You are on page 1of 2

BERBAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR

LEWAT LITERASI MEMBACA

Membaca adalah salah satu aktivitas penting dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi
para pelajar. Kegiatan membaca ini sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan. Budaya
membaca yang ditanamkan dalam diri para pelajar sangat membantu dalam keberhasilan mereka
baik di sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti yang kita ketahui “Membaca
adalah Jembatan Ilmu”, dengan membaca kita dapat menambah wawasan kita baik dalam pelajaran
maupun pengetahuan umum lainnya. Gerakan Literasi Membaca yang diluncurkan oleh Kemdikbud
dan sudah dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015,
bertujuan untuk menumbuhkan minat baca para pelajar serta meningkatkan keterampilan mereka
agar pengetahuan yang mereka dapatkan bisa dikuasai secara lebih baik.

Di era saat ini, banyak para pelajar Indonesia yang lebih memilih bahan bacaan berupa buku-
buku terjemahan seperti novel-novel berbahasa asing. Dari hal itu kita mengetahui bahwa para
pelajar kurang meminati buku-buku yang berbahasa Indonesia. Padahal seharusnya mereka sebagai
generasi muda Indonesia lebih antusias membaca bahan bacaan yang menggunakan bahasa mereka
sendiri yaitu bahasa Indonesia. Karena kedudukan bahasa Indonesia itu sendiri adalah sebagai
bahasa pemersatu dan menunjukan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia. Jika hal ini sudah
dilakukan, secara otomatis mereka akan mengetahui tata berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

Menurut Ketua Osis SMK Negeri 3 Denpasar, Ni Kadek Mitha Ismayanti atau yang biasa
dipanggil Mitha, diterapkannya literasi membaca di SMK Negeri 3 Denpasar sangat membantu
meningkatkan minat baca para pelajar, dan berpengaruh juga terhadap fungsi perpustakaan yang
sebelumnya sempat ditinggalkan. Disediakannya perpustakaan mini di setiap kelas juga mendukung
kelancaran pelaksanaan literasi membaca. Gerakan literasi membaca ini secara tidak langsung dapat
menunjang kemampuan pemahaman para pelajar mengenai kaidah-kaidah pokok bahasa Indonesia.
Namun dipergaulan sehari-hari bahasa Indonesia yang digunakan juga bukan bahasa yang terlalu
baku tetapi tetap sesuai dengan kaidah berbahasa Indonesia yang benar.

Mitha sendiri adalah siswa yang fasih dalam berbahasa Inggris, namun ia tetap menerapkan
budaya berbahasa Indonesia yang baik dan benar. “Diposisi saya sebagai ketua osis, kontribusi yang
bisa saya berikan adalah dengan mengadakan lomba-lomba tentang bahasa Indonesia salah satunya
seperti lomba berpidato bahasa Indonesia yang tujuannya memang untuk melestarikan budaya
berbahasa Indonesia yang baik dan benar”, ujarnya.

Maria Rosa atau yang biasa dipanggil Ocha selaku siswa yang juga menguasai bahasa asing
seperti bahasa Perancis, Jepang, Mandarin, Korea dan bahasa Inggris, terbiasa menggunakan bahasa
asing tersebut dipergaulan sehari-harinya. Ia merasa kesulitan untuk menerapkan tata bahasa
Indonesia yang benar. “Agak susah sih, ya caranya diusahain aja bergaul dengan bahasa Indonesia
yang benar walaupun kadang kelupaan”, ujarnya. Ia sendiri juga mengungkapkan bahwa dalam
menerapkan literasi membaca ia lebih suka membaca komik-komik Jepang. Sangat disayangkan jika
pelajar Indonesia lebih antusias terhadap bahasa orang lain ketimbang bahasa mereka sendiri.
Dalam era globalisasi ini, jati diri bahasa Indonesia merupakan ciri bangsa Indonesia yang
perlu terus dipertahankan. Apabila kebanggaan bangsa Indonesia dengan jati diri yang tidak
tertanam disanubari setiap warga Indonesia, bahasa Indonesia akan mati dan ditinggalkan
pemakainya karena adanya kekacauan dalam pengungkapan pikiran. Banyak sekali tantangan bagi
kaum muda bangsa Indonesia terutama dalam penggunaan bahasa Indonesia, agar masyarakat
Indonesia lebih bangga menggunakan bahasa Indonesia perlu diingatkan kembali akan fungsi dan
kedudukan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia harus terus dibina dan dikembangkan sedemikian
rupa sehingga menjadi kebanggaan bagi bangsa Indonesia dalam pergaulan antarbangsa pada era
globalisasi ini.

You might also like