Professional Documents
Culture Documents
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Askariasis
2.1.1.1. Morfologi
Bagian kepala dilengkapi dengan tiga buah bibir yaitu satu dibagian
mediodorsal dan dua lagi berpasangan dibagian latero ventral. Terdapat sepasang
papilla, di bagian pusat di antara ketiga bibir terdapat lubang mulut (bukal kaviti)
yang terbentuk segitiga dan kecil. Pada bagian posterior terdapat anusnya yang
melintang.
Telur ini tidak menetas di dalam tubuh manusia, tapi dikeluarkan bersama tinja
hospes.
Telur cacing ini ada yang dibuahi, disebut Fertilized. Bentuk ini ada dua
macam, yaitu yang mempunyai cortex, disebut Fertilized-corticated dan yang lain
tidak mempunyai cortex, disebut Fertilized-decorticated. Ukuran telur ini 60 x 45
mikron. Telur yang tidak dibuahi disebut unfertilized, ukurannya lebih lonjong :
90 x 40 mikron dan tidak mengandung embrio di dalamnya. Telur yang dibuahi
ketika keluar bersama tinja manusia tidak infektif. Di tanah pada suhu 20˚C-30˚C,
dalam waktu 2-3 minggu menjadi matang yang disebut telur infektif dan di dalam
telur ini sudah terdapat larva. Telur infektif ini dapat hidup lama dan tahan
terhadap pengaruh buruk.
Dalam paru-paru larva tumbuh dan berganti kulit selama 2 kali, kemudian
keluar dari kapiler, masuk ke alveolus dan seterusnya larva masuk sampai ke
bronkus, trakea, laring dan kemudian ke faring, berpindah ke esofagus dan
tertelan melalui saliva atau merayap melalui epiglotis masuk ke dalam traktus
digestivus. Terakhir larva sampai ke dalam usus halus bagian atas, larva berganti
kulit lagi menjadi cacing dewasa. Umur cacing dewasa kira-kira 1 tahun, dan
kemudian keluar secara spontan.
stadium ini merupakan stadium larva, dimana telur tersebut keluar bersama tinja
manusia dan di luar akan mengalami perubahan dari stadium larva I – stadium III
yang bersifat infektif.
Telur-telur ini tahan terhadap berbagai desinfektan dan dapat tetap hidup
bertahun-tahun di tempat yang lembab. Di daerah hiperendemik, anak-anak
terkena infeksi secara terus-menerus sehingga jika beberapa cacing keluar, yang
lain menjadi dewasa dan menggantikannya. Jumlah telur ascaris yang cukup
besar dan dapat hidup selama beberapa tahun maka larvanya dapat tersebar
dimana-mana, meyebar melalui tanah, air, ataupun melalui binatang. Jika
makanan atau minuman yang mengandung telur ascaris infektif masuk ke dalam
tubuh maka siklus hidup cacing akan berlanjut sehingga larva itu berubah menjadi
cacing. Jadi larva cacing ascaris hanya dapat menginfeksi tubuh melalui makanan
yang tidak dimasak ataupun melalui kontak langsung dengan kulit.
Gambar 2.1
Siklus hidup Ascaris lumbricoides.
1)Cacing dewasa
2) telur infertil dan telur fertil
5) larva yang telah menetas
7) larva matur
(Sumber : http://www.dpd.cdc.gov/dpdx)
Gambar 2.2
Sumber : Safar, Rosdiana Parasitologi Kedokteran.2009
2.1.1.6. Pencegahan
Selain hal di atas, hindari juga sayuran mentah yang tidak dimasak terlebih
dahulu dan jangan membiarkan makanan terbuka begitu saja, sehingga debu-debu
yang berterbangan dapat mengontaminasi makanan tersebut ataupun dihinggapi
serangga yang membawa telur-telur tersebut.
Untuk menekan volume dan lokasi dari aliran telur-telur melalui jalan ke
penduduk, maka pencegahannya dengan mengadakan penyaluran pembuangan
feses yang teratur dan sesuai dengan syarat pembuangan kotoran yang memenuhi
aturan kesehatan dan tidak boleh mengotori air permukaan untuk mencegah agar
tanah tidak terkontaminasi telur ascaris.
Untuk melengkapi hal di atas perlu ditambah dengan penyediaan sarana air
minum dan jamban keluarga, sehingga telah menjadi program nasional,
rehabilitasi sarana perumahan juga merupakam salah satu perbaikan keadaan
sosial ekonomi yang menjurus kepada perbaikan hygiene dan sanitasi.
Respon imun diperantarai oleh berbagai sel dan molekul larut yang disekresi
oleh sel-sel tersebut. Sel-sel utama yang terlibat dalam reaksi imun adalah limfosit
(sel B, sel T, dan sel NK), fagosit (neutrofil, eosinofil, monosit, dan makrofag),
sel asesori (basofil, sel mast, dan trombosit), sel-sel jaringan dan lain-lain. Bahan
larut yang disekresi dapat berupa antibodi, komplemen, mediator radang, dan
sitokin. Walaupun bukan merupakan bagian utama dari respon imun, sel-sel lain
dalam jaringan juga dapat berperan serta dengan memberi isyarat pada limfosit
atau berespons terhadap sitokin yang dilepaskan oleh limfosit dan makrofag.
a. Pertahanan fisik/mekanik
Kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin, merupakan garis
pertahanan terdepan terhadap infeksi.
b. Pertahanan biokimia
pH asam keringat, sekresi sebaseus, berbagai asam lemak yang dilepas kulit,
lizosim dalam keringat, saliva, air mata, dan air susu ibu, enzim saliva, asam
lambung, enzim proteolitik, antibodi, dan empedu dalam usus halus, mukosa
saluran nafas, gerakan silia.
c. Pertahanan humoral
Pertahanan humoral terdiri dari komplemen, protein fase akut, mediator asal
fosfolipid, sitokin IL-1, IL-6, TNF-α. Komplemen terdiri atas sejumlah besar
perotein yang bila diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi dan
berperan dalam respons inflamasi. Komplemen berperan sebagai opsonin yang
meningkatkan fagositosis, sebagai faktor kemotaktik dan juga menimbulkan
destruksi/lisis bakteri dan parasit.
Protein fase akut terdiri dari CRP, lektin, dan protein fase akut lain α1-
antitripsin, amyloid serum A, haptoglobin, C9, faktor B dan fibrinogen. Mediator
d. Pertahanan seluler
Fagosit, sel NK, sel mast, dan eosinofil berperan dalam sistem imun
nonspesifik seluler. Sel-sel imun tersebut dapat ditemukan dalam sirkulasi atau
jaringan. Contoh sel yang dapat ditemukan dalam sirkulasi adalah neutrofil,
eosinofil, basofil, monosit, sel T, sel B, sel NK, sel darah merah, dan trombosit.
Contoh sel-sel dalam jaringan adalah eosinofil, sel mast, makrofag, sel T, sel
plasma, dan sel NK.
Sistem imun spesifik terdiri atas sistem humoral dan sistem selular. Pada
imunitas humoral, sel B melepas antibodi untuk menyingkirkan mikroba
ekstraselular. Pada imunitas selular, sel T mengaktifkan makrofag sebagai efektor
untuk menghancurkan mikroba atau mengaktifkan sel CTC/Tc sebagai efektor
yang menghancurkan sel terinfeksi.
Pemeran utama dalam sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B atau
sel B. Humor berarti cairan tubuh. Sel B berasal dari sel asal multipoten di
sumsum tulang. Sel B yang dirangsang oleh benda asing akan berproliferasi,
berdiferensiasi menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi. Antibodi yang
dilepas dapat ditemukan dalam serum. Fungsi utama antibodi ialah pertahanan
terhadap infeksi ekstraselular, virus dan bakteri serta menetralkan toksinnya.
Limfosit T atau sel T berperan pada sistem imun spesifik selular. Sel
tersebut juga berasal dari sel asal yang sama seperti sel B. Pada orang dewasa, sel
T dibentuk di dalam sumsum tulang, tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi
di dalam kelenjar timus atas pengaruh berbagai faktor asal timus. 90-95% dari
semua sel T dalam timus tersebut mati dan hanya 5-10% menjadi matang dan
selanjutnya meninggalkan timus untuk masuk ke dalam sirkulasi.
Faktor timus yang disebut timosin dapat ditemukan dalam peredaran darah
sebagai hormon asli dan dapat mempengaruhi diferensiasi sel T di perifer.
Berbeda dengan sel B, sel T terdiri atas beberapa subset sel dengan fungsi yang
berlainan yaitu sel 𝐶𝐷4+ (Th1, Th2), 𝐶𝐷8+ atau CTL atau Tc dan Ts atau sel
Tr atau Th3. Fungsi utama sistem imun spesifik selular ialah pertahanan terhadap
bakteri yang hidup intraselular, virus, jamur, parasit dan keganasan. Sel 𝐶𝐷4+
mengaktifkan sel Th1 yang selanjutnya mengaktifkan makrofag untuk
menghancurkan mikroba. Sel 𝐶𝐷8+ memusnahkan sel terinfeksi.
Akibat dari infeksi parasit dapat disebabkan oleh tidak adanya reaksi imun
sehingga terjadi superinfeksi berat di satu pihak dan di pihak lain terjadi reaksi
imunopatologik yang berlebihan sehingga mengancam jiwa. Parasit harus berada
di antara kedua ekstrem ini untuk menghindari kematian pejamu dan pada saat
yang sama menghindar dari reaski imun, supaya ia sendiri tetap hidup. Pada
Parasit yang masuk ke dalam lumen saluran cerna, pertama dirusak oleh
IgG, IgE dan juga mungkin dibantu oleh ADCC. Sitokin yang dilepas sel T yang
dipacu antigen spesifik merangsang proliferasi sel goblet dan sekresi bahan mukus
yang menyelubungi cacing yang rusak. Hal itu memungkinkan cacing dapat
dikeluarkan dari tubuh melalui peningkatan gerakan usus yang diinduksi mediator
sel mast seperti LTD4 dan diare akibat pencegahan absorbsi natrium yang
tergantung glukosa oleh histamin dan prostaglandin asal sel mast.
IgG/IgA dan melepas protein kationik, MBP dan neurotoksin. PMN dan makrofag
menempel melalui IgA/IgG dan melepas superoksida, oksida nitrit dan enzim
yang membunuh cacing.
IgE parasit diduga banyak ahli hanya merupakan bagian dari peningkatan
masif IgE yan g diinduksi IL-4 oleh sel Th2 dan eksesnya diduga untuk
memenuhi IgER pada permukaan sel mast untuk dijadikan refrakter terhadap
rangsangan antigen parasit.
2.4. Eosinofilia
Eosinofil dapat bertahan dalam sirkulasi darah selama 8-12 jam, dan
bertahan lebih lama sekitar 8-12 hari di dalam jaringan apabila tidak terdapat
stimulasi. Sel ini mirip dengan neutrofil kecuali granula sitoplasmanya lebih kasar
dan berwarna lebih merah gelap (karena mengandung protein basa) dan jarang
terdapat lebih dari 3 lobus inti. Mieloit eosinofil dapat dikenali tetapi stadium
sebelumnya tidak dapat dibedakan dari prekursor neutrofil. Waktu perjalanan
dalam darah untuk eosinofil lebih lama darpada untuk neutrofil.