You are on page 1of 22

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN DISTRESS SPIRITUAL


Dosen pengampu : Natalia Yohanes, S.Kep., Ns.

DISUSUN OLEH :
MEILINDA KRISNA PUSPASARI (01.2.16.00547)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS BAPTIS KEDIRI


PRODI KEPERAWATAN STRATA 1
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah “MAKALAH KEPERAWATAN JIWA DISSTRESS SPIRITUAL ” ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih
atas masukan dan sumber dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
materi dengan baik.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca, karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.Kami mengucapkan terima kasih pada dosen
pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingannya selama kami
mengikuti mata kuliah tersebut.
Sekian dan terima kasih.

Kediri,17 maret 2018

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. I


DAFTAR ISI ........................................................................................................... II
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar belakang .......................................................................................... 1
1.2. Rumusan masalah ..................................................................................... 1
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2
2.1. Definisi Distress Spiritual ........................................................................ 2
2.2. Etiologi ..................................................................................................... 2
2.3. Karakteristik ............................................................................................. 2
2.4. Pengkajian ................................................................................................ 4
2.5. Diagnosa ................................................................................................... 4
2.6. Intervensi .................................................................................................. 7
2.7. Strategi Pelaksanaan Distress Spiritual .................................................... 9
2.8. Terapi aktifitas ........................................................................................ 16
2.9. Evaluasi .................................................................................................. 16
BAB III ................................................................................................................. 18
PENUTUP ............................................................................................................. 18
3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 18
3.2. Saran ....................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Spiritualitas adalah suatu aktivitas individu untuk mencari arti dan tujuan hidup
yang berkaitan dengan kegiatan spiritual atau keagamaan. Distress spiritual
merubuan suatu respons akibat dari suatu kejadian yang traumatis baik fisik
maupun emosional yang tidak sesuai dengan keyakinan atau kepercayaan pasien
dalam menerima kenyataan yang terjadi.
Bagi individu yang mengalami masalah bencana, seperti tsunami dan gempa di
propinsi NAD dn Nias, ketidaknyamanan akibat permasalahan – permasalahan
dari kejadian tersebut akan menimbulkan pertanyaan bagi pasien tentang apa yang
telah dilakukan atau apa yang akan terjadi selanjutnya terhadap dirinya. Pasien
terkadang ragu, bimbang atau antipati dengan spiritual atau agama yang
dianutnya. Menurut Rousseau (2003) distress spiritual harus pula diperhatikan
atau dipertimbangkan bila pasien mengeluhkan gejala – gejala fisik dan tidak
berespons terhadap intervensi yang efektif.

1.2. Rumusan masalah


1. Apa yang di maksud dengan Distress spiritual?
2. Bagaimana etiologi Distress spiritual?
3. Apa saja karakteristik dari Distress spiritual?
4. Bagaimana patofisiologi Distress spiritual?
5. Bagaimana strategi pelaksanaan Distress spiritual?
6. Apa saja terapi aktivitas Distress spiritual?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Distress spiritual.
2. Untuk mengetahui etiologi Distress spiritual.
3. Untuk mengetahui karakteristik dari Distress spiritual.
4. Untuk memahami patofisiologi Distress spiritual.
5. Untuk memahami strategi pelaksanaan Distress spiritual.
6. Untuk mengetahui terapi aktivitas Distress spiritual.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Distress Spiritual
Distress spiritual adalah suatu gangguan yang berkaitan dengan prinsip-
prinsip kehidupan, keyakinan, atau kegamaan dari pasien yang menyebabkan
gangguan pada aktivitas spiritual, yang merubuan akibat dari masalah -
masalah fisik atau psikososial yang dialami. (Dochterman, 2004: 120).

Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan


mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni,
musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besar dari dirinya (Nanda,
2005).

Distress spiritual adalah gangguan pada prinsip hidup yang meliputi aspek
dari seseorang yang menggabungkan aspek psikososial dan biologis seseorang.
(Wilkinson, Judith M., 2007: 490).

Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah
kegagalan individu dalam menemukan arti kehidupannya.

2.2. Etiologi
Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :
a. Pengkajian Fisik  Abuse
b. Pengkajian Psikologis  Status mental, mungkin adanya depresi, marah,
kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri
rendah, dan pemikiran yang bertentangan (Otis-Green, 2002).
c. Pengkajian Sosial Budaya  dukungan sosial dalam memahami
keyakinan klien (Spencer, 1998).
2.3. Karakteristik
Nanda (2005) meliputi empat hubungan dasar yaitu :
1. Hubungan dengan diri
a. Ungkapan kekurangan
1) Harapan

2
2) Arti dan tujuan hidup
3) Perdamaian/ketenangan
b. Penerimaan
c. Cinta
d. Memaafkan diri sendiri
e. Keberanian
1) Marah
2) Kesalahan
3) Koping yang buruk

2. Hubungan dengan orang lain


a. Menolak berhubungan dengan tokoh agama
b. Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
c. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung
d. Mengungkapkan pengasingan diri

3. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam


a. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi,
mendengarkan musik, menulis)
b. Tidak tertarik dengan alam
c. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan

4. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya


a. Ketidakmampuan untuk berdo’a
b. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
c. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan
d. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
e. Tiba-tiba berubah praktik agama
f. Ketidakmampuan untuk introspeksi
g. Mengungkapkan hidup tanpa harapan, menderita

3
2.4. Pengkajian

1) Faktor Predisposisi

Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi


kognitif seseorang sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana
dalam proses interaksi ini akan terjadi transfer pengalaman yang penting
bagi perkembangan spiritual seseorang.

Faktor predisposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan,


pendapatan, okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan,
politik, pengalaman sosial, tingkatan sosial.

2) Faktor Presipitasi

a.Kejadian Stresfull

Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi


karena perbedaan tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang
yang terdekat karena kematian, kegagalan dalam menjalin hubungan
baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan zat yang maha
tinggi.

b.Ketegangan Hidup

Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap


terjadinya distres spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual
keagamaan, perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan
peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok maupun komunitas

2.5. Diagnosa

Distress spiritual

Batasan karakteristik :

4
a. Hubungan dengan diri sendiri

1. Marah
2. Mengungkapkan kurang dapat menerima (kurang pasrah)
3. Mengungkapkan kurangnya motivasi
4. Mengungkapkan kurang dapat memaafkan diri sendiri
5. Mengungkapkan kekurangan harapan
6. Mengungkapkan kekurangan cinta
7. Mengungkapkan kekurangan makna hidup
8. Mengungkapkan kekurangan tujuan hidup
9. Mengunkapkan kurangnya ketenangan (mis, kedamaian)
10. Merasa bersalah
11. Koping tidak efektif

b. Hubungan dengan orang lain

1. Mengungkapkan rasa terasing


2. Menolak interaksi dengan orang yang dianggap penting
3. Menolak interaksi dengan pemimpin spiritual
4. Mengungkapkan dengan kata-kata telah terpisah dari system
pendukung

c. Hubungan dengan seni, litelatur, music, alam

1. Tidak berminat terhadap alam


2. Tidak berminat membaca litelatur spiritual
3. Ketidakmampuan mengungkapkan kondisi kreativitas sebelumnya
(mis, menyanyi/mendengarkan music/menulis)

d. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari pada dirinya


sendiri

5
1. Mengungkapkan kemarahan terhadap kekuatan yang lebih besar dari
dirinya
2. Mengungkapkan telah diabaikan
3. Mengungkapkan ketidakberdayaan
4. Mengungkapkan penderitaan
5. Ketidakmampuan berintrospeksi
6. Ketidakmampuan mengalami pengalaman religiositas
7. Ketidakmampuan berpartisipasi dalam aktivitas keagamaan
8. Perubahan yang tiba-tiba dalam praktek spiritual

e. Faktor Yang Berhubungan

1. Menjelang ajal, Ansietas


2. Sakit kronis, Kematian
3. Perubahan hidup, kesepian
4. Nyeri
5. Keterasingan diri
6. Keterasingan social
7. Gangguan sosiokultural

6
2.6. Intervensi

NIC

Spiritual Support

1. Gunakan komunikasi terapeutik untuk membangun kepercayaan dan


kepedulian empatik
2. Memanfaatkan alat untuk memonitor dan mengevaluasi kesejahteraan
rohani
3. Mendorong individu untuk meninjau kehidupan masa lalu dan fokus pada
peristiwa dan hubungan yang memberi kekuatan spiritual dan dukung
4. Perlakukan individu dengan bermartabat dan hormat
5. Mendorong pratinjau hidup melalui kenangan
6. Mendorong partisipasi dalam interaksi dengan anggota keluarga, teman,
dll
7. Menyediakan privasi dan cukup waktu untuk kegiatan spiritual
8. Mendorong partisipasi dalam kelompok pendukung
9. Ajarkan metode relaksasi, meditasi, dan citra dipandu
10. Bagi keyakinan sendiri tentang arti dan tujuan, sesuai
11. Berbagi perspektif spiritual sendiri, sesuai
12. Memberikan kesempatan untuk diskusi tentang berbagai sistem
kepercayaan dan pandangan dunia
13. Jadilah terbuka untuk ekspresi individu yang menjadi perhatian
14. Mengatur kunjungan oleh penasihat spiritual individu
15. Bermain dengan individu
16. Menyediakan musik spiritual, sastra, atau program radio atau TV ke
individu
17. Jadilah terbuka untuk ekspresi individu kesepian dan ketidakberdayaan
18. Mendorong kehadiran kapel layanan, jika diinginkan
19. Menyediakan artikel spiritual yang diinginkan, sesuai dengan preferensi
individu

7
20. Mengacu pada penasehat spiritual pilihan individu
21. Gunakan klarifikasi nilai teknik untuk membantu individu memperjelas
keyakinan dan nilai-nilai, yang sesuai
22. Selalu siap untuk mendengarkan perasaan individu
23. Mengungkapkan empati dengan perasaan individu
24. Memfasilitasi penggunaan individu meditasi, doa, dan tradisi keagamaan
lain nya dan ritual
25. Mendengarkan dengan seksama komunikasi individu, dan
mengembangkan rasa waktu untuk berdoa atau ritual spiritual
26. Yakinkan individu yang perawat akan tersedia untuk mendukung
individu dalam saat-saat penderitaan
27. Jadilah terbuka untuk perasaan individu tentang penyakit dan kematian
28. Membantu individu untuk mengekspresikan dengan benar dan
mengurangi kemarahan dengan cara yang tepat

Tujuan dan Kriteria Hasil :

NOC

1. Ansietas kematian
2. Konflict pembuatan keputusan
3. Koping, ketidakefektifan
4. Distress spiritual, resiko.

Kriteria hasil :

1. Mampu mengontrol kecemasan


2. Mampu Mengontrol tingkat depresi dan Ievel stress
3. Mampu memproses informasi
4. Penerimaan atau kesiapan menghadapi kematian
5. Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan
6. Penerimaan terhadap status kesehatan

8
7. Mampu beradaptasi terhadap ketidakmampuan fisik / cacat fisik
8. Adaptasi anak terhadap hospitalisasi
9. Psikososial penyesuaian: perubahan hidup
10. Kesehatan spiritual
11. Menunjukkan harapan arti hidup
12. Terlibat dalam lingkungan sosial

2.7. Strategi Pelaksanaan Distress Spiritual


Tindakan Psikoterapeutik
1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Tujuan tindakan keperawatan gangguan spiritual untuk pasien adalah
agar pasien:
a. Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Mengungkapkan penyebab gangguan spiritual.
c. Mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang spiritual yang diyakininya.
d. Mampumengembangkan skill untuk mengatasi masalah atau penyakit
atau perubahan spiritual dalam kehidupan.
e. Aktif melakukan kegiatan spiritual atau keagamaan.
f. Ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
2. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien.
b. Kaji faktor penyebab gangguan spiritual pada pasien.
c. Bantupasien mengungkapkan perasaan dan pikiran akan terhadap
spiritual yang diyakininya.
d. Bantu klien mengembangkan skill untuk mengatasi perubahan spiritual
dalam kehidupan.
e. Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan atau agama
yang dianut oleh pasien.
f. Fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain
g. Bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.

9
h. Bantu pasien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan ibadah
atau kegiatan spiritual lainnya.

Sp. 1-P : Bina hubungan saling percaya dengan pasien, kaji faktor penyebab
gangguan spiritual pada pasien, bantu pasien mengungkapkan perasaan
dan pikiran akan terhadap spiritual yang diyakininya, bantu klien
mengembangkan skill untuk mengatasi perubahan spiritual dalam
kehidupan.

a. Orientasi
Perawat : Assalamualaikum pak, nama saya suster Lily Puspita Rini saya
dipanggil Lily, Nama bapak siapa?
Pasien : Iya suster, nama saya Anton.
Perawat : Bapak suka dipanggil apa?
Pasien : Panggil saja saya Anton.
Perawat : Oh, baik. Saya dari Politeknik Kesehatan Depkes Tasikmalaya
Program Studi Keperawatan Cirebon yang akan merawat bapak
selama 2 minggu di sini. Bagaimana perasaan bapak pagi ini.
Pasien : Saya sedang sedih suster.
Perawat :Bagaimana kalau kita berbicara tentang masalah-masalah yang
bapak alami, kita ngobrol selama 30 menit ya? Dimana menurut
bapak tempat yang cocok untuk kita ngobrol?
Pasien : Di bawah pohon rindang saja suster.
Perawat : Oh disana? Mari pak kalau begitu.
b. Kerja

Perawat :Apa masalah yang bapak rasakan saat ini?


Pasien : Saya marah sama tuhan, saya tidak mau shalat dan tidak mau
mengaji lagi.Saya merasa tidak berguna lagi.
Perawat : Coba bapak sampaikan apa yang menyebabkan bapak tidak sholat
dan mengaji seperti dulu?

10
Pasien : Semenjak musibah tsunami itu saya kehilangan pekerjaan dan
harta saya suster.
Perawat : Oh,ya! selain itu faKtor apa lagi yang menyebabkan bapak tidak
sholat dan mengaji.
Pasien : Sekarang saya merasa sudah tidak berguna lagi.
Perawat : Coba bapak sampaikan pendapat bapak tentang agama atau
keyakinan yang bapak anut selama ini?
Pasien : Agama yang saya anut adalah agama yang membawa kedamaian.
Perawat : Menurut bapak, apakah agama yang bapak anut bisa membawa
kedamaian dan ketenangan dalam kehidupan bapak saat ini?
Pasien : Saya merasa ini tidak seperti yang saya yakini.
Perawat :Apakah hal tersebut yang mempengaruhi bapak sehingga kurang
aktif melakukan sholat dan mengaji?
Pasien : Iya suster.
Perawat : Apa saja kegiatan ibadah yang bapak jalankan?
Pasien : Shalat, shalawat dan zikir, suster.
Perawat : Yang mana kira-kira yang ingin bapak jalankan?
Pasien : Shalawat dan zikir, suster.
Perawat : Mari bapak coba misalnya sholawat atau zikir.
Pasien : Shalatullah salaamullah ‘alatoha rasulillah, salaatullah salamullah
‘alaa yasiin habibillah.
Perawat : Bagus sekali! Bagaimana perasaan bapak setelah mencoba?
Pasien : Saya merasa tenang, suster.
Perawat : Apa keuntungan giat beribadah yang pernah bapak rasakan?
Pasien : Saya merasa tenang, suster.
Perawat : Betul sekali, setelah beribadah kita merasa tenang.
c. Terminasi
Perawat : Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang–bincang?
Pasien : Saya merasa lebih lega, suster.
Perawat : Tampaknya bapak semangat menjawab pertanyaan suster ya?
Pasien : Iya suster.

11
Perawat : Coba bapak ulangi apa yang sudah kita diskusikan bersama-sama
hari ini!
Pasien : Saya merasa tidak maksimal beribadah dan tadi saya sudah
mencoba bershalawat, suster.
Perawat :Bagus sekali, jadi bapak sudah tahu penyebab masalah bapak ya?
Selain itu bapak juga telah mengungkapkan perasaan dan pikiran
bapak tentang agama dan tahu kegiatan yang bapak bisa lakukan.
Pasien : Iya suster.
Perawat : Nah sekarang ibadah mana yang bapak coba lakukan? Jangan lupa
ya pak!
Pasien : Iya suster.
Perawat : Besok lagi kita bertemu untuk mengetahui manfaat kegiatan
ibadah yang bapak lakukan serta belajar cara ibadah lain.
Pasien : Iya suster.
Perawat : Sampai jumpa bapak, Assalamualaikum!
Pasien : Waalaikumsalam.

Sp. 2-P : Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan atau
agama yang dianut oleh pasien, fasilitasi klien untuk menjalankan
ibadah sendiri atau dengan orang lain, bantu pasien untuk ikut serta
dalam kegiatan keagamaan.
a. Orientasi

Perawat : Assalamualaikum, bapak bagaimana keadaan dan perasaan bapak


saat ini?Sudah dicoba melakukan ibadah?
Pasien : Baik suster, sudah.
Perawat : Bagaimana perasaan bapak setelah mencoba?
Pasien : Lebih tenang.
Perawat : Hari ini kita akan mendiskusikan tentang persiapan alat-alat sholat
dan cara-cara menjalankan sholat baik sendiri maupun berjamaah.
Bagaimana kalau kita ngobrol selama 30 menit. Dimana bapak mau
ngobrol? Atau bagaimana kalau disini saja?

12
Pasien : Iya suster boleh.
b. Kerja
Perawat : Pak, sepengetahuan bapak, apa saja persiapaan sholat, baik alat
maupun diri kita?
Pasien : Pakai sarung, kopiah, dan sajadah.
Perawat : Bagus sekali! Menyiapkan kopiah, sajadah dan sarung dan
sebelum sholat bapa harus mandi dulu dan berwudlu.
Pasien : iya.
Perawat : Coba bapak sebutkan sholat lima waktu dalam sehari?
Pasien : Subuh, dzuhur, ashar, magrib, isya.
Perawat : Sholat subuh jam berapa? Bagaimana ucapannya?
Pasien : jam 4.30 wib. Ussholli fardossubkhi rok’ataini mustaqbilal kiblati
fadollillah hita’ala.
Perawat : Bagus sekali, Selain itu, bapak dapat melakukan sholat
berjamaah?
Pasien : Dulu sering tapi sekarang tidak pernah.
c. Terminasi
Perawat : Bagaimana perasaan bapak setelah kita diskusi tentang cara-cara
mempersiapkan alat sholat dan mengerjakan sholat.
Pasien : Lebih tenang dan legah sekarang suster.
Perawat : Berapa kali sehari bapak mencoba? Mari kita buat jadwalnya,
kalau sudah dilakukan beri tanda ya!
Pasien : 3x sehari dzuhur, ashar dan magrib saja suster.
Perawat : Besok saya akan datang untuk mendiskusikan tentang perasaan
bapak dalam melakuakn sholat serta membahas kegiatan ibadah
yang lainnya.
Pasien : Iya suster terimakasih.
Perawat : Kalau begitu saya permisi dulu. Sampai jumpa besok.
Assalamualaikum.
Pasien : Wa’alaikum salam.

13
Sp. 1-K : Bantu keluarga mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam
merawat pasien, bantu keluarga untuk mengetahui proses terjadinya
masalah spiritual yang dihadapi.
a. Orientasi
Perawat : Assalamualaikum, bu. Bagaimana keadaan keluarga ibu hari ini?
Ibu : Wa’alaikum salam. Alhamdulilah baik suster.
Perawat : Hari ini kita akan mendiskusikan tentang masalah yang ibu hadapi
dalam merawat atau membantu anak ibu, selama 30 menit. Disini
saja yah bu!
Ibu : Iya suster silakan.
b. Kerja
Perawat : Bu, menurut ibu apa masalah yang ibu hadapi dalam merawat atau
membantu anak ibu?
Ibu : Iya suster, anak saya jadi malas sholat dan tidak mau mengikuti
pengajian. Pada hal dia sangatlah rajin beribadah sebelumnya.
Pewat : Apakah hal tersebut terjadi setelah gempa atau akibat tsunami
yang lalu. Oh, jadi masalah yang ibu hadapi adalah susah
memberitahu dan mengajak dia untuk sholat lima waktu ya?
Ibu : Benar suster. Sekarang dia susah banget untuk di ajak sholat
semenjak kejadian stunami itu.
Perawat : Bagaimana dengan kegiatan keagamaan lainnya, apakah anak ibu
mau melakukannya?
Ibu : Tidak suster, dia males malesan saja di rumah. Diemm saja
Perawat : Jadi ibu kewalahan menasehati agar dapat melakukan ibadah dan
ini terjadi sesudah tsunami.
Ibu : Iya, saya sudah angkat tangan menyuruh dia untuk sholat.
Perawat : Ibu, biasanya kalau ada kejadian bencana seperti gempa tsunami,
kadang seseorang akan mengalami kejadian seperti itu anak ibu
tersebut. Oleh karena itu mari saya bantu ibu untuk bersama-sama
dan merawat anak ibu ya.
Ibu : Iya suster. Apa yang harus saya lakukan?

14
Perawat : Bu cara untuk membantu anak ibu yang malas sholat adalah
dengan selalu mengingatkan, mengajak atau memberi contoh
solatpada waktu sholat telah tiba. Selain itu ibu menyiapkan
perlengkapan sholat untuk anak ibu misalnya kopiah, sarung dan
sajadah. Lalu bu bersama-sama satu keluarga melakukan sholat
berjamah ya? Jangan lupa mengajak anak-anak untuk bersama-
sama sholat berjamaah. Bila perlu ajak anak ibu untuk menjadi
imam.
Ibu : Oh, begitu yah suster. Ings’allah saya akan melakukannya.
Perawat : Iya bu. Setelah sholat ibu ajak anak ibu untuk berdoa semoga
diberi kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi masalah akibat
adanya bencana alam yang dialami tersebut.
Ibu : Iyah suster
Perawat : Jangan lupa, agar ibu mengigatkan anak ibu untuk sholat Jum’at
berjamaah di masjid bersama warga lainnya. Ya bu yah?
Ibu : Siap suster.
Perawat : Kemudian, ibu jangan segan-segan untuk meminta nasehat dan
bantuan kepada ustadz setempat. Saya yakin mereka akan dengan
senang hati membantu ibu dan terutama memberi nasehat
keagamaan kepada anak ibu.
Ibu : Iya suster
Perawat : Sudah bisa mengerti cara merawat dan membantu anak ibu yang
mengalami masalah tersebut. Dengan demikian, ibu bisa membantu
agar dia aktif dan rajin sholat lima waktu serta mengikuti
pengajian, ya kan bu?
Ibu : Terimakasih suster atas nasehat ya.

c. Terminasi
Perawat : Bagaimana perasaan ibu setelah kita diskusi tentang
masalah-masalah yang ibu hadapi dalam merawat anak ibu?

15
Ibu : Lebih tenang suster dan semangat untuk mengajak anak saya
sholat lima waktu.
Perawat : Bisa ulangi kembali apa saja cara untuk masalah yang ibu hadapi
dalam merawat anak ibu tersebut?
Ibu : Dengan cara menasehati, mengajak dan selalu mengigatkan untuk
selalu beribadah suster.
Perawat : Bagus sekali bu, ibu sudah mengetahui semua permasalahan yang
terjadi ya?
Ibu : Iya suster.
Perawat : Kalau begitu saya pamit dulu. Assalamualaikum.
Ibu : Terimakasih bayak suster atas bantuannya. Wa’alaikum salam.

2.8. Terapi aktifitas


A. Psikofarmako
1. Memberikan obat-obatan sesuai program pengobatan pasien.

Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri.


Berdasarkan dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ) di Indonesia III aspek spiritual tidak digolongkan secara jelas
abuah masuk kedalam aksis satu, dua, tiga, empat atau lima.
2. Memantau keefektifan dan efek samping obat yang diminum.
3. Mengukur vital sign secara periodik.

B. Manipulasi Lingkungan
1. Memodifikasi ruangan dengan menyediakan tempat ibadah.
2. Menyediakan sarana dan prasarana untuk melakukan kegiatan spiritual.
3. Melibatkan pasien dalam kegiatan spiritual secara berkelompok.
2.9. Evaluasi
A. Kemampuan Pasien
1. Pasien mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat.
2. Pasien mengungkapkan penyebab gangguan spiritual.

16
3. Pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang spiritual yang
diyakininya.
4. Pasien mampu mengembangkan skill untuk mengatasi masalah atau
penyakit atau perubahan spiritual dalam kehidupan.
5. Pasien aktif melakukan kegiatan spiritual atau keagamaan.
6. Pasien ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
B. Kemampuan Keluarga
1. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam merawat pasien dengan
masalah spiritual.
2. Mengetahui proses terjadinya masalah spiritual yang dihadapi oleh pasien.
3. Mengetahui tentang cara merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah spiritual.
4. Melakukan rujukan pada tokoh agama apabila diperlukan.
C. Kemampuan Perawat
1. Mampu membina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga.
2. Mampu membantu pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan
dan pikiran tentang gangguan spiritual.
3. Mampu membantu pasien dan keluarga mengembangkan skill untuk
mengatasi masalah atau perubahan spiritual.
4. Mampu membantu pasien dalam melakukan kegiatan spiritual atau
keagamaan serta aktif dalam kegiatan sosial keagamaan.
5. Memberikan reinforcement bila keluarga melakukan hal – hal yang positif.

17
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Distress spiritual adalah suatu gangguan yang berkaitan dengan prinsip-
prinsip kehidupan, keyakinan, atau kegamaan dari pasien yang menyebabkan
gangguan pada aktivitas spiritual, yang merubuan akibat dari masalah -
masalah fisik atau psikososial yang dialami.
Kita sebagai perawat meminta orang-orang terdekat seperti keluarga,
teman dan tokoh masyarakat (ustadz) untuk membantu dalam mendukung
proses penyembuhan klien yang mengalami distress spiritual selain obat yang
di berikan di rumah sakit.

3.2. Saran
a. Melakukan pengkajian pada pasien distress spiritual.
b. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien distress spiritual.
c. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dengan distress spiritual.
d. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien dengan distress
spiritual.
e. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien
dengan distress spiritual.
f. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan distress
spiritual.

18
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

19

You might also like