Professional Documents
Culture Documents
KreatininTop
Deskripsi :
Tes ini untuk mengukur jumlah kreatinin dalam darah. Kreatinin dihasilkan selama kontraksi
otot skeletal melalui pemecahan kreatinin fosfat. Kreatinin diekskresi oleh ginjal dan
konsentrasinya dalam darah sebagai indikator fungsi ginjal. Pada kondisi fungsi ginjal
normal, kreatinin dalam darah ada dalam jumlah konstan. Nilainya akan meningkat pada
penurunan fungsi ginjal.
Serum kreatinin berasal dari masa otot, tidak dipengaruhi oleh diet, atau aktivitas dan
diekskresi seluruhnya melalui glomerulus. Tes kreatinin berguna untuk mendiagnosa fungsi
ginjal karena nilainya mendekati glomerular fi ltration rate (GFR).
Kreatinin adalah produk antara hasil peruraian kreatinin otot dan fosfokreatinin yang
diekskresikan melalui ginjal. Produksi kreatinin konstan selama masa otot konstan.
Penurunan fungsi ginjal akan menurunkan ekskresi kreatinin.
Konsentrasi kreatinin serum meningkat pada gangguan fungsi ginjal baik karena gangguan
fungsi ginjal disebabkan oleh nefritis, penyumbatan saluran urin, penyakit otot atau dehidrasi
akut.
Konsentrasi kreatinin serum menurun akibat distropi otot, atropi, malnutrisi atau
penurunan masa otot akibat penuaan.
Obat-obat seperti asam askorbat, simetidin, levodopa dan metildopa dapat mempengaruhi
nilai kreatinin pada pengukuran laboratorium walaupun tidak berarti ada gangguan fungsi
ginjal.
Nilai kreatinin boleh jadi normal meskipun terjadi gangguan fungsi ginjal pada pasien
lanjut usia (lansia) dan pasien malnutrisi akibat penurunan masa otot.
Kreatinin mempunyai waktu paruh sekitar satu hari. Oleh karena itu diperlukan waktu
beberapa hari hingga kadar kreatinin mencapai kadar normal untuk mendeteksi perbaikan
fungsi ginjal yang signifikan.
Kreatinin serum 2 - 3 mg/dL menunjukan fungsi ginjal yang menurun 50 % hingga 30 %
dari fungsi ginjal normal.
Konsentrasi kreatinin serum juga bergantung pada berat, umur dan masa otot.
Faktor Pengganggu KreatininTop
Olahraga berat, angkat beban dan prosedur operasi yang merusak otot rangka dapat
meningkatkan kadar kreatinin
Alkohol dan penyalahgunaan obat meningkatkan kadar kreatinin
Atlet memiliki kreatinin yang lebih tinggi karena masa otot lebih besar
Injeksi IM berulang dapat meningkatkan atau menurunkan kadar kreatinin
Banyak obat dapat meningkatkan kadar kreatinin
Melahirkan dapat meningkatkan kadar kreatinin
Hemolisis sampel darah dapat meningkatkan kadar kreatinin
Obat-obat yang meningkatkan serum kreatinin: trimetropim, simetidin, ACEI/ARB
Deskripsi:
Kreatinin terbentuk sebagai hasil dehidrasi kreatin otot dan merupakan produk sisa kreatin.
Kreatinin difi ltrasi oleh glomerulus ginjal dan tidak direabsorbsi oleh tubulus pada kondisi
normal. Kreatinin serum dan klirens kreatinin memberikan gambaran fi ltrasi glomerulus.
Implikasi klinik:
Pengukuran kreatinin yang diperoleh dari pengumpulan urin 24 jam, namun hal itu sulit
dilakukan. Konsentrasi kreatinin urin dihubungkan dengan volume urin dan durasi
pengumpulan urin (dalam menit) merupakan nilai perkiraan kerja fungsi ginjal yang
sebenarnya.
2) , memperhitungkan umur pasien, pada umumnya dapat dipakai untuk pasien dewasa yang
berumur 20-80 tahun. Dengan metode ini makin tua pasien makin kecil klirens kreatinin
untuk konsentrasi kreatinin serum yang sama.
Pria : Clcr=[98-0,8x(umur-20)]/Scr
Wanita: Hendaknya menggunakan 90% dari Clcr yang diperoleh pada pria atau hasil dari
priax0,90
3) juga digunakan untuk memperkirakan klirens kreatinin dari konsentrasi kreatinin serum
pasien dewasa. Metode ini melibatkan umur dan berat badan pasien.
o Pria : Clcr={[140-umur(tahun)]xberat badan (kg)}/[72xScr(mg/dL)]
o Wanita : Untuk pasien wanita menggunakan 85 % dari harga Clcr yang diperoleh pada pria
atau hasil dari pria x 0,85
Implikasi Klinik:
? Hasil penilaian dengan mengukur klirens kreatinin memberikan hasil yang lebih akurat.
? Pada anak-anak, nilai klirens kreatinin akan lebih rendah (kemungkinan akibat masa otot
yang lebih kecil)
Obat-obat yang perlu dimonitor pada pasien dengan ganguan fungsi ginjal
? Golongan aminoglikosida
? Obat dengan indeks terapi sempit
Ada berbagai tes urine dan darah yang dapat digunakan untuk menilai fungsi ginjal, yaitu:
1. Urinalisis Rutin
Tes skrining yang sederhana dan murah disebut urine rutin, merupakan tes yang seringkali
a. Pra Analitik
Pada tahapan ini yang perlu diperhatikan adalah persiapan pasien seperti makanan, minuman
atau obat yang dikonsumsi sebelum pengambilan sampel. Lalu, pada proses pengambilan
sampel, pertama pemilihan bahan specimen. Yang terbaik adalah urin pagi atau setelah
bangun tidur. Specimen ini pekat sehingga lebih mudah mendapatkan kelainan yang ada.
Kedua cara pengambilan specimen dianjurkan urin porsi tengah secara bersih. Porsi tengah
urin adalah bagian urin yang dikeluarkan di tengah proses miksi. Secara bersih yaitu
didahului dengan membersihkan alat kelamin lalu urin ditampung tanpa mengenai bagian
badan atau penampung lain. Pada perempuan disarankan penampungan urin dengan
membuka labia alat kelamin. Ketiga adalah menggunakan penampungan yang bersih, kering,
Urin tersebut harus diperiksa/dianalisis dalam jangka waktu 1 jam dari saat pengeluaran agar
unsur-unsur yang ada tidak berubah terutama pH dan unsur-unsur selular. Apabila perlu
jangka waktu lebih lama sebelum dapat diperiksa maka diusahakan dengan menempatkan
penampung urin dalam pendingin atau menggunakan pengawet seperti toluene, formalin
40%, dll. Dilakukan pengolahan sampel urin untuk pemeriksaan sedimen dengan cara diputar
pada sentrifuge 1500-2000 rpm selama 5’. Supernatan dibuang ± 1 cc disisakan lalu dicampur
dengan sedimen.
b. Analitik
Pada tahapan ini dilakukan pemeriksaan makroskopis (warna, bau, kejernihan/kekeruhan, dan
berat jenis), mikroskopis atau sedimen urin (eritrosit, leukosit, silinder, sel epitel, kristal,
bakteri, dan parasit), seta kimia urin (pH, berat jenis, protein, glukosa, keton, bilirubin,
urobilinogen, nitrit, esterase leukosit, darah/Hb). Pemeriksaan kimia urin saat ini kebanyakan
dikerjakan dengan cara kimia kering menggunakan carik celup (test strip). Jika terdapat hasil
yang meragukan, maka dilakukan uji konformasi menggunakan metode gold standar.
c. Pasca Analitik
Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan, PMI, PME, pencantuman nilai rujukan,
d. Nilai Normal
Test Reference Range
pH 4.5-7.8
Protein Negative
Glucose Negative
Ketones Negative
Bilirubin Negative
Nitrite Negative
WBCs 0-4/hpf
female: 0-5/hpf
Casts 0-4/lpf
Bacteria Negative
EU = Ehrlich Units (ca. 1 mg) hpf = High Power Field (400x) lpf = Low Power Field
(100X)
e. Interference Factor
Parameter – parameter pemeriksaan dalam urin dipengaruhi oleh cara pengambilan specimen
yang tidak bersih/steril, persiapan pasien seperti makanan, minuman atau obat yang
Uji klirens kreatinin mengevaluasi seberapa efisien ginjal membersihkan zat yang disebut
kreatinin dari darah. Kreatinin merupakan produk limbah dari metabolisme energi otot,
diproduksi pada tingkat yang konstan yang sebanding dengan massa otot individu . Karena
tubuh tidak mendaur ulangnya, sehingga semua kreatinin disaring oleh ginjal, dalam jumlah
waktu tertentu diekskresikan ke dalam urin, hal ini membuat pengukuran kreatinin sangat
a. Pra Analitik
pasien tidak boleh berkemih sebelum permulaan percobaan. 30 menit sebelum percobaan
dimulai, pasien disuruh minum air sebanyak 400-500 mL sampai habis. Dilakukan
pengumpulan spesimen urin kumulatif selama periode 24 jam untuk penderita yang dirawat
dan 12 jam untuk pasien poliklinik dicatat waktunya tepat dengan menit serta volume urin
yang ditampung. Pada waktu porsi urin yang terakhir dikeluarkan, diambil darah pasien untuk
penetapan kreatinin darah. Jenis sampel untuk uji kreatinin darah adalah serum atau plasma
heparin. Kumpulkan 3-5 ml sampel darah vena dalam tabung bertutup merah (plain tube) atau
b. Analitik
Dilakukan perhitungan diuresis urin dengan satuan cc/ menit, dilakukan pemeriksaan
kreatinin serum dan kreatinin urine metode jaffe reaction (fixed time). Lalu dilakukan
mL/menit
B B
Dengan:
hasil juga dikalikan faktor pengenceran jika kadar melebihi batas linearitas.
c. Pasca Analitik
Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan, pencantuman nilai rujukan, PMI, PME,
d. Nilai Normal:
Kreatinin serum;
DEWASA : Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl. Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl. (Wanita sedikit lebih
ANAK : Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl. Bayi : 0,7-1,4 mg/dl. Anak (2-6 tahun) : 0,3-0,6
mg/dl. Anak yang lebih tua : 0,4-1,2 mg/dl. Kadar agak meningkat seiring dengan
LANSIA : Kadarnya mungkin berkurang akibat penurunan massa otot dan penurunan
produksi kreatinin.
Kreatinin klirens untuk orang dewasa < 40 tahun adalah 120 ( 100-140 ) mL/menit. Untuk
orang dewasa usia lebih dari 40 tahun secara fisiologis berkurang 1% per tahun.
e. Interference Factor:
Uji klirens kreatinin dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kehamilan, massa otot atau berat
badan, diet atau asupan makanan, konsumsi obat dan proses pengumpulan urin 12 jam atau
24 jam. Selain itu juga dipengaruhi oleh persiapan atau riwayat pasien, pengolahan sampel
dan kondisi sampel seperti: hemolysis, bilirubin dan lipemik yang dapat menyebabkan false
negative. Asam askorbat, glukosa, dan beberapa antibiotik juga mempengaruhi hasil. Jika
3. Urea Clearance
Urea adalah produk limbah yang diciptakan oleh metabolisme protein dan diekskresikan
dalam urin. Urea Clearance mengukur fungsi glomeruli, karena ureum difiltrasi melalui
glomeruli itu. Tetapi urea clearance tidak boleh dipandang sama dengan nilai glomerular
filtration rate (GFR), karena sebagian dari ureum itu di dalam tubuli mendifusi kembali ke
dalam darah. Banyaknya ureum yang mendifusi lagi itu ditentukan oleh diuresis. Tes urea ini
memerlukan sampel darah untuk mengukur jumlah urea dalam aliran darah dan dua spesimen
urine, dikumpulkan satu jam terpisah, untuk menentukan jumlah urea yang disaring, atau
a. Pra Anallitik
Kira-kira setengah jam sebelum percobaan dimulai, penderita disuruh minum air 400-500 mL
dicatat waktunya tepat dengan menit ketika urin mulai ditampung. 1 jam kemudian diambil
darah vena penderita. 1 jam lagi yaitu P jam + 120 menit, penderita mengosongkan kandung
kecingnya lagi untuk disimpan dan catat tepat dengan menit. Ukur tinggi dan berat badan.
b. Analitik
Dilakukan perhitungan diuresis urin dengan satuan cc/ menit, dilakukan pemeriksaan kadar
ureum pada serum dan urin dengan metode kolorimetrik enzimatik (berthelot). Lalu
Dengan:
hasil juga dikalikan faktor pengenceran jika kadar melebihi batas linearitas. Satuan urea
clearance yaitu ml/menit atau ada juga yang lebih lazim dipakai yaitu dengan %. Apabila
didapatkan diuresis 2 ml/menit atau lebih, maka nilai urea clearance dibandingkan dengan 75
ml/menit yang dianggap 100%, bilamana diuresis kurang dari 2 ml/menit nilai clearance
c. Pasca Analitik
Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan, pencantuman nilai rujukan, PMI, PME,
d. Nilai Normal:
Kadar ureum normal umunya adalah 10- 40 mg/dL, dan dalam urin kadar normalnya adalah
26-43 g/24 jam. Nilai normal urea clearance berkisar antara 70-110 %, nilai normal itu
sebenarnya diperhitungkan untuk seorang yang mempunyai luasn badan 1,73 m2. Jika luas
badan seseorang tidak mendekati nilai itu, maka harus diadakan koreksi atas berat badan dan
tinggi badan.
e. Interference Factor
Uji urea clearance dipengaruhi oleh usia, berat badan, tinggi badan, katabolisme protein,
kebakaran, infark miokard, asupan makanan, kehamilan, gangguan hati, masa pertumbuhan
Selain itu juga dipengaruhi oleh persiapan atau riwayat pasien, dan pengolahan sampel. Jika
Tes Osmolalitas urin adalah pengukuran jumlah partikel terlarut dalam urin, ini adalah
pengukuran yang lebih tepat daripada berat jenis untuk mengevaluasi kemampuan ginjal
untuk berkonsentrasi atau encer urin. Ginjal yang berfungsi normal akan mengeluarkan lebih
banyak air ke dalam urin sebagai asupan cairan meningkat, menipiskan urin. Jika asupan
cairan menurun, ginjal mengekskresikan sedikit air dan urin menjadi lebih pekat.
a. Pra Analitik
Tes ini dapat dilakukan pada sampel urin yang dikumpulkan hal pertama di pagi hari, pada
beberapa sampel waktunya, atau pada sampel kumulatif yang dikumpulkan selama dua puluh
empat jam. Pasien biasanya akan diresepkan diet tinggi protein selama beberapa hari sebelum
tes dan diminta untuk tidak minum cairan malam sebelum ujian.
b. Analitik
Dilakukan pengujian terhadap sampel urin yang telah dikumpulkan dengan metode yang
tepat.
c. Pasca Analitik
Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan, pencantuman nilai rujukan, PMI, PME,
Ginjal yang sehat menyaring semua protein dari aliran darah dan kemudian menyerap
kembali mereka, sehingga tidak ada protein, atau hanya sedikit jumlah protein, ke dalam urin.
Kehadiran terus-menerus dari sejumlah besar protein dalam urin, maka merupakan indikator
penting dari penyakit ginjal. Sebuah tes skrining positif untuk protein ( termasuk dalam urine
rutin ) pada sampel urin acak biasanya ditindaklanjuti dengan tes pada sampel urin 24 - jam
a. Pra Analitik
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan specimen urin 24 jam. Supernatan urin yang telah
disentrifuge 1500- 2000 rpm, 5’ digunakan untuk pemeriksaan protein secara manual.
b. Analitik
c. Pra Analitik
Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan, pencantuman nilai rujukan, PMI, PME,
d. Nilai normal
Urin acak : negatif (≤15 mg/dl) dan Urin 24 jam : 25 – 150 mg/24 jam.
e. Interference Factor
Reaksi positif palsu mungkin disebabkan oleh albumin dan globulin. Hasil positif palsu dapat
darah), obat (lihat pengaruh obat), pencemaran urine oleh senyawa ammonium kuaterner
(pembersih kulit, klorheksidin), urine yang sangat basa (pH > 8). Hasil negatif palsu dapat
disebabkan oleh urine yang sangat encer, urine sangat asam (pH di bawah 3)
Tes darah urea nitrogen ( BUN ) . Urea adalah produk sampingan dari metabolisme protein .
Produk limbah ini terbentuk dalam hati , kemudian disaring dari darah dan diekskresikan
dalam urin oleh ginjal . The BUN tes mengukur jumlah nitrogen yang terkandung dalam urea
. Tingkat BUN yang tinggi dapat mengindikasikan disfungsi ginjal , tetapi karena nitrogen
urea darah juga dipengaruhi oleh asupan protein dan fungsi hati , tes ini biasanya dilakukan
bersamaan dengan kreatinin darah , indikator yang lebih spesifik fungsi ginjal.
a. Pra Analitik
Dilakukan pengambilan specimen darah pada pasien. Lalu dilakukan pengolahan sampel
untuk mendapatkan sampel serum. Untuk mengukur kadar ureum diperlukan sampel serum
atau plasma heparin. Kumpulkan 3-5 ml darah vena pada tabung bertutup merah atau
serum/plasma-nya untuk diperiksa. Penderita dianjurkan untuk puasa terlebih dulu selama 8
jam sebelum pengambilan sampel darah untuk mengurangi pengaruh diet terhadap hasil
laboratorium. Urea stabil 24 jam pada suhu kamar, beberapa hari pada suhu 2-8◦C, 2-3 bulan
jika dibekukan.
b. Analitik
Kadar ureum (BUN) diukur dengan metode kolorimetri menggunakan fotometer atau
analyzer kimiawi. Pengukuran berdasarkan atas reaksi enzimatik dengan diasetil monoksim
yang memanfaatkan enzim urease yang sangat spesifik terhadap urea. Konsentrasi urea
umumnya dinyatakan sebagai kandungan nitrogen molekul, yaitu nitrogen urea darah (blood
urea nitrogen, BUN). Namun di beberapa negara, konsentrasi ureum dinyatakan sebagai berat
urea total. Nitrogen menyumbang 28/60 dari berat total urea, sehingga konsentrasi urea dapat
c. Pasca Analitik
Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan, pencantuman nilai rujukan, PMI, PME,
d. Nilai Normal:
Dewasa : 5 – 25 mg/dl
Anak : 5 – 20 mg/dl
Bayi : 5 – 15 mg/dl
e. Interference Factor:
Uji urea clearance dipengaruhi oleh asupan protein, fungsi hati, katabolisme protein,
kebakaran, infark miokard, asupan makanan, kehamilan, gangguan hati, masa pertumbuhan,
dehidrasi, konsumsi obat-obatan dan asupan nutrisi. Selain itu juga dipengaruhi oleh
Inulin merupakan marker yang ideal karena memenuhi semua persyaratan tersebut, sehingga
klirens inulin dipakai sebagai baku emas dalam penghitungan LFG baik pada dewasa maupun
pada anak-anak. Pengukuran LFG dengan klirens inulin hanya dipakai dalam riset, karena
Prosedur pemeriksaan adalah dengan cara infus inulin selama 3 jam agar diperoleh kadar
yang stabil dalam cairan ekstraseluler. Dibutuhkan intake cairan yang banyak.
Akhir-akhir ini telah dikembangkan sebuah marker baru dalam mengevaluasi laju fitrasi
glomerulus yaitu dengan mengukur kadar cystatin C dalam serum. Cystatin C adalah protein
berbasis nonglycosylate yang diproduksi secara konstan oleh semua sel berinti. Cystatin C
bebas filtrasi dalam glomerulus dan dikatabolik dalam tubulus renal sehingga tidak disekresi
maupun direabsorbsi sebagai suatu molekul utuh. Oleh karena kadar cystatin C serum tidak
bergantung umur, jenis kelamin dan masa otot maka cystatin C dapat dipakai sebagai marker
yang lebih baik dibandingkan dengan kadar kreatinin serum dalam mengukur laju fitrasi
glomerulus.