You are on page 1of 12

Disusun Oleh :

Ni Luh Putu Martin


NIM : 1515471023

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN METRO
TAHUN AKADEMIK 2015 – 2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia hingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “TRI HITA KARANA”. Makalah ini disusun dengan berbagai sumber
yaitu media cetak dan media pendukung lainnya. Makalah ini dibuat berbagai tujuan yaitu
sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Agama , untuk menambah pengetahuan dan wawasan.
Lahir sebagai manusia sungguh mulia, sebab dapat memperbaiki karma. Semasih ada
kesempatan banyaklah berbuat Dharma. Membudayakan Tri Hita Karana akan dapat
memupus pandangan yang mendorong konsumerisme, pertikaian dan gejolak. Dengan
menerapkan Tri Hita Karana secara kreatif dan dinamis akan terwujudlah kehidupan
harmonis yang meliputi pembangunan manusia seutuhnya yang astiti bakti terhadap
Sanghyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, cinta kepada kelestarian lingkungan serta
rukun dan damai dengan sesamanya
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini, baik secara langsung maupun
tidak langsung.

Metro, 20 November 2015

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
Judul………………………………………………………………………..................i
Kata
pengantar………………………………………………………………..………………….ii
Daftar
isi……………………………………………………………………………..…………..iii
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………………..………….1
1.1 Latar
Belakang…………………………………………………………………..........1
1.2 Rumusan
Masalah………………………………………………………………..…...1
1.3
Tujuan………………………………………………………………………………..2 1.4
Manfaat…………………………………………………………………..……..……2
BAB 2
PEMBAHASAN……………………………………………………………..…………..3
2.1 Pengertian Tri Hita
Karana …………………………………………….…………...3
2.2 Bagian-Bagian Tri Hita
Karana……………………………………….……………..4
2.3 Tri Hita Karana Dalam Kehidupan Sehari-
Hari………………………………....…..5
2.4 Tri Hita Karana Dalam Perkembangan Peradaban
Manusia…………………………7
2.5 Tri Hita Karana Kaitannya Dengan Panca
Mahabhuta……………………………….7
2.6 Tri Hita Karana Kaitannya Dengan
Nyepi…………………………….…………….8
2.7 Tri Hita Karana Relevansinya Pada Antisipasi World Climate
Change…………....9
BAB 3
PENUTUP...……………………………………………………………………….…….11
3.1 Kesimpulan
……………………………………………………………………...…..11
3.2
Saran……………….……………………………………………………….…..…..11
DAFTAR
PUSTAKA…………….……...………………………………..………….13

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Konsep kosmologi TRI HITA KARANA merupakan falsafah hidup tangguh. Falsafah
tersebut memiliki konsep yang dapat melestarikan keanekaragaman budaya dan lingkungan
di tengah hantaman globalisasi. Pada dasarnya hakikat ajaran tri hita karana menekankan tiga
hubungan manusia dalam kehidupan di dunia ini. Ketiga hubungan itu meliputi hubungan
dengan ke Tuhanan, hubungan dengan sesama manusia, dan hubungan dengan alam
sekeliling, dan hubungan dengan sesama manusia yang saling terkait satu sama lain. Setiap
hubungan memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya. Prinsip
pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Apabila keseimbangan
tercapai, manusia akan hidup dengan mengekang dari pada segala tindakan berakses buruk.
Hidupnya akan seimbang, tenteram, dan damai. Hubungan antara manusia dengan alam
lingkungan perlu terjalin secara harmonis, bilamana keharmonisan tersebut di rusak oleh
tangan-tangan jahil, bukan mustahil alam akan murka dan memusuhinya.
Oleh karena itu keberadaan sumber daya manusia menjadi penentu
terhadap kondisi lingkungan hidupnya, baik secara individu maupun secara kolektif melalui
suatu sistem kelembagaan seperti Desa Adat. Untuk itulah perlu adanya tuntutan tentang
kesimbangan hidup syang disebut Tri Hita Karana. Ajaran ini begitu terkenal di Indonesia,
khususnya bagi umat Hindu di Bali. Dan konsepnya pun begitu ideal.

1.2 Rumusan Masalah

a. Jelaskan pengertian Tri Hita Karana?


b. Jelaskan konsep dasar tri hita karana dalam hubungan manusia dengan Tuhan?
c. Jelaskan konsep dasar tri hita karana dalam hubungan manusia dengan lingkungan?
d. Jelaskan konsep dasar tri hita karana dalam hubungan manusia dengan manusia?

1.3 Tujuan

a. Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh pebimbing Pendidikan Agama Hindu.
b. Untuk menambah wawasan tentang Tri Hita Karana.
c. Untuk mengetahui cara menerapkan Tri Hita Karana dalm kehidupan sehari-hari.
d. Untuk mengetahui sebab akibat hubunga dari Tri Hita Karana.
e. Untuk membangun rasa ingin tahu lebih mendalam mengenai Tri Hita Karana.

1.4 Manfaat

a. Dapat mengapresiasi Tri Hita Karana dalam kehidupan.


b. Dapat menjaga kelestarian Tri Hita Karana.
c. Dapat membangun hubungan harmoni dengan konsep Tri Hita Karana.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tri Hita Karana

Istilah Tri Hita Karana pertama kali muncul pada tanggal 11 November 1966, pada
waktu diselenggarakan Konferensi Daerah l Badan Perjuangan Umat Hindu Bali bertempat di
Perguruan Dwijendra Denpasar. Konferensi tersebut diadakan berlandaskan kesadaran umat
Hindu akan dharmanya untuk berperan serta dalam pembangunan bangsa menuju masyarakat
sejahtera, adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Kemudian istilah Tri Hita Karana ini
berkembang, meluas, dan memasyarakat.
Kata Tri Hita Karana berasal dari bahasa Sanskerta, dimana kata Tri artinya tiga, Hita
artinya sejahtra atau bahagia dan Karana artinya sebab atau penyebab. Jadi Tri Hita Karana
artinya tiga hubungan yang harmonis yang menyebabkan kebahagiaan bagi umat manusia.
Untuk itu ketiga hal tersebut harus dijaga dan dilestarikan agar dapat mencapai hubungan
yang harmonis. Sebagaimana dimuat dalam ajaran Agama Hindu bahwa ” kebahagiaan dan
kesejahteraan ” adalah tujuan yang ingin dicapai dalam hidup manusia, baik kebahagiaan atau
kesejahteraan fisik atau lahir yang disebut ” Jagadhita ” maupun kebahagiaan rohani dan
batiniah yang disebut ”Moksa ”
Dalam ajaran Tri Hita Karana yang artinya tiga penyebab kebahagiaan. Menurut
Wiana (2004) bahwa hakekat Tri Hita Karana adalah sikap hidup yang seimbang antara
memuja Tuhan dengan mengabdi pada sesama manusia serta mengembangkan kasih sayang
pada alam lingkungan. Ajaran tentang kesimbangan hidup sangat penting artinya dalam
kehidupan manusia, baik untuk menata kehidupan sekarang maupun untuk menata kehidupan
yang akan datang. Ajaran keseimbangan hidup menuntun manusia agar memperoleh
kehidupan yang aman, damai dan sejahtera.

2.2 Bagian-Bagian Tri Hita Karana

Secara leksikal Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kesejahteraan. (Tri = tiga, Hita =
sejahtera, Karana = penyebab). Pada hakikatnya Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga
penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara:

a) Manusia dengan Tuhannya ( Prahyangan)


Kata Parahyangan berasal dari bahasa sansekerta, dari kata ”Hyang”, yang berarti Ida
Sang Hyang Widhi Wasa. Jadi, kata parahyangan berarti hubungan yang harmonis dengan
Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dengan demikian kita harus menjalin hubungan yang harmonis
dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dengan cara menjalankan perintah-NYA dan menjauhi
larangan-NYA.

b) Manusia dengan alam lingkungannya ( Palemahan)


Kata palemahan berasal dari bahasa sansekerta, dari kata ”Lemah”, yang berarti
lingkungan sekitar/alam semesta. Jadi, kata palemahan berarti hubungan yang harmonis
antara manusia dengan lingkungan sekitar/alam semesta. Dengan demikian selain menjalin
hubungan yang harmonis dengan Tuhan dan sesama manusia kita juga harus menjalin
hubungan yang harmonis dengan lingkungan sekitar/alam semesta dengan cara menjaga
lingkungan sekitar dari kerusakan.

c) Manusia dengan sesamanya ( Pawongan).


Kata Pawongan berasal dari bahasa sansekerta, dari kata ”Wong”, yang berarti orang
atau manusia. Jadi, kata pawongan berarti hubungan yang harmonis antara manusia dengan
sesama manusia. Dengan demikian kita harus menjalin hubungan yang harmonis dengan
sesama manusia, dengan cara saling menghormati dan saling menghargai satu sama lain.

Untuk bisa mencapai kebahagiaan yang dimaksud, kita sebagai umat manusia perlu
mengusahakan hubungan yang harmonis ( saling menguntungkan ) dengan ketiga hal tersebut
diatas. Karena melalui hubungan yang harmonis terhadap ketiga hal tersebut diatas, akan
tercipta kebahagiaan dalam hidup setiap umat manussia. Oleh sebab itu dapat dikatakan
hubungan harmonis dengan ketiga hal tersebut diatas adalah suatu yang harus dijalin
dalamhidup setiap umat manusia. Jika tidak, manusia akan semakin jauh dari tujuan yang
dicita-citakan atau sebaliknya ia akan menemukan kesengsaraan.

2.3 Tri Hita Karana Dalam Kehidupan Sehari-Hari


Tri Hita Karana dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dengan cara
sebagai berikut:
a. Parahyangan
Parahyangan merupakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan Ida Sang
Hyang Widhi Wasa. Cara menjalin hubungan yang harmonis dengan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa adalah sebagai berikut:
1. Sembahyang Tri Sandya 3 kali sehari;
2. Bertirta yatra;
3. Menyanyikan kidung suci;
4. Membaca, memahami dan menjalankan isi kitab suci Veda;
5. Mebanten setiap hari raya nityakarma maupun naimitika karma;
6. Beryajna secara tulus ikhlas (nitya yajna maupun naimitika yajna);
7. Melakukan tapa/semadhi;
8. Membersihkan tempat suci;
9. Tidak meminum minuman keras;
10. Tidak mencuri;
11. Tidak membunuh;
12. Dan lain-lain sebagainya.

b. Pawongan
Pawongan merupakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan sesama
manusia. Cara menjalin hubungan yang harmonis dengan sesama manusia adalah sebagai
berikut:
1) Saling menghormati satu sama lain
2) Saling menghargai satu sama lain
3) Sopan santun
4) Ramah tamah
5) Gotong royong(saling membantu)
6) Kasih sayang yang tulus
7) Berani berkorban demi teman
8) Tidak iri hati dengan orang lain
9) Tidak dengki dengan orang lain
10) Dan lain-lain sebagainya

c. Palemahan
Palemahan merupakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungan
sekitar/alam semesta. Cara menjalin hubungan yang harmonis denganlingkungan sekitar/alam
semesta adalah sebagai berikut:
1) Rajin membersihkan kamar tidur saat bangun tidur
2) Membersihkan kamar mandi
3) Membersihkan halaman rumah(depan,samping maupun belakang rumah)
4) Membuang sampah pada tempatnya
5) Menjaga kebersihan taman
6) Menjaga kebersiahan sekolah maupun kampus
7) Merawat tanaman(menyiram, memupuk,dan menjaga keindahan tanaman)
8) Melakukan penghijauan
9) Tidak menebang hutan sembarangan
10) Dan sebagainya.

Jika semua itu sudah dilakukan, astungkara akan tercipta hubungan yang
harmonis dalam kehidupan ini. Serta akan terwujudnya kehidupan yang damai, tentram,
aman dan sejahtera. Dengan demikian sangatlah penting menjalin hubungan yang harmonis
kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, kepada sesama manusia serta dengan alam semesta.

2.4 Tri Hita Karana Dalam Perkembangan Peradaban Manusia


Tri Hita Karana telah diaplikasikan di seluruh dunia, dalam berbagai bentuk aktivitas
baik oleh perorangan, kelompok, negara bahkan oleh Perserikatan Bangsa – Bangsa. Tentu
saja tidak menggunakan istilah bakunya: Tri Hita Karana. Tetapi yang penting bahwa
manusia sedunia telah menyadari bahwa kebenaran konsep itu telah terbukti.
Berbagai organisasi tingkat regional, nasional, dan internasional telah dibentuk
untuk mewujudkan Tri Hita Karana baik secara keseluruhan maupun sektoral. Kita mengenal
adanya WHO, Red Cross, Green Peace, Dewan Keamanan PBB, Pasukan perdamaian PBB,
dan lain-lain.
Banyak pertanyaan yang bisa timbul karena ketidakterkaitan . Ini disebabkan karena
setiap unsur Tri Hita Karana ciptaan Mpu Kuturan terjalin dan terkait satu dengan lain.
Misalnya kiprah manusia untuk menjaga kelestarian alam haruslah didasarkan pada rasa
bhakti kepada Ida Sanghyang Widhi, dengan tujuan pencapaian kesejahteraan bagi sesama
krama Desa Pakraman.
Dalam aplikasi Tri Hita Karana secara global, belum tentu unsur-unsurnya berkaitan
erat seperti itu. Misalnya kelompok pencinta penyu, melindungi populasi penyu agar tidak
punah, tetapi perlu ditanyakan, apakah kegiatannya itu didasari oleh rasa bhakti kepada
Tuhan YME, serta untuk mewujudkan kesejahteraan umat manusia ?

2.5 Tri Hita Karana Kaitannya Dengan Panca Mahabhuta

Dalam Lontar “Buana Kosa” disebutkan bahwa tubuh manusia diciptakan oleh Yang
Maha Esa dari unsur-unsur alam semesta yang disebut panca mahabhuta, yaitu: pertiwi, apah,
bayu, teja, dan akasa. Oleh karena itu pengertian panca mahabhuta ada dua, yakni panca
mahabhuta yang berbentuk tubuh manusia disebut buana alit, dan panca mahabhuta yang
berbentuk alam semesta disebut buana agung.
Analogi pemikiran Mpu Kuturan adalah: tubuh manusia sebagai stana sanghyang
atma (Brahman) adalah sakral dan wajib dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya.
Dengan demikian maka alam semesta juga wajib dijaga dan dipelihara, karena tubuh manusia
(buana alit) adalah juga alam semesta (buana agung).

2.6 Tri Hita Karana Kaitannya Dengan Nyepi

Nyepi yang dilaksanakan oleh pemeluk Hindu-Bali setiap penanggal ping pisan sasih
kadasa (tanggal satu bulan ke-10 menurut kalender Saka-Bali) dalam rangka merayakan
tahun baru Saka, adalah salah satu pelaksanaan Tri Hita Karana. Sehari sebelum Nyepi
dilaksanakan upacara tawur kasanga (bhuta yadnya pada akhir bulan ke-9). Bhuta Yadnya
dalam kaitan ini berarti “korban yang diadakan untuk memohon keseimbangan dan
keharmonisan alam”. Pada saat Nyepi, umat Hindu-Bali melaksanakan catur berata (empat
pantangan), yaitu:

a) Amati karya (tidak bekerja);


b) Amati gni (tidak menyalakan api atau membakar sesuatu);
c) Amati lelungaan (tidak bepergian); dan
d) Amati lelanguan (tidak menghibur diri atau bersenang-senang).

Dengan demikian, aplikasi Tri Hita Karana dalam perayaan Nyepi terlihat dengan
jelas, baik dari aspek pahrayangan, pawongan, maupun palemahan:
1. Aspek parhyangan terlihat di saat Nyepi, umat Hindu-Bali melakukan samadi, dan
bersembahyang memuja kebesaran Ida Sanghyang Widhi.
2. Aspek pawongan terlihat adanya kegiatan dharma santih, yakni saling berkunjung dan
bermaaf-maafan.
3. Aspek palemahan terlihat dari tujuan tawur kesanga seperti yang diuraikan di atas, dan
dengan adanya catur berata, manusia tidak mengotori udara dengan gas-gas buangan hasil
pembakaran atau dikenal dengan istilah emisi gas rumah kaca.

2.7 Tri Hita Karana Relevansinya Pada Antisipasi World Climate Change

Dengan dasar uraian di atas maka aplikasi Trihitakarana yang bertitik sentral pada
manusia patutlah dilaksanakan secara serentak mencakup ketiga unsur yang tak terpisahkan,
yaitu: Parhyangan, Pawongan, dan Palemahan. Upaya manusia untuk menjaga kelestarian
alam (palemahan) tidak mungkin dapat terwujud dengan baik bila ia melupakan bhakti
kepada Tuhan (parhyangan), dan tidak menebarkan cinta kasih kepada sesama umat manusia
(pawongan).
Oleh karena umat manusia sedunia dalam artian memeluk berbagai agama dan
kepercayaan, maka konsep Tri Hita Karana dapat saja disesuaikan dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing. Kitab suci dari berbagai agama mungkin saja telah
menyebutkan hal itu, atau mungkin lebih tegas lagi bahwa bila manusia merusak alam atau
lingkungan, maka alam-pun akan menghancurkan manusia. Ini adalah hubungan sebab –
akibat yang sangat logis, dengan mencari berbagai contoh bencana-bencana alam yang
disebabkan karena ulah manusia.
Perubahan iklim dunia (World climate change) bersumber pada perusakan alam oleh
teknologi modern manusia. Alam yang dimaksud, adalah alam semesta meliputi daratan,
lautan, angkasa, dan atmosfir. Perusakan daratan terjadi karena pertambahan penduduk dunia
yang mengakibatkan berkurangnya daerah hijauan hutan dan tanaman.
Pencemaran laut dan sumber air lainnya karena pencemaran limbah industri atau
hunian. Pencemaran angkasa karena polusi udara sebagai dampak kemajuan teknologi.
Pencemaran atmosfir karena penggunaan atmosfir sebagai daerah tak bertuan, untuk berbagai
keperluan komunikasi atau proyek-proyek luar angkasa. Nampaknya terjadi dua hal pokok
yang kontroversial, yaitu tuntutan kemajuan teknologi di satu pihak, dengan kelestarian alam
di pihak lain.

World Climate Change sebagai dampak dari global warming dapat diatasi bila:
1. Ada persepsi yang sama dari negara-negara sedunia, bahwa Tri Hita Karana unsur-
unsurnya tidak dapat dijalankan secara terpisah, melainkan harus secara bersama-sama
dengan dasar keyakinan pokok pada kepercayaan pada Tuhan YME. Tri Hita Karana
diyakini bertujuan untuk kesejahteraan umat manusia. Sangat ideal bila bangsa-bangsa di
dunia dapat menerima Nyepi sebagai salah satu upaya melestarikan alam semesta; bila
demikian mungkin UNFCCC/ PBB bisa mencanangkan satu hari dalam setahun, di mana
semua penduduk dunia serentak melakukan “A silent day”. Kami mengusulkan tanggal itu:
23 September, karena pada saat itu siklus peredaran matahari sedang menuju ke garis lintang
selatan, atau di Bali dikenal dengan istilah daksinayana.
2. Setiap negara merencanakan batasan-batasan penggunaan sumber-sumber alam untuk
kepentingan teknologi – industri
3. Setiap negara merencanakan program pemeliharaan alam – lingkungan dengan efektif dan
realistis.
4. UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) yakni sebuah
badan khusus PBB yang menangani masalah perubahan iklim agar menyusun rumusan yang
jelas dan aplicable tentang upaya-upaya yang wajib dilakukan oleh setiap negara di dunia
dalam melindungi kelestarian alamnya masing-masing. PBB tidak memberikan peluang
kepada negara mana pun untuk menghindar dari kewajiban melestarikan alam dengan dalih
demi pertumbuhan ekonomi, industrialisasi, dan upaya lainnya yang disebut sebagai
“Emission trading”
5. UNFCCC mengenakan sangsi yang tegas kepada negara yang melanggar konvensi
perlindungan kelestarian alam seperti yang sudah disepakati pada butir 4 di atas.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat saya simpulkan bahwa sangatlah penting untuk kita
mempelajari konsep Hubungan yang harmonis(Tri Hita Karana) dalam kehidupan ini. Karena
dengan menjalin hubungan yang harmonis dalam kehidupan ini merupakan dasar untuk
mencapai kehidupan yang damai, tentram, aman dan sejahtera.
Dengan mengetahui konsep Tri Hita Karana, kita jadi lebih paham dan mengerti
tentang konsep ini. Sehingga kita akan berusaha untuk mengamalkan dan menjalankan
konsep Tri Hita Karana sebagai mana mestinya untuk mencapai kebahagiaan lahir dan bhatin
baik secara skala dan niskala.

3.2 Saran
Dengan berakhirnya penyusunan makalah saya ini, saya memberikan sedikit saran
kepada:

a. Dosen
Saya menyarankan kepada para dosen agama Hindu, agar tidak bosan-bosannya
mengajarkan konsep Tri Hita Karana kepada mahasiswanya. Agar para mahasiswa lebih
paham dan mengerti apa sebenarnya Hubungan yang Harmonis itu.

b. Mahasiswa
Kepada Mahasiswa, saya menyarankan agar selalu belajar tentang konsep-konsep agama
khususnya konsep Tri Hita Karana. Karena konsep ini sangat berguna dalam kehidupan ini
untuk mencapai kebahagiaan secara lahir maupun bhatin.

c. Masyarakat umum
Kepada masyarakat umum, jagalah selalu keamanan desa pada khususnya dengan cara
menjalin hubungan yang harmonis kepada semua yang terlibat disana. Bangunlah masyarakat
yang aman, damai, dan sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
Didik, I Kadek Kardiasa,2011: makalah”Konsep Tri Hita Karana dalam kehidupan
umat Hindu”, Printing. Bali,Denpasar
http://didik-kardiasa.blogspot.co.id/2012/01/makalah.html
http://goesokaa.blogspot.co.id/2012/12/tri-hita-karana-di-bali.html
http://pendidikangurumudabali.blogspot.co.id/2011/10/tri-hita-karana-dalam-agama-
hindu.html
https://artayahonest.wordpress.com/2012/09/22/tri-hita-karana-makalah-lingkungan/

You might also like