You are on page 1of 15

 Fungsi pemeriksaan faal ginjal adalah:

i) untuk mengidentifi kasi adanya gangguan fungsi ginjal


ii) untuk mendiagnosa penyakit ginjal
iii) untuk memantau perkembangan penyakit
iv) untuk memantau respon terapi
v) untuk mengetahui pengaruh obat terhadap fungsi ginjal

KreatininTop

Nilai normal : 0,6-1,3 mg/dL SI : 62-115 Imol/L

Deskripsi :
Tes ini untuk mengukur jumlah kreatinin dalam darah. Kreatinin dihasilkan selama kontraksi
otot skeletal melalui pemecahan kreatinin fosfat. Kreatinin diekskresi oleh ginjal dan
konsentrasinya dalam darah sebagai indikator fungsi ginjal. Pada kondisi fungsi ginjal
normal, kreatinin dalam darah ada dalam jumlah konstan. Nilainya akan meningkat pada
penurunan fungsi ginjal.

Serum kreatinin berasal dari masa otot, tidak dipengaruhi oleh diet, atau aktivitas dan
diekskresi seluruhnya melalui glomerulus. Tes kreatinin berguna untuk mendiagnosa fungsi
ginjal karena nilainya mendekati glomerular fi ltration rate (GFR).

Kreatinin adalah produk antara hasil peruraian kreatinin otot dan fosfokreatinin yang
diekskresikan melalui ginjal. Produksi kreatinin konstan selama masa otot konstan.
Penurunan fungsi ginjal akan menurunkan ekskresi kreatinin.

Implikasi Klinik KreatininTop

 Konsentrasi kreatinin serum meningkat pada gangguan fungsi ginjal baik karena gangguan
fungsi ginjal disebabkan oleh nefritis, penyumbatan saluran urin, penyakit otot atau dehidrasi
akut.
 Konsentrasi kreatinin serum menurun akibat distropi otot, atropi, malnutrisi atau
penurunan masa otot akibat penuaan.
 Obat-obat seperti asam askorbat, simetidin, levodopa dan metildopa dapat mempengaruhi
nilai kreatinin pada pengukuran laboratorium walaupun tidak berarti ada gangguan fungsi
ginjal.
 Nilai kreatinin boleh jadi normal meskipun terjadi gangguan fungsi ginjal pada pasien
lanjut usia (lansia) dan pasien malnutrisi akibat penurunan masa otot.
 Kreatinin mempunyai waktu paruh sekitar satu hari. Oleh karena itu diperlukan waktu
beberapa hari hingga kadar kreatinin mencapai kadar normal untuk mendeteksi perbaikan
fungsi ginjal yang signifikan.
 Kreatinin serum 2 - 3 mg/dL menunjukan fungsi ginjal yang menurun 50 % hingga 30 %
dari fungsi ginjal normal.
 Konsentrasi kreatinin serum juga bergantung pada berat, umur dan masa otot.
Faktor Pengganggu KreatininTop

 Olahraga berat, angkat beban dan prosedur operasi yang merusak otot rangka dapat
meningkatkan kadar kreatinin
 Alkohol dan penyalahgunaan obat meningkatkan kadar kreatinin
 Atlet memiliki kreatinin yang lebih tinggi karena masa otot lebih besar
 Injeksi IM berulang dapat meningkatkan atau menurunkan kadar kreatinin
 Banyak obat dapat meningkatkan kadar kreatinin
 Melahirkan dapat meningkatkan kadar kreatinin
 Hemolisis sampel darah dapat meningkatkan kadar kreatinin
 Obat-obat yang meningkatkan serum kreatinin: trimetropim, simetidin, ACEI/ARB

Kreatinin Urin/ Kreatinin clearance Top

Nilai normal : Pria : 1-2 g/24 jam


Wanita : 0,8-1,8 g/24 jam

Deskripsi:
Kreatinin terbentuk sebagai hasil dehidrasi kreatin otot dan merupakan produk sisa kreatin.
Kreatinin difi ltrasi oleh glomerulus ginjal dan tidak direabsorbsi oleh tubulus pada kondisi
normal. Kreatinin serum dan klirens kreatinin memberikan gambaran fi ltrasi glomerulus.

Implikasi Kreatinin Urin/ Kreatinin clearance Top

Implikasi klinik:
Pengukuran kreatinin yang diperoleh dari pengumpulan urin 24 jam, namun hal itu sulit
dilakukan. Konsentrasi kreatinin urin dihubungkan dengan volume urin dan durasi
pengumpulan urin (dalam menit) merupakan nilai perkiraan kerja fungsi ginjal yang
sebenarnya.

Kategori kerusakan ginjal berdasarkan kreatinin serum dan klirens


Derajat kegagalan ginjal Klirens Kreatinin (mL/menit) Serum Kreatinin (mg/dL)
Normal > 80 1,4
Ringan 57-79 1,5-1,9
Moderat 10-49 2,0-6,4
Berat < 10 > 6,4
Anuria 0 > 12
Cara Menghitung Kreatinin Urin/ Kreatinin clearanceTop

Perhitungan Klirens Kreatinin dari Konsentrasi Kreatinin Serum


1) Menurut CE, untuk anak 1-18 tahun Clcr=[0,48x(tinggi)]/Scr
Keterangan; Clcr = kreatinin klirens dalam mL/min/1,73 m2
Scr=serum kreatinin dalam mg/dL

2) , memperhitungkan umur pasien, pada umumnya dapat dipakai untuk pasien dewasa yang
berumur 20-80 tahun. Dengan metode ini makin tua pasien makin kecil klirens kreatinin
untuk konsentrasi kreatinin serum yang sama.
Pria : Clcr=[98-0,8x(umur-20)]/Scr
Wanita: Hendaknya menggunakan 90% dari Clcr yang diperoleh pada pria atau hasil dari
priax0,90

3) juga digunakan untuk memperkirakan klirens kreatinin dari konsentrasi kreatinin serum
pasien dewasa. Metode ini melibatkan umur dan berat badan pasien.
o Pria : Clcr={[140-umur(tahun)]xberat badan (kg)}/[72xScr(mg/dL)]
o Wanita : Untuk pasien wanita menggunakan 85 % dari harga Clcr yang diperoleh pada pria
atau hasil dari pria x 0,85

Obat-obat Nefrotoksik Top

? Analgesik: naproksen, salisilat, fenoprofen, ibuprofen


? Anestesi: ketamin
? Antibiotik: kolistin, oksasilin, tetrasiklin, aminoglikosida, vankomisin, eritromisin,
rifampisin, sulfonamid
? Antiretroviral, asiklovir
? Preparat besi
? Diuretik: furosemid, tiazid, manitol
? Koloid: dextran
? Sitostatika: siklofosfamid, cisplatin
? Antijamur: amfoterisin
? Imunosupresan: siklosporin, takrolimus
? Antitrombotik: klopidogrel, ticlid
? Antidislipidemia: statin
? Golongan bifosfonat
? Antidepresan: amitriptilin
? Antihistamin
? Allopurinol
? Antikonvulsi: fenitoin, asam valproat
? Ulcer healing drugs: H2-blocker, penghambat pompa proton

a. Klirens kreatinin (Clcr)


Umur Pria (mL/menit) Wanita (mL/menit)
0-6 bulan 40-60 40-60
7-12 bulan 50-75 50-75
13 bulan- 4 tahun 60-100 60-100
5-8 tahun 65-110 65-110
9-12 tahun 70-120 70-120
13 tahun keatas 80-130 75-120

Tingkat kerusakan ginjal


parah < 10 mL/menit,
sedang 10-30 mL/menit,
ringan 30-70 /menit Deskripsi: Klirens kreatinin adalah pengukuran kecepatan tubuh (oleh
ginjal) membersihkan kreatinin, terutama pengukuran kecepatan fi ltrasi glomerolus (GFR).

Implikasi Klinik:
? Hasil penilaian dengan mengukur klirens kreatinin memberikan hasil yang lebih akurat.
? Pada anak-anak, nilai klirens kreatinin akan lebih rendah (kemungkinan akibat masa otot
yang lebih kecil)

Obat-obat yang perlu dimonitor pada pasien dengan ganguan fungsi ginjal
? Golongan aminoglikosida
? Obat dengan indeks terapi sempit

E. Parameter pemeriksaan faal ginjal

Ada berbagai tes urine dan darah yang dapat digunakan untuk menilai fungsi ginjal, yaitu:

1. Urinalisis Rutin

Tes skrining yang sederhana dan murah disebut urine rutin, merupakan tes yang seringkali

pertama diberikan jika masalah ginjal dicurigai.

a. Pra Analitik

Pada tahapan ini yang perlu diperhatikan adalah persiapan pasien seperti makanan, minuman

atau obat yang dikonsumsi sebelum pengambilan sampel. Lalu, pada proses pengambilan

sampel, pertama pemilihan bahan specimen. Yang terbaik adalah urin pagi atau setelah
bangun tidur. Specimen ini pekat sehingga lebih mudah mendapatkan kelainan yang ada.

Kedua cara pengambilan specimen dianjurkan urin porsi tengah secara bersih. Porsi tengah

urin adalah bagian urin yang dikeluarkan di tengah proses miksi. Secara bersih yaitu

didahului dengan membersihkan alat kelamin lalu urin ditampung tanpa mengenai bagian

badan atau penampung lain. Pada perempuan disarankan penampungan urin dengan

membuka labia alat kelamin. Ketiga adalah menggunakan penampungan yang bersih, kering,

bermulut lebar, ditutup dengan rapat, disposable dan memakai label.

Urin tersebut harus diperiksa/dianalisis dalam jangka waktu 1 jam dari saat pengeluaran agar

unsur-unsur yang ada tidak berubah terutama pH dan unsur-unsur selular. Apabila perlu

jangka waktu lebih lama sebelum dapat diperiksa maka diusahakan dengan menempatkan

penampung urin dalam pendingin atau menggunakan pengawet seperti toluene, formalin

40%, dll. Dilakukan pengolahan sampel urin untuk pemeriksaan sedimen dengan cara diputar

pada sentrifuge 1500-2000 rpm selama 5’. Supernatan dibuang ± 1 cc disisakan lalu dicampur

dengan sedimen.

b. Analitik

Pada tahapan ini dilakukan pemeriksaan makroskopis (warna, bau, kejernihan/kekeruhan, dan

berat jenis), mikroskopis atau sedimen urin (eritrosit, leukosit, silinder, sel epitel, kristal,

bakteri, dan parasit), seta kimia urin (pH, berat jenis, protein, glukosa, keton, bilirubin,

urobilinogen, nitrit, esterase leukosit, darah/Hb). Pemeriksaan kimia urin saat ini kebanyakan

dikerjakan dengan cara kimia kering menggunakan carik celup (test strip). Jika terdapat hasil

yang meragukan, maka dilakukan uji konformasi menggunakan metode gold standar.

c. Pasca Analitik

Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan, PMI, PME, pencantuman nilai rujukan,

verifikasi dan validasi hasil pemeriksaan.

d. Nilai Normal
Test Reference Range

Color Straw - Dark yellow

Appearance Clear – Hazy

Specific Gravity 1.003-1.029

pH 4.5-7.8

Protein Negative

Glucose Negative

Ketones Negative

Bilirubin Negative

Occult blood Negative

Leukocyte Esterase Negative

Nitrite Negative

Urobilinogen 0.1-1.0 EU/dL

WBCs 0-4/hpf

RBCs male: 0-3/hpf

female: 0-5/hpf

Casts 0-4/lpf

Bacteria Negative

EU = Ehrlich Units (ca. 1 mg) hpf = High Power Field (400x) lpf = Low Power Field

(100X)

e. Interference Factor

Parameter – parameter pemeriksaan dalam urin dipengaruhi oleh cara pengambilan specimen

yang tidak bersih/steril, persiapan pasien seperti makanan, minuman atau obat yang

dikonsumsi sebelumnya, waktu penyimpanan sampel, suhu, cahaya matahari, kontaminasi

udara, temperatur dan pH.


2. Creatinine Serum dan Creatinine Clearance Test

Uji klirens kreatinin mengevaluasi seberapa efisien ginjal membersihkan zat yang disebut

kreatinin dari darah. Kreatinin merupakan produk limbah dari metabolisme energi otot,

diproduksi pada tingkat yang konstan yang sebanding dengan massa otot individu . Karena

tubuh tidak mendaur ulangnya, sehingga semua kreatinin disaring oleh ginjal, dalam jumlah

waktu tertentu diekskresikan ke dalam urin, hal ini membuat pengukuran kreatinin sangat

spesifik untuk fungsi ginjal.

a. Pra Analitik

pasien tidak boleh berkemih sebelum permulaan percobaan. 30 menit sebelum percobaan

dimulai, pasien disuruh minum air sebanyak 400-500 mL sampai habis. Dilakukan

pengumpulan spesimen urin kumulatif selama periode 24 jam untuk penderita yang dirawat

dan 12 jam untuk pasien poliklinik dicatat waktunya tepat dengan menit serta volume urin

yang ditampung. Pada waktu porsi urin yang terakhir dikeluarkan, diambil darah pasien untuk

penetapan kreatinin darah. Jenis sampel untuk uji kreatinin darah adalah serum atau plasma

heparin. Kumpulkan 3-5 ml sampel darah vena dalam tabung bertutup merah (plain tube) atau

tabung bertutup hijau (heparin). Lakukan sentrifugasi dan pisahkan serum/plasma-nya.

Tinggi dan berat badan juga diukur.

b. Analitik

Dilakukan perhitungan diuresis urin dengan satuan cc/ menit, dilakukan pemeriksaan

kreatinin serum dan kreatinin urine metode jaffe reaction (fixed time). Lalu dilakukan

perhitungan klirens kreatinin dengan rumus:

Kreatinin klirens = U x V x f bila diuresis > 2 mL/menit, U x √V x f bila diuresis < 2

mL/menit
B B

Dengan:

U = kadar kreatinin urin (mg/dL)

V = diuresis per menit (cc/menit)

B = kadar kreatinin serum (mg/dL)

f = faktor hubungan antara berat badan dan tinggi badan

hasil juga dikalikan faktor pengenceran jika kadar melebihi batas linearitas.

c. Pasca Analitik

Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan, pencantuman nilai rujukan, PMI, PME,

Audit, verifikasi dan validasi hasil pemeriksaan.

d. Nilai Normal:

Kreatinin serum;

DEWASA : Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl. Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl. (Wanita sedikit lebih

rendah karena massa otot yang lebih rendah daripada pria).

ANAK : Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl. Bayi : 0,7-1,4 mg/dl. Anak (2-6 tahun) : 0,3-0,6

mg/dl. Anak yang lebih tua : 0,4-1,2 mg/dl. Kadar agak meningkat seiring dengan

bertambahnya usia, akibat pertambahan massa otot.

LANSIA : Kadarnya mungkin berkurang akibat penurunan massa otot dan penurunan

produksi kreatinin.

Kreatinin klirens untuk orang dewasa < 40 tahun adalah 120 ( 100-140 ) mL/menit. Untuk

orang dewasa usia lebih dari 40 tahun secara fisiologis berkurang 1% per tahun.

e. Interference Factor:

Uji klirens kreatinin dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kehamilan, massa otot atau berat

badan, diet atau asupan makanan, konsumsi obat dan proses pengumpulan urin 12 jam atau
24 jam. Selain itu juga dipengaruhi oleh persiapan atau riwayat pasien, pengolahan sampel

dan kondisi sampel seperti: hemolysis, bilirubin dan lipemik yang dapat menyebabkan false

negative. Asam askorbat, glukosa, dan beberapa antibiotik juga mempengaruhi hasil. Jika

kadar kreatinin melebihi batas linearitas, maka harus diencerkan.

3. Urea Clearance

Urea adalah produk limbah yang diciptakan oleh metabolisme protein dan diekskresikan

dalam urin. Urea Clearance mengukur fungsi glomeruli, karena ureum difiltrasi melalui

glomeruli itu. Tetapi urea clearance tidak boleh dipandang sama dengan nilai glomerular

filtration rate (GFR), karena sebagian dari ureum itu di dalam tubuli mendifusi kembali ke

dalam darah. Banyaknya ureum yang mendifusi lagi itu ditentukan oleh diuresis. Tes urea ini

memerlukan sampel darah untuk mengukur jumlah urea dalam aliran darah dan dua spesimen

urine, dikumpulkan satu jam terpisah, untuk menentukan jumlah urea yang disaring, atau

dibersihkan, oleh ginjal ke dalam urin.

a. Pra Anallitik

Kira-kira setengah jam sebelum percobaan dimulai, penderita disuruh minum air 400-500 mL

sampai habis. Penderita mengosongkan kandung kencingnya habis-habisan, misal pukul P

dicatat waktunya tepat dengan menit ketika urin mulai ditampung. 1 jam kemudian diambil

darah vena penderita. 1 jam lagi yaitu P jam + 120 menit, penderita mengosongkan kandung

kecingnya lagi untuk disimpan dan catat tepat dengan menit. Ukur tinggi dan berat badan.

Volume urin yang dikeluarkan selama 2 jam ditentukan volumenya.

b. Analitik

Dilakukan perhitungan diuresis urin dengan satuan cc/ menit, dilakukan pemeriksaan kadar

ureum pada serum dan urin dengan metode kolorimetrik enzimatik (berthelot). Lalu

dilakukan perhitungan urea clearance dengan rumus:

= U x V x f bila diuresis > 2 mL/menit, U x √V x f bila diuresis < 2 mL/menit


B B

Dengan:

U = kadar ureum urin (mg/dL)

V = diuresis per menit (cc/menit)

B = kadar ureum serum (mg/dL)

f = faktor hubungan antara berat badan dan tinggi badan

hasil juga dikalikan faktor pengenceran jika kadar melebihi batas linearitas. Satuan urea

clearance yaitu ml/menit atau ada juga yang lebih lazim dipakai yaitu dengan %. Apabila

didapatkan diuresis 2 ml/menit atau lebih, maka nilai urea clearance dibandingkan dengan 75

ml/menit yang dianggap 100%, bilamana diuresis kurang dari 2 ml/menit nilai clearance

dibandingkan dengan 54 ml/menit yang dianggap 100% pula.

c. Pasca Analitik

Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan, pencantuman nilai rujukan, PMI, PME,

Audit, verifikasi dan validasi hasil pemeriksaan.

d. Nilai Normal:

Kadar ureum normal umunya adalah 10- 40 mg/dL, dan dalam urin kadar normalnya adalah

26-43 g/24 jam. Nilai normal urea clearance berkisar antara 70-110 %, nilai normal itu

sebenarnya diperhitungkan untuk seorang yang mempunyai luasn badan 1,73 m2. Jika luas

badan seseorang tidak mendekati nilai itu, maka harus diadakan koreksi atas berat badan dan

tinggi badan.

e. Interference Factor

Uji urea clearance dipengaruhi oleh usia, berat badan, tinggi badan, katabolisme protein,

kebakaran, infark miokard, asupan makanan, kehamilan, gangguan hati, masa pertumbuhan

Selain itu juga dipengaruhi oleh persiapan atau riwayat pasien, dan pengolahan sampel. Jika

kadar ureum melebihi batas linearitas, maka harus diencerkan.


4. Tes Osmolalitas

Tes Osmolalitas urin adalah pengukuran jumlah partikel terlarut dalam urin, ini adalah

pengukuran yang lebih tepat daripada berat jenis untuk mengevaluasi kemampuan ginjal

untuk berkonsentrasi atau encer urin. Ginjal yang berfungsi normal akan mengeluarkan lebih

banyak air ke dalam urin sebagai asupan cairan meningkat, menipiskan urin. Jika asupan

cairan menurun, ginjal mengekskresikan sedikit air dan urin menjadi lebih pekat.

a. Pra Analitik

Tes ini dapat dilakukan pada sampel urin yang dikumpulkan hal pertama di pagi hari, pada

beberapa sampel waktunya, atau pada sampel kumulatif yang dikumpulkan selama dua puluh

empat jam. Pasien biasanya akan diresepkan diet tinggi protein selama beberapa hari sebelum

tes dan diminta untuk tidak minum cairan malam sebelum ujian.

b. Analitik

Dilakukan pengujian terhadap sampel urin yang telah dikumpulkan dengan metode yang

tepat.

c. Pasca Analitik

Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan, pencantuman nilai rujukan, PMI, PME,

Audit, verifikasi dan validasi hasil pemeriksaan.

5. Uji Protein Urin

Ginjal yang sehat menyaring semua protein dari aliran darah dan kemudian menyerap

kembali mereka, sehingga tidak ada protein, atau hanya sedikit jumlah protein, ke dalam urin.

Kehadiran terus-menerus dari sejumlah besar protein dalam urin, maka merupakan indikator

penting dari penyakit ginjal. Sebuah tes skrining positif untuk protein ( termasuk dalam urine
rutin ) pada sampel urin acak biasanya ditindaklanjuti dengan tes pada sampel urin 24 - jam

yang lebih tepat mengukur kuantitas protein.

a. Pra Analitik

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan specimen urin 24 jam. Supernatan urin yang telah

disentrifuge 1500- 2000 rpm, 5’ digunakan untuk pemeriksaan protein secara manual.

b. Analitik

Dilakukan pemeriksaan urin metode Bang.

c. Pra Analitik

Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan, pencantuman nilai rujukan, PMI, PME,

Audit, verifikasi dan validasi hasil pemeriksaan.

d. Nilai normal

Urin acak : negatif (≤15 mg/dl) dan Urin 24 jam : 25 – 150 mg/24 jam.

e. Interference Factor

Reaksi positif palsu mungkin disebabkan oleh albumin dan globulin. Hasil positif palsu dapat

disebabkan oleh hematuria, tingginya substansi molekular, infus polivinilpirolidon (pengganti

darah), obat (lihat pengaruh obat), pencemaran urine oleh senyawa ammonium kuaterner

(pembersih kulit, klorheksidin), urine yang sangat basa (pH > 8). Hasil negatif palsu dapat

disebabkan oleh urine yang sangat encer, urine sangat asam (pH di bawah 3)

6. Blood Urea Nitrogen

Tes darah urea nitrogen ( BUN ) . Urea adalah produk sampingan dari metabolisme protein .

Produk limbah ini terbentuk dalam hati , kemudian disaring dari darah dan diekskresikan

dalam urin oleh ginjal . The BUN tes mengukur jumlah nitrogen yang terkandung dalam urea

. Tingkat BUN yang tinggi dapat mengindikasikan disfungsi ginjal , tetapi karena nitrogen
urea darah juga dipengaruhi oleh asupan protein dan fungsi hati , tes ini biasanya dilakukan

bersamaan dengan kreatinin darah , indikator yang lebih spesifik fungsi ginjal.

a. Pra Analitik

Dilakukan pengambilan specimen darah pada pasien. Lalu dilakukan pengolahan sampel

untuk mendapatkan sampel serum. Untuk mengukur kadar ureum diperlukan sampel serum

atau plasma heparin. Kumpulkan 3-5 ml darah vena pada tabung bertutup merah atau

bertutup hijau (heparin), hindari hemolisis. Centrifus darah kemudian pisahkan

serum/plasma-nya untuk diperiksa. Penderita dianjurkan untuk puasa terlebih dulu selama 8

jam sebelum pengambilan sampel darah untuk mengurangi pengaruh diet terhadap hasil

laboratorium. Urea stabil 24 jam pada suhu kamar, beberapa hari pada suhu 2-8◦C, 2-3 bulan

jika dibekukan.

b. Analitik

Kadar ureum (BUN) diukur dengan metode kolorimetri menggunakan fotometer atau

analyzer kimiawi. Pengukuran berdasarkan atas reaksi enzimatik dengan diasetil monoksim

yang memanfaatkan enzim urease yang sangat spesifik terhadap urea. Konsentrasi urea

umumnya dinyatakan sebagai kandungan nitrogen molekul, yaitu nitrogen urea darah (blood

urea nitrogen, BUN). Namun di beberapa negara, konsentrasi ureum dinyatakan sebagai berat

urea total. Nitrogen menyumbang 28/60 dari berat total urea, sehingga konsentrasi urea dapat

dihitung dengan mengalikan konsentrasi BUN dengan 60/28 atau 2,14.

c. Pasca Analitik

Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan, pencantuman nilai rujukan, PMI, PME,

Audit, verifikasi dan validasi hasil pemeriksaan.

d. Nilai Normal:
Dewasa : 5 – 25 mg/dl

Anak : 5 – 20 mg/dl

Bayi : 5 – 15 mg/dl

Lansia : kadar sedikit lebih tinggi daripada dewasa.

e. Interference Factor:

Uji urea clearance dipengaruhi oleh asupan protein, fungsi hati, katabolisme protein,

kebakaran, infark miokard, asupan makanan, kehamilan, gangguan hati, masa pertumbuhan,

dehidrasi, konsumsi obat-obatan dan asupan nutrisi. Selain itu juga dipengaruhi oleh

persiapan atau riwayat pasien, dan pengolahan sampel.

7. Inulin dan Cystatin C

Inulin merupakan marker yang ideal karena memenuhi semua persyaratan tersebut, sehingga

klirens inulin dipakai sebagai baku emas dalam penghitungan LFG baik pada dewasa maupun

pada anak-anak. Pengukuran LFG dengan klirens inulin hanya dipakai dalam riset, karena

klirens inulin sulit dilakukan dalam praktek sehari-hari.

Prosedur pemeriksaan adalah dengan cara infus inulin selama 3 jam agar diperoleh kadar

yang stabil dalam cairan ekstraseluler. Dibutuhkan intake cairan yang banyak.
Akhir-akhir ini telah dikembangkan sebuah marker baru dalam mengevaluasi laju fitrasi

glomerulus yaitu dengan mengukur kadar cystatin C dalam serum. Cystatin C adalah protein

berbasis nonglycosylate yang diproduksi secara konstan oleh semua sel berinti. Cystatin C

bebas filtrasi dalam glomerulus dan dikatabolik dalam tubulus renal sehingga tidak disekresi

maupun direabsorbsi sebagai suatu molekul utuh. Oleh karena kadar cystatin C serum tidak

bergantung umur, jenis kelamin dan masa otot maka cystatin C dapat dipakai sebagai marker

yang lebih baik dibandingkan dengan kadar kreatinin serum dalam mengukur laju fitrasi

glomerulus.

You might also like