul
 Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri,
tanda-tanda serta penyebab yang muncul
 Berikan pujian terhadap kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya
2. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan
dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain.
Tindakan :

 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan


jika terjadi halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain
0. Beri kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan prang lain
1. Diskusikan bersama klien tentang manfaat
berhubungan dengan orang lain
2. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain
 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain
0. beri kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaan dengan orang lain
1. diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
2. beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
3. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan:

 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang


lain
 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang
lain melalui tahap :
 K–P
 K – P – P lain
 K – P – P lain – K lain
 K – Kel/Klp/Masy
 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang
telah dicapai.
 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
 Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien
dalam mengisi waktu
 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
 Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam
kegiatan ruangan
4. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah
berhubungan dengan orang lain
Tindakan:

 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila


berhubungan dengan orang lain
 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat
berhubungan dengan orang lain.
 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien
mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang
lain
5. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau
keluarga
Tindakan:

 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :


0. Salam, perkenalan diri
1. Jelaskan tujuan
2. Buat kontrak
3. Eksplorasi perasaan klien
 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
0. Perilaku menarik diri
1. Penyebab perilaku menarik diri
2. Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak
ditanggapi
3. Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan
kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian
menjenguk klien minimal satu kali seminggu
 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah
dicapai oleh keluarga

DAFTAR PUSTAKA
6. Fitria, Nita.2010.Prinsip Dasar dan aplikasi penulisan
Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan
keperawatan ( LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika
7. Keliat A,Budi Akemat. 2009. Model Keperawatan
Profesional Jiwa, Jakarta
8. Yosep Iyus, 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama.
LAPORAN PENDAHULUAN : WAHAM

1. Masalah Utama
Perubahan isi pikir : waham

2. Proses terjadinya masalah


1. Pengertian
Waham adalah suatu kenyakinan yang dipertahankan secara kuat, terus
menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
(Budi Anna Keliat, 2006)

Gangguan isi pikir dapat diidentifikasi dengan adanya waham. Waham


atau delusi adalah kenyakinan yang salah secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain yang bertentangan dengan
realita normal
(Stuart dan Sudden, 2004)

Tanda dan gejala

1. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang


agama, kebesaran, curiga, keadaan dirinya) berulang kali secara
berlebihan tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
2. Klien tampak tidak mempercayai orang lain, curiga,
bermusuhan
3. Takut, kadang panik
4. Tidak tepat menilai lingkungan / realitas
5. Ekspresi tegang, mudah tersinggung

2. Penyebab
HDR (Harga Diri Rendah)

1. Pengertian
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak
berarti, rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap
diri sendiri dan kemampuan diri (keliat, 2011). Harga diri rendah
situasional merupakan perkembangan persepsi negatif tentang
harga diri sebagai respons seseorang terhadap situasi yang sedang
dialami.
(Wilkinson, 2012).

Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang


diri atau kemampuan diri yang negative terhadap diri sendiri,
hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal dalam
mencapai keinginan(Herman, 2011). Gangguan harga diri dapat
dijabarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri,
yang menjadikan hilangnya rasa percaya diri seseorang karena
merasa tidak mampu dalam mencapai keinginan.
(Fitria, 2009).

2. Tanda dan Gejala


Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 : 20)

1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit


dan akibat tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu
dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat
terapi sinar pada kanker
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini
tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit,
menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa,
saya tidak mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-
apa
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri.
Klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka
sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil
keputusan, misalnya tentang memilih alternatif tindakan.
6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah
disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin
mengakhiri kehidupan.
( Yosep, 2009)

3. Klasifikasi waham
1. Waham agama
Keyakinan klien terhadap sesuatu agama secara berlebihan dan
diucapkan secara berulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

2. Waham kebesaran
Keyakinan klien yang berlebihan terhadap kemampuan yang
disampaikan secara berlebihan dan tidak sesuai dengan
kenyataan

3. Waham somatik
Klien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya yang disampaikan
secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan

4. Waham curiga klien mempunyai kenyakinan bahwa ada


seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan atau menodai
dirinya yang disampaikan secara berlebihan dan ditolak sesuai
kenyataan

5. Waham sisip pikir


Klien menyakini bahwa ada fikiran orang lain yang disisipkan
atau dimasukkan kedalam fikiran yang disampaikan secara
berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan

6. Waham nihilistik
Klien nyakin bahwa dirinya sudah tidak didunia atau meninggal
yang dismpaikan secara berulang yang tidak sesuai dengan
kenyataan

7. Waham siar fikir


Klien yakin bahwa ada orang lain yang mengetahui apa yang dia
butuhkan walaupun tidak mengatakan pada orang tersebut apa
yang dinyatakan secara berulang dan tidak sesuai dengan
kenyataan
4. Akibat
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi
verbal.

Tanda dan gejala: Pikiran tidak realistik, flight of ideas, kehilangan


asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang
kurang.

Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri,


orang lain dan lingkungan.
Tanda dan gejala:

1. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang


agama, kebesaran, kecurugaan, keadaan dirinya berulang kali
secara berlebihan tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
2. Klien tampak tidak mempunyai orang lain
3. Curiga
4. Bermusuhan
5. Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
6. Takut, sangat waspada
7. Tidak dapat menilai lingkungan atau lingkungan
8. Ekspresi wajah tegang
9. Mudah tersinggung
(Aziz, 2003)

5. Pohon masalah
Pohon Masalah Perubahan Isi Pikir : Waham

6. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
1. Obat anti psikosis: Penotizin
2. Obat anti depresi: Amitripilin
3. Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam,
clobozam
4. Obat anti insomnia: Phneobarbital
2. Terapi modalitas
1. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu
mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian

1. BHSP
2. Jangan memancing emosi klien
3. Libatkan klien dalam kegiatan yang
berhubungan dengan keluarga
4. Berikan kesempatan klien mengemukaan
pendapat
5. Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk
mengemukakan masalah yang dialaminya
2. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan
sosial, atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain
untuk mengembalikan keadaan klien karena masalah
sebagian orang merupakan persaan dan tingkah laku pada
orang lain.

3. Terapi musik
Dengan musik klien terhibur,rileks dan bermain untuk
mengebalikan kesadaran klien

7. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


1. Masalah keperawatan :
1. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan
lingkungan
2. Kerusakan komunikasi : verbal
3. Perubahan isi pikir : waham
4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
2. Data yang perlu dikaji :
1. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan
lingkungan
 Data subjektif
Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan
kesal pada seseorang, klien suka membentak dan
menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal,
atau marah, melukai / merusak barang-barang dan tidak
mampu mengendalikan diri

 Data objektif
Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank
eras, bicara menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam,
merusak dan melempar barang-barang.

2. Kerusakan komunikasi : verbal


 Data subjektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik

 Data objektif
Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata
yang didengar dan kontak mata kurang.

3. Perubahan isi pikir : waham ( ………….)


 Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang
agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang
kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.

 Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga,
bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut,
kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah
tersinggung.

4. Gangguan konsep diri: harga diri rendah


 Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak
tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri,
mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri

 Data objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh
memilih alternative tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin
mengakhiri hidup.

8. Diagnosa Keperawatan
Perubahan isi pikir : waham

9. Rencana Keperawatan
Diagnosa I: Perubahan isi pikir : waham
Tujuan umum : Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan


perawat
Tindakan :

1. Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik,


perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas topik,
waktu, tempat).
2. Jangan membantah dan mendukung waham klien:
katakan perawat menerima keyakinan klien "saya
menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima,
katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu
dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
3. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan
terlindungi: katakan perawat akan menemani klien dan
klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan
dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
4. Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas
harian dan perawatan diri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Tindakan :

1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien


yang realistis.
2. Diskusikan bersama klien kemampuan yang
dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis.
3. Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian
anjurkan untuk melakukannya saat ini (kaitkan dengan
aktivitas sehari - hari dan perawatan diri).
4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya,
dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada.
Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.
3. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak
terpenuhi
Tindakan :

1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.


2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi
baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit,
cemas, marah).
3. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan
timbulnya waham.
4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi
kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (buat
jadwal jika mungkin).
5. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu
untuk menggunakan wahamnya.
4. Klien dapat berhubungan dengan realitas
Tindakan :

1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri,


orang lain, tempat dan waktu).
2. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok :
orientasi realitas.
3. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang
dilakukan klien
5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Tindakan :

1. Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis,


frekuensi, efek dan efek samping minum obat.
2. Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5
benar (nama pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
3. Anjurkan klien membicarakan efek dan efek
samping obat yang dirasakan.
4. Beri reinforcement bila klien minum obat yang
benar.
6. Klien dapat dukungan dari keluarga
Tindakan :

1. Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan


keluarga tentang: gejala waham, cara merawat klien,
lingkungan keluarga dan follow up
2. Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

DAFTAR PUSTAKA
7. Aziz, F dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa.
Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003
8. Keliat B. A, 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Edisi 2 . Jakarta: EGC
9. Santosa, Budi. 2005-2006. Panduan Diagnosa Nanda.
Jakarta : Prima Medika
10. Stuart, G.W, dan Sudden, S.J 2006. Buku Saku
Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
11. Yosep, iyus, 2009. Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi,
Bandung: Refika Aditama.
LAPORAN PENDAHULUAN : PERILAKU KEKERASAN (PK)
1. Masalah Utama :
Perilaku Kekerasaan

2. Proses Terjadinya Masalah

1. Pengertian
Perilaku kekerasaan adalah tingkah laku individu yang ditunjukkan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikolog
(Budi Ana Keliat, 2005)

Perilaku kekerasan suatu keadaan dimana seseorang melakukan


tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri
maupun orang lain, sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana
seseorang marah berespon terhadap sesuatu stresor dengan gerakan
motorik yang tidak terkontrol
(Yosep, 2007)

Tanda dan gejala :


Data obyektif :

1. Mata merah
2. Pandangan tajam
3. Otot tegang
4. Nada suara tinggi
5. Suka berdebat
6. Sering memaksakan kehendak
7. Merampas makanan, memukul jika tidak senang
Data subyektif

8. Mengeluh merasa terancam


9. Mengungkapkan perasaan tak berguna
10. Mengungkapkan perasaan jengkel
11. Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar,
merasa tercekik, sesak dan bingung

2. Penyebab
HDR (Harga Diri Rendah)
1. Pengertian
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak
berarti, rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap
diri sendiri dan kemampuan diri (keliat, 2011). Harga diri rendah
situasional merupakan perkembangan persepsi negatif tentang
harga diri sebagai respons seseorang terhadap situasi yang sedang
dialami.
(Wilkinson, 2012).

Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang


diri atau kemampuan diri yang negative terhadap diri sendiri,
hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal dalam
mencapai keinginan(Herman, 2011). Gangguan harga diri dapat
dijabarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri,
yang menjadikan hilangnya rasa percaya diri seseorang karena
merasa tidak mampu dalam mencapai keinginan.
(Fitria, 2009).

2. Tanda dan Gejala


Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 : 20)

1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit


dan akibat tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu
dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat
terapi sinar pada kanker
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini
tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit,
menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa,
saya tidak mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-
apa
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri.
Klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka
sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil
keputusan, misalnya tentang memilih alternatif tindakan.
6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah
disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin
mengakhiri kehidupan.
( Yosep, 2009)

3. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan – tindakan
berbahaya bagi dirinya, orang lain, dan lingkungan, misalnya
menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dan lain
– lain. Sehingga pasien dengan perilaku kekerasan beresiko mencederai
diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

4. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
 Obat anti psikosis: Penotizin
 Obat anti depresi: Amitripilin
 Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam
 Obat anti insomnia: Phneobarbital
2. Terapi modalitas
0. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu
mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian

 BHSP
 Jangan memancing emosi klien
 Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan
dengan keluarga
 Berikan kesempatan klien mengemukaan pendapat
 Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk
mengemukakan masalah yang dialaminya
1. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan
sosial, atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain
untuk mengembalikan keadaan klien karena masalah
sebagian orang merupakan persaan dan tingkah laku pada
orang lain.

2. Terapi musik
Dengan musik klien terhibur,rileks dan bermain untuk
mengebalikan kesadaran klien

5. PohonMasalah
Pohon Masalah Perilaku Kekerasan : Amuk

6. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji


1. Masalah keperawatan:
0. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1. Perilaku kekerasan / amuk
2. Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah
2. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku
kekerasan
0. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
 Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa
lainnya.
Data Objektif :
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai:
berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang,
pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang-barang.
1. Perilaku kekerasan / amuk
Data Subyektif :
 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
 Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa
lainnya.
Data Obyektif
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang,
pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang-barang.
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak
tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri,
mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh
memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin
mengakhiri hidup.

7. DiagnosaKeperawatan
1. Perilaku kekerasan

8. RencanaTindakan
Diagnosa 1: perilaku kekerasan
Tujuan Umum: Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:

 Bina hubungan saling percaya :salam terapeutik, empati,


sebut nama perawat dan jelaskan tujuan
 Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
 Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku
Tindakan:

 Beri kesempatan mengungkapkan


 Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
 Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan
bermusuhan klien dengan sikap
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
Tindakan :

 Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan


dirasakan saat jengkel/kesal.
 Observasi tanda perilaku
 Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang
dialami
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
Tindakan:

 Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa


 Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan
yang biasa
 Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan
masalahnya selesai?"
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku
Tindakan:
 Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
 Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang
digunakan.
 Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam
berespon terhadap kemarahan.
Tindakan :

 Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.


 Diskusikan cara lain yang sehat. Secara fisik :tarik nafas
dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
 Secara verbal : katakana bahwa anda sedang marah atau
kesal / tersinggung
 Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada
Tuhan untuk diberi kesabaran.
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku
Tindakan:
 Bantu memilihcara yang paling tepat.
 Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah
 Bantu mensimulasikan cara yang telah
 Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai
dalam
 Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat
jengkel / marah.
8. Klien mendapat dukungan dari
Tindakan :
 Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien
melalui pertemuan
 Beri reinforcement positif atas keterlibatan
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai
program).
Tindakan:

 Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis,


frekuensi, efek dan efeksamping).
 Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar
(nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).
 Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping
obat yang dirasakan.

DAFTAR PUSTAKA

10. Keliat A,Budi Akemat. 2009. Model Keperawatan


Profesional Jiwa, Jakarta
11. Maramis, W.F.2005. Catatan Ilmu kedokteran Jiwa. Ed.9
Surabaya: Airlangga University Press.
12. Stuart, E.W& Sudden S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan
Jiwa (Terjemah). Jakarta:EGC
13. Yosep Iyus, 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama.

You might also like