You are on page 1of 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kelahiran premature terjadi setelah usia gestasi 20 minggu, tetapi
sebelum awal minggu ke-37. Seluruh insiden kelahiran premature di Amerika
Serikat bervariasi antara 250.000 sampai 400.000 per tahun atau sekitar 9%
kelahiran (Creasy, Merkatz, 1990). Kelahiran premature merupakan penyebab
dua per tiga kematian bayi, separuh kematian ini berkaitan dengan bayi
dengan berat badan 1500 gram atau kurang (Bobak, 2004). Persalinan
premature adalah suatu proses kelahiran bayi sebelum usia kehamilan 37
minggu lengkap atau sebelum tiga minggu dari waktu perkiraan persalinan
(Utami, 2008).
World Health Organization (ICD10 1992) mendefinisakan kelahiran
premature adalah kelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu. Berdasarkan
pada definisi ini 6-10% kelahiran adalah premature tetapi sekitar 50%
kelahiran lebih dari usia gestasi 35 minggu dengan hmpir 100% angka bayi
yang diperkirakan bertahan hidup lahir setelah usia kehamilan 32 minggu.
Kemampuan bertahan hidup melebihi 50% setelah usia kehamilan 27 minggu
dan meningkat seiring usia gestasi mencapai 32 minggu. Pada kelompok ini
(janin dengan usia 27-32 minggu) setiap upaya harus dilakukan untuk
meningkatkan kualitas hidup (Liu, 2008).
International Classification of Disease menggunakan usia 22 minggu
penuh sebagai awal periode perinatal pada saat berat badan lahir mencapai
500 gram. Dalam praktis batas terendah viabilitas janin dipengaruhi oleh
perawatan yang tersedia dan berbeda-beda antara usia kehamilan 23 dan 25
minggu. Kelahiran pada periode gestasi premature ekstrim ini, 23 minggu
sampai 26 minggu dan 6 hari, menjadi mayoritas kematian neonatus serta
kecacatan berikutnya (75-90% kematian dan 50% disabilitas neurologis,
misalnya serebral palsi) (Liu, 2008).

1
Berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
terjadi penurunan AKB (Angka Kematian Bayi) sejak tahun 1991 yaitu
sebesar 68 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 34 per 1.000 kelahiran
hidup menurut SDKI 2007. Namun, angka tersebut masih jauh dari target
Millennium Development Goals (MDGs) ke 4 yang berisi target untuk
menurunkan angka kematian bayi (AKB) pada tahun 2015 sebesar 23
per 1.000 kelahiran hidup. Disamping itu, adanya program Expanding
Maternaland Neonatal Survival (EMAS) yang bertujuan untuk menurunkan
angka kematian ibu dan bayi sebesar 25% pada tahun 2011 hingga 2016,
menjadikan perlunya mempelajari faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi luaran maternal dan perinatal, khususnya pada pada
persalinan prematur sehingga dapat menekan angka mortalitas dan
morbiditas ibu dan bayi (Sinclair, 2009).

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas, terdapat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana definisi persalinan premature?
2. Bagaimana etiologi persalinan premature?
3. Bagaimana manifestasi klinis persalinan premature?
4. Bagaimana klasifikasi persalinan premature?
5. Bagaimana patofisiologi persalinan premature?
6. Bagaimana penatalaksanaan persalinan premature?
7. Bagaimana komplikasi umum yang terjadi pada bayi premature?
8. Bagaimana cara pencegahan persalinan premature?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada persalinan premature?

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum

2
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang
berpengaruh terhadap luaran maternal dan perinatal pada persalinan
prematur berdasarkan usia kehamilan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi persalinan premature.
2. Mengetahui etiologi persalinan premature.
3. Mengetahui manifestasi klinis persalinan premature.
4. Mengetahui klasifikasi persalinan premature.
5. Mengetahui patofisiologi persalinan premature.
6. Mengetahui penatalaksanaan persalinan premature.
7. Mengetahui komplikasi umum yang terjadi pada bayi premature.
8. Mengetahui cara pencegahan persalinan premature.
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada persalinan premature.

3
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi persalinan premature


Persalinan premature adalah suatu proses kelahiran bayi sebelum usia
kehamilan 37 minggu lengkap atau sebelum tiga minggu dari waktu perkiraan
persalinan (Utami, 2008). World Health Organization (ICD10 1992)
mendefinisakan kelahiran premature adalah kelahiran sebelum usia kehamilan
37 minggu. Menurut definisi WHO, bayi premature adalah bayi lahir hidup
sebelum usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid
terakhir). Bayi premature ataupun bayi preterm adalah bayi yang berumur
kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi
premature lahir dengan berat badan kurang 2500 gram. Kelahiran premature
adalah kelahiran yang berlangsung pada umur kehamilan 20 minggu
hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir.Kelahiran
premature merupakan masalah penting dibidang reproduksi manusia baik
dinegara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia (Indriyani,
2014).
Factor risiko: lebih dari setengah jumlah wanita hamil yang
melahirkan premature diketahui tidak memiliki factor risiko untuk persalinan
premature (Chamberlain, 2012).
1. Factor demografi: ibu dari ras kulit hitam, status sosio-ekonomi yang
rendah, usia<18 tahun atau > 40 tahun.
2. Kesehatan umum: stress pribadi tinggi, nutrisi buruk; berat ibu sebelum
hamil rendah; anemia; bakteriuria; kondisi-kondisi medis, seperti diabetes,
asma dan pielonefritis; penyakit jantung pada ibu; merokok (risiko 2x
lipat); penyalahgunaan zat (risiko 3x lipat).
3. Pekerjaan: pekerjaan yang banyak menuntut kemampuan fisik, berdiri
terlalu lama, bekerja dalam shift, dan bekerja dimalam hari.

4
4. Kondisi uterus: kelainan, cedera pada serviks atau abnormalitas (temasuk
pajanan dietilstilbestrol [DES] didalam uterus, konisasi serviks, atau
riwayat induksi aborsi pada trimester kedua), fibroid, atau kontraksi uterus
yang berlebihan, infeksi.
5. Factor obstetrik: persalinan premature sebelumnya pada kehamilan usia
antara 16 dan 36 minggu (2-3x risiko semakin sering mengalami
persalinan prematur, semakin dini usia kehamilan-semakin besar risiko
mengalami persalinan prematur–hasil yang diperoleh pada persalinan
terakhir merupakan alat yang lebih akurat untuk.

2.2. Etiologi persalinan premature


Penyebab sekitar 50% kelahiran prermature tidak diketahui. Namun,
sepertiga persalinan premature terjadi setelah ketuban pecah dini (PROM).
Komplikasi kehamilan lain, yang berhubungan dengan persalinan premature,
meliputi kehamilan multi jani, hidramnion, serviks tidak kompeten, plasenta
lepas secara premature, dan infeksi tertentu (seperti, polinefritis dan
korioamnionitis) (Andersen, Merkatz, 1990). Factor risiko persalinan dan
kelahiran premature telah diidentifikasi dabn beberapa kategori factor risiko
ini umumnya disepakati oleh petugas kesehatan prefesional. Kategori ini
terdiri dari risiko demografik, risiko medis, risiko kehamilan sat ini dan risiko
perilaku dan lingkungan (Institute of Medicine, 1985; Knuppel, Drukker,
1993; Neal, Bockman, 1992). Iritabilitas uterus dan kejadian yang
merangsang kontraksi uterus, seperti aktivitas seksual, defisiensi
progesterone, ketidakadekuatan volume plasma, dan infeksi tertentu, misalnya
Chlamydia, bisa terlibat dalam awitan persalinan premature. Pengaruh factor-
faktor ini belum dipahami dengan jelas (Bennett, Botti, 1989; Brustman, dkk;
1989; Main, 1988) (Bobak, 2004).

5
2.3. Manifestasi klinis persalinan premature
Bayi yang hampir selalu premature dan memerlukan resusitasi pada
saat dilahirkan mula-mula bernapas secara normal. Biasanya dalam waktu 30
menit pernapasan menjadi semakin sulit, ada retraksi pada sela-sela iga bawah
dan sternum ketika inspirasi, pernapasan cuping hidung dan terdengar bising
ekspiratorik. Beberapa jam kemudian tanda-tanda respiratory distress tersebut
menjadi semakin nyata. Kecepatan pernapasan meningkat sampai 80 hingga
120 permenit, dan setiap pernapasan membutuhkan upaya yang
berlebihan.Diafragma berkontraksi kuat, ada retraksi pada iga-iga dan
sternum, dan masuknya udara kedalam paru-paru berkurang.
Selama 12 hingga 24 jam berikutnya, tanda-tanda respiratory distress
mungkin mereda dan terjadi kepulihan total. akan tetapi, sering sekali
respiratory distress dan cyanosis semakin bertambah. Bayi menjadi lemah
serta tidak bereaksi dan mulai mengalami serangan apnea. Begitu timbul apne
yang berat !maka kemungkinan pemulihannya kecil. Walaupun begitu, setiap
bayi yang bisa bertahan hidup melampaui 96 jam pertama mempunyai
kemungkinan yang cukup besar untuk tetap hidup (Sinclair, 2009).

2.4. Klasifikasi persalinan premature


Kelahiran premature digolongkan kedalam 3 periode gestasi :
1. Kelahiran agak premature. Berlangsung antara usia kehamilan 35 dan 37
minggu.
2. Kelahiran sangat prematur. Berlangsung antara usia kehamilan 29 dan 34
minggu.
3. Kelahiran luar biasa prematur. Berlangsung antara usia kehamilan 24 dan
28 minggu.
Pelahiran yang lebih dini lagi biasanya disebut dangan keguguran karena
usia viabilitas terkini adalah 24 minggu, kecuali bayi telah menunjukan tanda-
tanda kehidupan pada saat kelahiran. Pelahiran prematur terindikasi adalah
kelahiran prematur yang dilakukan karena tindakan tersebut dianggap paling

6
tepat untuk ibu atau bayi (Liu, 2008). Kelahiran bayi premature spontan
adalah kelahiran prematur yang terjadi akibat:
1. Persalinan prematur spontan.
2. Pecah ketuban dan prapersalinan (PPROM) spontan.
Berat lahir dan usia kehamilan merupakan factor penting yang perlu
dipertimbangkan dalam penatalaksanaan bayi premature setelah bayi
dilahirkan:
1. Berat bayi lahir rendah kurang dari 2500 gram.
2. Berat bayi lahir sangat rendah kurang dari 1500 gram.
3. Berat bayi luar biasa rendah kurang dari 1000 gram.

2.5. Patofisiologi persalinan premature


Neonatus dengan imaturitas pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat
menghasilkan kalori melalui peningkatan metabolisme. Hal itu disebabkan
karena respons menggigil bayi tidak ada atau kurang, sehingga tidak dapat
menambah aktivitas.sumber utama kalori bila ada stress dingin atau suhu
lingkungan rendah adalah thermogenesis nonshiver. Sebagai respons terhadap
rangsangan dingin, tubuh bayi akan mengeluarkan norepinefrin yang
menstimulus metabolisme lemak dari cadangan lemak cokelat untuk
menghasilkan kalori yang kemudian dibawa oleh darah ke jaringan. Stress
dingin dapat menyebabkan hipoksia, metabolisme asidosis dan hipoglikemia.
Peningkatan metabolisme sebagai respons terhadap stress dingin akan
meningkatkan kebutuhan kalor dan oksigen. Bila oksigen yang tersedia tidak
dapat memenuhi kebutuhan, tekanan oksigen berkurang (hipoksia) dan
keadaan inni akan menjad lebih buruk karena volume paru menurun akibat
bekurangnya oksigen darah dan kelainan paru (paru yang imatur). Keadaan ini
dapat sedikit tertolong oleh haemoglobin fetal (HbF) yang dapat mengikat
oksigen lebih banyak sehingga bayi dapat bertahan lebih lama pada kondisi
tekanan oksigen yang kurang (Liu, 2008).

7
Stress dingin akan direspons oleh bayi dengan melepas norepinefrin yang
menyebabkan vasokonstriksi paru. Akibatnya, menurunkan keefektifan
ventilasi paru sehingga kadar oksigen darah berkurang.keadaan ini
menghambat metabolisme glukosa dan menimbulkan glikolisis anaerob yang
menyebabkan peningkatan asam laktat, kondisi ini bersamaan dengan
metabolisme lemak cokelat yang menghasilkan asam sehingga meningkatkan
kontribusi terjadinya asidosis. Kegiatan metabolisme anaerob menghilangkan
glikogen lebih banyak daripada metabolisme aerob sehingga mempercepat
terjadinya hipoglikemia.kondisi ini terjadi terutama bila cadangan glikogen
saat lahir sedikit, sesudah kelahiran pemasukan kalori rendah atau tidak
adekuat (Liu, 2008).

2.6. Penatalaksanaan persalinan premature


1. Komuikasi
Komunikasi yang efektif sangat penting dalam perawatan dan
penatalaksaan ibu selama persalinan prematur.Ibu harus mendapat
informasi tentang resiko persalinan prematur.
2. Transfer In-Utero
CEMACH merekomendasikan agar ibu dan bayi ditangani tim pakar
spesialis. Jika tidak ada tim spesialis, transfer in-Utero ke unit yang
memiliki fasilitas spesialis kebidanan dan spesialis neonates sangat
dianjurkan agar dapat memperbaiki hasil kelahiran.
3. Analgesia
Penggunaan analgesia epidural bermanfaat dalam penatalaksanaan
persalinan premature karena dapat membantu mencegah dan menghambat
upaya ibu untuk mengejan sebelum pembukaan lengkap atau mencegah
dan menghambat kelahiran yang mendadak dan dramatis yang dapat
menyebabkan gangguan pada janin. Selain itu, juga dapat membantu
melemaskan otot dasar panggul dan perineum serta mampu mempercepat
kelahiran perabdomen, apabila dibutuhkan.

8
4. Tanda Vital Ibu dan Janin
Pemantauan ketat tanda vital ibu dan janin penting dilakukan untuk
menjamin keselamatan ibu dan bayi, khususnya ibu yang sejak awal sudah
memiliki masalah fisiologis seperti perdarahan dan infeksi. Hal itu
dilakukan sebab masalah tersebut dapat memperburuk dan menimbulkan
dampak negatif pada ibu dan bayi.
5. Penatalaksanaan Membran
Membran sedapat mungkin harus tetap utuh selama persalinan agar
cairan ketuban dapat berfungsi sebagai buffer untuk menahan tekanan
intrauterine yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus. Cairan ini dapat
membantu melindungi tubuh janin yang rapuh dan khususnya kepala janin
dari trauma lahir. Cairan ketuban dapat membantu meminimalkan
kompresi kepala janin guna mencegah hemoragi intraventrikular pasca-
pelahiran.
6. Model Pelahiran
Model pelahiran bergantung pada presentasi janin. Seksio sesarea juga
diindikasikan apabila ditemukan ganguan pada ibu atau janin, seperti
eklampsi berat yang disertai konvulsi. Kebanyakan persalinan preamtur
cenderung berlangsung dengan cepat dan dalam durasi singkat, dan banyak
kemungkinan akan lahir melalui vagina. Idealnya, peraslinan dan pelahiran
prematur harus berlangsung di unit rumah sakit konsultan akan tetapi, bidan
dapat juga dipanggil untuk membantu ibu yang akan melahirkan di komunitas
dan tidak mungkin menjalani transfer in-utero. Bidan harus meminta bantuan
tenaga bidan tambahan dan layanan para medik, jika dilingkungan tersebut
tidak ada ‘regu penyelamat’ obstetric. Bidan mungkin harus meresusitasi dan
mengintubasi bayyi prematur begitu bayi lahir dan mengupayakan
pemindahannya segera ke unit perawatan intensif neonatus (Liu, 2008).

2.7. Komplikasi umum yang terjadi pada bayi premature


1. Sindrom Gawat Napas (RDS)

9
Tanda Klinisnya : Mendengkur, nafas cuping hidung, retraksi, sianosis,
peningkatan usaha nafas, hiperkarbia, asiobsis respiratorik, hipotensi dan
syok.
2. Displasin bronco pulmaner (BPD) dan Retinopati prematuritas (ROP)
Akibat terapi oksigen, seperti perporasi dan inflamasi nasal, trakea, dan
faring. (Whaley & Wong, 1995)
3. Duktus Arteriosus Paten (PDA)
4. Necrotizing Enterocolitas (NEC) (Bobak, 2004).

2.8. Pencegahan persalinan premature


1. Hindari kehamilan pada ibu yang terlalu muda (< 17 tahun).
2. Hindari jarak kehamilan yang terlalu dekat.
3. Mengguanakan kesempatan periksa hamil dan memperoleh pelayanan
antenatal yang baik.
4. Anjuran tidak merokok maupun mengkonsumsi obat terlarang (narkotik).
5. Hindari kerja berat dan cukup istirahat.
6. Obati penyakit dengan segera yang dapat menyebabkan persalinan
preterm
7. Kenali dan obati infeksi genital/ saluran kencing.
8. Deteksi dan penanganan factor resiko terhadap persalinan preterm.
9. Dilaksanakan perawatan prenatal, diet, pemberian vitamin dan penjagaan
hygine.
10. Keadaan seperti toksemia dan DM memerlukan control yang seksama.
11. Tindakan pembedahan abdomen yang elektif dan tindakan operatif gigi
yang berat harus ditunda.
12. Pasien-pasien dengan kehamilan kembar harus istirahat ditempat tidur
sejak minggu ke-28 hingga ke-36/38.
13. Fibromyoma uteri, kalau memberikan keluhan, dirawat dengan istirahat
ditempat tidur dan analgesia. Pembedahan sedapat mungkin dihindari.

10
14. Plasenta previa dirawat dengan istirahat total dan tranfusi darah untuk
menunda kelahiran bayi sampai tercapai ukuran yang viable. Tentu saja
perdarahan yang hebat memerlukan pembedahan segera.
15. Inkompetensi serviks harus dijahit dalam bagian pertama trimester ke II
selama semua persyaratannya dipenuhi.
16. SC elektif dan ulangan hanya dilakukan kalau kita yakin bahwa bayi
sudah besar. Bahaya pada pembedahan yang terlalu dini adalah kelahiran
bayi kecil yang tidak bisa bertahan hidup.
17. Obat-obat dapat digunakan untuk menghentikan persalinan (Liu, 2008).

11
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

3.1. Pengkajian Keperawatan


Pada penatalaksanaan kelahiran premature dilakukan mendeteksi
persalinan premature secara dini, menekan aktivitas uterus, dan meningkatkan
perawatan intrapartum pada janin yang direncanakan dilahirkan lebih awal.
Semua wanita diskrining sesuai factor risiko yang berhubungan dengan
persalinan premature pada kunjungan prenatal awal. Banyak system
pengkajian risiko telah dikembangkan untuk membantu mengidentifikasi
wanita yang kemungkinan berisiko tinggi mengalami persalinan premature.
Para wanita perlu dikaji kembali setiap kali melakukan kunjungan prenatal
berikutnya. Mereka yang dianggap berisiko tinggi akan ditindaklanjuti dengan
lebih ketat, misalnya, setiap minggu. Mereka mendapat penyuluhan tentang
gejala persalinan premature. Pengawasan uterus dirumah dengan peralatan
tokodinamometer ambulasi bisa dilakukan untuk mendeteksi kontraksi uterus
yang berlebihan sebelum kontraksi dapat diterima oleh wanita itu sendiri.
Wanita tersebut akan mencatat aktivitas uterus setiap 2 kali sehari, data
dikirim melalui telpon rumah sakit atau kepada layanan pemantauan untuk
dianalisis.
1. Identifikasi klien
Nama, umur, kebangsaan, agama, pendidikan, pekerjaan alamat rumah.
2. Keluhan utama
Keluhan yang biasa terjadi yaitu mulas dan nyeri perut bagian bawah dan
mengeluarkan cairan pervaginam lendir bercampur darah.
3. Pemeriksaan
a. Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat / tidak teratur dalam batas normal (120
sampai 160) murmur jantung yang dapat menandakan duktus
arteriosus paten (DAP)

12
b. Makanan / Cairan
Ketidakadekuatan (berat badan kurang dari 2500 g) atau berat badan
berlebihan
c. Integritas Ego
Adanya ansietas sedang.
d. Nyeri / Ketidaknyamanan
Kontraksi intermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10
menit selama paling sedikit 30 detik dalam 30-60 menit.
e. Neurosensori
1) Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut
2) Ukuran kepala besar dalam hubungan dengan tubuh : sutura
mungkin mudah di gerakan, fontanel mungkin besar / terbuka lebar
3) Umumnya terjadi edema pada kelopak mata, mata mungkin
merapat
4) Reflek tergantung pada usia gestasi
f. Pernafasan
1) Apgar score mungkin rendah
2) Pernafasan dangkal, tidak teratur, pernafasan diafragmatik
intermiten (40-60 x/mnt) mengorok, pernafasan cuping hidung,
retraksi suprasternal subternal, sianosis ada.
3) Adanya bunyi ampelas pada auskultasi, menandakan sindrom
distres pernafasan (RDS)
g. Keamanan
Pada ibu : mungkin ada infeksi (misalnya infeksi saluran kemih (ISK)
atau infeksi vagina)
Pada bayi :
1) Suhu berfluktuasi dengan mudah
2) Menangis mungkin lemah
3) Wajah mungkin memar, mungkin kaput suksedaneum
4) Kulit transparan

13
5) Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh
6) Ekstremitas tampak edema
7) Garis telapak kaki terlihat
8) Kuku pendek
h. Seksualitas
1) Tulang servikal dilatasi
2) Perdarahan mungkin terlihat
3) Membran mungkin ruptur (KPD)
4) Perdarahan trimester ketiga
5) Riwayat aborsi, persalinan prematur, riwayat biopsi konus
6) Uterus mungkin distensi berlebihan, karena hidramnion,
makrosomia atau getasi multiple
7) Persalinan / kelahiran tergesa-gesa
8) Genetalia : Labia minora lebih besar dari labia mayora dengan
kritoris menonjol
i. Data Penunjang :
1) Pemeriksaan diagnostic
a) Ultrasonografi : Pengkajian getasi (dengan berat badan janin
500 sampai 2500 gram)
b) Tes nitrazin : menentukan KPD.
c) Jumlah sel darah putih : Jika mengalami peningkatan, maka itu
menandakan adanya infeksi amniosentesis yaitu radio lesitin
terhadap sfingomielin (L/S) mendeteksi fofatidigliserol (PG)
untuk maturitas paru janin, atau infeksi amniotik.
d) Pemantauan elektronik : memfalidasi aktifitas uterus / status
janin.
2) Pengobatan :
a) Cettrazidine 2 x 75 mg
b) Aminophylin 2 x 0,15 /IV
c) Mikasin 2 x 10 mg

14
d) Aminosteril 15 cc
3) Perhatian Khusus:
a) O2
b) Observasi TTV
4) Laboratorium
a) Ht : 46 vol %
b) Hb : 15,7 gr/dl
c) Leukosit : 11 900 ul
d) Clorida darah : 112 mEq
e) Natrium darah : 140
f) Kalium : 4,1
g) GDS : 63

3.2. Diagnosa Keperawatan


Beberapa diagnosa yang umum pada wanita yang mengalami persalinan
premature antara lain :
1. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan
dan informasi tentang pengenalan persalinan premature atau
penatalaksanaan persalinan premature yang ditandai dengan kurangnya
pengetahuan.
2. Risiko cedera berhubungan dengan gangguan mekanisme pertahanan
primer (mis; kulit robek akibat jahitan) yang ditandai dengan hambatan
fisik pada ibu atau janin.
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini (kemungkinan
persalinan premature) yang ditandai dengan gelisah dan ketakutan.
4. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (intensitas kontraksi
uterus) yang ditandai dengan ekspresi wajah nyeri dan laporan tentang
perilaku nyeri / perubahan kativitas.

15
5. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan ketidakadekuatan
pemahaman yang ditandai dengan tantangan situasi terhadap harga diri
dan ungkapan negative tentang diri.

3.3. Intervensi Keperawatan


No. Diagnosa NOC NIC
1. Defisiensi pengetahuan Pengetahuan : Persiapan melahirkan :
berhubungan dengan melahirkan dan a. Ajarkan ibu dan
kurang sumber persalinan pasangan mengenai
pengetahuan dan Criteria hasil : tanda-tanda
informasi tentang a. Tanda dan gejala persalinan
pengenalan persalinan persalinan b. Jelaskan procedure
premature atau b. Tahapan persalinan monitor secara rutin
penatalaksanaan dan melahirkan yang mungkin akan
persalinan premature c. Komplikasi potensial dilakukan selama
yang ditandai dengan persalinan proses persalinan
kurangnya d. Kelahiran bayi c. Berikan bimbingan
pengetahuan. antisipatif sebagai
Definisi : ketiadaan orangtua
atau defisiensi Bimbingan antisipatif :
informasi kognitif yang a. Bantu klien
berkaitan dengan topic mengidentifikasi
tertentu. kemungkinan
perkembangan situasi
krisis yang akan
terjadi dan efek dari
krisis yang bisa
berdampak pada klien
dan keluarga

16
b. Bantu klien untuk
beradaptasi dengan
adanya perubahan
peran
c. Anjurkan klien
mengosongkan
kandung kemih setipa
2 jam saat terjaga.
Mencegah tekanan
kandung kemih
penuh pada uterus
yang peka
2. Risiko cedera Kontrol risiko Identifikasi risiko :
berhubungan dengan Criteria hasil : a. Pertimbangkan
gangguan mekanisme a. Mencari informasi sumber-sumber di
pertahanan primer (mis; tentang risiko cedera komunitas yang
kulit robek akibat kesehatan sesuai dengan
jahitan) yang ditandai b. Memodifikasi gaya kebutuhan kesehatan
dengan hambatan fisik hidup untuk dan pemenuhan
pada ibu atau janin. mengurangi risiko kebutuhan sehari-hari
Definisi : rentan c. Menggunakan system b. Diskusikan dan
mengalami cedera fisik dukungan personal rencanakan aktivitas-
akibat kondisi untuk mengurangi aktivitas pengurangan
lingkungan yang risiko risiko berkolaborasi
berinteraksi dengan d. Mengenali perubahan dengan individu atau
sumber adaptif dan status kesehatan kelompok
sumber defensive c. Rencanakan monitor
individu, yang dapat risiko kesehatan
mengganggu kesehatan. dalam jangka panjang

17
d. Instruksikan factor
risiko dan rencana
untuk mengurangi
factor risiko
3. Ansietas berhubungan Tingkat kecemasan : Pengurangan
dengan ancaman pada Criteria hasil : kecemasan :
status terkini a. Kesulitan dalam a. Gunakan pendekatan
(kemungkinan penyelesaian masalah yang tenang dan
persalinan premature) b. Rasa takut yang meyakinkan
yang ditandai dengan disampaikan secara b. Jelaskan semua
gelisah dan ketakutan. lisan prosedur termasuk
Definisi : perasaan c. Rasa cemas yang sensasi yang akan
tidak nyaman atau disampaikan secara dirasakan yang
kekhawatiran yang lisan mungkin akan
samar disertai respons d. Kesulitan dalam dialami klien selama
otonom (sumber sering memahami sesuatu prosedur
kali tidak spesifik atau c. Berada di sisi klien
diketahui oelh untuk meningkatkan
individu); merupakan rasa aman dan
isyarat kewaspadaan mengurangi
yang memperingatkan ketakutan
individu untuk d. Identifikasi pada saat
bertindak menghadapi terjadi perubahan
ancaman. tingkat kecemasan
4. Nyeri akut berhubungan Kontrol nyeri Manajemen nyeri :
dengan agens cedera Criteria hasil : a. Lakukan pengkajian
fisik (intensitas a. Mengenali kapan nyeri komprehensif
kontraksi uterus) yang nyeri terjadi yang meliputi lokasi,
ditandai dengan b. Menggunakan karakteristik,

18
ekspresi wajah nyeri tindakan pengurangan onset/durasi,
dan laporan tentang nyeri tanpa analgesic frekuensi, kualitas,
perilaku nyeri / c. Menggunakan intensitas/beratnya
perubahan kativitas. analgesic yang telah nyeri, dan factor
Definisi : pengalaman direkomendasikan pencetus
sensori dan emosional oleh dokter b. Gunakan strategi
tidak menyenangkan d. Melaporkan gejala komunikasi
yang muncul akibat yang tidak terkontrol terapeutik untuk
kerusakan jaringan pada professional mengetahui
actual atau potensia kesehatan pengalaman nyeri dan
atau yang digambarkan Tingkat nyeri sampaikan
sebagai kerusakan Criteria hasil : penerimaan pasien
(International a. Tingkat nyeri yang terhadap nyeri
Association for the dilaporkan c. Gali bersama pasien
Study of Pain); awitan b. Panjangnya episode factor-factor yang
yang tiba-tiba atau nyeri dapat menurunkan
lambat dari intensitas c. ekspresi nyeri wajah nyeri
ringan hingga berat d. Pilih dan
dengan akhir yang implementasikan
dapat diantisipasi atau tindakan yang
diprediksi. beragam (missal;
farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
memfasilitasi
penurunan nyeri,
sesuai dengan
kebutuhan
5. Harga diri rendah Harga diri Peningkatan harga diri :

19
situasional Criteria hasil : a. Monitor pernyataan
berhubungan dengan a. Penerimaan terhadap pasien mengenai
ketidakadekuatan keterbatasan diri harga diri
pemahaman yang b. Tinhkat kepercayaan b. Tentukan
ditandai dengan diri kepercayaan diri
tantangan situasi c. Respon yang pasien dalam hal
terhadap harga diri dan diharapkan dari orang penilaian diri
ungkapan negative lain c. Dukung pasien untuk
tentang diri. d. Gambaran tentang bisa mengidentifikasi
Definisi : munculnya bangga pada diri kekuatan
persepsi negative sendiri d. Bantu pasien untuk
tentang makna diri e. Perasaan tentang nilai menemukan
sebagai respons diri penerimaan diri
terhadap situasi saat ini. e. Bantu pasien untuk
mengatasi bullying
atau ejekan
f. Dukung tanggung
jawab pada diri
sendiri yang tepat

20
BAB 4
PENUTUP

4.1. Simpulan
Disini saya dapat menyimpulkan bahwa bayi bisa terlahir prematur
karena ada sebabnya, dan sebab itu sangat beragam. Sebab-sebab tersebut ada
yang datang dari sang ibu ada juga yang datang dari sang bayi itu sendiri.
Kelahiran prematur juga mempunyai akibat tersendiri terhadap si bayi. Salah
satu akibatnya adalah sang bayi akan mengalami masalah kesehatan pada
minggu-minggu awal kehidupannya. Bayi yang terlahir prematur juga
membutuhkan perawatan inkubator saat setelah lahir hingga si bayi bisa di
bawa pulang. Gunanya untuk menyamakan suhu udara saat bayi masih di
dalam kandungan dengan setelah ia lahir.

4.2. Saran
Dalam makalah ini saya berharap untuk menerima kritik dan saran dari
pembaca. Baik secara langsung maupun tidak langsung guna untuk mencapai
hasil yang maksimal. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya dan
khususnya bagi pembaca.

21
DAFTAR PUSTAKA
.
Bulechek, et al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Oxford: Elsevier
Global Rights.

Bobak, dkk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Chamberlain, Geoffrey. 2012. ABC Asuhan Persalinan. Jakarta: EGC.

Herdman, T., Heather., dan Komitsuru, Shigemi. 2015-2017. Diagnosis


Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Ed.X. Terjemahan oleh:
Budi Anna Keliat, dkk. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Indriyani, Diyan. 2014. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jogjakarta: Ar-Ruzz


Media.

Liu, David T.Y. 2008. Manual Persalinan. Jakarta: EGC.

Moorhead, et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Oxford: Elseveir


Global Rights.

Sinclair, Constance. 2009. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC.

Utami, Sintha. 2008. 100 Info Penting Persalinan. Jakarta: Dian Rakyat.

22

You might also like